PROFITABILITAS BANK DI INDONESIA DENGAN
JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN
Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta ISSN : 0216-5082
Ketua Penyunting
Perminas Pangeran
Dewan Penyunting
Erni Ekawati (Universitas Kristen Duta Wacana)
I Putu Sugiartha Sanjaya (Universitas AtmaJaya) Jogiyanto Hartono (Universitas Gadjah Mada) Mahatma Kufepaksi (Universitas Lampung) Murti Lestari (Universitas Kristen Duta Wacana)
Pembantu Pelaksana Tata Usaha (Administrasi, Desain, Distribusi dan Pemasaran)
Elisonora Guruh Bramaji Lukas Surya Wijaya
Alamat Penyunting dan Tata Usaha
Fakultas Bisnis, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin S. No. 5-19, Yogyakarta 55224 Telp( 0274 ) 563929, Fax : ( 0274)513235 www.ukdw.ac.id/jrak/
Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan (JRAK) terbit sejak Februari 2005. Terbit dua kali setahun pada bulan Februari dan Agustus. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian, kajian analitis kritis dan tinjauan buku dalam bidang Akuntansi dan Keuangan. Penyunting menerima tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik dengan format seperti tercantum pada Pedoman Penulisan Artikel yang terlampir di halaman belakang.
JRAK, Volume 11, No.1, Februari 2015
JURNAL RISET AKUNTASI DAN KEUANGAN
Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta ISSN : 0216-5082 DAFTAR ISI
MANAJEMEN LABA: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Jasman ....................................................................................................................... 1-14
PROFITABILITAS BANK DI INDONESIA DENGAN METODE RISK BASED BANK RATING PADA EMITEN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Rowland Bismark Fernando Pasaribu, Dionysia Kowanda, dan
Gusti Nyoman Padma Paramitha ............................................................................. 15-30
KINERJA KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH: STUDI KASUS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Mona Iswandari dan Edy Anan ................................................................................ 31-45
CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERSUHAAN: PERAN MODERASI KONSENTRASI INDUSTRI
Poh Linawati dan Perminas Pangeran ...................................................................... 47-62
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN TERHADAP EFEKTIVITAS PENJUALAN: STUDI KASUS PT. INTI (PERSERO) BANDUNG
Andhika Ariadharma ................................................................................................. 63-76
PENGARUH UMUR, UKURAN, DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP PERATAAN LABA
Rut Puspita Sari dan Putriana Kristanti .................................................................... . 77-88
PROFITABILITAS BANK DI INDONESIA ……….. .………………........................……………(Pasaribu, Kowanda, & Paramitha)
PROFITABILITAS BANK DI INDONESIA DENGAN METODE RISK BASED BANK RATING PADA EMITEN PERBANKANDI BURSA EFEK INDONESIA
Rowland Bismark Fernando Pasaribu
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Email: rowland_pasaribu@staff.gunadarma.ac.id
Dionysia Kowanda
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma E-mail: dion@staff.gunadarma.ac.id
Gusti Nyoman Padma Paramitha
Jurusan Akuntansi FE Universitas Gunadarma ABSTRACT
This research aims to analze the influence of Risk Based Bank Rating to the Profitability of general bank go public listed in the Indonesia Stock Exchange.Factor tasted are Non Performing Loan (NPL), Liquidity to Deposit Ratio (LDR), Proportion of the Independent Board of Commisioners, Audit Committee, Institutional Ownership, Operating Expens and Operating Income (BOPO) and Capital Adequacy Ratio (CAR) towards Return On Assets (ROA).The sample of this study using purposive sampling method, with the number of sample used were 20 general banks go public listed in the Indonesia Stock Exchange (IDX) in the periode 2008 - 2014. Result of this study indicate that NPL, Audit Committee, and BOPO has significant effect on ROA, while the LDR, proportion of independent board, institusional ownership, and CAR has no significant effect on ROA. The result of this analysis
showed about 60,3% from the adjusted R 2 that ROA can be explained by NPL,LDR,GCG,BOPO, and CAR. The rest 49,7% influenced by other variables outside the model.
Keywords : RBBR,ROA,NPL,LDR,GCG,BOPO,CAR
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh komponen Risk Based Bank Rating terhadap profitabilitas bank umum go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Faktor – faktor yang di uji adalah Non Perfoming Loan (NPL), Liquidity to Deposit Ratio (LDR), Proporsi Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Assets (ROA). Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dengan sampel sebanyak 20 bank umum go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 - 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa NPL, Komite Audit, dan BOPO memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA, sedangkan LDR, proporsi dewan independen, kepemilikan institusional,
dan CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian dari Adjusted R 2 menunjukkan nilai sebesar 60,3%, hal ini menyatakan bahwa ROA dapat dijelaskan oleh NPL, LDR, GCG, BOPO,
dan CAR. Sedangkan sisanya 49,7% dipengaruhi oleh factor – factor lain di luar variabel yang diteliti.
Kata Kunci : RBBR, ROA,NPL, LDR, GCG, BOPO, CAR
JRAK, Volume 11, No1Februari 2015
PENDAHULUAN
mi. Dimana pada level ekonomi makro bank merupakan alat dalam menetapkan kebijakan
Pada saat ini pembangunan ekonomi tidak moneter sedangkan pada level mikro ekonomi dapat di lepaskan dari berbagai macam
bank merupakan sumber pembiayaan bagi para lembaga
pengusaha maupun individu.Dalam dunia keuangan khususnya perbankan sangat penting
keuangan.Keberadaan
lembaga
modern sekarang ini, peranan perbankan dalam suatu sistem perekonomian negara.
dalam memajukan perekonomian suatu Negara Berdasarkan UU RI No 10 Tahun 1998
sangatlah besar.Begitu pentingnya dunia menjelaskan bahwa bank merupakan lembaga
perbankan, sehingga bisa dikatakan bahwa keuangan yang menghimpun dana dari
bank merupakan nyawa untuk menggerakkan masyarakat dalam bentuk simpanan dan
perekonomian negara.
menyalurkan kembali dalam bentuk pinjaman Perbankan yang terjadi di Indonesia (kredit) ataupun bentuk lainnya dalam rangka
telah mengalami perkembangan dari waktu ke meningkatkan taraf hidup masyarakat. Bank
waktu.Dimulai pada tahun 1980, tidak adanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan uang
Undang-undang yang mengatur secara jelas bagi pihak yang kelebihan ( surplus fund ) dan
mengenai perbankan.Hanya bank pemerintah sebagai sumber dana ( defisit fund ). Sumber
yang diperbolehan untuk menyalurkan dana adalah hal yang paling penting bagi bank
kreditnya yang di sebut dengan Kredit untuk meningkatkan jumlah kredit yang akan
Likuiditas Bank Indonesia (KLBI). Prosedur disalurkan kepada masyarakat. Dalam membe-
yang rumit sehingga masyarakat lebih rikan kredit, sektor perbankan sangat
cenderung menanamkan kekayaannya dalam memerlu-kan ketersediaan dana (Suardhika
bentuk logam. Perkembangan perbankan dan Anggraini, 2014). Uang tunai yang
sebelum tahun 1990, sudah mulai adanya dimiliki bank tidak hanya berasal dari modal
kepastian hukum mengenai perbankan dalam bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari pihak
Undang – Undang No. 7 Tahun 1992.Sejak lain yang dititipkan atau dipercayakan pada
saat itu kepercayaan masyarakat terhadap bank bank yang sewaktu-waktu akan diambil
mulai meningkat, sudah mulai di dirikannya kembali baik sekaligus maupun secara
bankswasta dan terbentuknya sistem penilaian berangsur-angsur. Oleh karena itu, sebagai
kesehatan bank. Sementara itu, berdasarkan lembaga keuangan, sangat penting bagi sebuah
kelompok bank, jumlah bank pada masing – bank untuk menjaga trust (kepercayaan) dari
masing kelompok bank. Dapat dilihat dari masyarakat.Fungsi bank sebagai lembaga
Grafik1.1, kompoisisi terbesar masih tercatat intermediasi khususnya dalam penyaluran
pada Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) kredit mempunyai peranan penting bagi
Devisa yakni 30% dan BUSN Non Devisa pergerakan roda perekonomian secara keselu-
sebesar 25%, diikuti oleh Bank Pembangunan ruhan dan memfasilitasi pertumbuhan ekono-
Daerah (BPD) sebesar 22%.
Bank Persero
BUSN Devisa
BUSN Non Devisa
25% BPD
Campuran
Gambar 1 Komposisi Jumlah Bank per Kelompok Bank
Sumber :Bank Indonesia
PROFITABILITAS BANK DI INDONESIA ……….. .………………........................……………(Pasaribu, Kowanda, & Paramitha)
Pertumbuhan jumlah bank yang sangat adanya fugsi bank tersebut, dapat dilihat cepat membawa dampak positif terhadap
seberapa besar sektor perbankan dapat pertumbuhan ekonomi baik secara nasional
meningkatkan perekonomian baik daerah maupun regional. Peran sektor perbankan
maupun negara karena fungsi perbankan dapat dalam memobilisasi dana masyarakat telah
mempengaruhi jumlah uang beredar melalui menunjukkan perkembangan yang sebelumnya
penciptaan uang dan penyaluran kredit. hanya sebagai fasilitator kegiatan dari
Pengerahan dana dari masyarakat yang berada beberapa perusahaan besar menjadi sektor
di lembaga keuangan perbankan dapat yang sangat berpengaruh bagi perekonomian.
mendorong kegiatan usaha melalui pemberian Secara keseluruhan, bank berperan
kredit dan akhirnya dapat mendorong sebagai wahana yang menghimpun dana
pertumbuhan ekonomi.
masyarakat secara efektif dan efisien guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dengan
Tahun 2012 Tahun 2013
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Gambar 2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sumber : www.bps.go.id
Peristiwa krisis ekonomi pada awal 1997 menyimpang dalam industri perbankan seperti dapat dijadikan suatu pelajaran untuk industri
tidak menerapkan prinsip kehati-hatian bank perbankan.Bank kesulitan likuiditas akibat
dengan memberikan kredit pada nasabah satu merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
grup dengan perbankan tersebut, sehingga AS, tidak mampu menciptakan earning dan
seringkali merugikan investor. Untuk itu, akhirnya modal terkuras dalam waktu yang
pengawasan bank diperlukan untuk memantau sangat cepat.Krisis perbankan kembali terjadi
dan memeriksa pengelolaan yang sesuai di Indonesia pada tahun 2008 yang berdampak
dengan ketentuan perbankan. terhadap sektor perbankan, sehingga tingkat
Perbankan harus dinilai kesehatannya bunga diturunkan untuk meningkatkan
agar tetap prima dalam melayani nasabah- konsumsi dan invetasi. Berulangnya krisis
nya.Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap perbankan tersebut terjadi karena bank
tahun untuk melihat adanya peningkatan atau merupakan institusi kepercayaan yang rentan
kesehatan. Kesehatan bank terhadap penarikan dana besar-besaran oleh
penurunan
merupakan kepentingan semua pihak yang nasabah. Persaingan antar bank dalam meng-
terkait, yaitu pemilik, manajemen, masyarakat himpun
(nasabah pengguna jasa) dan Bank Indonesia menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit,
dana dari
masyarakat
dan
selaku pengawas perbankan.Tingkat kesehatan dalam prakteknya banyak yang menyimpang
bank dapat dinilai berdasarkan besar profita- dari aturan yang berlaku. Hal yang
bilitas bank.Profitabilitas merupakan salah
JRAK, Volume 11, No1Februari 2015
satu tolak ukur kinerja perbankan.Mengukur ditujukan bahwa bank yang memiliki nilai tingkat profitabilitas bertujuan untuk menja-
diatas 1,5% mampu mengelola banknya min apakah keuntungan yang ditargetkan oleh
dengan baik dilihat dari segi asset, kemam- peruahaan dalam beberapa periode telah
puan manajemen bank dan efisiensi usaha tercapai. Rasio profitabilitas yang penting bagi
bank secara keseluruhan.
bank adalah Return On Asset (ROA). ROA Pengawasan terhadap bank juga dilaku- mencerminkan kemam-puan manajemen bank
kan untuk mengetahui kinerja bank dan dalam seberapa efektif suatu bank dalam
mengukur tingkat kesehatan.Kesehatan bank mengelola asetnya untuk menghasilkan
dinilai sebagai kemampuan suatu bank dalam keuntungan. Bank Indonesia juga lebih
melakukan kegiatan operasional perbankan mengutamakan nilai profitabilitas yang
secara normal dan mampu memenuhi semua menggunakan ROA karena Bank Indonesia
kewajiban dengan baik, sesuai dengan mengedepankan nilai profitabilitas suatu bank
peraturan yang berlaku.Krisis tahun 1997 dan yang diukur dengan asset yang dananya
2008 memberi gambaran bahwa pentingnya sebagian besar berasal dari simpanan masya-
kesehatan bank dan sistem ketahanan, oleh rakat (Dendawijaya dalam Darmawan, 2014).
karena itu Bank Indonesia sebagai lembaga Semakin besar rasio Return On Assets (ROA)
pengawas bank memiliki peran dalam kedua suatu bank, maka akan semakin besar pula
hal tersebut. Bank Indonesia mengeluarkan tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank
kebijakan penilaian tingkat kesehatan bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
dengan metode CAMELS. Berdasarkan PBI tersebut dari segi penggunaan asset. Citra
No.6/10/2004 tentang Penilaian Tingkat perusahan akan baik dimata stakeholder Kesehatan Bank Umum dengan metode
apabila perusahaan tersebut dianggap memiliki CAMELS yang merupakan penilaian kese- kinerja yang baik. Kinerja yang dinilai baik
hatan bank terhadap enam faktor yaitu Capital, hanya dapat dicapai apabila sumber daya yang
Asset, Management, Earning, Liquidity, dikuasai perusahaan dikelola dengan efektif
Sensitivitas to market risk . dan efisien. Nilai ROA sesuai ketentuan Bank Indonesia adalah diatas 1,5%. Hal ini
pendekatan risiko, yaitu tingkat kesehatan
Tabel 1
bank yang diukur dengan menggunakan
ROA pada Bank Umum yang
metode Risk Based Bank Rating (RBBR).
go public tahun 2008 – 2014
RBBR terdiri dari empat faktor, yaitu profil
Tahun
risiko ( risk profile ), good corporate 2008
ROA
governance (GCG), rentabilitas ( earning ), 2009
permodalan ( capital ). Faktor risk profile 2010
dilakukan penilaian terhadap risiko dalam 2011
kegiatan operasional bank terhadap delapan 2012
risiko yaitu, risiko kredit, risiko pasar, risiko 2013
likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, 2014
risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko
Sumber: Laporan keuangan di BEI diolah oleh
reputasi. Faktor GCG merupakan mekanisme
penulis
pengendalian kegiatan operasi agar berjalan dengan benar dan sesuai mekanime
perusahaan. Komponen - komponen dalam Kebijakan penilaian tingkat kesehatan
GCG dalam KNKG (2006) antara lain bank kembali diperbarui oleh Bank Indonesia
kepemilikan intitusional, kepemilikan mana- pada 25 Oktober 2011 dengan mengeluarkan
jerial, komite audit, dewan komisari Peraturan Bank Indonesia No. 13/I/PBI/2011.
independen, dan dewan direksi. Faktor Peraturan baru ini merupakan penyempurnaan
earning merupakan penilaian yang meliputi dari metode CAMELS yang sebelumnya
kesinambungan dan digunakan.Metode baru yang ditetapkan oleh
kinerja,
sumber
manajemen rentabilitas. Berdasarkan SE BI Bank Indonesia merupakan metode dengan
No. 13/24/dpnp menjelaskan bahwa penilaian atas faktor permodalan meliputi evaluasi
PROFITABILITAS BANK DI INDONESIA ……….. .………………........................……………(Pasaribu, Kowanda, & Paramitha)
terhadap kecukupan
kredit. Semakin tinggi rasio ini maka semakin kecukupan penge-lolaan permodalan.
permodalan
dan
rendah kemampuan likuiditas bank, hal ini Bank Indonesia sebagai pengawas bank
sebagai akibat jumlah dana yang diperlukan menyempurnakan peraturan tingkat kesehatan
untuk membiayai kredit menjadi semakin bank dengan membuat Peraturan Bank
besar. (Defri, 2012)
Indonesia Nomor: 13/1/PBI/2011. Dengan Good Corporate Governance (GCG) penerapan manajemen risiko dan GCG maka
merupakan sistem yang mengatur bank untuk bank diharapkan lebih mampu mengiden-
memelihara bank dan menghindari bank dari tifikasi permasalahan secara lebih dini,
risiko – risiko yang terjadi di masa yang akan memelihara bank secara berkala melalui self
datang. Mekanisme GCG yang sering diguna- assessment , dan mengambil strategi untuk
kan dalam penelitian yaitu kepemilikan mempermudah dalam menentukan kebijakan
intitusional, kepemilikan manajerial, komite di masa mendatang sesuai prinsip bank.
audit, dewan komisari independen, dan dewan Konsep
direksi. Pada penelitian ini hanya menggu- pengendalian kegiatan operasi agar berjalan
GCG merupakan
mekanisme
nakan tiga mekanisme, yaitu dewan komisari dengan benar dan sesuai mekanisme
independen, komite audit dan kepemilikan perusahaan. Keseimbangan kepentingan dari
institusional. Adanya komiaris independen dua belah pihak yaitu pemegang saham selaku
diharapkan mampu meningkatkan peran de- pemilik dengan manajemen adalah tujuan yang
wan komisaris dalam pelaksanaan GCG. diharapkan dari penerapan GCG. Metode
Komite audit memiliki peran penting dan RBBR dapat dilihat dari beberapa rasio
strategi dalam memelihara kredibilita proses keuangan, seperti Net Perfoming Loan (NPL),
penyusunan laporan keuangan. Struktur Loan Deposit Ratio (LDR), Good Corporate
kepemilikan institusional dipercaya mampu Governance (GCG), Biaya Operasional
memberikan control jalannya perusahaan Pendapatan Operasional (BOPO), Capital
dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Seiap Adequacy Ratio (CAR).
perusahaan harus memastikan bahwa asas Profil Risiko ( Risk Profile ) merupakan
GCG diterapkan dalam setiap aspek binis dan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas
di semua jajaran perusahaan. Asas GCG penerapan manajemen risiko dalam aktivitas
menurut pedoman GCG Indoneia thun 2006 operasional.Dalam penelitian ini digunakan
yang dikeluarkan oleh Komite Nasional rasio NPL dan LDR. Fungsi bank dalam
Kebijakan Governance (KNKG) adalah melakukan pemberian kredit maka akan
Transparansi yaitu untuk menjaga obyektivitas mempunyai risiko, yaitu berupa tidak lancer-
dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus nya pembayaran kredit atau yang biasa diebut
menyediakan informasi yang material dan dengan rasio kredit. Kredit bermasalah dapat
relevan dengan cara yang mudah diakses dan diukur dari kolektibilitasnya.Risiko kredit
dipahami oleh pemangku kepentingan, Akun- tercermin dalam rasio Non Performing Loan tabilitas yaitu perusahaan haru dapat
(NPL). Semakin tinggi rasio NPL maka akan mempertanggungjawabkan kinerjanya secara semakin buruk kualitas kredit bank yang
transparan dan wajar, Responsibilitas yaitu menyebabkan jumlah kredit bermasalah sema-
harus memenuhi peraturan kin besar maka kemungkinan suatu bank
perusahaan
perundang-undangan serta melaksanakan dalam kondisi bermasalah semakin besar
tanggung-jawab terhadap masyarakat dan (Muniroh, 2014).Rasio LDR digunakan untuk
Independeni yaitu untuk mengukur kemampuan bank apakah mampu
lingkungan,
pelaksanaan asas GCG, membayar hutang – hutangnya dan membayar
melancarkan
perusahaan harus dikelola secara independen kembali kepada deposannya, serta dapat
sehingga masing – maing organ perusahaan memenuhi permintaan kredit yang diajukan.
tidak saling mendominasi dan tidak dapat Atau dengan kata lain seberapa jauh
diintervensi oleh pihak lain, Kewajaran dan pemberian kredit kepada nasabah, kredit dapat
Kesetaraan yaitu dalam melakanakan kegiatan- mengimbangi kewajiban bank untuk segera
nya, perusahaan harus senantiasa memperhati- memenuhi permintaan deposan yang ingin
kan kepentingan pemegang saham dan menarik kembali uangnya yang telah
pemangku kepentingan lainnya berdaarkan asa digunakan oleh bank untuk memberikan
kewajaran dan keetaraaan.
JRAK, Volume 11, No1Februari 2015
BOPO menunjukkan Earnings atau tentang pengaruh NPL terhadap ROA. rentabilitas yang terdapat dalam di rangkaian
Sedangkan penelitian Anggraini dan Suardhika Risk Baed
(2014), Muniroh (2014), Dewi et. al. (2015), digunakan untuk mengukur efisiensi opera-
Bank
Rating .Rasio BOPO
Margaretha dan Zai (2013), Defri (2012), Eng sional bank, dengan membandingkan biaya
(2013), Purwoko dan Sudiyatno (2013), dan operasional
Agustiningrum (2013) yang menyatakan operasional.Biaya operasional merupakan
terhadap
pendapatan
bahwa Non Performing Loan (NPL) berpenga- biaya yang dikeluarkan oleh pihak bank dalam
ruh negatif dan signifikan terhadap Return on menjalankan aktivitasnya sehari-hari.Sedang-
Asset (ROA). Penelitian terdahulu yang kan pendapatan operasional merupakan
mendukung hubungan antara Loan to Deposit pendapatan yang diterima oleh pihak bank
Ratio (LDR) terhadap ROA diantaranya yang diperoleh melalui penyaluran kredit
penelitian Pasaribu et al,. (2014), Prasanjaya dalam bentuk suku bunga. Semakin besar
dan Ramantha (2013), Fadjar et. al. (2013), BOPO maka akan semakin kecil atau menurun
Dewi et. al. (2015), Margaretha dan Zai kinerja keuangan perbankan. Begitu juga
(2013), dan Agustiningrum (2013) menyata- sebaliknya, jika BOPO semakin kecil, maka
kan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap perbankan semakin meningkat atau membaik
ROA. Sedangkan penelitian Bahri (2014), (Muniroh, 2014).
Dewi et. al. (2014), Muniroh (2014), Purwoko Capital
dan Sudiyatno (2013), dan Defri (2012) menunjukkan Capital atau permodalan yang
Adequacy
Ratio (CAR)
menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio terdapat di Risk Based Bank Rating . CAR
(LDR) berpengaruh positif dan tidak digunakan untuk mengukur kecukupan modal
signifikan terhadap ROA. bank. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah
(2014) meneliti kinerja suatu rasio yang menunjukkan sampai sejauh
Muniroh
keuangan dengan menggunakan metode Risk, mana kemampuan permodalan suatu bank
GCG, Earning, Capital pada sektor keuangan untuk mampu menyerap risiko kegagalan
perbankan menyatakan bahwa Proporsi kredit yang mungkin terjadi. Sesuai peraturan
Komisaris Independen tidak berpengaruh Bank Indonesia No. 10/15/PBi/2008, permo-
terhadap ROA. Pernyataan tersebut berten- dalan minimum yang harus dimiliki bank
tangan dengan penelitian Pratama dan Suputra adalah 8%. Jika rasio CAR sebuah bank
(2015) yang menyatakan bahwa Proporsi dibawah 8% berarti bank tersebut tidak
Komisaris Independen berpengaruh pada mampu menyerap kerugian yang mungkin
ROA.Kemudian penelitian Muniroh (2014) timbul dari kegiatan usaha bank. Jika rasio
menyatakan bahwa Komite Audit tidak CAR diatas 8% menunjukkan bahwa bank
berpengaruh terhadap ROA. Hal itu disebab- tersebut sovable . Suatu bank yang memiliki
kan karena keberadaan komite audit dalam modal yang cukup diterjemahkan ke dalam
memelihara kredibilita laporan keuangan dan profitabilitas bank yang lebih tinggi. Semakin
upaya membantu dewan komisaris belum besar rasio Capital Adequacy Ratio (CAR)
sepenuhnya tercapai sehingga belum mampu suatu bank, maka semakin besar pula
meningkatkan kinerja perusahaan. Muniroh profitabilitas bank dan semakin kecil rasio
(2014) juga menyatakan bahwa Kepemilikan Capital Adequacy Ratio (CAR) suatu bank,
Institusional tidak berpengaruh terhadap maka semakin kecil pula profitabilitas bank
ROA.Pernyataan itu senada dengan penelitian tersebut.
Pratama dan Suputra (2015) yang menyatakan Penelitian terhadap analisis rasio
bahwa Kepemilikan Institusional tidak keuangan yang mempengaruhi profitabilitas
berpengaruh terhadap ROA.Hal itu disebabkan perbankan telah banyak dilakukan oleh
karena pemilik mayoritas institusi ikut dalam peneliti-peneliti
sebelumnya.Berdasarkan pengendalian perusahaan sehingga cenderung penelitian sebelumnya, Bahri (2014) yang
kepentingan pemilik menyatakan bahwa Non Performing Loans
(NPL) berpengaruh negatif dan tidak Penelitian yang dilakukan Eng (2013), signifikan terhadap ROA, sehingga perlu
menyimpulkan bahwa BOPO tidak berpe- dilakukan penelitian lanjutan yang meneliti
ngaruh profitabilitas yang diproksikan dengan
PROFITABILITAS BANK DI INDONESIA ……….. .………………........................……………(Pasaribu, Kowanda, & Paramitha)
ROA. Namun, penelitian Bahri (2014), semakin besar. Rasio ini menunjukkan bahwa Pasaribu et. al. (2014), Prasanjaya dan
kemampuan manajemen bank dalam menge- Ramantha (2013), Fadjar et. al. (2013), Dewi
lola kredit bermasalah yang diberikan oleh et. al. (2014), Muniroh (2014), Margaretha dan
bank. Sehingga semakin tinggi rasio NPL Zhai (2013), Purwoko dan Sudiyatro (2013),
maka akan semakin buruk kualitas kredit bank dan Defri (2012) menyatakan bahwa BOPO
yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
semakin besar maka kemungkinan suatu bank Kemudian Anggraini dan Suardhika (2014)
dalam kondisi bermasalah semakin besar. menyimpulkan bahwa CAR berpengaruh
Kredit dalam hal ini adalah kredit yang positif terhadap ROA. Sehingga CAR dapat
diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk digunakan
kredit kepada bank lain.
profitabilitas bank dalam periode setahun yang Standar yang ditetapkan oleh Bank akan datang. Penelitian ini diperkuat oleh
Indonesia adalah kurang dari 5%, dengan rasio Margaretha dan Zai (2013) yang menyatakan
dibawah 5% maka Penyisihan Pengahapusan profitabilitas bank dipengaruhi secara signifi-
Aktiva Produktif (PPAP) ynag harus disedia- kan oleh salah satu variabel yaitu CAR.
kan bank guna menutup kerugian yang Namun penelitian ini bertentangan dengan
ditimbulkan oleh aktiva produktif non lancar penelitian Negara dan Sujana (2014), Eng
(dalam hal ini kredit bermasalah) menjadi (2013) dan Muniroh (2014) yang menyatakan
kecil. Apabila jumlah NPL ini besar melebihi bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap ROA.
5%, maka besar kemungkinan profitabilitas Berdasarkan latar belakang yang telah
yang akan diterima bank juga besar, karena dikemukakan di atas, adanya hasil atau
tidak terbayarnya kredit berdampak pada kesimpulan yang didapat dari beberapa
pendapatan bunga yang penelitian yang berbeda-beda tentang faktor-
menurunnya
merupakan pendapatan utama bank. Semakin faktor yang mempengaruhi profitabilitas
besar NPL maka akan mengakibatkan perbankan, karena itu penelitian ini bertu-
menurunnya ROA yang berarti kinerja juan meneliti Profitabilitas Bank di
keuangan bank menurun. Indonesia dengan Metode Risk Based Bank
Penelitian terdahulu yang mendukung hubungan antara Non Performing Loan (NPL)
Rating . Penelitian ini secara khusus terhadap ROA diantaranya Penelitian Negara menganalisis dan menguji secara empiris
dan Sujana (2014) dan Bahri (2014) pengaruh NPL, LDR, Proporsi Dewan
menyatakan bahwa Non Performing Loans Komisaris Independen, Komite Audit,
(NPL) berpengaruh negatif dan tidak signi- Kepemilikan Institusional, BOPO, CAR
fikan terhadap ROA. Sedangkan penelitian terhadap Profitabilitas (ROA) secara parsial
Anggraini dan Suardhika (2014), Muniroh dan simultan pada Emiten Perbankan di Bursa
(2014), Dewi et. al. (2015), Margaretha dan Efek Indonesia.
Zai (2013), Defri (2012), Eng (2013), Purwoko dan Sudiyatno (2013), dan
Agustiningrum (2013) yang menyatakan
KAJIAN LITERATUR
bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Pengaruh Non Performing Loan ( NPL)
Return on Asset (ROA). Sehingga jika
terhadap Profitabilitas ( Return On Assets )
semakin besar Non Performing Loan (NPL), akan mengakibatkan menurunnya Return on
Non Performing Loan ( NPL) merupakan rasio Asset (ROA) , yang juga berarti kinerja keuangan yang menunjukkan risiko kredit
keuangan bank yang menurun. Begitu pula yang dihadapi bank.Mawardi (dalam Muniroh,
sebaliknya, jika Non Performing Loan (NPL) 2004) berpendapat bahwa NPL merupakan
turun, maka Return on Asset (ROA) akan akibat dari semakin kompleksnya kegiatan
sehingga kinerja perbankan. Maka semakin besar skala operasi
semakin
meningkat,
keuangan bank dapat dikatakan semakin baik. suatu bank maka aspek pengawasan akan
Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan semakin menurun, sehingga NPL akan
hipoteis penelitian sebagai berikut: menjadi semakin besar atau risiko kredit
JRAK, Volume 11, No1Februari 2015
H 1 : Non Performing Loan (NPL) berpengaruh tersebut menunjukkan ketika nilai Loan to signifikan terhadap Return On Asset (ROA)
Deposit Ratio (LDR) mengalami kenaikan, diikuti dengan nilai profitabilitas yang
Pengaruh Loan Deposit Ratio ( LDR)
mengalami kenaikan. Berdasarkan uraian
terhadap Profitabilitas ( Return On Assets )
diatas, maka diajukan hipoteis penelitian sebagai berikut:
H 2 : Loan Deposit Ratio ( LDR) berpengaruh rasio antara seluruh jumlah kredit yang
Loan Deposit Ratio (LDR) merupakan
signifikan terhadap Return On Asset (ROA) diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini memperlihatkan tingkat
Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris
likuiditas suatu bank. Menurut Muljono
Independen terhadap Profitabilitas ( Return
(dalam Muniroh, 2014) LDR menunjukkan
On Assets )
perbandingan antara
volume
kredit
disbandingkan volume deposit yang dimiliki Di Indonesia saat ini, keberadaan bank. Hal ini berarti menunjukkan tingkat
komisaris Independen sudah diatur dalam likuidita semakin kecil dan sebaliknya karena
Code of Good Corporate Govermance . sumber dananya (deposit) yang dimiliki telah
Code tersebut, habis digunakan untuk mambiayai financing bertanggung jawab dan mempunyai kewena- portofolio kreditnya.Semakin tinggi LDR
Komisaris
menurut
ngan untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan maka
semakin rendahnya kemampuan yang dilakukan direki dan memberikan nasihat likuiditas bank yang bersangkutan sehingga
bilamana diperlukan. Tugas utama komisaris kemungkinan suatu bank dalam kondisi
Independen adalah memperjuangkan kepen- bermasalah akan semakin besar.
tingan pemegang saham minoritas (Sari dalam LDR menunjukkan tingkat kemampuan
Muniroh 2014).
bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga Penelitian terdahulu yang mendukung (Giro, Tabungan, Sertifikat Deposito dan
hubungan komisaris independen terhadap Deposito). Berdasarkan Peraturan Bank
ROA adalah penelitian Pratama dan Suputra Indoneia (PBI) Nomor 12/19/PBI/2010 tanggal
(2015) meyatakan bahwa dewan komisaris
4 Oktober 2010 dan berlaku 1 Maret 2011, independen berpengaruh terhadap ROA. tingkat LDR yang dianggap ehat oleh Bank
penelitian Muniroh (2014) Indonesia adalah berkisar antara 78% - 100%.
