PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MODEL MOLEKUL BERDASARKAN TEORI VALENCE SHELL ELECTRON PAIR REPULSION (VSEPR) SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA KELAS X SMA/MA.

(1)

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MODEL MOLEKUL BERDASARKAN TEORI VALENCE SHELL ELECTRON PAIR REPULSION (VSEPR)

SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA KELAS X SMA/MA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Pratiwi Kusuma Wardani 13303241040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Pratiwi Kusuma Wardani Program Studi : Pendidikan Kimia

Fakultas : MIPA

NIM : 13303241040

Judul TAS : Pengembangan Alat Peraga Model Molekul Berdasarkan Teori Valence Shell Electron Pair Repulsion (VSEPR) sebagai Media Pembelajaran Kimia Kelas X SMA/MA. Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode selanjutnya.

Yogyakarta, 10 April 2017 Yang menyatakan,

Pratiwi Kusuma Wardani NIM. 13303241040


(5)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur Tugas Akhir Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta, Bapak AIPDA Supriyadi dan Ibu Ellymatunsadiyah, S.Pd.


(6)

MOTTO

إِنَّ

اللَّهَ

لَا

يُغَيِّرُ

مَا

بِقَوْمٍ

حَتَّىٰ

يُغَيِّرُوا

مَا

بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

~


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan Alat Peraga Model Molekul Berdasarkan Teori Valence Shell Electron Pair Repulison

(VSEPR) sebagai Media Pembelajaran Kimia Kelas X SMA/MA”. Penelitian pengembangan ini termasuk dalam bidang penelitian pendidikan kimia.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

2. Bapak Dr. Slamet Suyanto, M.Ed selaku Wakil Dekan I FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

3. Bapak Drs. Jaslin Ikhsan, M.App.Sc., Ph.D selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

4. Bapak Sukisman Purtadi, M.Pd selaku Koordinator Tugas Akhir Skripsi dan Ketua Program Studi Pendidikan Kimia yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

5. Ibu Regina Tutik Padmaningrum, M.Si selaku dosen pembimbing Tugas Akhir skripsi dan ahli materi yang telah memberikan bimbingan dan memotivasi.

6. Ibu Dr. Eli Rohaeti dan Bapak Heru Pratomo Al, M.Si selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan, saran dan memotivasi.


(8)

7. Kedua orang tua saya Bapak AIPDA Supriyadi dan Ibu Ellymatunsadiyah, S.Pd yang selalu mendo’akan, memotivasi dan mendukung.

8. Bapak Agus Cadika, S.Pd (SMA Negeri 1 Wates), Bapak Drs. R Ananta Djoko Suhasmono (SMA Negeri 9 Yogyakarta), Ibu Ngasriyati, S.Pd (SMA Negeri 1 Seyegan), Bapak Yudhi Supriatno, M.M.Pd. (SMA Negeri 2 Banguntapan) dan Ibu Dra Sinta Bagaskara (SMA Negeri 8 Yogyakarta) yang telah memberi penilaian dan saran terhadap produk yang dikembangkan. 9. Tustika Duwi Lestari, Safira Wulaningrum, Arini Martila, Devi Ratna Sari

dan Andri Prasetyo Banuaji sebagai Peer Reviewer yang telah memberi saran terhadap produk yang dikembangkan.

10. Peserta Didik Kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan Tahun Ajaran 2016/2017 telah memberi penilaian dan saran terhadap produk yang dikembangkan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, maka kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 10 April 2017 Penulis,

Pratiwi Kusuma Wardani 13303241040


(9)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERNYATAAN ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 6

G. Manfaat Penelitian ... 7

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 8

I. Definisi Istilah ... 9

BAB II ... 11

A. Analisis Teori ... 11

1. Penelitian Pengembangan ... 11

2. Alat Peraga ... 15

3. Media Pembelajaran ... 18


(10)

B. Penelitian yang Relevan ... 26

C. Kerangka Berpikir ... 27

D. Pertanyaan Penelitian ... 30

BAB III ... 31

A. Desain Penelitian ... 31

B. Prosedur Pengembangan ... 31

1. Tahap Analisis (Analysis) ... 31

2. Tahap Perancangan (Design) ... 32

3. Tahap Pengembangan (Development) ... 32

4. Tahap Evaluasi (Evaluation)………...33

C. Penilaian Produk ... 33

1. Desain Penilaian Produk ... 33

2. Subjek dan Objek Penelitian ... 35

3. Jenis Data ... 35

4. Instrumen Pengumpulan Data ... 35

D. Analisis Data ... 36

1. Data Proses Pengembangan Produk ... 36

2. Data Mengenai Kualitas Produk ... 37

BAB IV ... 39

A. Hasil Penelitian ... 39

1. Hasil Pengembangan Produk ... 39

2. Penilaian Produk ... 47

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 49

1. Proses Pengembangan ... 49

2. Penilaian Kualitas Produk ... 56

C. Kajian Produk Akhir ... 81

BAB V ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(11)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Jenis molekul atau ion dalam bentuk molekul………... 22 Tabel 2. Kriteria kategori penilaian ideal………... 38 Tabel 3. Tampilan model molekul, bentuk dan contoh………...…………... 43 Tabel 4. Data skor penilaian kualitas model molekul oleh Reviewer……… 47 Tabel 5. Data skor penilaian kualitas model molekul oleh peserta

didik….……… 48

Tabel 6. Skor hasil penilaian reviewer untuk seluruh aspek…….…………. 56 Tabel 7. Skor hasil penilaian peserta didik untuk seluruh aspek………... 72


(12)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Prosedur pengembangan alat peraga model molekul…….…... 34

Gambar 2. Kotak model molekul bagian depan………. 40

Gambar 3. Kotak model molekul bagian belakang……….… 40

Gambar 4. Tiga belas model molekul……….… 41

Gambar 5. Cover mini leaflet………. 42

Gambar 6. Tampilan isi mini leaflet untuk AX4……… 42

Gambar 7. Bentuk molekul AX3……… 42

Gambar 8. Tempelan magnet contoh dari bentuk molekul NH3………… 45

Gambar 9. Tempelan magnet sifat molekul nonpolar……… 45

Gambar 10. Contoh penggunaan tempelan magnet……….………… 46

Gambar 11. Petunjuk penggunaan alat peraga……….………… 46

Gambar 12. Grafik skor model molekul pada keseluruhan aspek terhadap persentase keidealan berdasarkan penilaian oleh reviewer…... 58

Gambar 13. Grafik skor model molekul pada aspek kesesuaian dengan tujuan pembelajaran berdasarkan penilaian oleh reviewer….. 59

Gambar 14. Grafik skor model molekul pada aspek nilai pendidikan berdasarkan penilaian oleh reviewer………. 60

Gambar 15. Grafik skor model molekul pada aspek kesesuaian dengan materi berdasarkan penilaian oleh reviewer………. 61

Gambar 16. Grafik skor model molekul pada aspek ketahanan alat peraga berdasarkan penilaian oleh reviewer………. 63

Gambar 17. Grafik skor model molekul pada aspek keakuratan alat peraga berdasarkan penilaian oleh reviewer……….……… 64

Gambar 18. Grafik skor model molekul pada aspek efisiensi alat berdasarkan penilaian oleh reviewer………. 65


(13)

Gambar 19. Grafik skor model molekul pada aspek keamanan bagi peserta didik dan pendidik berdasarkan penilaian oleh

reviewer... 67

Gambar 20. Grafik skor model molekul pada aspek estetika berdasarkan penilaian oleh reviewer………..…... 68 Gambar 21. Grafik skor model molekul pada aspek kotak kit berdasarkan

penilaian oleh reviewer………. 70 Gambar 22. Grafik skor model molekul pada keseluruhan aspek terhadap

persentase keidealan berdasarkan penilaian oleh peserta

didik……….. 72

Gambar 23. Grafik skor model molekul pada aspek kesesuaian dengan tujuan pembelajaran berdasarkan penilaian oleh peserta

didik………... 73

Gambar 24. Grafik skor model molekul pada aspek kesesuaian dengan materi berdasarkan penilaian oleh peserta didik………... 74 Gambar 25. Grafik skor model molekul pada aspek ketahanan alat peraga

berdasarkan penilaian oleh peserta didik……….. 75 Gambar 26. Grafik skor model molekul pada aspek keakuratan alat peraga

berdasarkan penilaian oleh peserta didik……….. 76 Gambar 27. Grafik skor model molekul pada aspek efisiensi alat

berdasarkan penilaian oleh peserta didik……….. 78 Gambar 28. Grafik skor model molekul pada aspek keamanan bagi

peserta didik dan pendidik berdasarkan penilaian oleh peserta

didik………... 79

Gambar 29. Grafik skor model molekul pada aspek estetika berdasarkan penilaian oleh peserta didik……….. 80 Gambar 30. Grafik skor model molekul pada aspek kotak kit berdasarkan


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal Lampiran 1. Instrumen Penilaian Model Molekul………...… 89 Lampiran 2. Deskripsi Indikator Penilaian Model Molekul………. 95 Lampiran 3. Validasi Instrumen……….. 107 Lampiran 4. Daftar Nama Ahli Materi, Ahli Media, Peer Reviewer,

Reviewer, dan Peserta Didik………... 108

Lampiran 5. Perhitungan Kualitas Model Molekul oleh Reviewer……….. 111 Lampiran 6. Perhitungan Kualitas Model Molekul

oleh Peserta Didik…….………... 128 Lampiran 7. Masukan dan Saran Ahli Materi, Ahli Media, dan Peer

Reviewer………... 149

Lampiran 8. Lembar Pernyataan Ahli Materi, Ahli Media, Peer Reviewer

dan Reviewer………... 150

Lampiran 9. Hasil Penilaian dan Masukan oleh Reviewer……….. 151 Lampiran 10. Hasil Penilaian dan Masukan oleh Peserta Didik………….. 152


(15)

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MODEL MOLEKUL BERDASARKAN TEORI VALENCE SHELL ELECTRON PAIR REPULSION (VSEPR)

SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA KELAS X SMA/MA

Oleh:

Pratiwi Kusuma Wardani NIM.13303241040

Pembimbing: Regina Tutik Padmaningrum, M.Si. ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan dan mengetahui kualitas alat peraga model molekul berdasarkan teori valence shell electron pair repulsion (VSEPR) sebagai media pembelajaran kimia kelas X SMA/MA.

Model pengembangan yang digunakan mengadaptasi dari model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation). Produk awal diberi masukan oleh ahli materi, ahli media dan peer reviewer untuk selanjutnya dilakukan revisi. Produk hasil revisi dinilai dan diberi masukan oleh reviewer dan peserta didik. Instrumen penilaian kualitas produk terdiri atas 9 aspek yang dijabarkan dalam 26 indikator penilaian.

