PERJANJIAN KONSTRUKSI (Studi Tentang Hubungan Hukum Antara CV. DIMENSI CIPTA GRAHA Perjanjian Konstruksi (Studi Tentang Hubungan Hukum Antara Cv. Dimensi Cipta Graha Dengan Dpuppk Dalam Pembangunan Jalan Kalimati Di Kabupaten Boyolali).

1

PERJANJIAN KONSTRUKSI
(Studi Tentang Hubungan Hukum Antara CV. DIMENSI CIPTA GRAHA
dengan DPUPPK Dalam Pembangunan Jalan Kalimati di Kabupaten
Boyolali)

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Mencapai
Derajat Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :
ARIS PUJIANTO HUSODO
C 100090157

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013


2

3

4

PERJANJIAN KONSTRUKSI (Studi Tentang Hubungan Hukum Antara CV.
DIMENSI CIPTA GRAHA dengan DPUPPK Dalam Pembangunan Jalan
Kalimati di Kabupaten Boyolali) Aris Pujianto Husodo, C100090157, Fakultas
Hukum, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

ABSTRAK
Perjanjian Konstruksi yang dilakukan DPUPPK Kabupaten Boyolali dengan CV.
DIMENSI CIPTA GRAHA dalam Pembangunan Jalan Kalimati Nomor
050/LU/BM/009.02/15/2011 memuat isi perjanjian yang meliputi subjek hukum,
objek hukum, masa pertanggungan atau pemeliharaan, cara pembayaran, cidera
janji, penyelesaian perselisihan, pemutusan kontrak, keadaan kahar, kewajiban
para pihak dalam kegagalan bangunan, perlindungan kerja, aspek lingkungan telah
sesuai dengan Pasal 23 ayat (1) UU No. 29 Tahun 2000 dan KUH Perdata.
Pengaturan tentang objek hukum sesuai dengan pasal 22 ayat 2 huruf b UU No.

18 Tahun 1999, tenaga ahli sesuai dengan Pasal 9 ayat 4 UU No. 18 Tahun 1999,
hak dan kewajiban para pihak, sesuai dengan Pasal 27 ayat 2 PP No. 29 Tahun
2000. Sedangkan perlindungan para pihak perjanjian dalam bentuk keadaan kahar
bahwa resiko ditanggung oleh kesepakatan para Pihak yang tercantum dalam
Pasal 9 Perjanjian Konstruksi, sesuai dengan Pasal 22 ayat 2 huruf j UU No. 18
Tahun 1999. Dan dalam bentuk cidera janji seperti kegagalan bangunan, penyedia
jasa tidak melakukan tugas dan keterlambatan membayar sesuai dengan Pasal 42
UU no. 18 Tahun 1999.
Kata kunci : Isi Perjanjian Konstruksi, Perlindungan Pihak Perjanjian

ABSTRACT
The Construction Agreement is made DPUPPK Boyolali with CV DIMENSI
CIPTA GRAHA Kalimati Road Development Number 050/LU/BM/009.02/15/2011
contains the agreement covering legal subjects, legal objects, or maintenance
coverage period, method of payment, breach of contract, dispute resolution,
termination, force majeure, obligations of the parties in the building failures,
labor protection, environmental aspects in accordance with Article 23 paragraph
1 of law 29 In 2000 and KUH Perdata. The setting of sports law in accordance
with article 22 paragraph letter b of law No. 18 In 1999, experts in accordance
with Article 9 paragraph 4 of Law No. 18 In 1999, the rights and obligations of

the parties in accordance with Article 27 paragraph 2 PP No. 29 of 2000. While
the protection of the parties agreement in the form of force majeure that risk is
borne by the mutual agreement of the Parties set forth in Article 9 Construction
Agreement in accordance with Article 22 paragraph 2 letter j of Law No. 18 In
1999. And in the form of breach of contract such as the failure of the building,
service providers do not and late payment in accordance with Article 42 of Law
No. 18 In 1999.
Keywords: Content Construction Agreement, Parties Protection Agreement
1

