PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI, KOMPETENSI, DAN PENGETAHUAN AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya).

(1)

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)

SKRIPSI

Oleh :

RESSA ANGGUN EKAWATI 05.13010246/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI,

KOMPETENSI, DAN PENGETAHUAN AUDITOR

TERHADAP OPINI AUDIT

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)

yang diajukan :

RESSA ANGGUN EKAWATI 05.13010246/FE/EA

disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

DRS. EC. Hero Priono. AK. MSi Tanggal : ……….

NIP. 030.217.165

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi NIP. 030.194.437


(3)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh Keahlian Audit, Independensi, Kompetensi, dan Pengetahuan Auditor Terhadap Opini Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya, dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak. DRS. EC. Hero Priono. AK. MSi, selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan saran untuk penulis.

5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Uneversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


(4)

sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan, memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.

Surabaya, Mei 2010

Penulis


(5)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Auditing ... 11

2.2.1.1. Pengertian Auditing ... 11

2.2.1.2. Jenis – Jenis Auditing ... 13

2.2.1.3. Jenis – Jenis Auditor ... 14

2.2.1.4. Tahap – Tahap Pelaksanaan Audit... 15

2.2.1.5. Standart Auditing ... 17

2.2.1.6. Standart Profesional Akuntan Publik... 19

2.2.2. Keahlian Audit... 20

2.2.3. Independensi ... 22


(6)

2.2.6. Opini Auditor... 30

2.2.6.1. Pengertian Opini Auditor ... 30

2.2.6.2. Jenis – Jenis Opini Auditor ... 31

2.2.7. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Opini Audit... 33

2.2.8. Pengaruh Independensi Terhadap Opini Audit... 34

2.2.9. Pengaruh Kompetensi Terhadap Opini Audit... 35

2.2.10. Pengaruh Pengetahuan Auditor Terhadap Opini Audit ... 35

2.2.11. Pengaruh Keahlian Audit, Independensi, Kompetensi, dan Pengetahuan Auditor Terhadap Opini Audit ... 36

2.3. Kerangka Pikir ... 37

2.4. Hipotesis ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 39

3.1.1. Definisi Operasional ... 39

3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel ... 40

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 44

3.2.1. Populasi... 44

3.2.2. Sampel... 44

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.3.1. Jenis Dan Sumber Data ... 45

3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 46


(7)

3.4.3. Uji Normalitas... 47

3.5. Uji Asumsi Klasik... 47

3.6. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 49

3.6.1. Teknik Analisis ... 49

3.6.2. Uji Hipotesis ... 49

3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model... 49

3.6.2.2. Uji Parsial... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 52

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 52

4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 57

4.3.1. Uji Analisis Data... 57

4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 57

4.3.1.1.1. Uji Validitas... 57

4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 59

4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... 60

4.3.2. Uji Asumsi Klasik... 61

4.3.3. Teknik Analisis ... 63

4.3.4. Uji Hipotesis ... 65

4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model... 65

4.3.4.2. Uji Parsial ... 66


(8)

4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya... 71 4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan

Dan Manfaat... 72 4.4.4. Keterbatasan Penelitian... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan... 73 5.2. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Halaman Tabel. 1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Keahlian Audit (X1) 53

Tabel. 2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Independensi (X2). 54

Tabel. 3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kompetensi (X3)... 55

Tabel. 4 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Pengetahuan Auditor (X4) ... 56

Tabel. 5 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Opini Audit (Y) .... 57

Tabel. 6 Hasil Uji Validitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows.. 58

Tabel. 7 Hasil Uji Reliabilitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows 59 Tabel. 8 Hasil Uji Normalitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows 60 Tabel. 9 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 61

Tabel. 10 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 62

Tabel. 11 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 63

Tabel. 12 Hasil Analisis Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat … ... 65

Tabel. 13 Koefisien Determinasi (R Square / R2) … ... 65

Tabel. 14 Hasil Analisis Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat … ... 66


(10)

Halaman Gambar. 1. Diagram Kerangka Pikir... 38


(11)

ix

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)

Oleh :

RESSA ANGGUN EKAWATI

Abstrak

Para pengguna jasa KAP sangat mengharapkan agar para auditor dapat memberikan opini yang tepat, namun dalam praktik masih kerap kali terjadi pemberian opini akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP. Dalam pelaksanaan praktik jasa auditing yang dilakukan oleh Akuntan Publik, sebagian masyarakat masih ada yang meragukan tingkat keahlian, kompetensi serta independensi yang dimiliki oleh para auditor KAP yang selanjutnya berdampak pada keraguan masyarakat terhadap pemberian opini akuntan publik. Indikasi dari adanya keraguan ini karena banyak sekali kasus-kasus hukum manipulasi akuntansi yang melibatkan akuntan publik baik di luar maupun di dalam negeri beberapa tahun terakhir. Kejadian-kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas integritas auditor KAP. Pada sisi lainnya para auditor senantiasa dituntut untuk mentaati standart dan berperilaku sesuai dengan kode etik. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku tersebut dan seberapa kuat pengaruh-pengaruh itu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh dari keahlian audit, independensi, kompetensi, dan pengetahuan auditor terhadap opini audit

Sampel yang digunakan dalam penelitan ini 42 orang auditor yang tersebar pada 8 (delapan) Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Surabaya, Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 42 responden (auditor) dan kuesioner tersebut terdiri dari 29 pernyataan yang dibagi menjadi 5 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 1 yang menyatakan diduga keahlian audit berpengaruh terhadap opini audit, teruji kebenarannya, Hipotesis 2 yang menyatakan diduga independensi berpengaruh terhadap opini audit, teruji kebenarannya, Hipotesis 3 yang menyatakan diduga kompetensi berpengaruh terhadap opini audit, teruji kebenarannya dan Hipotesis 4 yang menyatakan diduga pengetahuan auditor berpengaruh terhadap opini audit, teruji kebenarannya.

Keyword : Keahlian Audit, Independensi, Kompetensi, Pengetahuan Auditor


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini perkembangan dunia usaha semakin pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan dalam berbagai bentuk usaha berdiri, tumbuh dan berkembang. Untuk mempertahankan eksistensinya, baik perusahaan perseorangan maupun berbagai perusahaan berbadan hukum yang lain, membutuhkan penarikan dana dari pihak luar. Dengan demikian, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tidak lagi hanya terbatas pada para pemimpin perusahaan, tetapi meluas pada pihak-pihak diluar perusahaan seperti para investor dan kreditur, calon investor dan calon kreditur, serta pemerintah.

Pihak-pihak diluar perusahaan memerlukan informasi mengenai perusahaan untuk pengambilan keputusan tentang hubungan mereka dengan perusahaan. Umumnya mereka mengambil keputusan berdasarkan informasi yang disajikan manajemen dalam laporan keuangan perusahaan. Dengan demikian, terdapat dua kepentingan yang berbeda dalam situasi yang diuraikan diatas. Disatu pihak, manajemen perusahaan ingin menyampaikan informasi mengenai pertanggungjawaban pengelolaan dana yang berasal dari pihak luar, sedangkan pihak luar perusahaan ingin memperoleh informasi yang andal dari manajemen perusahaan, mengenai pertanggungjawaban dana yang mereka investasikan (Mulyadi, 2002: 1).

