Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Budaya Organisasi di Departemen On Air Promotion PT. Surya Citra Televisi T1 362009040 BAB IV

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1. Profil Singkat SCTV 1.1.1 Sejarah SCTV

Pada mula SCTV terletak di Jl.Dharmo Permai, Surabaya, Agustus 1990, siaran SCTV diterima secara terbatas untuk wilayah Gerbang Kertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoardjo dan Lamongan) yang mengacu pada izin Departemen Penerangan No.1415/RTF/K/IX/1989 dan SK No. 150/SP/DIR/TV/1990. Satu tahun kemudian, 1991 pancaran siaran SCTV meluas mencapai Pulau Dewata, Bali dan sekitarnya. Baru pada tahun 1993, berbekal SK Menteri Penerangan 111/1992 SCTV melakukan siaran nasional ke seluruh Indonesia. Untuk mengantisipasi perkembangan industri televisi dan juga dengan mempertimbangkan Jakarta sebagai pusat kekuasaan maupun ekonomi, secara bertahap mulai tahun 1993 sampai dengan 1998, SCTV memindahkan basis operasi siaran nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta.

Pada tahun 1999 SCTV melakukan siarannya secara nasional dari Jakarta. Sementara itu, mengantisipasi perkembangan teknologi informasi yang kian mengarah pada konvergensi media SCTV mengembangkan potensi multi medianya dengan meluncurkan situs http://www.liputan6.com, http://www.liputanbola.com melalui situs tersebut, SCTV tidak hanya bersentuhan dengan masyarakat Indonesia di wilayah Indonesia, melainkan juga menggapai seluruh dunia. Dalam perkembangan berikutnya, melalui induk perusahaan PT. Surya Citra Media tbk


(2)

(SCM), SCTV mengembangkan potensi usahanya hingga mancanegara dan menembus batasan konsep siaran tradisional menuju konsep industri media baru.1

SCTV menyadari bahwa eksistensi industri televisi tidak dapat dipisahkan dari dinamika masyarakat. SCTV menangkap dan mengekspresikannya melalui berbagai program berita dan feature produksi divisi pemberitaan seperti liputan6 (pagi, siang, petang dan malam), buser, topik minggu ini, sigi dan sebagainya. SCTV juga memberikan arahan kepada pemirsa untuk memilih tayangan yang sesuai. Untuk itu dalam setiap tayangan SCTV di pojok kiri atas ada bimbingan untuk orang tua sesuai dengan ketentuan UU Penyiaran No: 32/2002 tentang penyiaran yang gterdiri dari BO (Bimbingan Orang tua), D (Dewasa) dan SU (Semua Umur). Jauh sebelum peraturan ini diberlakukan, SCTV telah secara selektif menentukan jam tayang programnya sesuai dengan karakter programnya.2

Dalam kurun waktu perjalanannya yang panjang, berbagai prestasi di raih baik dalam negeri dan juga luar negeri antara lain : Asian Television Award (2004 untuk program kemanusiaan Titian Kasih (Pijar), 1996 program berita anak-anak Krucil, Majalah Far Eastern Economic Review (3 kali berturut-turut sebagai satu dari 200 perusahaan terkemuka di Asia Pasifik), Panasonic Award (untuk program berita, pembaca berita dan program current affair pilihan pemirsa) dan sebagainya. Pada bulan Februari 2012, SCTV memperoleh penghargaan sebagai stasiun televisi utama pilihan pemirsa dan pengiklan di ajang Superbrands 2012 yang diselenggarakan oleh Institusi Media Independen Phoenix Communication. Pada bulan Maret 2012, Program Sigi Investigasi SCTV meraih penghargaan “Panasonic Gobel Award” untuk kategori programinvestigasi di acara ‘Panasonic Gobel Award ke-15’. Dalam ajang penghargaan tahunan Citra Pariwara 2012, yang

1

http://www.sctv.co.id.


(3)

diselenggarakan pada tanggal 30 November 2012, SCTV kembali meraih penghargaan Silver Awards untuk promo image “Grammy Awards2012”. Liputan 6 meraih penghargaan dari CNN Journalism Award 2013 untuk kategori Education

Culture and Art. SCTV mendapatkan Penghargaan Gold Awards untuk promo

Image SCTV Awards 2012 versi Gatotkaca dalam kategori Others. Semua penghargaan tersebut menjadikan SCTV kian dewasa dan matang. Untuk itu, manajemen SCTV memandang perlu menegaskan kembali identitas dirinya sebagai stasiun televisi keluarga.

Melalui 47 stasiun transmisi, SCTV mampu menjangkau 240 kota dan menggapai sekitar lebih dari 175 juta potensial pemirsa. Dinamika ini terus mendorong SCTV untuk selalu mengembangkan profesionalisme sumber daya manusia agar dapat senantiasa menyajikan layanan terbaik bagi pemirsa dan mitra bisnisnya.

SCTV telah melakukan transisi ke platform siaran dan produksi siaran dan produksi digital, yang merupakan bagian dari kebijakan untuk konsisten mengadopsi kecanggihan teknologi dalam meningkatkan kinerja dan efsiensi operasional. Dalam semangat yang sama, kebijakan itu telah meletakan penekanan yang kokoh pada pembinaan kompetensi individu di seluruh aspek untuk mempertajam basis pengetahuan seraya memupuk talenta, kreativitas dan inisiatif. Inilah kunci untuk memperkuat posisi SCTV sebagai salah satu dari stasiun penyiaran terkemuka di Indonesia.


(4)

1.1.2 Logo, Visi, Misi, dan Motto SCTV

Sejak Januari 2005, SCTV mengubah logo dan slogan menjadi lebih tegas dan dinamis : Satu Untuk Semua.

Gambar 4.1. Logo SCTV

Makna logo SCTV menampilkan wujud :

1. SUN : Matahari (orange) berbentuk bulat utuh, mengandung makna SCTV kini berusia matang dan dalam wujud yang terbaik

2. SKY : Langit (biru) pada teks SCTV yang disinari oleh sang surya mengandung makna SCTV selalu cerah, cemerlang, berwawasan, variatif, inovatif, sekaligus menghibur dalam setiap programnya.

Teks SCTV berkesan dinamis modern, menyiratkan kemauan untuk terus berkembang sejalan dengan selera pemirsa dan kemajuan zaman. Teks SCTV yang berkesinambungan mengandung makna adanya ikatan yang kuat, baik dalam lingkungan internal SCTV maupun antara SCTV dan pemirsanya.

Selain itu SCTV memiliki visi, misi, moto dan tujuan yaitu : 1. Visi SCTV

Visi SCTV adalah menjadi stasiun unggulan yang dapat memberikan kontribusi terhadap kesatuan dan persatuan bangsa, serta mencerdaskan kehidupan bangsa.


(5)

2. Misi SCTV

Misi dari SCTV adalah membangun SCTV sebagai jaringan televisi swasta yang terkemuka di indonesia, dengan menyediakan beragam program kreatif, inovatif

dan berkualitas untuk pemirsa, berdasarkan prinsip “good corporation

governance”.

3. Moto SCTV

Moto dari SCTV adalah satu untuk semua, mendukung berbagai makna seperti berikut ini :

a. SCTV sebagai satu-satunya stasiun televisi swasta pilihan untuk semua kalangan.

b. SCTV sebagai satu-satunya stasiun televisi swasta pilihan yang begitu inovatif menayangkan berbagai jenis program acara yang sangat beragam dan variatif.

c. SCTV memiliki cita-cita luhur untuk menjadi nomor satu dalam benak pemirsanya.

Moto SCTV berkaitan dengan nilai-nilai utama yang dimiliki perusahaan,

yaitu “SCTV 5 TOP”. Nilai-nilai utama yang dikembangkan SCTV terwakili oleh 5T, 5O dan 5P:

1. 5T yang mencerminkan sikap karyawan :

a. Teachable : Keterbukaan

b. Thoughtful : Bijaksana

c. Thankful : Bersyukur

d. Trustworthy : Terpercaya


(6)

2. 5O yang mencerminkan cara kerja karyawan :

a. Organized : Terorganisasi

b. Obendient : Taat

c. Obliging : Bertanggung Jawab

d. Optimistic : Berfikir Positif

e. Occupied : Selalu Berkarya

3. 5P yang mencerminkan output atau produk SCTV

a. Performance : Kinerja Terbaik

b. Professional : Profesional

c. Perfect : Ikhtiar untuk kesempurnaan

d. Prestigious : Disegani

e. Prefered : Terpilih/Menjadi Unggul

Pada dasarnya SCTV memiliki peranan penting dalam program mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sesuai dengan tujuan awal SCTV berdiri, yaitu sebagai media informasi untuk ikut berpartisipasi dalam program mencerdaskan kehidupan bangsa dengan terus memberikan pelayanan dan program yang berkualitas serta berkesinambungan.

1.2. Departemen On Air Promotion SCTV

1.2.1 Sejarah Singkat Departemen On Air Promotion SCTV

Departemen Promo On Air sudah ada sejak SCTV berdiri di Surabaya. Saat itu masih berada dalam Divisi Marketing. Saat itu dipimpin oleh seorang manager bernama Ibu Gina R. Soepardi dan disupport oleh advisor dari Phillipina bernama Jonjo Trinidad. Hal ini mengingat saat itu bisnis televisi masih baru berkembang di Indonesia sehingga dibutuhkan adanya advisor yang bisa memberikan arahan dalam


(7)

pencapaian tujuan berpromosi. Komposisi tim masih didonimasi oleh Production Assistant yang cukup banyak. Mereka ini adalah lulusan dari berbagai kampus yang sama sekali tidak memiliki latar belakang broadcast. Saat itu Promo On Air sudah memiliki Voice Over talent yang sangat mumpuni, yang memiliki latar belakang sebagai penyiar radio.

Selanjutnya dalam perkembangan broadcasting yang makin banyak bermunculan televisi nasional baru, maka tuntutan dan eksistensi departemen

Promo On Air masih diperhitungkan. Departemen promosi makin memiliki nilai

strategis karena berkontribusi langsung pada keberhasilan sebuah program yang mulai dikompetisikan secara rating. Rating inilah yang menentukan keberhasilan penjualan bagi stasiun televisi tersebut. Dalam proses learning by doing, para

Production Assistant itu akhirnya dipromosikan sebagai Produser karena

kompetensinya yang makin meningkat. Dengan demikian selanjutnya direkrutlah tenaga baru sebagai production assistant. Di sinilah secara struktur, departemen Promo On Air makin terlihat kokoh. Dengan makin banyaknya variasi genre program, maka setiap produser dibagi tugas untuk menangani masing-masing genre dengan dibantu oleh seorang Production Assistant. Maka makin fokuslah pekerjaan para Produser, sehingga mereka bisa mengemas strategi promosi program lebih terarah. Saat ini tahun 1999 dan akhirnya posisi manager diserahkan pada bapak Abi Yazid.

Tahun 2006 Promo On Air SCTV melengkapi timnya dengan menambahkan seorang Director of Photograph. Maka disinilah mulai menampakkan peningkatan yang luar biasa. Secara on air look, hasil pekerjaan tim promo makin bagus dan variasi dengan angle-angle yang indah. Semua promo dieksekusi dengan pendekatan beauty shoot. Tak heran sejak itulah Promo On Air SCTV meraih


(8)

banyak penghargaan di setiap kompetisi kreatif promo. Bahkan hingga menyabet penghargaan internasional. Dengan strategi promosi program yang makin kompleks, maka Divisi programming perlu mendapat dukungan sepenuhnya dari departemen Promo On Air. Sehingga akhirnya departemen Promo On Air harus lebih fokus. Untuk lebih memudahkan dalam berkoordinasi, departemen promo on air akhirnya bergabung di Divisi Programming. Pada saat ini jabatan manager diubah menjadi kepala departemen yang dipercayakan kepada Bapak Karianto.

1.2.2 Struktur Departemen On Air Promotion SCTV

Bagan 4.1. Struktur Departemen On Air Promotion SCTV Directur Programing dan Produksi

(Harsiwi Achmad)

Kepala divisi Creative On Air Presentation

(Ponang Praptadi)

Kepala Departemen On Air Promotion

(Karianto)

Creative Grup Head

(Putut wahyudi)

Ass Produser

(Asti Ningsih)

Creative Grup Head

(Yuliantoro E.M)

Ass Produser

(Rizky Aditya)

Creative Grup Head

(Ajusta Hirobumi)

Ass Produser

(Dityan Satyayoni)

Creative Grup Head

(Agung Y.H)

Ass Produser


(9)

Gambar 4.2. Team Departemen On Air Promotion SCTV

1.3 Bentuk Komunikasi di Departemen On Air Promotion SCTV

Komunikasi organisasi merupakan komunikasi dalam organisasi yang bersifat formal maupun informal yang berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok (Mulyana, 2005: 13). Proses komunikasi yang efektif merupakan syarat terbinanya kerja sama yang baik dalam Departemen On Air

Promotion SCTV untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam Departemen On Air

Promotion SCTV, komunikasi terjadi di dalam kondisi formal (secara struktural)

maupun informal. Dimana sebuah komunikasi formal dalam Departemen On Air

Promotion SCTV memiliki peran dalam pembuatan keputusan organisasi, sedangkan

komunikasi informal yang terjadi diantara para anggota Departemen On Air

Promotion SCTV digunakan untuk saling mengenal satu sama lain dan tidak menutup

kemungkinan bahwa terdapat informasi-informasi penting yang terjadi dalam komunikasi ini. Komunikasi memberikan pemahaman bagi Departemen On Air


(10)

Dalam mengerjakan pekerjaannya mempromosikan program SCTV, Departemen On Air Promotion SCTV menggunakan beberapa bentuk komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi Informal

Komunikasi informal merupakan alur komunikasi yang di luar konteks komunikasi organisasi yang terjadi secara sporadis dan tidak terikat pada aturan-aturan baku dalam jenjang organisasi (Pace dan Faules, 2006). Dalam komunikasi informal ini, setiap karyawan Departemen On Air Promotion SCTV bebas dalam berinteraksi tanpa melihat batasan-batasan yang ada dalam komunikasi organisasi sesuai dengan jenjang manajemennya. Komunikasi informal yang seringkali terjadi dalam Departemen On Air Promotion SCTV biasanya adalah komunikasi antar pribadi. Komunikasi Interpersonal (komunikasi antar pribadi) adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan (Roudhona, 2007). Hal tersebut diungkapkan oleh Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV sebagai berikut:

“Dalam bekerja, kami biasanya memakai komunikasi antar pribadi. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka atau face to face, bisa juga melalui telepon.Komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh karyawan-karyawan Departemen On Air Promotion SCTV adalah berusaha untuk dapat saling memahami karakteristik pribadi rekan kerja satu team, dapat memahami persepsi satu sama lain, meningkatkan toleransi dan solidaritas serta menghindari konflik.” 3

Hal tersebut juga dinyatakan oleh Putut Wahyudi, Creative Grup Head Departemen On Air Promotion SCTV sebagai berikut:

“Komunikasi lisan antar pribadi merupakan metode atau cara yang cukup efektif, percakapan yang dilakukan antar partner kerja Departemen On Air

Promotion SCTV dan dengan atasan Departemen On Air Promotion SCTV

merupakan cara yang paling cepat dan ekonomis tentang hal-hal yang seharusnya memang dikomunikasikan dengan baik. Komunikasi lisan yang dilakukan oleh Departemen On Air Promotion SCTV, tidak hanya terjadi di

3


(11)

saat yang formal saja seperti saat rapat berlangsung tetapi berdiskusi, bertukar ide, memberi masukan dapat dilakukan di waktu senggang seperti jam istirahat makan siang dalam suasana kekeluargaan, itu pun dapat memberikan ide-ide segar bagi kemajuan Departemen On Air Promotion SCTV selanjutnya.”4

Dalam perkembangan hubungan kerjasama yang makin efektif dan meluas, konteks komunikasi interpersonal karyawan Departemen On Air Promotion SCTV menjadi mikrokosmos bagi kelompok Departemen On Air Promotion SCTV secara makro. Konteks komunikasi interpersonal, khususnya dalam bentuk diad (dua-orang) Departemen On Air Promotion SCTV selalu melibatkan tingkat intra-personal. Tingkatan dan konteks komunikasi ini mewakili satuan terkecil interaksi karyawan Departemen On Air Promotion SCTV sebelum beranjak ke dalam tingkatan dan jangkauan komunikasi budaya kelompok. Komunikasi interpersonal Departemen On Air Promotion SCTV dapat mencakup semua jenis hubungan karyawan mulai dari hubungan yang paling singkat, sederhana dan biasa, hingga hubungan yang paling mendalam dan relatif permanen yang berbentuk kekeluargaan.

2. Komunikasi Formal

Dalam komunikasi formal, informasi mengalir melalui jalur resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan (Pace dan Faules, 2006). Komunikasi formal yang terjadi dalam Departemen On Air

Promotion SCTV lebih merupakan bentuk komunikasi kelompok. Komunikasi

kelompok adalah proses komunikasi antara seseorang dengan sejumlah orang yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok (Roudhona, 2007). Dalam komunikasi Departemen On Air Promotion SCTV tersebut, terjadi komunikasi ke

4

Wawancara dengan Putut Wahyudi, Creative Grup Head Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 15 April 2015.


(12)

bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal. Hal tersebut diungkapkan oleh Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV sebagai berikut:

“Dalam komunikasi secara formal, saya seringkali mengumpulkan para crew Departemen On Air Promotion SCTV dalam suatu rapat untuk melakukan

feedback atas apa yang sudah kami lakukan. Dalam hal ini yang terjadi adalah

komunikasi kelompok, kami berinteraksi satu sama lain baik itu dalam komunikasi atasan kepada bawahan, komunikasi bawahan kepada atasan dan komunikasi horizontal antar crew sendiri. Hal tersebut untuk mencapai tujuan bersama adanya saling kebergantungan, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari keluarga atau kelompok Departemen On Air Promotion SCTV, meskipun setiap crew boleh jadi punya peran berbeda.”5

Dalam bentuk komunikasi formal kelompok biasanya Departemen On Air

Promotion SCTV lebih sering berkomunikasi untuk merencanakan strategi yang

tepat agar meningkatkan eksistensi promo program terhadap minat pemirsa SCTV. Karena bagus tidaknya promo program yang ada di SCTV mempengaruhi minat dari pemirsa SCTV. Hal tersebut diungkapkan oleh Rizky Aditya, Asisten Produser Departemen On Air Promotion SCTV sebagai berikut:

“Dalam komunikasi formal, kami seringkali membahas strategi promo on air yang digunakan untuk setiap programnya adalah dengan cara bagaimana membuat promo tersebut menarik masyarakat agar dapat melihat isi dari promo tersebut. Hal tersebut kami lakukan secara rutin dalam rapat formal. Maka setiap promo program yang dikeluarkan mempunyai look yang berbeda– beda dengan warna yang menarik di setiap promo tersebut maka orang akan melihat informasi program dari promo on air di SCTV.”6

Berdasarkan paparan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa dalam Departemen On Air Promotion SCTV, komunikasi terjadi di dalam kondisi formal (secara struktural) maupun informal. Meski pun bentuk komunikasi formal dan komunikasi informal digunakan, namun berdasarkan amatan peneliti, para karyawan Departemen On Air Promotion SCTV lebih sering menggunakan bentuk komunikasi informal. Sebagaimana dikemukakan oleh Littlejohn & Foss (2005 : 258) bahwa

5

Wawancara dengan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 12 April 2015.

6

Wawancara dengan Rizky Aditya, Asisten Produser Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 15 April 2015.


(13)

budaya organisasi adalah sesuatu yang dihasilkan melalui interaksi sehari-hari dalam organisasi, bukan hanya pekerjaan tetapi semua jenis komunikasi. Dalam hal ini komunikasi mempunyai fungsi membangun iklim organisasi Departemen On Air

Promotion SCTV, yang berdampak kepada membangun budaya organisasi

Departemen On Air Promotion SCTV. Pelaksanaan aktivitas komunikasi akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap budaya organisasi. Komunikasi dalam Departemen On Air Promotion SCTV menimbulkan saling pengertian dan kenyamanan dalam bekerja karyawan. Adanya komunikasi dalam Departemen On Air Promotion SCTV yang baik maka akan terciptanya suatu informasi baru yang tepat, benar dan baik. Informasi sangat dibutuhkan oleh para karyawan Departemen On Air Promotion SCTV, karena informasi tersebut dapat digunakan untuk melaksanakan kewajiban pekerjaan masing-masing anggota atau untuk mengatasi masalah pekerjaan yang ada dalam Departemen

On Air Promotion SCTV.

1.4 Budaya Organisasi Departemen On Air Promotion SCTV

Pacanowsky & Trujillo (dalam Littlejohn & Foss, 2005: 258) menyatakan bahwa studi budaya organisasi seperti ini dapat mengungkap budaya organisasi melalui pengamatan terhadap communication performances. Oleh sebab itu, pengungkapan budaya organisasi dalam Departemen On Air Promotion SCTV ini menggunakan indikator communication performances yang dikemukakan oleh

Pacanowsky dan O’Donnell-Trujillo (dalam Littlejohn & Foss, 2005: 259-260) yaitu: Ritual, Hasrat (Passion), Sosialitas (Sociality), Politik organisasi, Enkulturasi atau

proses “pengajaran” yang menjadi tolak ukur budaya yang berlangsung dalam Departemen On Air Promotion SCTV.


(14)

1.4.1 Perfoma Ritual (Ritual Performance)

Performa Ritual (ritual performance) adalah merupakan suatu tampilan yang diulang-ulang secara teratur, suatu aktivitas yang dianggap oleh suatu kelompok sebagai suatu yang sudah biasa dan rutin (Pacanowsky dan O’Donnell-Trujillo, dalam Littlejohn & Foss, 2005). Performa ini sering digunakan oleh para crew Departemen On Air Promotion SCTV di setiap masing-masing Creative Grup Head Departemen On Air Promotion SCTV, ini dikarenakan performa ritual adalah performa yang lebih sering dikerjakan dan berulang-ulang sehingga dapat membantu pekerjaan lebih cepat. Performa Ritual dibagi menjadi empat poin, yaitu: personal, tugas, sosial dan organisasi.

1) Ritual Personal

Ritual Personal (personal ritual) adalah rutinitas yang dilakukan di Departemen On Air Promotion SCTV setiap harinya. Maksudnya adalah mencakup semua hal yang dilakukan oleh para anggota Departemen On Air Promotion SCTV di masing-masing Creative Grup Head secara rutin setiap harinya di Departemen On Air Promotion SCTV. Ritual ini pun berguna untuk melancarkan kegiatan kerja setiap harinya. Hal tersebut diungkapkan oleh Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV sebagai berikut:

“Rutinitas tiap hari yang dilakukan oleh tiap personal berbeda-beda, hal tersebut mengingat setiap crew Departemen On Air Promotion SCTV punya peran dan job deskripsi yang berbeda. 7

Menurut Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, rutinitas tiap hari sehubungan dengan pekerjaan promo on air program SCTV adalah sebagai berikut:8

a) Membuat Trailer

7

Wawancara dengan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 12 April 2015.

8


(15)

Trailer merupakan cuplikan-cuplikan program yang disusun secara ringkas sesuai alur program yang sebenarnya. Digabungkan dengan narasi yang memiliki daya tarik pada identitas program. Contohnya; trailer film action, sinetron, program berita, dan lain sebagainya. Trailer biasanya dijadwalkan siaran paling lama 1 bulan sebelumnya, sedangkan paling dekat adalah beberapa jam sebelum ditayangkan. Namun biasanya paling gencar ditayangkan 1 hari sebelumnya.

b) Membuat Treaser

Treaser merupakan cuplikan-cuplikan film yang paling menarik. Treaser biasanya hanya ada pada film-film cerita ataupun sinetron, yang sengaja dibuat oleh produsernya. Sehingga dalam materi kaset yang telah dibeli hak royaltynya, akan terdapat potongan-potongan treaser tersebut. Stasiun SCTV tinggal menyiarkannya saja. Treaser disiarkan biasanya hanya pada saat program film itu sedang berlangsung. Yaitu menjelang commersial

break, bumper in, bumper out, tujuannya agar penonton tetap

terjaga/tergoda untuk tidak mengubah saluran televisinya. c) Membuat promo still photo;

Promo still photo promosi tentang segala sesuatu yang berbentuk still photo, bukan gambar bergerak. Biasanya ini hanya berupa pengumuman penting, pelayanan umum atau apapun yang memang belum ada gambarnya.

d) Membuat promo program;

Promo program yaitu promosi tentang segala sesuatu yang disampaikan oleh seorang penyiar baik live ataupun recording, tentang program yang akan disajikan, hal ini biasanya untuk mengingatkan agenda siaran televisi


(16)

saat itu. Ada pula penyiar yang menyampaikan promosi sinopsis sebuah program menjelang program tersebut ditayangkan, agar menarik perhatian audien.

e) Membuat running text

Running text merupakan promosi program tercetak/tertulis yang

ditampilkan di bagian paling bawah layar televisi yang berputar secara bergantian dengan informasi lainnya.

f) Membuat supper impose

Supper impose merupakan promosi program yang biasanya ditampilkan

dalam layar televisi secara mendadak, beberapa detik dengan frekuensi tidak sering. Bisa ditampilkan sebelum program dimulai untuk mengingatkan ataupun ketika program sedang berlangsung untuk menginformasikan audien yang baru bergabung.

2) Ritual Tugas

Ritual tugas (task ritual) adalah perilaku rutin yang dikaitkan dengan pekerjaan karyawan di Departemen On Air Promotion SCTV. Di Departemen tersebut ritual seperti ini dilakukan hampir di setiap masing-masing Creative Grup, karena setiap anggota masing-masing Creative Grup bertanggung jawab dalam penyelesaian tugas yang dibebankan kepadanya. Ritual tugas berhubungan erat dengan job deskripsi karyawan Departemen On Air

Promotion SCTV. Hal tersebut diungkapkan oleh Karianto, Kepala

Departemen On Air Promotion SCTV sebagai berikut:

“Job deskripsi dalam Departemen On Air Promotion SCTV bagian penting dari ritual tugas Departemen On Air Promotion SCTV. Ibarat navigator bagi karyawan Departemen On Air Promotion SCTV, job deskripsi adalah peta yang menentukan arah, kemana harus berbelok, berapa kecepatan yang diperlukan dan seterusnya. Job deskripsi yang jelas dapat melancarkan kegiatan rutinitas kerja tiap personal setiap harinya dalam Departemen On Air


(17)

Promotion SCTV. Dalam hal ini tiap job deskripsi harus dikombinasikan untuk mencapai tujuan, sehingga job deskripsi memiliki adanya saling kebergantungan antar karyawan dalam Departemen On Air Promotion

SCTV.”9

Gambar 4.3. Kegiatan Syuting Sebagai Bentuk Ritual Tugas

Adapun, job deskripsi dari setiap bagian Departemen On Air Promotion SCTV adalah sebagai berikut:

a) Kepala Departemen On Air Promotion SCTV

Kepala Departemen On Air Promotion bertugas atas manajemen promo on air dari setiap program SCTV, membuat struktur dari departemen promo

on air lalu bertanggung jawab atas budgeting dan strategi (rencana) besar

promo on air dari setiap program SCTV. Kepala Departemen On Air

Promotion bertanggungjawab kepada Kepala divisi Creative On Air

Presentation yaitu Ponang Pratapdi.

b) Creative Grup Head Departemen On Air Promotion SCTV

Bertugas untuk memanajemen produksi promo On Air yang telah ditentukan oleh Kepala Departemen On Air Promotion, membuat konsep promo On Air lalu membriefing konsep promo, serta memberi tugas pada

9


(18)

asisten produser lalu mengevaluasi hasil kerja asisten produser dan merevisi beberapa kinerja asisten produser.

c) Asisten Produser

Bertugas untuk membantu Creative Grup Head dalam menyiapkan berbagai materi yang akan diedit dan pada saat syuting adalah membantu untuk menyiapkan berbagai keperluan On Air Promotion mulai dari peralatan, camera person, atau berkomunikasi kepada talent.

3) Ritual Sosial

Ritual Sosial (social ritual) adalah sebuah rutinitas yang melibatkan hubungan antar anggota di Departemen On Air Promotion SCTV. Biasanya di Departemen tersebut rutinitas seperti ini dilakukan oleh semua crew di sana bertujuan untuk menambah tali persaudaraan antar crew Departemen On Air

Promotion SCTV agar lebih memahami karakter satu sama lainnya sehingga

dalam hal kerjasama dalam pekerjaan pun dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut diungkapkan Rizky Aditya, Asisten Produser Departemen On Air

Promotion SCTV:

“Di saat jam istirahat para crew Departemen On Air Promotion SCTV sering melakukan makan siang bersama. Biasanya makan siang itu digunakan juga untuk berbincang-bincang tentang pekerjaan yang tadi sudah dilakukan selama seharian. Pembicaraan santai seperti itu dapat membuat rasa lelah yang tadi melanda dapat hilang begitu saja, bahkan seringkali karena mengobrol santai saat makan siang itu dapat menambah ide-ide baru yang segar untuk pekerjaan.”10

Hal tersebut juga diungkapkan Karianto, Kepala Departemen On Air

Promotion SCTV:

“Rutinitas yang melibatkan hubungan antar anggota lebih digunakan oleh anggota Departemen On Air Promotion SCTV seringkali membicarakan atau mendiskusikan kegiatan atau acara apa saja yang akan dibuat

10

Wawancara dengan Rizky Aditya, Asisten Produser Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 15 April 2015.


(19)

selanjutnya untuk membuat pemirsa SCTV lebih bersemangat menonton program acara SCTV. Kita sering makan bersama. Ritual makan bersama tidak hanya dilakukan oleh satu Creative Grup saja tetapi antar Creative Grup yang lain pun sering dilakukan untuk memberikan saran-saran yang membangun atau bahkan kritikan. Pertemuan santai seperti ini pun tidak hanya di lingkungan kantor saja, tetapi terkadang saat jalan-jalan akhir pekan bersama. Dengan ritual sosial seperti ini anggota setiap Creative Grup mendapatkan ide-ide cemerlang untuk memajukan program acara SCTV.”11

Gambar 4.4. Akhir Pekan Bersama Sebagai Bentuk Ritual Sosial

4) Ritual Organisasi

Ritual Organisasi (organizational ritual) adalah sebuah rutinitas yang berkaitan dengan Departemen On Air Promotion SCTV secara keseluruhan. Maksudnya adalah kegiatan Departemen On Air Promotion SCTV yang sering dilakukan untuk meningkatkan eksistensinya. Misalnya saja rapat evaluasi yang dilakukan Departemen On Air Promotion SCTV sebulan sekali, yang bertujuan untuk mengevaluasi seluruh kinerja dari semua Creative Grup. Hal tersebut diungkapkan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV:

11


(20)

“Kegiatan rapat evaluasi di Departemen On Air Promotion SCTV bertujuan untuk sama-sama mengetahui apa saja kekurangan dari masing-masing Creative Grup selama satu bulan penuh dan membuat planning untuk bulan depan yang jauh lebih baik dari bulan ini. Membuat rencana kerja jangka pendek pun dilakukan di rapat evaluasi tersebut. Ritual organisasi ini diperlukan dan wajib diadakan sebulan sekali, karena penting untuk kemajuan dari Departemen On Air Promotion SCTV ini sendiri.”12

Gambar 4.5. Rapat Evaluasi Sebagai Bentuk Ritual Organisasi

1.4.2 Performa Hasrat (PassionPerformance)

Perfoma Hasrat (passion performance) adalah bagaimana para karyawan

Departemen On Air Promotion SCTV dapat mengubah pekerjaan-pekerjaan rutin

dan membosankan menjadi menarik dan merangsang minat. Penuturan pengalaman (story telling) biasanya disampaikan berkali-kali, dan seringkali orang merasa senang dapat saling menuturkan pengalamannya berulang kali (Pacanowsky dan O’Donnell-Trujillo, dalam Littlejohn & Foss, 2005). Hal tersebut diungkapkan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV:

“Saya seringkali sharing mengenai pengalaman saya saat pertama kali bergabung dengan tim promo on air SCTV kepada rekan-rekan Departemen

12


(21)

On Air Promotion SCTV dalam training. Dalam sharing kepada rekan-rekan Departemen On Air Promotion SCTV, khususnya mereka yang baru masuk ke dalam Departemen On Air Promotion SCTV saya selalu hanya ingin mengatakan bahwa proses yang panjang itu telah menjadi pembelajaran diri untuk menguasai suatu pekerjaan. Beruntung bahwa proses itu berjalan dengan baik karena atasan saya yang baik, sesuai harapan saya di awal bekerja. Atasan saya menjadi pembimbing dan guru, menjadi teman, menjadi sahabat dan bahkan menjadi seorang kakak. Kesalahan yang sesekali pernah saya lakukan tidak serta merta menjadi alasan untuk membentak saya di depan khalayak. Kesalahan tetap kesalahan, kalaulah sampai dicaci maki tentu tak akan membangun mental positif melainkan justru membunuh karakter yang mungkin akan berkembang. Bukankah ada mekanisme appraisal untuk membayar itu semua. Sebaliknya, prestasi juga adalah prestasi yang harus diapresiasi. Bukan lantaran sudah seperti teman sendiri lantas prestasi itu dinafikan.” 13

Putut Wahyudi, Creative Grup Head Departemen On Air Promotion SCTV juga menuturkan sebagai berikut:

“Penuturan pengalaman atau story telling oleh senior biasanya disampaikan dalam kegiatan-kegiatan gathering. Hal tersebut dapat menambah hasrat karyawan dalam membentuk budaya Departemen On Air Promotion SCTV.14

Penuturan pengalaman (story telling) para senior dalam gathering Departemen On Air Promotion SCTV biasanya dapat merangsang minat para juniornya untuk lebih giat dan kreatif dalam bekerja. Tidak hanya untuk para junior, penuturan pengalaman (story telling) juga efektif dalam meningkatkan hasrat mahasiswa yang bekerja magang agar dapat untuk diikutsertakan dalam Media Development Program, yang dipersiapkan untuk menjadi ahli dalam bidang dunia pertelevisian dengan bekal yang diberikan oleh para senior. Hal tersebut dinyatakan Akbar Maraputra, Asisten Produser Departemen On Air Promotion SCTV sebagai berikut:

“Penuturan pengalaman atau story telling biasanya disampaikan dalam

gathering yang diberikan oleh para senior Departemen On Air Promotion

SCTV untuk saling berbagi ketrampilan, ilmu pengetahuan dan pengalaman dan sekaligus memberikan kesempatan kepada karyawan junior bisa lebih

13

Wawancara dengan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 12 April 2015.

14

Wawancara dengan Putut Wahyudi, Creative Grup Head Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 15 April 2015.


(22)

dekat dengan seniornya sehingga dapat mengembangkan hubungan kerja yang baik, mengurangi kesenjangan antar karyawan.”15

Gambar 4.6. Kegiatan Gathering Sebagai Bentuk Perfoma Hasrat

1.4.3 Performa Sosialitas (Sociality Performance)

Performa Sosialitas merupakan bentuk tampilan yang memperkuat suatu pengertian bersama mengenai kebenaran ataupun norma-norma dan penggunaan aturan-aturan dalam organisasi, seperti tata susila dan sopan santun (Pacanowsky dan O’Donnell-Trujillo, dalam Littlejohn & Foss, 2005). Performa sosial ini merupakan perpanjangan sikap santun dan kesopanan untuk mendorong kerja sama di antara anggota antar Creative Grup di dalam lingkungan Departemen On

Air Promotion SCTV. Performa sosial pun begitu penting bagi kelancaran

kerjasama yang akan dibangun oleh Departemen On Air Promotion SCTV dengan sesama crew, departemen lain maupun pihak lain yang akan bekerjasama dengan Departemen On Air Promotion SCTV. Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV menyatakan:

15

Wawancara dengan Akbar Maraputra, Asisten Produser Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 16 April 2015.


(23)

“Persamaan dan hormat kepada sesama karyawan merupakan salah satu prinsip standar perilaku dalam performa sosial budaya organisasi SCTV. Performa sosial seperti memberi salam atau senyum kepada crew yang lain akan membangun kerja sama yang baik secara psikologis. Jika sudah terbentuk komunikasi yang baik antar sesama crew, maka itu akan membuat kerja team Departemen On Air Promotion SCTV menjadi jauh lebih baik dan dapat menghasilkan karya yang jauh lebih baik pula.”16

Hal tersebut juga dinyatakan Akbar Maraputra, Asisten Produser Departemen On Air Promotion SCTV sebagai berikut:

“Biasanya Asisten Produser bertugas untuk membantu Creative Grup Head

Departemen On Air Promotion SCTV pada saat syuting menyiapkan berbagai keperluan On Air Promotion mulai dari peralatan, camera person, atau berkomunikasi kepada talent, maka Asisten Produser harus mempunyai teknik

personality yang baik, tidak sombong, mudah senyum dan selalu ramah.”17

Melalui performa sosial yang baik pada Departemen On Air Promotion SCTV akan terjalin hubungan komunikasi yang baik pula antara sesama anggota Creative Grup di dalam lingkungan Departemen On Air Promotion SCTV atau pun di luar departemen SCTV tertentu. Kerja sama yang baik dalam Departemen On Air

Promotion SCTV dapat menciptakan karya dan hasil yang jauh lebih baik

daripada bekerja secara individu.

1.4.4 Performa Politik (Political Performance)

Performa Politik (Political Performance) menciptakan dan memperkuat minat terhadap kekuasaan dan pengaruh, seperti memperlihatkan kekuatan diri, kekuatan untuk mengadakan proses tawar-menawar (bargaining power) (Pacanowsky dan

O’Donnell-Trujillo, dalam Littlejohn & Foss, 2005). Kebanyakan organisasi bersifat hierarkis yaitu harus ada seseorang yang menjadi penguasa untuk mencapai segala sesuatu dan memiliki cukup kontrol untuk mempertahankan dasar-dasar yang ada. Ketika sebuah organisasi terlibat dalam performa politis, mereka mengkomunikasikan keinginan untuk mempengaruhi orang lain, namun

16

Wawancara dengan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 12 April 2015.

17

Wawancara dengan Akbar Maraputra, Asisten Produser Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 16 April 2015.


(24)

hal ini tidak selalu berdampak buruk. Karianto, Kepala Departemen On Air

Promotion SCTV menyatakan:

“Performa politis dalam Departemen On Air Promotion SCTV berpusat pada pengakuan kompetensi masing-masing personal. Dalam hal ini kami menjaga komitmen dari visi dan misi SCTV. Sistem dan kepatuhan beserta mekanisme

reward dan punishment harus secara konsisten dilaksanakan tanpa adanya

pembedaan (diskriminasi) dan ekspektasi akan perilaku yang etis harus selaras dan tidak bertentangan dengan ekspektasi kinerja lainnya.”18

Berdasarkan paparan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV , maka budaya organisasi di SCTV yang diciptakan selama 20 tahun bisa berjalan mengikuti visi dan misi perusahaan SCTV. Peran dan fungsi pemimpin Departemen On Air Promotion SCTV bisa mentransfer pesan yang diinginkan perusahaan. Secara politis, kekuatan pemimpin yang membentuk budaya organisasi, budaya organisasi masih bisa berjalan dan dipercayai oleh para anggota dalam bekerja. Hal ini yang berbeda dengan media televisi swasta lainnya, karena beberapa media televisi swasta lainnya, ketika berganti pemimpin akan berganti pula kebijakan dan budaya yang diajarkan. Di SCTV sendiri jarang mengambil tenaga muda profesional untuk memimpin, karena biasanya SCTV mengangkat senior untuk memimpin, jadi budaya tetap bisa terjaga. Dinamika ini terus mendorong SCTV untuk selalu mengembangkan profesionalisme sumber daya manusia agar dapat menyajikan layanan terbaik bagi pemirsanya.

1.4.5 Performa Enkulturasi (Enculturation Performance)

Performa enkulturasi merupakan proses “pengajaran” budaya kepada para anggota organisasi. Contoh bentuk tampilan ini adalah learning the roles yang terdiri dari urutan-urutan penampilan ketika orang mengajarkan kepada orang lain tentang bagaimana mengerjakan sesuatu (Pacanowsky dan O’Donnell-Trujillo, dalam Littlejohn & Foss, 2005). Dalam Departemen On Air Promotion SCTV,

18


(25)

performa enkulturasi biasanya terbentuk melalui mendengarkan pengalaman senior, mengamati kinerja senior dan program training. Putut Wahyudi, Creative Grup Head Departemen On Air Promotion SCTV menuturkan sebagai berikut:

“Saya seringkali mendengarkan dan mengamati pengalaman senior yang seolah-olah saya alami sendiri dengan mengamati prestasi sukses yang dialami mereka. Proses menirukan apa yang telah dilakukan senior akan membangun beberapa harapan bahwa saya dapat memperbaiki kinerja saya sendiri dengan belajar dari pengalaman pengamatan sendiri.”19

Modeling ini memberikan pengaruh terhadap budaya organisasi Departemen

On Air Promotion SCTV. Dengan mengamati model yang cukup memiliki

kompetensi yang sesuai dengan keinginan individu, maka akan berpengaruh pada perilaku dan cara-cara untuk mengekspresikan pemikirannya. Pemikiran individu pada Departemen On Air Promotion SCTV tentang model tersebut ialah, bahwa model yang kompeten akan menularkan pengetahuan dan mengajar individu mengenai keahlian, serta strategi yang efektif untuk menghadapi tuntutan lingkungan budaya organisasi Departemen On Air Promotion SCTV. Selain mendengarkan dan mengamati pengalaman senior, performa enkulturasi dalam Departemen On Air Promotion SCTV juga terjadi dalam program training karyawan. Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV menyatakan:

Biasanya dalam program training karyawan, mereka belajar dari para senior mereka. Dalam program training ini mereka belajar memahami serta melebur dalam budaya organisasi yang telah terbentuk.20

Hal tersebut juga diungkapkan Rizky Aditya, Asisten Produser Departemen

On Air Promotion SCTV:

“Kami belajar memahami budaya kinerja Departemen On Air Promotion SCTV melalui pengalaman meniru dengan mengamati senior dalam melakukan tugas-tugasnya. Kami menggunakan informasi ini untuk mengevaluasi kemungkinan sukses pada diri kami sendiri. Selain itu kami mendapatkan proses pengajaran budaya melalui program training karyawan.

19

Wawancara dengan Putut Wahyudi, Creative Grup Head Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 15 April 2015.

20


(26)

Program ini merupakan kunci pertama dalam mengembangkan kemampuan serta kompetensi sumber daya manusia dalam membentuk budaya organisasi di Departemen On Air Promotion SCTV. Tujuan dari program ini adalah terbentuknya sumber daya manusia handal yang memiliki kemampuan yang tinggi dan sanggup mengikuti dinamika kemajuan budaya organisasi SCTV dan teknologi yang mengiringinya sehingga dapat menghadapi persaingan industri media yang semakin ketat.”21

Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, menyatakan proses

“pengajaran” budaya organisasi melalui training diberikan oleh para senior di SCTV untuk saling berbagi ketrampilan dan pengalaman dan sekaligus memperkuat budaya organisasi yang telah terbangun di dalam Departemen On Air

Promotion SCTV.22 Sedangkan tujuan utama dari training yang diadakan oleh

pihak eksternal adalah memberikan pengetahuan dan ketrampilan terkini kepada karyawan sehingga bisa meningkatkan kemampuannya dan SCTV dapat menjadi yang terdepan dalam menghadapi kompetisi dengan stasiun televisi lainnya.

Gambar 4.7. Training Karyawan Sebagai Bentuk Performa Enkulturasi

1.5 Analisis Budaya Organisasi Departemen On Air Promotion SCTV

Pada bagian ini, peneliti membahas dan menganalisis data temuan penelitian terkait budaya Departemen On Air Promotion SCTV, yang dibentuk dan dipertunjukkan melalui interaksi anggota organisasi, khususnya communication

performances. Pacanowsky & Trujillo (dalam Littlejohn & Foss, 2005: 258)

21

Wawancara dengan Rizky Aditya, Asisten Produser Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 16 April 2015.

22


(27)

menyatakan bahwa studi budaya organisasi dapat mengungkap budaya organisasi melalui communication performances. Dengan memperhatikan communication

performances, peneliti dapat memahami bagaimana budaya Departemen On Air

Promotion SCTV bekerja dan terbentuk melalui interaksi anggotanya. Sebagai

organisasi lama, maka budaya Departemen On Air Promotion SCTV yang dominan yang sudah terbentuk dengan kuatnya dalam Departemen On Air Promotion SCTV akan sulit untuk diubah di kemudian hari dan inilah yang membedakan Departemen

On Air Promotion SCTV dengan Departemen On Air Promotion televisi lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian, maka budaya organisasi Departement On Air

Promotion Di SCTV terbentuk melalui communication performances sebagai berikut:

a. Performa Ritual (ritual performance)

1) Ritual Personal (personal ritual): rutinitas yang dilakukan tiap personal di Departemen On Air Promotion SCTV setiap harinya.

2) Ritual tugas (task ritual): rutinitas yang dikaitkan dengan pekerjaan karyawan di Departemen On Air Promotion SCTV. Ritual tugas berhubungan erat dengan job deskripsi karyawan Departemen On Air Promotion SCTV.

3) Ritual Sosial (social ritual) adalah sebuah rutinitas yang melibatkan hubungan antar anggota di Departemen On Air Promotion SCTV. Departemen On Air

Promotion SCTV biasanya melakukan makan siang bersama dan jalan-jalan

akhir pekan bersama.

4) Ritual Organisasi (organizational ritual): rutinitas yang berkaitan dengan Departemen On Air Promotion SCTV secara keseluruhan yaitu rapat evaluasi yang dilakukan Departemen On Air Promotion SCTV sebulan sekali, yang bertujuan untuk mengevaluasi seluruh kinerja dari semua Creative Grup Departemen On Air Promotion SCTV.


(28)

b. Performa Hasrat (Passion Performance)

Perfoma Hasrat (passion performance) di Departemen On Air Promotion SCTV biasanya dilakukan melalui sharing dan gathering.

c. Performa Sosialitas (Sociality Performance)

Performa sosial merupakan perpanjangan sikap santun dan kesopanan untuk mendorong kerja sama di antara anggota antar Creative Grup di dalam lingkungan Departemen On Air Promotion SCTV. Persamaan dan hormat kepada sesama karyawan merupakan salah satu prinsip standar perilaku dalam performa sosial budaya organisasi di SCTV.

d. Performa Politik (Political Performance)

Performa politis dalam Departemen On Air Promotion SCTV berpusat pada pengakuan kompetensi masing-masing personal yang bertujuan menjaga komitmen dari visi dan misi SCTV.

e. Performa Enkulturasi

Dalam Departemen On Air Promotion SCTV, performa enkulturasi biasanya terbentuk melalui mendengarkan pengalaman senior, mengamati kinerja senior dan program training.

Peneliti mengungkap budaya Departemen On Air Promotion SCTV melalui identifikasi apa dan bagaimana organizational communication performances-nya, sehingga dapat mengungkap makna dan budaya yang terkandung dari communication

performances tersebut. Budaya Organisasi adalah penentu yang kuat dari keyakinan,

sikap, dan perilaku orang, dan pengaruhnya dapat diukur bagaimana orang termotivasi untuk merespon pada lingkungan budaya mereka (Cartwright, 1999 : 11). Pada Departemen On Air Promotion SCTV budaya organisasi adalah filosofi dasar organisasi yang memuat keyakinan, norma-norma, dan nilai-nilai tersebut menjadi


(29)

karakteristik dalam organisasi. Keyakinan, norma-norma dan nilai-nilai tersebut menjadi pegangan karyawan Departemen On Air Promotion SCTV dalam melaksanakan kinerjanya.

Budaya organisasi pada Departemen On Air Promotion SCTV mencerminkan persepsi umum yang dilakukan oleh seluruh karyawan Departemen On Air Promotion SCTV, sebab karyawan Departemen On Air Promotion SCTV cenderung menjelaskan budaya organisasi Departemen On Air Promotion SCTV dengan terminologi yang sama. Hal ini dinyatakan Maanen dan Barley (dalam Littlejohn & Foss, 2005: 258) pemahaman kolektif (collective understanding) yaitu cara-cara umum untuk menginterpretasikan peristiwa sebagai budaya organisasi. Dimana kandungan dari pada budaya adalah nilai-nilai, ide-ide, tujuan-tujuan dan praktek-praktek ritual yang dilakukan secara konsisten oleh Departemen On Air Promotion SCTV. Sebagaimana juga dikemukakan oleh Littlejohn & Foss (2005 : 258) bahwa budaya organisasi adalah sesuatu yang dihasilkan melalui interaksi sehari-hari dalam organisasi, bukan hanya pekerjaan tetapi semua jenis komunikasi.

Berdasarkan communication performances Departemen On Air Promotion SCTV, maka menurut analisis peneliti, dimensi yang mendasari budaya organisasi pada Departemen On Air Promotion SCTV tersebut adalah sosiabilitas (persahabatan di antara organisasi) dan solidaritas (pengertian bersama tentang tugas dan tujuan untuk apa mereka bekerja). Tipe budaya organisasi yang terjadi dalam Departemen

On Air Promotion SCTV merupakan communal culture. Menurut Stephen P. Robbins

(2001: 527) pada tipe budaya organisasi communal culture, organisasi menganggap nilai persahabatan dan kinerja (high on sociability, high on solidarity) di dalam organisasi ini semua hal dan terdapat banyak interaksi yang mendalam dan communal


(30)

culture sangat luas dalam organisasi cenderung berbagi banyak hal, jadi pekerjaan sangat kuat mengidentifikasi dengan communal organization yang hidup di dalamnya. Berdasarkan analisis budaya organisasi Departemen On Air Promotion SCTV yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat digambarkan pembentukan budaya organisasi Departemen On Air Promotion SCTV melalui communication

performances Departemen On Air Promotion SCTV sebagai berikut:

Bagan 4.2. Proses Pembentukan Budaya Organisasi Departemen On Air

Promotion SCTV Menurut Model Analisis Pacanowsky & Trujillo

Berdasarkan Gambar 4.10, maka dapat dinyatakan bahwa dengan mengamati

organizational communication performances pada Departemen On Air Promotion

SCTV, peneliti bukan sekedar mengidentifikasikan artifacts, values, dan assumptions sebagai display atau simbol representasi budaya. Namun, lebih lanjut, peneliti dapat

Budaya Organisasi

Departemen On Air Promotion SCTV yang berciri khas communal culture

Communication Performances Departemen On Air Promotion SCTV

Performa Ritual: 1) Ritual Personal 2) Ritual Tugas 3) Ritual Sosial 4) Ritual Organisasi

Performa Hasrat melalui sharing

dan gathering. Performa Sosialitas:

prinsip persamaan dan hormat kepada sesama karyawan.

Performa Politik: berpusat pada pengakuan

kompetensi masing-masing personal.

Performa Enkulturasi: mendengarkan

pengalaman dan

mengamati kinerja senior serta melalui program training.


(31)

memeriksa bagaimana komunikasi dalam Departemen On Air Promotion SCTV membentuk budaya organisasi Departemen On Air Promotion SCTV ke dalam tindak nyata atau performances, dan bagaimana tindak nyata atau performances tersebut dilakukan. Berdasarkan organizational communication performances pada Departemen On Air Promotion SCTV, maka budaya organisasi Departemen On Air

Promotion SCTV yang berciri khas communal culture telah begitu dominan terbentuk

dengan kuatnya dalam organisasi sehingga akan sulit untuk diubah di kemudian hari. Hal inilah yang menjadikan budaya organisasi yang sudah ada dan berjalan di SCTV khususnya di Departemen On Air Promotion SCTV, berbeda dengan media televisi swasta pada umumnya.

Pembentukan budaya organisasi Departemen On Air Promotion SCTV didasarkan pada sejarah hidupnya suatu organisasi. Pengalaman-pengalaman masa lalu yang dihidupkan melalui sharing dan gathering akhirnya bisa menjadi pelajaran penting untuk kemudian diformulasikan dalam bentuk nilai-nilai yang menjadi semangat bersama. Nilai-nilai yang dianut bersama oleh karyawan dalam Departemen

On Air Promotion SCTV cenderung bertahan sepanjang waktu bahkan meskipun

anggota kelompok sudah berubah. Pada tingkatan ini budaya sangat sukar berubah, sebagian karena karyawan dalam Departemen On Air Promotion SCTV sering tidak sadar akan banyaknya nilai yang mengikat mereka bersama. Pada tingkat yang terlihat, budaya menggambarkan pola atau gaya perilaku dalam Departemen On Air

Promotion SCTV, sehingga karyawan-karyawan baru secara otomatis terdorong

untuk mengikuti perilaku rekan sejawatnya yang sudah lama bekerja.

Peran budaya organisasi di Departemen On Air Promotion SCTV meletakkan kepercayaan-kepercayaan, tingkah laku, dan cara melakukan pekerjaan tanpa perlu dipertanyakan lagi, oleh karena itu berakar dari tradisi. Perasaan percaya pada


(32)

organisasi menambah komitmen organisasi sebagai pengorganisasian anggota yang dapat menguatkan nilai-nilai dalam organisasi dan sebagai pengontrol perilaku karyawan. Selain itu, budaya organisasi dalam Departemen On Air Promotion SCTV memiliki peranan sebagai perekat sosial yang membantu mempersatukan Departemen

On Air Promotion SCTV dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk


(1)

menyatakan bahwa studi budaya organisasi dapat mengungkap budaya organisasi melalui communication performances. Dengan memperhatikan communication performances, peneliti dapat memahami bagaimana budaya Departemen On Air Promotion SCTV bekerja dan terbentuk melalui interaksi anggotanya. Sebagai organisasi lama, maka budaya Departemen On Air Promotion SCTV yang dominan yang sudah terbentuk dengan kuatnya dalam Departemen On Air Promotion SCTV akan sulit untuk diubah di kemudian hari dan inilah yang membedakan Departemen On Air Promotion SCTV dengan Departemen On Air Promotion televisi lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian, maka budaya organisasi Departement On Air Promotion Di SCTV terbentuk melalui communication performances sebagai berikut: a. Performa Ritual (ritual performance)

1) Ritual Personal (personal ritual): rutinitas yang dilakukan tiap personal di Departemen On Air Promotion SCTV setiap harinya.

2) Ritual tugas (task ritual): rutinitas yang dikaitkan dengan pekerjaan karyawan di Departemen On Air Promotion SCTV. Ritual tugas berhubungan erat dengan job deskripsi karyawan Departemen On Air Promotion SCTV.

3) Ritual Sosial (social ritual) adalah sebuah rutinitas yang melibatkan hubungan antar anggota di Departemen On Air Promotion SCTV. Departemen On Air Promotion SCTV biasanya melakukan makan siang bersama dan jalan-jalan akhir pekan bersama.

4) Ritual Organisasi (organizational ritual): rutinitas yang berkaitan dengan Departemen On Air Promotion SCTV secara keseluruhan yaitu rapat evaluasi yang dilakukan Departemen On Air Promotion SCTV sebulan sekali, yang bertujuan untuk mengevaluasi seluruh kinerja dari semua Creative Grup Departemen On Air Promotion SCTV.


(2)

b. Performa Hasrat (Passion Performance)

Perfoma Hasrat (passion performance) di Departemen On Air Promotion SCTV biasanya dilakukan melalui sharing dan gathering.

c. Performa Sosialitas (Sociality Performance)

Performa sosial merupakan perpanjangan sikap santun dan kesopanan untuk mendorong kerja sama di antara anggota antar Creative Grup di dalam lingkungan Departemen On Air Promotion SCTV. Persamaan dan hormat kepada sesama karyawan merupakan salah satu prinsip standar perilaku dalam performa sosial budaya organisasi di SCTV.

d. Performa Politik (Political Performance)

Performa politis dalam Departemen On Air Promotion SCTV berpusat pada pengakuan kompetensi masing-masing personal yang bertujuan menjaga komitmen dari visi dan misi SCTV.

e. Performa Enkulturasi

Dalam Departemen On Air Promotion SCTV, performa enkulturasi biasanya terbentuk melalui mendengarkan pengalaman senior, mengamati kinerja senior dan program training.

Peneliti mengungkap budaya Departemen On Air Promotion SCTV melalui identifikasi apa dan bagaimana organizational communication performances-nya, sehingga dapat mengungkap makna dan budaya yang terkandung dari communication performances tersebut. Budaya Organisasi adalah penentu yang kuat dari keyakinan, sikap, dan perilaku orang, dan pengaruhnya dapat diukur bagaimana orang termotivasi untuk merespon pada lingkungan budaya mereka (Cartwright, 1999 : 11). Pada Departemen On Air Promotion SCTV budaya organisasi adalah filosofi dasar organisasi yang memuat keyakinan, norma-norma, dan nilai-nilai tersebut menjadi


(3)

karakteristik dalam organisasi. Keyakinan, norma-norma dan nilai-nilai tersebut menjadi pegangan karyawan Departemen On Air Promotion SCTV dalam melaksanakan kinerjanya.

Budaya organisasi pada Departemen On Air Promotion SCTV mencerminkan persepsi umum yang dilakukan oleh seluruh karyawan Departemen On Air Promotion SCTV, sebab karyawan Departemen On Air Promotion SCTV cenderung menjelaskan budaya organisasi Departemen On Air Promotion SCTV dengan terminologi yang sama. Hal ini dinyatakan Maanen dan Barley (dalam Littlejohn & Foss, 2005: 258) pemahaman kolektif (collective understanding) yaitu cara-cara umum untuk menginterpretasikan peristiwa sebagai budaya organisasi. Dimana kandungan dari pada budaya adalah nilai-nilai, ide-ide, tujuan-tujuan dan praktek-praktek ritual yang dilakukan secara konsisten oleh Departemen On Air Promotion SCTV. Sebagaimana juga dikemukakan oleh Littlejohn & Foss (2005 : 258) bahwa budaya organisasi adalah sesuatu yang dihasilkan melalui interaksi sehari-hari dalam organisasi, bukan hanya pekerjaan tetapi semua jenis komunikasi.

Berdasarkan communication performances Departemen On Air Promotion SCTV, maka menurut analisis peneliti, dimensi yang mendasari budaya organisasi pada Departemen On Air Promotion SCTV tersebut adalah sosiabilitas (persahabatan di antara organisasi) dan solidaritas (pengertian bersama tentang tugas dan tujuan untuk apa mereka bekerja). Tipe budaya organisasi yang terjadi dalam Departemen On Air Promotion SCTV merupakan communal culture. Menurut Stephen P. Robbins (2001: 527) pada tipe budaya organisasi communal culture, organisasi menganggap nilai persahabatan dan kinerja (high on sociability, high on solidarity) di dalam organisasi ini semua hal dan terdapat banyak interaksi yang mendalam dan communal


(4)

culture sangat luas dalam organisasi cenderung berbagi banyak hal, jadi pekerjaan sangat kuat mengidentifikasi dengan communal organization yang hidup di dalamnya. Berdasarkan analisis budaya organisasi Departemen On Air Promotion SCTV yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat digambarkan pembentukan budaya organisasi Departemen On Air Promotion SCTV melalui communication performances Departemen On Air Promotion SCTV sebagai berikut:

Bagan 4.2. Proses Pembentukan Budaya Organisasi Departemen On Air

Promotion SCTV Menurut Model Analisis Pacanowsky & Trujillo

Berdasarkan Gambar 4.10, maka dapat dinyatakan bahwa dengan mengamati organizational communication performances pada Departemen On Air Promotion SCTV, peneliti bukan sekedar mengidentifikasikan artifacts, values, dan assumptions sebagai display atau simbol representasi budaya. Namun, lebih lanjut, peneliti dapat

Budaya Organisasi

Departemen On Air Promotion SCTV yang berciri khas communal culture Communication Performances Departemen On Air Promotion SCTV

Performa Ritual: 1) Ritual Personal 2) Ritual Tugas 3) Ritual Sosial 4) Ritual Organisasi

Performa Hasrat melalui sharing

dan gathering. Performa Sosialitas: prinsip persamaan dan hormat kepada sesama karyawan.

Performa Politik: berpusat pada pengakuan

kompetensi masing-masing personal.

Performa Enkulturasi: mendengarkan

pengalaman dan mengamati kinerja senior serta melalui program training.


(5)

memeriksa bagaimana komunikasi dalam Departemen On Air Promotion SCTV membentuk budaya organisasi Departemen On Air Promotion SCTV ke dalam tindak nyata atau performances, dan bagaimana tindak nyata atau performances tersebut dilakukan. Berdasarkan organizational communication performances pada Departemen On Air Promotion SCTV, maka budaya organisasi Departemen On Air Promotion SCTV yang berciri khas communal culture telah begitu dominan terbentuk dengan kuatnya dalam organisasi sehingga akan sulit untuk diubah di kemudian hari. Hal inilah yang menjadikan budaya organisasi yang sudah ada dan berjalan di SCTV khususnya di Departemen On Air Promotion SCTV, berbeda dengan media televisi swasta pada umumnya.

Pembentukan budaya organisasi Departemen On Air Promotion SCTV didasarkan pada sejarah hidupnya suatu organisasi. Pengalaman-pengalaman masa lalu yang dihidupkan melalui sharing dan gathering akhirnya bisa menjadi pelajaran penting untuk kemudian diformulasikan dalam bentuk nilai-nilai yang menjadi semangat bersama. Nilai-nilai yang dianut bersama oleh karyawan dalam Departemen On Air Promotion SCTV cenderung bertahan sepanjang waktu bahkan meskipun anggota kelompok sudah berubah. Pada tingkatan ini budaya sangat sukar berubah, sebagian karena karyawan dalam Departemen On Air Promotion SCTV sering tidak sadar akan banyaknya nilai yang mengikat mereka bersama. Pada tingkat yang terlihat, budaya menggambarkan pola atau gaya perilaku dalam Departemen On Air Promotion SCTV, sehingga karyawan-karyawan baru secara otomatis terdorong untuk mengikuti perilaku rekan sejawatnya yang sudah lama bekerja.

Peran budaya organisasi di Departemen On Air Promotion SCTV meletakkan kepercayaan-kepercayaan, tingkah laku, dan cara melakukan pekerjaan tanpa perlu dipertanyakan lagi, oleh karena itu berakar dari tradisi. Perasaan percaya pada


(6)

organisasi menambah komitmen organisasi sebagai pengorganisasian anggota yang dapat menguatkan nilai-nilai dalam organisasi dan sebagai pengontrol perilaku karyawan. Selain itu, budaya organisasi dalam Departemen On Air Promotion SCTV memiliki peranan sebagai perekat sosial yang membantu mempersatukan Departemen On Air Promotion SCTV dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.