Kecenderungan Wanita Karir Menunda Usia Menikah di Kota Medan Chapter III V

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian
Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Metode

penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi
kasus dengan pendekatan kualitatif. Studi Kasus adalah kumpulan dari semua bahan –
bahan (informasi-informasi) yang berguna dari seseorang yang ditulis sedemikian
rupa sehingga memberikan suatu gambaran yang jelas tentang latar belakang dan
keadaan seseorang pada waktu ini yang merupakan dasar untuk penyelidikan
selanjutnya terhadap kasus tersebut (Hariwoerjanto, 1987:106).
Menurut Moleong (2005:5), metode penelitian kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang merupakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
orang dan prilaku yang diamati. Dengan metode studi kasus yang dilakukan dengan
pendekatan kualitatif ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang,
”KECENDERUNGAN WANITA KARIR MENUNDA USIA MENIKAH DI KOTA
MEDAN” sehingga diupayakan dapat menjelaskan pokok – pokok permasalahan
yang akan diteliti didalam penelitian ini berdasarkan data dan informasi yang

diperoleh selama melakukan penelitian.

24

Universitas Sumatera Utara

3.2

Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi penelitian yaitu di wilayah kerja Bank BTPN

Syariah kota Medan. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena dan sebagai sumber
informasi yang berkaitan dengan strategi serta gambaran penelitian secara nyata.
3.3

Unit Analisis
Unit analisis adalah hal-hal tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek

penelitian (Bungin, 2007:51-52). Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian
ini adalah KECENDERUNGAN WANITA KARIR DALAM MENUNDA USIA

MENIKAH DI KOTA MEDAN.
3.4

Informan
Informan adalah orang yang diwawancari yang informasi oleh peneliti.

Informan merupakan orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data
informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin, 2008 : 108). Adapun
yang menjadi informan sebagai sumber informasi bagi peneliti adalah sebagai
berikut:
3.5

Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa penelitian

sebagai cara untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang diperlukan. Peneliti
akan menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, serta melalui dokumendokumen yang mendukung proses penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang
dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
25


Universitas Sumatera Utara

1. Observasi
Metode observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang
menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian secara langsung.
Peneliti akan melihat langkah-langkah yang lebih mendalam tentang
KECENDERUNGAN WANITA KARIR DALAM MENUNDA USIA MENIKAH
DI KOTA MEDAN.
2. Wawancara mendalam
Metode wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat
berkembang sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh informan sampai
mendapatkan informasi yang diinginkan dan menjawab rumusan masalah penelitian.
Pada penelitian kali ini, peneliti akan melakukan wawancara mendalam
kepada informan mengenai KECENDURANGAN WANITA KARIR DALAM
MENUNDA USIA MENIKAH DI KOTA MEDAN.
3. Studi kepustakaan
Melalui metode ini, peneliti akan mengumpulkan dan mengambil informasiinformasi yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik melalui buku-buku

referensi, jurnal-jurnal peneliti terdahulu, koran, dan bahan dari website internet.

26

Universitas Sumatera Utara

3.6

Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan suatu tahap pengolahan data, baik itu data primer

dan data sekunder yang telah didapatkan dari catatan lapangan. Boglan dan Biklei
menjelaskan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, dan memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, mencari apa yang penting dan apa
yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan pada orang lain. (Moleong,
2005: 248)
Data-data yang telah diperoleh dari lapangan akan diedit, dikategorikan, dan
diintrepetasikan secara kualitatif. Pada bagian akhir dari analisis data adalah
penegasan kesimpulan dan pemberian saran.


27

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Wanita Karir
Yang dimaksud dengan wanita karir adalah dimana seorang wanita yang
bekerja dimasa usia yang memasuki kematangan dalam kehidupan direntang umur 26
tahun hingga 35 tahun. Bekerja sebagai tujuan hidup untuk memenuhi kebutuhan
pribadi,keluarga,serta mencari kepuasan emosional tersendiri. Dimana hal-hal
tersebut yang menjadi pemicu utama untuk seorang wanita memutuskan untuk
berkarir. Selain itu,diera saat ini pada umumnya para wanita memang sangat
mengutamakan karir sebagai tujuan untuk membuktikan diri bahwa tidak ada lagi
perbedaan atau kesenjangan diri antara kaum pria dan kaum wanita.
Julukan wanita karir ditujukan pada seorang perempuan yang sedang bekerja
pada usia prodiktif. Dimana usia produktif adalah usia yang sudah memasuki masa
kematangan dalam bentuk


kepribadian dan tingkat kedewasaan seorang wanita

menjadi lebih matang dalam prilaku ataupun cara berfikir. Wanita karir identik
dengan wanita yang cerdas, modern, mandiri secara finansial,dan tegas. Dan sebagian
besar wanita karir menghabiskan waktu dan kegiatannya dengan pekerjaannya, tidak
jarang juga banyak yang tidak memperhatikan hal lainnya.

28

Universitas Sumatera Utara

Wanita diberi kebebasan dalam berkarir dikarenakan wanita tersebut lebih
mengetahui dari pada orang lain mengenai kemampuan, pengetahuan, keterampilan,
jaringan, dan lainnya yang ada pada dirinya. Sebagai contoh yang dikutip dalam buku
pengantar sosiologi ekonomi, seorang wanita karir yang melihat dirinya dalam
kaitannya dengan apa yang dilakukannya, yang diperbuat atau yang dikerjakannya.
“apa pun kata orang tentang diriku, kutahu yang kumau”. Itulah cara berfikir dan
prinsip


sang

wanita

karir.

