Respon Mahasiswa FISIP USU Terhadap Konflik KPK-Polri pada Tahun 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.5

Latar Belakang

Konflik yang terjadi antara Kepolisian Republik Indonesia dan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) telah beberapa kali terjadi. Hal ini akan memberikan pengaruh yang kurang baik
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Konflik terjadi dikarenakan masing-masing pihak
bersikukuh dan memegang dasar argumentasinya sendiri dalam menangani kasus-kasus korupsi.
Apalagi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing pihak ternyata memiliki
wewenang melakukan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana. Sedangkan KPK yang khusus
bertugas di area tindak pidana korupsi memiliki wewenang tambahan yakni dapat melakukan
penuntutan. Keadaan tumpang tindih kewenangan ini dapat mengundang kerawanan-kerawanan
manakala keduanya saling berhadapan dalam penuntasan kasus korupsi di dalam instansi
tersebut..
Tumpang tindih kewenangan ini berujung pada terjadinya konflik adalah ketika KPK
menetapkan status tersangka kepada Komjen Pol Budi Gunawan yang seyogianya akan
dipromosikan sebagai calon tunggal Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Keadaan ini
sekaligus menandakan adanya konflik antara Kepolisian Republik Indonesia dan KPK

sebagaimana konsekuensi dari tugas pokok kedua lembaga ini dalam penanganan korupsi. KPK
dituding menggunakan wewenangnya untuk menjegal calon tunggal Kepala Kepolisian Republik
Indonesia oleh Presiden Joko Widodo, sedang sebaliknya Kepolisian Republik Indonesia
dituding oleh KPK menggunakan wewenangnya untuk melemahkan pimpinan KPK.

1
Universitas Sumatera Utara

Secara sosiologis, kondisi yang terjadi antara Kepolisian Republik Indonesia dan KPK
pada dasarnya dapat dianalisis dengan pendekatan konflik antar organisasi. Konflik ini yang
telah terungkap di ruang publik ini akhirnya diappresiasi oleh mahasiswa dan muaranya sikap
pro dan sikap kontra pada salah satu dari kedua institusi negara tersebut.
Proses terjadinya konflik antara KPK dan Kepolisian Republik Indonesia berawal dari
adanya perbedaan pandangan dan perbedaan cara

dari kedua organisasi tersebut dalam

penanganan kasus korupsi. Penetapan status tersangka kepada Komjen Pol Budi Gunawan tanpa
pernah memeriksa terlebih dahulu menjatuhkan secara telak citra kepolisian. Bagi kepolisian
untuk menetapkan status tersangka kepada seseorang tentunya harus terlebih dahulu menjalani

pemeriksaan. Pemeriksaan terhadap seseorang yang diduga melakukan pelanggaran hokum
memang merupakan prinsip hukum yang sudah umum digunakan dalam penerapan hukum
nasional maupun internasional.
Sebenarnya perbedaan pandangan dalam menyikapi persoalan korupsi antara KPK dan
Kepolisian Republik Indonesia sudah terlihat pada saat pembentukan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK). Lembaga ini dibentuk dengan semangat reformasi dimana ketika masa sebelum
reformasi perilaku korupsi aparatur negara cukup mengkhawatirkan dan terjadi di hampir semua
lapisan pemerintahan.
Walaupun ada institusi yang menangani kasus-kasus korupsi seperti Kepolisian,
Kejaksaan Badan Pemeriksa Keuangan dan Inspektorat ternyata tidak banyak membuahkan hasil
menekan angka korupsi. Dengan adanya KPK diharapkan mampu menekan tingkat korupsi,
dimana KPK diberi kewenangan melakukan penindakan-penindakan terhadap pelaku korupsi
tanpa pandang bulu dari lembaga mana pelaku korupsi tersebut berasal.

2
Universitas Sumatera Utara

Korupsi merupakan permasalahan yang terus menerus menggerogoti negara sehingga
korupsi disebut saat ini sudah dianggap sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary crime).
Namun, pada kenyataannya publik tidak lagi percaya kepada institusi yang memiliki wewenang

menangani permasalahan korupsi seperti Kepolisian Republik Indonesia,

Kejaksaan dan

Inspektorat.
Mahasiswa sebagai intelektual muda dan agen pembaharu menganggap hilangnya
kepercayaan ini dikarenakan Kepolisian Republik Indonesia, Kejaksaan dan Inspektorat
dianggap tidak memiliki kemampuan untuk memberantas permasalahan korupsi yang semakin
marak dalam badan pemerintahan. Lebih parahnya lagi adalah bahwa masih saja ada diantara
aparatur institusi tersebut juga terbukti terlibat dalam kasus-kasus korupsi. Padahal seharusnya
mereka bersih dari korupsi karena bertugas untuk memberantas korupsi tersebut.
Adapun respon mahasiswa terhadap konflik KPK dengan Kepolisian RI antara lain
adalah seperti yang dilakukan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
Mereka menyerukan pembubaran KPK, penangkapan Komjen Pol. Budi Gunawan. Disamping
itu Gerakan Pemuda Melawan Korupsi (GPMK) memantapkan langkah untuk tetap berada di
belakang KPK. Organisasi ini menganggap bahwa berbagai isu yang beredar menyusul
penetapan Komjen Pol. Budi Gunawan sebagai tersangka KPK merupakan politik balas dendam
dari para pendukung Komjen Pol. Budi Gunawan. Organisasi ini berpandangan bahwa sebagai
lembaga penegak hukum, seharusnya KPK tidak dijadikan sasaran politik balas dendam. KPK
tidak seharusnya dijadikan objek balas dendam politik yang bermotif kepentingan jangka

pendek. Hal senada disuarakan oleh Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia (FL2MI),
dimana mereka berharap agar Jokowi segera menangani perseteruan KPK dan Polri, sebab kedua

3
Universitas Sumatera Utara

lembaga tersebut saling bekerja sama memberantas korupsi di Tanah Air, bukan digunakan
sebagai alat kepentingan politik.
Berdasarkan fakta yang ada bahwa konflik yang terjadi antara KPK dengan Kepolisian
Republik Indonesia lebih menyangkut kepada elit kedua lembaga negara tersebut. Namun seperti
yang telah dipaparkan sebelumnya, gesekan kewenangan antara institusi tersebut yang
menyebabkan berbagai hal terasa sensitif sehingga mau tidak mau, langsung ataupun tidak
langsung, melibatkan kedua lembaga negara ini kedalam konflik.
Fenomena konflik ini menarik perhatian tidak hanya masyarakat tetapi juga mahasiswa
yang diantaranya mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Bagi mahasiswa kenyataan yang demikian ini membuat malu bangsa dan Negara

Indonesia di dunia Internasioanal dan oleh karenanya perlu dicarikan solusi agar masalah ini

terselesaikan dengan baik. Lebih jauh hal ini perlu diangkat dalam sebuah penelitian karena
konflik antara kedua institusi ini juga mengundang sikap pro dan kontra dikalangan mahasiswa.

1.2

Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka peneliti membuat rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.

Bagaimana respon mahasiswa FISIP USU terhadap konflik yang terjadi antara KPK dan
Kepolisian Republik Indonesia?

2.

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mahasiswa FISIP USU dalam memberikan
responnya terhadap konflik yang terjadi antara KPK dan Kepolisian Republik Indonesia?\

4
Universitas Sumatera Utara


1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1.

Untuk mengetahui respon mahasiswa FISIP USU terhadap konflik yang terjadi antara KPK
dan Kepolisian Republik Indonesia?

2.

Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi mahasiswa FISIP USU dalam
merespon konflik yang terjadi antara KPK dan Kepolisian Republik Indonesia?

1.4 Manfaat Penelitian

1.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah dalam
mengembangkan ilmu sosiologi terkhusus yang berkaitan dengan tema-tema konflik dan

korupsi.

2.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi, menambah wawasan bagi
pembaca, untuk mengetahui konflik yang terjadi antara KPK dan Kepolisian RI

1.6 Definisi Konsep

1.

Konflik
Konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Tidak ada satu masyarakat pun yang

5
Universitas Sumatera Utara

tidak pernah mengalami konflik. Konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya

masyarakat itu sendiri.
2.

Respon
Respon merupakan balasan atau tanggapan (reaction). Respon adalah istilah psikologi yang
digunakan untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang di terima oleh panca indra. Hal
yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan
partisipasi.

3.

Pro-Kontra
Pro merupakan suatu reaksi positif atau setuju terhadap suatu hal.
Kontra merupakan suatu reaksi negatif, menentang atau tidak setuju terhadap suatu hal.

4.

Mahasiswa
Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau
akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai

mahasiswa.

5.

Kepolisian Republik Indonesia (Kepolisian Republik Indonesia)
Pengertian Polisi di Indonesia adalah suatu badan yang bertugas menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat dan menjadi penyidik perkara kriminal (UU Kepolisian RI No.2
Tahun 2002).

6.

KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)

6
Universitas Sumatera Utara

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah lembaga yang diberi amanat melakukan
pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan berkesinambungan. KPK merupakan
lembaga negara yang bersifat independen, yang dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun. (UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Korupsi).

7
Universitas Sumatera Utara