Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Nelayan (Studi Kasus: Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang
siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar
rakyat Indonesia menggantungkan hidupnya dari kekayaan laut dengan mata
pencaharian menangkap ikan (nelayan). Masyarakat pesisir pantai sebagian besar
berprofesi sebagai nelayan. Perekonomian mereka sangat bergantung secara
langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut. Hasil dari pemanfaatan sumberdaya
laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling penting bagi manusia untuk
mempertahankan hidup. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha
untuk mencukupi kebutuhannya. Pangan sebagai sumber zat gizi (karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi landasan utama manusia untuk
mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan.
Pola konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang atau rumah tangga
untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam
menyusun pola konsumsi, pada umumnya orang akan mendahulukan kebutuhan
pokok yaitu pangan. Pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan merupakan
susunan bahan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan yang
dikonsumsi oleh rumah tangga yang berprofesi sebagai nelayan dalam jangka
waktu tertentu.
1
Universitas Sumatera Utara
Pola konsumsi pangan antar rumah tangga dapat berbeda-beda, hal ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor misalnya ketersediaan pangan, sosial budaya, pengetahuan
gizi, ekonomi dan lingkungan. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah
faktor pendapatan. Tinggi rendahnya pendapatan suatu rumah tangga dapat
mempengaruhi rumah tangga dalam memilih dan menentukan jenis pangan yang
bermutu gizi baik yang beragam dan berimbang. Karena itu, perubahan pada
faktor-faktor tersebut akan menyebabkan pola konsumsi pangan suatu rumah
tangga.
Dalam menentukan pola konsumsi pangan rumah tangga, yang paling berperan
penting adalah peran ibu sebagai pengatur dan manajemen dalam rumah tangga.
Sehingga umur dan pendidikan ibu dinilai mampu memberikan pengaruh yang
positif dalam penentuan kualitas menu pangan yang dikonsumsi sehari-hari.
Pendidikan ibu rumah tangga berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan sikap
yang dimilikinya dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga.
Besar kecilnya pendapatan akan mempengaruhi jenis pengeluaran konsumsi.
Secara garis besar alokasi pengeluaran konsumsi rumah tangga digolongkan
dalam dua kelompok penggunaan yaitu pengeluaran untuk makanan dan
pengeluaran untuk non-makanan.
Pengeluaran untuk makanan menurut skoring Pola Pangan Harapan (PPH)
mencakup sembilan bahan pangan yaitu: (1) padi-padian yang terdiri dari beras,
jagung, terigu, dan padi-padian lainnya, (2) makanan berpati atau umbi-umbian
yang terdiri dari kentang, ubi kayu, sagu, talas dan umbi-umbian lainnya, (3)
pangan hewani yang terdiri dari ikan, daging, telur, susu, dan lemak hewani, (4)
Universitas Sumatera Utara
lemak dan minyak yang terdiri dari minyak kelapa, minyak jagung, minyak kelapa
sawit dan margarine, (5) buah biji berminyak yang terdiri dari kelapa, kemiri,
kenari, mete, dan coklat, (6) kacang-kacangan yang terdiri dari kacang kedelai,
kacang tanah, kacang hijau dan kacang-kacangan lainnya, (7) gula yang terdiri
dari gula pasir, gula merah dan gula lainnya, (8) sayur dan buah adalah seluruh
jenis sayur dan buah yang biasa dikonsumsi, dan (9) lain-lainnya terdiri dari teh,
kopi, bumbu makanan dan minuman beralkohol (Sembiring, 2002).