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan haruslah wajar, dapat dipercaya, dan tidak menyesatkan bagi pemakainya, sehingga


(13)

kebutuhan masing-masing pihak yang berkepentingan dapat terpenuhi. Guna menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan dan untuk mengetahui kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, perlu adanya suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh seseorang yang independen. Hal ini dimaksudkan agar hasil pemeriksaan tersebut merupakan hasil yang tidak memihak.

Disini akuntan publik mendapat kepercayaan baik dari perusahaan yang diauditnya atau klien yang membayar fee, maupun dari pihak ketiga yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut guna melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan opini (pendapat) apakah laporan keuangan perusahaan telah disajikan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik.

Suraida (2005) menyatakan bahwa hasil akhir dari audit akuntan publik adalah pemberian opini akuntan publik yang dalam penulisan selanjutnya ditulis opini akuntan. Pemberian opini akuntan harus didukung oleh bukti audit kompeten yang cukup, dimana dalam mengumpulkan dan menganalisa bukti audit, auditor harus mempunyai keahlian audit dan kompetensi yang baik agar diperoleh bukti-bukti yang meyakinkan sebagai dasar dalam pemberian opini akuntan.

Dalam pelaksanaan praktik jasa auditing yang dilakukan oleh Akuntan Publik, sebagian masyarakat masih ada yang meragukan tingkat keahlian, kompetensi serta independensi yang dimiliki oleh para auditor KAP yang selanjutnya berdampak pada keraguan masyarakat terhadap pemberian opini akuntan publik. Indikasi dari adanya keraguan ini karena banyak sekali


(14)

kasus-kasus hukum manipulasi akuntansi yang melibatkan akuntan publik baik di luar maupun di dalam negeri beberapa tahun terakhir. Di luar negeri (AS) terjadi kasus Enron- Arthur Anderson; Word.Com–Arthur Anderson, Xerox dan Merck. Enron, perusahaan raksasa dibidang energi dengan omzet US$ 100 milyar pada tahun 2000, secara mendadak mengalami kebangkrutan dan meninggalkan hutang hampir sebesar US$ 31,2 milyar. Kasus tersebut melibatkan Arthur Anderson, salah satu dari big five Certified Public Accountant (CPA) firm, yang mengaudit laporan keuangan Enron. Bagaimana mereka sampai tidak mengetahui adanya material misstatement dalam laporan keuangan Enron selama bertahun-tahun. Apakah Arthur Anderson ikut terlibat merekayasa laporan keuangan Enron, karena Enron membayar fee sebesar US$ 52 juta pada Arthur Anderson pada tahun 2000, tidak hanya untuk jasa audit tetapi juga jasa konsultasi. Sebetulnya fungsi auditor KAP adalah bukan hanya menentukan bahwa laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan SAK yang berlaku umum, tetapi juga memberikan gambaran yang objektif dan akurat kepada investor maupun kreditor mengenai apa yang terjadi di perusahaan. Dalam kedua hal ini Arthur Anderson dianggap gagal (Suraida, 2005).

Kasus di dalam negeri dapat terlihat dengan adanya sanksi pembekuan yang diberikan oleh Menteri Keuangan terhadap beberapa KAP dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Wakil Ketua BPK RI, Abdullah Zaini, SH, dari tahun 2004 sampai tahun 2008 terdapat 154 auditor yang telah diberi sanksi. Pada tahun 2004 terdapat sembilan auditor yang diberi sanksi, pada tahun 2005 (50 orang), tahun 2006 (8 orang), tahun 2007 (79 orang) dan pada tahun 2008 yang diberi sanksi 8 orang auditor (www.antara.co.id).


(15)

Menteri Keuangan Sri Mulyani membekukan izin dua akuntan publik (AP) dan satu kantor akuntan publik (KAP). Mereka adalah AP Rutlat Hidayat dan Muhamad Zen, serta KAP Atang Djaelani. Izin AP Rutlat Hidayat dibekukan selama 9 bulan melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 866/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal 15 Desember 2008. Rutlat telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) saat melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Serasi Tunggal Mandiri untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2006, sehingga berpengaruh signifikan terhadap laporan auditor independen.

Sedangkan Muhamad Zen selaku pemimpin rekan KAP Drs. Muhammad Zen dan Rekan, dikenai pembekuan izin selama 3 bulan melalui KMK Nomor 896/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal 22 Desember 2008. Sanksi terhadap Muhamad Zen disebabkan karena yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran terhadap SA-Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT Pura Binaka Mandiri tahun buku 2007, sehingga berpengaruh cukup signifikan terhadap laporan auditor independen. Sementara KAP Atang Djaelani dikenai pembekuan izin selama 3 bulan melalui KMK Nomor 877/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal 17 Desember 2008. KAP tersebut telah dikenai sanksi peringatan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu 48 bulan terakhir dan masih melakukan pelanggaran berikutnya, yaitu tidak menyampaikan laporan kegiatan usaha dan laporan keuangan KAP tahun takwim 2004 dan 2007 (Hukumonline.com).

Kejadian-kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas integritas auditor KAP. Pada sisi lainnya para auditor senantiasa dituntut


(16)

untuk mentaati standart dan berperilaku sesuai dengan kode etik. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku tersebut dan seberapa kuat pengaruh-pengaruh itu.

Para pengguna jasa KAP sangat mengharapkan agar para auditor dapat memberikan opini yang tepat, namun dalam praktik masih kerap kali terjadi pemberian opini akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP.

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan dan berdasarkan fenomena yang terjadi, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Keahlian Audit, Independensi, Kompetensi, dan Pengetahuan Auditor Terhadap Opini Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu apakah keahlian audit, independensi, kompetensi, dan pengetahuan auditor berpengaruh terhadap opini audit?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh dari keahlian audit, independensi, kompetensi, dan pengetahuan auditor terhadap opini audit


(17)

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil manfaat antara lain :

1. Bagi Kantor Akuntan Publik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan yang bermanfaat bagi kantor akuntan publik dalam memahami dan mengatasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap opini audit.

2. Bagi Universitas

Sebagai tambahan khasanah perpustakaan, bahan referensi dan bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut, yang berhubungan dengan masalah yang ada.

3. Bagi Peneleti

Sebagai upaya untuk mendapatkan pengalaman yang berharga dalam menulis karya ilmiah dan memperluas wawasan dalam bidang auditing. Sehingga dapat diketahui masalah-masalah yang dihadapi KAP dan kesesuaian teori yang diperoleh, sehingga dapat diperoleh pemecahan masalah yang dihadapi oleh para auditor.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan penelitin ini, telah dilakukan oleh

1. Mayangsari (2003) a Judul

“Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen”

b Permasalahan

1) Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki kedua karakteristik tersebut?

2) Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan pendapat antara auditor yang ahli dan auditor yang tidak ahli?

c Kesimpulan

1) Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki karakteristik tersebut. Kesimpulan ini diambil


(19)

karena pada kelompok auditor yang ahli dan independen, rata-rata pendapat yang diberikan lebih mengarah kepada lemahnya kelangsungan hidup perusahaan tersebut sedangkan pada kelompok yang lain cenderung memberikan pendapat bahwa perusahaan yang dianalisis tidak mengalami kesulitan dalam kelangsungan hidupnya. Jadi auditor pada kelompok ini mempunyai tingkat prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok lain.

2) Selanjutnya dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa auditor yang ahli ternyata memiliki perbedaan perhatian terhadap jenis informasi yang digunakan sebagai dasar pemberian pendapat audit. Jenis auditor ahli lebih memperhatikan atypical, sebaliknya auditor yang non ahli lebih memperhatikan informasi typical.

2. Alim (2007) a Judul

“Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”

b Permasalahan

1) Apakah Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit? 2) Apakah Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit? 3) Apakah interaksi antara kompetensi dan etika auditor

berpengaruh terhadap kualitas audit?

4) Apakah independensi dan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?


(20)

c Kesimpulan

1) Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Libby (1989), Ashton (1991), Choo dan Trootman (1991), dalam Mayangsari (2003).

2) Sementara itu, interaksi kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, dalam penelitian ini tidak dapat diketahui karena dari hasil pengujian ternyata kedua variabel tersebut keluar dari model (Excluded Variables). Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Behn et al. (1997) dalam Widagdo et al. (2002).

3) Penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil ini konsisten dengan penelitian Shockly (1981), De Angelo (1981), Knapp (1985), Deis dan Giroux (1992), Mayangsari (2003).

4) Selanjutnya interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor mampu bertahan dari tekanan klien disertai dengan perilaku etis


(21)

yang dimiliki. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nichols dan Price (1976), Deis dan Giroux (1992).

3. Himahan (2008) a Judul

“Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor terhadap Kualitas Kinerja Auditor”

b Permasalahan

Apakah Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor berpengaruh terhadap Kualitas Kinerja Auditor ?

c Kesimpulan

1) Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor terhadap Kualitas Kinerja Auditor

2) Penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor berpengaruh terhadap Kualitas Kinerja Auditor

4. Setianingsih (2009) a Judul

“Pengaruh Kualitas Audit, Kompetensi, dan Independensi terhadap Opini Auditor”


(22)

b Permasalahan

Apakah Kualitas Audit, Kompetensi, dan Independensi berpengaruh terhadap Opini Auditor ?

c Kesimpulan

1) Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh Kualitas Audit, Kompetensi, dan Independensi terhadap Opini Auditor 2) Penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa Kualitas

Audit, Kompetensi, dan Independensi berpengaruh terhadap Opini Auditor

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Auditing

2.2.1.1. Pengertian Auditing

Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan publik dengan mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih dahulu. Definisi auditing pada umumnya yang banyak digunakan adalah definisi yang berasal dari American Accounting Association Commite on Basic Auditing Concept (Guy, et.al. 2002: 5) yang mengemukakan definisi auditing sebagai suatu proses sistematis yang secara obyektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.


(23)

Menurut Mulyadi (2002: 9) definisi auditing secara umum adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut (Mulyadi, 2002: 11).

Sedangkan Arens dan Loebbecke (1997: 1) mendefinisikan auditing sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independent untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independent dan kompeten.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses yang sistematik untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi yang bertujuan meberikan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.


(24)

Tujuan auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik (IAI, 2001: 110) dinyatakan bahwa tujuan umum atas laporan keuangan oleh auditor independent adalah menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum.

2.2.1.2. Jenis – Jenis Auditing

Mulyadi (2002 : 30) menyebutkan tiga jenis Auditing yang umum dilaksanakan. Ketiga jenis audit tersebut yaitu :

1 Audit atas Laporan Keuangan (Financial audit)

Merupakan audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan keuangan ini auditor independen mengevaluasi kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Dalam pengertiannya apakah laporan keuangan secara umum merupakan informasi yang dapat diverifikasi lalu telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya kriteria yang dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti prinsip akuntansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit yang kemudian dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan.


(25)

2 Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Merupakan audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.

3 Audit Operasional / Manajemen (Operasional Audit)

Merupakan pemeriksaan atas semua atau sebagian prosedur dan metode operasional suatu organisasi untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan ekonomisasinya. Audit operasional dapat menjadi alat manajemen yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil dari audit operasional berupa rekomendasi-rekomendasi perbaikan bagi manajemen sehingga audit jenis ini lebih merupakan konsultasi manajemen.

2.2.1.3. Jenis – Jenis Auditor

Arens dan Loebbecke (1997 : 6), meyebutkan empat jenis auditor yang paling umum dikenal, yaitu.

1 Akuntan Publik Terdaftar

Auditor ekstern/ independent bekerja untuk kantor akuntan publik yang statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor ekstern menghasilkan laporan atas financial audit yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti: kreditur, investor, calon kreditur, calon investor dan instansi pemerintah.


(26)

2 Auditor Intern

Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit dimana tugas pokonya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi.

3 Auditor Pajak

Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan wajib pajak yang diaudit terhadap undang- undang perpajakan yang berlaku. 4 Auditor Pemerintah

Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi keuangan yang disusun oleh instansi pemerintahan. Disamping itu audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Audit yang dilaksanakan oleh pemerintahan dapat dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

2.2.1.4. Tahap-tahap Pelaksanaan Audit

Menurut Mulyadi (2002 : 121) tahap audit atas laporan keuangan meliputi:

1 Penerimaan Perikatan Audit

Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak penugasan


(27)

audit dari klien. Enam langkah yang perlu ditempuh oleh auditor didalam mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon kliennya, yaitu:

a Mengevaluasi integritas manajemen.

b Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa. c Menilai kompetensi untuk melakukan audit.

d Menilai independensi.

e Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan.

f Membuat surat perikatan audit. 2 Perencanaan Audit

Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah berikutnya adalah perencanaan audit. Ada tujuh tahap yang harus ditempuh, yaitu:

a Memahami bisnis dan industri klien b Melaksanakan prosedur analitik

c Mempertimbangkan tingkat meterialitas awal d Mempertimbangkan risiko bawaan

e Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama

f Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan g Memahami pengendalian intern klien.

3 Pelaksanaan Pengujian Audit

Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang tujuan utamanya adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas


(28)

struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Secara garis besar pengujian audit dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

a Pengujian analitis (analytical tests). b Pengujian pengendalian (tests of control). c Pungujian substantive (substantive tests). 4 Pelaporan Audit

Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah penerbitan laporan audit. Oleh karena itu, auditor harus menyusun laporan keuangan auditan (audited financial statement), penjelasan laporan keuangan (notes to financial statement) dan pernyataan pendapat auditor.

2.2.1.5. Standar Auditing

Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik (IAI, 2001 : 150.2) yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia sebagai berikut :

1 Standar Umum

a Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor.

b Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.


(29)

2 Standar Pekerjaan Lapangan

a Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c Bahan bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3 Standar Pelaporan

a Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

b Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.

c Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit. d Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat

mengenai laporan keungan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus


(30)

dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.

2.2.1.6. Standar Profesional Akuntan Publik

Ada lima macam standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik (Mulyadi, 2002 : 34), yaitu :

1 Standar Auditing

Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis yang terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.

2 Standar Atestasi

Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertingggi yang lebih rendah dalam jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).

3 Standar Jasa Akuntansi dan Review

Standar ini memberikan kerangka fungsi non atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar ini dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR).