Sedangkan
dewan komisaris Bank Indonesia .perlu menetapkan kisaran
menyatakan
bahwa
independen tidak berpengaruh terhadap ROA. LDR karena selain bisa mempengaruhi
Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan likuiditas bank, LDR juga merupakan
hipotesis penelitian sebagai berikut: indikator keberhasilan bank menjalankan
H 3 : Proporsi dewan komisaris independen fungsi sebagai finansia intermediary (Eng,
berpengaruh signifikan terhadap Return 2013).
On Asset.
Penelitian terdahulu yang mendukung hubungan antara Loan to Deposit Ratio (LDR)
Pengaruh Komite Audit terhadap
terhadap ROA diantaranya penelitian Pasaribu
Profitabilitas ( Return On Assets )
et al,. (2014), Prasanjaya dan Ramantha (2013), Fadjar et. al. (2013), Dewi et. al.
Pengertian Komite Audit dalam Kepu- (2015), Margaretha dan Zai (2013), dan
tusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Agustiningrum (2013) menyatakan bahwa
Nomor; Kep/29/PM/2004, tertanggal 24 Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh
September 2004 pada peraturan nomor IX.I.5 positif dan signifikan terhadap ROA.
tentang Pembentukan dan Pelaksanaan Kerja Sedangkan penelitian Bahri (2014), Dewi et.
Komite Audit adalah komite yang dibentuk al. (2014), Muniroh (2014), Purwoko dan
oleh dewan komisaris dalam rangka membentu Sudiyatno (2013), dan Defri (2012)
melaksanakan tugas dan fungsinya. Kebera- menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio
daan Komite audit pada saat ini telah diterima (LDR) berpengaruh positif dan tidak
sebagai suatu bagian dari organisasi signifikan terhadap ROA. Hal ini berarti
perusahaan. Keberadaan komite audit diukur bahwa koefisien yang positif dalam penelitian
dengan total jumlah komite audit diukur
PROFITABILITAS BANK DI INDONESIA ……….. .………………........................……………(Pasaribu, Kowanda, & Paramitha)
dengan total jumlah komite audit pada pendapatan operasional merupakan penda- perusahaan.Penelitian terdahulu yang mendu-
patan yang diterima oleh pihak bank yang kung hubungan komite audit terhadap ROA
diperoleh melalui penyaluran kredit dalam adalah penelitian Muniroh (2014) yang
bentuk suku bunga.Bank Indoneia menetapkan menyatakan bahwa komite audit tidak
besarnya rasio BOPO tidak melebihi 90%, berpengaruh terhadap ROA. Berdasarkan
apabila melebihi 90%, maka bank tersebut uraian diatas, maka diajukan hipotesis
dikategorikan tidak efisien. penelitian sebagai berikut:
Bank yang efisien adalah bank yang
H 4 : Komite Auditberpengaruh signifikan
biaya operasi dan terhadap Return On Asset (ROA)
mampu menekan
meningkatkan pendapatan operasi untuk memperoleh keuntungan yang tinggi serta
Pengaruh Kepemilikan Institusional terha-
terhindar kondisi bank bermasalah. Semakin
dap Profitabilitas ( Return On Assets )
besar BOPO maka akan semakin kecil atau menurun kinerja keuangan perbankan. Begitu
Struktur kepemilikan lain adalah juga sebaliknya, jika BOPO semakin kecil, kepemilikan institusional. Pemegang saham
maka dapat disimpulkan bahwa kinerja institusional biasanya berbentuk entitas seperti
keuangan perbankan semakin meningkat atau perbankan, asuransi, dana pension, reksadana.
membaik (Ambo, 2013). Mengingat kegiatan Investor institusional memiliki kapabilitas
utama bank pada prinsipnya adalah bertindak untuk menganalisis laporan keuangan ecara
sebagai perantara, yaitu menghimpun dan langsung dibandingkan investor individual.
menyalurkan dana masyarakat, maka biaya Shleifer dan Vishny (1986, dalam Muniroh
dan pendapatan operasional bank didominasi 2014) berpendapat bahwa kepemilikan institu-
oleh biaya bunga dan hasil bunga. Etiap sional yang cukup besar akan mempengaruhi
peningkatan biaya operasional akan berakibat nilai pasar perusahaan. Emakin besar tingkat
pada berkurangnya laba sebelum pajak yang kepemilikan saham oleh institusi, maka
pada akhirnya akan menurunkan laba atau semakin efektif mekanisme control terhadap
yang bersangkutan kinerja
profitabilitas
bank
manajemen (Trisnantari dalam (Dendawijaya dalam Dewi et al., 2015). Muniroh, 2014).Penelitian terdahulu yang
Penelitian terdahulu yang mendukung mendukung hubungan kepemilikan institu-
hubungan antara BOPO terhadap ROA sional terhadap ROA adalah penelitian
diantaranya penelitian Eng (2013) yang Pratama dan Suputra (2015) dan Muniroh
menyatakan bahwa rasio BOPO tidak (2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan
berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan institusional tidak berpengaruh terhadap ROA.
penelitian Bahri (2014), Pasaribu et. al. (2014), Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan
Prasanjaya dan Ramantha (2013), Fadjar et. al. hipotesis penelitian sebagai berikut:
(2013), Dewi et. al. (2014), Muniroh (2014),
H 5 : Kepemilikan Institusionalberpengaruh Margaretha dan Zhai (2013), Purwoko dan signifikan terhadap Return On Asset
dan Defri (2012) (ROA)
Sudiyatro (2013),
menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis penelitian
Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan
sebagai berikut:
Operasional (BOPO) terhadap Profitabi-
H 6 : BOPO berpengaruh signifikan terhadap
litas
Return On Asset (ROA)
Rasio BOPO digunakan untuk mengukur
Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR)
efisiensi operasional bank, dengan memban-
terhadap Profitabilitas ( Return On Assets )
dingkan biaya operasional terhadap penda- Sama halnya dengan perusahaan lain, patan operasional (Dietrich et al., 2009). Biaya
bank memiliki modal yang dapat digunakan operasional merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan operasional bank. Modal bank oleh pihak bank dalam menjalankan aktivitas-
terdiri dari dua macam yakni modal inti dan nya sehari-hari meliputi: biaya gaji, biaya
modal pelengkap.Rasio kecukupan modal pemasaran,
yang sering disebut dengan Capital Adequacy
JRAK, Volume 11, No1Februari 2015
Ratio (CAR) mencerminkan kemampuan bank sesuai dengan kriteria yang ditentukan. untuk menutup risiko kerugian dari aktivita
Sampel yang diambil adalah emiten yang dilakukannya dan kemampuan bank
perbankandi Bursa Efek Indonesia, dengan dalam mendanai kegiatan operasionalnya
kriteria sebagai berikut: (Idroes dalam Agustiningrum, 2013).
1. Perusahaan perbankan yang tahun IPO Sesuai peraturan Bank Indonesia No.
( Initial Public Offering ) sebelum tanggal 10/15/PBi/2008, permodalan minimum yang
1 Januari 2008 (sesuai dengan periode harus dimiliki bank adalah 8%. Suatu bank
penelitian).
yang memiliki modal yang cukup diterje-
2. Bank yang terdaftar di BEI yang selalu mahkan ke dalam profitabilitas bank yang
mempublikasikan laporan keuangan dari lebih tinggi. Ini berarti bahwa semakin tinggi
tahun 2008 - 2014.
modal yang diinvestasikan dibank maka
3. Perusahaan yang dijadikan sampel semakin tinggi profitabilitas bank (Hayat,
memiliki kelengkapan data (laporan 2008). Jadi semakin besar rasio Capital
keuangan) yang berkaitan dengan data Adequacy Ratio (CAR) suatu bank, maka
sesuai dengan variabel yang digunakan semakin besar pula profitabilitas bank dan
dalam penelitian ini.
semakin kecil rasio Capital Adequacy Ratio
(CAR) suatu bank, maka semakin kecil pula profitabilitas bank tersebut. Sehingga dapat
Teknik Pengumpulan Data
disimpulkan bahwa rasio Capital Adequacy
Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Metode pengumpulan data dalam profitabilitas.
penelitian ini dilakukan dengancara Penelitian terdahulu yang mendukung
browsing website sampel penelitian. Data hubungan antara Capital Adequacy Ratio sekunder yang dikumpulkan berupa
(CAR) terhadap ROA diantaranya penelitian laporan tahunan yang dipublikasikan Negara dan Sujana (2014), Muniroh (2014)
sampel.
dan Eng (2013) yang menyatakan bahwa rasio
CAR tidak berpengaruh terhadap ROA.
Definisi Operasional Variabel
Sedangkan penelitian Bahri (2014), Prasanjaya
dan Ramantha (2013), Fadjar et. al. (2013), Non Performing Loan (NPL): NPL Dewi et. al. (2014), Purwoko dan Sudiyatro
merupakan rasio yang membandingkan jumlah (2013), dan Agustiningrum (2013) menyata-
kredit bermasalah yang terdiri dari kredit kan bahwa CAR berpengaruh positif dan tidak
kurang lancar, kredit yang diragukan dan signifikan terhadap ROA. Berdasarkan uraian
kredit macet terhadap seluruh kredit yang diatas, maka diajukan hipotesis penelitian
diberikan.Berdasarkan Surat Edaran Bank sebagai berikut:
Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14
Desember 2001, maka perhitungan NPL yaitu berpengaruh signifikan terhadap Return On
H 7 : Capital Adequacy Ratio (CAR)
Asset (ROA) NPL = Jumlah Kredit Bermasalah / Jumlah Kredit yang diberikan
METODE PENELITIAN
Loan To Deposit Ratio (LDR): Rasio
Populasi dan Sampel
LDR
untuk mengukur kemampuan bank tersebut apakah mampu
digunakan
Populasi dalam penelitian ini adalah membayar hutang-hutangnya dan memba- seluruh perusahaan perbankan yang
yar kembali kepada deposannya, serta terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Data
dapat memenuhi permintaan kredit yang populasi ini berjumlah 41 bank.Sedang-
diajukan. Atau dengan kata lain seberapa kan metode pengambilan sampel meng-
jauh pemberian kredit kepada nasabah, gunakan metode purposive sampling untuk
kredit dapat mengimbangi kewajiban bank mendapatkan sampel yang representatif
untuk segera memenuhi permintaan
PROFITABILITAS BANK DI INDONESIA ……….. .………………........................……………(Pasaribu, Kowanda, & Paramitha)
deposan yang ingin menarik kembali sendiri (Cornett et. al, 2006). Kepemilikan uangnya yang telah digunakan oleh bank
institusional diukur menggunakan : untuk memberikan kredit. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, besarnya
x standar nilai LDR menurut Bank Indonesia
KI=
adalah antara 80%-100% (Lukman, dalam
Defri 2012).Berdasarkan SE BI No.
Biaya Operasional Pendapatan Operaional
3/30/DPNP tanggal
(BOPO): BOPO digunakan untuk mengukur 2001,maka perhitungan kemampuan manajemen dalam mengendalikan
14 Desember
LDR yaitu:
biaya operasional terhadap pendapatan
LDR = Kredit Yang Diberikan/ Dana
operasional. Beban operasional dihitung
Pihak Ketiga
berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya.
Dewan Komiaris Independen (DKI):
Sedangkan pendapatan operasional merupakan Dewan komisaris independen yaitu dewan
penjumlahan dari total pendapatan bunga dan komisaris yang bertanggungjawab menga-
pendapatan operasional lainnya. Rumus wasi perusahaan baik yang berasal dari
mengukur BOPO yaitu:
internal maupun eksternal perusahaan
= (Beiner et. al dalam Muniroh, 2014).
BOPO
x 100% Proporsi dewan komisaris independen
dapat diketahui dengan:
DKI = Jumlah Komisaris Independen/
Capital Adequacy Ratio (CAR): Capital
Adequacy Ratio Total Dewan Komisaris merupakan rasio yang
memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh
Komite Audit (KA): Dalam Keputusan Ketua aktiva bank dapat dibiayai dari modal sendiri di samping memperoleh dana dari sumber lain
Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003 menyata- kan bahwa komite audit adalah komite yang
di luar bank. Cara mengukur CAR dengan: dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka
membantu melaksanakan tugas dan fungsinya.
CAR =
x 100%
Komite audit bertanggung jawab untuk
mengawasi laporan keuangan, mengawasi
audit eksternal, dan mengamati sistem
Model Persamaan Regresi
pengendalian internal sehingga dapat mengu-
rangi sifat opportunistik manajemen yang Teknik analisis pada penelitian ini, yang melakukan manajemen laba. Keberadaan
digunakan adalah analisis regresi berganda, komite audit diukur dengan total jumlah
karena variabel bebas dalam penelitian ini komite audit pada perusahaan.
lebih dari satu.Teknik analisis regresi berganda merupakan teknik uji yang digunakan untuk Kepemilikan Institusional (KI). Kepemi- mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi
likan Institusional dapat diartikan sebagai berganda dalam penelitian ini adalah sebegai
proporsi saham yang beredar yang dimiliki
berikut :
oleh institusi lain pada akhir tahun yang
diukur dalam proentase (Wahidawati,
ROA = α + β 1 NPL + β 2 LDR + β 3 DKI +
2001). Tindakan pengawasan perusahaan
β 4 KA + β 5 KI + β 6 BOPO+ β 7 CAR
oleh kepemilikan institusional dapat
+e
mendorong manajer untuk lebih memfo-
Keterangan:
kuskan perhatiannya terhadap kinerja
Non Performing Loan (NPL); Loan To Deposit
perusahaan sehingga mengurangi perilaku
Ratio (LDR); Dewan Komiaris Independen (DKI);
opportunisttik atau mementingkan diri
Komite Audit (KA); Kepemilikan Institusional (KI); Biaya Operasional Pendapatan Operaional (BOPO), dan Capital Adequacy Ratio (CAR)
JRAK, Volume 11, No1Februari 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN
telah ditentukan, DW hitung 0,796 masuk kedalam kriteria - 2 ≤ 2, maka dapat
Deskriptif Statistik
disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dan berarti uji autokorelasi terpenuhi.
Statistik deskriptif digunakan untuk
menunjukkan jumlah data yang digunakan
Persamaan Multiregresi dan Uji
dalam penelitian ini.Tabel statistik deskriptif
Hipotesis
menunjukkan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, serta standar deviasi dari
Variabel
B Sig. t
masing-masing variabel. Variabel dalam
penelitian ini meliputi variabel Return On
Assets ( ROA ) sebagai variabel dependen dan
Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit
Ratio (LDR) , Good Corporate Govermance
(GCG)yang terdiri dari Dewan Komiaris .608
Independen (DKI), Komite Audit (KA), dan
Kepemilikan Intitusional (KI), serta Biaya
Sig.F
.000 b
Operasional Pendapatan Operasional(BOPO),
Adj.R 2
Capital Adequacy
Sumber: Hasil Olah Data
Ratio (CAR)sebagai variabel independen. Berdasarkan uji asumsi klasik yang telah Hasil olah data deskriptif dalam penelitian
dilakukan dapat diketahui bahwa data tidak ini dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:
terdapat multikolinearitas dan tidak terjadi autokorelasi.Oleh karena itu data yang tersedia
Tabel 1
telah memenuhi syarat untuk menggunakan
Statistik Deskriptif
model regresi linear berganda.Berikut adalah persamaan multiregresi yang terbentuk:
Variabel Min
Max
Mean
ROA -1.64%
ROA = 0.051 - 0,185 NPL + 0,000 LDR +
0,004 DKI + 0,003 KA - 0,002 KI –
LDR 44.24% 113.30% 80.32%
0,05 BOPO + 0,008 CAR
BOPO 41.98% 114.63% 79.48%
CAR 10.12% 46.79% 17.32% Berdasarkan table 2 diatas maka diperoleh DKI
0.33 1.00 0.57 temuan bahwa secara parsial, NPL (-), KA (+), KA
2.00 8.00 3.84 dan BOPO (-) berpengaruh signifikan terhadap KI
0.40 0.99 0.78 profitabilitas bank.Sementara variabel lainnya
Sumber: Hasil olah data
(LDR, DKI, KI, dan CAR).Sementara secara simultan, seluruh variabel berpengaruh
Hasil Uji Asumsi Klasik
signifikan terhadap profitabilitas bank. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,603 menunjuk-
Berdasarkanhasil uji multikolinea- kan bahwa NPL, KA, BOPO, LDR, DKI, KI, ritasterlihat bahwa nilai signifikan K-S dan CAR mampu menjelaskan variasi ROA sebesar 60,3 persen sedangkan sisanya sebesar
sudah diatas 0,05, artinya data yang di uji 39,7 persen dalah oleh variabel lain yang tidak
terdistrbusi normal. Hasil uji multiko- digunakan dalam penelitian ini. linearitas dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 4.2. Nilai tolerance untuk seluruh
PEMBAHASAN
variabel lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang
dari 10. Hal ini menunjukkan bahwa data Pengujian hipotesis pertama menunjuk- tersebut tidak mengalami multikolinearitas.
kan bahwa Non Performing Loan (NPL) Hasil uji DW dalam tabel 3 menunjukkan nilai
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DW sebesar 0,796. Berdasarkan kriteria yang
ROA pada bank umum.Koefisien yang negatif
PROFITABILITAS BANK DI INDONESIA ……….. .………………........................……………(Pasaribu, Kowanda, & Paramitha)
menunjukkan ketika nilai Non Performing periode penelitian ketika nilai Dewan Komi- Loan (NPL) mengalami kenaikan, diikuti
saris Independen mengalami kenaikan, diikuti dengan nilai profitabilitas yang mengalami
dengan nilai profitabilitas yang mengalami penurunan.Hasil penelitian ini mendukung
kenaikan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fadjar et,al (2013), Muniroh (2014), Dewi
Muniroh (2014) yang menyatakan bahwa et.al (2015), Eng (2013), dan Agustiningrum
Dewan Komisaris Independen berpengaruh (2013) yang menyatakan bahwa NPL memiliki
positif dan tidak signifikan terhadap Return on pengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil ini
Asset (ROA). Hal tersebut dikarenakan memberikan arti bahwa tingkat efisiensi bank
sebagian besar komisaris independen terdiri yang diproksikan oleh rasio NPL dalam
dari pejabat publik ataupun tokoh masyarakat menjalankan operasinya berpengaruh terhadap
yang belum memiliki keahlian dalam kontek profitabilitas perbankan yang terdaftar di BEI.
manajemen perusahaan.Sehingga dalam hal ini Semakin besar kredit bermasalah yang