2

PENDAHULUAN
Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.1 Dalam Pasal
1601 b KUHPerdata diuraikan pemborongan pekerjaan perjanjian, dengan
mana

pihak


yang

satu,

si

pemborong,

mengikatkan

diri

untuk

menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang
memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan, seperti yang
dilakukan

oleh


DPUPPK

(Dinas

Pekerjaan

Umum

Perhubungan

Pertambangan dan Kebersihan) sebagai Pengguna Jasa dengan CV.
DIMENSI CIPTA GRAHA dengan Penyedia Jasa.
Peraturan hukum yang mengatur tentang perjanjian konstruksi antara
lain Undang-Undang No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi. Peraturan
tersebut memuat tentang apa saja yang harus ada pada Kontrak Kerja
Konstruksi/ idealnya isi sebuah Kontrak Kerja Konstruksi, maka berlaku asas
hukum Lex Superior derogate Legi Inferiori, yang maksudnya adalah bahwa
ketentuan atau peraturan yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi
mempunyai derajat lebih tinggi, dapat mengesampingkan ketentuan atau
peraturan yang lebih rendah ( dalam hal peraturan tersebut mengatur materi

yang sama), maka peraturan yang lebih tinggi yang berlaku.2
Penyedia jasa hampir selalu harus memenuhi konsep/draft kontrak
yang dibuat Pengguna Jasa karena Pengguna Jasa selalu menempatkan
1
2

Kitab Undang-Undang Perdata Pasal 1313
Solihin, Dadang. 2008, Aspek Hukum dalam perjanjian baku pada layanan parkir valet – Sampe
L. Purba, dalam maspurba.wordpress.com/2008/02/13, diakses pada 24 November 2013,
pukul 16:13.

3

dirinya lebih tinggi dari Penyedia Jasa.3 Dalam kerjasama tersebut
melahirkan suatu perjanjian. Di dalam perjanjian terdapat unsur janji, janji
yang diberikan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain.4 Dalam
perjanjian itu, pihak yang satu berhak menuntut sesuatu berupa prestasi dari
pihak lain, sebaliknya pihak lain berkewajiban memenuhi prestasi tersebut.
Jadi apabila dua orang mengadakan perjanjian maka maksud mereka adalah
adanya alat bukti yang menjamin kepastian hukum.5


Rumusan Masalah
Dengan latar belakang di atas penulis membuat rumusan masalah,
pertama, bagaimana isi perjanjian konstruksi antara CV. DIMENSI CIPTA
GRAHA dengan DPUPPK Kabupaten Boyolali? Kedua, bagaimana
perlindungan hukum bagi para pihak yang terlibat dalam Perjanjian
Konstruksi antara CV. DIMENSI CIPTA GRAHA dengan DPUPPK
Kabupaten Boyolali?

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah, pertama untuk mendeskripsikan isi
perjanjian konstruksi. Kedua, mendeskripsikan perlindungan hukum bagi para
pihak yang terlibat dalam Perjanjian Konstruksi antara CV. DIMENSI CIPTA
GRAHA dengan DPUPPK Kabupaten Boyolali. Manfaat penelitian ini adalah
dapat memberikan masukan pemikiran dalam pengetahuan yang bermanfaat
di bidang hukum khususnya dalam pengadaan perjanjian konstruksi, dapat
3
4
5


Nazarkhan Yasin, 2003, Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia, Jakarta: Gramedia, Hal. 13
J. Satrio, 1992, Hukum Perjanjian, Bandung: Citra Aditya Bakti, Hal. 9
Suharnoko, 2004, Hukum Perjanjian. Jakarta: Prenada Media, Hal. 5

4

digunakan sebagai acuan bagi para pihak yang akan melakukan penelitian –
penelitian selanjutnya yang terkait dengan masalah perjanjian konstruksi.

Kerangka Pemikiran
Pada umumnya posisi Penyedia Jasa selalu lebih lemah daripada
posisi Pengguna Jasa. Dengan kata lain posisi Pengguna Jasa lebih dominan
daripada posisi Penyedia Jasa sehingga Pengguna Jasa lebih leluasa
menyusun kontrak dan ini dapat merugikan Penyedia Jasa.6 Pasal 1320 ayat 1
KUHPerdata menyatakan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan
kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya.
Pada dasarnya sebelum para pihak sampai pada kesepakatan mengenai
hal-hal tersebut, salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian tersebut akan
menyampaikan terlebih dahulu suatu bentuk pernyataan mengenai apa yang
dikehendaki oleh pihak tersebut dengan segala macam persyaratan yang

mungkin dan diperkenankan oleh hukum untuk disepakati oleh para pihak.
Pernyataan yang disampaikan tersebut dikenal dengan nama penawaran.
Jadi, penawaran itu berisikan kehendak dari salah satu pihak dalam
perjanjian, yang disampaikan kepada lawan pihaknya, untuk memperoleh
persetujuan dari lawan pihaknya tersebut.7 Dari itu baik Pengguna Jasa
maupun Penyedia Jasa dalam membuat Perjanjian Konstruksi harus
memahami isi perjanjian yang telah diatur dalam Pasal 22 ayat 2 UndangUndang No.18Tahun 1999.