Berdasarkan penilaian 5 guru kimia kelas X SMA, alat peraga model molekul mempunyai kualitas sangat baik (SB) dengan persentase keidealan 88,31%. Hasil penilaian oleh 20 peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Seyegan menunjukkan bahwa model molekul mempunyai kualitas sangat baik (SB) dengan persentase keidealan 94,45%.


(16)

DEVELOPMENT OF MOLECULAR MODEL PROPS BASED ON VALENCE SHELL ELECTRON PAIR REPULSION (VSEPR) THEORY AS

CHEMISTRY TEACHING-LEARNING MEDIA FOR STUDENT GRADE 10th SMA/MA

By:

Pratiwi Kusuma Wardani NIM.13303241040

Supervisor : Regina Tutik Padmaningrum, M.Si. ABSTRACT

This research was a development research. The aims of this research were to develop and know the quality of molecular model props based on theory valence shell electron pair repulsion (VSEPR) as chemistry teaching-learning media for students grade 10th SMA/MA.

Molecular model was developed by using ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation) models. The product was reviewed and commented by the subject material experts, the subject media experts and peer reviewer, henceforward would be revised also by them. The revised product was assessment and reviewed by chemistry teachers grade 10th SMA and students grade 10th SMA. The assessment of the product consisted of 9 aspects which was displayed into 26 assesment indicators.

Based on the assesment by five chemistry teachers of grade 10th SMA, molecular model props had a very good quality with ideally percentage 88.31%. The result assessment by twenty students grade 10th SMA Negeri 1 Seyegan, molecular model props had a very good quality with ideally percentage 94.45%. Keywords:props, molecular model, research and development


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidik mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Pendidik harus memiliki perencanaan pembelajaran yang baik untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar peserta didik. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik adalah bagaimana interaksi antara peserta didik dan pendidik. Apabila pendidik dapat mentransfer pembelajaran dengan cara yang menyenangkan maka peserta didik pun akan dengan mudah menerima materi pembelajaran yang diberikan. Banyak hal yang dapat digunakan pendidik untuk meningkatkan minat peserta didik dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah penggunaan media pembelajaran dalam pelajaran kimia khususnya materi yang bersifat abstrak.

Bentuk molekul merupakan salah satu materi yang abstrak dalam pelajaran kimia. Bentuk molekul ini sulit untuk dipahami oleh peserta didik, karena perlu ilustrasi yang baik agar dapat membayangkan bentuk dari molekul tersebut. Salah satu penyebabnya adalah materi bentuk molekul sulit dipahami dan masih banyak pendidik yang sulit untuk menjelaskan dan memproyeksikan bentuk molekul. Kesulitan ini muncul karena kurangnya penggunaan media dalam mempelajari bentuk molekul. Dengan kemajuan teknologi di era modern, sudah terdapat beberapa produk untuk membantu peserta didik memahami bentuk molekul yaitu media pembelajaran model molekul.


(18)

Penggunaan media pembelajaran sebenarnya sudah banyak digunakan oleh pendidik. Tetapi tidak semua media pembelajaran dapat dengan baik memberikan efek yang diharapkan oleh pendidik dan peserta didik. Media yang baik harus memiliki standar kualitas yang baik untuk dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Salah satu media yang dapat digunakan dalam mempelajari bentuk molekul adalah alat peraga.

Penggunaan alat peraga sebagai media dalam pembelajaran kimia masih belum optimal. Salah satunya masih sedikit penggunaan alat peraga model molekul berdasarkan teori VSEPR di Indonesia dan belum dikembangkan secara optimal. Selain itu alat peraga model molekul belum banyak beredar di pasaran, khususnya di Indonesia. Terlebih lagi masih sedikit penggunaan seperangkat model molekul yang sesuai dengan taraf berfikir peserta didik berdasarkan KD pada Kurikulum 2013. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya penelitian yang berhubungan dengan pembuatan media pembelajaran bentuk molekul. Penelitian yang dilakukan Saritas (2015) dengan menggunakan teknologi virtual reality (VR) untuk mengilustrasikan geometri molekul. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa alat pembelajaran berupa teknologi VR dapat digunakan untuk meminimalkan kesulitan belajar dan memperkaya pengalaman belajar dalam mempelajari geometri molekul. Hasil penelitian terhadap calon guru menunjukkan bahwa VR dapat digunakan sebagai sarana yang memfasilitasi, memotivasi, dan mendorong peserta didik tentang pemahaman konsep kimia tingkat partikulat. Namun, teknologi VR ini masih dalam bentuk software yang


(19)

memerlukan komputer dalam penggunaannya sehingga pengguna tidak dapat langsung melihat dan merasakan bentuk molekul tersebut.

Penelitian lain dilakukan Rossi, Benaglia, Brenna, Porta dan Orlandi (2015) tentang suatu perangkat operasi sederhana untuk mengkonversi struktur kimia dalam model 3 dimensi cetak (3D-cetak). Mengkonversi struktur kimia dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak sederhana yang ramah lingkungan untuk keperluan pendidikan. Perangkat ini tidak perlu menggunakan pengetahuan pemograman yang terlalu sulit sehingga memungkinkan siswa dan pendidik mudah dalam memvisualisasikan struktur suatu molekul. Namun saat pembuatan model 3D-cetak tersebut penggunan harus mempunyai keahlian menggambar dan mengerti pengoperasian perangkat lunak yg digunakan. Penggunaannya masih kurang praktis untuk peserta didik dan pendidik.

Alat peraga bentuk molekul seperti molymod telah banyak beredar dipasaran tetapi tidak selalu bisa menjelaskan bentuk molekul khususnya teori VSEPR. Hal ini disebabkan kebanyakan molymod hanya memiliki atom pusat dengan jumlah ikatan maksimal 4 atau 5 dan tidak dilengkapi dengan pasangan elektron bebas (PEB). Banyak model molekul yang dibuat dalam model plastik atau dalam berbagai media pembelajaran seperti visual, audio visual dan multimedia. Seperti penelitian yang dilakukan di India, tentang penggunaan

software Augmented Chemistry memberi dampak positif terhadap perkembangan belajar peserta didik (Singhal, Bagga, Goyal & Saxena, 2012). Pembuatan Augmented Chemistry yang dilakukan di India tersebut bertujuan untuk memecahkan masalah dengan cara mengembangkan pemahaman siswa tentang


(20)

penggunaan Augmented Chemistry pada teori VSEPR. Program Augmented Chemistry ini murah dengan hanya webcam, sarung tangan dan LED sebagai persyaratan eksternal. Namun, penelitian ini sama halnya dengan VR yang memerlukan alat bantu komputer dalam pengoperasiannya. Bentuk molekul yang dihasilkan hanya dapat dilihat pada layar komputer tanpa dapat disentuh.

Mempelajari bentuk molekul khususnya berdasarkan teori VSEPR secara menarik dan kreatif perlu adanya alat peraga model molekul yang dapat menunjang proses pembelajaran. Salah satu alat peraga yang dapat dikembangkan dari materi ikatan kimia adalah alat peraga tentang model molekul. Oleh karena itu, peneliti membuat alat peraga berdasarkan teori VSEPR. Menggambarkan bentuk suatu molekul akan lebih mudah menggunakan teori VSEPR.

Alat peraga model molekul dikembangkan berdasarkan pengembangan model molekul yang telah ada. Model molekul tersebut didasarkan pada pola pikir peserta didik dengan adanya angka, warna dan bentuk menarik serta dilengkapi penjelasan dengan bahasa yang interaktif agar peserta didik dapat lebih memahami gambaran bentuk suatu molekul dengan baik. Alat peraga model molekul diharapkan dapat menambah variasi media pembelajaran dan mampu meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Oleh karena itu, perlu ditentukan kualitas dari model molekul berdasarkan 9 aspek penilaian. Sembilan aspek penilaian terdiri atas aspek kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, nilai pendidikan, kesesuaian dengan materi, ketahanan alat peraga, keakuratan alat peraga, efisiensi alat, keamanan bagi peserta didik dan pendidik, estetika dan kotak kit. Selain itu untuk mengurangi dampak lingkungan akibat penggunaan


(21)

bahan plastik, maka alat peraga ini dibuat dari bahan kayu yang lebih ramah lingkungan, mudah didapat dan mudah dibentuk. Terlebih lagi untuk mendukung wacana pemerintah dalam mengurangi penggunaan plastik

Model yang digunakan dalam penelitian pengembangan alat peraga ini adalah model ADDIE. Model ADDIE banyak digunakan sebagai model pengembangan produk pembelajaran karena sangat mudah dipelajari. Model ini terdiri dari lima tahap yaitu (A)nalysis, (D)esign, (D)evelopment, (I)mplementetion, dan (E)valuation.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Belum optimalnya penggunaan alat peraga pembelajaran kimia.

2. Masih banyak pendidik yang sulit untuk menjelaskan dan memproyeksikan bentuk suatu molekul dalam materi ikatan kimia.

3. Masih sedikit penggunaan model molekul dalam materi ikatan kimia di Indonesia.

4. Masih sedikit penggunaan seperangkat model molekul yang sesuai dengan taraf berfikir peserta didik berdasarkan KD pada kurikulum 2013.

C. Batasan Masalah

Permasalahan yang diteliti perlu dibatasi pada hal-hal sebagai berikut: 1. Alat peraga yang dikembangkan berdasarkan teori VSEPR pada materi ikatan


(22)

2. Alat peraga yang dikembangkan digunakan sebagai alternatif media pembelajaran kimia kelas X SMA/MA.

3. Kualitas alat peraga dinilai dari aspek kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, nilai pendidikan, kesesuaian dengan materi, ketahanan alat peraga, keakuratan alat peraga, efisiensi alat, keamanan bagi peserta didik dan pendidik, estetika dan kotak kit.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah disampaikan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah alat peraga model molekul sebagai media pembelajaran kimia kelas X SMA/MA berhasil dikembangkan dengan model ADDIE?

2. Bagaimana kualitas alat peraga model molekul sebagai media pembelajaran kimia kelas X SMA/MA?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pengembangan model molekul adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan alat peraga model molekul sebagai media pembelajaran

kimia kelas X SMA/MA dengan model ADDIE.