Tabel 1. Situasi Perkembangan Konsumsi Pangan Penduduk Sumatera
Utara Tahun 2010-2014
2010
2011
No Kelompok Pangan
Gr/Kap/ Gr/Kap/
Hr
Hr
1
Padi-padian
314,53
327,30
2
Umbi-umbian
62,30
30,20
3
Pangan Hewani
116,59
116,70
4
Minyak dan lemak
25,10
25,50
5
Buah/Biji Berminyak
12,70
11,70
6
Kacang-kacangan
11,18
12,50
7
Gula
26,70
26,00
8
Sayur dan Buah
210,65
196,00
9
Lain-Lain
43,62
53,70
823,37
799,60
Total
Skor PPH
78,7
76,3
Sumber : Badan Ketahanan Pangan, 2015
2012
Gr/Kap/
Hr
292,23
53,53
291,99
16,15
66,38
13,92
14,06
220,64
0,03
968,93
82,1
2013
Gr/Kap/
Hr
308,50
52,20
127,90
24,60
11,50
19,90
26,20
220,60
73,00
864,40
83,6
2014
Gr/Kap/
Hr
348,52
59,10
191,60
27,80
20,20
23,40
16,00
263,90
3,10
953,62
84,8
Dari tabel diatas, dapat kita lihat bahwa situasi perkembangan konsumsi pangan
di Sumatera Utara mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2011
konsumsi pangan mengalami penurunan sebesar 799,60 gr/kap/hr, sedangkan
konsumsi pangan terbesar berada pada tahun 2012 sebanyak 968,93 gr/kap/hr.
Sedangkan pencapaian skor PPH masih belum mencapai standar ideal, ini
menggambarkan bahwa pola konsumsi pangan di Sumatera Utara masih belum
beragam dan berimbang.
Universitas Sumatera Utara
Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi
seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola konsumsi pangan ini
menunjukkan tingkat keberagaman pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Pengukuran pola konsumsi pangan dapat diamati melalui parameter Pola Pangan
Harapan (PPH). Pola Pangan Harapan (PPH) adalah suatu pedoman komposisi
beragam pangan yang mampu menyediakan energi dan zat gizi yang dibutuhkan
oleh rata-rata penduduk dengan jumlah yang cukup dan seimbang serta
memberikan mutu makanan yang baik.
PPH merupakan instrumen untuk menilai situasi konsumsi pangan wilayah.
Sehingga PPH yang merupakan indikator pokok keberhasilan pembangunan
bidang ketahanan pangan di suatu wilayah. Sehingga dapat dijadikan acuan untuk
menentukan sasaran dalam perencanaan dan evaluasi penyediaan khususnya
produksi pangan. Perencanaan pertanian dan pangan dengan adanya PPH akan
mengetahui banyaknya pangan yang harus disediakan untuk konsumsi penduduk
agar terpenuhi kecukupan gizi dengan mutu yang lebih baik.
Tabel 2. Susunan Pola Pangan Harapan (PPH)
%
Bobot
AKE
1 Padi-padian
50,0
0,5
2 Umbi-umbian
6,0
0,5
3 Pangan Hewani
12,0
2,0
4 Minyak dan lemak
10,0
0,5
5 Buah/Biji Berminyak
3,0
0,5
6 Kacang-kacangan
5,0
2,0
7 Gula
5,0
0,5
8 Sayur dan Buah
6,0
5,0
9 Lain-Lain
3,0
0,03
100
Total
Sumber : Badan Ketahanan Pangan, 2015
No Kelompok Pangan
Skor Maks
Gr/kap/hr
(PPH Ideal)
25,0
275
2,5
90
24,0
140
5,0
25
1,0
10
10,0
35
2,5
30
30,0
230
0,0
15
100,0
850
Universitas Sumatera Utara
Skor PPH yang maksimal (ideal) adalah 100. Semakin tinggi skor mutu gizi
pangan menunjukkan situasi pangan yang semakin beragam dan semakin baik
komposisi dan mutu gizinya. Skor PPH digunakan sebagai indikator mutu gizi
pangan dan keragaman konsumsi pangan. PPH berguna sebagai instrumen
sederhana menilai situasi ketersediaan dan konsumsi pangan berupa jumlah dan
komposisi pangan menurut jenis pangan secara agregat (Baliwati, 2002).
Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang
mempunyai luas wilayah sebesar 904,96 km 2 dan terdiri dari 7 Kecamatan yaitu
Kecamatan Air Putih, Sei Suka, Medang Deras, Lima Puluh, Sei Balai, Tanjung
Tiram, dan Talawi. Kecamatan Tanjung Tiram merupakan kecamatan terbesar
kedua di Kabupaten Batu Bara yaitu dengan luas wilayah sebesar 173,79 km 2.
