Kecenderungan Wanita Karir Menunda Usia Menikah di Kota Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman seperti saat ini, pemikiran manusia pun

mengalami revolusi yang mengarah pada kemajuan. Revolusi berpikir ini mencakup
berbagai bidang kehidupan, salah satunya dalam bidang pekerjaan. Dahulu hampir
seluruh bidang pekerjaan hanya didominasi oleh kaum adam saja, namun kini banyak
kaum hawa yang mulai meniti karir sesuai dengan yang diinginkannya. Bukan hanya
sekedar untuk mengisi waktu luang atau memuaskan keinginan saja, tapi banyak
diantara mereka yang bekerja untuk memperbaiki ekonomikeluarga.
Pembicaraan tentang karier wanita dan wanita karier dewasa ini semakin
hangat, terutama di negeri ini dan mendapatkan dukungan serta perhatian serius dari
berbagai kalangan, khususnya yang menamakan diri mereka kaum Feminis dan
pemerhati wanita.
Perkembangan dunia dan pengalaman menyajikan hal yang lain untuk
perempuan. Jaminan untuk sukses secara finansial, diakui eksistensi dan menyandang
predikat mandiri mengharuskan perempuan menjemput impian dengan belajar ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi, mendapatkan pekerjaan yang prestise dan
mendapat posisi yang tinggi dalam dunia pekerjaan. Hal ini selanjutnya memberikan
predikat kepada perempuan yang memiliki pekerjaan dengan gelar “wanita karier”.

1

Universitas Sumatera Utara

Wanita Karir berarti wanita yang memiliki pekerjaan dan mandiri finansial baik kerja
pada orang lain atau punya usaha sendiri. Ia identik dengan wanita pintar dan
perempuan modern.
Sebenarnya banyak alasan mengapa di era sekarang ini wanita karir yg belum
menikah sangat banyak dan menjadi fenomena di kalangan masyarakat. Dengan
berbagai alasan para wanita lebih memilih untuk tidak menikah dan melanjutkan
hidup dengan berkarir. Salah satu contoh dimana wanita menunda usia pernikahannya
dengan alasan belum merasa mapan dan mampu menjalani hidup berdampingan
dengan pria atau disebut menikah. Hal ini menyebabkan kesiapan dan keinginan
menikah tertunda. Adapun alasan lain adalah dimana seorang wanita tidak mendapat
tekanan atau tuntunan berlebih dari keluarga ,dimana pihak keluarga tidak
mempermasalahkan keadaannya.

Ketika masyarakat berkembang menjadi masyarakat agraris dan industri,
peran wanita semakin beranjak dari sektor domestik ke arak publik, seperti bertani,
berladang, membuka warung, bekerja sebagai buruh pabrik, dan lain sebagainya,
namun tak jarang dijumpai pemikiran masyarakat yang menganggap bahwa
perempuan yang bekerja diluar rumah telah menyalahi kodratnya dan pada akhirnya
akan melahirkan ketidak seimbangan dalam rumah tangga yang akan berdampak pada
keluarga.
Seiring dengan modernitas zaman, pola gerak dan aktivitas perempuan
berubah dan turut mempengaruhi ideologi, pemikiran, serta peran yang selama ini
dijalaninya. Apabila dahulu perempuan hanya berkutat pada ranah domestik, namun
2

Universitas Sumatera Utara

sekarang perempuan banyak menekuni aktivitas di ranah publik dengan berkarir dan
mampu mandiri dari segi ekonomi. Maka, peran tersebut seharusnya tidak dibakukan,
karena hanyalah bentukan sosial saja.
Dalam era globalisasi pembangunan nasional dalam konteks sumber daya
manusia, keterlibatan antara laki-laki dan perempuan merupakan hal yang sangat
esensial.Oleh sebab itu, kepedulian holistik yang melihat sumber daya manusia

dengan peran kekhalifahannya di bumidengan acuan nilai-nilai agama dan nilai luhur
budaya bangsa, perlu disinergikan dalam konteks dimensi domestik dan publik
sekaligus.Dimensi publik yang menyangkut aspek perempuan dibidang iptek,
ekonomi,

ketenagakerjaan,

politik

dan

ketahanan

nasional.Dimensi

domesticmencakup aspek kesejahteraan keluarga, kesehatan, hubungan keluarga yang
simetris dan lain-lain. (Huzaimah,1996: 151).
Dari sisi historis, terjunnya kaum wanita ke lapangan untuk bekerja dan
berkarir semata-mata karena unsur keterpaksaan. Dalam hal memilih pekerjaan,
secara singkat, dapat dikemukakan bahwa perempuan mempunyai hak untuk bekerja

selama pekerjaan tersebut membutuhkannya dan selama mereka membutuhkan
pekerjaan tersebut. Selain itu, pekerjaan itu dapat dilakukannya dalam suasana
terhormat, sopan, serta selama mereka dapat memelihara agmanya, serta dapat pula
menghindari dampak-dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan
lingkugannya.

3

Universitas Sumatera Utara

Saat ini pergulatan hidup dijaman modern para wanita memilih untuk keluar
dari tabir kodratnya, yang seharusnya menjadi penanggung jawab di dalam lingkup
lembaga keluarganya menjadi seorang wanita karir. ada yang memang terpaksa
bekerja untuk menjadi tulang punggung keluarganya , ada juga yang sekedar untuk
menunjukan eksistensi mereka untuk wanita lajang. Seiring berkembangnya waktu
muncul sikap moderenisasi di berbagai bidang. Banyak merubah pola gerak dan
aktifitas kaum wanita dan tururt memoengaruhi ideologi dan pemikiran kaum wanita
terhadap peran yang dahulu biasa mereka lakoni. Jika dahulu wanita hanya
melakukan pekerjaan domestik maka sekarang banyak para wanita yang berkarir dan
mandiri dari segi ekonomi. Dimasa modern seperti saat ini pasti kita tidak asing

mendengar sebutan wanita karir. Wanita karir sering sekali dikaitkan sebagai salah
satu bentuk emansipasi wanita yang diusung oleh Ibu R.A Kartini. Namun
sebenarnya wanita karir dan maksud dari emansipasi itu berbeda. Berikut perbedaan
keduanya.
Pengertian wanita karir adalah wanita yang menjadikan pekerjaan sebagai
pekerjaan sebagai prioritas utama. Wanita karir juga bisa diartikan wanita yang
bekerja secara serius sehingga kepentingan lainnya kalah dengan pekerjaan tersebut.
Sedangkan emansipasi wanita adalah penyamaan hak wanita untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan dan bekerja. Penyamaan hak disini berarti wanita dan
laki-laki memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk menuntut ilmu pengetahuan
dan tidak ada batasannya.

4

Universitas Sumatera Utara

Namun saat ini emansipasi diartikan lain oleh para wanita sendiri. Mereka
menganggap bahwa emansipasi berarti meraih ilmu setinggi-tingginya dan juga
pekerjaan yang sangat serius. Halt ersebut sangatlah berbeda dengan emansipasi yang
dikemukakan oleh Ibu Kartini. Karena dalam Surat Ibu Kartini disebutkan bahwa

tujuan dari emansipasi sendiri adalah agar wanita yang nantinya akan menjadi ibu, ia
bisa mengajar anaknya. Karena wanita merupakan pengajar pertama untuk anakanaknya kelak.
Hal ini tentu berbeda sekali dengan fenomena yang terjadi saat ini. Memang
sudah banyak wanita yang sekarang menjadi panutan dengan segala penemuan dan
pemikirannya, muncul sebagai Kartini masa modern. Namun kebanyakan dari Kartini
modern ini lupa akan kodratnya sebagai ibu.
Wanita dikodratkan sebagai seorang ibu. Sehingga tugas utama adalah
mengajari anaknya sebagai pengajar pertama sebelum anaknya masuk ke sekolah
umum. Memberikan seluruh perhatiaannya pada anaknya. Karena sesungguhnya ibu
adalah seorang penentu akan jadi apa anaknya kelak. Oleh karena itu seorang ibu
sangat perlu untuk belajar sama seperti seorang laki-laki.
Bagi laki-laki mereka belajar untuk digunakan ketika mereka bekerja, namun
bagi wanita mereka belajar untuk mengajari anaknya kelak. Meski bekerja bolehboleh saja namun prioritas utama seorang wanita adalah merawat anak.

5

Universitas Sumatera Utara

Saat ini wanita modern lebih memilih untuk bekerja dan terkadang mereka
tidak mempedulikan anak mereka. Mereka berdalih jika mereka bekerja untuk

memenuhi kebutuhan anaknya. Namun hal tersebut salah kaprah. Karena setiap anak
lebih membutuhkan kasih sayang dari seorang ibu kandung mereka. Namun karena
ibu mereka sibuk bekerja dan lebih memilih mengejar karirnya, mereka jadi kurang
perhatian dari orang tua dan merasa tidak diperhatikan. Dan akhirnya mereka akan
mencari perhatian orang mereka dengan cara-cara yang salah seperti berbuat
kerusuhan di sekolah, sering keluar rumah, bolos sekolah dan lain sebagainya.
Anak-anak tersebut bila tidak segera diperhatikan akan bertambah
kenakalannya menjadi lebih parah lagi. Sayangnya, banyak ibu dari anak-anak
tersebut tetap tidak mau tahu apa yang terjadi pada anaknya. Da ibu tersebut hanya
menitipkan anaknya pada pengasuh yang dibayar tanpa mau tahu apa yang
sebenarnya terjadi pada anaknya.
Mereka berdalih jika mereka sudah memenuhi segala keinginan yang anak
mereka inginkan namun mereka tidak sadar bahwa yang sesungguhnya diinginkan
anak mereka adalah kasih sayang dari seorang ibu. Apakah ini yang disebut
emansipasi? Tentu saja tidak, sebagai seorang wanita memang boleh bekerja namun
disisi lain dia juga harus sadar akan tugas wanita yang tidak bisa dihilangkan. Yaitu
menjadi seorang ibu yang baik bagi anak-anaknya.

6


Universitas Sumatera Utara

Menjadi pengajar bagi anak bukan berarti harus berdiam diri tanpa ada
kegiatan. Sebagai wanita pasti juga ingin mendapatkan uang sendiri untuk keperluan
wanita seperti untuk membeli alat make up, baju, dan lain sebagainya.
Kaitannya cinta dengan wanita karir, menurut saya, jabatan tertinggi untuk
seorang wanita karir bukanlah sebagai direktur atau komisaris tetapi sebagai seorang
istri dan seorang ibu di mana jabatan tersebut tak dapat dibayar dengan nominal
tertentu karena memang sangat mulia dan tak ternilai harganya, di posisi istri atau
menjadi seorang ibu banyak ladang amal yang menghasilkan pahala-pahala yang
nilainya tak sebanding dengan rupiah.
Khususnya bagi kaum perempuan di kota yang masih muda “single” dan
sudah bekerja pada saat

sekarang ini, keinginan untuk bekerja selain ingin

mendapatkanpengalaman bekerja juga untuk memperoleh materi, dan kedudukan
yang lebih bagus. Dapat dilihat pada kaum perempuan ketika sudah bekerja dan
mempunyai penghasilan sendiri, maka apa yang diinginkan dapat terpenuhi, selain
tidak ingin merepotkan orang tua.

Di saat seorang wanita karir harus memilih antara cinta atau karir, dia
dihadapi oleh 1001 macam alasan yang datang, baik dari dalam dirinya ataupun dari
lingkungan sekitarnya.
Namun tidak sedikit wanita karir yang idealis dengan karirnya dan
mengesampingkan cinta bahkan kehidupan pribadinya, baginya karir adalah prioritas
utama dari segala hal.Hidup melajang adalah merupakan fenomena yang tidak
disukai oleh anggota keluarga dan merupakan bentuk penyimpangan bagi
7

Universitas Sumatera Utara

masyarakat. Fenomena ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tertentu,melainkan
terjadi pada hampir seluruh perempuan di dunia walau dalam keadaan dan identitas
yang berbeda-beda (Muhyidin Abdul Hamid,2003:2-3).
Feminisme merupakan gerakan pemberontakan terhadap kaum laki-laki,upaya
melawan pranata sosial yang ada,seperti institusi rumah tangga,perkawinan,maupun
usaha pemberontakan perempuan untuk mengingkari kodrat.
Karena adanya prasangka tersebut,maka feminisme tidak mendapat tempat
pada kaum perempuan,bahkan ditolak oleh masyarakat,sedangkan menurut kaum
feminis,feminisme,seperti hal nya aliran pemikiran dan gerakan yang lain,bukan

merupakan suatu pemikiran dan gerakan yang berdiri sendiri,akan tetapi meliputi
berbagai ideologi,paradigma serta teori yang dipakainya.
Tujuan dari feminisme itu adalah kepedulian memperjuangkan nasib
perempuan. Hal itu dikarenakan ada nya kesadaran bahwa perempuan ditindas,di
eksploitasi,dan berusaha untuk menghindari penindasan dan eksploitasi.
Apa yang disebut sebagai Feminis Liberal ialah pandangan untuk
menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual.
Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan
pemisahan antara dunia privat dan publik. Setiap manusia -demikian menurut
mereka- punya kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula
pada perempuan. Akar ketertindasan dan keterbelakngan pada perempuan ialah
karena disebabkan oleh kesalahan perempuan itu sendiri. Perempuan harus

8

Universitas Sumatera Utara

mempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka "persaingan
bebas" dan punya kedudukan setara dengan lelaki.
Tokoh aliran ini adalah Naomi Wolf, sebagai "Feminisme Kekuatan" yang

merupakan solusi. Kini perempuan telah mempunyai kekuatan dari segi pendidikan
dan pendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta
saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki.
Feminisme liberal mengusahakan untuk menyadarkan wanita bahwa mereka
adalah golongan tertindas. Pekerjaan yang dilakukan wanita di sektor domestik
dikampanyekan sebagai hal yang tidak produktif dan menempatkab wanita pada
posisi sub-ordinat. Budaya masyarakat Amerika yang materialistis, mengukur segala
sesuatu dari materi, dan individualis sangat mendukung keberhasilan feminisme.
Wanita-wanita tergiring keluar rumah, berkarier dengan bebas dan tidak tergantung
lagi pada pria.
Adanya wanita karir yang hidup melajang salah satunya diakibatkan karena
adanya perubahan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang membuat pola pikir
perempuan semakin berkembang dan dapat menyaingi laki-laki. Berdasarkan uraian
diatas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana perilaku wanita karir yang tidak
menikah di kalangan masyarakat, khususnya pada masyarakat Kota Medan.

9

Universitas Sumatera Utara

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas,peneliti mencoba

merumuskan permasalahan yang menjadi focus penelitian yang akan diteliti lebih
lanjut. Adapun beberapa yang menjadi perumusan masalah peneliti an ini adalah?
1.

Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengambilan keputusan menunda
menikah pada wanita karir.

2.
1.3.

Bagaimana pengambilan keputusan menunda menikah pada wanita karir.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dibuat untuk mengungkapkan keinginan peneliti dalam

suatu penelitian. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah mengungkap
factor-faktor apa saja yang menyebabkan kecenderungan wanita karir menunda usia
menikah.
1.4.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebaagai berikut:
A.

Manfaat Teoritis

1.

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan pemanfaatannya bagi instansi yang terkait pada
pengetahuan sosial.

10

Universitas Sumatera Utara

2.

Penelitian ini juga di harapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai
rujukan untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian
ini.

3.

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi baik secara
langsung ataupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Sosiologi
khususnya untuk menambah kajian tentang kecenderungan wanita karir
menunda usia menikah. Selain itu penelitian ini juga diharapakkan bisa
menjadi salah satu sumber tentang wanita karir yang belum menikah
namun masih menginginkan untuk menikah walaupun di usianya yang
menginjak usia dewasa madya.

B.

Manfaat praktis.

1.

Hasil penilitian diharapkan mampu meningkatkan kemampuan penulis
dalam membuat suatu karya ilmiah khususnya yang berkaitan dengan
sosiologi gender.

2.

Diharapkan mampu menjawab persoalan-persoalan yang terjadi dalam
masyarakat dan dijadikan sebagai bahan informasi bagi masyarakat luas
dan masyarakat Kota Medan tentang kecenderungan wanita karir
menunda usia menikah.

11

Universitas Sumatera Utara

1.5.

Definisi Konsep
Untuk melakukan penelitian ini, terdapat beberapa konsep yang digunakan

sebagai acuan untuk mengerjakan penelitian tersebut. Dan konsep tersebut juga
digunakan sebagai menelaah sebuah kasus yang akan di teliti sehingga dapat
mengindari terjadinya kesalahan dalam penafsiran sebuah kasus dalam penelitian,
konsep ini juga untuk mempermudah dalam melakukan penelitian. Adapun
beberapa konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini, antara lain ialah:
A.

Wanita Karir
Degradasi semantis, peyorasi,penurunan nilai makna; arti sekarang lebih

rendah dari arti Dalam penelitian ini menggunakan kata wanita karier bukan
perempuan karier adalah terkait dengan istilah umum yang berlaku mengikuti
perkembangan bahasa Indonesia saat ini, bahwa kata wanita menduduki posisi
dan konotasi terhormat. Kata ini mengalami prosesameliorasi, suatu perubahan
makna yang semakin positif, arti sekarang lebih tinggi daripada arti dahulu.
Sedangkan, dalam pandangan masyarakat Indonesia, kata perempuan
mengalami dahulu.
B.

Pernikahan Dan Dasar Hukum
Pernikahan merupakan suatu perjanjian yang mengikat antara laki-laki

dan perempuan untuk menghalalkan hubungan biologis antara kedua belah
pihak dengan sukarela. Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria
dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman pertemanan
persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat seksual dan menjadi lebih
12

Universitas Sumatera Utara

matang. Pernikahan juga merupakan awal dari terbentuknya keluarga dengan
penyatuan dua individu yang berlainan jenis serta lahirnya anak-anak.
Pernikahan juga memiliki arti seperti hubungan antara pria dan wanita yang
diakui masyarakat, yang melibatkan hubungan seksual, adanya penguasaan dan
hak asu anak dan saling mengetahui tugas masing-masing sebagai suami dan
sebagai istri.
C.

Usia Ideal Wanita Menikah
Di dalam Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Bab 2

pasal 7 ayat 1 berbunyi “Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah
mencapai umur 19 tahun tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16
tahun”. Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Agama No.11 tahun 2007
Tentang Pencatatan Nikah Bab IV pasal 8 “Apabila seorang calon sumi belum
mencapai umur 19 tahun dan seorang calon isteri belum mencapai umur 16
(enambelas) tahun, harus mendapat dispensasi dari pengadilan”. Pasal-pasal
tersebut diatas sangat jelas sekali hampir tak ada alternatif penafsiran, bahwa
usia yang diperbolehkan menikah di Indonesia untuk laki-laki 19 tahun dan
untuk wanita 16 tahun. Namun itu saja belum cukup, dalam tataran
implementasinya masih ada syarat yang harus ditempuh oleh calon pengantin,
yakni jika calon suami dan calon isteri belum genap berusia 21 tahun maka
harus ada ijin dari orang tua atau wali nikah, hal itu sesuai dengan Peraturan
Menteri Agama No.11 tahun 2007 tentang Pencatatan nikah Bab IV pasal 7
“Apabila seorang calon mempelai belum mencapai umur 21 tahun, harus
13

Universitas Sumatera Utara

mendapat

ijin

tertulis

kedua

orang

tua”.

(http://kua-

rancah.blogspot.co.id/2012/07/ batas-usia-pernikahan-dalam-undang.html)

14

Universitas Sumatera Utara