POTRET PENDIDIKAN DI PELOSOK DESA Oleh I

POTRET PENDIDIKAN DI PELOSOK DESA
Oleh
IKA FITRI HANDAYANI 11150150000015
MAHASISWI UIN SYARIHIDAYATULLAH JAKARTA
JURUSAN PENDIDIKAN IPS

Pendidikan adalah sebuah cara untuk memajukan sebuah bangsa. Sebagai mana yang
tertian pada cita-cita bangsa bahwa sanya penjajahan harus dihapuskan termasuk penjajahan
dalam hal kebodohan harus diberantas. Namun, kenyataanya pendidikan masih sangat tumpang
tindih keadaanya antara di kota dan di pedesaan. Potret pendidikan di kota yang serba modern
dan berladaskan IPTEK justru berjungkir balik keadaanya di desa. Jangakan di ujung timur
Indoneisa di ujung tanah Bogor yang dekat dengan ibu kota masih dapat kita temui ketimpang
tindihan keadaan pendidikan di Indonesia.Mari coba renungkan dan lihat kenyataan sekeliling
kita.
Rintihan derita dan tekanan dalam keterpurukan membangkitkan semangat berbagi dan
bersinergi. Dataran rendah berbalut bambu terdapat desa di kecamatan ciseeng terdapat sekolah
SMP yang baru berdiri selama tiga tahun, sekolah tersebut dibuat untuk masyarakat desa sekitar
karena jarak smp terdekat dari desa tersebut yaitu sekitar 4 KM dan tidak adanya kendaraan
umum untuk akses jalan ke sekolah SMP terdekat akhirnya banyak siswa yang jalan kaki untuk
pergi ke sekolah dan banyak siswa yang ingin dibelikan kendaraan motor untuk bisa pergi ke


sekolah padahal tingkat ekonomi masyarakat tersebut tergolong menengah kebawah akhirnya
banyak siswa yang putus sekolah karena masalah tersebut.
Berlatar belakang karena kepedulian tersebut dibuatlah SMP di desa tersebut. Sekolah
yang dibuat oleh suatu yayasan yang dikelola oleh beberapa orang masyarakat di desa tersebut
Tanah yayasan sekolah tersebut didapat dari seorang warga asli desa tersebut yang diwakafkan
untuk dimanfaatkan oleh masyarakat desa tersebut. Berdirinya sekolah tersebut itu hasil dari
usaha orang-orang yayasan dan guru-guru yang mengajar mencari donator untuk membangun
sekolah tersebut, karena motivasi yayasan untuk membuat sekolah tersebut yaitu untuk
membantu masyarakat sekitar agar anak-anaknya masih bisa sekolah tanpa ongkos yang besar
atau ketika istirahat anak bisa pulang ke rumah untuk makan karena jarak yang dekat dari rumah
ke sekolah. Sekolah ini dibuat untuk anak-anak yatim dan dhuafa yang tidak mampu untuk
membayar biaya sekolah. Tetapi ironisnya SMP tersebut sudah tiga tahun berdiri hanya
mempunyai dua ruang kelas itupun belum layak karena sempitnya kelas dan panasnya kelas jika
hari mulai panas akibatnya kegiatan pembelajaran pun kurang kondusif karena suhu udara yang
panas, sekolah tersebut punya perpustakaan itupun buku-buku yang didapat kebanyakan
sumbangan dari relawan yang membantu yayasan.
Kondisi sesungguhnya sekolah tersebut adalah rumah yang di wakafkan kemudian
beralih fungsi sebagai tempat pembelajaran. Terbukti dengan adanya ruangan yang di dalam
rumah berguna multi fungsi yaitu bisa untuk shalat siswa, aula, tempat berkumpul dan bisa
tempat belajar siswa. Anak yang sekolah di SMP tersebut adalah anak-anak yatim dan dhuafa.

Jumlah siswa saat ini ada sekitar 50 orang dari kelas VII,VIII dan IX. Dan jumlah guru yang
mengajar ada 15 orang 6 orang Sarjana Pendidikan dan sisanya guru yang masih menempuh
pendidikan atau kuliah dan guru disekolah tersebut kebanyakan tinggalnya masih di sekitar
lingkungan sekolah. Guru yang mengajar di sana bisa dikatakan relawan karena guru yang
mengajar disekolah tersebut tidak meminta imbalan apapun karena sumber dana yang diterima
yayasan untuk sekolah tersebut hanya mengandalkan dari dana bos itu pun dana bos yang didapat
tidak seberapa untuk memenuhi kebutuhan sekolah tersebut walaupun terkadang ada beberapa
relawan dan donator yang membantu yayasan tapi belum ada untuk donator tetap yayasan.
Guru-guru atau orang yang mengajar disekolah tersebutpun bener-bener sukarelawan
Mereka merupakan para guru yang ingin memajukan bangsa, guru tersebut ikhlas karena ingin
berbagi ilmunya. Walaupun terjadi seperti itu kegiatan belajar mengajar tetap berjalan dengan

lancar siswa-siswi pun tetap semangat dan antusias dalam kegiatan belajar mengajar disekolah
tersebut. Siswa tetap semangat walaupun fasilitas sekolah belum terpenuhi walaupun begitu
yayasan dari sekolah tersebut akan terus berfikir untuk memajukan sekolah ini. Keunggulan dari
sekolah ini adalah setiap pagi siswa-siswi rutin untuk shalat duhha dan mengaji serta hafalan juz
30. Terbukti salah satu siswa smp tersebut mendapat juara dua.
Potret pendidikan di desa yang notabennya tidak jauh dari keramaian kota. Sebuah desa
di Kabupaten Bogor yang sangat memerlukan bantuan. Gambaran bahwa kenyataanya
pendidikan itu belum merata dan dinikmati oleh seluruh lapisan masyrakat.