Dengan ketinggian 7-33 meter di atas permukaan laut, memiliki 9 desa yang
berbatasan langsung dengan laut dan sisanya sebanyak 13 desa tidak berbatasan
dengan laut.
Tabel 3. Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten Batu
Bara Tahun 2012
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
N
o
Kelompok
Pangan
1
Padi-padian
2
Umbi-umbian
3
Pangan Hewani
4
5
6
Minyak dan
lemak
Buah/Biji
Berminyak
Kacangkacangan
Kalori
%
%AKE *)
Bobot
Skor
Aktual
Skor
AKE
Skor
Maks
Selisih
Skor
PPH
1017,1
56,1
50,9
0,5
28,1
25,4
25,0
0,4
25,0
50,2
2,8
2,5
0,5
1,4
1,3
2,5
-1,2
1,3
323,9
17,9
16,2
2,0
35,8
32,4
24,0
8,4
24,0
178,7
9,9
8,9
0,5
4,9
4,5
5,0
-0,5
4,5
25,4
1,4
1,3
0,5
0,7
0,6
1,0
-0,4
0,6
57,5
3,2
2,9
2,0
6,3
5,7
10,0
-4,3
5,7
7
Gula
70,3
3,9
3,5
0,5
1,9
1,8
2,5
-0,7
1,8
8
Sayur dan Buah
71,9
4,0
3,6
5,0
19,8
18,0
30,0
-12,0
18,0
9
Lain-Lain
16,9
0,9
0,8
0,03
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
11,5
99,0
89,7
100,0
Total
1811,8
100,0
90,6
Keterangan:
*) Angka Kecukupan Energi (AKE)= 2000 kkal/kap/hri
80,8
Sumber : Badan Ketahanan Pangan, 2015
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa skor Pola Pangan Harapan (PPH) di
Kabupaten Batu Bara pada tahun 2012 sebesar 80,8. Pencapaian skor ini masih
belum memenuhi standar ideal, terdapat beberapa kelompok pengan dengan skor
PPH yang rendah yaitu umbi-umbian, buah/biji berminyak, kacang-kacangan,
gula, sayur dan buah. Sedangkan pangan yang mendominasi yaitu beras, pangan
hewani, minyak dan lemak. Hal ini menggambarkan bahwa konsumsi masyarakat
terhadap semua jenis pangan masih belum bervariasi/beragam dan berimbang.
Desa Bagan Dalam yang merupakan salah satu desa pesisir pantai yang terdapat di
Kecamatan Tanjung Tiram. Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian
sebagai nelayan. Kelompok masyarakat nelayan merupakan salah satu komunitas
yang selalu berhadapan dengan berbagai problematika kehidupan, seperti modal
yang sedikit yang mempengaruhi produksi maupun iklim yang tidak teratur dan
susah diprediksi. Hal tersebut menjadikan ketidak seimbangannya pola konsumsi
masyarakat nelayan. Selain pendapatan yang tidak stabil, nelayan memiliki jenis
kegiatan yang berbeda dalam hal produk yang dihasilkan atau diusahakan yaitu
menangkap ikan di laut dimana ikan tersebut juga menjadi sumber protein utama
dalam konsumsi rumah tangga kelompok masyarakat nelayan. Berdasarkan uraian
di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Nelayan di
Desa Bagan Dalam Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara”.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana karakteristik sosial dan ekonomi rumah tangga nelayan di Desa
Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara?
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Desa Bagan Dalam,
Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pangan rumah
tangga nelayan di Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten
Batubara?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui karakteristik sosial dan ekonomi rumah tangga nelayan di Desa
Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara.
2. Mengetahui pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Desa Bagan
Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pangan rumah
tangga nelayan di Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten
Batubara.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi kepada objek penelitian.
2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah setempat
dalam membuat kebijakan.
3. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan referensi
bagi peneliti selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang
siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar
rakyat Indonesia menggantungkan hidupnya dari kekayaan laut dengan mata
pencaharian menangkap ikan (nelayan). Masyarakat pesisir pantai sebagian besar
berprofesi sebagai nelayan. Perekonomian mereka sangat bergantung secara
langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut. Hasil dari pemanfaatan sumberdaya
laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling penting bagi manusia untuk
mempertahankan hidup. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha
untuk mencukupi kebutuhannya. Pangan sebagai sumber zat gizi (karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi landasan utama manusia untuk
mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan.
Pola konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang atau rumah tangga
untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam
menyusun pola konsumsi, pada umumnya orang akan mendahulukan kebutuhan
pokok yaitu pangan. Pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan merupakan
susunan bahan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan yang
dikonsumsi oleh rumah tangga yang berprofesi sebagai nelayan dalam jangka
waktu tertentu.
1
Universitas Sumatera Utara
Pola konsumsi pangan antar rumah tangga dapat berbeda-beda, hal ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor misalnya ketersediaan pangan, sosial budaya, pengetahuan
gizi, ekonomi dan lingkungan. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah
faktor pendapatan. Tinggi rendahnya pendapatan suatu rumah tangga dapat
mempengaruhi rumah tangga dalam memilih dan menentukan jenis pangan yang
bermutu gizi baik yang beragam dan berimbang. Karena itu, perubahan pada
faktor-faktor tersebut akan menyebabkan pola konsumsi pangan suatu rumah
tangga.
Dalam menentukan pola konsumsi pangan rumah tangga, yang paling berperan
penting adalah peran ibu sebagai pengatur dan manajemen dalam rumah tangga.
Sehingga umur dan pendidikan ibu dinilai mampu memberikan pengaruh yang
positif dalam penentuan kualitas menu pangan yang dikonsumsi sehari-hari.
Pendidikan ibu rumah tangga berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan sikap
yang dimilikinya dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga.
Besar kecilnya pendapatan akan mempengaruhi jenis pengeluaran konsumsi.
Secara garis besar alokasi pengeluaran konsumsi rumah tangga digolongkan
dalam dua kelompok penggunaan yaitu pengeluaran untuk makanan dan
pengeluaran untuk non-makanan.
Pengeluaran untuk makanan menurut skoring Pola Pangan Harapan (PPH)
mencakup sembilan bahan pangan yaitu: (1) padi-padian yang terdiri dari beras,
jagung, terigu, dan padi-padian lainnya, (2) makanan berpati atau umbi-umbian
yang terdiri dari kentang, ubi kayu, sagu, talas dan umbi-umbian lainnya, (3)
pangan hewani yang terdiri dari ikan, daging, telur, susu, dan lemak hewani, (4)
Universitas Sumatera Utara
lemak dan minyak yang terdiri dari minyak kelapa, minyak jagung, minyak kelapa
sawit dan margarine, (5) buah biji berminyak yang terdiri dari kelapa, kemiri,
kenari, mete, dan coklat, (6) kacang-kacangan yang terdiri dari kacang kedelai,
kacang tanah, kacang hijau dan kacang-kacangan lainnya, (7) gula yang terdiri
dari gula pasir, gula merah dan gula lainnya, (8) sayur dan buah adalah seluruh
jenis sayur dan buah yang biasa dikonsumsi, dan (9) lain-lainnya terdiri dari teh,
kopi, bumbu makanan dan minuman beralkohol (Sembiring, 2002).