(31)

4 Standar Jasa Konsultasi

Memberikan panduan bagi akuntan publik didalam penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada hakikatnya berbeda dari Jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asseres). Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Umumnya, pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan untuk kepentingan klien.

5 Standar Pengendalian Mutu

Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika Kopartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.

2.2.2. Keahlian Audit

Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi operasional yang tepat. Trotter (1986) dalam Mayangsari (2003) mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan.


(32)

Menurut Hayes-Roth, et. al. (1983) mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dari lingkungan tersebut dan ketrampilan untuk memecahkan masalah tersebut.

Pengertian keahlian audit menurut Hiro Tugiman dalam Qudus (2004) adalah keahlian pemeriksaan internal dalam menerapkan standar, prosedur dan teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan. Selain itu keahlian sendiri berarti kemampuan yang menerapkan pengetahuan pada persoalan yang umumya dihadapi dan menyelesaikan persoalan tersebut tanpa perlu belajar kembali secara luas dan bantuan berarti dari pihak lain.

Menurut Tan dan Libby dalam Mayangsari (2003), keahlian audit dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu : keahlian teknis dan keahlian non teknis. Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang auditor berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum. Sedangkan keahlian non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seseorang auditor yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman.

Sedangkan hasil penelitian Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen keahlian auditor di Indonesia, yaitu

1. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kafer dan Acreman (1989) juga mengatakan bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan.


(33)

2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Gibbins dan larocque’s (1990) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, dan kemampuan untuk bekerja sama adalah unsur penting bagi keahlian audit.

Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain: merencanakan program pemeriksaan, menyusun program kerja pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan.

Dari keterangan diatas maka kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian keahlian audit adalah seseorang yang memiliki tingkat kemahiran dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan menerapkan standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan akuntansi secara tepat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.

2.2.3. Independensi

Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang menyatakan bahwa dalam semua yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

Dalam buku Standar Profesi Akunatan Publik 2001 seksi 220 PSA No.04 Alinea 2, dijelaskan bahwa Independensi itu berarti tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaanya untuk kepentingan umum


(34)

(dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru paling penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.

Mulyadi (2002: 26) menjelaskan bahwa independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. Independensi akuntan publik mencakup dua aspek, yaitu: (1) independensi sikap mental, (2) independensi penampilan. Independensi sikap mental berarti adanya kejujuran di dalam diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak di dalam diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya. Sedangkan independensi penampilan berarti adanya kesan masyarakat bahwa akuntan publik bertindak independen sehingga akuntan publik harus menghindari faktor-faktor yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan kebebasannya. Independensi penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap independensi akuntan publik (Agoes, 2004: 33).


(35)

Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau independen dari pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang diauditnya. Dalam kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang seringkali mengganggu sikap mental independen auditor adalah sebagai berikut:

1. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh kliennya atas jasanya tersebut.

2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan untuk memuaskan keinginan kliennya.

3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan lepasnya klien.

Berdasarkan keterangan-keterangan yang ada dapat diambil kesimpulan bahwa independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara objektif dan dengan integritas yang tinggi. Integritas berhubungan dengan kejujuran intelektual akuntan sedangkan objektifitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditan.

2.2.4. Kompetensi

Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang


(36)

ahli dibidang akuntansi dan auditing. Definisi kompetensi menurut Mitrani (1995) dalam Rahamawati (2004) adalah sebagai suatu sifat dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.

Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Alim (2007) mendefinisikan kompetensi adalah sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, system nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Susanto (2002) mendefinisikan tentang kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang non-rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pendidikan dan pengalaman (Mayangsari, 2003).

Adapun Suraida (2005) menyatakan, kompetensi adalah keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium dan lain-lain seperti:

1. Untuk luar negeri (AS) ujian CPA (Certified Public Accountant) 2. Dalam negeri (Indonesia) USAP (Ujian Sertifikat Akuntan Publik) 3. PPB (Pendidikan Profesi Berkelanjutan)


(37)

4. Pelatihan-pelatihan intern dan ekstern

5. Keikutsertaan dalam seminar, simposium dan lain-lain

Kompetensi auditor diukur melalui banyaknya ijasah/sertifikat yang dimiliki serta jumlah/banyaknya keikutsertaan yang bersangkutan dalam pelatihan-pelatihan, seminar atau simposium. Semakin banyak sertifikat yang dimiliki dan semakin sering mengikuti pelatihan atau seminar/simposium diharapkan auditor yang bersangkutan akan semakin cakap dalam melaksanakan tugasnya

Berdasarkan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Publik, kompetensi dapat diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Kompetensi professional dapat dibagi menjadi dua fase yang terpisah :

1. Pencapaian Kompetensi Profesional

Pencapaian kompetensi professional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian professional dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang normal untuk anggota.

2. Pemeliharaan Kompetensi Profesional

a Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan melakukan peningkatan professional secara berkesinambungan selama kehidupan professional anggota.

b Pemeliharaan kompetensi professional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, auditing dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan.


(38)

c Anggota harus menetapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa professional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.

Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkman klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing-masing atau menilai apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk tanggung jawab yang harus dipenuhinya (Mulyadi, 2002: 58).

2.2.5. Pengetahuan Auditor

Akuntan Publik diharapkan mempunyai tingkat pemahaman yang tinggi baik mengenai permasalahan akuntansi maupun audit. Standar ini menempatkan tanggung jawab pada auditor untuk memenuhi persyaratan pelatihan serta keahlian melalui pendidikan dan pengalaman khusus dalam bidang audit.

Pelatihan teknis dan keahlian tidak hanya mencakup pendidikan formal tetapi juga pengalaman auditor dalam profesinya. Auditor selain harus memiliki pendidikan auditing formal, mereka juga harus peduli


(39)

dengan perkembangan baru dalam bidang akuntansi, auditing, dan bisnis serta harus menerapkan pernyataan autoritatif baru dibidang akuntansi dan auditing.

Untuk melindungi masyarakat dari adanya praktek-praktek akuntan publik yang tidak semestinya, pemerintah telah mengatur pemakaian gelar akuntan dalam Undang - Undang No. 34 Tahun 1954. Undang –Undang inilah yang mengatur syarat-syarat kecakapan dan kewenangan setiap orang yang terjun dalam profesi akuntan public. Ada 3 Hal yang perlu dicatat dari UU No. 34 Tahun 1954 ini:

1. Akuntan harus sarjana lulusan Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi Negeri atau mempunyai ijasah yang disamakan. Pertimbangan persamaan ini berada di tangan panitia ahli pertimbangan persamaan ijasah apuntan.

2. Akuntan tersebut harus terdaftar dalam register negara yang diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan memperoleh ijin menggunakan gelar apuntan dari Departemen tersebut.

3. Menjalankan pekerjaan auditor dengan memakai nama kantor akuntan, biro akuntan, atau nama lain yang memuat nama akuntan atau akuntansi hanya diijinkan jika pemimpin kantor dan biro tersebut dipegang oleh seseorang atau beberapa orang akuntan. Disamping akuntan harus telah menjalani pendidikan formal sebagai akuntan seperti diatur dalam UU No. 34 tahun 1954 tersebut, stándar umum yang pertama mensyaratkan akuntan Publik harus menjalani pelatihan teknis yang cukup dalam praktik akuntansi dan prosedur audit..