6
7

Nazarkhan Yasin, 2003, Op.Cit., Hal. 13
Dadang Sukandar, 2012, Membuat Surat Perjabjian, Yogyakarta: Penerbit Andi, Hal. 20

5

Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan penulis terdiri dari
beberapa unsur antara lain: penelitian mendasarkan pada penelitian hukum
yang dilakukan dengan pendekatan doktrinal yang bersifat normatif .8 Jenis

penelitian yaitu penelitian deskriptif, jenis data yang digunakan adalah data
primer berupa data-data yang berasal dari sumber data utama, yang berwujud
tindakan-tindakan sosial dan kata-kata.9 Pihak-pihak yang terlibat dengan
objek yang diteliti yaitu CV. DIMENSI CIPTA GRAHA, dan data sekunder
berupa

dokumen-dokumen

tertulis,

yang

bersumber

dari

peraturan

perundang-undangan (hukum positif Indonesia), artikel ilmiah, buku-buku
literatur.


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Isi Perjanjian Konstruksi Antara DPUPPK dengan CV DIMENSI
CIPTA GARAHA
Untuk mengetahui isi Perjanjian Konstruksi antara DPUPPK dengan
CV DIMENSI CIPTA GRAHA dalam Pembangunan Jalan kalimati, maka
penulis akan menganalisis perjanjian Konstruksi dalam pembangunan Jalan
Kalimati

di

Kabupaten

Boyolali

dengan

Nomor

Kontrak

050/LU/BM/009.02/15/2011 antara CV. DIMENSI CIPTA GRAHA yang
beralamat di Bukur Ireng RT.10/02 Bendan, Banyudono, Boyolali dengan
Pemerintah Kabupaten Boyolali Dinas Pekerjaan Umum Pertambangan

8

Soetandyo Wignjosoebroto, 1999, Silabus Metode Penelitian Hukum, Program Pascasarjana
Universitas Airlangga, Surabaya, Hal. 1 dan 3
9
Lexy J. Moleong, 2003, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya Offset,
hal. 112

6

Perhubungan dan Kebersihan (DPUPPK) yang beralamat di Jalan Raya
Boyolali Semarang Km.5 Pengging, Boyolali, tertanggal 11 Mei 2011.
Hasil penelitian menyatakan bahwa isi dari perjanjian konstruksi
memuat para pihak, rumusan pekerjaan, masa pemeliharaan, tenaga ahli, hak
dan kewajiban para pihak, cara Pembayaran, cidera janji, penyelesaian
perselisihan, pemutusan kontrak kerja konstruksi, keadaan memaksa,
kegagalan bangunan, perlindungan kerja, dan aspek lingkungan sesuai dengan
Pasal 22 ayat 2 UU No.18 Tahun 1999, Pasal 23 ayat 1 Peraturan Pemerintah
No.29 Tahun 2000 dan KUHPerdata yang akan dijelaskan sebagai berikut:
Subjek yang membuat perjanjian adalah Pemerintah Kabupaten
Boyolali yang diwakili oleh Kepala Bidang Bina Marga DPUPPK Kabupaten
Boyolali yang bernama Muhammad Qodri, S.T. sebagai Pihak Pengguna Jasa,
yang diberi kewenangan untuk itu dan bertindak untuk dan atas nama
Pemerintah Kabupaten Boyolali dan CV DIMENSI CIPTA GRAHA sebagai
Pihak Penyedia Jasa yang diwakili Slamet Wahyudi, S.T.,M.T dengan jabatan
Direktur CV. DIMENSI CIPTA GRAHA yang diberi kewenangan untuk itu
dan bertindak untuk dan atas nama CV. DIMENSI CIPTA GRAHA telah
memenuhi Pasal 22 ayat 2 huruf a Undang-Undang No.18 Tahun 1999 yang
menyatakan bahwa para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak.
Dan sesuai dengan Pasal 1320 ayat 1 KUHPerdata menyebutkan bahwa
untuk syarat sahnya suatu perjanjian diperlukan kesepakatan mereka yang
mengikatkan dirinya.

