BAB II Gambaran Pelayanan SKPD OK

(1)

BAB II

GAMBARAN

PELAYANAN SKPD

ra globalisasi menuntut adanya perbaikan di segala bidang dalam rangka meningkatkan daya saing daerah selaku penyangga ekonomi nasional. Kabupaten Garut adalah salah satu kabupaten yang gigih melaksanakan berbagai aktifitas pembangunan dalam rangka mencapai visi dan misi pembangunan yang telah ditetapkan.

Dalam rangka optimalisasi pembangunan, idealnya setiap kabupaten sebagai daerah otonomi harus memiliki dan mampu mengelola sumber-sumber pendapatan sendiri. Kabupaten Garut sebagai salah satu daerah otonomi di wilayah Propinsi Jawa Barat hingga saat ini masih tergolong sebagai daerah yang memiliki PAD relatif rendah. Berkenaan dengan hal tersebut maka upaya-upaya penggalian berbagai potensi sumberdaya alam, baik hayati maupun non hayati perlu terus ditingkatkan dan diarahkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat.

Sektor peternakan, perikanan dan kelautan memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Oleh karenanya, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan terus berupaya melaksanakan berbagai program


(2)

pembangunan terkait tiga sektor tersebut. Menyadari penting dan mendesaknya tuntutan masyarakat dalam percepatan pembangunan di daerah, maka Pemerintah Kabupaten Garut telah menetapkan antara lain adanya Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan dalam rangka memberikan pelayanan optimal dalam pembangunan sektor peternakan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Garut.

Organisasi Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 14 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Garut (Lembaran Daerah kabupaten Garut Tahun 2008 Nomor 27) dan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pembentukan Dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Garut (Lembaran Daerah kabupaten Garut Tahun 2008 Nomor 38).

Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut merupakan salah satu unsur pelaksana pemerintah daerah yang berfungsi melaksanakan desentralisasi di bidang Peternakan Perikanan dan Kelautan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah. Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan adalah unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang Peternakan Perikanan dan Kelautan yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

2.1TUGAS , FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI 2.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi

Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut memiliki tugas pokok malaksanakan kewenangan Desentralisasi dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah dibidang Peternakan Perikanan dan Kelautan. Ruang lingkup tugas Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis dinas yang meliputi kesekretariatan, bina usaha, pembibitan dan pengembangan peternakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner , perikanan dan


(3)

kelautan, unit pelaksana teknis dinas serta kelompok jabatan fungsional berdasarkan visi dan misi serta tugas pokok dan fungsi dinas;

2. menyelenggarakan perumusan dan penetapan sasaran serta rencana kerja yang meliputi kesekretariatan, bina usaha, pembibitan dan pengembangan peternakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner, perikanan dan kelautan, unit pelaksana teknis dinas serta kelompok jabatan fungsional berdasarkan kebijakan umum dinas dan Standar Pelayanan Minimal;

3. menyelenggarakan dan mengkoordinasikan penyusunan dan penetapan rencana strategis (Renstra), Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU), Rencana Kerja Tahunan (RKT), Penetapan Kinerja (TAPKIN), Standar Operasional Prosedur (SOP), Standar Pelayanan (SP) Dinas serta mengkoordinasikan kebutuhan data dan informasi bagi penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dan laporan pertanggungjawaban akhir masa jabatan Kepala Daerah, Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) serta dokumen-dokumen perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, penilaian dan pelaporan kinerja lainnya;

4. penyelenggaraan perumusan dan menetapkan kebijakan teknis di bidang bina usaha, pembibitan dan pengembangan peternakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner, perikanan dan kelautan serta UPTD, berdasarkan visi dan misi serta tugas pokok dan fungsi dinas;

5. menyelenggarakan pembinaan, pengawasan, pengendalian monitoring, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pertanian yang meliputi peternakan, perikanan dan kelautan di daerah; 6. menyelenggarakan kebijakan pemerintah dan provinsi serta kebijakan

umum daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan bidang pertanian yang meliputi peternakan, perikanan dan kelautan;


(4)

7. memimpin, mengatur, membina, mengevaluasi, mengendalikan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang peternakan, perikanan dan kelautan..

Untuk melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi sebagaimana tersebut di atas maka pada organisasi Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan dibagi dalam struktur organisasi dan jabatan yang ada. Berdasarkan Peraturan Bupati Garut Nomor 536 Tahun 2012 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut, tugas pokok dan fungsi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelauatan adalah sebagai berikut:

1. Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Dinas:

a. perumusan pengaturan, dan pelaksanaan kebijakan teknis operasional dibidang Bina Usaha, Pembibitan dan Pengembangan Produk Ternak, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat Veteriner, perikanan dan kelautan;

b. pengendalian dan fasilitasi pelaksanaan koordinasi tugas dibidang bidang Bina Usaha, Pembibitan dan Pengembangan Produk Ternak, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat Veteriner, Perikanan dan Kelautan; c. pengelolaan sumber daya aparatur, keuangan, sarana dan Prasarana

Dinas;

d. Penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama dalam rangka pelaksanaan Bidang Bina Usaha, Pembibitan dan Pengembangan Produk Ternak, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat Veteriner, perikanan dan kelautan.

2. Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris:

a. penyusunan dan perumusan kebijakan bidang kesekretariatan;

b. pengkoordinasian dalam penyusunan perencanaan program bidang-bidang;

c. penyelenggaraan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan bidang umum, keuangan, serta perencanaan evaluasi dan pelaporan; dan


(5)

d. pelaksanaan koordinasi dan kerjasama untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

3. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Bina Usaha:

a. Menyelenggarakan perumusan rencana dan program kerja yang berkaitan dengan tugas Bidang Bina Usaha.

b. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi pengembangan pemasaran.

c. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi pengembangan usaha dan investasi.

d. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi pengolahan hasil dan pengendalian mutu.

e. Menyelenggarakan pembinaan pelaksanaan analisis usaha Peternakan Perikanan dan Kelautan

f. Menyelenggarakan pembinaan pelaksanaan pelayanan dan pengawasan perijinan usaha peternakan perikanan dan kelautan yang meliputi pelayanan informasi perijinan, prosedur dan tata cara permohonan ijin usaha.

g. Menyelenggarakan penyusunan pedoman dan petunjuk pemberian ijin serta rekomendasi kepada perusahaan yang akan memasukan atau mengeluarkan komoditi ke daerah sesuai peraturan yang berlaku.

h. Menyelenggarakan penyusunan pedoman pengembangan usaha permodalan peternakan perikanan dan kelautan instansi pemerintah swasta.

i. Menyelenggarakan bimbingan dan pengembangan pemasaran hasil yang meliputi analisis pasar, pemantauan dan penyebaran informasi pasar serta promosi hasil untuk pemasaran di dalam maupun di laur negeri. j. Menyelenggarakan koordinasi perumusan rencana kegiatan bidang usaha


(6)

k. Menyelenggarakan koordinasi penyiapan petunjuk pelaksanaan bidang usaha peternakan perikanan dan kelautan.

l. Menyelenggarakan koordinasi pembinaan terhadap pelaku usaha peternakan perikanan dan kelautan.

4. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pembibitan dan pengembangan produk ternak:

a. Menyusun program kerja bidang Pembibitan dan pengembangan produk ternak berdasarkan kebijakan teknis dan sasaran unit kerja yang bersangkutan serta kondisi dinamika masyarakat;

b. Penyusunan kebijakan teknis operasional bidang pembibitan dan pengembangan produk ternak;

c. Penyusunan bahan kebijakan operasional, fasilitasi, pedoman, standarisasi serta supervisi kegiatan yang berhubungan dengan pembibitan dan pengembangan produk ternak

d. Pengumpulan dan pengolahan data untuk melaksanakan pengendalian dan evaluasi

e. Penyiapan bahan pembinaan teknis untuk evaluasi dan pelaporan

5. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner:

a. Menyelenggarakan perumusan rencana dan program kerja yang berkaitan dengan tugas bidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner

b. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitas pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan

c. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitas pengamatan penyakit dan pengawasan obat hewan

d. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitas kesehatan masyarakat veteriner


(7)

e. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan yang berkaitan dengan bidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner

f. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja lain 6. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Perikanan:

a. Menyelenggarakan indentifikasi, Inventarisasi, analisis data faktor-faktor produksi dan potensi sumberdaya ikan dan potensi lahan budidaya.

a. Mnyelenggarakan perumusan bahan kebijakan operasinal budidaya ikan air tawar, air payau, dan di laut.

b. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan operasional pengadaan, penyaluran dan pemanfaatan benih ikan serta pengawasan mutu benih ikan dan Unit Pembenihan Rakyat (UPR).

c. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan operasional pencegahan dan pemberantasan hama penyakit, serta penyegahan dan penanggulangan pencemaran perairan.

d. Menyelenggarakan analisis kelayakan teknis budidaya, perbenihan dan pengendalian sumberdaya hayati.

e. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan operasional pengendalian, konservasi dan rehabilitasi sumberdaya hayati.

f. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan operasional pengkajian, perekayasaan, penyebarluasan dan pengembangan teknologi perikanan. g. Menyelenggarakan perumusan bahan fasilitasi, pedoman, rekomendasi,

standarisasi, monitoring dan supervisi kegiatan budidaya, perbenihan dan pengendalian sumberdaya hayati serta pengembangan teknologi perikanan.

h. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas bidang perikanan baik lisan, tulisan, berkala maupun insindetil.

i. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.


(8)

a. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan operasional pemanfaatan lahan dan pengelolaan tata ruang pesisir serta indentifikasi dan Inventarisasi potensi sumberdaya pesisir dan lautan.

b. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan operasional pemberdayaan masyarakat pesisir.

c. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan operasional pengadaan, penyaluran dan pemanfaatan sarana prasarana penangkapan.

d. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan operasional pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana pelabuhan (PPI dan TPI).

e. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan operasional pengawasan, pengamanan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan.

f. Menyelenggarakan perumusan kebijakan operasional konservasi dan pelestarian sumberdaya pesisir dan lautan.

g. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan operasional eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya pesisir dan lautan.

h. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan yang berkaitan dengan bidang kelautan.

i. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja lain

2.1.2 Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 24 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 7 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Garut, organisasi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut terdiri dari Kepala Dinas, Sekretaris dan lima bidang yaitu Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner; Bidang Pembibitan dan Pengembangan Produk Ternak; Bidang


(9)

Perikanan; Bidang Kelautan; dan Bidang Bina Usaha. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan juga dibantu oleh 40 Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) yang terdiri dari 11 UPTD Kabupaten dan 29 UPTD Wilayah.

Struktur organisasi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan sebagaimana diatur oleh Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 24 Tahun 2008 terdiri dari:

a. Kepala Dinas.

b. Sekretaris, membawahi : b.1. Sub Bagian Umum; b.2. Sub Bagian Keuangan;

b.3 Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.

c. Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, membawahi :

c.1. Seksi Pelayanan Kesehatan Hewan;

c.2.Seksi Sarana/Prasarana Kesmavet & Kesehatan Produk Ternak; c.2. Seksi Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Hewan.

d. Bidang Pembibitan dan Pengembangan Produk Ternak, membawahi : d.1. Seksi Standarisasi dan Sertifikasi Bibit;

d.2. Seksi Penyebaran dan Pengembangan Bibit;

d.3. Seksi Pelestarian Bibit Lokal dan Hewan Kesayangan.

e. Bidang Perikanan, membawahi : e.1. Seksi Budidaya;

e.2. Seksi Pembenihan dan Pengendalian Sumberdaya Hayati; e.2. Seksi Pengembangan Teknologi.

f. Bidang Kelautan, membawahi:

f.1. Seksi Eksplorasi dan Konservasi Kelautan;

f.2. Eksploitasi Sumberdaya Laut dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir; f.2. Sarana Prasarana Penangkapan


(10)

g. Bidang Bina Usaha, membawahi: g.1. Seksi Pemasaran;

g.2. Seksi Pengembangan Usaha dan Investasi; g.2. Pengembangan Hasil dan Pengendalian Mutu.

h. Unit Pelaksana Teknis Dinas ( UPTD ), terdiri dari : UPTD Kabupaten, meliputi :

1. UPTD Rumah Potong Hewan; 2. UPTD Pasar Hewan;

3. UPTD Bibit Ternak dan Hijauan Makanan Ternak; 4. UPTD Penanganan Mutu Hasil Ternak;

5. UPTD Laboratorium Peternakan; 6. UPTD Pos Kesehatan Hewan; 7. UPTD Klinik Hewan;

8. UPTD Balai Benih Ikan; 9. UPTD Balai Benih Ikan Hias; 10.UPTD Pasar Ikan;

11.UPTD Pangkalan Pendaratan Ikan.

UPTD Wilayah, terdiri dari: 1. UPTD Wil. Kec. Garut Kota 2. UPTD Wil. Kec. Tarogong Kaler 3. UPTD Wil. Kec. Tarogong Kidul

4. UPTD Wil. Kec. Samarang dan Pasirwangi 5. UPTD Wil. Kec. Kadungora

6. UPTD Wil. Kec. Leles

7. UPTD Wil. Kec. Limbangan dan Selaawi 8. UPTD Wil. Kec. Leuwigoong dan Cibiuk 9. UPTD Wil. Kec. Karangpawitan Sucinaraja 10.UPTD Wil. Kec. Bungbulang

11.UPTD Wil. Kec. Mekarmukti dan Caringin 12.UPTD Wil. Kec. Bayongbong dan Cigedug 13.UPTD Wil. Kec. Banyuresmi

14.UPTD Wil. Kec. Cibatu dan Kersamanah 15.UPTD Wil. Kec. Malangbong


(11)

17.UPTD Wil. Kec. Karang Tengah

18.UPTD Wil. Kec. Pakenjeng dan Pamulihan 19.UPTD Wil. Kec. Wanaraja

20.UPTD Wil. Kec. Pangatikan 21.UPTD Wil. Kec. Cikajang 22.UPTD Wil. Kec. Cilawu

23.UPTD Wil. Kec. Singajaya dan Peundeuy 24.UPTD Wil. Kec. Cisompet dan Cihurip 25.UPTD Wil. Kec. Cisurupan dan Sukaresmi 26.UPTD Wil. Kec. Cibalong

27.UPTD Wil. Kec. Banjarwangi

28.UPTD Wil. Kec. Cisewu dan Talegong 29.UPTD Wil. Kec. Cikelet dan Pameungpeuk

2.2 SUMBERDAYA SKPD

Sumberdaya yang dimiliki organisasi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut sangat menentukan terhadap pencapaian visi dan misi donas dan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi sumberdaya dalam rangka melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan organisasi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.

Sebagai organisasi perangkat daerah yang bertanggunjawab dalam pelaksanakaan kebijakan di bidang peternakan, perikanan dan kelautan, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan perlu terus berupaya mengembangkan diri untuk mewujudkan diri sebagai oganisasi profesional berdasarkan prinsip good governance. Upaya ini diwujudkan dengan melakukan analisis terhadap kondisi internal maupun eksternal organisasi yang terkait dengan peningkatan kinerja organisasi.

2.2.1 Sumberdaya Manusia

Ketersediaan potensi sumberdaya manusia aparatur serta yang memadai merupakan salah satu prasarat penting dalam pencapaian sasaran kinerja organisasi. Terkait dengan data kepegawaian, aparatur Dinas Peternakan Perikanan dan kelautan pada Tahun 2013 tercatat sebanyak 214


(12)

orang terdiri dari PNS sebanyak 118 orang, TKK sebanyak 39 orang dan SUKWAN sebanyak 58 orang. Data kepegawaian di Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan berdasarkan golongan/pangkat pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel.

Tabel 2.1.

Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan / Pangkat pada Tahun 2013

NO PANGKAT / GOLONGAN JUMLAH

1 Pembina, IV / c 1

2 Pembina tk. I, IV / b 5

3 Pembina IV / a 5

4 Penata tk. I, III/d 20

5 Penata, III/c 20

6 Penata Muda tk. I, III/b 17

7 Penata Muda, III/a 21

8 Pengatur tk. I, II/d 4

9 Pengatur, II/c 5

10 Pengatur Muda tk.I, II/b 12

11 Pengatur Muda II/a 7

12 Juru tk.I I/d -

13 Juru . I/c 1

14 Juru Muda Tk I I/b -

15 Juru Muda I/a -

16 Fungsional

Jumlah 118

Tabel 2.2.

Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan pada Tahun 2013

NO. SKPD

ESELON II ESELON III ESELON IV A B JUMLAH A B JUMLAH A B JUMLAH

1

Dinas Peternakan, Perikanan dan

Kelautan Kab. Garut


(13)

Tabel 2.3.

Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat pendidikan pada Tahun 2013

Pangkat/Gol.

Tingkat Pendidikan

Jumlah S-3 S-2 S-1 Diploma SLA SLP SD

IV 7 4 11

III 5 51 6 16 78

II 4 19 4 1 28

I 1 1

TKK 1 20 6 12 39

SUKWAN 5 6 42 3 1 58

Jumlah Pegawai : 214

2.2.2 Sarana Prasarana

Ketersediaan arana prasarana menjadi hal penting dalam mendukung lingkungan internal organisasi. Sarana prasarana merupakan salah satu penunjang yang akan mendukung kinerja organisasi. Selain memerlukan dukungan sumberdaya manusia, kinerja pelayanan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan juga perlu didukung oleh ketersediaan fasilitas dan sarana prasarana.

Keberadaan sarana prasarana mutlak diperlukan baik dalam bentuk aset bangunan, peralatan, kendaran operasional dan lain sebagainya. Saat ini sarana prasarana Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan masih sangat terbatas dan belum memenuhi kebutuhan pelayanan secara optimal. Sarana prasarana yang dimiliki Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut dalam mendukung pencapaian kinerja pelayanan diantaranya:

a. Kantor Dinas Jl. Patriot no. 14 seluas 748 meter2

b. Kantor dan lahan Balai Benih Ikan Bayongbong seluas 29.000 m2 c. Kantor dan lahan Balai Benih Ikan hias seluas 6.000 m2

d. Kantor dan lahan Balai Benih Ikan Pameungpeuk seluas 10.000 m2 e. Kantor dan lahan pasar ikan Tarogong seluas 2.000 m 2


(14)

g. Bangunan Rumah Potong Hewan (RPH) Cikajang seluas 100 m2 h. Bangunan Rumah Potong Hewan (RPH) Wanaraja seluas 400 m2 i. Bangunan RPH dan Pasar Hewan Limbangan seluas 2.535 m2 j. Pasar Hewan Wanaraja seluas 957 m2

k. Pasar Hewan bayongbong seluas 2.226 m2 l. Pasar Hewan cibodas seluas 370 meter2

m. Lahan Pamidangan Ketangkasan Domba Garut desa Rancabango 7.200 m 2

n. Kendaraan roda empat, sebanyak9buah terdiri dari:

- Truk Isuzu engkel No Polisi Z 8007 D

- Toyota Kijang mini bus No Polisi Z 47 D

- Toyota Kijang mini bus No Polisi Z 46 D

- Suzuki minibus No Polisi Z 247 D

- Mitsubishi mini bus No. Polisi Z 15 D

- Ford Ranger Base No. Polisi Z 8194 E

- Suzuki Pick Up No. Polisi Z 8092 E

- Daihatsu Grand Max Pickup No. Polisi Z 8097 E

- Isuzu Panther Pick Up No. Polisi Z 8040 D n. Kendaraan roda dua sebanyak 85 unit

Beberapa kendala dan permasalahan yang dihadapi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan terkait kondisi internal organisasi baik sumberdaya manusia maupun sarana prasarana adalah sebagai berikut:

1. Belum optimalnya kapasitas sumberdaya manusia aparatur baik dari segi jumlah maupun tingkat pendidikan bila dibandingkan dengan kriteria ideal;

2. Masih minimnya petugas lapangan bila dibandingan dengan wilayah kerja Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan yang cukup luas;

3. Belum optimalnya sinkronisasi antara perencanaan dengan pelaksanaan pembangunan akibat minimnya anggaran sehingga kemampuan dinas dalam memfasilitasi kebutuhan masyarakat terkait pembangunan di sektor peternakan, perikanan dan kelautan masih terkendala

Keterbatasan sarana prasarana administratif maupun teknis baik di tingkat Kabupaten maupun di UPTD yang menyebabkan pelaksanaan pembangunan tidak berjalan optimal.


(15)

2.3 KINERJA PELAYANAN SKPD

Kondisi geografis dan iklim di Kabupaten Garut menyebabkan wilayah ini sangat potensial dalam pengembangan sektor peternakan dan perikanan. Itulah sebabnya Garut dikenal sebagai salah kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi peternakan dan perikanan yang cukup besar untuk dikembangkan. Itulah sebabnya keberadaan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan memiliki posisi strategis dalam pengembangan pembangunan di wilayah ini.

Sektor peternakan, perikanan dan kelautan memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Hal ini karena Kabupaten Garut adalah salah satu kabupaten yang memiliki potensi sebagai salah satu sentra peternakan, perikanan dan kelautan di Jawa Barat. Topografi Kabupaten Garut yang sangat cocok bagi pengembangan kawasan peternakan dan perikanan serta memiliki potensi sumberdaya kelautan dengan panjang pantai 80 km. Pembangunan bidang peternakan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Garut perlu didukung dengan peningkatan kinerja SKPD sebagai ujung tombak pembangunan. Untuk itu Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan memandang perlu terselenggaranya kegiatan pembangunan dalam rangka mendorong pencapaian kinerja SKPD sesuai prinsip good governance. Oleh karenanya, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan terus berupaya melaksanakan berbagai program pembangunan terkait tiga sektor tersebut. Sektor Peternakan

Pembangunan bidang Peternakan masih tetap ditujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat, meningkatkan pandapatan dan kesejahteraan para peternak serta memperluas kesempatan kerja dan berusaha. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu untuk


(16)

penggunaan potensi lokal dan teknologi tapat guna. Pembangunan bidang peternakan di Kabupaten Garut menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan sarana dan prasarana dengan hasil akhir berupa peningkatan kesejahteraan peternak.

Ternak sebagai salah satu modal dasar (sumber daya alam) dalam pembangunan (asset daerah) hendaknya dapat didayagunakan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya guna kesejahteraan masyarakat dan hasil produksi peternakan berupa daging, telur, susu dan hasil ikutannya (kulit, bulu, tulang, kotoran). Sejalan dengan pembangunan tersebut komoditi peternakan mempunyai dampak positip terhadap pembangunan di Indonesia karena secara umum dapat menciptakan lapangan kerja, sebagai devisa negara, meningkatkan tarap hidup serta perbaikan gizi masyarakat. Disisi lain kemampuan peternakan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan manusia, ditentukan oleh kemampuan manusia dalam menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh ternak dalam menghasilkan produksi dan produktivitasnya.

Daya dukung wilayah terhadap peternakan di Kabupaten Garut yaitu pengembangan usaha peternakan terutama ternak ruminansia diantaranya sapi perah, sapi potong, domba, kambing dan unggas sangat potensial untuk dikembangkan. Secara kondisi lingkungan fisik Kabupaten Garut (iklim, jenis tanah dan keadaan lahan) dan luasan lahan sebagai tempat hidup ternak dan media tumbuh bagi hijauan makanan ternak (HMT) sangat menunjang terhadap perkembangan peternakan. Oleh sebab itu, daya dukung wilayah dan pola pertanian di Kabupaten Garut perlu dipadukan (integrasi) untuk kelangsungan usaha ternak.

Pencapaian populasi ternak Kabupaten Garut tahun 2013 apabila dibandingkan dengan tahun 2012, rata-rata mengalami pertumbuhan 5.94 % .Peningkatan pertumbuhan populasi tersebut diperoleh antara lain melalui fasilitasi program Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, peternak maupun swasta. Semua populasi ternak untuk tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 mengalami peningkatan dan sebagian besar telah mencapai target, terkecuali untuk sapi


(17)

perah mengalami penurunan angka populasi dikarenakan makin meningkatnya biaya produksi terutama untuk biaya pakan dan konsentrat sementara disisi lain harga jual susu masih rendah sehingga banyak peternak yang terpaksa mengurangi populasi. Peningkatan harga daging sapi pada tahun-tahun terakhir juga mendorong para peternak untuk menjual ternaknya. Populasi unggas khususnya ayam ras (ayam ras petelur dan pedaging) dibandingkan tahun 2012 pada tahun 2013 telah mencapai target karena adanya peningkatan dalam budidaya ayam ras maupun ayam buras.

Tabel 2.4

Pencapaian Populasi Ternak Tahun 2013

No Jenis Ternak

Populasi Ternak (ekor) Pencapaian

2012 2013

Pencapaia n Target

Peningkata n

Realisasi Sasaran Realisasi (%) (%)

1 2 3 4 5 6 7

1 Sapi perah 22.154 22.203 20.161 90.80 -9.88

2 Sapi Potong 29.278 29.792 31.704 108.29 8.29

3 Kuda 2.679 2.860 2.765 103.21 3.21

4 Kerbau 12.521 - 15.064 - 20.31

5 Domba 942.829 1.200.733 1.126.976 119.53 19.53

6 Kambing 83.725 85.678 84.646 101.10 1.10

7

Ayam ras

pedaging 546.245 548.077 553.892 101.40 1.40

8 Ayam buras 1.578.234 1.732.247 1.603.486 101.60 1.60

9 Itik 238.761 233.184 242.581 101.60 1.60

Rata-rata 384.047 - 408.297 106.31 6.31

a. Produksi Daging: Total produksi daging pada tahun 2013 adalah sebesar 7.674.278 kg. Kontribusi produksi daging yang dihasilkan bersumber dari daging unggas 55.65 %, daging sapi 20.59 %, daging kerbau 5.39 %, daging domba 14.94%, daging kambing 3.43%.


(18)

Sedangkan kontribusi produksi telur sebesar 4.763.761 kg yang bersumber dari telur ayam buras 51.82. % dan telur itik 48.18 %. Produksi daging yang dihasilkan sebagian besar berasal dari ternak yang dihasilkan Kabupaten Garut, kecuali daging sapi yang masih didatangkan dari luar daerah.

Tabel 2.5

Pencapaian Produksi Hasil Ternak Tahun 2013

No KOMODITI 2012

(kg)

2013 (kg)

+/- (%)

I DAGING

- Sapi 1.911.607 1.580.312 20.59

- Kerbau 565.357 413.410 5.39

- Domba 1.155.418 1.146.500 14.94

- Kambing 241.599 263.397 3.43

- Ayam Ras 797.618 936.225 12.20

- Ayam Buras 2.882.654 2.935.159 38.25

- Itik 347.744 399.275 5.20

JUMLAH 7.901.997 7.674.278 100

II TELUR

- Ayam Buras 2.396.514 2.468.593 51.82

- Itik 2.171.955 2.295.168 48.18

JUMLAH 4.568.469 4.763.761 100

III SUSU (Liter) 20.963.787 18.319.634 -12.6

Pencapaian produksi daging selama periode 2009-2013 terus mengalami peningkatan, kecuali untuk 2013 mengalami penurunan sekitar 2.88 % . Hal ini salah satunya disebabkan lambatnya laju pertumbuhan ekonomi serta meningkatnya harga daging sapi hingga melewati level Rp. 100.000 per-kg yang mengakibatkan permintaan akan daging menurun, baik dalam jumlah maupun keragaman jenis daging.

Untuk memenuhi target produksi daging sapi, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan melakukan upaya pembinaan bagi para peternak sapi untuk meningkatkan produksinya dalam mencapai norma gizi yang ideal. Upaya untuk meningkatkan kontribusi Kabupaten Garut dalam memenuhi kebutuhan sapi potong, pada tahun 2013 dilaksanakan melalui program


(19)

antara lain Bantuan Ternak dan Permodalan usaha peternak, pengembangan usaha peternakan, Pengembangan Kelembagaan Peternakan serta Peningkatan nilai mutu genetik ternak bibit (pengembangan Pembibitan Ternak Sapi dalam menunjang pengembangan Sentra pembibitan ternak sapi dan ditunjang dengan sentra-sentra penggemukan di Garut bagian Utara dan Tengah, Peningkatan program fasilitasi kemitraan antara pengusaha dan pemerintah dengan para peternak sapi potong dalam usaha budidaya clan penggemukan, serta dari Peningkatan kinerja IB, Pengamanan Ternak, dan Pengendalian Pemotongan Betina Produktif).

b. Produksi Telur: Produksi telur mengalami peningkatan. Produksi telur selama tahun 2013 menunjukkan kenaikan masing-masing untuk telur ayam buras sebesar 3.01 % dan itik sebanyak 5.67 %. Produksi telur unggas untuk tahun 2013 adalah sebesar 4.763.761 Kg yang distribusinya

berasal dari telur Ayam Buras 2.468.593 Kg dan telur Itik 2.295.168 Kg. Sampai saat ini produksi telur di Kabupaten Garut masih dihasilkan dari ayam Buras dan itik, sementara untuk ayam ras masih dipasok dari luar daerah. Upaya untuk meningkatkan kontribusi Kabupaten Garut dalam memenuhi kebutuhan telur pada tahun 2013 dilaksanakan melalui program antara lain Bantuan Ternak dan Permodalan usaha peternak, pengembangan usaha peternakan, Penyuluhan Peternakan serta Peningkatan nilai mutu genetik ternak bibit melalui pengadaan ternak ayam buras petelur yang berkualitas seperti ayam arab dan itik cihateup, masing-masing didatangkan dari Balai Pembibitan Unggas di Majalengka dan Penangkar Itik Cihateup di Tasikmalaya yang kemudian disebar di Kabupaten Garut.


(20)

c. Produksi Susu: Produksi susu yang dihasilkan pada tahun 2013 sebanyak 18.319.634 lt. Pada tahun 2013, produksi susu mengalami penurunan cukup signifikan yaitu sekitar 12.6%. Hal ini disebabkan menurunnya populasi sapi perah yang dikarenakan

meningkatnya biaya produksi terutama untuk biaya pakan dan konsentrat sementara disisi lain harga jual susu masih rendah sehingga banyak peternak yang menjual ternaknya tetapi belum membeli kembali ternak karena menunggu harga sapi perah turun.

Dilihat dari produksi susu Jawa Barat, Kabupaten Garut saat ini masih tercatat sebagai penghasil susu nomor 2 (dua) setelah Kabupaten Bandung. Di lain pihak pada tahun 2013 dengan telah diterapkannya perdagangan bebas maka Industri Pengolah Susu (IPS) telah menerapkan standar kualitas susu, selain penerapan kuantitas Kadar Lemak dan Berat jenis susu juga menerapkan dengan ketat ambang batas residu Antibiotik dan Kandungan Bakteri, dengan kondisi peternakan di Jawa Barat 30 % adalah peternakan rakyat, cukup berat menerapkan hal tersebut. Selama tahun 2013 telah terjadi beberapa kali penolakan susu rakyat oleh IPS, namun dengan berbagai upaya peningkatan kualitas yang melibatkan seluruh stakeholder maka rendahnya kualiltas susu tersebut dapat ditekan melalui Milking Hygienes.

d. Pengendalian Penyakit Hewan Menular: Prinsip pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan yang menjadi tugas pemerintah terutama diarahkan pada penyakit yang berdampak negatif tinggi, menular, penyebaran cepat serta mengakibatkan angka kematian. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur


(21)

103/TH.105/KPITS/DIP/ DJP/0398 ada 11 (sebelas) penyakit yang mendapat prioritas pengendaliannya di Indonesia yaitu rabies, hog cholera, brucellosis, anthrax, salmonellosis, ND, jembrana, IBD, SE, BVD dan surra. Penyakit-penyakit tersebut sering berubah sifat dan intensitasnya setiap waktu sehingga beresiko menjadi, suatu wabah penyakit hewan menular yang akan berdampak terhadap sosio ekonomi. Oleh karena itu tindakan antisipasi melalui pencegahan, pengamatan clan pemetaan penyakit secara dini sangat diperlukan secara teratur dan berkesinambungan, lingkup pertanian yang dibudidayakan di unit pelaksana teknis dinas (UPTD) dan peraturan daerah No. 25 tahun 2001 tentang pemeriksaan kesehatan hewan dan bahan asal hewan antar propinsi, ransum makanan ternak serta penyidikan penyakit hewan.

e. Tingkat Konsumsi Produksi Ternak: Untuk pencapaian konsumsi ternak selama tahun 2013 masing-masing menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan bila dibandingkan tahun 2012. Berdasarkan norma gizi melalui perhitungan jumlah produksi berbanding jumlah kapita penduduk, tingkat konsumsi daginig untuk

Kabupaten Garut mencapai nilai norma gizi sebesar 3.03 %, telur 1.95 % dan susu 2.70 % Bila dibandingkan dengan tahun 2012, norma gizi masyarakat untuk konsumsi daging menurun sebanyak -6.19%, konsumsi telur meningkat sebanyak 4.84 % dan susu menurun sebesar -12.90 %. Semua norma gizi mengalami penurunan kecuali untuk produk telur. Hal ini selain disebabkan produk telur yang meningkat, juga dipengaruhi daya beli masyarakat yang lebih memilih produk telur yang dengan harga jual jauh lebih murah dibanding dua produk lainnya.

Meskipun mengalami peningkatan lumayan besar, tingkat konsumsi dan norma gizi masyarakat Kabupaten Garut masih jauh dari standar yang ditetapkan WHO. Untuk konsumsi daging baru mencapai 10.1 %, konsumsi


(22)

telur sebanyak 4.7 % dan konsumsi susu sebanyak 6.1 % dari standar yang ditetapkan. Oleh sebab itu berbagai program perlu terus digalakan dalam meningkatkan konsumsi daging, telur dan susu.

Tabel 2.6

Pencapaian Penyediaan Konsumsi Hasil Ternak Tahun 2013

No Komoditas

Konsumsi (Kg/Kap/Tahun) Capaian (%)

Re alis as i 2 0 1 2 N o rm a G izi R ealisa s i 2013 R ealisa s i 2 0 1 3 d ib and ing 2012 R ealisa s i 2 0 1 3 d ib and ing n or m a giz i

1 Daging 3.23 10,10 3.03 93.81 30.00

2 Telur 1.86 4,70 1.95 104.84 41.49

3 Susu 3.1 6,10 2.70 87.10 44.26

Sektor Perikanan

Stabilitas sosial dan laju pertumbuhan ekonomi mendorong permintaan akan ikan konsumsi secara gradual meningkat, baik dalam jumlah maupun jenis. Produksi perikanan darat untuk konsumsi pada tahun 2013 sebanyak 49.005 ton atau meningkat sebesar 9.65 % dibanding tahun 2012. Produksi ikan konsumsi yang dihasilkan sebagian besar berasal dari pembudidayaan yang dihasilkan Kabupaten Garut. Untuk memenuhi permintaan produksi ikan konsumsi pada tahun 2013 dilakukan

melalui upaya pembinaan bagi para

pembudidaya ikan untuk

meningkatkan produksinya dalam mencapai norma gizi yang ideal.

Upaya untuk meningkatkan kontribusi Kabupaten Garut dalam memenuhi kebutuhan perikanan, pada

tahun 2013 dilaksanakan melalui program antara lain bantuan sarana prasarana dan permodalan usaha perikanan, pengembangan usaha perikanan, Pengembangan tata kelembagaan perikanan serta Peningkatan nilai mutu bibit ikan. Pengembangan perikanan terutaman ditunjang oleh sentra-sentra produksi perikanan antara lain terdapat di 42 kecamatan.


(23)

Produksi konsumsi ikan segar di Kabupaten Garut pada Tahun 2013 mencapai 53.139 ton yang berasal dari perikanan darat sebesar 49.005 ton dan perikanan laut sebesar 4.134 ton. Dari data tersebut terlihat bahwa produksi perikanan darat masih dominan.

Tabel 2.7

Pencapaian Produksi Ikan tahun 2013

No Uraian

Realisasi 2012 (ton) Sasaran 2013 (ton) Realisasi 2013 (ton) Realisasi 2013 dibanding 2012 (%) Capaian 2013 dibanding sasaran (%)

A Budidaya

1 Tambak 420 600 426 101.43 71.00

2 Kolam Air

Tenang 27.818 41.584 30.708

110.39

73.85 3 Koalam air

Deras 795 863 527

66.29

61.07

4 Sawah/

Minapadi 13.182 14.000 15.908

120.68

113.63

Jumlah 42.215 57.047 47.569 112.68 83.39

B Penangkapan

1 Perikanan

Laut 4.834 4.319 4.134 85.52 95.72

2 Perairan

umum 2.060 2.211 1.436 69.71 64.95

Jumlah 6.894 6.530 5.570 80.79 85.30

C Produksi

1 Perbenihan (ekor) 337.903.057 450.000.000 471.328.220 139.49 104.74

2

Jumlah Produksi Konsumsi (ton)

49.109 63.577 53.139 108.21 83.58

3

Jumlah Produksi Perikanan Darat (ton)

44.275 59.258 49.005 110.68 82.70

4

Jumlah Produksi Perikanan Laut

4.834 4.319 4.134 85.52 95.72

Kontribusi pendapatan dari subsektor perikanan meliputi semua hasil kegiatan perikanan laut, perairan umum, kolam, tambak dan keramba serta pengolahan atas produk-produk perikanan berupa pemindangan, pengeringan


(24)

dan pengasinan. Komoditas subsektor ini selain ikan juga termasuk udang, kepiting, rumput laut, ikan hias dan sebagainya.

Tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Garut pada tahun 2013 sebesar 23.55 kg/kapita/tahun dari target sebesar 23.75 kg/kapita/tahun atau tercapai 99.15 %. Dibandingan target tahun 2012, tingkat konsumsi ikan mengalami kenaikan. Tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Garut tergolong masih rendah bila dibandingan dengan target konsumsi ikan secara regional jawa Barat sebesar 30 kg/kapita/tahun dan nasional sebesar 34.4 kg/kapita/tahun. Untuk itu terus diupayakan berbagai program kegiatan yang dapat mendorong tingkat konsumsi. Upaya yang dilakukan diantaranya dengan kegiatan promosi dan sosialisasi ”Gemar Makan Ikan” serta meningkatkan produksi ikan untuk peningkatan pengadaan pangan.

Sektor Kelautan

Selain memiliki potensi besar di bidang peternakan dan perikanan, Kabupaten Garut juga memiliki potensi sumberdaya hayati laut yang cukup besar. Kabupaten Garut memiliki panjang pantai  80 km yang meliputi tujuh

kecamatan. Panjang pantai di wilayah Selatan Garut yang mencapai 80 km memiliki potensi yang juga sangat besar untuk dikembangkan sebagai sentra pengembangan perikanan tangkap maupun budidaya.

Pantai selatan Kabupaten Garut memiliki potensi berupa Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 200 mil laut dengan luas areal penangkapan  28. 560 km2 dan diestimasi memiliki potensi lestari (MSY) sebesar 166.667 ton/tahun. Sementara untuk zona teritorial (12 mil laut) memiliki potensi sebesar 10.000 ton/tahun. Sampai saat ini nelayan Kabupaten Garut baru memanfaatkan zona teritorial dengan hasil tangkapan sampai tahun 2009 baru mencapai 5.571kg (atau sekitar 50% dari potensi yang ada). Hal ini disebabkan karena


(25)

armada penangkapan yang dimiliki saat ini baru berupa perahu/kapal ukuran kecil (5-10 GT) .

Jenis ikan yang umumnya ditangkap di perairan selatan Kabupaten Garut diantaranya adalah Tuna, Tongkol, Cakalang, Cumi-cumi, Layur, Kakap, Bawal Hitam, Kerapu, Baronang, Cucut Botol, Lobster dan ikan hias. Disamping ikan-ikan tersebut juga terdapat rumput laut yang cukup potensial.

Tabel 2.8

Armada Tangkap dan Monografi NelayanTahun 2013

PPI

Perahu (Unit) Alat Tangkap (Unit)

KM MT TM Jml

Pancing Jaring

Ra w e B o tol Ra w e B u a s Ra w e Ka k a p T ond a Ka lip o Jm l G illn et P a ya n g Si ra n g P u k a t P a n ta i Jm l

Cilauteureun 20 225 125 370 59 97 174 415 497 1,242 165 30 684 8 887 Cijeruk 46 65 111 7 13 35 64 79 198 21 386 407 Cimarimuara 50 37 87 5 24 49 126 181 385 5 192 197 Ranca

Buaya 179 247 426 12 69 74 215 345 715 27 27 395 449 Jumlah 20 500 74 94 83 203 332 20 ,102 2540 18 57 ,657 8 1940

PPI

Nelayan (Orang) Pengolah (Orang) Bakul (Orang)

Ju ra ga n P a n dega Ik a n Hi a s Rm p t. La u t Jm l Ik a n Rm p t La u t Jm l Ik a n U da n g Rm p t La u t Ik a n Hi a s Jm l

Cilauteureun 135 1,072 45 245 1,497 5 4 9 47 4 5 3 59

Cijeruk 32 497 204 733 - 7 5 12

Cimarimuara 57 359 45 461 - 7 3 10

Ranca

Buaya 74 997 257 1,328 - 8 7 1 16

Jumlah 298 2,925 45 751 4019 5 4 9 69 19 6 3 97

Produksi perikanan laut di Kabupaten Garut sebagian besar masih berasal dari hasil penangkapan. Produksi ikan laut pada tahun 2013 sebesar 4.134 kg menurun sebesar 16.93 % dibanding produksi pada tahun 2012. Peningkatan produksi ikan laut diupayakan melalui bantuan sarana prasarana dan permodalan kelompok nelayan, pengembangan usaha


(26)

perikanan, Pengembangan tata kelembagaan perikanan serta Peningkatan teknologi dan armada tangkap.

Potensi budidaya laut di Kabupaten Garut sebesar 3.400 Ha dan baru dimanfaatkan sebesar 0.5 Ha atau baru sekitar 0.01%. Budidaya tambak dengan potensi

yang ada sebesar 1000 Ha dan baru dimanfaatkan sekitar 26.6 Ha atau baru termanfaatkan sekitar 2,66% Selain potensi perikanan, di Kabupaten Garut terdapat banyak potensi pada ekosistem yang belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi ekosistem kelautan terdiri dari:

- Estuaria : 24 ha

- Terumbu Karang : 525 ha - Padang Lamun : 75 ha - Mangrove : 50,9 ha

Potensi sumberdaya laut lainnya yang terdapat di Kabupaten Garut adalah sumberdaya energi dari pasang surut yang dapat dikonversi menjadi energi listrik terutama pada daerah-daerah teluk dan estuaria. Sumberdaya mineral antara lain berupa biji timah, pasir besi, pasir pantai, batu, kobalt, mangan, tembaga dan lain-lain. Kabupaten Garut juga memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangan sebagai daerah tujuan wisata pantai dengan beragam objek wisata yang masih belum tergali dengan optimal.

2.4 TANTANGAN DAN PELUANG

2.4.1 Tantangan

Sebagai salah satu dinas teknis yang memiliki peran strategis dalam pengembangan sektor peternakan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Garut, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan harus siap menghadapi tantangan yang cukup berat di masa depan. Era globalisasi dan otonomi


(27)

daerah merupakan tantangan sekaligus peluang yang harus diantisipasi sejak dini dalam rangka meningkatkan upaya mensejahterakan masyarakat.

Tantangan dan peluang dari kinerja pelayanan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan harus siap menghadapi segala ancaman yang mungkin akan mengganggu pelaksanaan kinerja. Berdasarkan hasil identifikasi SWOT, ancaman yang mungkin muncul dalam pembangunan sector peternakan, perikanan dan kelautan Kabupaten Garut 5 (lima) tahun ke depan diformulasikan sebagai berikut :

 Kondisi ekonomi makro yang belum stabil

 Dampak negatif arus informasi dan globalisasi yang semakin cepat

 Kebijakan pemerintah yang mengarah pada pasar bebas menyebabkan membanjirnya produk-produk impor yang berpotensi menyulitkan daya saing produk lokal untuk bersaing di tingkat regional, nasional maupun internasional

 Ditetapkannya 80% wilayah Kabupaten Garut sebagai kawasan lindung oleh pemerintah provinsi Jawa Barat menyebabkan sulitnya pengembangan wilayah untuk sektor peternakan, perikanan dan kelautan  Terjadinya penurunan daya dukung lingkungan akibat kurangnya

kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lahan secara lestari

 Masih terjadinya konflik kepentingan dalam perencanaan pembangunan yang berpotensi memunculkan kebijakan yang tidak pro-rakyat dan tidak tepat sasaran sehingga bisa menghambat pembangunan

Tantangan yang dihadapi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut antara lain :

 Wilayah dan komoditi peternakan, perikanan dan kelautan yang diusahakan masyarakat pada umumnya belum mengutamakan pada skala usaha ekonomis sehingga perlu dibentuk kawasan terpadu berbasis masyarakat dalam rangka meningkatkan produksi dan pemasaran.


(28)

 Propesionalisme, pengetahuan dan keterampilan peternak dan petugas, baik dalam proses produksi maupun pasca produksi, serta kemampuan manajemen usaha pemasarannya belum optimal.

 Kabupaten Garut memiliki potensi lahan peternakan, perikanan dan kelautan yang cukup luas untuk dikembangkan sehingga perlu lebih dioptimalkan dengan sistem pengelolaan yang intensif dan terpadu.

 Keterbatasan akses permodalan menyebabkan kebutuhan permodalan ditingkat kelompok usaha masih sulit terpenuhi, sehingga perlu ada upaya sinergis dalam meningkatkan permodalan melalui kerjasama dengan instansi dan lembaga keuangan terkait.

 Jumlah dan kualitas petugas teknis di lapangan masih kurang seimbang dibandingkan dengan luasnya jangkauan wilayah kerja serta masih kurang didukung oleh ketersediaan sarana transportasi dan fasilitas kerja yang memadai.

 Semakin menurunnya kualitas dan daya dukung lingkungan bagi pengembangan pembangunan di sektor peternakan, perikanan dan kelautan perlu diantisipasi melalui aktifitas pelestarian lingkungan dan pengembangan tata kelola lahan secara lestari

 Perlunya penataan kelembagaan petani/peternak, pembudidaya ikan dan nelayan sebagai wadah belajar bersama dalam rangka meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap sistem dan mekanisme pasar serta rantai tata niaga pemasaran.

 Proses pelaksanaan alih tehnologi dari hasil – hasil penelitian menjadi teknologi terapan yang praktis, masih sering terkendala oleh terbatasnya jumlah dan kualitas petugas dilapangan sehingga perlu dicari solusi yang efektif.

Mengingat tantangan yang semakin besar di masa depan tersebut, maka perlu ada upaya perencanaan secara sistematis dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi secara lebih efisien dan efektif sehingga tujuan pembangunan dapat tercapai.


(29)

2.4.1 Peluang

Peluang untuk pembangunan sektor peternakan, perikanan dan kelautan Kabupaten Garut 5 (lima) tahun ke depan diformulasikan sebagai berikut :  Terbukanya peluang pengembangan usaha dan investasi khususnya di

sektor peternakan, perikanan dan kelautan.

 Pemberlakuan otonomi daerah yang mendorong kemandirian dan pemanfaatan potensi lokal secara optimal

 Semakin kondusifnya iklim demokratis dan mulai tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan

 Terbukanya akses terhadap informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi terkait informasi peluang usaha dan pasar baik regional maupun global  Adanya dukungan kebijakan pemerintah pusat dalam pemberian modal

bagi pengembangan usaha kecil dan menengah termasuk petani dan nelayan

 Meningkatnya perhatian pemerintah pusat maupun provinsi bagi pengembangan daerah melalui berbagai bantuan keuangan baik melalui DAK, Bantuan Provinsi/BanGub maupun Tugas Pembantuan

 Kondisi geografis Kabupaten Garut dengan topografi pegunungan dan pantai yang sangat sesuai bagi pengembangan komoditas peternakan, perikanan dan kelautan

 Akses Kabupatan Garut sebagai penyangga Ibu Kota Provinsi dan Pusat cukup memadai dalam meningkatkan pemasaran hasil produksi peternakan dan perikanan

 Pembangunan jalan lintas selatan jawa sebagai akses horizontal bagian selatan yang mendukung pengembangan potensi kelautan


(1)

dan pengasinan. Komoditas subsektor ini selain ikan juga termasuk udang, kepiting, rumput laut, ikan hias dan sebagainya.

Tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Garut pada tahun 2013 sebesar 23.55 kg/kapita/tahun dari target sebesar 23.75 kg/kapita/tahun atau tercapai 99.15 %. Dibandingan target tahun 2012, tingkat konsumsi ikan mengalami kenaikan. Tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Garut tergolong masih rendah bila dibandingan dengan target konsumsi ikan secara regional jawa Barat sebesar 30 kg/kapita/tahun dan nasional sebesar 34.4 kg/kapita/tahun. Untuk itu terus diupayakan berbagai program kegiatan yang dapat mendorong tingkat konsumsi. Upaya yang dilakukan diantaranya

dengan kegiatan promosi dan sosialisasi ”Gemar Makan Ikan” serta

meningkatkan produksi ikan untuk peningkatan pengadaan pangan.

Sektor Kelautan

Selain memiliki potensi besar di bidang peternakan dan perikanan, Kabupaten Garut juga memiliki potensi sumberdaya hayati laut yang cukup besar. Kabupaten Garut

memiliki panjang pantai  80

km yang meliputi tujuh

kecamatan. Panjang pantai di wilayah Selatan Garut yang mencapai 80 km memiliki potensi yang juga sangat besar untuk dikembangkan sebagai sentra pengembangan perikanan tangkap maupun budidaya.

Pantai selatan Kabupaten Garut memiliki potensi berupa Zona Ekonomi

Eksklusif (ZEE) 200 mil laut dengan luas areal penangkapan  28. 560 km2

dan diestimasi memiliki potensi lestari (MSY) sebesar 166.667 ton/tahun. Sementara untuk zona teritorial (12 mil laut) memiliki potensi sebesar 10.000 ton/tahun. Sampai saat ini nelayan Kabupaten Garut baru memanfaatkan


(2)

armada penangkapan yang dimiliki saat ini baru berupa perahu/kapal ukuran kecil (5-10 GT) .

Jenis ikan yang umumnya ditangkap di perairan selatan Kabupaten Garut diantaranya adalah Tuna, Tongkol, Cakalang, Cumi-cumi, Layur, Kakap, Bawal Hitam, Kerapu, Baronang, Cucut Botol, Lobster dan ikan hias. Disamping ikan-ikan tersebut juga terdapat rumput laut yang cukup potensial.

Tabel 2.8

Armada Tangkap dan Monografi NelayanTahun 2013

PPI

Perahu (Unit) Alat Tangkap (Unit)

KM MT TM Jml

Pancing Jaring

Ra w e B o tol Ra w e B u a s Ra w e Ka k a p T ond a Ka lip o Jm l G illn et P a ya n g Si ra n g P u k a t P a n ta i Jm l

Cilauteureun 20 225 125 370 59 97 174 415 497 1,242 165 30 684 8 887 Cijeruk 46 65 111 7 13 35 64 79 198 21 386 407 Cimarimuara 50 37 87 5 24 49 126 181 385 5 192 197 Ranca

Buaya 179 247 426 12 69 74 215 345 715 27 27 395 449 Jumlah 20 500 74 94 83 203 332 20 ,102 2540 18 57 ,657 8 1940

PPI

Nelayan (Orang) Pengolah (Orang) Bakul (Orang)

Ju ra ga n P a n dega Ik a n Hi a s Rm p t. La u t Jm l Ik a n Rm p t La u t Jm l Ik a n U da n g Rm p t La u t Ik a n Hi a s Jm l

Cilauteureun 135 1,072 45 245 1,497 5 4 9 47 4 5 3 59

Cijeruk 32 497 204 733 - 7 5 12

Cimarimuara 57 359 45 461 - 7 3 10

Ranca

Buaya 74 997 257 1,328 - 8 7 1 16

Jumlah 298 2,925 45 751 4019 5 4 9 69 19 6 3 97

Produksi perikanan laut di Kabupaten Garut sebagian besar masih berasal dari hasil penangkapan. Produksi ikan laut pada tahun 2013 sebesar 4.134 kg menurun sebesar 16.93 % dibanding produksi pada tahun 2012. Peningkatan produksi ikan laut diupayakan melalui bantuan sarana prasarana dan permodalan kelompok nelayan, pengembangan usaha


(3)

perikanan, Pengembangan tata

kelembagaan perikanan serta

Peningkatan teknologi dan armada tangkap.

Potensi budidaya laut di Kabupaten Garut sebesar 3.400 Ha dan baru dimanfaatkan sebesar 0.5 Ha atau baru sekitar 0.01%. Budidaya tambak dengan potensi

yang ada sebesar 1000 Ha dan baru dimanfaatkan sekitar 26.6 Ha atau baru termanfaatkan sekitar 2,66% Selain potensi perikanan, di Kabupaten Garut terdapat banyak potensi pada ekosistem yang belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi ekosistem kelautan terdiri dari:

- Estuaria : 24 ha

- Terumbu Karang : 525 ha

- Padang Lamun : 75 ha

- Mangrove : 50,9 ha

Potensi sumberdaya laut lainnya yang terdapat di Kabupaten Garut adalah sumberdaya energi dari pasang surut yang dapat dikonversi menjadi energi listrik terutama pada daerah-daerah teluk dan estuaria. Sumberdaya mineral antara lain berupa biji timah, pasir besi, pasir pantai, batu, kobalt, mangan, tembaga dan lain-lain. Kabupaten Garut juga memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangan sebagai daerah tujuan wisata pantai dengan beragam objek wisata yang masih belum tergali dengan optimal.

2.4 TANTANGAN DAN PELUANG

2.4.1 Tantangan

Sebagai salah satu dinas teknis yang memiliki peran strategis dalam pengembangan sektor peternakan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Garut, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan harus siap menghadapi


(4)

daerah merupakan tantangan sekaligus peluang yang harus diantisipasi sejak dini dalam rangka meningkatkan upaya mensejahterakan masyarakat.

Tantangan dan peluang dari kinerja pelayanan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan harus siap menghadapi segala ancaman yang mungkin akan mengganggu pelaksanaan kinerja. Berdasarkan hasil identifikasi SWOT, ancaman yang mungkin muncul dalam pembangunan sector peternakan, perikanan dan kelautan Kabupaten Garut 5 (lima) tahun ke depan diformulasikan sebagai berikut :

 Kondisi ekonomi makro yang belum stabil

 Dampak negatif arus informasi dan globalisasi yang semakin cepat

 Kebijakan pemerintah yang mengarah pada pasar bebas menyebabkan

membanjirnya produk-produk impor yang berpotensi menyulitkan daya saing produk lokal untuk bersaing di tingkat regional, nasional maupun internasional

 Ditetapkannya 80% wilayah Kabupaten Garut sebagai kawasan lindung

oleh pemerintah provinsi Jawa Barat menyebabkan sulitnya

pengembangan wilayah untuk sektor peternakan, perikanan dan kelautan

 Terjadinya penurunan daya dukung lingkungan akibat kurangnya

kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lahan secara lestari

 Masih terjadinya konflik kepentingan dalam perencanaan pembangunan

yang berpotensi memunculkan kebijakan yang tidak pro-rakyat dan tidak tepat sasaran sehingga bisa menghambat pembangunan

Tantangan yang dihadapi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut antara lain :

 Wilayah dan komoditi peternakan, perikanan dan kelautan yang

diusahakan masyarakat pada umumnya belum mengutamakan pada skala usaha ekonomis sehingga perlu dibentuk kawasan terpadu berbasis masyarakat dalam rangka meningkatkan produksi dan pemasaran.


(5)

 Propesionalisme, pengetahuan dan keterampilan peternak dan petugas, baik dalam proses produksi maupun pasca produksi, serta kemampuan manajemen usaha pemasarannya belum optimal.

 Kabupaten Garut memiliki potensi lahan peternakan, perikanan dan

kelautan yang cukup luas untuk dikembangkan sehingga perlu lebih dioptimalkan dengan sistem pengelolaan yang intensif dan terpadu.

 Keterbatasan akses permodalan menyebabkan kebutuhan permodalan

ditingkat kelompok usaha masih sulit terpenuhi, sehingga perlu ada upaya sinergis dalam meningkatkan permodalan melalui kerjasama dengan instansi dan lembaga keuangan terkait.

 Jumlah dan kualitas petugas teknis di lapangan masih kurang seimbang

dibandingkan dengan luasnya jangkauan wilayah kerja serta masih kurang didukung oleh ketersediaan sarana transportasi dan fasilitas kerja yang memadai.

 Semakin menurunnya kualitas dan daya dukung lingkungan bagi

pengembangan pembangunan di sektor peternakan, perikanan dan kelautan perlu diantisipasi melalui aktifitas pelestarian lingkungan dan pengembangan tata kelola lahan secara lestari

 Perlunya penataan kelembagaan petani/peternak, pembudidaya ikan dan

nelayan sebagai wadah belajar bersama dalam rangka meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap sistem dan mekanisme pasar serta rantai tata niaga pemasaran.

 Proses pelaksanaan alih tehnologi dari hasil – hasil penelitian menjadi

teknologi terapan yang praktis, masih sering terkendala oleh terbatasnya jumlah dan kualitas petugas dilapangan sehingga perlu dicari solusi yang efektif.

Mengingat tantangan yang semakin besar di masa depan tersebut, maka perlu ada upaya perencanaan secara sistematis dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi secara lebih efisien dan efektif sehingga


(6)

2.4.1 Peluang

Peluang untuk pembangunan sektor peternakan, perikanan dan kelautan Kabupaten Garut 5 (lima) tahun ke depan diformulasikan sebagai berikut :

 Terbukanya peluang pengembangan usaha dan investasi khususnya di

sektor peternakan, perikanan dan kelautan.

 Pemberlakuan otonomi daerah yang mendorong kemandirian dan

pemanfaatan potensi lokal secara optimal

 Semakin kondusifnya iklim demokratis dan mulai tumbuhnya partisipasi

masyarakat dalam pembangunan

 Terbukanya akses terhadap informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi

terkait informasi peluang usaha dan pasar baik regional maupun global

 Adanya dukungan kebijakan pemerintah pusat dalam pemberian modal

bagi pengembangan usaha kecil dan menengah termasuk petani dan nelayan

 Meningkatnya perhatian pemerintah pusat maupun provinsi bagi

pengembangan daerah melalui berbagai bantuan keuangan baik melalui DAK, Bantuan Provinsi/BanGub maupun Tugas Pembantuan

 Kondisi geografis Kabupaten Garut dengan topografi pegunungan dan

pantai yang sangat sesuai bagi pengembangan komoditas peternakan, perikanan dan kelautan

 Akses Kabupatan Garut sebagai penyangga Ibu Kota Provinsi dan Pusat

cukup memadai dalam meningkatkan pemasaran hasil produksi peternakan dan perikanan

 Pembangunan jalan lintas selatan jawa sebagai akses horizontal bagian