(40)

Untuk berpraktik sebagai akuntan Publik di Indonesia, pada tahun 1997 pemerintah mengeluarkan aturan mengenai pemberian izin praktik sebagai akuntan Publik, yang dituangkan dalam keputusan menteri Keuangan Republik Indonesia No. 43/KMK.017/1997 tanggal 27 Januari 1997 tentang jasa akuntan Publik. Dalam surat keputusan tersebut, izin menjalani praktek sebagai akuntan Publikdiberikan oleh menteri keuangan jira seseorang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Berdomisili di wilayah Indonesia

2. Lulus ujian sertifikasi akuntan Publik yang diselenggarakan oleh IAI. 3. Menjadi anggota IAI.

4. Telah memiliki pengalaman kerja sekurang-kurangnya 3 tahun sebagai akuntan dengan reputasi baik dibidang audit. Jadi untuk berpraktik sebagai akuntan publik di Indonesia seorang akuntansi harus memiliki pengetahuan dan keahlian yang telah diatur dalam UU No.34 tahun 1954 dan keputusan Menkeu RI No.43/KMK.017/97 tanggal 27 Januari 1997 tentang jasa akuntan publik. Karena dalam dunia usaha selalu mengalami perubahan dan perkembangan, maka akuntansi yang merupakan penyedia informasi keuangan bagi masyarakat bisnis tidak harus selalu mengikuti perkembangan bidang akuntansi agar tetap dapat menyediakan jasa yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakatnya. Pendidikan formal dan pelatihan tehnik pada awal memasuki profesi akuntan publik yang telah dipenuhi oleh seorang akuntan publik harus perlu diperbaharui setiap saat untuk menyesuaikan dengan perkembangan bidang akuntansi. Untuk


(41)

memenuhi kebutuhan tersebut, organisasi profesi akuntan publik harus senantiasa menyediakan kesempatan bagi anggota profesinya untuk mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan (Continuing Profesional Education).

2.2.6. Opini Auditor

2.2.6.1. Pengertian Opini Auditor

Opini auditor merupakan pendapat yang diberikan oleh auditor tentang kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan tempat auditor melakukan audit. Ikatan Akuntan Indonesia (2001: 504.01) menyatakan bahwa : “Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal jika nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab auditor bersangkutan”.

Menurut Arens dan Loebbecke (1997: 38) mendefinisikan pendapat sebagai kesimpulan dari hasil laporan audit dan proses pengambilan keputusan dalam bidang audit. Bagian ini sangat penting sehingga sering kali keseluruhan laporan audit hanya disebut sebagai pendapat auditor. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa kesimpulan tersebut didasarkan atas pertimbangan professional.


(42)

Mulyadi (2002 : 19) menjelaskan dalam paragraph ini auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima umum. Jika auditor tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup atau jika hasil pengujian auditor menunjukkan bahwa laporan keuangan yang diauditnya disajikan tidak wajar, maka auditor perlu menerbitkan laporan audit selain laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian.

2.2.6.2. Jenis – Jenis Opini Auditor

Terdapat lima opini yang mungkin diberikan oleh akuntan public atas laporan keuangan yang diauditnya (Mulyadi, 2002: 19). Opini-opini tersebut adalah:

1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi yang berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.

Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan keuangan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor.


(43)

Kata wajar dalam paragraph pendapat mempunyai makna: a Bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran.

b Lengkap informasinya.

2. Laporan yang Berisi Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan (Unqualified Opinion Report with Explanatory Language).

Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan audit bentuk baku.

3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit, jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut ini:

a Lingkup audit dibatasi oleh klien.

b Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor. c Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi

berterima umum.

d Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

4. Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion)

Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum


(44)

sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor juga akan memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang terdapat dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya dan tidak dapat digunakan oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

5. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion). Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah:

a Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit. b Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.

2.2.7. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Opini Audit

Trotter (1986) dalam artikel Choe dan Rice (1987) mendefinisikan ahli sebagai orang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan (dikutuip dari Mayangsari, 2003).

Penelitian tentang keahlian yang berkaitan dengan proses pembuatan laporan yang dilakukan oleh seorang ahli merupakan suatu


(45)

penelitian yang banyak berhubungan dengan aspek perilaku. Pada proses pembuatan keputusan, seorang ahli harus melakukan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada jumlah informasi yang digunakan untuk membuat keputusan. Menurut Einhorn (1972), pembuatan keputusan oleh seorang ahli didasarkan pada paradigma Einhorn (dikutip dari Mayangsari, 2003).

Einhorn mengatakan ada tiga hal penting yang harus dipertimbangkan oleh seorang ahli dalam proses pembuatan keputusan :

1. Seorang ahli seharusnya cenderung untuk mengelompokkan variabel-variabel dalam cara yang sama disaat mengidentifikasi dan mengorganisasi faktor informasi.

2. Dalam menghitung jumlah informasi, seorang ahli seharusnya menunjukkan pertimbangan reliabilitas yang tinggi sehingga terhindar dari bias.

3. Seorang ahli seharusnya mempertimbangkan dan menggabungkan faktor-faktor dalam cara yang sama.

2.2.8. Pengaruh Independensi Terhadap Opini Audit

Independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara objektif dan dengan integritas yang tinggi dalam pengambilan keputusan. Integritas berhubungan dengan kejujuran intelektual akuntan sedangkan objektifitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditor.

Selain itu Independensi juga merupakan aspek yang penting dalam profesi akuntan publik, karena akuntan publik tidak dapat memberikan


(46)

opini yang objektif jika ia tidak independen. Meskipun auditor memiliki kemampuan teknis yang cukup, masyarakat tidak akan percaya jika mereka tidak independen.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, Nampak bahwa opini auditor merupakan suatu faktor yang mempengaruhi pemilihan KAP dan faktor yang menyebabkan klien berganti kantor akunatan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian opini oleh auditor dapat tidak objektif jika auditor tidak independen.

2.2.9. Pengaruh Kompetensi Terhadap Opini Audit

Kompetensi adalah kemampuan individual/orang perorangan untuk mengerjakan suatu tugas/pekerjaan yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap, sesuai untuk kerja yang dipersyaratkan. Kompetensi didapatkan dari perpaduan pendidikan dan pengalaman.

Auditor selain harus ahli di bidang auditing juga harus punya kompetensi yang memadai sehingga ia mampu melaksanakan audit dan dapat mengumpulkan bukti kompeten dimana bukti yang kompeten digunakan auditor sebagai dasar dalam pemberian opini audit (Christiawan, 2002). Setiap auditor bertanggung jawab menilai kemampuan mereka, mengevaluasi apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangannya cukup untuk suatu bentuk tanggung jawab yang dimaksudkan.

2.2.10.Pengaruh Pengetahuan Auditor Terhadap Opini Audit

Para Auditor harus ditugasi dan disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan sedemikian rupa sehinggan


(47)

mereka dapat mengevaluasi bukti audit yang mereka periksa. Auditor dengan tanggungjawab akhir untuk satu perikatan harus mengetahui pada tingkat yang minimum, standar akuntansi dan auditing yang relevan dan harus memiliki pengetahuan tentang kliennya ( SPAP, 230.1:05 ).