7

Objek dalam perjanjian konstruksi atau rumusan pekerjaan yang
terdapat pada Pasal 2 termasuk dalam lingkup pekerjaan arsitektural sesuai
Pasal 6 Undang-undang No. 18 Tahun 1999, karena pekerjaan pembangunan
Jalan Kalimati – Ngaren tersebuat diawali dari gambar rancang bangun yang
mana dalam Perjanjian Konstruksi dibuat oleh DPUPPK Kabupaten Boyolali
selaku pengguna jasa kemudian dperhitungkan/dikerjakan oleh CV Dimensi
Cipata Graha selaku penyedia jasa. Batas waktu pelaksanaan terdapat dalam
Pasal 6 Perjanjian Konstruksi, jenis dan nilai kontrak pada Pasal 4 Perjanjian
Konstruksi, telah sesuai dengan Pasal 22 ayat 2 huruf b UU No. 18 Tahun
1999 dan Pasal 23 ayat 1 huruf b PP No. 29 Tahun 2000. Selain itu, sesuai
dengan Pasal 1604 jo Pasal 1320 ayat 3 KUHPerdata yang mengatakan
bahwa untuk syarat sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat
diantaranya suatu hal tertentu, dalam hal pemborongan pekerjaan dapat
ditetapkan dalam perjanjian bahwa si pemborong hanya akan melakukan
pekerjaan saja atau bahwa ia juga akan memberikan bahannya.
Masa pertanggungan dalam Perjanjian Kerja Konstruksi memenuhi
Pasal 23 ayat 1 huruf c PP No. 29 Tahun 2000 mengenai Pertanggungan
dalam kontrak kerja konstruksi adalah: 1) jenis pertanggungan yang menjadi
kewajiban penyedia jasa yang berkaitan dengan pembayaran uang muka.
Pada Perjanjian Konstruksi diatur dalam Pasal 8 ayat 1 yang isinya: Uang
muka dapat dibayarkan kepada Pihak Kedua sebesar maksimal 30% (tiga
puluh per seratus) dari Nilai Kontrak setelah Pihak Kedua mengajukan
permohonan secara tertulis…..; 2) pertanggungan sebagaimana dimaksud

8

dalam angka 1 memuat nilai jaminan, jangka waktu pertanggungan, prosedur
pencairan; dan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Pada perjanjian
konstruksi terdapat dalam Pasal 7 ayat 3: Besarnya jaminan pelaksanaan
adalah 5% (Lima per Seratus) dari nilai kontrak atau sebesar 5% x Rp.
411.689.000,00 = Rp. 20.584.450,00……..; 3) jenis pertanggungan untuk
pelaksanaan pekerjaan, hasil pekerjaan, tenaga kerja. Pada Perjanjian
Konstruksi terdapat pada Pasal 7 ayat1: Pelaksanaan Pekerjaan tersebut
dalam Pasal 2 Kontrak Kerja Jasa Pemborongan ini harus dijamin dengan
suatu Jaminan Pelaksanaan dari Bank Umum, Perusahaan Penjaminan, atau
Perusahaan Asuransi yang memiliki ijin untuk menjual produk jaminan
(suretyship) sesuai dengan Keppres. No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintahan; 4) jenis pertanggungan dalam hal penyedia jasa
tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan kontrak kerja konstruksi, pengguna
jasa dapat mencairkan dan selanjutnya dapat menggunakan jaminan dari
penyedia jasa sebagai kompensasi pemenuhan kewajiban penyedia jasa. Pada
perjanjia Konstruksi terdapat dalam Pasal 16 ayat 2: Apabila terbukti bahwa
pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan dalam dokumen kontrak yang antara lain meliputi…..
Tenaga ahli CV DIMENSI CIPTA GRAHA menunjukkan bahwa
tenaga ahli pada proyek Pembangunan Jalan Kalimati Kabupaten Boyolali
adalah

bidang

teknik

sipil,

arsitektur,

elektrikal/mekanikal,

dan

manajemen/ekonomi. Adapun masing-masing tugas para tenaga ahli berbeda.
Teknik sipil bertugas sebagai kontraktor yang bertanggung jawab dan

9

memenejeman dalam pembangunan Jalan Kalimati Kabupaten Boyolali.
Arsitek bertugas dalam merancang bangun yang akan dikerjakan dalam
proyek pembangunan Jalan Kalimati Kabupaten Boyolali. Elektrikal
bertanggung jawab dalam kelistrikan dan mekanikal bertanggung jawab
dalam pengairan atau saluran pipa. Hal di atas sesuai dengan Pasal 9 ayat 4
UU No. 18 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa

tenaga kerja yang

melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi
harus memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja.
Hak dan Kewajiban para pihak pada perjanjian Konstruksi
Pembangunan Jalan Kalimati Boyolali, hak para pihak dalam perjanjian
tercantum dalam: 1) Pasal 6 ayat 2: “ ………, pihak kedua dapat meminta
secara tertulis kepada Pihak Pertama untuk dilakukan pemeriksaan
Pekerjaan dalam rangka Penyerahan Pertama”, 2) Pasal 10 ayat 4“…….,
maka Pihak Kedua dapat meminta secara tertulis kepada Pihak Pertama
untuk dilakukan Pemeriksaan Pekerjaan guna Penyerahan Kedua (terakhir)”
Kewajiban para pihak dalam perjanjian konstruksi dinyatakan dalam:
1) Pasal 6 ayat 3: “ ………, Pihak Pertama wajib menerbitkan Berita Acara
Penyerahan Pertama”; 2) Pasal 9 ayat: “…….. Pihak Kedua memberitahukan
tentang terjadinya Keadaan Kahar kepada Pihak Pertama secara tertulis
dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) ……”; 3) Pasal 10 ayat 2:“…….,
Pihak Kedua bertanggung jawab untuk memelihara seluruh pekerjaan yang
tercakup

dalam

Kontrak/Adendum

kontrak

serta

memperbaiki

dan

menyempurnakan pekerjaan dengan biaya sendiri atas segala kerusakan

10

pekerjaan atau kekurangan-kekurangan…..”; 4) Pasal 10 ayat 5: “……, maka
Pihak Pertama wajib menerbitkan Berita Acara Penyerahan Kedua
(terakhir)”
Klausul ke empat ayat tersebut sesuai dengan ketentuan pada Pasal 27
ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 yang isinya Penyedia jasa
wajib menyerahkan hasil pekerjaan perencanaan yang meliputi hasil tahapan
pekerjaan, hasil penyerahan pertama, dan hasil penyerahan akhir secara tepat
biaya, tepat mutu, dan tepat waktu. Dan telah sesuai dengan Pasal 1602 KUH
Perdata yang menyatakan bahwa si majikan diwajibkan membayar kepada si
buruh upahnya pada waktu yang telah ditentukan. Dan Pasal 1603 KUH
Perdata bahwa si buruh diwajibkan melakukan pekerjaan yang dijanjikan
menurut kemampuannya yang sebaik-baiknya. Sekadar tentang siat serta
luasnya pekerjaan yang harus dilakukan tidak dijelaskan dalam perjanjian
atau reglemen, maka hal itu ditentukan oleh kebiasaan.
Tata cara pembayaran pada perjanjian konstruksi termasuk dalam
Cara Pembayaran Atas Prestasi (Stage Payment). Pada saat prestasi Penyedia
Jasa telah mencapai 100% (pekerjaan selesai) dan telah diterima baik oleh
Pengguna Jasa (Berdasarkan Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan),
Penyedia Jasa menerima 95% dari nilai kontrak. Yang 5% dari nilai kontrak
ditahan Pengguna Jasa selama Masa Tanggungan Atas Cacat (Retention
Money)sebagai

jaminan

cacat/ketidaksempurnaan

agar

Penyedia

pekerjaan

sewaktu

Jasa
Serah

mau

memperbaiki

Terima

Pertama

Pekerjaan. Setelah terjadi Serah Terima kedua (terakhir) maka jumlah 5%

11

harga kontrak dibayarkan kepada Penyedia Jasa.10 Klausul tentang cara
pembayaran pada Perjanjian Konstruksi telah sesuai dengan Pasal 23 ayat 2
huruf g Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 yaitu Cara pembayaran
memuat: 1) volume/besaran fisik; 2) cara pembayaran hasil pekerjaan; 3)
jangka waktu pembayaran; 4) denda keterlambatan pembayaran; dan 5)
jaminan pembayaran.
Bentuk cidera janji dalam Perjanjian Konstruksi antara DPUPPK
dengan CV DIMENSI CIPTA GRAHA adalah cidera janji yang berupa
bahan, peralatan, personil, administrasi, metoda dan manejemen pelaksanaan
yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan mutu pekerjaan, jadwal
pelaksanaan dan administrasi kontrak. ketentuan cidera janji pada Pasal 16
Perjanjian Konstruksi antara DPUPPK dengan CV DIMENSI CIPTA
GRAHA dalam Pembangunan Jalan Kalimati Kabupaten Boyolali telah
memenuhi Pasal 23 ayat 2 huruf f PP No 29 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Dan Pasal 1607 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa musnahnya pekerjaan itu terjadi diluar suatu kelalaian
dari pihak si pemborong, sebelum pekerjaan itu diserahkan.
Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat dibagi 2 (dua) cara, yaitu
melalui pengadilan dan di luar pengadilan. Penyelesaian sengketa melalui
pengadilan adalah penyelesaian sengketa antara pengguna jasa dan penyedia
jasa dengan memilih penyelesaian melalui pengadilan. Putusan yang
dijatuhkan oleh pengadilan bersifat mengikat. Isi klausul dalam Pasal 15 ayat

10

Nazarkhan Yasin, 2003, Op.Cit, hal 38

12

2 Perjanjian Konstruksi yang menyebutkan kedua belah pihak dapat
menyelesaikan perselisihan ini melalui Pihak Ketiga atau melalui pengadilan,
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, telah sesuai
dengan ketentuan Pasal 23 ayat 1 huruf h Peraturan Pemerintah No 29 Tahun
2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Dan Pasal 1862 KUH
Perdata yang menyatakan bahwa suatu perdamaian mengenai suatu sengketa,
yang sudah diakhiri dengan suatu putusan hakim yang telah memperoleh
kekuatan mutlak, namun tidak diketahui oleh para pihak atau salah satu dari
mereka, adalah batal.
Perjanjian pemborongan bangunan hapus dengan selesainya pekerjaan
100% sesuai dengan kontrak. Kemudian hasil pemborongan bangunan
tersebut diserahkan. Selanjutnya, perjanjian pemborongan bangunan hapus
karena pekerjaan pemborongan dihentikan oleh si pemberi tugas, dengan
memberikan ganti rugi sepenuhnya kepada pemborong baik mengenai biayabiaya yang telah dikeluarkan maupun mengenai keuntungan yang diharapkan
jika pemborongan tersebut selesai dikerjakan. 11
Klausul pemutusan kontrak Perjanjian Konstruksi telah sesuai dengan
Pasal 23 ayat 1 huruf i PP No. 29 Tahun 2000 menyatakn bahwa bentuk
pemutusan yang meliputi pemutusan yang disepakati para pihak atau
pemutusan secara sepihak.. Dan sesuai Pasal 1611 KUH Perdata isinya: Pihak
yang memborongkan, jika dikehendakinya demikina, boleh menghentikan
pemborongannya, meskipun pekerjaannya telah dimulai, asal ia memberikan
11

Sri Soedewi M. S., 1982, Himpunan Karya Tentang Pemborongan bangunan. Yogyakarta:
Liberty., hal 102-103

13

ganti rugi sepenuhnya kepada si pemborong untuk segala biaya yang telah
dikeluarkan guna pekerjaannya serta untuk keuntungan yang terhilang
karenanya.
Overmacht/force majeure adalah suatu keadaan di luar kekuasaan
manusia mengakibatkan salah satu pihak dalam perjanjian tidak dapat
memenuhi prestasinya. Di dalam perjanjian pemborongan yang dianggap
sebagai overmacht/force majeure adalah: a) Bencana alam seperti tanah
longsor, gempa bumi, banjir; b) Kebakaran; c) Perang, huru hara,
pemogokan, epidemi, pemberontakan.

12

Klausul mengenai keadaan kahar

telah memenuhi Pasal 23 ayat 1 huruf j PP No. 29 Tahun 2000 yaitu
“Keadaan memaksa mencakup kesepakatan mengenai: 1) risiko khusus; 2)
macam keadaan memaksa lainnya; dan 3) hak dan kewajiban pengguna jasa
dan penyedia jasa pada keadaan memaksa”. Dan Pasal 1245 KUH
Perdatayang isinya: Tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya,
apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian tak
disengaja si berutang beralangan memberikan atau berbuat sesuatu yang
diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan
yang terlarang.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1993 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja, Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja serta dengan
petunjuk pelaksana: Surat Keputusan Gubernur dan Surat Keputusan Bersama
12

Djumialdji, 1996, Hukum Bangunan: Dasar-Dasar Hukum Dalam Proyek dan Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Rineka Cipta., hal 16

14

Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum maka setiap Kontraktor
Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek-proyek Industri
Konstruksi wajib mempertanggungjawabkan semua tenaga kerja borongan,
harian lepas atau musiman.13 Dan UU No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan Pasal 86 dan Pasal 87. Para tenaga kerja proyek baik tenaga
kerja borongan, tenaga kerja harian lepas maupun tenaga kerja musiman
mempunyai hak-hak sebagai berikut: Jaminan kecelakaan kerja apabila
tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja sehubungan dengan hubungan
kerja; dan Jaminan kematian apabila tenaga kerja meninggal dunia.
Sedangkan Pada Perjanjian Konstruksi antara CV DIMENSI CIPTA GRAHA
dengan DPUPPK Kabupaten Boyolali tidak dicantumkan tentang aspek
lingkungan.

Perlindungan Hukum Para Pihak Meliputi Keadaan Kahar(Overmacht)
Dan Cidera Janji/Wanprestasi
Perlindungan hukum diartikan sebagai pengakuan dan jaminan yang
diberikan oleh hukum dalam hubungannya dengan hak manusia.14
Perlindungan hukum terhadap Para Pihak Perjanjian Konstruksi, dapat
diketahui dari tidak dilaksanakannya pekerjaan yang menjadi obyek kontrak
kerja konstruksi yang disebabkan karena wanprestasi dan akibat hukum yang
ditimbulkan adalah ganti rugi. Ganti rugi tersebut bisa dalam arti: a) Sebagai
pengganti daripada kewajiban prestasi perikatannya, untuk mudahnya dapat
kita sebut “prestasi pokok” perikatannya, yaitu apa yang ditentukan dalam
13
14

Ibid, hal. 43
Sadar, dkk, 2012, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Akademia, hal 5

15

perikatan yang bersangkutan, atau; b) Sebagian dari kewajiban perikatan
pokoknya, seperti kalau ada prestasi yang tidak sebagaimana mestinya, tetapi
kreditur mau menerimanya dengan disertai penggantian kerugian; c) Sebagai
pengganti atas kerugian yang diderita oleh kreditur oleh karena keterlambatan
prestasi dari kreditur, jadi suatu ganti rugi yang dituntut oleh kreditur di
samping kewajiban perikatannya, d) Kedua-duanya dituntut, baik pengganti
kewajiban

prestasi

pokok

perikatannya

maupun

ganti

rugi

keterlambatannya.15
Cidera janji yang dilakukan pihak penyedia jasa dapat terjadi akibat:
1) Kegagalan bangunan, pihak penyedia jasa yang bertanggung jawab sesuai
bidang proesi dan dikenakan ganti rugi (Pasal 26 dan 27 UU No 18 Tahun
1999); 2) Penyedia jasa tidak menyelesaikan tugas, tidak memenuhi mutu,
tidak memenuhi kuantitas, dan tidak menyerahkanhasil pekerjaan. Dalam hal
ini, pihak yang dirugikan berhak memperoleh kompensasi, penggantian biaya
atau perpanjangan waktu, perbaikan atau pelaksanaan ulang hasil pekerjaan
yang tidak sesuai dengan yang diperjanjikan atau pemberian ganti rugi (Pasal
23 ayat 1 huruf g angka 2 PP No 29 Tahun 2000).
Cidera janji yang dilakukan pihak pengguna jasa: 1) Terlambat
membayar, tidak membayar, dan terlambat menyerahkan Saran pelaksanaan
pekerjaaan (Pasal 23 ayat 1 hurufg angka

2. Pengguna jasa harus

memberikan kompensasi penggantian biaya dan atau perpanjangan waktu,
perbaikan atau pelaksanaan ulang hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan

15

J. Satrio, 1993, Hukum Perikatan, Bandung: Alumni, hal 147

16

yang diperjanjikan atau pemberian ganti rugi; 2) Kegagalan bangunan dalam
pengelolaan

bangunan.

Pengguna

jasa/pihak

yang

memborongkan

bertanggung jawab dan dikenakan ganti rugi.

PENUTUP
Kesimpulan
Isi Perjanjian Konstruksi antara CV DIMENSI CIPTA GRAHA
dengan DPUPPK dalam Pembangunan Jalan Kalimati-Ngaren Kabupaten
Boyolali sebagai berikut:
Pertama, Pengaturan tentang subjek hukum, obyek hukum, tenaga
ahli, hak dan kewajiban para pihak, cara pembayaran, cidera janji,
penyelesaian perselisihan, pemutusan kontrak, keadaan memaksa, kegagalan
bangunan, perlindungan kerja, aspek lingkungan sesuai dengan Pasal 23 ayat
1 PP No. 29 Tahun 2000, Pasal 22 ayat 2 UU No.18 Tahun 1999 dan KUH
Perdata.
Kedua, Perlindungan Hukum Para Pihak dalam Perjanjian Konstruksi:
1) Keadaan Kahar / overmacht sesuai dengan Pasal 22 ayat 2 huruf j UU No.
18 Tahun 1999 dan Pasal 1244 KUH Perdata dan Pasal 1243 KUH Perdata;
2) Cidera Janji sesuai dengan Pasal Pasal 26 dan 27 UU No 18 Tahun 1999,
Pasal 1609 KUH Perdata dan Pasal 1242 KUH Perdata.

Saran
Sesuai dengan UU No 18 Tahun 1999 Pasal 22 Tentang Jasa
Konstruksi dan PP No 29 Tahun 2000 Pasal 23 ayat (1) menentukan bahwa
dalam Perjanjian Konstruksi sekurang-kurangnya harus memuat 13 hal dari

17

ketentuan seperti berikut (1) subyek, (2) rumusan pekerjaan, (3)
Pertanggungan dalam kontrak kerja konstruksi, (4) tenaga ahli, (5) hak dan
kewajiban para pihak, (6) cara pembayaran, (7) cidera janji, (8) Penyelesaian
Perselisihan, (9) keadaan memaksa, (10) kewajiban para pihak dalam
kegagalan bangunan, (11) perlindungan kerja, (12) aspek lingkungan, (13)
Hak Atas Kekayaan Intelektual, (14) intensif, (15) subpenyedia jasa dan
pemasok bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatan, (16)
penggunaan bahasa dan ruang hukum yang berlaku. Perlindungan hukum
bagi para pihak Perjanjian Konstruksi kurang diperhatikan dalam UU, baik
UU No 18 Tahun 1999 maupun PP No 29 Tahun 2000, sehingga posisi
penyedia jasa seolah-olah ada di bawah posisi pengguna jasa.

DAFTAR PUSTAKA

Djumialdji, 1996, Hukum Bangunan: Dasar-Dasar Hukum Dalam Proyek
dan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta.

M.S., Sri Soedewi, 1982, Himpunan Karya Tentang Pemborongan
bangunan. Yogyakarta: Liberty.
Moleong, Lexy J., 2003, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
Sadar, dkk, 2012, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Akademia
Satrio, J., 1993, Hukum Perikatan, Bandung: Alumni.
Suharnoko, 2004, Hukum Perjanjian, Jakarta: Prenada Media.
Sukandar, Dadang, 2012, Membuat Surat Perjabjian, Yogyakarta: Penerbit
Andi.

18

Wignjosoebroto, Soetandyo, 1999, Silabus Metode Penelitian Hukum,
Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Airlangga.
Yasin, Nazarkhan, 2003, Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia, Jakarta:
Gramedia.
INTERNET
Solihin, Dadang. 2008, Aspek Hukum dalam perjanjian baku pada layanan
parkir
valet

Sampe
L. Purba,
dalam
maspurba.wordpress.com/2008/02/13, diakses pada 24 November
2013, pukul 16:13.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi.
Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1993 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja