DESAIN INTERIOR TFA FOOTBALL TRAINING CENTER

(1)

DESAIN INTERIOR

TFA FOOTBALL TRAINING CENTER

JL. MELATI DENPASAR

Oleh

Nama : Ketut Punia Purwanta NIM : 2006.05.003 Program Studi : Interior

Jurusan : Desain

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR


(2)

DESAIN INTERIOR

TFA FOOTBALL TRAINING CENTER

JL. MELATI DENPASAR

Karya tulis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Seni pada Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denapasar

Oleh

Nama : Ketut Punia Purwanta NIM : 2006.05.003 Program Studi : Interior

Jurusan : Desain

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR


(3)

KATA PENGANTAR i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Pengantar Karya Tugas Akhir Studio ini tepat pada waktunya dengan judul TFA Football Training Center. Dalam penulisan Pengantar Karya ini tak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu antara lain:

1. Prof. I Wayan Rai, S.M.A, selaku rektor Institut Seni Indonesia Denapasar 2. Dra. Ni Made Rinu selaku Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni

Indonesia Denpasar.

3. Dr. Drs. I Nyoman Artayasa, M.Kes selaku Ketua Jurusan Desain Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar.

4. Drs. C.G.R. Padmanaba, M.Erg selaku Ketua Program Studi Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar.

5. Drs. I Wayan Balika Ika, Msi, selaku dosen pepbimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, ketelitian dan masukan atau saran dalam proses penyusunan Tugas Akhir Studio ini,

6. I Made Pande Artadi, SSn, MSn selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing penuh kesabaran, ketelitian dan masukan atau saran dalam proses penyusunan Tugas Akhir Studio ini,

7. Bapak/ Ibu dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji kelayakan dan hasil karya tugas akhir studio ini.

8. Drs. I Gusti Ngurah Ardana, Merg, selaku Pembimbing Akademik.

9. Seluruh staff pegawai Fakultas Seni Rupa dan Desain yang telah memberikan kelancaran dalam proses Tugas Akhir ini.


(4)

KATA PENGANTAR ii Akhir kata, penulis menyadari Pengantar Karya ini jauh dari sempurna dan terdapat kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, guna penyempurnaan di masa yang akan datang. Semoga Tugas Akhir Studio ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar,9 juni 2011


(5)

ABSTRAK iii ABSTRAK

TFA Football Training Center merupakan lembaga yang dibentuk oleh badan tertinggi sepakbola Indonesia yaitu PSSI pusat, yang dikelola oleh PSSI daerah Bali untuk membentuk atlet sepakbola usia muda dengan metoda pelatihan lebih modern. Dengan semakin diterimanya olahraga sepakbola oleh masyarakat Indonesia, mengindikasikan bahwa sepakbola bukan hanya sekedar olahraga, namun mampu membangkitkan semangat nasionalisme dan mempersatukan masyarakat Indonesia disemua kalangan di tengah disintegrasi bangsa saat ini.

Dengan pembentukan lembaga seperti ini, diharapkan mampu membentuk pemain sepakbola professional dan berkarakter guna melapis atau menjadi regenerasi dari pemain – pemain yang sudah ada atau senior, sehingga mampu mendongkrak prestasi persepakbolaan Indonesia yang cenderung menurun. TFA Football Training Center merupakan pelatihan yang berbasis pendidikan atau pengetahuan dan kesehatan yang lebih modern, dengan tidak lagi hanya memberikan bola lalu bermain di lapangan, namun lebih dari itu, memadukan praktek dan teori menjadi dasar dari pelatihan tersebut, dengan dipadukan oleh olahraga pendukung lainnya.

Metoda yang digunakan untuk menganalisa data kasus yaitu; metoda diskrip tif kualitatif, yakni mencari pemecahan masalah melalui analisis data yang bersifat nonfisik dan meneliti faktor – faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi dan fenomena yang diselidiki dan membandingkan satu faktor dengan yang lain; metode komparatif, yakni metoda analisis dengan cara melakukan perbandingan – perbandingan antara kasus yang diambil dengan data – data yang suadah ada di lapangan. Sedangkan konsep yang diangkat pada desain Interior TFA Football Training Center adalah Modern Sporty dengan mengaplikasikan unsur – unsur sepakbola ke dalam desain dengan pola dasar lingkaran serta menggunakan warna dasar putih dengan sentuhan – sentuhan warna sporty di dalamnya.


(6)

ABSTRACT iv ABSTRACK

TF A F ootball Training Center is an institution established by the supreme body of football P SSI central of Indonesia, P SSI managed by local Ba li to shape a young football athletes with more modern training methods. with the increasing acceptance by the Indonesian community sport, indicate that football is not just a sport, but evoke the spirit of Indonesian nationalism and unite people in all circles. in the middle of the current disintegration.

By establishing an institution like this, expected to form a professional football player and character to become coated or the regeneration of player -players that already exist or senior. so as to boost Indonesian football is likely to decline. TF A F ootball Tra ining Center is an most modern training based education or knowledge and health, by no longer just give the ball and then play on the field, but more than that, integrate prakter and theories became the basis of the training, with combined by supporters of other sports. methods used to analyze data that is qualitative descriptive method, hat you are trying to solve the problem through analysis of data and non -physica l nature through certain factors related to the situation and the phenomenon object of research and comparison of a factor with others, comparative method, which is the method of analysis by way of comparison between the cases taken to the data already in the field. While the concept of the elevation in the design of Interior TF A football training centre is a modern sports, with the implementation of the elements of football in the design model based on cir cles and the use of a white background with a touch of sporting colours in it.


(7)

DAFTAR ISI iv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN DAN LEMBAGA

KATA PENGANTAR... i

ABSTRAK... ... iii

ABSTRACT... iv

DAFTAR ISI... v

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Pengertian Judul... ... 2

1.3 Rumusan Masalah... ... 3

1.4 Batasan Masalah... ... 3

1.5 Tujuan dan Manfaat ... ... 3

1.6 Metode Pengumpulan Data ... ... 3

1.7 Metode Desain... ... 4

1.8 Proses desain... ... 5

1.9 Sistematika Penulisan... ... 5

BAB II TINJAUAN DATA 2.1 Data Pustaka ... 7

2.1.1 Sejarah dan Pengertian sepak bola... ... 7

2.1.1.1 Sejarah singkat Sepakbola ... ... 7

2.1.1.2 Pengertian Sepakbola... .... 9

2.1.2 Tinjauan Kurikulum Sekolah Sepakbola... ... 12

2.1.2.1 Klasifikasi... ... 12

2.1.2.2 Deskripsi... 12


(8)

DAFTAR ISI v

2.1.3 Fasilitas penunjang TFA Footbal Training Center... ... 14

2.1.3.1 Fitness ... ... 14

2.1.3.2 Perpustakaan ... ... 15

2.1.3.3 Kantor ... ... 16

2.1.3.4 Ruang Kelas ... ... 16

2.1.3.5 Ruang Tidur Atlet ... ... 16

2.1.4 Tinjauan Umum TFA Footbal Training Center... 17

2.1.4.1 Sistem Organisasi Ruang.. ... 17

2.1.4.2 Elemen Pembentuk Ruang... 19

2.1.4.3 Elemen Pelengkap Pembentuk Ruang... ... 22

2.1.4.4 Unsur Utilitas... 23

2.1.4.5 Fasilitas... ... 25

2.2 Data Lapangan ... ... 31

2.2.1 Data Fisik... ... 30

2.2.2 Data Non Fisik... ... 34

2.3 Data Parameter ... ... 38

BAB III KONSEP DESAIN 3.1 Konsep Desain ... ... 40

3.1.1 Latar Belakang Konsep... ... 40

3.1.2 Penjabaran Konsep... 41

3.2 Kreteria Disain ... ... 45

BAB IV ANALISA DESAIN

4.1 Program Ruang Secara Umum ... 46

4.2 Hubungan Ruang………. ... 50

4.3 Analisa Sonasi ... 51

4.4 Analisa Sirkulasi ... ... 52

4.5 Civitas dan Aktivitas………. .. 53

4.6 Analisa Kebutuhan Ruang ... ... 56

4.7 Analisa Ruang ... ... 61


(9)

DAFTAR ISI vi

4.8.2 Dinding... ... 67

4.8.3 Plafon... ... 68

4.9 Analisa Pelengkap Pembentuk Ruang ... ... 69

4.9.1 Pintu... ... 69

4.9.2 Jendela... 69

4.10 Analisis Utilitas ... 70

4.10.1 Pencahayaan... 70

4.10.2 Penghawaan... ... 71

4.11 Analisis Fasilitas ... ... 71

4.11.1 Meja Resepsionis... ... 72

4.11.2 Meja Tunggu... ... 72

4.11.3 Meja Belajar... ... 73

4.11.4 Rak Buku Perpustakaan... ... 73

4.11.5 Meja Baca... ... 74

4.10 Gagasan Desain TFA Football Training Center ... .... 74

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... ... 75

5.2 Saran ... ... 75

DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Standarisasi Lapangan Sepak Bola... ... 10

Gambar 2.2 : Bola... ... 11

Gambar 2.3 : Tim Sepak Bola... ... 11

Gambar 2.4 : Alat Fitness Treadmill dan Leg press... ... 15

Gambar 2.5 : Jenis-jenis Pintu... ... 23

Gambar 2.6 : Penempatan Jendela... ... 23

Gambar 2.7 : Dimensi/Jarak Area Makan Dengan Meja 4 Orang... ... 27

Gambar 2.8 : Dimensi Fasilitas Tempat Tidur... 27

Gambar 2.9 : Dimensi/Sirkulsai Area Tempat Penyimpanan... ... 28

Gambar 2.10 : Dimensi/Sirkulasi Ruang Belajar... 28

Gambar 2.11 : Alat Fitness Trea dmill dan Leg press... ... 29

Gambar 2.12 : Dimensi/Sirkulasi Area Kantor... ... 29

Gambar 2.13 : Dimensi Rak Buku dan Sirkulasi Pengguna Ruang Pada Perpustakaan... ... 29

Gambar 2.14 : Denah Lokasi... ... 31

Gambar 2.15 : Denah awal Lantai I dan II... 32

Gambar 2.16 : Tampak Depan dan Samping Bangunan... ... 34

Gambar 2.17 : Pontongan A-A dan B-B... ... 34

Gambar 2.18 : Interior Fitness... ... 39

Gambar 2.19 : Restoran Dengan Konsep Bola di Jakarta... 39

Gambar 2.20 : Interior Restoran... ... 39

Gambar 2.21 : Perpustakaan... ... 40

Gambar 2.22 : Perpustakaan... ... 40

Gambar 3.1 : Stadion Wembley London dan SUGBK Jakarta... 41

Gambar 3.2 : Bola... ... 41

Gambar 3.3 : Kostum dan Pemain Timnas... ... 42

Gambar 3.4 : Bola dan Gawang... ... 43


(11)

DAFTAR ISI viii

Gambar 3.7 : Warna-warna Sporty... ... 43

Gambar 3.8 : Material Kaca, Stainlasstil dan Lantai Granit... ... 44

Gambar 3.9 : Fiber, Besi dan Baja... ... 44

Gambar 3.10 : Ruang Cluster... 44

Gambar 4.1 : Hubungan Ruang……….. 50

Gambar 4.2 : Sonasi Lt I danLt II dan ... ... 51

Gambar 4.3 : Sirkulasi Lt. I dan II... ... 52

Gambar 4.4 : Lay Out Ruang Lt I dan II... 61

Gambar 4.5 : Desain Lantai I... ... 63

Gambar 4.6 : Desain lantai II……….. ... 65

Gambar 4.7 : Desain Dinding TFA Football Training Center... 67

Gambar 4.8 : Plafon dan Material... ... 68

Gambar 4.9 : Pintu Kaca... ... 69

Gambar 4.10 : Jendela Dengan Kusen Aluminium... ... 69

Gambar 4.11 : penataan lampu dan Image……….. 70

Gambar 4.12 : AC Central Sebagai Penghawaan Buatan... ... 70

Gambar 4.13 : Desain Meja Resepsionis... ... 72

Gambar 4.14 : Desain Meja Tunggu... ... 72

Gambar 4.15 : Desain Meja Belajar... 73

Gambar 4.16 : Desain Rak Buku... ... 73

Gambar 4.17 : Desain Kursi dan Meja Baca Perpustakaan... ... 74


(12)

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Program Ruang Lt. I... ... 46

Tabel 4.2 : Program Ruang Lt. II... ... 48

Tabel 4.3 : Analisis Kebutuhan Ruang Lantai I... 56

Tabel 4.4 : Analisis Kebutuhan Ruang Lantai II... ... 58

Tabel 4.5 : Material Lantai I... ... 63


(13)

DAFTAR ISI x

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 : Proses Desain... 5

Bagan 2.1 : Struktur Organisasi... ... 35

Bagan 2.2 : Pola Aktivitas Pengunjung, Atlet dan pengelola... ... 37


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Sepak bola merupakan salah satu olah raga yang paling populer saat ini, yang semakin tahun begitu pesat perkembangannya. Mulai anak – anak, remaja, dewasa sampai orang lanjut usiapun mulai menyukai sepak bola. Di Indones ia euforia sepak bola begitu besar, begitu antusias dengan olahraga yang menjadi ikon nasionalisme tersebut.

Beberapa negara di dunia dalam membentuk pemain - pemain sepak bola dilakukan sejak dini atau pada usia anak – anak, dengan mendirikan camp – camp atau pusat – pusat pelatihan sepak bola. Pusat pelatihan hadir dalam rangka pembentukan karakter, mental, dan kesehatan para pemain. Di Indonesia khususnya pembentukan pemain dianggap tidak begitu penting, sehingga cenderung menggunakan cara instan untuk mendapatkan pemain misalnya, dengan cara naturalisasi. Naturalisasi yang dimaksud adalah mendatangkan pemain dari negara lain atau luar negeri dan menjadi warga negara yang di tuju. Hal ini menjadi salah satu penyebab prestasai persepakbolaan di Indonesia cenderung menurun dan kurangnya regenerasi guna melapis pemain – pemain senior. Sepak bola bukan hanya dilihat melalui pendidikan fisik semata, tapi bagaimana membentuk karakter, mental, pengetahuan, kesehatan, yang harus mulai terbentuk sejak dini.

Disatu sisi kecintaan masyarakat Indonesia terhadap team nasionalnya (garuda) semakin tinggi, bahkan kehadiran timnas mampu meningkatkan rasa nasionalisme ditengah issu disintegrasi bangsa. Ini mengindikasikan sepak bola semakin mendapat tempat dimasyarakat dan pembentukan generasi baru dipersepakbolaan nasional perlu ditingkatkan, sehingga perlu adanya sekolah atau pusat pimbinaan sepak bola usia muda yang berbasis pedidikan atau pengetahuan dan kesehatan guna membentuk mental serta karakter pemain muda yang nantinya siap bersaing dalam kompetisi baik lokal maupun internasional.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 2 Dasar pertimbangan tersebut melatarbelakangi pemilihan interior TFA Football Training Center, sebagai kasus dalam Tugas Akhir ini, yang mengusung

motto “Spir it Health and Future”.

1.2

Pengertian Judul

Untuk menghindari luasnya pemahaman judul maka penulis akan menjelaskan arti dari Desain Interior TFA Football Training Center :

1. Desain menurut buku diksi Rupa yaitu sebuah rancangan atau arsemen dari elemen formal karya seni; eksprsi konsep seniman dalam berkarya yang mengkomposisikan berbagai elemen yang mendukung ( Susanto, 2002 : 31 ) 2. Interior adalah karya Arsitek atau Interior yang khusus menyangkut bagian

dalam dari suatu bangunan bentuk – bentuknya sejalan perkembangan ilmu dan tekhnologi yang dalam proses perancangan selalu dipengaruhi unsur – unsur geografi setempat dan kebiasaan – kebiasaan social yang diwujudkan dalam gaya modern dan kreatif ( Pamudji Suptandar, 1982 : 11 ).

3. TFA merupakan kepanjangan dari Total Footbal Asosiasion.

4. Football merupakan istilah dari bahasa inggris yang berarti sepak bola ( M. Echols, Jhon, Shadily, Hasan, 537; 1976 )

5. Training merupakan istilah dari bahasa inggris yang berarti pelatihan (M. Echols, Jhon, Shadily, Hasan, 600; 1976 )

6. Center merupakan istilah dari bahasa inggris yang berarti pusat atau utama. (M. Echols, Jhon, Shadily, Hasan, 104; 1976)

Jadi yang dimaksud dari judul tersebut adalah merancang bagian dalam ruang Pusat Pelatihan Sepak bola.

1.3

Rumusan masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam Desain Interior TFA Footbal Training Center ini adalah :

1. Bagaimana desain Interior TFA Football Tra ining Center mampu menghadirkan sebuah sarana pembelajaran yang mengkombinasikan antara teori dan praktek ?


(16)

BAB I PENDAHULUAN 3 2. Bagaimana desain interior TFA Football Tra ining Center yang sesuai dengan

konsep Modern sporty ?

1.4

Batasan Masalah

Masalah dibatasi pada unsur – unsur desain dari TFA Football Traininng Center yaitu meliputi zoning, sirkulasi, Lay out Fasilits, desain lantai, dinding, plafon, serta furnitur dan sarana dekorasi lainnya.

1.5

Tujuan dan manfaat

a. Tujuan

1. Mendesain sebuah sarana pembinaan sepak bola usia muda yang mampu menampung seluruh aktivitas.

2. Mendesain Interior yang mengacu pada konsep yang akan digunakan. b. Manfaat yang dapat diambil dari tugas akhir studio adalah :

Dapat menciptakan calon desainer ya ng professional dan siap pakai. Mahasiswa dapat menemukan dan mendapatkan pemecahan terhadap permasalahan yang ada pada proses perancangan.

1.6

Metode Pengumpulan Data

Berkaitan dengan laporan Tugas Akhir ini, penulis melakukan beberapa teknik pengumpulan data. Agar, dapat menyajikan data yang lebih sistematis dan mudah dimengerti. Metode tersebut meliputi :

a. Observasi

Metode observasi adalah metode dengan pengamatan langsung dengan cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. (Marda lis, 1995, hlm. 63). Pada kasus ini observasi dilakukan pada pengukuran langsung kewadah fisik yang akan mengayomi dasar interior TFA Football Training Center.

b. Wawancara

Wawancara riset adalah percakapan 2 orang yang dimulai oleh pewawancara dengan tujuan khusus untuk memperoleh keterangan sesuai dengan tujuan topik penelitian dan di titik beratkan pada isi tujuan deskripsi, prediksi dan penjelasan


(17)

BAB I PENDAHULUAN 4 sistematik (Cannell dan Kahn, 1986 ; 527-528). Wawancara dilakukan dengan pengelola / petugas Gor Lila Bhuana untuk memperoleh data tentang hal – hal yang menunjang perancangan Interior TFA Football Training Center.

c. Literatur

Untuk mendukung perancangan TFA Football Tra ining Center diperlukan faktor pendukung yang bersifat ilmiah dan mampu dipertanggungjawabkan. Data ilmiah dapat berupa data kontekstual seperti contoh – contoh desain interior yang sesuai dengan kasus, sejarah dan faktor – faktor sosial.

d. Dokumentasi

Dokumen dalam hal ini berarti segala macam bentuk atau benda yang tertulis maupun tidak tertulis (Surakhmad, 1980, hal. 123 ). Dokumen menjadi keterangan dalam memperoleh data yang digunakan untuk melengkapi data–data yang lainnya. Tujuan penggunaan metode ini adalah agar dapat mendokumentasikan (data visual berupa foto) objek–objek yang ada guna menegaskan, memperjelas dan melengkapi data yang diperoleh melalui metode observasi dan wawancara dengan menggunakan alat ( kamera ).

1.7

Metode Desain

Dalam penelitaian ini metode desain yang digunakan adalah Metode deskrisptif kualitatif. Penelitian dilakukan dengan analisis dan pengamatan terhadap kebutuhan dari olahraga sepak bola modern saat ini. Mengetahui pengguna ruang melalui aktivitas pendukung dari sekolah sepak bola. Sehingga, hasil penelitian yang didapat tidak bersifat statistik dan tidak ada aturan tetap dalam mengolah hasil data ( pengamatan ). Penelitian ini memfokuskan pada studi kasus yang merupakan penelitian lebih rinci terhadap objek tertentu secara mendalam dan menyeluruh.


(18)

BAB I PENDAHULUAN 5

1.8

Proses Desain

Bagan 1.1 Proses Desain

Dalam bagan proses desain di atas, desain dilakukan melalui tiga tahap, yaitu input, proses dan output. Dalam proses input terdiri dari pengamatan di lapangan, pengumpulan data dan pengumpulan dasar tinjauan sebagai panduan dalam desain serta parameter sebagai data pembanding sebelum melakukan prosen perancangan. Tahap kedua adalah tahap proses, yaitu mulai mengumpulkan permasalahan umum yang terjadi dalam sebuah desain interior sekolah sepak bola. Kemudian terakhir adalah tahap output, yaitu hasil dari proses desain dalam bentuk konsep perancangan yang kemudian menghasilkan desain interior TFA Football Training Center.

1.9

Sistematika Penulisa

Pengantar karya Tugas Akhir dengan kasus TFA Football Training Center ini disusun dengan urutan sebagi berikut:

a. Bab I. Pendahuluan

Menguraikan tentang latar belakang pemilihan objek kasus TFA Soccer Training Center, pengertian judul, penjabaran rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan saran penulisan, metode yang digunakan, proses desain dan sistematika penulisan.

Data Literatur Data Lapangan Data Parameter

Masalah

Analisa Desain

Konsep desain

INPUT PROSES OUTPUT


(19)

BAB I PENDAHULUAN 6 b. Bab II. Tinjauan Pustaka

Menguraikan teori – teori yang berkaitan secara langsung dengan kasus TFA Football Training Center secara umum dan teori – teori interior yang digunakan dalam proses desain. Data lapangan dan data parameter.

c. Bab III. Konsep Desain

Menguraikan konsep yang digunakan dalam desain interior TFA Football Training Center. Didahulukan dengan latar belajang pemilihan konsep, aplikasi konsep secara langsung dalam desain serta kreteria desain yang digunakan dalam perancangan.

d. Bab IV. Analisa Desain.

Menganalisa desain yaitu; Ruang secara umum, Lantai, Dinding, Plafon, dan elemen pelengkap pembentuk ruang lainnya.

e. Bab V. Penutup


(20)

BAB II TINJAUAN DATA 7

BAB II

TINJAUAN DATA

2.1

Data Pustaka

2.1.1Sejarah dan pengertian sepak bola 2.1.1.1 Sejarah singkat Sepak bola

.Beberapa dokumen mengatakan sepak bola berasal dari masa Romawi, namun ada juga yang menyatakan bahwa sepak bola berasal dari daratan Cina. FIFA sendiri sebagai badan sepak bola dunia menyatakan bahwa sepak bola berawal dari permainan yang dilakukan oleh masyarakat Cina pada abad ke-2 hingga ke-3 sebelum Masehi. Olah raga ini dikenal dengan nama “cuju“. Sepak bola modern yang kita kenal sekarang diakui oleh berbagai pihak berasal dari Inggris. Sepak bola modern ini mulai dimainkan pada pertengahan abad ke-19 di sekolah-sekolah di daerah Inggris Raya. Pada tahun 1857 beridiri klub sepak bola pertama di dunia, dengan nama Sheffield Football Club. Klub sepak bola ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah yang memainkan permainan sepak bola. Pada saat yang sama, tepatnya tahun 1863, berdiri badan asosiasi sepak bola di Inggris, dengan nama Football Association (FA). Pada saat itu badan inilah yang mengeluarkan peraturan dasar permainan sepak bola, sehingga sepak bola menjadi lebih terorganisir.

Ada dugaan bahwa orang-orang Romawi membawa permainan itu ke Inggris. Tapi masih disangsikan apakah haspa rtum merupakan pendahulu sepak bola yang sekarang dikenal ini, sebab penduduk Celtic di Cronwall juga sudah mengenal

permainan yang serupa yang disebut “hurling”. Waktu itu jelas belum ada

peraturan yang baku. Orang boleh bermain tanpa jumlah yang pasti dan bukan hanya kaki, tetapi tanganpun boleh ikut memainkan bo la. Bahkan boleh menendang tulang kering serta membawa lari bola. ( http://id.wikipedia.com ).

Banyak teori tentang siapa yang mula- mula melaksanakan permainan sepak bola ini, tetapi yang pasti, Inggrislah yang mulai menyempurnakan, sehingga perkembangannya halus seperti sekarang ini. Prakarsanya di mulai pada tahun 1863, tepatnya pada tanggal 26 Oktober, ketika sebelas perkumpulan di London mengadakan pertemuan untuk menjernihkan kekacauan dengan membuat


(21)

BAB II TINJAUAN DATA 8 serangkaian peraturan fundamental untuk mengatur pertandingan-pertandingan selanjutnya. Pertemuan ini berhasil membentuk Football Association (FA) yang pertama walaupun berbuntut keluarnya kelompok Rugby dalam rapat karena menolak peraturan yang melarang penginjakan, penendangan tulang kering dan melarikan/membawa bola. Akhirnya pada tanggal 8 Desember 1863, Rugby resmi mengurdurkan diri. ( http://id.wikipedia.com ).

Setelah 6 tahun Football Association( FA ) berjalan, permainan sepak bola semakin mendekati kesempurnaan, terutama setelah adanya keputusan yang melarang setiap pemain memegang bola (bukan hanya melarikan). Di tahun kedelapannya, selain anggota yang bertambah menjadi 50 perkumpulan, kompetisi sepak bola yang pertama juga mulai digelar di bawah naungannya. Pertumbuhan sepak bola melaju begitu pesat di seantero jagat bahkan pada tahun 1879 sudah dikenal langkah- langkah sepakbola profesional di Darwin. Dua pemainnya: John Love dan Fergus Suter, dilaporkan sebagai orang-orang pertama yang menerima bayaran dari bakatnya bermain sepakbola. Setelah Football Association, segera menyusul di Nederland, the Scottisch FA (1873), The TA of Wales (1875), dan The Ir ish FA di Belfast, Selandia Baru (1891), Argentina (1893), Chili (1895), Swiss dan Belgia (1895) Italia (1898), Jerman dan Uruguay (1900), Hongaria (1901), dan Finlandia pada tahun 1907.

( http://id.wikipedia.com)

Pada tahun 1907, berdirilah Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) di Paris, Perancis atas prakarsa 7 negara, yaitu Perancis, Denmark, Belanda, Spanyol, Swedia dan Swiss. Dari tujuh anggota berkembang menjadi 36 pada tahun 1925, dan setelah diselingi Perang Dunia II, FIFA sudah diikuti oleh 73 anggota pada perebutan Piala Dunia II. Saat ini F IFA mempunyai anggota sebanyak 146.300.000 klub, 200.000 di antaranya berada di Eropa dengan sekitar 680.000 tim dan 22 juta pemain yang aktif. Karena peminat olahraga ini sangat banyak (bahkan terbanyak di seluruh dunia), maka pengembangan olahraga ini dilakukan sangat pesat agar bisa menjadi olahraga yang sempurna, tidak ada kecurangan dan

frekuensi cedera pemain kecil atau bahkan tidak ada sama sekali. ( http://id.wikipedia.com ).


(22)

BAB II TINJAUAN DATA 9 2.1.1.2 Pengertian sepak bola

Sepak bola adalah permainan bola yang sangat populer dimainkan oleh dua tim, yang masing- masing beranggotakan sebelas orang (http://id.wikipedia.com )

a. Persyaratan permainan sepakbola Tim

Dua tim yang masing – masing terdiri dari 11 orang pemain bertarung untuk memasukkan sebuah bola bundar ke gawang lawan ( mencetak gol ). Tim yang mencetak lebih banyak gol adalah sang pemenang ( biasanya dalam jangka waktu 90 menit, tetapi ada cara lain untuk menentukan pemenang jika hasilnya seri ). Akan diadakan pertambahan waktu 2 x 15 menit dan apabila dalam penambahan waktu hasilnya masih seria kan diadakan adu pinalti yang setiap timnya akan diberikan lima kali kesempatan untuk menendang bola. b. Taktik permainan.

Taktik yang biasa dipakai oleh klub – klub sepak bola adalah sebagai berikut : 1. 4 – 4 – 2 ( dengan 2 gelandang sayap ).

2. 4 – 3 – 2 – 1 ( 3 pemain gelandang tengah, 2 gelandang serang dan sriker tunggal ).

3. 4 – 3 – 1 – 2 ( 4 bek, 3 gelandang bertahan, 1 penyerang lubang, 2 striker )

4. 4 – 5 – 1 ( 4 bek, 2 sayap, 3 gelandang, 1 striker )

5. 4 – 3 – 3 (4 bek,3 gelandang bertahan,2 striker sayap,1 striker tengah ) 6. 4 –2 – 3 – 1 (2 bek tengah,2 bek sayap, 2 winger,1 penyerang lubang,1

striker ) c. Ofisial

Sebuah pertandingan diperintah oleh seorang wasit yang mempunyai wewenang penuh untuk menjalankan pertandingan sesuai peraturan permainan dalam suatu pertandingan yang telah diputuskan kepadanya, dan keputusan – keputusan pertandingan yang telah dikeluaurkannya dianggap suadah final. Sang wasit dibantu oleh asisten wasit ( dulu dipanggil hakim/ penjaga garis ). Selain itu juga mereka membutuhkan alat – alat untuk membantu jalannya pertandingan seperti:


(23)

BAB II TINJAUAN DATA 10 1. Papan pengganti pemain

2. Meja dan kursi d. Lapangan permainan

Ga mbar 2.1 Standarisasi Lapangan Sepak Bo la Su mbe r : http://id.wikipedia.co m

1. Ukuran Panjang x Lebar : 100 – 110 x 64 – 75 m 2. Garis Batas

Adalah garis selebar 10 cm, yakni garis sentuh di sisi, garis gawang di ujung-ujung, dan garis melintang tengah lapangan; 9.15 m lingkaran tengah; tak ada tembok penghalang atau papan

3. Daerah penalty

Adalah busur berukuran 18 m dari setiap pos 4. Titik Pinalti

Adalah 11 meter dari titik tengah gawang 5. Gawang: lebar 7 m x tinggi 2,5 m


(24)

BAB II TINJAUAN DATA 11 e. Bola

Ga mbar 2.2 Bola

Sumber : gara ma -parraya.blogspot.com/2010_08_01

1. Ukuran : 60 – 70 cm 2. Keliling : 100 cm 3. Berat : 410 – 450 gram

4. Lambungan : 1000 cm pada pantulan pertama 5. Bahan : karet atau sintetis ( buatan )

f. Jumalah pemain

Ga mbar 2.3 Tim Sepak Bola Su mbe r : foru minspirasi.wordpress.com

1. Jumlah pemain maksimal untuk memulai pertandingan adalah 11. Salah satunya penjaga gawang

2. Jumlah pemain maksimal keluar lapangan: 4 (tidak termasuk cedera) 3. Jumlah pemain cadangan maksimal adalah 12 orang

4. Jumlah wasit 1 orang

5. Hakim garis berjumlah 2-4 orang

6. Batas jumlah pergantian pemaina adalah 3 ( kecuali pergantian uji coba ).


(25)

BAB II TINJAUAN DATA 12 g. Perlengkapan permainan

1. Kaos bernomer ( sejak taun 1954 ) 2. Kaos kaki

3. Pelindung tulang kering 4. Alas kaki bersolkan karet

5. Harus menggunakan sepatu Bola h. Kejuaraan internasional

1. Piala Dunia ( diikuti oleh semua Negara di dunia ) 2. Piala Eropa ( dikenal dengan Euro )

3. Copa Amerika ( Khusus untuk Negara di benua Amerika ) 4. Piala Afrika ( Khusus untuk Negara – Negara di benua Afrika ) 5. Piala Asia ( Khusus untuk Negara – Negara di benua Asia ) 6. Piala AFF ( khusus Negara ASEAN )

2.1.2 Tinjauan kurikulum sekolah sepak bola

Kurikulum yang akan dipakai sebagai acuan adalah kurikulum sekolah sepakbola Sukabumi, ini dipilih karena pola pendidikan dan pelatihan di sekolah tersebut memdukan unsur teori dan praktek. Adapun kurukulum tersebut adalah :

2.1.2.1 Klasifikasi

Sekolah dibagi menjadi tiga tingkatan dengan lama pendidikan masing- masing empat (4) tahun, dengan penggolongannya masing- masing sebagai berikut:

a. Tingkat dasar (anak-anak) usia 6 s.d. 12 tahun, dibagi atas: Dasar I (lama pendidikan 2 tahun) : 6-10 tahun.

Dasar II (lama pendidikan 2 tahun) : 11-12 tahun.

b. Tingkat menengah (remaja) usia 13 s.d. 16 tahun, dibagi atas: Menengah I (lama pendidikan 2 tahun) : 13-14 tahun.

Menengah II (lama pendidikan 2 tahun) : 15-16 tahun. 2.1.2.2 Deskripsi

a. Tingkat Dasar I (anak-anak)

1. Siswa memahami dasar-dasar permainan sepakbola, dan pokok-pokok peraturan permainan.


(26)

BAB II TINJAUAN DATA 13 sepakbola (menendang, mengontrol, menggiring, dan menyundul).

3. Siswa memiliki daya tahan, kekuatan, kelentukan, keseimbangan, kecepatan, ketepatan, dan koordinasi.

4. Siswa memiliki keterampilan bermain sepakbola sederhana

5. Siswa memiliki kedisiplinan, perhatian, motivasi, dan rasa senang terhadap permaianan sepakbola.

b. Tingkat Menengah (remaja)

1. Siswa memahami peraturan permainan sepakbola 19 pasal dari PSSI. 2. Siswa memiliki keterampilan teknik-teknik pokok menengah sepakbola

(teknik tanpa bola, dan dengan bola).

3. Siswa memahami strategi, dan taktik dasar sepakbola.

4. Siswa memahami daya tahan, kekuatan, kelentukan, ketepatan, keseimbangan, kecepatan, kelincahan, koordinasi, reaksi, daya ledak, dan stamina.

5. Siswa memiliki konsentrasi, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, kreatifitas, keuletan, semangat, keberanian, sportifitas, dan motivasi berkompetisi.

2.1.2.3 Materi Latihan atau Pelajaran a. Tingkat Dasar (anak-anak)

1. Pengetahuan dasar sepakbola. 2. Peraturan permainan sepakbola. 3. Pengenalan bola atau ball feeling. 4. Teknik dasar sepakbola.

5. Permainan sederhana. 6. Pembinaan kondisi fisik. 7. Pembinaan mental. b. Tingkat Menengah (remaja)

1. Peraturan permainan. 2. Konsep permainan. 3. Ball feeling.

4. Teknik menengah sepakbola. 5. Strategi, dan taktik dasar sepakbola.


(27)

BAB II TINJAUAN DATA 14 6. Permainan sederhana.

7. Permainan sebenarnya atau sesungguhnya. 8. Pembinaan kondisi fisik.

9. Pembinaan mental. 2.1.2.4 Pokok Bahasan

a. Tingkat Dasar (anak-anak) dan menengah ( remaja ) 1. Pengetahuan dasar sepakbola

2. Peraturan permainan 3. Pengenalan bola

4. Pembinaan kondisi fisik 5. Pembinaan Mental

6. Etika pergaulan ( SSB Sukabumi )

2.1.3 Fasilitas Penunjang pada TFA Football Training Center

Berdasrkan acuan dari kurikulum dan perkembangan sebuah pelatihan sepak bola, maka TFA Football Training Center hadir sebagai pusat pelatihan sepak bola dengan sarana pendukung yang diperlukan di dalamnya. Adapun sarana tersebut adalah :

2.1.3.1Fitness

Fitness merupakan salah satu jenis olah tubuh yang berguna untuk kesehatan. adapun Olah tubuh dalam fitness terbagi menjadi beberapa jenis latihan yang

memiliki kegunaan masing- masing, yaitu : Latihan beban dan Latihan kardio.

a. Latihan beban

Latihan beban adalah penggunaan beban sebagai alat bantu untuk meningkatkan kontraksi otot. Otot yang menerima beban akan mengalami tekanan hingga mencapai titik kelelahan tertentu. Latihan beban sendiri dapat digolongkan berdasarkan beban yang digunakan seperti :

1. Beban tubuh : menggunakan tubuh sendiri sebagai beban baik secara sebagian maupun beban tubuh secara keseluruhan.

2. Beban Bebas : Menggunakan pemberat bebas seperti barbell ataupun dumbbell.


(28)

BAB II TINJAUAN DATA 15 3. Beban alat : menggunakan alat mekanik ataupun alat elektronik yang

dihubungkan dengan pemberat. Tujuan penggunaan alat ini umumnya sebagai penyokong yang memudahkan pengguna dalam menyokong pemberat tersebut.

b. Latihan kardio

Kardio berarti adalah jantung. Latihan ini lebih untuk meningkatkan detak jantung tanpa penggunaan beban. Pada umumnya, latihan ini digunakan untuk menurunkan berat badan ataupun sekedar menjaga kesehatan. Jenis latihan kardio sangat bervariasi mulai dari jogging, renang, bersepeda hingga aerobik.

Alat – alat fitness yang akan digunakan pada TFA Football Training Center 1. Treadmill ( L, W, H ) ( 50 cm x 120 cm x 150 cm )

Treadmill sangat penting untuk melatih jantung anda dan bisa sangat berguna unrtuk membakar lemak di dalam tubuh kita.

2. Leg press ((L, W, H) ( 80"x43"x72 ) Untuk melatih kaki dan pantat.

Ga mba r 2.4 Alat Fitness Treadmill dan Leg press Su mbe r : http://www.sportindo.com/

2.1.3.2 Perpustakaan

Dengan ditemukannya bentuk-bentuk tulisan pada zaman dahulu, maka telah mulai dikenal juga perpustakaan. Perpustakaan pada mulanya didirikan di biara-biara dan candi-candi karena sebagian besar tulisan-tulisan itu berisi informasi tentang agama dan persembahyangan. dikumpulkan dan dilestarikan pada satu tempat yang kemudian disebut perpustakaan. Pada tahun 668 S.M. ( Hs, Soemarno, 1987; 7 ).


(29)

BAB II TINJAUAN DATA 16 IFLA ( Internasiona l Federation of Librar y Association ) mengelompokkan jenis-jenis perpustakaan atas :

a. Perpustakaan Nasional ( national Library ) b. Perpustakaan Umum (Public Library)

c. Perpustakaan Perguruan Tinggi (University Libra ry) d. Perpustakaan Sekolah (School Libra ry)

e. Perpustakaan Khusus (Specia l Libra ry) f. Perpustakaan Keliling.

g. Perpustakaan Wilayah.

Untuk perpustakaan yang ada pada TFA Fotball Training Center adalah perpustakaan khusus, yaitu perpustakaan yang diselenggarakan oleh kantor atau instansi yang tujuannya adalah untuk menunjang kegiatan kantor atau instansi dimana perpustakaan itu berada.( Soegeng, St. Kostka, 1985; 9 )

2.1.3.3 Kantor

Secara etimoligis kantor berasal dari bahasa Belanda: “kantoor”, yang maknanya: ruang tempat bekerja, tempat kedudukan pimpinan, jawatan instansi dan sebagainya. Dalam bahasa Inggris “office” memiliki makna yaitu: tempat memberikan pelayanan (service), posisi, atau ruang tempat kerja. Sedangkan secara praktis kantor merupakan tempat orang-orang melakukan kegiatan/aktivitas yang berhubungan dengan pelayanan berbagai keterangan pada yang membutuhkannya. ( Quible,Zane K, 2001 )

2.1.3.4 Ruang kelas

Ruang kelas adalah ruang untuk melakukan aktivitas belajar guna mendukung pengetahuan dibidang sepak bola melalui teori – teori yang berhubungan dengan sepak bola.

2.1.3.5 Ruang tidur atlet

Ruang tidur adalah tempat paling privat di dalam sebuah hunian. Ruang tidur harus memenuhi dua fungsi utamanya yaitu :

a. Fungsi fisik, ruang tidur dapat menjadi tempat untuk mengakomodasi segala macam barang dan kegiatan penghuni rumah yang sifatnya sangat privat. b. Fungsi psikologis, ruang tidur diharapkan menjadi tempat yang dapat memberi


(30)

BAB II TINJAUAN DATA 17 Oleh sebab itu, desain ruang tidur dirancang dengan menggunakan elemen interior yang menenangkan, misalnya dari segi warna dipilih wa rna-warna pastel atau warna natural. ( Majalah Hunianku, 2011 )

2.1.4 Tinjauan Umum TFA Football Tra ining Center 2.1.4.1 Sistem Organisasi Ruang

Pada saat menghadapi struktur yang sudah ada, ruang yang tersedia biasanya memberikan beberapa indikasi seperti bagaimana ruang tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya. Jalan masuk ke suatu ruang dapat membentuk pola sirkulasi yang membagi ruang menjadi zona tertentu. ( Ching,1996; 72 ).

Organisasi ruang terbagi berdasarkan pola sirkulasi. Sirkulasi dibagi menjadi tiga yaitu sirkulasi pengunjung, pengelola dan karyawan. Adapun beberapa jenis organisasi ruang penggunaannya tergantung pada tuntutan program dari bangunan tersebut, dengan memperhatikan faktor- faktor pengelompokkan fungsi ruang, kebutuhan pencapaian, pencahayaan dan arah pandangan. Beberapa jenis organisasi ruang yang penggunaannya tergantung pada tuntutan program dari bangunan tersebut dengan memperhatikan faktor-faktor yang meliputi pengelompokkan fungsi ruang, hirarki ruang, kebutuhan pencapaian antar ruang, pencahayaan dan arah pandang ( Suptandar, 1982 ; 55 ).

Pencapaian dari ruang luar ke ruang dalam hendaknya mempunyai identitas yang jelas, dan pencapaian semacam ini bisa berhubungan erat dengan sistem organisasi ruang seperti yang disimpulkan sebagai berikut :

1. Kegiatan manusia sebagian besar dilakukan didalam ruang maka faktor yang sangat penting adalah perancangan sirkulasi dalam ruang.

2. Fungsi ruang ditentukan oleh kegiatan manusia yang terjadi didalamnya dan ini akan mempengaruhi dimensi dalam ruang, ukuran, sirkulasi, letak serta bukaan jendela dan pintu-pintu.

3. Dimensi suatu ruang selain ditentukan oleh aktifitas manusia juga dipengaruhi oleh skala dan proporsi.

4. Modul dalam perancangan ruang dan bangunan merupakan faktor yang utama. ada beberapa modul yaitu modul dasar, modul manusia, modul fungsi, sub modul, perencanaan, multi modul dan faktor yang mempengaruhi modul adalah bahan bangunan dan teknik pelaksanaan.


(31)

BAB II TINJAUAN DATA 18 5. Pencapaian ruang luar dan ruang dalam hendaknya diberi identitas yang jelas.

(Suptandar,Pamudji, 1982 ; 38). a. Sonasi

Sonasi atau zoning diartikan sebagai penetapan daerah berdasarkan atas lima kelompok utama yaitu publik area, semi p ublik area, privat area, service area dan circulation area. (Suptandar, 1999 : 99).

Menurut Suptandar (1994 : 28), dua hal utama dalam penataan da n pendaerahan suatu ruang yaitu penataan dari tiap unit dengan penyatuan tugas sejenis dan berurutan sesuai alur kerja, guna pencapaian efisiensi kerja dan pemanfaatan ruang.

b. Sirkulasi

Menurut Suptandar (1982 : 57) Sirkulasi merupakan ruang gerak atau jalur yang diatur untuk menghubungkan, membimbing dan melintasi bagian-bagian tertentu didalam bangunan atau ruangan untuk kelancaran bagian itu sendiri, yang berhubungan dengan penghayatan obyek didalam ruang. Lebar dan tinggi dari suatu ruang sirkulasi harus sebanding dengan macam dan jumlah lalu lintas yang ditampungnya.

c. Ruang

Ruang dibagi menurut kepentingan dari civitasnya, yaitu : 1. Ruang publik yang sifatnya terbuka dan umum.

2. Ruang semi publik yang sifatnya agak terbuka.

3. Ruang private yang sifatnya tertutup, terbatas pada civitas tertentu saja.

4. Ruang sirkulasi merupakan ruang yang aman untuk civitas dalam melakukan kegiatan dimana ruang ini berupa area kosong untuk b erjalan. (Suptandar, 1982 : 47)

Untuk mendesain suatu ruang hendaknya dibentuk sesuai dengan karakter ruang dalam memenuhi kebutuhan aktivitas yang dilakukan oleh si pelaku aktivitas atau si pemakai ruang.

Untuk mendesain ruang sebaiknya kita perlu mengetahui prinsip-pinsip penataan ruang seperti:


(32)

BAB II TINJAUAN DATA 19 1. Proporsi, yaitu perbandingan antara besaran ruangan mengisi ruang sehingga

penataan bisa diperhatikan dalam memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh si pemakai aktivitas.

2. Komposisi, yaitu suasana dalam pengaturan antara suatu benda dengan benda yang lainnya.

3. Balance atau keseimbangan, yaitu dicapainya suatu ruang antara satu bidang dengan bidang yang lainnya. Keseinbangan dibagi menjadi dua bagian yaitu keseimbangan simetris, dimana antara satu bidang dengan bidang yang lainnya sama, keseimbangan asimetris, merupakan keseimbangan antara satu dengan yang lainnya tetap sama bila dibagi dua memotong tidak sama persis.

4. Irama, gunanya untuk tidak merasa jenuh bila berdiam didalam ruang, dicapai dengan memberi alur penataan yang tidak membosankan.

5. Harmoni, keselarasan dari pengaturan benda-benda dalam ruang terhadap ruang dan benda itu sendiri.

6. Kontras, suatu penekanan tertentu pada penataan ruang yang nantinya akan menjadi perhatian (center of intrest).

7. Aksen, penyelesaian dari kontras agar perhatian dapat tertuju pada suatu dari seluruh penataan yang ada dengan meninggalkan kesatuan ( unity) dalam penataan.

2.1.4.2 Elemen Pembentuk Ruang

Elemen pembentuk ruang adalah struktur wadah ruang kegiatan diidentifikasikan sebagai lantai, dinding, dan langit- langit/ Plafond yang menjadi satu kesatuan struktur dalam sehari-hari. Elemen pembentuk ruang terdiri dari :

a. Lantai

Selain berfungsi sebagai penutup ruang bagian bawah, pada sebuah ruang lantai juga berfungsi sebagai pendukung beban dan benda-benda yang ada diatasnya seperti perabot serta manusia sebagai civitas ruang, dengan demikian dituntut agar selalu memikul beban mati atau beba n hidup berlalu lalang diatasnya. (Mangunwijaya, 1980 ; 329)

Konstruksi lantai bermacam – macam, tergantung bahan dan system konstruksi yang digunakan. Namun tergantung juga dari rupa dan macam pilihan pilihan apa lantai ingin dibentuk. Walaupun lantai merupakan bagian yang ada di


(33)

BAB II TINJAUAN DATA 20 bawah dan diinjak – injak, akan tetatpi pandangan manusia lebih banyak terkena oleh lantai langit – langit.

Menurut Seng ( 1985 ; 5 ) hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lantai adalah keawetan, daya tahan tubuh, daya tahan kimia, daya tahan aus, kedap air, pelenturan serta kekenyalannya. Selain pemilihan tersebut, starat utama bahan lantai adalah tidak licin, tidak berisik oleh hentakan kaki, mudah dirawat dan dibersihkan serta sesuai dengan persyaratan daya tahan terhadap kebakaran. b. Dinding

Dinding–dinding bangunan dari segi fisika bangunan memiliki fungsi antara la in : 1. Fungsi pemikul beban di atasnya, dinding harus kuat bertahan terhadap 3

kekuatan pokok yaitu tekanan horizotal, tekanan vertikal, beban vertikal dan daya tekuk akibat beban vertikal tersebut.

2. Fungsi penutup atau pembatas ruangan, pembatasan menyangkut penglihatan, sehingga manusia terlindung dari pandangan langsung, biasanya berhubungan dengan kepentingan–kepentingan pribadi atau khusus. (Mangunwijaya, 1980 : 339)

3. Sebagai penghalang bunyi atau audio secara langsung. (Mangunwijaya, 1980 : 339)

Warna dinding juga berpengaruh pada kesan ruang, warna-warna yang mengkilat lebih banyak memantulkan sinar sebaliknya warna buram kurang memantulkan sinar. Warna-warna yang terang memberikan kesan ringan dan luas pada suatu ruang, sedangkan warna gelap memberikan kesan berat dan sempit (Suptandar, 1982; 46).

Menurut Suptandar ( 1985 ; 30 ) selain warna, dinding juga merupakan bidang yang secara leluasa dapat dihias sesuai dengan selera, adapun cara – cara menghias dinding sebagai berikut.

1. Membuat motif – motif dekorasi dengan gambar, dicat, dicetak, diaplikasikan dan dilukis secara langsung didinding.

2. Dinding ditutup atau dilapisi dengan bahan yang ornametik atau dengan memasang hiasan – hiasan yang ditempel pada dinding.


(34)

BAB II TINJAUAN DATA 21 Langit- langit/ plafond, berasal dari kata “celling”, yang berarti melindungi dengan suatu bidang penyekat sehingga terbentuk suatu ruang.

Secara umum dapat dikatakan celling adalah sebuah bidang (permukaan) yang terletak di atas garis pandang normal manusia, berfungsi sebagai pelindung (penutup) lantai atau atap dan sekaligus sebagai pembentuk ruang dengan bidang yang ada dibawahnya.

Ditinjau dari fungsi, ceiling memiliki berbagai kegunaan yang lebih besar dibandingkan dengan unsur- unsur pembentuk ruang (space) yang lain (seperti dinding atau lantai).

1. Fungsi celling antara lain:

a. Pelindung kegiatan manusia merupakan fungsi dari ceiling yang utama, dengan bentuknya yang paling sederhana, celling sekaligus berfungsi sebagai atap.

b. Sebagai pembentuk ruang, celling bersama-sama dengan dinding dan lantai membentuk suatu ruang dalam.

c. Sebagai skylight, di sini ceiling berfungsi untuk meneruskan cahaya alamiah kedalam bangunan.

d. Untuk menonjolkan konstruksi pada gedung-gedung untuk dekorasi, ceiling mampu mencerminkan struktur yang mendukung beban-beban.

e. Merupakan ruang atau rongga untuk pelindung berbagai instalasi, docting AC, kabel listrik, gantungan armature, loudspeaker dan lain- lain. Di balik ceiling perlu ada rongga guna kperluan pengontrolan-pengontrolan jika terjadi kerusakan pada instalasi- instalasi.

f. Sebagai bidang penempelan titik-titik lampu.

g. Sebagai penunjang unsur dekorasi ruang dalam, terutama pada bangunan-bangunan umum restaurant, hall/lobby hotel dan lain- lain.

h. Bentuk ceiling dalam suatu bangunan dapat memperlihatkan sifat-sifat (kesan-kesan) ruang tertentu, dengan membuat ketinggian atau garis-garis (material) serta struktur kesemuanya akan dinikmati langsung oleh penghuni yang berada dibawanya.


(35)

BAB II TINJAUAN DATA 22 i. Perbedaan tinggi dan bentuk ceiling dapat menunjukkan perbedaan visual

atau zone-zone dari ruang yang lebih luas, dan orang dapat merasakan adanya perbedaan aktivitas dalam ruang tersebut. (Suptandar, 1999 : 161) 2.1.4.3 Elemen pelengkap pembentuk ruang

a. Pintu

Pintu berfungsi untuk mengendalikan keamanan, memungkinkan terjadinya sirkulasi manusia dari luar ke dalam gedung, di dalam gedung dan untuk mengendalikan tingkat pr ivacy pengguna sebagi pembatas/ pemisah ruang atau pengendali terhadap gangguan suara bising ( Wardono, Prabu, 2005; 42 )

Menurut Wardono ( 2005 ; 42 ) pintu dibagi atas 1. Swiing door / satu atau dua daun pintu.

2. Sliding door / satu atau dua daun pintu ( terbuka dan tertutup ) 3. Foolding door / pintu lipat

4. Revolving door / pintu putar

Ga mbar 2.5 Jenis – jenis pintu Su mber : Buku a jar desain interior

b. Jendela

Jendela dapat dilihat sebagai bagian yang terang pada dinding, jendela dapat dikembangkan sampai ketaraf dimana jendela menjadi bidang dinding fisik. Jendela yang transparan secara visual dapat menyatukan sebuah ruang interior dengan ruang luar atau dengan ruang interior disebelahnya. (Ching, 1996 : 224). Beberapa pola penempatan jendela sesuai dengan ukuran tinggi dan rendah jendela :


(36)

BAB II TINJAUAN DATA 23

Ga mbar 2.6 Pene mpatan jendela Su mber : Buku a jar desain interior

2.1.4.4Unsur Utilitas a. Pencahayaan

Unsur pencahayaan dalam desain interior merupakan aspek yang sangat penting yang dapat memberikan pengaruh luas terhadap optimalisasi kerja dan dapat menimbulkan efek-efek tertentu. Pencahayaan terbagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Pencahayaan alami, yaitu cahaya alam yang umum dimanfaatkan dalam desain interior adalah sinar matahari. Pencahayaan alami didapat dari bukaan pintu dan jendela.

2. Pencahayaan buatan, yaitu pencahayaan yang dibuat sendiri oleh manusia, seperti cahaya lilin dan cahaya lampu listrik. Cahaya buatan mempunyai dua fungsi yakni sebagai sumber penerangan dan sebagai aksen yang dapat memberikan keindahan pada ruang.

Pencahayaan buatan dibedakan menjadi lima yaitu pencahayaan langsung (Direct Light), pencahayaan tidak langsung (Indir ect Light), pencahayaan setempat, yaitu pencahayaan yang diarahkan untuk menerangi suatu obyek, pencahayaan yang membias (Diffused), dan pencahayaan khusus, yaitu pencahayaan yang khusus dibutuhkan untuk jenis-jenis pekerjaan. Terdapat beberapa macam metode pencahayaan buatan yang mampu memberikan efek-efek tertentu, yaitu sebagai berikut :

1. General Lighting ( pencahayaan umum )

Pencahayaan yang dapat dicapai oleh lampu – lampu portable, lampu langit- langit, atau lampu yang memanjang di dinding.

2. Special Lighting ( pencahayaan khusus)

Pencahayaan ini bertugas untuk menciptakan pengamata n atau efek-efek khusus dari cahaya langsung pada area yang diinginkan.


(37)

BAB II TINJAUAN DATA 24 3. Decorative Lighting ( pencahayaan dekoratif) . ( Satwiko, Prasato, 2004 ; 80 ) b. Penghawaan

Yang dimaksud dari penghawaan adalah suatu usaha pembaharuan udara dalam ruang melalui penghawaan buatan maupun penghawaan alami dengan pengaturan sebaik-baiknya dengan harapan untuk mencapai tujuan kesehatan dan kenyamanan dalam ruang. Jumlah udara segar yang dimaksudkan berguna untuk menurunkan kandungan uap air di dalam udara, menghilangkan bau keringat, gas karbondioksida. Dan jumlah/ kapasitas udara segar tersebut tergantung dari aktivitas penghuni, setiap tambahan jumlah sivitas, maka udara yang dimasukkan akan lebih besar. (Suptandar, 1982 : 150)

Penghawaan juga terbagi menjadi 2, yaitu alami dan buatan, penghawaan alami dapat memanfaatkan sistem cross ventilation. Sedangkan penghawaan buatan dapat bersumber dari kipas atau AC ( Air Conditioner). Dalam pasaran umum terdapat tiga jenis AC yaitu:

1. Window AC, umumnya dipakai pada perumahan dan dipasang pada salah satu

dinding ruang dengan batas ketinggian yang terjangkau dan penyemprotan udara tidak menganggu si pemakai.

2. Central AC, biasa digunakan pada unit-unit perkantoran, hotel supermarket dengan pengkontrolan atau pengendalian yang dilakukan

3. Split AC, hampir sama bentuknya dengan window AC, bedanya hanya terletak

pada konstruksi di mana alat condensator terletak di luar ruang.

Hasil percobaan oleh beberapa ahli menunjukkan bahwa temperatur yang nyaman bagi manusia di dalam ruang berkisar antara 200 -240 C, dengan kelembaban relatif 40-45%, serta kecepatan udara segar yang diperlukan dalam suatu ruang berkisar 30 m/orang/jam (Suptandar, 1982).

c. Akustik

Akustik/suara merupakan suatu hal yang dapat menimbulkan efek psikis dan emosional dalam ruang. Akustik merupakan unsur penunjang dalam sebuah disain, karena akustik memberi pengaruh luas dan dapat menimbulkan efek psikis dan emosional bagi orang yang mendengarnya. Pengendalian akustik yang baik membutuhkan penggunaan bahan dengan tingkat penyerapan yang tinggi seperti pada lapisan permukaan lantai, dinding, plafond, luas ruang, fungsi ruang, isi


(38)

BAB II TINJAUAN DATA 25 ruang, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan lunak, karpet, udara di dalam ruang dan pengaruh lingkungan sekitarnya, akustik yang perlu diperhatikan dalam sebuah ruang untuk mampu meredam bunyi bising yang ditimbulkan dengan persyaratan tingkat kebisingan. (Francis D. K. Ching, 1996; 33).

2.1.4.5 Fasilitas

Fasilitas adalah salah satu kategori elemen desain yang pasti ada dalam desain interior. Fasilitas menjadi perantara antara ruang dengan manusianya, menawarkan adanya transisi bentuk dan skala antara ruang interior dengan individunya. Selain memenuhi fungsi- fungsi khusus, fasilitas menyumbang karakter visual dari suatu tatanan interior. Bentuk, garis, warna, tekstur, dan skala masing- masing benda maupun pengaturan spasialnya, memainkan peranan penting dalam membangun sifat ekspresi dari suatu ruang. (Francis D. K. Ching, 1996, ; 241).

Penyusunan fasilitas harus disesuaikan dengan kebutuhan guna kenyamanan civitas, sedang fungsinya tidak dipisahkan dengan faktor estetika. Dengan pengaturan fasilitas yang sedemikian rupa, penggunaan bahan yang aman serta hal penting adalah dimensi atau setandar-setandar perancangan agar mampu memberikan kenyamanan bagi civitas. Pada setiap desain hal yang paling penting dipertimbangkan adalah dimensi dimensi ruang dan fasilitasnya yang sesuai dengan antropometri manusia sebagai pemakainya. Terlebih lagi dimensi – dimensi ruang dan fasilitas untuk publik, yang terdiri da ri berbedaan jenis kelamin, usia, maupun kondisi fisik yang tidak sama baik itu menyangkut dimensinya maupun cacat atau normal. ( Nuefert 1990 ).

Beberapa fasilitas pendukung pada interior TFA Football Training Center dengan standarisasi dimensi yang telah ditetapkan.


(39)

BAB II TINJAUAN DATA 26 a. Fasilitas Ruang Makan

Ga mbar 2.7 Dimensi / jara k sirku lasi area makan dengan me ja 4 orang Sumber : Hu man Dimention

b. Fasilitas Ruang tidur

Ga mbar 2.8 Dimensi Fasilitas te mpt tidur Sumber : Hu man Dimention


(40)

BAB II TINJAUAN DATA 27 c. Fasilitas Almari

Ga mbar 2.9 Dimensi / sirku lsai area te mpat penyimpanan Sumber : Hu man Dimention

d. Ruang Kelas

Ga mbar 2.10 Dimensi / sirkulasi ruang belajar Sumber : Hu man Dimension


(41)

BAB II TINJAUAN DATA 28 e. Fasilitas Fitnes

Ga mbar 2.11 A lat Fitness Treadmill dan Leg press Sumber : http://www.sportindo.com/

f. Fasilitas Ruang Kantor

Ga mbar 2.12 Dimensi/ sirkulasi area kantor Sumber : Hu man Dimension Treadmill ( L, W, H ) ( 50

cm x 120 c m x 150 c m )

Leg press ((L, W, H) ( 80" x43" x72 )


(42)

BAB II TINJAUAN DATA 29 g. Fasilitas Perpustakaan

Ga mbar 2.13 Dimensi ra k buku dan sirkulasi pengguna ruang pada perpustakaan Sumber : Hu man Dimension


(43)

BAB II TINJAUAN DATA 30

2.2

Data Lapangan

2.2.1 Data Fisik a. Denah Lokasi

Ga mbar : 2.14 Denah Lokasi Sumber : Mahasiswa

Lokasi dari TFA football Training Center berada di Jln. Melati Denpasar, yaitu tepatnya di GOR Ngurah Rai sekitar ± 5 km dari pusat kota. Menemukan lokasi TFA Football Tra ining Center tiadak terlalu sulit, karena lokasi tersebut merupakan sentra olahraga yang ada di De npasar.

TFA SOCCER TRAINING CENTER Jl. Melati, Gor Ngurah Rai, Denpasar


(44)

BAB II TINJAUAN DATA 31 Secara fisik bangunan TFA Football Tra ining Center mempunyai batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : ex. Bank Indonesia Sebalah Timur : Lapangan Sepakbola

Sebelah Selatan : Merupakan area parkir GOR Ngurah Rai Sebelah Barat : Bimbingan belajar Ganesa Operation ( GO ) b. Potensi Site

1. Sinar matahari

Bangunan dari TFA Soccer Tra ining Center menghadap ke selatan, sehinggga bagian depan ( entrance ) tidak terlalu panas oleh sinar matahari. 2. Curah hujan

Curah hujan di lokasi ini sedang karena berada pada daerah tropis, siklus pergantian musim enam bulan sekali sehingga tidak terlalu berpengaruh pada kondisi fisik bangunan.

3. Suara

Letak dari TFA Soccer Training Center, memiliki area khusus, sehinggga meminimalisir kebisingan, karena lokasinya sedikit ke dalam dan memeilki jarak antara areal parkir yang cukup jauh, sehinggga tidak menyebabkan kebisingan yang tinggi.

4. Angin

Bangunan ini banyak dikelilingi pepohonan yang berfungsi sebagai penghijauan kota, sehingga hembusan angin tidak terlalu kencang.

c. Data bangunan rencana TFA Football Training Center

Bangunan yang akan digunakan pada Desain Interior TFA Football Tra ining Center adalah pengalihfungsian dari Galery Perak yang terletak di Mas Ubud, dengan Lokasi yang dipilih adalah Jl. Melati Denpasar. Bangunan terdiri dari dua lantai, dengan keluasan keseluruhan adalah 2430 m2


(45)

BAB II TINJAUAN DATA 32

Ga mbar 2.15 Denah Lantai I dan II Sumber : Mahasiswa

Dari data awal bangunan terdiri dari dua lantai, merupakan kantor puasat pengelola dari sebuah kerajinan perak di Mas Ubud Gianyar – Bali. Adapun oarganisasi ruang dari data lapangan adalah sebagai berikut;

Lantai I terdiri dari ruang Lobby, R. Kantor Pelayanan dan Edukasi, R. Kantor Kabid Koleksi beserta Staff.

Lantai II terdiri dari ruang Stock penyimpanan, R. Kepala galeri dan staff, serta R. Kabid kepegawaian.


(46)

BAB II TINJAUAN DATA 33

Ga mbar 2.16 Ta mpa k Depan dan Sa mping Bangunan Sumber : Mahasiswa

Ga mbar 2.17 Potongan A – A dan B – B Sumber : Mahasiswa

Material yang digunakan pada bangunan data awal adalah sebagai berikut :

Dinding; menggunakan material batu bata dengan finising cat tembok warna cream

Lantai; menggunakan material granit dan keramik yang masing – masing berukuran; Granit 60 x 60 cm dan keramik 30 x 30 dengan warna cream dan putih Plfon; menggunakan material kalsiboard 4 mm, dengan finising cat tembok warna putih.

Pintu; menggunakan jenis pintu panil dengan material kayu bengkirai serta finising vernis.

Jendela; menggunakan material kaca 3 mm

Atap; menggunakan rangka baja Uk -100 serta penutup atap menggunakan material genteng.


(47)

BAB II TINJAUAN DATA 34 2.2.2 Data Non Fisik

a. Kasus : TFA Football Tra ining Center

b. Lingkup usaha : Pembinaan atlet sepak bola usia muda c. Pengelola : KONI Bali ( di bawah PSSI )

d. Alamat : Jl. Melati ( GOR Ngurah Rai )

e. Luas bangunan : 2430 m2

f. Tahun berdiri : 2011

g. Jam operasional : Pengunjung ( orang tua siswa ) 07.30 – 19.00

: Pengelola 06.30 – 21.00

h. Jumlah staff : 18

Pelatih utama : 1

Dokter ( ahli gizi dan ahli fisik ) : 2

Pelatih Fitness : 2

Asisten pelatih : 6

Guru privat : 2

Resepsionis : 1

Staff kebersihan : 3

Staff keamanan : 1

i. Jumlah atlet : 44 atlet

j. Lama pelatihan : 2 – 4 Tahun k. Visi

Menjadi sebuah lembaga pembentukan pemain sepak bola usia muda yang pertama dengan pelatihan modern

l. Misi

Membentuk mental dan karakter pemain sepak bola usia muda, untuk menjadi pemain bola professional guna mendongkrak persepakbolaan di Indonesia, baik pada level klub maupun Timnasional.


(48)

BAB II TINJAUAN DATA 35 m. Struktur Organisasi

n. o.

Bagan 2.1 Struktur Organisasi Sumber : SSB Sukabumi

PSSI Pusat

PSSI Daerah

Kepala sekolah ( pelatih Utama )

KONI daerah

Guru Privat

Atlet

Dokter Pelatih

Fitness Resepsionis Asst. pelatih


(49)

BAB II TINJAUAN DATA 36 n. Pola aktivitas secara umum

Aktivitas pengunjung Aktivitas Atlet Aktivitas pegawai

Bagan 2.2 Pola A ktiv itas Pengunjung, Atlet dan Pengelola

Pintu masuk (utama) Lobby

Area tunggu

Area informasi

Kantor Asrama Perpustakaan

Pintu masuk pegawai

Loker staff

kantor

R. Fitness

R. Kelas Pintu masuk


(50)

BAB II TINJAUAN DATA 37 o. Jadwal kegiatan atlet Sepak Bola

Atlet dibagi menjadi 2 ( dua ) kategori yaitu anak – anak dan remaja. Anak – anak berumur 10 – 13 tahun dan remaja 13 – 16 tahun

JADWAL PELATIHAN PERMINGGU ( ANAK – ANAK )

No Waktu KEGIATAN Instruktur Tempat

1. 2. 3. 4. 5. 6.

07.30 – 11.30 15.00 – 15. 45 15.45 – 16.00 16.00 – 17.30 18.00 – 19.00 19.30 – 21.00

Sekolah Formal dimasing

– masing sekolah Teori Sepak Bola

Pemanasan Fisik ( dalam ruangan ), chek Up

Skill ( game sesama atlet ) Persiapan istirahat malam ( makan malam )

Mengerjakan tugas – tugas sekolah

Tanggung jawab lembaga Pelatih & Asst Pelatih Fisik, Dokter fisik Pelatih & Asst Dokter ahli gizi

Guru privat

R. teori sepak Bola R. Gym, R. cek up Lapangan Sepak Bola R. makan

Area tempat makan

JADWAL PELATIHAN PERMINGGU ( REMAJA )

No Waktu KEGIATAN Instruktur Tempat

1. 2. 3. 4. 5. 6.

07.30 – 11.30 15.00 – 15. 45 15.45 – 16.00 16.00 – 17.30 18.00 – 19.00 19.30 – 21.00

Sekolah Formal dimasing

– masing sekolah Teori Sepak Bola

Pemanasan Fisik ( dalam ruangan ), chek Up

Skill ( game sesama atlet ) Persiapan istirahat malam ( makan malam )

Mengerjakan tugas – tugas sekolah

Tanggung jawab lembaga Pelatih & Asst Pelatih Fisik, Dokter fisik Pelatih & Asst Dokter ahli gizi

Guru privat

R. teori sepak Bola R. Gym, R. cek up Lapangan Sepak Bola R. makan

Area tempat makan

Bagan 2.3. Jadwa l kegiatan atlet Su mbe r : SSB Su kabumi


(51)

BAB II TINJAUAN DATA 38

2.3

Data Parameter

Ga mbar 2.18Interior Fitness

Sumber : http://2.bp.blogspot.com/_2rKwBHEjvfY

Ga mbar 2.19 Restoran dengan konsep bola di Ja karta Su mber : http://2.bp.blogspot.com/

Ga mba r 2.20 Interior restoran Su mbe r : http://4.bp.blogspot.com

Pola penataan yang melingkar, menghadirkan kesan dinamis dan modern

Mengambil warna dan pola bola, sehingga mampu mencerminkan konsep

Bentuk bulat pada

plafon, serta

penggunaan warna clean dengan sedikit sentuhan kontras, menghilangkan kesan monoton pada ruang dan pemilhan materila

kaca untuk

menghadirkan kesan modern


(52)

BAB II TINJAUAN DATA 39

Ga mba r 2.20 Perpustakaan Su mber : www.google.co m

Ga mba r 2.21 Perpustakaan Su mber : www.google.co m

Penerapan lantai polos tanpa pola, mampu menghadirkan kesan besar atau luas pada ruang

Adanya permainan warna kontras pada ruang mampu memberikan efek segar terhadap suasana ruang


(53)

BAB III KONSEP DESAIN 40

BAB III

KONSEP DESAIN

3.1 Kosep Desain

3.1.1 Latar Belakang Konsep

Olah raga sepak bola adalah olahraga yang dinamis, selalu bergerak ketika pertandingan, begitu juga dengan sarana – sarana pendukung dari olah raga sepak bola, selalu berubah, baik stadion, kostum, bahkan peraturan sekalipun. Ini mengindikasikan bahwa sepak bola tidak lagi dikenal hanya sebagai olah raga menendang bola dan mencetak gol, bahkan lebih kepada life style. Contoh misalnya pembangunan stadion dengan bentuk – bentuk modern, kostum lebih sporty, penggunaan material rumput yang memang didesain khusus, ini artinya bahwa sepakbola sudah menjadi industri di negara – negara maju di dunia.

Ga mbar 3.1 Stadion Wemb ley London dan SUGBK di Jakarta

Sumber : www. Google . com

Ga mbar 3.2 Bola


(54)

BAB III KONSEP DESAIN 41

Ga mbar 3.3 Kostum dan pema in Timnas

Sumber : www. Google . com

Melihat gambar ( 3.1, 3.2 dan 3.3 )di atas baik stadion, bola, serta konstum pemain terus berkembang dengan sentuhan – sentuhan modern ke dalamnya, seiring dengan tuntutan jaman.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dipilih Modern Sporty sebagai konsep desain.

3.1.2 Penjabaran Konsep a. Etimologi

1. Modern merupaka istilah bahasa inggris yaitu memiliki arti kekinian atau terbaru. ( M. Echols, Jhon, Shadily, Hasan, 1976 ; 384 )

2. Sporty berasal dari bahasa inggris yaitu sesuatu yang menyolok. ( M. Echols, Jhon, Shadily, Hasan, 1976 ; 546 )

3 Modern Sporty dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dengan olahan – olahan atau sentuhan – sentuhan kontras di dalamnya.

b. Perkembangan Asitektur modern

Arsitektur modern merupakan perkembangan dari klasik barat, yang berubah secara revolusioner sejalan dengan Revolusi Industri mulai awal abad XIX dengan terjadinya perubahan besar – besaran dalam pola hidup dan pola pikir. ( Yulianto,1997; 2 ). Di awal abad ke XX yaitu antara tahun 1880 hinga 1890 terjadi revolusi industri ke dua yaitu penggunaan mesin secara besar – besaran dan bermunculan bengunan – bangunan seperti; lapangan terbang, hanggar dan bioskop. Lebih dari itu timbulnya system pabrikasi di mana sebagian besar elemen bangunan dibuat di pabrik, menggunakan mesin – mesin, teknologi


(55)

BAB III KONSEP DESAIN 42 baja tuang dan sebagainya, sehingga pembangunan dapat diselesaikan dalam waktu singkat.

Arsitektur modern adalah arsitektur yang menghitungkan aspek fungsionalisme, meninggalkan hiasan atau ornamen – ornamen bentuk lama, dilain pihak menonjolkan kemajuan teknologi, konstruksi dan struktur bangunan. Ciri utama dari gaya modern yang melanda dunia pada akhir abad XIX dan awal abad XX adalah; asimetris, kubis atau semua sisi ( depan samping dan belakang ), dalam komposisi dan kesatuan bentuk, elemen bangunan jendela, dinding, atap dan lain – lainnya menyatu dalam komposisi bangunan. ( Sumalyo, Yulianto,1997; 65 ).

c. Bentuk

Bentuk yang akan diangkat menjadi konsep adalah kedinamisan dari olah raga sepak bola yang cenderung berlari, bergerak, mengalir, dinamis. Sehingga menghasilkan desain yang tidak kaku.

Ga mbar 3.4 Bola dan Gawang


(56)

BAB III KONSEP DESAIN 43 Mengadopsi bentuk bola yang flexible, serta gawang yang memberikan kesan kokoh, dan memiliki karakter, ketika perpaduan lengkung dan lurus di satukan.

Ga mba r 3.5 Restoran dengan konsep bola di Ja karta

Su mbe r : http://2.bp.blogspot.com/_2rKwBHEjvfY/ S6HKIVq BEOI

d. Warna

Pada dasarnya konsep warna merupakan penggabungan dari warna – warna modern dan sporty. Warna modern cenderung clean dan smoht, yang dihasilkan dari perkembangan teknologi seperti besi, baja, stainless, kaca dan fiber.

Ga mba r : 3.6 Warna – warna Modern Su mber : foru minspirasi.wo rdpress.com

Warna sporty adalah warna – warna yang menggairahkan dan cenderung lebih kontras.


(57)

BAB III KONSEP DESAIN 44 e. Material

Konsep material mengaplikasikan dari bahan – bahan modern yang umum dipakai pada desai modern.

Ga mbar 3.8 material kaca, stainlesstil dan lantai Granit Sumber : gara ma -parraya.blogspot.com/2010_08_01

Ga mbar 3.9 Fiber, Besi dan Ba ja Sumber : foru minspirasi.wordpress.com

f. Pencahayaan dan penghawaan

Pencahayaan yang digunakan pada TFA Football Training Center adalah pencahayaan alami dan buatan, dilihat dari potensi site dengan bangunan yang menghadap ke selatan masih memungkinkan untuk memberikan pencahayaan alami, pencahayaan buatan merupakan sarana untuk membantu penerangan di malam hari dan berfungsi juga untuk aksen – aksen tertentu.

Konsep pencahaayan yang diaplikasikan pada TFA Football Tra ining Center adalah 60 % pencahayaan buatan dan 40 % alami, hal ini diprhitungkan karena menyesuaikan dengan aktivitas, yang memang ada ruang – ruang yang perlu penambahan cahaya buatan.

g. Konsep ruang

Konsep ruang merupakan pola – pola dari ruang cluster, memaduka unsur lengkung di dalamnya

Ga mbar 3.10 Ruang Cluster


(58)

BAB III KONSEP DESAIN 45

3.2 Kreteria Desain

Untuk mewujudkan desain interior TFA Football Training Center sesuai dengan konsep, maka kreteria sebagai berikut :

a. Aman

Setiap desain atau perwujudan tidak menggangu aktivitas satu dengan yang lainnya dan setiap perwujudan mampu memberikan keamanan pada pemakai. Sehingga orang yang melakukan aktivitas merasa aman.

b. Lancar

Mudah dalam pencapaian sirkulasi serta dapat memenuhi keleluasaan gerak dan tidak mengganggu aktivitas pada areal atau ruangan lain.

c. Komunikatif

Hubungan antar ruang saling berkaitan, mudah dikenali dan mudah dalam pencapaian sehingga terwujud suatu hubungan yang lancar dan cepat antara civitas dan aktivitas. d. Efisien

Pemanfaatan ruang secara maksimal dengan tetap mempertimbangkan ruang spasial dan setiap perwujudan tetap memperhatikan biaya.

e. Ergonomis

Perwujudan ruang, utilitas, dekorasi, dan lain–lain dapat memberikan rasa aman dan nyaman, sesuai dengan antopometri manusia sehingga pengunjung dan karyawan merasa nyaman berada dalam ruang.

f. Estetis

Semua perwujudan interior, eksterior dan arsitektur mengandung unsur keindahan di dalam menunjang suasana/ nuansa ruang yang ingin dicapai, sehingga dapat memberikan kesan tersendiri dan dapat menarik banyak pengunjung.


(59)

BAB IV PEMBAHASAN 46

BAB IV

ANALISA DESAIN

4.1Program Ruang Secara Umum

Ruang pada TFA Football Training Center didesain berdasarkan pertimbangan civitas dan aktiviyas di dalamnya. Secara fisik bangunan TFA Football Training Center terdiri dari dua lantai, lantai pertama adalah ruang Lobby, Asrama dan Ruang Kelas, sedangkan lantai dua adalah Kantor, Perpustakaan dan Ruang Fitness. Program ruang secara umum pada TFA Football Training Center dapat di lihat pada table berikut :

TABEL 4.1 PROGRAM RUANG Lt. I

No Area Keterangan

1 Pintu masuk Pintu masuk merupakan central dari bangunan ini, terletak dibagian depan bangunan, yang berfungsi sebagai jalur sirkulasi utama dan merupakan jalur utama untuk menuju ruang – ruang yang lain.

2 Lobby Lobby merupakan area publik yang pertama dimasuki sebelum keruang – ruang lainnya, pada area Lobby terdapat area resepsionis, area tunggu, wc, loker dan dapur staff.

3 Resepsionis Terletak di tengah – tengah lobby, berada di lantai I, merupakan pusat informasi, sekaligus mengayomi ruang – ruang yang lainnya.

4 Area tunggu Area tunggu berada di depan resepsionis, area ini berfungsi sebagai tempat tunggu, pengunjung yang datang.

5 Ruang kelas Ruang ini berada di sebelah timur bangunan lantai I, memiliki akses khusus untuk mencapai ruang tersebut, tanpa melalui pintu utama. Sehingga tidak terjadi mis sirkulasi. Ruang ini berfungsi sebagai ruang belajar teori sepak bola, menampung 22 atlet, itu disesuikan dengan tingkatan umur dari masing –


(60)

BAB IV PEMBAHASAN 47 masing atlet.

6 Ruang tidur Ruang tidur terletak di sebelah barat dari bngunan lantai I, area ini dipilih agar dapat mengkondisikan dengan area luar ( taman ), sehingga terkesan lapang, karena aktivitas di ruang tesebut cukup padat, memiliki akses khusus tanpa melalui pintu utama dari bangunan. Dihuni 44 orang atlet dan 1 orang pengawas, terdapat 4 kamar tidur atlet dan 1 kamar pengawas, masing – masing kamar atlet menampung 12 orang disesuaikan dengan tingkata n umur dari masing – masing atlet sepak bola, yang training camp di TFA Football Tra ining Center

7 Area makan Ruang makan terletak satu area dengan ruang tidur, ini dikarenakan aktivitasnya menjadi satu kesatuan, terbagi menjadi 2 area, yaitu; area makan dalam dan area makan luar, tetapi masih dalam satu area sirkulasi

8 Loker staff Terletak bersebelahan dengan resepsionis, dan memiliki akase khusus, tanpa melalui pintu utama, ruang ini berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan staff, selama bekerja.

9 Dapur staff Area ini mejadi satu dengan loker tetapi masih ada dinding pemisah, sehingga fungsi ruang lebih jelas. Area ini digunakan untuk membuat minuman bagi para atlet ataupun pegawai, serta memasak dengan skala kecil.

10 Kamar mandi Area ini terletak di belakang resepsionis, dan bersebelahan dengan tangga menuju lantai II, sehingga tidak terlalu sulit dalam menjangkaunya.


(61)

BAB IV PEMBAHASAN 48 TABEL 4. 2 PROGRAM RUANG Lt. II

No Area Keterangan

1 Area tunggu Area ini terletak di depan tangga lantai II, merupakan area tunggu pengunjung yang ingin bertemu salah satu staff atau pegawai.

2 Kantor Kantor terletak di tengah – tengah antara ruang fitness, dan perpustakaan, merupakan pusat di mana kegiatan berlangsung, kantor ini terdiri dari, ruang rapat, ruang pelatih utama, Asst. pelatih, ruang dokter, ruang pelatih fitness, dan ruang guru. Adapun penjelasan masing – masing ruang :

- Ruang pelatih utama merupakan ruang pimpinan dari lembaga TFA Football Tra ining Center,

- R. asst. pelatih merupakan ruang pendamping dari pelatih utama.

- Ruang dokter terletak di lantai II, terdapat 2 ruang dokter, dokter fisik dan dokter gizi. - Ruang pelati fitness, ruang ini berdekatan

dengan ruang dokter dan ruang guru.

- Ruang guru merupakan ruang tempat beraktivitas para guru, yang letaknya berdekatan dengan ruang pelatih fitness, karena masih dalam satu area.

- Ruang rapat terletak di tengah – tengah ruang pelatih, asst. pelatih, dokter, pelatih fitness, guru dan ruang tunggu, merupakan tempat berkumpul para pegawai, untuk melakukan diskusi atau rapat.

- Ruang tunggu, dikondisikan berada dekat dengan area tanggga yang merupakan area sirkulasi lantai I dan II, sehinggga area ini


(62)

BAB IV PEMBAHASAN 49 mudah dalam penjangkauan.

3 Ruang perpustakaan Ruang perpustakaan berada di timur bangunan lantai II, selain melalui akses utama untuk menuju perpustakaan, ruang ini juga memilki akses khusus yang di peruntukkan bagi atlet dan staff. Ruang ini berfunsi sebagai sarana informasi baik berupa media cetak maupun media elaktronik, informasi yang dapat diperoleh adalah tentang sepak bola ataupun untuk menunjang pengetahuan formal akademik dari para atlet.

4 Ruang fitness Ruang ini terletak di sebelah barat bangunan lantai II, yang berdampingan dengan ruang kantor. Ruang ini berfungsi untuk menjaga stamina dari para atlet. 5 Loker Loker berada satu area dengan rung fitness, bertujuan

untuk memudahkan dalam pengambilan peralatan gym.

6 Ruang Chek Up Ruang ini berada satu area dengan ruang fitness, bertujuan untuk mengecek stamina dari para atlet, seberapa lama atlet mampu melakukan aktivitas gym. 7 Kamar mandi Berada di belakang area kantor, memudahkan para


(63)

BAB IV PEMBAHASAN 50 4.2 Hubungan Ruang

Pola ruang dalam desain interior TFA Football Training center didapat melaluai adanya hubungan kedekatan antar ruang. Hubungan tersebut akan dijelaskan melalui bagan berikut:

KETERANGAN

Ga mbar 4.1 Hubungan Ruang Sumber : mahasiswa


(64)

BAB IV PEMBAHASAN 51 4.3 Analisa Sonasi

Ga mbar 4.2 Sonasi Lt. I & II Sumber : Mahasiswa

Untuk memudahkan aktivitas dan sirkulasi dalam ruang, zona-zona yang ada dalam ruang diurutkan sesuai dengan urutan aktivitas pemakai ruang.

Menurut sifatnya, zona pada TFA Football Training Center terbagi atas tiga yaitu zona privat, semi publik dan publik.

1. Zona pr ivate yaitu ruang tidur, loker, dapur, ruang chek up,dan kantor 2. Zona semi public yaitu ruang makan, ruang fitness, ruang kelas

3. Zona public yaitu area lobby, perpustakaan area tunggu dan akses menuju lantai dua.


(65)

BAB IV PEMBAHASAN 52 4.4 Analisa Sirkulasi

Ga mbar 4.3 Sirkulasi Lt. I dan II Sumber : Mahasiswa

Sirkulasi diorganisir dan dibuat bersinambungan menjadi lalu lintas agar kegiatan menjadi lancar. Dari pembagian sonasi berdasarkan sifat ruang diatas maka ditentukan area berdasarkan jenis aktivitas serta hubungan antar aktivitas di dalamnya yang menentukan jalur sirkulasi. Berikut penjabarannya :


(66)

BAB IV PEMBAHASAN 53 1. Sirkulasi pada Desain Interior TFA Football Training Center ini terbagi

menjadi tiga yaitu sirkulasi pengunjung, pengelola dan atlet

2. Pembagian jalur sirkulasi pengunjung yaitu melalui pintu masuk (Main Entrance) sedangkan untuk sirkulasi staff dan atlet melalui pintu yang dibuat khusus untuk mencapai ruang – ruang tertentu, sehingga menciptakan efesiensi sirkulasi.

4.5 Civitas Dan Aktivits a. Kepala pelatih

1. Bertanggujawab mengenai kegiatan operasional

2. Mengadakan rapat dan mengevaluasi hasil tugas dari masing – masing staff

3. Skema aktivitas

Datang - memasuki ruangan – mengecek latihan – melatih – mengadakan rapat ( waktu tertentu ) – menerima tamu ( waktu tertentu )

4. Kebutuhan a. Meja kerja

b. Kursi kerja dan kursi hadap c. Sofa dan meja tamu

d. Rak arsip b. Dokter ( ahli gizi )

1. Mengatur menu makanan yang sesuai untuk atlet sepak bola 2. Mengecek kesehatan para atlet

3. Skema aktivitas

Datang – memasuki ruangan – memberikan resep makan sehari – hari – mengecek kesehatan atlet ( seminggu sekali )

4. Kebutuhan a. Meja kerja b. Kursi kerja

c. Rak peralatan medis c. Dokter ( ahli fisik )

1. Mengecek kondisi fisik para atlet sepak bola


(67)

BAB IV PEMBAHASAN 54 3. Skema aktivitas

Datang – memasuki ruangan – melakukan pengecekan 4. Kebutuhan

a. Meja kerja b. Kursi kerja

c. Rak peralatan medis

d. Asisten pelatih ( sepak bola dan fitness ) 1. Mendampingi latihan

2. Memberikan laporan hasil pelatihan kepada pelatih utama 3. Skema aktivitas

Datang – memasuki ruangan staff – melatih 4. Kebutuhan

a. Meja b. Kursi e. Guru privat

1. Membantu menyelesaikan tugas – tugas dari sekolah 2. Memberikan pelajaran formal pada atlet

3. Skema aktivitas

Datang – memasuki ruangan staff – mengajar ( waktu yang sudah ditentukan )

4. Kebutuhan a. Meja kerja b. Kursi kerja f. Resepsionis

1. Menerima tamu yang dating

2. Memberikan informasi singkat mengenai lembaga 3. Kebutuhan

a. Meja resepsionis b. Kursi kerja g. Atlet

1. Belajar dasar sepak bola


(68)

BAB IV PEMBAHASAN 55 3. Berlatih fisik dan mental

4. Tidur 5. Makan

6. Skema aktivitas

Berangkat kesekolah ( tanggung jawab lembaga ) – pulang sekolah – makan siang – istirahat – latihan fisik dalam ruangan – mengikuti kelas teori khusus sepak bola – latihan di lapangan bola – istirahat – mengikuti chek up rutin – makan malam – mengerjakan tugas – tugas sekolah – tidur 7. Kebutuhan

a. Ruang gym beserta peralatan

b. Ruang kelas beserta peralatan ( perpustakaan ) c. Lapangan sepak bola

d. Ruang makan e. Ruang tidur f. Ruang chek up


(1)

BAB IV PEMBAHASAN 72

4.11.1 Meja Resepsionis

Menggunakan material fiber, serta kaca sebagi top meja, dapat menghadirkan kesan modern yang bersih, serta penambahan warana kontras bertujuan untuk menarik perhatian, karena area ini berfungsi sebagai layanan informasi. Pola penataan resepsionis yang melingkar bertujuan untuk mengaplikasikan konsep bola yang dipakai.

Ga mbar 4.13 Desain Meja resepsionis Sumber : Desain Mahasiswa 4.11.2Meja Tunggu

Menggunakan material fiber dengan kombinasi warna putih hitam, yang mengambil warna dari bola, serta bentuk yang mengikuti ruang sehingga berintegrasi terhadap ruang. Penggunaan material fiber selain mudah perawatan juga tahan terhadap cuaca serta menimbulkan kesan elegan dan clean.

Ga mbar 4.14Desain me ja tunggu Sumber : Desain Mahasiswa


(2)

BAB IV PEMBAHASAN 73

4.11.3Meja belajar

Fasilitas meja belajar terbuat dari bahan fiber, mudah dibersihkan, kuat, serta menimbulkan efek modern, pemilihan warna hitan dan putih adalah mengambil warna bola.

Ga mbar 4.15 Desain Meja Be laja r Sumber : Desain Mahasiswa 4.11.4 Rak Buku Perpustakaan

Rak buku pada perpustakaan menggunakan bahan fiber, dengan finising cat duco glossy warna putih, hitam dan hijau, untuk menghadirkan kesan modern.

Mengaplikasikan bentuk bola dengan mengurangi sudut – sudut tajam, menghadirkan tekstur halus dan glossy.

Ga mbar 4.16 Desain Rak buku Sumber : Desain Mahasiswa


(3)

BAB IV PEMBAHASAN 74

4.11.5 Meja baca

Menggunakan material fiber dengan rangka besi finising crhoome serta cat duco

glossy warna merah dan hijau, menganbil warna hijau dari lapangan sepak bola serta warna merah dari kartu merah sehingga mampu mengaplikasikan unsur – unsur sepak bola kedalam ruang.

Ga mbar 4.17 Desain Kursi dan Meja baca perpustakaan Sumber : Desain Mahasiswa

4.12 Gagasan Desain TF A F ootball Training Center

Ga mbar 4.18 Gagasan Desain Su mbe r : Desain Mahasiswa


(4)

BAB V PENUTUP 75

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagi berikut :

1. TFA Football Training Center merupakan lembaga pembinaan atlet sepak bola usia muda, yang dirancang untuk memberikan sebuah pengetahuan mendalam dan dasar dari sepakbola, untuk menjadi pemain sepakbola berkarakter guna mendongkrak persepakbolaan di Indonesia. Dengan penggabungan metode pembelajaran terori dan praktek. Bangunan terdiri dari 2 ( dua ) lantai; lantai 1 ( satu ) terdiri dari Lobby, Ruang tidur atlet, dan Ruang belajar. Lantai II ( dua ) terdiri dari Kantor pegawai, Perpustakaan dan Ruang Fitness.

2. Konsep yang diaplikasikan pada desain TFA Football Training Center adalah

Modern Sporty. Konsep ini diambil karena olahraga sepak bola terus berkembang, bahkan sudah menjadi Life Style tersendiri bagi mereka yang menggelutinya. Karakter dari desain nantinya adalah flexible dan dinamis ini tidak lepas dari sifat olahraga sepak bola yang cenderung berlari. Memadukan betuk dasar bola dan unsur – unsur yang berkaitan dengan sepak bola menjadi pertimbangan proses desain.

5.2 Saran

1. Dalam mendesain sebuah Interior seperti halnya TFA Football Training Center harus sesuai dengan konsep yang telah dipilih, sesuai dengan kreteria desain, memperhatikan fungsi dari bangunan dan memiliki cirri khas tersendiri, sehingga mampu memberik daya tarik bagi pengunjung.

2. Dalam mendesain sebuah bangunan lokasi harus mendukung, dengan akses mudah, dan cepat untuk menjangkaunya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

D.K. Ching, Francis. 1996. Ilustrasi Desain Inter ior. Jakarta : Erlangga.

Hs, Soemarno. Dkk. 1987. Pedoma n Penyelengga raa n Perpustaka an Umu m. Jakarta: Proyek Pengembangan Perpustakaan Pusat Pembinaan Perpustakaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Karlen, Mark. 2007. Dasar Dasar perancangan Ruang. Jakarta: Erlangga M. Echlos, John dan Shadly, Hasasn.1995. Kamus Ingggris Indonesia. Jakarta:

Gramedia.

Neufert. E. 1990. Dta Arsitek. Jakarta: Djambatan.

Panero, Julius dan Zelnik, Martin. 1979. Dimensi Mnausia & Ruang Interior.

Jakarta. Erlangga.

Quible,Zane K. 2001. Administrative Office Management. Prentice Hall: New

Jerse.

Reznikoff, S.C. 1986. Interior Graphic And Desa ign Standards. New York:

Whitney Library of Design

Soegeng, St. Kostka. 1985. Pela ya na n da n Referensi Perpustakaa n Umum. Jakarta : Proyek Pengembangan Perpustakaan Departemen P dan K.

Somalyo, Yulianto.1997. Arsitektur Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada

Unirversity Press.

SSB Sukabumi. 2010. Komunitas Sekolah Sepak Bola Sukabumi. Sukabumi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Majalah Hunianku edisi 2001 : Tren Desain 2011.

Majalah serial Rumah edisi 2010 : Wall Desain

www.Google.com

http://id.wikipedia.com.