(http://akshawa.blogspot.co.id/2012/06/konsep-

pendekatan-sosiologis-dalam.html?m=1)
Perempuan karir adalahperempuan yangbekerja diluar rumah dengan berbagai
profesi yang berbeda-beda. Perempuan karir didalam masyarakat pada saat ini sudah
menjadi kebutuhan bagi masyarakat dan bagi para pelaku perempuan karir itu sendiri.
Perempuan bekerja memiliki dampak positif dan negatif.Dampak positif negatif
perempuan yang bekerja adalah kurangnya sosialisasi dengan masyarakat, beban
ekonomi yang tinggi, dan kurang terperhatikannya perkembangan anak. Dampak
positif perempuan yang bekerja adalah bisa mengaktualisasikan ilmu dan
mengabdikan diri dengan masyarakat, memiliki banyak relasi dan pengalaman, serta
membantu mencukupi kebutuhan keluarga.

29


Universitas Sumatera Utara

4.1 Deskripsi wilayah penelitian dan profil informan.
4.1.1

Anak Cabang Bank BTPN Syariah Medan.
Penelitian ini dilakukan disalah satu anak cabang bank BTPN syariahmedan.

Anak cabang Bank BTPN syariah terletak dijalan denai, kecamatan medan denai,
kota medan, provinsi sumatera utara. Pemilihan lokasi penelitian ini diharapkan dapat
membantu memberikan gambaran untuk dapat menjawab pertanyaan yang diajukan
dan mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Pemilihan lokasi ini juga
karena anak cabang bank BTPN syariah medan banyak mempekerjakan perempuan
atau wanita yang belum menikah pada usia produktif, dan sesuai dengan kriteria
penilitian.
Sebelah kanan anak cabang Bank BTPN syariah medan bersebelahan dengan
kompek rumah toko denai citra mas, disebelah kiri anak cabang bank BTPN syariah
warung internet


bernama goals.net, dan berseberangan dengan doorsmer salju.

sekitar 500 meter dari kampus pasca sarjana UMSU denai, simpang perumahan
nasional (perumnas).
4.1.2

Profil Informan
Informan dalam penelitian ini merupakan pegawai dari anak cabang bank

BTPN syariah medan. Dimana keseluruhan informan berjumlah 7 orang yang
menjadi informan dalam penelitian ini.

30

Universitas Sumatera Utara

1. Rafika Kurnia Lubis
Saudari Rafika ini adalah karyawan senior berumur 28 tahun ,dimana ia sudah
bekerja di anak cabang bank BTPN syariah medan denai selama 4 tahun. Bekerja
dimulai saat sudah menyelesaikan sekolah menengah atas nya (SMA) dan terus

bekerja hingga saat ini. Tidak melanjutkan kuliah karena tuntutan pekerjaan,rafika
hanya mengikuti less tambahan di jam pulang bekerja. Ia mengambil less bahasa
inggris. Rafika bekerja untuk menghidupi keluarga,yang dimana ia adalah tulang
punggung keluarga. Memiliki 1 orang adik yang masih duduk dibangku sekolah
menengah keatas (SMA).
2. Wanda Maysarah
Seorang wanita muslimah yang cantik berumur 30 tahun. Memulai bekerja di
anak cabang bank BTPN medan di umur 27 tahun. Sebelumnya ia bekerja disebuah
koperasi simpan pinjam milik perseorangan. Bertempat tinggal dijalan bromo ujung
no. 18 bersama ibu dan 3 adiknya yang sudah remaja. Memutuskan untuk terus
bekerja demi keluarga. Sang ayah yang sudah tidak begitu sehat tak mampu lagi
bekerja secara penuh. Ibunya hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga yang
mengurusi kegiatan rumah tangga.
3. Nurlia Safitri S.pd
Bekerja setelah menyelesaikan pendidikan strata 1 disebuah universitas swasta
di kota medan pada umur 24 tahun. Bekerja di anak cabang bank BTPN medan sudah
selama 2,5 tahun sebagai administrasi office. Ia saat ini berusia 27 tahun dan belum
menikah. Masih memikirkan kehidupan keluarga membuat ia belum mengambil
31


Universitas Sumatera Utara

keputusan untuk menikah diusia yang sudah matang. Serta adanya faktor masa lalu
yang membuat dirinya tidak memikirkan untuk menikah disaat ia masih
membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kehidupan dirinya dan keluarganya.
4. Reni
Perempuan bertubuh mungil yang sudah berumur 26 tahun ini bekerja sebagai
account officer di anak cabang bank BTPN medan sudah selama 3 tahun. Tidak
melanjutkan jenjang pendidikan ke universitas dikarenakan kontrak kerja yang tidak
bisa di dibantah. Hidup berdua dengan sang ibu karena sang ayah sudah tidak tinggal
lagi bersama ibunya. Ayah dan ibunya berpisah atau bercerai pada saat dirinya masih
duduk di bangku sekolah menengah keatas (SMA). Tinggal di jalan panglima denai,
jermal 12 ujung gg.sabar medan dengan dikelilingi rumah keluarga dari pihak ibunya.
5. Ayu Hastari S.pd
Bekerja di anak cabang bank BTPN medan sudah selama 4 tahun. Memulai
karir sebagai guru sekolah PAUD didaerah kampung halamannya di lubuk pakam.
Bersuku jawa yang diwarisi dari sang ayah, sedangkan ibunya bersuku batak yaitu E
br sinaga. Perempuan ini berusia 28 tahun dan belum menikah. Memiliki 3 orang adik
yang masih duduk dibangku sekolah, dan seorang kakak laki-laki yang sudah
menikah dan memiliki seorang anak. Ia merantau ke medan dan bekerja di anak
cabang bank BTPN medan sudah 4 tahun.

32

Universitas Sumatera Utara

6. Mapla Sari
Wanita bersuku melayu, lahir dan besar dikota medan serta tinggal bersama
ibu, ayah, dan 2 adiknya yang masih duduk dibangku sekolah. Bekerja untuk
memenuhi kehidupan keluarganya dikarenakan sang ibu yang sudah tidak baik
keadannya. Ia berusia 27 tahun dan belum menikah walaupun sudah memiliki
pasangan atau pacar yang sudah berjalan 2 tahun. Alasan pekerjaan adalah satu satu
dari beberapa hal yang menjadi hambatan untuk mengambil keputusan untuk
menikah katanya.
7. Nurul Hidayah SE.
Wanita lulusan sarjana ekonomi universitas muhammadiyah sumatera utara
dan sedang melanjutkan pendidikan strata 2 nya di universitas yang sama melalui
jalur beasiswa aktif yang disediakan oleh pihak yayasan universitas. Tinggal di jalan
jermal 1 gg. Pribadi no.3 medan. Wanita ini bersuku jawa dan sudah berusia 30
tahun. Sudah bekerja di anak cabang bank BTPN medan selama 6 tahun. Menjabat
sebagai kepala wilayah anak cabang bank BTPN syariah medan. Selain itu wanita ini
juga belum menikah, sedangkan usianya sudah memasuki usia matang. Keputusan itu
ia ambil karena ia adalah tulang punggung keluarga. Dimana ia menanggung 4
adiknya yang masih sekolah.

33

Universitas Sumatera Utara

4.2 Pembahasan
4.2.1

Wanita Karir Menunda Usia Menikah
Wanita karir pada era sekarang memang sudah sangat banyak. Alasan

ekonomi mendaji pemicu utama untuk seorang wanita bekerja dalam hal apa pun.
Tidak lagi melihat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Menjadi wanita karir
tidaklah mudah bagi seorang perempuan lajang, tuntutan usia matang untuk menikah
menjadi bayang-bayang seorang wanita harus memikirkan masa depan kehidupan
bersama pasangan hidupnya. Di era modern ini wanita dijunjung tinggi dimana
wanita tidak lagi mau berada di bayang-bayang oleh para kaum lelaki. Disini wanita
merasa mampu dan bisa bersaing dengan kaum lelaki dalam hal apa pun. Terutama
dalam hal karir yang sekarang ini gencar disuarakan oleh para kaum wanita. Dimana
wanita berhak berada pada posisi yang sama seperti laki-laki, atau menempati posisi
yang selama ini hanya lelaki yang mampu seperti jabatan penting.
Dengan itu, banyak kaum wanita saat ini yang mengorbankan segala hal
mengenai hidupnya demi mencapai karir, pekerjaan, dan jabatan. Hal-hal itu dimulai
dari keluarga,pendidikan,bahkan tentang pasangan hidup. Dimana para kaum wanita
yang sedang berkarir ini sudah memasuki usia matang untuk dapat membentuk
sebuah keluarga atau menjalin hubungan serius dengan seorang pasangan. Hal-hal ini
yang menjadi faktor utama yang menyebabkan wanita menunda untuk menjalin
hubungan serius atau untuk menikah.

34

Universitas Sumatera Utara

Tidak hanya itu, di era sekarang ini banyak bermunculan gerakan-gerakan
kaum wanita yang disebut gerakan feminisme. Dimana gerakan-gerakan ini di
komandoi oleh pawa kaum wanita yang menuntut kesamaan hak dan gender. Sebagai
sebuah paham atau gerakan kebudayaan,feminisme mempunyai sejarah cukup
panjang. Seperti kata Dzuhayatin (dalam Bainar, 1998: 16-17), feminisme merupakan
ideologi yang berangkat dari suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan
terhadap perempuan dalam masyarakat,apakah itu ditempat kerja ataupun dalam
konteks masyarakat secara makro, serta tindakan sadar baik oleh perempuan ataupun
laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut.
Dengan itu banyak hal yang membuat keputusan dalam menunda menikah
pada wanita karir. Ekonomi, keluarga, pendidikan, bahkan lingkungan tinggal dan
kerja menjadi alasan. Seperti yang disampaikan oleh saudari Rafika dalam petikan
wawancara berikut:
“saya tulang punggung keluarga,saya harus menanggung
semua beban keluarga. Jika saya menikah,belum tentu calon
suami saya mau mengerti akan keadaan keluarga saya. Saya
ingin sampai adik-adik saya sudah mampu untuk mempunyai
pekerjaan dan mampu untuk membantu saya meringankan
beban keluarga. Dan ibu saya bahkan keluarga tidak
keberatan dan tidak masalah dengan keputusan saya. Karena
semua saya lakukan demi keluarga saya”.

35

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan petikan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa, faktor
ekonomi sangatlah besar dalam mempengaruhi pengambilan keputusan seorang
wanita mengapa iya menunda untuk menikah di usia yang sudah cukup matang untuk
membangun hubungan demi masa depan dan generasi baru dalam keluarga. Senada
dengan yang disampaikan oleh saudari Wanda Maysarah dalam wawancara berikut.
“saya harus menjalani ini demi keluarga saya. Ayah saya
sudah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga
keluarga kami. Dan seperti ini juga tidak masalah bagi saya.
Saya nyaman dan tidak terpengaruh oleh perkataan orangorang

dilingkungan

saya

mengenai

diri

saya.

Saya

berpendapat,selagi saya tidak merugikan orang lain,saya tidak
akan terus bekerja karena ini untuk saya dan keluarga. dan
yang saya lakukan halal,jadi tidak perlu ada yang harus saya
pusingkan”.
Hal-hal ini juga menjadi perhatian khusus dalam penelitian ini,bahwa selain
ekonomi adalagi beberapa faktor pendukung lainnya seperti trauma dan emosional
lingkungan. Seperti wawancara saya berikut ini oleh saudari Nurul Hidayah SE.
“saya memiliki alasan lain selain ekonomi dan keluarga, yaitu
trauma yang sedikit mengganggu psiskis saya soal perkawinan
atau laki-laki. Saya tidak begitu siap menikah apalagi memiliki

36

Universitas Sumatera Utara

pasangan dikarenakan trauma saya yang melihatt dan
mendengar begitu banyak kesedihan dalam pernikahan orangorang disekitar saya. Saya menjadi takut dan ragu untuk
menikah. Karena ini saya ingin memfokuskan diri saya terlebih
dahulu untuk keluarga saya dan pendidikan saya. Walau saya
tau dan saya menyadari soal usia saya yang sudah seharusnya
menikah dan memiliki keluarga sendiri”. (wawancara, 15
januari 2017).
Seperti yang dikatakan oleh saudari Nurul dalam petikan wawancara
diatas,trauma dan emosional lingkungan juga terjadi pada saudari Reni yang
mengalami sendiri dalam keluarganya,yauitu ibu dan ayahnya yang berpisah
atau bercerai.
“saya mengalami hal yang sangat tidak diinginkan oleh
siapapun didunia ini. Seorang anak yang melihat betapa
kerasnya kehidupan berumah tangga. Ibu dan ayah saya sudah
berpisah. Tidak ada lagi kecocokan diantara keduanya. Saya
sekarang tinggal ikut dengan ibu saya. Saya tidak mau tinggal
atau pun ikut dengan ayah saya. Selama ibu dan ayah saya
masih tinggal bersama,saya melihat betapa kasarnya ayah
nya. Tidak hanya kekerasan dalam perkataan,saya juga
melihat kekerasan fisik yang ibu saya terima dari ayah saya.

37

Universitas Sumatera Utara

Sebenarnya saya tidak kuat jika harus menceritakan semua
ini,Karena untuk mengingatnya saja saya sudah sangat sedih.
Sejak saat itu,pandangan saya terhadap laki-laki sangatlah
tidak baik. Saya merasa semua laki-laki itu sama seperti ayah
saya. Saya benar-benar dalam masa yang tidak memungkinkan
untuk dekat dengan laki-laki. Saya sangat tidak suka dengan
keberadaan laki-laki disekitar saya. Saya sangat tidak nyaman
dengan laki-laki. Apa yang saya lihat didalam keluarga saya
membuat saya menjadi sangat tidak suka dengan laki-laki.
Lama saya berada dalam keadaan itu. Dengan trauma yang
sangat dalam itu,kehidupan saya lumayan tertutup jadinya.
Tidak bergaul,tidak mempunyai teman. Saya hanya menjalani
dan menghabiskan hari-hari saya dirumah. Sepulang sekolah
saya langsung pulang kerumah. Tidak ada lagi bermain
dengan teman,atau kegiatan apa pun diluar sekolah. Trauma
itu begitu lengket dengan diri saya. Dan saya masih butuh
waktu untuk memahami semua ini. Saya senang dengan
kegiatan atau pekerjaan saya sekarang ini,membuat saya bisa
sedikit mengurangi beban hati saya. Selain bekerja juga
memang saya butuhkan untuk membantu ibu dan keluarga”.

38

Universitas Sumatera Utara

Faktor-faktor lain ditemukan dalam wawancara diatas bahwa trauma dan
emosional mampu menjadi penghalang seseorang atau seorang wanita memilih dan
mengambil resiko untuk menunda menikah diusia yang sudah matang. Seperti hal
yang dialami saudari Nurlia Safitri berikut ini.
“ saya bukan tidak mau menikah,tapi ada hal yang membuat
saya menunda keinginan saya untuk menikah. Alasan pertama
memang keluarga dan faktor ekonomi. Namun ada hal lain
yang membuat saya menunda keinginan saya. Yaitu masa lalu
saya. Saya takut hal tersebut terjadi lagi. Dimana disaat saya
sudah sangat siap menikah dan sudah sangat percaya kepada
calon pendamping saya,saya ditinggalkan begitu saja tanpa
alasan yang jelas. Meninggalkan saya dengan harapanharapan yang sudah saya bangun. Dilain pihak,saya tidak
mampu menjelaskan kepada keluarga saya mengenai apa yang
saya alami. Saya begitu terpukul dan bersedih. Hal itu
membuat saya sulit untuk percaya kembali dengan sebuah
hubungan. Saya sangat tidak bisa mengkondisikan diri saya
pada saat itu. Dan sekarang saya memilih untuk tidak dulu
memikirkan hal-hal tersebut. Untuk saya saat ini,kebutuhan
keluarga yang harus saya utamakan. Saya masih ingin

39

Universitas Sumatera Utara

menikmati hari-hari saya dengan bekera,karena saya bahagia
dengan diri saya yang sekarang”.
Dan berdasarkan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak hal
dan faktor yang melatarbelakangi para wanita ini lebih fokus untuk bekerja untuk
mencapai karir yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dirinya, dari
pada memikirkan untuk mencari atau memiliki pasangan hidup atau menikah.
Dengan hal itu diamini oleh saudari Ayu hastari dalam petikan wawancara berikut
ini.
“saya tahu usia saya sudah tidak lagi muda. Sudah harus
memikirkan kelanjutan hidup saya,atau mempunyai hubungan
serius dengan seorang pria. Saya bukannnya tidak punya
pasangan atau pacar. Saya hanya masih ingin bekerja dan
meniti karir saya. Dimana saya juga masih harus memenuhi
kebutuhan keluarga saya. Karena saya tidak bisa menjamin
kedepannya jika saya menikah disaat keluarga saya belum
mencukupi

kebutuhannya,suami

saya

mau

menanggung

kebutuhan keluarga saya. Saya tidak mau nantinya keluarga
saya malah tidak bahagia sepeninggal saya menikah. Saya
saat ini benar-benar fokus terhadap keluarga saya,kehidupan
pribadi saya. Saya masih ingin merasakan bekerja tanpa batas
dan tanpa larangan dari pihak mana pun. Saya bahagia

40

Universitas Sumatera Utara

dengan apa yang saya punya sekarang. Berkarir saat ini
membuat saya mampu menikmati hari-hari saya. Dan yang
alhamdulillahnya,orang tua dan keluarga saya mendukung
keputusan saya untuk menunda menikah. Walau pun saya
sebenarnya sangat ini menikah,saya sangat ingin memiliki
keluarga sendiri,memiliki anak. Tapi saya percaya,saya
mampu melewati ini semua. Saya percaya keputusan saya
menunda menikah akan mendapat hasil yang baik untuk saya
dan keluarga saya”.
Keinginan dan kebutuhan yang menjadikan sebuat keputusan harus di ambil
juga dialami oleh saudari Mapla Sari dalam wawancara berikut.
“bukan gak mau aku menikah,tapi bagaimana lagi. Aku harus
ngutamain keluarga dulu,lagian aku masih mau senangsenang sama keadaanku yang sekarang. Senang-senang pun
dalam artian senang sama pekerjaanku. Aku lagi senang sama
kakrir aku sekarang. Aku pun masih mau bebas kesana-kesini
tanpa harus ijin dulu dari suami atau dari pasanganku. Aku
masih mau nikmati hasil dari kerja kerasku. Keluarga ku pun
masih butuh aku. Adik-adik aku masih butuh biaya banyak
untuk sekolah. Takut aku kalo uda nikah gak bisa aku bagi
semua yang aku punya sama keluarga ku karena aku kan uda

41

Universitas Sumatera Utara

punya suami dan udah punya keluarga sendiri. Aku nyaman
kok sekarang ini. Aku serahkan sama allah soal jodoh
ku,kehidupan aku,pokoknya semuanya lah. Yang penting aku
gak mengganggu orang apalagi merugikan orang. Jadi aku
santai-santai aja”.
4.2.2

Persepsi Masyarakat Terhadap Wanita Karir Dalam Menunda Menikah
Persepsi adalah merupakan proses pengorganisasian , penginterpretasikan

terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan
suatu yang berarti,dan merupakan aktivitas yang integrited dalam individu.
Persepsi juga bisa merupakan satu penelitian, sebagai persiapan untuk
perilaku konkrit dan nilai-nilai itu dengan melaui emosi, motivasi dan eksektasi akan
mempengaruhi persepsi, dan nilai-nilai yang berbeda juga mempengaruhi persepsi
dan perilaku tersebut. Dalam memandang suatu hal, baik itu benda, atau perbuatan,
atau sesuatu yang berbeda dengan pendapat orang lain, kita selalu mempunyai
pendapat atau pandangan tersendiri yang mungkin berbeda dengan orang lain. Hal
tersebut karena dipengaruhi oleh beberapa faktor,baik eksternal dan internal. Karena
persepsi juga merupakan sebuah internal yang dilakukan oleh individu untuk
memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal
(Rahayu, 2008).

42

Universitas Sumatera Utara

Melaui persepsi inilah, individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang
keadaan diri individu yang bersangkutan. Persepsi itu merupakan aktifitas yang
integrited,maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan,
pengalaman, kemampuan berfikir, kerangka acuan dan aspek-aspek lain yang ada
dalam diri individu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut (walgito, 2000:54).
4.2.3

Manifestasi Gender Pada Kaum Perempuan
Ada dua dampak yang muncul dalam masyarakat,yaitu dampak positif dan

dampak negatif. Analisisnya yang sering kita ketahui adalah Manifestasi. Dimana
perbedaan gender dan pembagian gender yang mengakibatkan, termanifestasi dalam,
posisi subordinasi kaum perempuan di hadapan laki-laki. Subordinasi disini berkaitan
dengan politik terutama menyangkut soal proses pengambilan keputusan dan
pengendalian kekuasaan. Meskipun jumlahnya 50% dari penduduk bumi, namum
posisi kaum perempuan ditentukan dan dipilih kaum laki-laki. Subordinasi tersebut
tidak saja secara khusus tersebut tidak saja secara khusus terdapat dalam birokrasi
pemerintahan ,masyarakat maupun masing-masing rumah tangga, tetapi juga secara
global. Banyak sekali contoh kasus, baik dalam tradisi, tafsir keagamaan, maupun
dalam aturan birokrasi dimana kaum perempuan diletakkan dalam posisi yang lebih
rendah dari pada kaum laki-laki. Misalnya persyaratan bagi kaum perempuan yang
hendak menunaikan tugas belajar belajar keluar negeri harus mendapat izin dari
suami, sebaliknya suami tidak perlu persyaratan mendapat izin dari istri.

43

Universitas Sumatera Utara

Secara ekonomis, perbedaan dan pembagian juga melahirkan proses
marginalisasi perempuan. Proses marginalisasi perempuan terjadi pada kultur,
birokrasi, maupun program-program pembangunan. Misalnya dalam program
pertanian yang dikenal dengan Revolusi Hijau, kaum perempuan secara sistematis
disingkirkan dan dismiskinkan. Penggantian bibit pertanian jenis unggul terpaksa
mengganti ani-ani dengan sabit, artinya menggusur banyak sekali pekerjaan kaum
perempuan di komunitas agraris terutama di pedesaan. Dengan hanya mengakui lakilaki sebagai ‘Kepala Rumah Tangga’ program industrialisasi pertanian secara
sistematis menghalangi, tidak memberikan ruang yang cukup bagi kaum peremuan ke
agraris marginal. Di sektor lain juga terjadi banyak sekali jenis aktivitas kaum
perempuan yang selalu dianggap tidak produktif (dianggap bernilai rendah), sehingga
mendapat imbalan ekonomis lebih rendah.
Perbedaan dan pembagian gender juga membentuk penandaan atau stereotipe
terhadap kaum perempuan yang berakibat pada enindasan terhadap mereka.
Stereotipe, merupakan satu bentuk penindasan berbentuk ideologidan kultural, yakni
pemberian label yang memojokkan kaum perempuan sehingga mengakibatkan pada
posisi dan kondisi kaum perempuan. Misalnya stereotipe kaum perempuan sebgai
“ibu rumah tangga” sangat merugikan mereka. Akibatnya jika mereka hendak aktif
dalam kegiatan yang dianggapnya sebagai bidang kaum laki-laki, seperti kegiatan
polotik, bisnis, ataupun pemerintahan, maka mereka dianggap bertentangan atau tidak
sesuai dengan kodrat perempuan. Sementara stereotipe laki-laki “pencari nafkah”

44

Universitas Sumatera Utara

mengakibatkan apa saja yang dihasilkan oleh kaum perempuan diangga sebagai
“sambilan atau tambahan” dan cenderung tidak dihitung, tidak dianggap atau tidak
dihargai.
Perbedaan dan pembagian gender juga membuat kaum perempuan bekerja
lebih keras dengan memeras keringat jauh lebih panjang (double-burden). Pada
umumnya jika dicermati, didalam pekerjaan berumah tangga ada beberapa jenis
pekerjaan yang dilakukan laki-laki dan ada beberapa pekerjaan yang dilakukan oleh
perempuan. Pada kenyataannya, dalam banyak observasi yang dilakukan,
menunjukkan bahwa hampir 90% pekerjaan domestik dilakukan oleh perempuan.
Terlebih- lebih bagi mereka yang bekerja (umpamanya buruh industri atau profesi
lainnya), artinya mereka memiliki peran ganda (beban kerja ganda dirumah dan diluar
rumah).
Perbedaan gender tersebut juga melahirkan kekerasan dan penyiksaan
(violence) terhadap kaum perempuan, baik secara fisik maupun secara mental.
Keberagamaan bentuk kekerasan dan penyiksaan terhadap kaum perempuan terjadi
karena perbedaan gender muncul dalam berbagai bentuk. Yaitu, yang bersifat fisik
seperti pemerkosaan, persetubuhan antara anggota keluarga (incest), pemukulan dan
penyiksaan, bahkan yang lebih sadis lagi pemotongan alat genital perempuan dan lain
sebagainya. Kekerasan dalam bentuk nonfisik, yang sering terjadi misalnya pelecehan
seksual, menyebabkan ketidaknyamanan bagi perempuan secara emosional.

45

Universitas Sumatera Utara

Perbedaan dan pembagian gender dengan segenap manifestasinya di atas,
mengakibatkan tersosialisasinya citra posisi, kodrat dan penerimaan nasib perempuan
yang ada. Dengan kata lain segenap manifestasi ketidak adilan gender itu sendiri juga
merupakan proses penjinakan (cooptation) peran gender perempuan sendiri juga
menganggap bahwa posisi dan kondisi yang ada seperti sekarang ini sebagai sesuatu
yang normal dan kodrati. Jadi, keseluruhan manifestasin tersebut ternyata saling
berkait dan saling tergantung serta saling menguatkan satu sama lain.
Beberapa hal bisa disebutkan dari refleksi ini, pertama memperjuangkan
perempuan tidak sama dengan perjuangan perempuan melawan laki-laki, melainkan
persoalan sistem dan struktur ketidak adilan masyarakat dan ketidakadilan gender
adalah salah satunya. Gerakan kaum perempuan adalah gerakan untuk membalas
dendam kepada laki-laki. Jika demikian, gerakan transformasi peremuan adalah suatu
proses gerakan untuk menciptakan hubungan antara sesama manusia yang secara
fundamental lebih baik dan baru. Hubungan ini meliputi hubungan ekonomi, kultural,
ideologi, lingkungan, dan termasuk didalamnya hubungan antara laki-laki dan
perempuan. Untuk itu ada beberapa jenis agenda guna mengakhiri sistem yang tidak
adil ini :
1. Melawan hegemoni yang merendahkan perempuan, dengan cara melakukan
dekonstruksi ideologi. Dimana dekonstruksi artinya adalah mempertanyakan
kembali segala sesuatu yang menyangkut nasib perempuan dimana saja, pada
tingkat dan dalam bentuk apa pun saja. Pertanyaan tersebut dapat dimulai dari

46

Universitas Sumatera Utara

kasus yang sifatnya makro, seperti women in development (WID), sampai
kasus-kasus yang dianggap kecil yakni pembagian peran gender dirumah
tangga.Kritis gender (Gender Critical Consciousness), yakni kesadaran akan
ideologi hegemoni dominan dan kaitannya dengan penindasan gender. Maka,
tugas utama yang harus dilakukan adalah membentuk visi yang berakar pada
sistem modernisasi, developmentelism dan kapitalisme. Melalui pendidikan
kritis, akan lahir gagasan dan nilai baru yang menjadi dasar bagi transformasi
gender.
2. Melawan

paradigma

keterbelakangan

kaum

developmentalism
perempuan

yang

disebabkan

berasumsi
karena

mereka

bahwa
tidak

berpartisipasi dalam pembangunan. Karean perempuan dianggap tidak mampu
memecahkan masalahnya sendiri, maka rogram perlu didesain oleh perencana
ahli yang kemudian dikirimkan kepada mereka. Perempuan dianggap sebagai
objek pembangunan, yakni dididentifikasi, diukur, dan dirogramkan.
Perempuan juga dianggap sebagai objek pengembangan pengetahuan mereka.
Karena, knowlage is power, maka riset terhadap perempuan adalah juga
proses dominasi. tujuan riset mereka adalah untuk memahami perempuan,
agar dapat memprediksi perilaku perempuan dalam rangka rekayasa
peranannya dalam pembangunan. Dengan demikian perjuangan perempuan
termasuk senantiasa mempertanyakan dominasi elit yang menggunakan
pengetahuan dan diskursus pembangunan dari hegemoni kapitalisme dan
modernisasi.
47

Universitas Sumatera Utara

4.2.4

Gerakan Feminisme Di Indonesia
Secara kasar kita bisa mengamati tahapan-tahapan dari perjuangan isu

perempuan dan isu ketidakadilan gender oleh gerakan feminisme di Indonesia.
Meskipun gerakan feminisme sudah terdengar sejak awal tahun 60’an, namun baru
menjadi isu dalam kaitannya dengan pembangunan pada tahun 70’an oleh sejumlah
LSM . secara sederhana dapat dibagi dalam 3 dasawarsa tahapan. Dasawarsa pertama
adalah tahapan “pelecehan”. Selama tahun 1975-1985 hampir semua aktifis LSM
menganggap bahwa gender bukan jadi masalah penting, bahkan banyak yang
melakukan pelecehan. Umumnya mereka tidak menggunakan analisis gender,
sehingga reaksi terhadap masalah itu sendiri sering menimbulkan konflik antar aktifis
perempuan dan yang lainnya. Perlawanan terhadap masalah perempuan dikalangan
aktivis mengambil bentuk yang bermacam-macam. Umumnya bentuk perlawanannya
adalah dengan penjinakan demi kelancaran projek dari agenda utama program
organisasi yang bersangkutan.
Periode dasawarsa kedua adalah 1985-1995. Dasawarsa tersebut pada
dasarnya merupakan dasawarsa pengenalan dan pemahaman tentang apa yang
dimaksud analisis gender dan mengapa gender menjadi masalah pembangunan.
Banyak orang menganggap bahwa masa pengenalan analisis gender tersebut erat
kaitannya dengan kuatnya kebijakan lembaga-lembaga donor tentang masalah
tersebut. Sehingga, banyak sekali orang meragukan apakah memang para aktivis
LSM menerima isu tersebut dengan kesadaran kritis mereka. Banyak indikasi

48

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan bahwa penerimanaan tersebut lebih merupakan formalitas belaka.
Reaksi mereka lebih kepada pendekatan kuantitatif, tanpa analisis yang mendalam.
Lambat laun upaya tersebut membuahkan hasil, dimana isu gender dan isu
perempuan tidak lagi dilecehkan, bahkan mulai diminati. Pelatihan yang bertujuan
membangkitkan kepekaan gender (gender sensitivity training) dilakukan di manamana, dan hal tersebut sangat membantu menjelaskan pengertian isu gender yang
sebenarnya. Berbagai buku yang menjelaskan isu tersebut mulai dikembangkan.
Selain itu berbagai LSM mulai membuat program-program percontohan yang dikenal
dengan program Women in Development. Analisis gender and development pada saat
yang sama juga mulai dikembangkan. Beberapa LSM juga mulai memakai analisis
gender dalam mengembangkan program-programnya.
Berbagai tantangan pada dasawarsa kedua ini muncul dalam berbagai
bentuknya. Pertama, tantangan dari pemikiran dan tafsirak keagamaan yang patriarki.
Berbagai usaha untuk mendialogkan dengan pengikut agama dengan isu gender juga
telah sering dilakukan. Berbagai buku karya Riffat Hassan, Fatimah Mernisi dan
Asghar Ali Engineer menjadi bahasan diskusi kalangan muslim di Indonesia. Yang
diperlukan adalah berbagai kajian terhadap ajaran-ajaran agama yang bias gender. Ini
berarti perlu suatu pengorganisasian penafsiran kembali ayat-ayat al-Qur’an dan fikih
dengan menggunakan persfektif gender. Tantangan lain yang sudah teridentifikasi
pada tahap ketiga ini adalah tantangan gerakan kilas balik dari aktivis baik dari kaum
lekaki maupun dari kaum perempuan itu sendiri.

49

Universitas Sumatera Utara

Maka dengan kata lain, proses transformasi sosial sesungguhnya bisa
dinamakan proses demikratisasi. Proses demokratisasi itu merupakan alternatif bagi
developmentalism,

karena

pada

kenyataannya

developmentalism

merupakan

perwujudan dari sistem yang secara ekonomi sesungguhnya sangat otoriter dan
eksploitatif, secara politik sangat represif, dan secara kultural melahirkan dominasi.
Jadi, demoikratisasi merupakan satu-satunya cara dan proses yang memungkinkan
terciptanya ruang kesempatan, wewenang dan memungkinkan rakyat mengelolanya
dirinya sendiri, melalui diskusi dan aksi bersama, dengan prinsip kesamaan dan
keadilan. Demokratisasi akang terjadi apabila masyarakat sendiri mengidamkan,
mencita-citakan, dan memenangkan perjuangannya.
Gerakan transformasi gender lebih merupakan gerakan pembebasan
perempuan dan laki-laki dari suatu sistem yang adil. Maka transformasi gender
adalah upaya liberasi dari segala bentuk penindasan , baik secara struktural, personal,
kelas, warna kulit, maupun ekonomi internasional. Dengan demikian sesungguhnya
gerakan feminisme bukannlah gerakan semata-mata untuk menyerang laki-laki, tetapi
merupakan pergerakan perlawanan terhadap sistem yang tidak adil, serta citra
partrialkal bahwa perempuan itu pasif, dan tergantung dan inferior. Sehingga,
transformasi gender sebagai jalan menuju tranformasi sosial yang lebih luas, harus
merupakan proses penghapusan atau penyingkiran dari segala bentuk ketidak adilan,
penindasan, dominasi dan diskriminasi, sebagai hubungan yang saling terkait, yang
meliputi hubungan ekonomi, sosial, kultural,ideologi, lingkungan dan termasuk di

50

Universitas Sumatera Utara

dalamnya hubungan antara laki-laki dan perempuan. Tentu saja dalam hal tersebut,
sangat dibutuhkan perubahan peran gender, baik perempuan maupun laki-laki.
Kekuatan yang dinmaksud adalah kekuatan internal dalam rangka mengontrol hidup
dan kemampuan mendapatkan akses alokasi sumber-sumber material dan nonmaterial
dengan demikian transformasi gender menolak integrasi

perempuan kedalam

developmentalism, karena kaum perempuan tidak dapat menetapkan pilihan dan
memberikan suara guna mempertahankan kehidupan seperti apa yang diidamkannya.

51

Universitas Sumatera Utara

PENUTUP
BAB V
5.1 KESIMPULAN
1. Faktor-faktor seorang wanita menunda usia menikah bermacam ragam. Tidak
hanya persoalan materi dan kebutuhan. Prinsip hidup serta psikologis terhadap
apa yang telah terjadi atau yang bisa dikatakan sebagai trauma menjadi faktor
penting juga terhada pengambilan keputusan tersebut. Dibalik semua itu, era
sekarang memang menjadi fenomena penting yang menjadi alasan seorang
wanita belum menikah diusia matangnya.
2. Wanita menjadikan karir sebagai gaya hidup serta pilihan, tidak ingin
bergantung pada orang lain dan merasa bahwa dirinya mampu. Selain itu, efek
dari fenomena ini memunculkan juga pandangan bahwa, era sekarang
masyarakat tidak lagi tabu dengan seorang wanita yang belum menikah diusia
matanngnya. Sudah menjadi hal biasa dikarenakan sudah menjadi fenomena
yang banyak terjadi. Bahkan didaerah sekalipun, yang dimana kebanyakan
atau sudah budanyanya seorang wanita yang sudah dewasa akang segera
menikah (menikah muda). Tapi dengan fenomena ini memunculkan budaya
baru dimana seorang wanita lebih memilih untuk bekerja dan meniti karir dari
pada harus menikah diusia yang sangat muda.
3. Dari sisi historis, terjunnya kaum wanita ke lapangan untuk bekerja dan
berkarir semata-mata karena unsur keterpaksaan. Dalam hal memilih
pekerjaan, secara singkat, dapat dikemukakan bahwa perempuan mempunyai
52

Universitas Sumatera Utara

hak untuk bekerja selama pekerjaan tersebut membutuhkannya dan selama
mereka membutuhkan pekerjaan tersebut. Selain itu, pekerjaan itu dapat
dilakukannya dalam suasana terhormat, sopan, serta selama mereka dapat
memelihara agmanya, serta dapat pula menghindari dampak-dampak negatif
dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkugannya.
4. Wanita dikodratkan sebagai seorang ibu. Sehingga tugas utama adalah
mengajari anaknya sebagai pengajar pertama sebelum anaknya masuk ke
sekolah umum. Memberikan seluruh perhatiaannya pada anaknya. Karena
sesungguhnya ibu adalah seorang penentu akan jadi apa anaknya kelak. Oleh
karena itu seorang ibu sangat perlu untuk belajar sama seperti seorang lakilaki.

5.2 SARAN
1. Kepada para wanita yang sedang berkarir sebaiknya memikirkan kembali
keputusan yang sudah diambil. Mengingat, tidak sehatnya seorang wanita
yang baru akang menikah diusia matang untuk mempunyai suatu hubungan
yang serius dan akan memiliki anak. Sebab pada usia matang,wanita yang
belum memiliki anak sangat beresiko pada kesehatan janinnya.
2. Keluarga menjadi tempat paling dekat dari seorang yang sedang mengambil
keputusan, untuk mendukung segala keputusan. Mendukung pilihan dan
membantu dalam menghadapi segala hal. Untuk itu keluarga harus mampu
menjadi tempat yang paling diercaya atas semua hal yang akan dihadapi.
53

Universitas Sumatera Utara

Saling terbuka dan berbagi. Mampu menjadi pemberi saran dan pandangan
yang baik untuk seorang wanita yang sudah menganbil sebuah keputusan
untuk menunda menikah diusia yang sudah cukup matang.
3. Masyarakat dan lingkungan sekitar tidak menjadikan seseorang sebagai alat
untuk menyebarkan berita yang tidak memiliki kebenaran. Mengurangi fikiran
negatif pada wanita yang belum menikah diusia yang sudah matang. Mampu
menjadi lingkungan yang positif yang mampu menyebarkan susana aman dan
nyaman untuk seseorang bisa tinggal.

54

Universitas Sumatera Utara