Menurut Boner Janual Ker (1994) dalam noviyani (2002), Peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan latihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Jadi, semakin tinggi pengetahuan seorang auditor maka keahliannya semakin meningkat sehingga kinerjanya akan semakin berkualitas.

2.2.11.Pengaruh Keahlian Audit, Independensi, Kompetensi, dan Pengetahuan Auditor Terhadap Opini Audit

Menurut Mutcheler (1985) berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai adanya hubungan antara faktor keahlian audit dan independensi dengan opini audit, maka hipotesis pertama menunjukkan adanya hubungan yang saling bergantung antara keahlian audit dan independensi terhadap pemberian opini audit. Artinya, auditor baik itu kompeten maupun tidak kompeten akan cenderung memberikan opini yang salah karena adanya faktor-faktor komersial, seperti kerugian jika klien berpindah ke kantor akuntan publik yang lain atau auditor menghadapi tekanan pada saat melakukan proses pemeriksaan (dikutip dari Mayangsari, 2003).

Proses pengambilan keputusan dalam bidang audit dipengaruhi oleh faktor keahlian audit, kompetensi dan independensi. Keahlian audit berkaitan dengan struktur yang dimiliki auditor dan dapat menyebabkan


(48)

perbedaan pendapat audit terhadap suatu kasus tertentu. Sedangkan independensi merupakan cerminan tekanaan politik, sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh seorang auditor dalam proses pengambilan keputusan dalam pemberian opini audit.

Berdasarkan keterangan tersebut, bahwa auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi terlebih dahulu sebelum ia dapat menjadi independen, karena seorang auditor yang tidak kompeten maka ia tidak mungkin dapat bertindak independen dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya. Auditor yang tidak kompeten cenderung bergantung pada pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya, karena sangat terbatas pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan penelitian sebelumnya, untuk memudahkan analisis, serta untuk pendukung hasil penelitian, maka diajukan beberapa premis, sebagai berikut :

Premis 1 : Proses pengambilan keputusan dalam bidang audit dipengaruhi oleh faktor keahlian audit dan independensi (Mayangsari, 2003). Premis 2 : Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit (Alim, 2007)

Premis 3 : Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor berpengaruh terhadap Kualitas Kinerja Auditor (Rizki, 2008). Premis 4 : Kualitas audit, Kompetensi, dan Independensi berpengaruh


(49)

Untuk memudahkan analisis dan menguji hipotesis, maka dapat digambarkan dalam suatu bagan kerangka pikir, ynag disajikan pada gambar 1 sebagai berikut.

Keahlian Audit (X1)

Independensi (X2)

Kompetensi (X3)

Opini Audit (Y)

Uji Statistik : Regresi Linier Berganda Pengetahuan Auditor

(X4)

Gambar 1 : Diagram Kerangka Pikir

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Diduga keahlian audit berpengaruh terhadap opini audit

H2 : Diduga independensi berpengaruh terhadap opini audit H3 : Diduga kompetensi berpengaruh terhadap opini audit


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak variabel tersebut (Nazir, 2005 : 126)

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 4 (empat)

variabel bebas (X) yaitu Keahlian Audit (X1), Independensi (X2),

Kompetensi (X3), dan Pengetahuan Auditor (X4), dan satu variabel terikat

(Y) yaitu Opini Audit

Adapun definisi operasional dari masang – masing variabel tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Variabel bebas (X), yang terdiri dari : a. Keahlian Audit (X1)

Merupakan keahlian pemeriksaan internal dalam menerapkan standar, prosedur dan teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan.

b. Independensi (X2)

Merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain.


(51)

c. Kompetensi (X3)

Merupakan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, dan simposium.

d. Pengetahuan Auditor (X4)

Merupakan ilmu yang dimiliki oleh auditor yang sangat berguna dalam melaksanakan pemeriksaan atau audit

2. Variabel Terikat (Y) Opini Audit (Y)

Merupakan suatu kesimpulan dari hasil laporan audit dan proses pengambilan keputusan dalam bidang audit/

3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, yaitu suatu pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain, yaitu jarak yang sama pada pengukuran interval memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur (Nazir, 2005 : 131).

Teknik pengukurannya menggunakan skala Likert yaitu merupakan

skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2002 : 86). Dengan skala likert, maka variabel yang dapat diukur dijabarkan


(52)

menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Adapun Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Keahlian Audit (X1)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Setianingsih (2009).

Variabel ini diukur dengan 5 (lima) buah pernyataan. Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 5 (lima).

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Skala 1 (satu) menunjukkan seorang auditor mempunyai Keahlian Audit yang rendah. Skala 3 (tiga) merupakan nilai tengah yang berarti seorang auditor mempunyai Keahlian Audit yang cukup. Skala 5 (lima) menunjukkan seorang auditor mempunyai Keahlian Audit yang tinggi.

2. Independensi (X2)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam


(53)

penelitian Himahan (2008) dan diadaptasi lagi oleh Setianingsih (2009).

Variabel ini diukur dengan 5 (lima) buah pernyataan. Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 5 (lima).

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Skala 1 (satu) menunjukkan seorang auditor mempunyai Independensi yang rendah. Skala 3 (tiga) merupakan nilai tengah yang berarti seorang auditor mempunyai Independensi yang cukup. Skala 5 (lima) menunjukkan seorang auditor mempunyai Independensi yang tinggi.

3. Kompetensi (X3)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Himahan (2008) dan diadaptasi lagi oleh Setianingsih (2009).

Variabel ini diukur dengan 5 (lima) buah pernyataan. Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 5 (lima).

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Skala 1 (satu) menunjukkan seorang auditor mempunyai Kompetensi yang rendah. Skala 3 (tiga) merupakan nilai tengah yang


(54)

berarti seorang auditor mempunyai Kompetensi yang cukup. Skala 5 (lima) menunjukkan seorang auditor mempunyai Kompetensi yang tinggi.

4. Pengetahuan Auditor (X4)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Himahan (2008).

Variabel ini diukur dengan 6 (enam) buah pernyataan. Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 5 (lima).

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Skala 1 (satu) menunjukkan seorang auditor mempunyai Pengetahuan yang rendah. Skala 3 (tiga) merupakan nilai tengah yang berarti seorang auditor mempunyai Pengetahuan yang cukup. Skala 5 (lima) menunjukkan seorang auditor mempunyai Pengetahuan yang tinggi.

5. Opini Audit (Y)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Setianingsih (2009).

Variabel ini diukur dengan 8 (delapan) buah pernyataan. Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 5 (lima).

1 2 3 4 5


(55)

Skala 1 (satu) menunjukkan seorang auditor mempunyai opini yang rendah. Skala 3 (tiga) merupakan nilai tengah yang berarti seorang auditor mempunyai Opini yang cukup. Skala 5 (lima) menunjukkan seorang auditor mempunyai Opini yang tinggi.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002 : 72).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah terdaftar dalam Directory Kantor Akuntan Publik pada tahun 2009 dan berada di Surabaya Pusat, berjumlah 17 KAP, tetapi dari 17 KAP tersebut, hanya 8 KAP yang bersedia menerima kuesioner dari peneliti. Sehingga populasi dalam penelitian ini adalah 8 Kantor Akuntan Publik (KAP), dimana setiap Kantor Akuntan Publik (KAP) diasumsikan memiliki 9 orang auditor.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2002 : 73). Teknik penarikan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling

(penarikan sampel secara acak) yaitu setiap anggota populasi memiliki peluang yang besarnya sudah diketahui untuk terpilih sebagai sampel dan


(56)

peneliti bisa memperkirakan besarnya kesalahan penarikan sampel (sampling error). Sedangkan metode yang digunakan adalah sampel random sampling yaitu setiap populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai sampel (Sumarsono, 2004 : 46).

Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :

n = 2

1 Ne

N

(Umar, 2001 : 74) Dimana :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan (e = 10%).

Cara Perhitungan :

n = 2

) 01 , 0 .( 72 1

72 

n = 41,8 = 42 responden

Berdasarkan dari perhitungan di atas, maka jumlah anggota sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 42 orang.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis dan Sumber Data


(57)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer yaitu merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli pihak pertama (Ikhsan dan Ishak, 2005 : 109). Sedangkan sumber data berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 42 orang auditor yang tersebar pada 8 (delapan) Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Surabaya dan dijadikan sampel dalam penelitian.

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, ini yaitu meliputi :

1 Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data (Nazir, 2005 : 203).

2 Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan penelitian langsung pada obyek yang diteliti.(Nazir, 2005 : 212).

3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Validitas Data

Menurut Arikunto dalam Riduwan (2004 : 109) menjelaskan bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2002 : 135)


(58)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > rtabel dan nilai

r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah valid (Ghozali, 2002 : 135)

3.4.2. Uji Reliabilitas

Menurut Riduwan (2004 : 128) reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau

dapat diandalkan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika

jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2002 : 132).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah reliabel (Ghozali, 2002 : 133)

3.4.3. Uji Normalitas

Merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji apakah dari variabel – variabel yang digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov

Dasar analisis yang digunakan yaitu nilai signifikansi atau nilai

probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) > 5%, maka butir atau item

pertanyaan tersebut adalah berdistribusi normal(Sumarono, 2004 :40)


(59)

Persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji regrasi ini tidak bias (Sesuai dengan tujuan Untuk mengambil keputusan BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh persamaan tersebut, yaitu (Gujarati, 1999 : 153)

1. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan cara uji Durbin-Watson (DW test), tetapi dalam penelitian ini data yang digunakan bukan data time series, sehingga untuk Uji Autokorelasi tidak dilakukan. (Gujarati, 1999 : 201).

2. Multikolineritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikoliniaritas adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas Multikolinieritas (Ghozali, 2002 : 57-59)


(60)

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidak adanya heteroskedastisitas adalah dengan uji korelasi rank spearman

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Sig (2-tailed) > 0,05, maka hal ini berarti dalam model regresi tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya atau bebas Heteroskedastisitas (Santoso, 2001 : 161)

3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.6.1. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

(Anonim, 2008: L-21) Keterangan :

Y = Opini Audit

β0 = Konstanta

X1 = Kualitas Audit

X2 = Independensi

X3 = Kompetensi

X4 = Pengetahuan Auditor

β1…4 = Koefisien regresi


(61)

3.6.2. Uji Hipotesis

3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model

Uji F ini digunakan untuk mengetahui sesuai tidaknya model regresi yang dihasilkan guna melihat pengaruh keahlian audit, independensi, kompetensi, dan pengetahuan auditor terhadap opini audit

Hipotesis Statistik

1. Ho : β1 = 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan tidak cocok

guna melihat pengaruh keahlian audit, independensi,

kompetensi, dan pengetahuan auditor terhadap opini

audit

H1 : β1 ≠ 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan cocok guna

melihat pengaruh keahlian audit, independensi,

kompetensi, dan pengetahuan auditor terhadap opini

audit

2. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05. 3. Kriteria keputusan

i. Jika nilai probabilitas > 0,05,, maka H0 diterima dan H1 ditolak

yang berarti model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat pengaruh keahlian audit, independensi, kompetensi, dan pengetahuan auditor terhadap opini audit

ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

yang berarti model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh keahlian audit, independensi, kompetensi, dan pengetahuan auditor terhadap opini audit


(62)

3.6.2.2. Uji Parsial

Uji t ini digunakan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh keahlian audit, independensi, kompetensi, dan pengetahuan auditor secara parsial terhadap opini audit

Hipotesis Statistik

1. Ho : β1 = 0, menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan

keahlian audit, independensi, kompetensi, dan

pengetahuan auditor secara parsial terhadap opini audit

H1 : β1 ≠ 0, menunjukkan ada pengaruh yang signifikan keahlian

audit, independensi, kompetensi, dan pengetahuan auditor

secara parsial terhadap opini audit

2. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05. 3. Kriteria keputusan

i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak

yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan keahlian audit, independensi, kompetensi, dan pengetahuan auditor secara parsial terhadap opini audit

ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

yang berarti ada pengaruh yang signifikan keahlian audit, independensi, kompetensi, dan pengetahuan auditor secara parsial terhadap opini audit


(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Profesi akuntan di Indonesia ada seiring dengan keluarnya lulusan pertama dalam pendidikan akuntan pada tahun 1957. Akuntan merupakan suatu gelar profesi yang dilindungi oleh UU No. 34 Tahun 1954, didalamnya terdapat hal-hal yang perlu diketahui diantaranya seperti:

1. Akuntan harus sarjana lulusan fakultas Ekonomi perguruan tinggi negeri atau mempunyai ijazah yang disamakan.

2. Akuntan tersebut harus terdaftar dalam register Negara yang

diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan memperoleh ijin mempergunakan gelar Akuntan dari departemen tersebut.

3. Menjalankan pekerjaan akuntan dengan memakai nama kantor akuntan,

biro akuntan, atau nama lain yang memuat nama akuntan atau akuntansi hanya diijinkan jika pemimpin kantor atau biro tersebut dipegang oleh seorang atau beberapa orang akuntan.

Profesi akuntan publik timbul, disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga yang tidak memihak untuk menilai keandalan pertanggung jawaban laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen didalam laporan keuangan.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuesioner yang


(64)

disebar pada 42 orang auditor yang tersebar pada 8 (delapan) Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Surabaya, dan kuesioner tersebut terdiri dari 29 pernyataan yang dibagi menjadi 5 bagian.

Untuk memperjelas uraian tersebut di atas, maka berikut ini adalah hasil dari jawaban kuisioner untuk masing masing variabel, yaitu sebagai berikut:

1 Bagian I berkaitan dengan pernyataan mengenai “Keahlian Audit

(X1)”.

Keahlian Audit merupakan keahlian pemeriksaan internal dalam menerapkan standar, prosedur dan teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan.

Berdasarkan dari hasil jawaban kuisioner mengenai Keahlian Audit, dapat dilihat pada tabel 1, yaitu sebagai berikut :

Tabel. 1 : Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Keahlian Audit (X1)

Jawaban Quisioner

1 2 3 4 5

Item Pertanyaan

Resp% Resp% Resp% Resp% Resp%

1 11 26,19 13 30,95 2 4,76 7 16,67 9 21,43

2 8 19,05 13 30,95 5 11,90 1 2,38 15 35,71

3 8 19,05 13 30,95 8 19,05 2 4,76 11 26,19

4 14 33,33 7 16,67 6 14,29 4 9,52 11 26,19

5 12 28,57 13 30,95 1 2,38 4 9,52 12 28,57

Mean 25,24 28,10 10,48 8,57 27,62


(65)

Berdasarkan dari tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi berada pada skor 2 atau jawaban tidak setuju yaitu sebesar 28,10% yang artinya bahwa tingkat Keahlian Audit yang dimiliki oleh para Auditor yang tersebar pada 8 (delapan) Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Surabaya adalah rendah

2 Bagian II berkaitan dengan pernyataan mengenai “Independensi (X2)”.

Independensi merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh, dan tidak dikendalikan oleh pihak lain, serta tidak tergantung pada orang lain.

Berdasarkan dari hasil jawaban kuisioner mengenai Independensi, dapat dilihat pada tabel 2, yaitu sebagai berikut :

Tabel. 2 : Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Independensi (X2)

Jawaban Quisioner

1 2 3 4 5

Item Pertanyaan

Resp% Resp% Resp% Resp% Resp%

1 19 45,24 6 14,29 2 4,76 8 19,05 7 16,67

2 13 30,95 15 35,71 4 9,52 2 4,76 8 19,05

3 13 30,95 13 30,95 2 4,76 10 23,81 4 9,52

4 13 30,95 13 30,95 6 14,29 2 4,76 8 19,05

5 15 35,71 9 21,43 6 14,29 5 11,90 7 16,67

Mean 34,76 26,67 9,52 12,86 16,19

Sumber : Lampiran. 2

Berdasarkan dari tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi berada pada skor 1 atau jawaban sangat tidak setuju


(1)

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Opini Audit (Y)

DENGAN PROGRAM SPSS. 16.0.

FOR WINDOWS

Reliability

Case Processing Summary

42 100,0 0 ,0 42 100,0 Valid Excludeda Total Cases N %

Listwise deletion based on all variables in the procedure. a.

Reliability Statistics

,933 8

Cronbach's Alpha N of Items

Item Statistics

3,24 1,543 42

2,88 1,517 42

2,76 1,665 42

3,02 1,630 42

3,33 1,557 42

3,40 1,466 42

3,43 1,548 42

3,31 1,456 42

Butir_1 Butir_2 Butir_3 Butir_4 Butir_5 Butir_6 Butir_7 Butir_8

Mean Std. Deviation N

Item-Total Statistics

22,14 80,077 ,805 ,922

22,50 82,012 ,741 ,926

22,62 79,559 ,753 ,926

22,36 78,625 ,809 ,921

22,05 81,705 ,730 ,927

21,98 83,585 ,707 ,929

21,95 79,949 ,807 ,921

22,07 81,775 ,789 ,923

Butir_1 Butir_2 Butir_3 Butir_4 Butir_5 Butir_6 Butir_7 Butir_8

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Scale Statistics

25,38 104,681 10,231 8


(2)

Uji Normalitas

Kolmogorov – Smirnov - Test

DENGAN PROGRAM SPSS. 16.0.

FOR WINDOWS

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

42 ,0000000 5,34107311 ,112 ,112 -,101 ,723 ,673 N

Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(3)

Uji Regresi Linier Berganda

DENGAN PROGRAM SPSS. 16.0.

FOR WINDOWS

Regression

Descriptive Statistics

25,38 10,231 42

14,26 7,177 42

12,45 6,754 42

15,00 6,889 42

16,67 8,186 42

Pendapat Audit (Y) Keahlian Audit (X1) Independensi (X2) Kompetensi (X3) Pengetahuan Auditor (X4)

Mean Std. Deviation N

Variables Entered/Removedb

Pengetahuan Auditor (X4), Kompetensi (X3),

Keahlian Audit (X1), Independensi (X2)a . Enter Model

1

Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Pendapat Audit (Y) b.

Model Summaryb

,853a ,727 ,698 5,622

Model 1

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), Pengetahuan Auditor (X4), Kompetensi (X3), Keahlian Audit (X1), Independensi (X2) a.

Dependent Variable: Pendapat Audit (Y) b.

ANOVAb

3122,295 4 780,574 24,693 ,000a

1169,610 37 31,611

4291,905 41 Regression Residual Total Model 1

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Pengetahuan Auditor (X4), Kompetensi (X3), Keahlian Audit (X1), Independensi (X2) a.

Dependent Variable: Pendapat Audit (Y) b.

Coefficientsa

22,657 2,703 8,383 ,000

-,688 ,152 -,483 -4,521 ,000 ,646 1,548

,853 ,204 ,563 4,169 ,000 ,404 2,474

-,568 ,137 -,382 -4,159 ,000 ,871 1,148

,626 ,147 ,501 4,266 ,000 ,534 1,873

(Constant) Keahlian Audit (X1) Independensi (X2) Kompetensi (X3) Pengetahuan Auditor (X4) Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Pendapat Audit (Y) a.


(4)

Uji Correlation “Rank Spearman”

DENGAN PROGRAM SPSS. 16.0.

FOR WINDOWS

Nonparametric Correlations

Correlations

1,000 . 42 ,056 ,724 42 -,042 ,793 42 ,045 ,776 42 ,030 ,852 42 Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Unstandardized Residual

Keahlian Audit (X1)

Independensi (X2)

Kompetensi (X3)

Pengetahuan Auditor (X4) Spearman's rho

Unstandardized Residual


(5)

Tabel “r” Product Moment

DENGAN PROGRAM SPSS. 16.0.

FOR WINDOWS

Df

5%

Df

5%

1

0.988

26

0.317

2

0.900

27

0.311

3

0.805

28

0.306

4

0.729

29

0.301

5

0.669

30

0.296

6

0.621

31

0.291

7

0.582

32

0.287

8

0.549

33

0.283

9

0.521

34

0.279

10

0.497

35

0.275

11

0.476

36

0.271

12

0.458

37

0.267

13

0.441

38

0.264

14

0.426

39

0.260

15

0.412

40

0.257

16

0.400

41

0.254

17

0.389

42

0.251

18

0.378

43

0.248

19

0.369

44

0.246

20

0.360

45

0.243

21

0.352

46

0.240

22

0.344

47

0.238

23

0.337

48

0.235

24

0.330

49

0.233

25

0.323

50

0.231


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh kompetensi, independensi, dan keahlian profesional terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi (studi kasus pada kantor akuntan publik di wilayah Jakarta Selatan)

4 32 171

Pengaruh keahlian audit dan indenfendensi auditor eksternal terhadap tingkat materialistas dalam audit laporan keuangan: studi empiris pada kantor akuntan publik yang terdapat di Jakarta

0 6 118

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI DAN KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA.

0 1 86

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, KOMPETENSI, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA.

0 2 110

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PENDAPAT AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA.

0 2 80

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI, DAN KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP PENDAPAT AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) SURABAYA.

0 0 81

““Pengaruh Keahlian Audit Dan Independensi Terhadap Pendapat Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”.

0 5 169

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI, KOMPETENSI, DAN PENGETAHUAN AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)

0 0 17

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, KOMPETENSI, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA

0 0 28

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI, DAN KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP PENDAPAT AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) SURABAYA

0 0 17