2. Mengetahui kualitas alat peraga model molekul sebagai media pembelajaran kimia kelas X SMA/MA.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Model molekul yang dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1. Alat peraga yang dikembangkan adalah model molekul berdasarkan teori


(23)

2. Alat peraga model molekul berisi komponen sebagai berikut:

a. Tiga belas model molekul disesuai dengan sudut ikatan berdasarkan teori VSEPR.

b. Bagian depan kotak model molekul dilengkapi dengan notasi berdasarkan teori VSEPR, bentuk molekul dan jumlah PEB dan PEI. c. Mini leaflet berisi penjelasan dari setiap bentuk molekul, contoh dan

sifat molekul (polar dan non polar) berdasarkan teori VSEPR.

d. Tempelan magnet contoh molekul dan sifat molekul sebagai media mengevaluasi pemahaman konsep peserta didik.

e. Petunjuk penggunaan alat peraga.

3. Petunjuk penggunaan dan mini leaflet menggunakan Bahasa Indonesia. 4. Tiga belas model molekul terbuat dari bahan kayu dan bambu.

5. Model molekul dapat digunakan sebagai alternatif media pembelajaran kimia kelas X pada materi bentuk molekul.

6. Model molekul memenuhi standar kualitas alat peraga berdasarkan aspek kesesuaian dengan KD, nilai pendidikan, kesesuaian dengan materi, ketahanan alat peraga, keakuratan alat peraga, efisiensi alat, keamanan bagi peserta didik dan pendidik, estetika dan kotak kit.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi Guru

Hasil penelitian pengembangan ini bermanfaat untuk digunakan sebagai alternatif alat peraga yang memberikan gambaran dari bentuk suatu molekul


(24)

sehingga dapat melaksanakan pembelajaran yang lebih baik dan penguasaan konsep yang tepat

2. Bagi Peserta Didik

Hasil penelitian pengembangan ini bermanfaat untuk digunakan peserta didik sebagai media pembelajaran pada materi bentuk molekul.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian pengembangan ini bermanfaat untuk menambah dan memperdalam wawasan peneliti tentang materi bentuk molekul.

4. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai wadah yang memberikan inspirasi untuk menghasilkan produk pengembangkan alat peraga yang lebih berkualitas.

5. Bagi Jurusan

Hasil penelitian pengembangan ini bermanfaat untuk menambah koleksi pustaka jurusan tentang penelitian pengembangan pendidikan kimia.

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Asumsi dalam pengembangan model molekul ini antara lain:

1. Model molekul berdasarkan teori VSEPR ini dapat digunakan sebagai alat peraga bagi pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran.

2. Ahli media dan ahli materi yang memberikan masukan terhadap model molekul ini adalah dosen kimia yang diasumsikan memiliki pengetahuan dan pemahaman materi bentuk molekul.


(25)

3. Peer reviewer yaitu teman sejawat yang melakukan penelitian pengembangan, sehingga diasumsikan memahami standar kualitas alat peraga yang baik.

4. Reviewer yaitu guru kimia kelas X SMA/MA yang yang menilai model molekul diasumsikan mempunyai pemahaman yang baik pada materi ikatan bentuk molekul dan alat peraga yang berkualitas.

Keterbatasan pengembangan model molekul dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Model molekul hanya ditinjau oleh satu dosen pembimbing sebagi ahli materi dan satu dosen kimia sebagai ahli media, serta lima peer reviewer.

2. Model molekul hanya dinilai oleh limia guru kimia SMA sebaga reviewer

yaitu guru yang bertugas di SMAN 1 Wates, SMAN 9 Yogyakarta, SMAN 1 Seyegan, SMAN 8 Yogyakarta dan SMAN 2 Banguntapan.

3. Uji terbatas model molekul dilakukan pada 20 peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Seyegan.

I. Definisi Istilah

Dalam penelitian pengembangan ini menggunakan beberapa istilah operasional, antara lain:

1. Penelitian pengembangan adalah penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk berupa alat peraga model molekul melalui tahap analisis, desain, dan pengembangan.


(26)

2. Model molekul berdasarkan teori VSEPR yang dikembangkan adalah seperangkat alat yang terdiri dari kotak kit, tiga belas model molekul, mini leaflet dan petunjuk penggunaan.

3. Ahli materi adalah dosen kimia sekaligus pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang memahami teori VSEPR sehingga dapat memberikan penilaian terhadap alat peraga model molekul.

4. Ahli media adalah dosen kimia yang diasumsikan memahami standar kualitas alat peraga model molekul sehingga dapat memberikan penilaian terhadap alat peraga model molekul.

5. Peer reviewer adalah teman sejawat yang memahami alat peraga model molekul secara baik dan berkualitas.

6. Reviewer adalah lima guru kimia di SMA yang meninjau dan menilai kualitas produk dan memahami standar kualitas alat peraga model molekul yang baik.


(27)

BAB II

KERANGKA TEORI A. Analisis Teori

1. Penelitian Pengembangan

Penelitian di bidang pendidikan, umumnya tidak diarahkan kepada pengembangan suatu produk, tetapi ditujukan untuk menemukan tentang fenomena yang bersifat fundamental dan praktik pendidikan. Penelitian dan pengembangan merupakan metode yang digunakan untuk mengatasi kesenjangan antara penelitian dasar dan penelitian terapan. Umumnya pelaksanaan penelitian dan pengembangan menggunakan tiga metode yaitu metode deskriptif, evaluatif dan eksperimental (Arifin, 2012). Menurut Sugiyono (2012) Penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Lebih lanjut pengertian penelitian pengembangan dikemukakan oleh Borg & Gall (1983), produk dalam penelitian pengembangan mengandung tiga pengertian pokok yaitu: (1) produk tersebut tidak hanya meliputi perangkat keras, (2) produk tersebut berupa produk baru atau modifikasi produk yang telah ada sebelumnya dan (3) produk yang akan dikembangkan benar-benar mempunyai manfaat bagi dunia kependidikan. Oleh karena itu, opini tentang peran penelitian pengembangan sering bergantung pada konsep desain dan pengembangan yang aktual (Emzir, 2013)

Peranan research and development (R&D) pada bidang sosial dan pendidikan, masih sangat kecil dan kurang dari 1% biaya pendidikan secara


(28)

keseluruhan (Borg & Gall, 1983). Unfortunatelly, R&D still plays a minor role in education. Less than one percent of education ecpenditures are for this purpose. This is probably one of the main reason why progress in education has lagged for behind progress in other field. Dapat disimpulkan bahwa kecilnya peranan penelitian pengembangan dalam bidang pendidikan disebabkan penelitian ini termasuk jenis penelitian yang baru dalam bidang pendidikan.

R&D didefinisikan sebagai penelitian yang secara sengaja, sistematis, bertujuan/diarahkan untuk menemukan, merumuskan, memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, menguji keefektifan produk, model, metode/strategi/cara, jasa, prosedur tertentu yang lebih unggul, baru, efektif, produktif, dan bermakna (Putra, 2011). R&D menekankan produk yang bermanfaat dalam berbagai bentuk perluasan, tambahan, dan inovasi dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Inovasi dan kemungkinan pemanfaatannya menjadi ciri penentu yang sangat penting. Oleh karena itu R&D bermakna perluasan lanjutan dari penelitian dasar dan terapan (Putra, 2011).

Salah satu model pengembangan R&D yang dapat digunakan adalah model analysis, design, development, implementation dan evaluation (ADDIE). Menurut Aldoobie (2015), model pengembangan ADDIE merupakan salah satu model yang paling umum digunakan dalam bidang desain instruksional untuk menghasilkan suatu produk yang efektif. Dulunya model ADDIE dibuat oleh pusat teknologi di Florida State University yang yang digunakan untuk pembelajaran individual (Muruganantham, 2015). Menurutnya model ini merupakan pendekatan yang membantu desainer instruksional dalam pengembang


(29)

konten, atau bahkan guru untuk membuat desain pembelajaran yang efektif efisien. Penjelasan singkat tentang model ADDIE adalah sebagai berikut:

a. Tahap Analisis (Analysis)

Tahap analisis merupakan tahap yang paling penting dalam suatu proses pengembangan. Saat melaksanakan tahap analisis yang harus dilakukan oleh peneliti adalah menganalisis tiga hal yaitu analisis pembelajar seperti halnya menganalisis kompetensi, analisis instruksional atau sering juga disebut analisis pembelajaran dan analisis karakteristik dari penggunaan suatu produk yang akan dikembangkan menggunakan model ADDIE.

b. Tahap Perencanaan (Design)

Tahap perencanaan berhubungan dengan penentuan sasaran instrumen penilaian, latihan, konten, analisis yang terkait dengan materi pembelajaran, rencana pembelajaran dan analisis pemilihan media. Hal-hal yang ditanyakan dalam tahap perencanaan seperti sumber media yang akan digunakan, berbagai sumber yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembelajaran, tingkat dan jenis pembelajaran yang akan dihasilkan, pendekatan yang akan diterapkan, penyusunan kerangka struktur, penentuan sistematika media yang akan dikembangkan dan perancangan alat evaluasi.

c. Tahap Pengembangan (Development)

Tahap pengembangan dilakukan pembuatan dan penggabungan konten yang sudah dirancang pada tahapan perencanaan. Tahap ini dilakukan pembuatan storyboard, penulisan konten dan pengembangan media yang telah direncanakan sebelumnya. Tahap pengembangan ini terdiri terdiri dari empat langkah yaitu:


(30)

1) Pra pengembangan media

2) Penyusunan konsep pengembangan sesuai tahap perencanaan 3) Penyuntingan oleh ahli

4) Revisi awal produk yang dikembangkan d. Tahap Implementasi (Implemetation)

Prosedur untuk pelatihan bagi peserta didik dan instrukturnya atau fasilitator dibuat pada tahap implementasi. Pelatihan bagi fasilitator meliputi materi kurikulum, hasil pembelajaran yang diharapkan, metode penyampaian dan prosedur pengujian. Selanjutnya, produk yang dihasilkan diterapkan langsung oleh fasilitator kepada peserta didik untuk mengetahui efektif atau tidaknya media yang dikembangkan.

e. Tahap Evaluasi (Evaluation)

Pada tahap evaluasi dilakukan analisis data dan penyempurnaan produk akhir setelah mendapatkan masukan serta saran hasil penilaian pada fasilitator yaitu guru dan peserta didik. Hasil kegiatan evaluasi digunakan untuk kepentingan pembuatan keputusan mengenai kualitas media yang dikembangkan.

Penelitian pengembangan yang dilakukan akan menghasilkan produk yaitu alat peraga model molekul menggunakan model ADDIE. Model ADDIE terdiri dari 5 tahap, tetapi dalam penelitian ini hanya menggunakan 4 tahapan yaitu tahap analisis, desain, pengembangan dan evaluasi. Pengembangan model molekul akan menganalisis tiga hal yaitu analisis kompetensi, analisis instruksional dan analisis pengguna. Pembuatan desain produk akan dilakukan pada tahap perencanaan. Peninjauan produk awal oleh ahli materi, ahli media dan peer reviewer serta revisi


(31)

produk awal akan dilakukan pada tahap pengembangan. Penilaian produk, analisis data dan penyempurnaan produk akan dilakukan pada tahap evaluasi.

2. Alat Peraga

Alat pendidikan merupakan salah satu media pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan tertentu. Alat pendidikan berkaitan dengan tindakan atau perbuatan pendidik (Siswoyo, 2013). Macam alat pendidikan menurut wujudnya meliputi:

a. Perbuatan pendidik, yakni alat pendidikan yang bersifat non material, sering disebut software. Alat pendidikan non material ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni bersifat mengarahkan dan mencegah. Mengarahkan antara lain: memberi teladan, membimbing, menasehati, perintah, pujian dan hadiah. Mencegah antara lain: melarang atau mencegah, menegur, mengancam dan bahkan menghukum (Siswoyo, 2013).

b. Benda-benda sebagai alat bantu pendidikan. Sering pula disebut hardware.

Alat pendidikan yang bersifat material ini contohnya buku-buku, gambar, alat permainan, alat peraga, alat laboratorium, meja kursi, papan tulis, OHP, kapur dsb (Siswoyo, 2013). Sesuai dengan metode pendidikan, agar alat pendidikan tersebut dapat dikatakan baik jika memperhatiakn hal – hal sebagai beriku:

i. Tujuan Pendidikan ii. Pendidik

iii. Peserta didik

Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang secara langsung membantu terwujudnya pencapaian tujuan pendidikan, atau dengan kata lain alat pendidikan


(32)

adalah situasi dan kondisi yang sengaja dibuat oleh guru untuk terwujudnya pencapaian suatu tujuan pendidikan. Alat pendidikan dapat dibedakan dua macam pengertian, yaitu (1) alat pendidikan yang bersifat tindakan, dan (2) alat pendidikan yang berupa kebendaan (alat bantu) (Sanaky, 2009).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud RI, 2016), alat peraga adalah alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik. Alat peraga adalah media alat bantu pembelajaran, dan benda yang digunakan untuk memperagakan materi pembelajaran (Arsyad, 2013).

Lebih lanjut alat peraga pembelajaran diartikan sebagai alat yang digunakan oleh pendidik untuk; (1) membantu peserta didik dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuan; (2) mengilustrasikan dan memantapkan pesan dan informasi; dan (3) menghilangkan ketegangan dan hambatan dan rasa malas peserta didik (Asyhar, 2012).

Alat-alat yang digunakan oleh pendidik untuk memperagakan atau memperjelas materi pelajaran disebut alat peraga. Alat peraga berfungsi sebagai alat bantu pendidikan dan pembelajaran yang berupa perbuatan-perbuatan dan benda-benda yang memudahkan memberi pengertian kepada peserta didik dari perbuatan yang abstrak sampai yang kongkret. Bertitik tolak dari segi fungsi alat-alat tersebut, maka alat-alat peraga dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1) Alat peraga langsung, yaitu benda-benda sesungguhnya yang digunakan pendidik untuk menjelaskan suatu materi pelajaran. Benda-benda tersebut dapat dibawa ke kelas, atau peserta didik diajak ke lokasi benda itu berada.


(33)

2) Alat peraga tidak langsung, yaitu pendidik mengganti benda yang sesungguhnya (benda tiruan atau miniatur, film, slide, foto, gambar, sketsa atau bagan) dalam pembelajaran di kelas.

3) Peragaan, yaitu perbuatan pengajar atau kegiatan yang dilakukan pengajar (Sanaky, 2009 : 20-21).

Sama halnya dengan media dan sumber pembelajaran, alat peraga memiliki fungsi untuk mempermudah pemahaman tentang suatu materi pembelajaran. Materi yang bersifat abstrak biasanya sukar dipahami peserta didik tanpa adanya alat peraga. Dengan melihat, meraba, menggunakan alat peraga tingkat keabstrakan suatu materi bisa dikurangi sehingga lebih mudah dipahami peserta didik. Alat peraga dibatasi pada pengertian sebagai alat bantu untuk memperagakan/menjelaskan suatu konsep, prinsip atau prosedur, maka ruang lingkup alat peraga lebih sempit dari pada lingkup media pembelajaran. Tidak semua jenis media pembelajaran dapat difungsikan sebagai alat peraga, tetapi semua alat peraga sudah pasti merupakan media pembelajaran (Asyhar, 2012).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model molekul termasuk alat peraga tidak langsung (benda tiruan) yang berfungsi mempermudah memahami suatu materi yang bersifat abstrak. Melihat, meraba, dan menggunakan model molekul menyebabkan tingkat keabstrakan suatu materi bisa dikurangi sehingga materi pelajaran lebih mudah dipahami peserta didik. Model molekul akan dibuat menarik agar dapat menghilangkan ketegangan, hambatan belajar dan rasa malas peserta didik.


(34)

3. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari Bahasa Latin, merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang berarti tengah, perantara atau pengantar (Rohman & Amri, 2013). Istilah medium ini merujuk pada apa saja yang membawa informasi dari sumber ke penerima. Banyak batasan atau pengertian media yang dikemukakan oleh para ahli maupun organisasi. Association of Education and Communication Technology (AECT) di Amerika membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima melalui suatu media. Proses komunikasi harus diciptakan dan diwujudkan melalui kegiatan penyampaian pesan, tukar menukar pesan atau informasi dari setiap pengajar kepada pembelajar atau sebaliknya (Sanaky, 2009). Pesan dapat tersampaikan dengan baik apabila adanya bantuan media. Salah satunya dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan media pembelajaran.

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dalam proses pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar (Arsyad, 2013). Dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi, maka media yang dimaksud adalah media pembelajaran (Susilana & Riyana, 2008). Sumber dan media pembelajaran adalah dua istilah yang tidak dapat dipisahkan.

Keduanya menunjuk pada satu objek hampir sama. Jika objek tersebut difungsikan, objek disebut media; sedangkan “bendanya” sendiri disebut sumber


(35)

belajar. Istilah sumber dan media pembelajaran sering dipakai secara campur aduk, berganti-ganti, kadang-kadang bersamaan (Akbar, 2013: 112). Sumber belajar salah satunya adalah peralatan (hardware) yaitu perangkat keras yang digunakan untuk meyampaikan pesan yang terdapat dalam bahan (Siregar & Nara, 2010).

Setiap jenis media memiliki karakteristik dan menampilkan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran peserta didik. Media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu media visual, media audio, media audio-visual dan multimedia.

a. Media Visual

Media visual adalah jenis media yang hanya mengandalkan indera penglihatan peserta didik. Dengan media ini, pengalaman belajar yang dialami peserta didik sangat tergantung pada kemampuan penglihatannya.

b. Media Audio

Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik. Pengalaman belajar yang akan didapatkan adalah dengan mengandalkan indera kemampuan pendengaran.

c. Media Audio-Visual

Media audio-visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui


(36)

media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan penglihatan maupun pendengaran.

d. Multimedia

Multimedia adalah media yang melibatkan jenis media dan peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran. Pembelajaran multimedia melibatkan indera penglihatan dan pendengaran melalui media teks, visual diam, visual gerak dan audio serta media interaktif berbasis komputer dan TIK.

Menurut Asyhar (2012), kriteria media pembelajan yang baik adalah sebagai berikut: (1) jelas dan rapi, (2) menarik, (3) cocok dengan sasaran, (4) relevan dengan topik yang diajarkan, (5) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (6) praktis, luwes, dan tahan, (7) berkualitas baik, (8) ukurannya sesuai dengan lingkungan belajar. Menurut Sudjana dan Rivai (2013) dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: (1) ketepatan dengan tujuan pembelajaran, (2) dukungan terhadap isi bahan pelajaran, (3) kemudahan memperoleh media, (4) keterampilan guru dalam menggunakannya, (5) tersedia waktu untuk menggunakannya, (6) sesuai dengan taraf berfikir siswa.

Lebih lanjut Sudjana dan Rivai (2013) mengemukakan peranan media dalam proses pembelajaran adalah:

a) alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran.


(37)

b) alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya.

c) media pembelajaran bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik individual maupun kelompok.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa model molekul merupakan bagian dari suatu proses komunikasi. Baik burukya suatu komunikasi dipengaruhi oleh penggunaan saluran dalam komunikasi tersebut. Saluran yang dimaksud adalah media pembelajaran seperti alat peraga model molekul. Alat peraga model molekul dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dalam proses pembelajaran. Alat peraga model molekul yang baik harus memiliki kriteria sebagi berikut: (1) jelas dan rapi, (2) menarik, (3) cocok dengan sarana, (4) relevan dengan topik yang diajarkan, (5) sesuai dengan KD, (6) praktis, (7) ukurannya sesuai dengan lingkungan belajar.

4. Teori Valence Shell Electron Pair Repulsion

Salah satu tujuan belajar materi ikatan kimia adalah untuk menerangkan dan memperkirakan struktur molekul. Teori yang memperlihatkan kemudahan dalam memberikan hasil yang memuaskan dalam kemampuannya memperkirakan bentuk geometri molekul yang tepat disebut teori tolakan pasangan elektron kulit valensi (valence shell electron pair repulsion theory) – VSEPR theory. Teori ini sama sekali tidak menggunakan orbital atom (Brady, 2007). Jenis molekul dan bentuknya dapat dilihat pada Tabel 1.


(38)

Tabel 1. Jenis molekul atau ion dan bentuk molekul Jenis Molekul atau Ion Bentuk

AX2 Linear

AX3 Segitiga datar

AX2E Bentk V

AX4 Tetrahedral

AX3E Piramida trigonal

AX2E2 Bentuk V

AX5 Bipiramda trigonal

AX4E Jungkat Jungkit

AX3E2 Bentuk T

AX2E3 Linear

AX6 Oktahedral

AX5E Piramida segiempat

AX4E2 Segiempat datar

Teori VSEPR menunjukkan bahwa pengaturan geometri atom terikat sekeliling atom pusat ditentukan hanya oleh tolakan pasangan elektron di kulit valensi atom pusat. Menurut teori tersebut, pasangan elektron dianggap dalam posisi dengan tolakan di antara elektron itu minimum dan kedudukan atom yang terikat mengikuti tolakan tersebut (Brady, 2007).

Bentuk molekul suatu senyawa berdasarkan teori VSEPR dapat menjelaskan sifat-sifat dari suatu senyawa, misalnya sifat polar atau kepolaran (Syarifuddin, 1994). Bentuk molekul suatu senyawa berdasarkan teori VSEPR ditentukan oleh beberapa faktor berikut ini:

a. tolak-menolak antar elektron. b. tolak-menolak antar inti.

c. tarik-menarik antara inti dan elektron. d. energi kinetik dari elektron-elektron.


(39)

sejauh mungkin satu sama lain agar tolakannya minimal. Pasangan-pasangan elektron tersebut diarahkan pada posisi tertentu dalam ruang. Molekul dengan rumus umum AXmEn (A= atom pusat, X = substituent, E= PEB, m = banyaknya substituen tertentu atau banyaknya PEI, n = banyaknya PEB) memiliki bentuk-bentuk tertentu (Effendy, 2003).

Bentuk molekul linear (AX2) terjadi jika ada dua atom yang berikatan dengan atom pusat maka sudut yang terbentuk oleh dua ikatan ke arah atom pusat akan saling membentuk sudut 180◦ sehingga tertata pada satu garis lurus. Pasangan elektron ikatan akan mengatur sendiri letaknya sejauh mungkin sehingga tolakan antar elektron minimum (Sudarmo, 2013).

Jika terdapat tiga pasangan elektron kemungkinan bentuk molekul yang dapat terjadi ada dua yaitu segitiga datar dan bentuk V (Brady, 2007). Bentuk molekul segitiga datar (AX3) terjadi apabila tiga elektron yang berikatan dengan atom pusat maka sudut yang terbentuk oleh ketiga ikatan ke arah atom pusat adalah 120◦. Pasangan elektron ikatan akan mengatur sendiri letaknya sejauh mungkin seperti segitiga sama sisi sehingga tolakan antar elektron minimum. Bentuk V (AX2E) terjadi jika tiga pasangan elektron di sekitar atom pusat dan dua diantaranya merupakan PEI dan satu PEB. Sudut idealnya adalah 120◦, namun karena adanya pengaruh dari satu PEB yang gaya tolaknya lebih kuat menyebabkan sudut ikatan antara PEI semakin kecil yaitu lebih kecil dari 120◦.

Molekul-molekul yang atom pusatnya mempunyai empat pasang elektron pada kulit valensinya, terdapat tiga bentuk molekul yang mungkin terjadi yaitu tetrahedral, piramida trigonal dan bentuk V (Brady, 2007). Jika terdapat empat


(40)

elektron yang berikatan dengan atom pusat maka akan membentuk molekul tetrahedral (AX4). Atom pusat terletak pada pusat tetrahedral dan keempat atom lain akan berada pada keempat titik yang membentuk sudut ikatan 109,5◦ untuk meminimalkan tolakan.

Apabila terdapat empat pasangan elektron di sekitar atom pusat dan tiga diantaranya merupakan PEI dan satu PEB maka akan terbentuk molekul piramida trigonal atau segitiga piramida (AX3E). Sudut idealnya adalah 109,5◦, namun karena adanya pengaruh dari satu PEB yang gaya tolaknya lebih kuat menyebabkan sudut ikatan antara PEI semakin kecil, seperti pada molekul NH3 yaitu sebesar 107,3◦. Bentuk V (AX2E2) dapat terbentuk jika terdapat empat pasangan elektron disekitar atom pusat dan dua diantaranya merupakan PEI serta dua PEB. Sudut idealnya adalah 109,5◦, namun karena adanya pengaruh dari dua PEB yang gaya tolaknya lebih kuat menyebabkan sudut ikatan antara PEI semakin kecil, menjadi 104,5◦.

Molekul-molekul yang atom pusatnya mempunyai lima pasang elektron pada kulit valensinya, terdapat empat bentuk molekul yang mungkin terjadi yaitu bipiramida trigonal, jungkat jungkit, bentuk T dan linear (Brady, 2007). Bentuk molekul bipiramida trigonal (AX5) terjadi jika terdapat lima elektron yang berikatan dengan atom pusat. Sudut ikatan masing-masing PEI tidak sama. Tolakan antar kelima pasangan elektron dapat diminimalkan dengan cara mendistribusikan elektron-elektron tersebut ke sudut-sudut trigonal bipiramida. Tiga PEI dalam trigonal bipiramida berada di posisi ekuatorial dengan sudut


(41)

ikatan 120◦ dan dua PEI di posisi aksial (posisi tegak lurus dengan bidang ekuatorial) dengan sudut ikatan sebesar 90◦(Utomo, 2007).

Molekul jungkat-jungkit (AX4E) terjadi jika terdapat empat elektron yang berikatan dengan atom pusat dan satu PEB maka akan membentuk. Sudut ikatan masing-masing PEI akan berubah dari keadaan idealnya karena adanya pengaruh PEB. Dua PEI dalam bentuk molekul jungkat jungkit berada di posisi ekuatorial sudutnya akan semakin kecil yaitu lebih kecil dari 120◦ dan dua PEI di posisi aksial (posisi tegal lurus dengan bidang ekuatorial) sudutnya akan semakin kecil yaitu lebih kecil dari 90◦.

Tiga elektron yang berikatan dengan atom pusat dan dua PEB maka akan membentuk molekul berbentuk T (AX3E2). Sudut ikatan masing-masing PEI akan berubah dari sudut idealnya karena adanya pengaruh dari dua PEB. Satu PEI dalam molekul bentuk T berada diposisi ekuatorial dan dua PEI di posisi aksial (posisi tegal lurus dengan bidang ekuatorial) sehingga sudutnya akan lebih kecil dari 90◦. Bentuk molekul linear (AX2E3) terjadi jika terdapat dua elektron yang berikatan dengan atom pusat dan tiga PEB. Sudut ikatan masing-masing PEI akan berubah dari keadaan idealnya karena adanya pengaruh dari tiga PEB. Akibat tidak terdapatnya PEI di bidang ekuatorial, maka di posisi aksial ikatan ke arah atom pusat akan saling membentuk sudut 180◦ sehingga tertata pada satu garis lurus yang membentuk molekul linear.

Molekul yang berbentuk oktahedron (AX6), atom pusatnya berada pada pusat bidang segi empat dari dua limas yang berhimpit, sedangkan enam atom yang mengelilinginya ada berada pada sudut sudut limas (Sudarmo, 2013).


(42)

Molekul oktahedral memiliki sudut ikatan sebesar 90◦ baik secara horizontal maupun vertikal. Jika terdapat lima atom yang terikat secara langsung pada atom pusat dan satu PEB maka akan membentuk molekul piramida segiempat (AX5E). Akibat terdapatnya satu PEB menyebabkan berubahnya sudut ikatan dari keadaan sudut idealnya, dengan sudut ikatan yang semakin kecil yaitu lebih kecil dari 90◦.

Empat atom yang terikat secara langsung pada atom pusat dan dua PEB maka akan membentuk molekul segiempat datar atau bujursangkar (AX4E2). Molekul dikatakan berbentuk bujur sangkar apabila mengikat empat atom yang sama, tetapi jika mengikat empat atom yang berbeda maka dinamakan segiempat datar. Adanya dua PEB menyebabkan keempat pasangan elektron ikatan akan mengatur sendiri letaknya sejauh mungkin seperti segiempat datar sehingga tolakan antar elektron minimum, dengan sudut ikatan sebesar 90◦.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan Maier, Klinker dan Tonnis (2009) yang berjudul “Augmented Reality for Teaching Spatial Relations” menunjukkan bahwa Augmented Reality Chemistry bermanfaat untuk memvisualisasikan model molekul secara 3 dimensi. Berdasarkan hasil pengembangan dinyatakan

Augmented Reality Chemistry dapat meningkatkan pemahaman dan potensi belajar kimia peserta didik.

Penelitian yang dilakukan oleh Saidin, Halim dan Yahaya (2015) dengan judul “Design Mobile Augmented Reality (MAR) for Learning Chemical Bond” menggunakan model ADDIE. Berdasarkan hasil implementasi dan evaluasi pada


(43)

peserta didik diketahui bahwa MAR dapat membantu peserta didik belajar dengan cara yang menyenangkan.

Penelitian yang relevan selanjutnya dilakukan oleh Damayanti (2016) dengan judul “Pengembangan Monograf Augmented Chemistry Aldehid & Keton Berilustrasi 3 Dimensi (3D) sebagai Suplemen Pembelajaran Kimia menggunakan model ADDIE. Hasil dari penilaian lima orang reviewer dianalisis dan diperoleh skor rata-rata seluruh aspek. Hasil penilaian menunjukkan kualitas Monograf

Augmented Chemistry Aldehid & Keton dikategorikan sangat baik.

Penelitian yang relevan selanjutnya dilakukan oleh Setiawan (2016) dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran Bentuk Molekul Menggunakan Software AURORA 3D”. Penelitian tersebut menggunakan model ADDIE. Hasil dari penilaian lima orang reviewer dianalisis dan diperoleh skor rata-rata seluruh aspek sebesar 128 dengan kategori sangat baik.

Keempat penelitian tersebut relevan karena sama-saa mengembangkan media pembelajaran bentuk molekul 3 dimensi (3D) dan menggunakan prosedur pengembangan model ADDIE. Perbedaan dari keempat penelitian tersebut adalah jenis dari media yang dihasilkan dalam pengembangan dan material yang digunakan dalam pengembangan produk. Hasil dari keempat penelitian tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan alat peraga model molekul.

C. Kerangka Berpikir

Kemampuan peserta didik dalam memahami suatu materi berbeda-beda. Ada yang dapat dengan cepat menangkap langsung materi yang disampaikan


(44)

tanpa memerlukan media untuk menjelaskan dan sebaliknya. Banyak peserta didik yang masih kesulitan dalam memahami materi yang memerlukan daya visualisasi, seperti halnya pada materi ikatan kimia yaitu membayangkan bentuk dari suatu molekul, sehingga perlu adanya alat peraga untuk menjelaskan bentuk molekul agar lebih mudah dibayangkan oleh peserta didik.

Setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengilustrasikan suatu objek. Tidak semua peserta didik dengan mudah memvisualisasikan bentuk molekul walaupun sudah banyak gambar molekul yang terdapat di buku dan juga visualisasinya dalam bentuk 2D. Agar dapat menjangkau daya visualisasi peserta didik dalam memproyeksikan bentuk molekul maka dibuatlah model molekul berdasarkan teori VSEPR. Model molekul terbuat dari kayu dan secara nyata dapat memperlihatkan bentuk dari suatu molekul.

Banyak media yang dapat digunakan sebagai alat untuk memvisualisasikan bentuk molekul namun kebanyakan dijual secara terbatas di Indonesia dan terbuat dari bahan plastik. Era global saat ini banyak usaha pengurangan plastik, limbah plastik dan sejenis plastik lainnya, sehingga untuk menanamkan nilai cinta lingkungan kepada peserta didik dalam belajar kimia baik digunakan alat peraga yang ramah lingkungan dari bahan-bahan yang berdampak baik bagi lingkungan. Hal ini juga dapat mengajarkan kepada peserta didik bahwa kimia bukanlah ilmu yang selalu erat kaitannya dengan bahan berbahaya, namun belajar kimia juga sebagai upaya untuk melestarikan lingkungan.


(45)

Media seperti alat peraga model molekul terkadang tidak sesuai dengan lingkungan belajar peserta didik. Masih sedikit penggunaan model molekul yang sesuai taraf berfikir peserta didik berdasarkan KD pada Kurikulum 2013. Alat peraga yang ditampilkan terlalu kecil untuk jumlah peserta didik dalam satu kelas, sehingga kurang tepat digunakan sebagai alat demonstrasi. Oleh karena itu penggunaan alat peraga model molekul yang dikembangkan diharapkan mampu mempermudah peserta didik dalam memahami teori VSEPR.

Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian “Pengembangan Alat Peraga Model Molekul Berdasarkan Teori Valence Shell Electron Pair Repulsion (VSEPR) sebagai Media Pembelajaran Kimia Kelas X SMA/MA”. Alat peraga ini diharapkan dapat menjadi alternatif media pembelajaran untuk pendidik dan peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran dengan lebih mudah dan menciptakan suasana belajar yang menarik dan peduli akan lingkungan.

Alat peraga model molekul mempunyai beberapa ciri yang membedakannya dengan produk lain, yaitu model molekul berbahan kayu, disusun dengan kotak seperti anak tangga yang dilengkapi dengan notasi dan bentuk molekul berdasarkan teori VSEPR, jumlah PEB dan PEI serta tempelan magnet contoh molekul dan sifat dari molekulnya. Alat peraga ini ditampilkan dengan penggunaan warna yang menarik. Selain itu, pengembangan alat peraga model molekul harus memenuhi beberapa standar kualitas penilaian sebagai acuan kelayakan agar dapat digunakan sebagai media pembelajaran di SMA/MA.


(46)

Pengembangan model molekul ditinjauan oleh ahli media, ahli materi, 5 orang peer reviewer ,5 guru kimia SMA/MA yang bertindak sebagai reviewer dan uji terbatas pada 20 peserta didik kelas X SMA/MA. Berdasarkan penilaian oleh

reviewer dan peserta didik tersebut dapat diketahui kelayakan dari produk yang dihasilkan.

D. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana analisis, desain dan pengembangan alat peraga model molekul berdasarkan model ADDIE?

b. Bagaimana kualitas alat peraga model molekul yang dihasilkan berdasarkan penilaian reviewer?

c. Bagaimana kualitas alat peraga model molekul yang dihasilkan berdasarkan penilaian peserta didik?


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development) media pembelajaran yang bertujuan menghasilkan alat peraga model molekul dan mengetahui kualitas alat peraga model molekul. Model pengembangan pada penelitian ini berupa model prosedural bersifat deskriptif yaitu menggariskan langkah-langkah atau prosedur yang harus diikuti untuk menghasilkan produk berupa alat peraga model molekul.

B. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan produk yang digunakan dalam penelitian ini merupakan adaptasi dan modifikasi dari model pengembangan ADDIE, yaitu model yang mencakup lima tahapan, meliputi analysis (analisis), design (desain),

development (pengembangan), implementation (implementasi), dan evaluation

(evaluasi) (Padmo, 2004). Pada penelitian pengembangan model molekul VSEPR ini hanya menggunakan 4 tahapan (analysis, design, development). Tahap keempat yaitu implementasi tidak dilakukan. Tahap-tahap penelitian pengembangan model molekul adalah sebagai berikut:

1. Tahap Analisis (Analysis)

Pada tahap ini dilakukan beberapa analisis diantaranya: a. Analisis kompetensi

Analisis kompetensi yaitu melakukan tinjauan terhadap Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada materi bentuk molekul berdasarkan Kurikulum 2013.


(48)

b. Analisis pengguna

Analisis pengguna yaitu menentukan sasaran pengguna dari model molekul. Hal-hal yang dianalisis adalah kebutuhan bagi peserta didik dan pendidik untuk membantu pemahaman pada materi bentuk molekul.

c. Analisis instruksional

Analisis instruksional yaitu menentukan indikator pembelajaran dan tujuan pembelajaran pada materi bentuk molekul.

2. Tahap Perancangan (Design)

Tahap perancanaan model molekul adalah sebagai berikut:

a. Menyusun proposal penelitian pengembangan alat peraga model molekul. b. Membuat desain produk alat peraga model molekul.

c. Mengumpulkan sumber referensi yang berkaitan dengan materi pokok alat peraga untuk mendukung konten pada alat peraga.

d. Menyusun instrumen penilaian kualitas alat peraga model molekul. 3. Tahap Pengembangan (Development)

Tahap pengembangan model molekul adalah sebagai berikut:

a. Pembuatan produk awal model molekul dari bahan kayu dengan menggunakan mesin bubut kemudian dicat, membuat kotak anak tangga dari bahan karton kuning 30A ketebalan 2 mm yang dilapisi kertas samson dengan variasi warna, membuat stiker untuk identitas tiap kotak alat peraga, membuat

mini leaflet berisi konten alat peraga dan membuat petunjuk penggunaan alat peraga.


(49)

b. Peninjauan produk awal berdasarkan masukan dan saran dari dosen pembimbing, ahli materi, ahli media dan peer reviewer, hasilnya berupa masukan dan saran terhadap produk yang dikembangkan.

c. Revisi produk awal berdasarkan masukan dan saran dari ahli materi, ahli media dan peer reviewer. Produk awal hasil revisi selanjutnya dinilai oleh

reviewer dan peserta didik. 4. Tahap Evaluasi (Evaluation)

Tahap evaluasi yaitu melakukan review dan analisis data penilaian produk awal hasil revisi. Melakukan penilaian alat peraga model molekul hasil revisi kepada 5 orang reviewer dan 20 peserta didik. Kemudian melakukan revisi produk akhir berdasarkan masukan dan saran dari reviewer dan peserta didik. Penilaian alat peraga model molekul menggunakan instrumen penilaian yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Prosedur penelitian pengembangan alat peraga model molekul dapat dilihat pada Gambar 1.

C. Penilaian Produk

1. Desain Penilaian Produk

Penilaian alat peraga model molekul menggunakan desain penilaian produk secara deskriptif dengan bantuan instrumen penilaian. Produk awal berupa alat peraga model molekul yang ditinjau oleh ahli media, ahli materi dan peer reviewer. Pada tahap awal diperoleh saran dari ahli media, ahli materi dan peer reviewer kemudian dilakukan revisi I. Produk hasil revisi I dinilai oleh 5 orang

reviewer dan uji terbatas pada 20 peserta didik kelas X SMA. Reviewer dan peserta didik melakukan penilaian dan memberikan saran terhadap model


(50)

molekul. Selanjutnya melakukan penyempurnaan produk sehingga diperoleh produk akhir berupa alat peraga model molekul. Data hasil penilaian dianalisis untuk mengetahui kualitas dari produk pengembangan.

Gambar 1. Prosedur pengembangan alat peraga model molekul Analisis Kompetensi

Analisis Pengguna Analisis Instruksional Menyusun proposal penelitian Membuat desain produk model molekul

berdasarkan teori VSEPR Mengumpulkan sumber referensi

Penyusunan produk awal model molekul berdasarkan teori VSEPR

Menyusun instrumen penilaian

Peninjauan produk awal oleh dosen pembimbing, ahli media, ahli materi dan

peer reviewer

Revisi produk awal

Penilaian produk oleh reviewer dan peserta didik

Analisis data Tahap Evaluasi

Tahap Pengembangan Tahap Perancangan

Tahap Analisis

Penyempurnaan produk

Produk akhir alat peraga model molekul berdasrkan


(51)

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian pengembangan produk adalah alat peraga model molekul berdasarakan teori VSEPR. Objek penelitiannya adalah kualitas produk yang telah dikembangkan.

3. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu:

a. Data proses pengembangan model molekul hasil tinjauan serta masukan ahli materi, ahli media dan peer reviewer.

b. Data kualitas model molekul adalah data yang diperoleh dari hasil penilaian oleh 5 orang reviewer dan 20 peserta didik, diantaranya:

4. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian pengembangan ini berupa instrumen penilaian kriteria dengan aspek yang divalidasi logis oleh dosen kimia. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari instrumen penilaian penelitian “Pengembangan Puzzle tentang Tabel Periodik Unsur sebagai Alat Peraga Pembelajaran Kimia Peserat Didik Kelas X Semester I SMA/MA” tahun 2012 dan “Buku Pedoman Pembuatan Alat Peraga Kimia Sederhana untuk SMA oleh Direktorat Jendral Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2011”.

Instrumen model molekul yang telah diadaptasi selanjutnya divalidasi logis oleh dosen kimia yaitu Ibu Dr. Eli Rohaeti. Bagian instrumen yang divalidasi berupa aspek, indikator dan deskripsi indikator dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil validasi instrumen diperoleh 9 aspek kriteria dengan 26


(52)

indikator untuk penilaian oleh reviewer dan 8 aspek dengan 22 indikator untuk penilaian oleh peserta didik. Instrumen penilaian model molekul secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. Lembar instrumen penilaian berupa angket

checklist. Kualitas yang dinilai mencakup.

a. Aspek kesesuaian dengan tujuan pembelajaran b. Aspek nilai pendidikan

c. Aspek kesesuaian dengan materi d. Aspek ketahanan alat peraga e. Aspek keakuratan alat peraga f. Aspek efisiensi alat

g. Aspek keamanan bagi peserta didik dan pendidik h. Aspek estetika

i. Aspek kotak kit.

Peserta didik tidak melakukan penilaian pada aspek nilai pendidikan.

D. Analisis Data

1. Data Proses Pengembangan Produk

a. Data proses pengembangan model molekul berupa data deskriptif sesuai prosedur pengembangan yang telah ditentukan. Data diawali dari analisis kompetensi, analisis pengguna, analisis instruksional, menyusun proposal penelitian, membuat desain produk model molekul, mengumpulkan sumber referensi, menyusun instrumen penelitian. Dari data tersebut akan diperoleh masukan dari satu orang dosen pembimbing sebagai ahli materi, satu orang dosen kimia sebagai ahli media, lima orang peer reviewer yang akan


(53)

digunakan sebagai dasar merevisi produk . Hasil revisi I selanjutnya dinilai dan ditinjau oleh 5 reviewer dan 20 peserta didik.

2. Data Mengenai Kualitas Produk

Data yang diperoleh merupakan data kriteria dari tiap aspek penilaian yang dilakukan oleh lima orang guru SMA/MA dan 20 orang peserta didik sebagai uji terbatas. Analisis data ini berupa analisis deskriptif dengan langkah-langkah sebagi berikut:

a. Data yang diperoleh dari reviewer (5 orang guru kimia kelas X SMA) dan 20 peserta didik merupakan data kuantitatif berupa skor dengan skala 5 yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5.

b. Menghitung skor rata-rata untuk setiap aspek kriteria model molekul dengan rumus:

��= ∑� ... (1) Keterangan:

�� = skor rata-rata ∑� = jumlah skor

� = jumlah reviewer atau peserta didik

c. Mengubah kriteria nilai kualitatif tiap aspek kualitas model molekul. Kriteria nilai yang digunakan merupakan skor maksimum ideal untuk tiap aspek kriteria. Data skor rata-rata untuk masing-masing aspek kriteria penilaian ditabulasikan dan dianalisis. Skor akhir rata-rata yang diperoleh dikonversikan menjadi tingkat kelayakan model molekul sesuai dengan kriteria penilaian ideal yang dijabarkan dalam Tabel 2.


(54)

Tabel 2. Kriteria kategori penilaian ideal

No. Rentang Skor Kategori

1 X� > X�i + 1,8 x sbi Sangat Baik (SB) 2 X�i + 0,6 x sbi < X�≤X�i + 1,8 x sbi Baik (B) 3 X�i− 0,6 x sbi < X�≤X�i + 0,6 x sbi Cukup (C) 4 Xi– 1,8 x sbi < �X≤X�i−0,6 x sbi Kurang (K)

5 X�≤ X�i− 1,8 x sbi Sangat Kurang (SK) Keterangan:

X

i = rata-rata ideal

X

i = 1

2 (skor maksimum ideal + skor minimum ideal) sbi = simpangan baku ideal

sbi = 1

6 (skor maksimum ideal + skor minimum ideal) Skor maksimum ideal = ∑ kriteria x skor maksimum

Skor minimum ideal = ∑ kriteria x skor minimum

Selanjutnya dihitung persentase keidealan untuk tiap aspek penilaian dengan rumus:

Persentase keidealan tiap aspek = Skor rata−rata


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Hasil Pengembangan Produk

Hasil penelitian pengembangan yang pertama adalah alat peraga model molekul berdasarkan teori valence shell electron pair repulsion (VSEPR) sebagai media pembelajarn kimia kelas X SMA/MA. Model molekul terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

a. Kotak Model Molekul

Kotak model molekul tersusun dari 23 kotak, 9 diantaranya kotak tanpa pintu yaitu untuk nomor PEI dan PEB serta 14 kotak dilengkapi pintu yang bagian depan pintu terdapat identitas dari 13 model molekul seperti notasi VSEPR dan bentuk molekulnya. Nomor untuk pasangan elektron bebas (PEB) terletak pada bagian vertikal dan nomor untuk pasangan elektron ikatan terletak pada bagian horizontal seperti pada Gambar 2. Warna dari tiap kotak pada 13 model molekul adalah gabungan dari warna kotak PEB dan PEI penyusunnya. Kotak PEI/PEB selain berfungsi memberi keterangan PEI/PEB juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan tempelan magnet contoh molekul dan sifat molekul. Penggunaan warna biru untuk melapisi sebagian besar kotak dimaksudkan sebagai identitas dari kampus UNY, FMIPA dan Prodi Pendidikan Kimia yang disimbolkan berwarna biru. Bagian belakang kotak terdapat petunjuk model molekul seperti yang terlihat pada Gambar 3.


(56)

Gambar 3. Kotak model molekul bagian belakang Gambar 2. Kotak model molekul bagian depan


(57)

b. Model Molekul Berdasarkan Teori VSEPR

Model molekul tersimpan dalam kotak. Alat peraga berisi 13 model molekul terdiri dari atom pusat, PEI dan PEB seperti pada Gambar 4. Untuk pasangan elektron bebas (PEB) dapat dilepas dari atom pusat, tetapi untuk pasangan elektron ikatan tidak dapat dilepas dalam artian permanen. Hal ini dimaksudkan agar sudut tidak mudah berubah.

Gambar 4. Tiga belas model molekul

c. Mini Leaflet

Mini leaflet terdapat pada bagian dalam kotak. Seluruh cover mini leaflet bertuliskan “13 Model Molekul VSEPR” seperti pada Gambar 5. Mini leaflet terdiri dari bagian cover, isi dan bentuk ruang model molekul. Mini leaflet berisi penjelasan tentang masing-masing model molekul, sifat molekul (polar dan nonpolar) dan contoh molekul dari tiap bentuk molekul seperti pada Gambar 6.


(58)

Tampilan isi mini leaflet bagian kanan menunjukkan penjelasan bentuk molekul tetrahedral. Bagian kiri isi mini leaflet berisi contoh dan sifat molekulnya. Bagian belakang mini leaflet berisi gambar ruang bentuk molekul seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. Bentuk molekul AX3

Gambar bentuk ruang molekul dimaksudkan untuk memperjelas konsep dan membuat peserta didik lebih mudah memahami teori VSEPR dengan baik.

Gambar 5. Cover mini leaflet


(59)

Tabel 3. Tampilan model molekul, bentuk dan contoh

No Model Molekul Bentuk Contoh

1

AX2

Linear CO2, BeH2, BeCl2

2

AX3

Trigonal datar BCl3, BF3

3

AX2E

Bentuk V SO2, SnCl2

4

AX4

Tetrahedral CH4, CBr4, CCl4, CHCl3

5

AX3E

Piramida trigonal NH3, NF3, PCl3

6

AX2E2


(60)

Tabel 3. Tampilan model molekul, bentuk dan contoh (Lanjutan)

No Model Molekul Bentuk Contoh

7

AX5

Bipiramaida trigonal PCl5, PF5

8

AX4E

Jungkat-jungkit SF4, SeF4

9

AX3E2

Bentuk T ClF3, BrF3

10

AX2E3

Linear XeF2

11

AX6

Oktahedral SF6

12

AX5E

Piramida segiempat IF5, BrF5

13

AX4E2


(61)

d. Tempelan Magnet

Tempelan magnet merupakan bagian alat peraga yang digunakan sebagai sarana latihan soal yang menarik untuk peserta didik. Alat peraga dilengkapi 27 tempelan magnet untuk contoh molekul seperti pada Gambar 8.

Selain tempelan magnet contoh dari setiap bentuk molekul, alat peraga dilengkapi tempelan magnet sifat molekul. Sifat molekul polar dilambangkan dengan P dan nonpolar dengan NP seperti contoh pada Gambar 9.

Tempelan magnet dapat ditempelkan bagian depan pintu kotak model molekul antara nama bentuk molekul dan notasi berdasarkan teori VSEPR seperti contoh pada Gambar 10.

Gambar 8. Tempelan magnet contoh dari bentuk molekul NH3


(62)

Gambar 10. Contoh penggunaan tempelan magnet

e. Petunjuk Penggunaan Alat Peraga

Petunjuk penggunaan alat peraga terdapat dibagian belakang kotak. Petunjuk penggunaan berisi penjelasan penggunaan alat peraga dan referensi yang digunakan dalam penyusunan alat peraga seperti pada Gambar 11.

Gambar 11. Petunjuk penggunaan alat peraga

Penggunaan tempelan magnet

NH3

Penggunaan tempelan magnet

molekul yang bersifat polar

Penggunaan tempelan magnet CO2

yang bersifat nonpolar


(63)

Referensi pada petunjuk alat peraga dimaksudkan agar peserta didik dan pendidik mengetahui kebenaran penjelasan konten pada bentuk molekul. Selain itu, referensi berfungsi menambah pengetahuan lebih lanjut.

2. Penilaian Produk

Hasil penelitian yang kedua adalah kualitas model molekul yang telah dikembangkan berdasarkan penilaian oleh 5 reviewer kimia kelas X SMA dan 20 peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Seyegan.

a. Penilaian oleh Reviewer

Reviewer yang menilai model molekul adalah 5 guru kimia kelas X SMA. Hasil penilaian dari 5 reviewer berupa skor untuk keseluruan aspek dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data skor penilaian kualitas model molekul oleh reviewer

Reviewer Data Skor Tiap Aspek Jumlah

I II III IV V VI VII VIII IX

1 20 10 14 15 9 15 10 23 10 126

2 19 9 15 12 9 14 10 21 8 117

3 17 8 13 13 8 12 10 20 9 110

4 17 8 12 13 8 12 10 20 7 107

5 17 9 13 13 8 14 10 21 9 114

Jumlah 90 44 67 66 42 67 50 105 43 574

Keterangan:

Aspek I : kesesuaian dengan tujuan pembelajaran Aspek II : nilai pendidikan

Aspek III : kesesuaian dengan materi Aspek IV : ketahanan alat peraga Aspek V : keakuratan alat peraga Aspek VI : efisiensi alat

Aspek VII : keamanan bagi peserta didik dan pendidik Aspek VIII : estetika


(64)

b. Penilaian oleh Peserta Didik

Peserta didik yang melakukan penilaian model molekul pada uji terbatas ini adalah peserta didik kelas X MIA 1, X MIA 2, X MIA 3 San X MIA 4 dari SMA Negeri 1 Seyegan. Peserta didik diambil sebanyak 5 orang dari tiap kelas, sehingga diperoleh 20 peserta didik untuk melakukan penilaian. Hasil penilaian dari 20 peserta didik berupa skor untuk keseluruhan aspek dapat dilihat pada Tabel 5. Peserta didik tidak menilai aspek kedua yaitu nilai pendidikan.

Tabel 5. Data skor penilaian kualitas model molekul oleh peserta didik Peserta

Didik

Data Skor Tiap Aspek

I II III IV V VI VII VIII

1 14 10 14 9 15 10 23 9 104

2 15 10 14 9 15 10 24 10 107

3 13 10 15 10 13 10 25 10 106

4 14 9 14 10 14 10 24 10 105

5 14 10 15 10 14 10 25 9 107

6 14 10 14 8 14 10 25 8 103

7 13 8 13 8 14 10 24 8 98

8 12 10 12 9 15 8 23 8 97

9 15 10 12 8 14 10 24 7 100

10 13 10 13 8 15 10 23 8 100

11 15 10 15 10 15 10 25 10 110

12 15 10 15 10 15 10 24 10 109

13 15 10 15 10 15 10 24 10 109

14 13 9 13 9 15 10 24 9 102

15 15 10 15 10 15 10 25 10 110

16 15 10 13 9 14 10 23 9 103

17 15 10 13 9 15 10 23 9 104

18 15 10 13 9 12 10 23 9 101

19 15 10 13 9 15 10 23 9 104

20 15 10 13 9 13 10 22 7 99


(65)

B. Analisis Data dan Pembahasan

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data proses pengembangan dan data kualitas alat peraga model molekul. Data proses pengembangan model molekul berupa data deskriptif sesuai prosedur pengembangan yang telah ditentukan. Data ini diawali dari analisis kompetensi, analisis pengguna, analisis instruksional, menyusun proposal penelitian, membuat desain produk model molekul, mengumpulkan sumber referensi, menyusun instrumen penelitian.

Dari data tersebut akan diperoleh masukan dari satu orang dosen pembimbing sebagai ahli materi, satu orang dosen kimia sebagai ahli media dan lima orang peer reviewer, 5 orang reviewer dan 20 peserta didik yang digunakan sebagai dasar merevisi produk. Saran hasil tinjauan dianalisis, dipilih dan dipilah berdasarkan karakteristik model molekul. Jika sesuai akan digunakan sebagai pertimbangan merevisi model molekul. Data kualitas produk diperoleh dari hasil penilaian yang dilakukan oleh 5 orang reviewer dan 20 peserta didik menggunakan instrumen penilaian kualitas model molekul. Data yang dihasilan merupakan data kuantitatif yang selanjutnya diubah menjadi data kualitatif. Data tersebut akan digunakan untuk mengetahui kualitas model molekul.

1. Proses Pengembangan

Pengembangan model molekul menggunakan model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation) yang diadaptasi menjadi tiga tahap dan dijabarkan sebagai berikut:


(66)

a. Tahap Analisis (Analysis)

Pada tahap pertama ini dilakukan analisis kompetensi, analisis pengguna dan analisis instruksional. Pada analisis kompetensi dilakukan tinjauan terhadap Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada sub materi bentuk molekul yang mengacu pada Kurikulum 2013, yaitu:

KI 3: Memahami, menerapkan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanuasiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KD :

3.6 Menerapkan Teori Tolakan Pasangan Elektron Kulit Valensi (VSEPR) dan Teori Domain elektron dalam menentukan bentuk molekul.

4.6 Membuat model bentuk molekul dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar atau perangkat lunak kimia.

Setelah dianalisis KD 4.6 ternyata dilakukan langsung oleh peserta didik sesuai kemampuan dan kreatifitasnya. Model molekul memiliki fungsi untuk mengurangi tingkat keabstrakan materi bentuk molekul dan mampu membuat peserta didik lebih kreatif membuat model molekul sendiri dengan benar. Oleh karena itu, KD 4.6 tidak dijadikan dasar untuk mengembangkan alat peraga model molekul.


(67)

Analisis pengguna yaitu menentukan sasaran pengguna dari model molekul. Hal-hal yang dianalisis adalah kebutuhan bagi peserta didik dan pendidik untuk membantu pemahaman dalam proses pembelajaran khususnya sub materi bentuk molekul. Hasil dari analisis pengguna adalah alat peraga ini dapat digunakan oleh peserta didik kelas X SMA/MA peminatan MIA atau IIS. Tahap analisis instruksional menentukan indikator pembelajaran dan tujuan pembelajaran dalam pengembangan model molekul yaitu:

Indikator: Menjelaskan teori tolakan pasangan elektron kulit valensi (VSEPR) dan menentukan bentuk molekul berdasarkan teori tolakan pasangan elektron kulit valensi.

Tujuan pembelajaran :

1) Peserta didik dapat menjelaskan teori tolakan pasangan elektron kulit valensi (VSEPR) dengan tepat.

2) Peserta didik dapat meramalkan bentuk molekul berdasarkan teori tolakan pasangan elektron kulit valensi (VSEPR).

Berdasarkan hasil analisis indikator pembelajaran dapat disajikan komponen alat peraga sebagai berikut:

1) Tiga belas model molekul berdasarkan teori VSEPR

2) Tiga belas mini leaflet yang berisi penjelasan bentuk molekul, contoh dan sifat (polar atau nonpolar) bentuk molekul.

3) Teori VSEPR berkaitan dengan kepolaran molekul b. Tahap Perencanaan (Design)


(1)

INSTRUMEN PENILAIAN ALAT PERAGA MODEL MOLEKUL BERDASARKAN TEORI VALENCE SHELL ELECTRON PAIR REPULSION (VSEPR) SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA KELAS X SMA/MA

Nama |セqエ|||@ セom@ セ@ \ \'\ A

NIS

'62

8

Kelas ";I(. "'" \\ A


(2)

I i I I I

I

I

I

I

Petunjuk:

Isilah penilaian anda pada kolom penilaian I, 2, 3, 4, atau 5 dengan memberikan tanda cek ("V') dan memberikan kritiklsaran apabila ada pada kolom

catatan sesuai kriteria rubrik penilaian alat peraga model molekuI VSEPR.

Penilaian

No. Indikator

I

Catatan

1 2 3 4 5

I Aspek Kesesuaian dengan Tujuan Pembelajaran

l. Mendukung pencapaian kompetensi dasar

dan

I

.;

indikator

"-2. Menduklll1g tingkat keperluan media untuk .

-I

pembelajaran

--3. Kejelasan objekl ilustrasil sketsal gambar mengarah

V

kepada pemahaman konsep yang dijelaskan .

II Aspek Kesesuaian dengan Materi

4. Relevan dengan materi pembelajaran

I I I I

{セ@

5. Mendukung pemahaman materi

.

III Aspek Ketahanan Alat Peraga

6. Memiliki alat pelindlll1g dari kerusakan

v

7. Mudah dalam perawatan

../

8. Komponen-komponennya memiliki daya tahan

ゥセ@

,/

I

yang baik (tidak mudah patah, lepas, bembah

i

⦅⦅セ⦅セ@

bentuk)

IV Aspek Keakuratan Alat Peraga

9. Tepat dalam skala pengukuran ..(

10. Sesuai dengan bentuk sesungguhnya

V-V Aspek Efisiensi Alat

11. Mudah digunakan atau dijelaskan

.;'

L

12. Tidak memerlukan ban yak waktu dengan

../,

I

penggunaan alat peraga

--.t.


(3)

I

I

13. Mampu mengaktitkanpeserta didik dalam proses

セ@

pembelajaran

Mセ@

Aspek Keamanan Bagi Peserta Didik dan Pendidik

I

14. Tidak berbahaya bagi peserta didik 15. Konstruksi alat aman bagi pendidik

VII Aspek Estetika

I

16. Desain alat peraga teratur I

17. Desain alat peraga jelas 18. Desain alat peraga halus 19. T ata wama menarik

I

20. Ukuran huruf sesuai

VIII Aspek Kotak Kit

21. Mudah dalam mengambil dan menyimpan 22. Ketahanan kotak

I

I

I

I

I

".f

-/

.../

"

v

'"

V-../

-/

./

Yogyakarta, .

セセNセ@

..

セセNエ_セセAIセ|@

.-:-: ..

2017 Peserta Didik

ll1v\ah

\:ho(V1

<;\00

I


(4)

_._-INSTRUMEN PENILAIAN ALAT PERAGA MODEL MOLEKUL BERDASARKAN TEORI VALENCE SHELL ELECTRON PAIR REPULSION (VSEPR) SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA KELAS X SMAIMA

Nama

Nlf-!r

エZGqセAセ@ |Iェャセ@ セ|Mィャ@

NIS f,fJ

79

Kelas )( N ttA <:.(


(5)

I

Petunjuk:

Isilah penilaian anda pada kolom penilaian 1,2,3,4, atau 5 dengan memberikan tanda cek (vi) dan memberikan kritik/saran apabila ada pada kolom

catatan sesuai kriteria rubrik penilaian alat peraga model molekul VSEPR.

MMMMMMMMMMMMMMMMMMLMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMセ@

l

I

I

Penilaian

I

No. Indikator

i .

1

1.2

I

3

i

セAセ@

Catatan

I Aspek Kesesuaian dengan Tujuan Pembelajaran f

l. Mendukung pencapaian kompetensi dasar dan

I

JI

indikator

I

I

I 2. Mendukung tingkat keperluan media untuk I

I

JI

I

pembelajaran I

I

I

I

I

3. Kejelasan objekl ilustrasil sketsal gam bar mengarah

i

!

V

j

kepada pemahaman konsep yang dijelaskan

I

I

I II Aspek Kesesuaian dengan Materi

I

4. Relevan dengan materi pembelajaran 5. Mendukung pemahaman materi

j

iセ@

V

J

I

III Aspek Ketahanan Alat Peraga

6. Memiliki alat pelindung dari kerusakan

v'

セ@

7.

Mudah dalam perawatan

J

8. Komponen-komponenn>::a memiliki daya tahan

I

jセi@

yang baik (tidak mudah patah, lepas, betubah

I

I

bentuk)

-IV Aspek Keakuratan Alat Peraga

セ@

./

9. Tepat dalam skala pengukuran /'

--L. _ _

L.-_

./

10. Sesuai dengan bentuk sesungguhnya

Mセ@

I .

V Aspek Efisiensi Alat I

11. Mudah digunakan atau dijelaskan


(6)

13. Mampu mengaktifkan peserta didik dalam proses

I

V

pembelajaran

I

I

VI Aspek Keamanan Bagi Peserta Didik dan Pendidik

14. Tidak berbahaya bagi peserta didik

V/

15. Konstruksi alat aman bagi pendidik

v

I

VII

Aspek Estetika

I

16. Desain alat peraga teratur

.-f

/"

I

17. Desain a1at peraga je1as J/

18. Desain alat peraga halus

v/

19. Tata warna menarik .J

/

20. Ukuran huruf sesuai

J

VIII Aspek Kotak Kit I

21. Mudah dalam mengambil dan menyimpan

J

22. Ketahanan kotak

I

V

Yogyakat1a,

Nセq@

.. r.

セセセV@

...

2017 1a Didik


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

EVALUASI IN VITRO ANTIOKSIDAN SENYAWA FENOL BIJI MELINJO (Gnetum gnemon L.) SELAMA PROSES PENGOLAHAN EMPING MELINJO BERDASARKAN SNI 01-3712-1995

4 111 16

FENOLOGI KEDELAI BERDASARKAN KRITERIA FEHR-CAVINESS PADA DELAPAN PERSILANGAN SERTA EMPAT TETUA KEDELAI (Glycine max. L. Merrill)

0 46 16

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18