Tabel 1. Situasi Perkembangan Konsumsi Pangan Penduduk Sumatera
Utara Tahun 2010-2014
2010
2011
No Kelompok Pangan
Gr/Kap/ Gr/Kap/
Hr
Hr
1
Padi-padian
314,53
327,30
2
Umbi-umbian
62,30
30,20
3
Pangan Hewani
116,59
116,70
4
Minyak dan lemak
25,10
25,50
5
Buah/Biji Berminyak
12,70
11,70
6
Kacang-kacangan
11,18
12,50
7
Gula
26,70
26,00
8
Sayur dan Buah
210,65
196,00
9
Lain-Lain
43,62
53,70
823,37
799,60
Total
Skor PPH
78,7
76,3
Sumber : Badan Ketahanan Pangan, 2015
2012
Gr/Kap/
Hr
292,23
53,53
291,99
16,15
66,38
13,92
14,06
220,64
0,03
968,93
82,1
2013
Gr/Kap/
Hr
308,50
52,20
127,90
24,60
11,50
19,90
26,20
220,60
73,00
864,40
83,6
2014
Gr/Kap/
Hr
348,52
59,10
191,60
27,80
20,20
23,40
16,00
263,90
3,10
953,62
84,8
Dari tabel diatas, dapat kita lihat bahwa situasi perkembangan konsumsi pangan
di Sumatera Utara mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2011
konsumsi pangan mengalami penurunan sebesar 799,60 gr/kap/hr, sedangkan
konsumsi pangan terbesar berada pada tahun 2012 sebanyak 968,93 gr/kap/hr.
Sedangkan pencapaian skor PPH masih belum mencapai standar ideal, ini
menggambarkan bahwa pola konsumsi pangan di Sumatera Utara masih belum
beragam dan berimbang.
Universitas Sumatera Utara
Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi
seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola konsumsi pangan ini
menunjukkan tingkat keberagaman pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Pengukuran pola konsumsi pangan dapat diamati melalui parameter Pola Pangan
Harapan (PPH). Pola Pangan Harapan (PPH) adalah suatu pedoman komposisi
beragam pangan yang mampu menyediakan energi dan zat gizi yang dibutuhkan
oleh rata-rata penduduk dengan jumlah yang cukup dan seimbang serta
memberikan mutu makanan yang baik.
PPH merupakan instrumen untuk menilai situasi konsumsi pangan wilayah.
Sehingga PPH yang merupakan indikator pokok keberhasilan pembangunan
bidang ketahanan pangan di suatu wilayah. Sehingga dapat dijadikan acuan untuk
menentukan sasaran dalam perencanaan dan evaluasi penyediaan khususnya
produksi pangan. Perencanaan pertanian dan pangan dengan adanya PPH akan
mengetahui banyaknya pangan yang harus disediakan untuk konsumsi penduduk
agar terpenuhi kecukupan gizi dengan mutu yang lebih baik.
Tabel 2. Susunan Pola Pangan Harapan (PPH)
%
Bobot
AKE
1 Padi-padian
50,0
0,5
2 Umbi-umbian
6,0
0,5
3 Pangan Hewani
12,0
2,0
4 Minyak dan lemak
10,0
0,5
5 Buah/Biji Berminyak
3,0
0,5
6 Kacang-kacangan
5,0
2,0
7 Gula
5,0
0,5
8 Sayur dan Buah
6,0
5,0
9 Lain-Lain
3,0
0,03
100
Total
Sumber : Badan Ketahanan Pangan, 2015
No Kelompok Pangan
Skor Maks
Gr/kap/hr
(PPH Ideal)
25,0
275
2,5
90
24,0
140
5,0
25
1,0
10
10,0
35
2,5
30
30,0
230
0,0
15
100,0
850
Universitas Sumatera Utara
Skor PPH yang maksimal (ideal) adalah 100. Semakin tinggi skor mutu gizi
pangan menunjukkan situasi pangan yang semakin beragam dan semakin baik
komposisi dan mutu gizinya. Skor PPH digunakan sebagai indikator mutu gizi
pangan dan keragaman konsumsi pangan. PPH berguna sebagai instrumen
sederhana menilai situasi ketersediaan dan konsumsi pangan berupa jumlah dan
komposisi pangan menurut jenis pangan secara agregat (Baliwati, 2002).
Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang
mempunyai luas wilayah sebesar 904,96 km 2 dan terdiri dari 7 Kecamatan yaitu
Kecamatan Air Putih, Sei Suka, Medang Deras, Lima Puluh, Sei Balai, Tanjung
Tiram, dan Talawi. Kecamatan Tanjung Tiram merupakan kecamatan terbesar
kedua di Kabupaten Batu Bara yaitu dengan luas wilayah sebesar 173,79 km 2.
Dengan ketinggian 7-33 meter di atas permukaan laut, memiliki 9 desa yang
berbatasan langsung dengan laut dan sisanya sebanyak 13 desa tidak berbatasan
dengan laut.
Tabel 3. Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten Batu
Bara Tahun 2012
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
N
o
Kelompok
Pangan
1
Padi-padian
2
Umbi-umbian
3
Pangan Hewani
4
5
6
Minyak dan
lemak
Buah/Biji
Berminyak
Kacangkacangan
Kalori
%
%AKE *)
Bobot
Skor
Aktual
Skor
AKE
Skor
Maks
Selisih
Skor
PPH
1017,1
56,1
50,9
0,5
28,1
25,4
25,0
0,4
25,0
50,2
2,8
2,5
0,5
1,4
1,3
2,5
-1,2
1,3
323,9
17,9
16,2
2,0
35,8
32,4
24,0
8,4
24,0
178,7
9,9
8,9
0,5
4,9
4,5
5,0
-0,5
4,5
25,4
1,4
1,3
0,5
0,7
0,6
1,0
-0,4
0,6
57,5
3,2
2,9
2,0
6,3
5,7
10,0
-4,3
5,7
7
Gula
70,3
3,9
3,5
0,5
1,9
1,8
2,5
-0,7
1,8
8
Sayur dan Buah
71,9
4,0
3,6
5,0
19,8
18,0
30,0
-12,0
18,0
9
Lain-Lain
16,9
0,9
0,8
0,03
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
11,5
99,0
89,7
100,0
Total
1811,8
100,0
90,6
Keterangan:
*) Angka Kecukupan Energi (AKE)= 2000 kkal/kap/hri
80,8
Sumber : Badan Ketahanan Pangan, 2015
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa skor Pola Pangan Harapan (PPH) di
Kabupaten Batu Bara pada tahun 2012 sebesar 80,8. Pencapaian skor ini masih
belum memenuhi standar ideal, terdapat beberapa kelompok pengan dengan skor
PPH yang rendah yaitu umbi-umbian, buah/biji berminyak, kacang-kacangan,
gula, sayur dan buah. Sedangkan pangan yang mendominasi yaitu beras, pangan
hewani, minyak dan lemak. Hal ini menggambarkan bahwa konsumsi masyarakat
terhadap semua jenis pangan masih belum bervariasi/beragam dan berimbang.
Desa Bagan Dalam yang merupakan salah satu desa pesisir pantai yang terdapat di
Kecamatan Tanjung Tiram. Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian
sebagai nelayan. Kelompok masyarakat nelayan merupakan salah satu komunitas
yang selalu berhadapan dengan berbagai problematika kehidupan, seperti modal
yang sedikit yang mempengaruhi produksi maupun iklim yang tidak teratur dan
susah diprediksi. Hal tersebut menjadikan ketidak seimbangannya pola konsumsi
masyarakat nelayan. Selain pendapatan yang tidak stabil, nelayan memiliki jenis
kegiatan yang berbeda dalam hal produk yang dihasilkan atau diusahakan yaitu
menangkap ikan di laut dimana ikan tersebut juga menjadi sumber protein utama
dalam konsumsi rumah tangga kelompok masyarakat nelayan. Berdasarkan uraian
di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Nelayan di
Desa Bagan Dalam Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara”.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana karakteristik sosial dan ekonomi rumah tangga nelayan di Desa
Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara?
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Desa Bagan Dalam,
Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pangan rumah
tangga nelayan di Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten
Batubara?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui karakteristik sosial dan ekonomi rumah tangga nelayan di Desa
Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara.
2. Mengetahui pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Desa Bagan
Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pangan rumah
tangga nelayan di Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten
Batubara.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi kepada objek penelitian.
2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah setempat
dalam membuat kebijakan.
3. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan referensi
bagi peneliti selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara