KONTESTASI IDENTITAS ISLAM MODERAT DI AS

KONTESTASI IDENTITAS ISLAM MODERAT DI ASIA TENGGARA
Lelly Andriasanti
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Satya Negara Indonesia
Jl. Arteri Pondok Indah No. 11, Jakarta Selatan
lelly15a@gmail.com

Abstrak
Di Asia Tenggara, ada dua negara yang berpenduduk mayoritas Muslim. Mereka adalah
Indonesia dan Malaysia. Dalam beberapa tahun terakhir, keduanya menunjukkan identitas
Islam moderat dalam kebijakan luar negerinya. Pada dasarnya, Indonesia bukanlah negara
yang berdasarkan Islam, meskipun populasi Muslimnya merupakan yang terbesar di Asia
Tenggara dan dunia. Sementara itu, Malaysia adalah negara yang identik dengan Islam.
Dalam rangka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari refleksi identitas
moderat di kedua negara, makalah ini menggunakan metode kualitatif dalam kerangka
studi banding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perang global melawan teror telah
menyebabkan kontestasi identitas Islam moderat antara Indonesia dan Malaysia. Kedua
negara Muslim terbesar di Asia Tenggara tersebut sebelumnya tidak pernah berlombalomba untuk menunjukkan identitas Islam moderat. Hasil lain dari penelitian ini adalah
Indonesia dan Malaysia memiliki modal domestik dari karakter Islam moderat di mana
aplikasi pencitraan di ranah kebijakan luar negeri dilakukan secara berbeda. Representasi

dari identitas Islam moderat berkaitan dengan capaian kedua negara untuk lebih dekat
dengan Barat dan dunia Islam.
Kata kunci: kompetisi, identitas, kebijakan luar negeri, Indonesia, Malaysia.

Abstract

In Southeast Asia, there are two countries with a Muslim majority population. Those are
Indonesia and Malaysia. In recent years, both of them show their moderate Islamic
identity in their foreign policy. Basically, Indonesia is not a country that based on Islam,
though their Muslim population is the largest in Southeast Asia and the world.
Meanwhile, Malaysia is identically an Islamic state. In order to get better understanding
of the reflection of moderate Islamic identity in both countries, this paper uses qualitative
methods within the framework of a comparative study. The result of research show that
global war on terror has led contestation moderate Islamic identity between Indonesia
and Malaysia. Those two largest Muslim countries in Southeast Asia had not previously
been vying to show moderate Islamic identity. The other result of this study is both
Indonesia and Malaysia have domestic modal of moderate Islamic character where the
imaging applications in the realm of foreign policy have done differently. Representation
of moderate Islamic identity was associated with the achievements of both countries to
get closer to the West and the Islamic world.

Keywords: competition, identity, foreign policy, Indonesia, Malaysia.
International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

95

Lelly Andriasanti

dianggap sebagai fondasi bagi konsepsi

Pendahuluan
Dalam hubungan internasional,

akan suatu sistem internasional (Sheikh,

negara membutuhkan identitas untuk

2003).

menunjukkan eksistensi dan pembeda


berhubungan

dari negara lainnya. Selain membentuk

kalangan Muslim akan sistem dunia

kepentingan nasional, identitas juga

yang terbagi dalam dua bagian yaitu,

menentukan nilai-nilai yang menjadi

Dar-al-Islam (daerah Islam) dan Dar-al-

pedoman suatu negara dalam bertingkah

Harb (daerah perang). Kedua , secara

laku di tataran internasional. Identitas


fenomenologis relevansi Islam dengan

pun

dalam

hubungan internasional dapat dilihat

membangun suatu hubugan antar negara,

menjelang berakhirnya Perang Dingin

apakah itu kawan ataupun lawan. Karena

yang menganggap Islam sebagai bahaya

itu, identitas sering kali dituangkan

laten


dalam kebijakan luar negeri sebagai

Klimaksnya

atribut yang melekat kuat pada citra

serangan World Trade Center (WTC)

negara.

yang membawa politik internasional

menyediakan

referensi

Sebagai sistem nilai sosial dan
kepercayaan,
menonjol


identitas
baik

agama

dalam

konsep

dengan

seperti

pandangan

halnya

terjadi

ini


komunisme.

ketika

peristiwa

dalam perang global terhadap teror.

kian

kehidupan

Internasionalisasi

Perang
yang

global terhadap teror


diwarnai

operasi

Afghanistan

hubungan

ini,

berkembang menjadi perasaan anti Islam

pada

di dunia Barat. Hal ini ditandai dengan

pengaruh politiknya. Agama memiliki

banyaknya persepsi masyarakat Barat


potensi

yang menempatkan Islam sebagai musuh

signifikansi

besar

agama

dalam

saat

terletak

mempengaruhi

bersama


antar

Islam

2002). Untuk menanggapinya, dunia

khususnya, menjadi sorotan tajam dalam

Muslim cenderung melakukan protes dan

tiap diskursus kontemporer.

kecaman, tidak terkecuali komunitas

(Nair,

1997).

Setidaknya, Islam memiliki dua
relevansi


dengan

dan

ternyata

kehidupan ber-negara dan berhubungan
negara

(Shadid

Irak

di

domestik maupun internasional. Dalam
internasional

dan

militer

Koningsveld,

Muslim di Asia Tenggara. Namun,

hubungan

reaksi protes komunitas Muslim di

internasional. Pertama , secara doktrinal

kawasan ini relatif terbatas. Hal ini

banyak

kalangan

terlihat

bahwa

Islam

Muslim

bukan

meyakini

hanya

agama

universal yang benar dan final, tapi juga
96

dari

berpenduduk

respon
Muslim

dua

negara

terbesar

di

kawasan, yaitu Indonesia dan Malaysia.

International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

Pada kasus Malaysia, pemerintah
berupaya mengatur dan mengendalikan
protes

dengan

langkah

mengambil

proaktif

untuk

Islam.

memastikan

Faktor

moderat antara Indonesia dan Malaysia?

langkah-

bahwa perang di Irak tidak diarahkan
terhadap

dalam merepresentasikan identitas Islam

dalam

Kebijakan

Luar

Negeri

yang

Studi mengenai identitas dalam

membatasi dampak operasi militer di

kebijakan luar negeri bukanlah hal baru.

Irak dan Afghanistan terhadap kawasan

Tidak sedikit akademisi yang mengkaji

adalah preferensi publik secara luas yang

studi ini. Identitas yang dituangkan

memprioritaskan isu domestik sehingga

dalam karya mereka pun beraneka

menutup isu internasional. Di Indonesia

ragam, mulai dari ideologi, nasional,

khususnya,

politik

etnis, institusional dan agama. Beberapa

akibat peristiwa bom Bali 12 Oktober

akademisi yang telah melakukan studi

2002

tentang identitas antara lain Elisabeth

perubahan

mengubah

aksi

lain

Identitas

iklim

massa

oleh

kelompok radikal menjadi kurang dapat

Johansson-Nogués dan Robert Jervis.

diterima. Secara komprehensif, Angel

Studi pertama yang akan dibahas

M. Rabasa menyebut reaksi Muslim di

dalam tinjauan pustaka ini adalah “Is the

kawasan ini relatif moderat (Rabasa,

EU’s

2004).

Obstacle? The European Union, the

Dalam perkembangannya, baik

Foreign

Policy

Identity

an

Northen Dimension and the Union for

Indonesia maupun Malaysia nampak

Mediterranean”.

berlomba-lomba dalam mempromosikan

Elisabeth Johansson-Nogués mengusung

kemoderatan Islam di tingkat regional

identitas dalam kerangka institusi yang

maupun global. Bahkan keduanya seperti

mengatasnamakan kolektivitas negara-

tengah

melakukan

Dalam

studi

ini,

kontestasi

dalam

negara

identitas

Islam

terangkum dalam Uni Eropa (UE) ini

moderat. Gejala tersebut semakin terlihat

menempatkan regional multilateralisme,

dalam satu dekade terakhir melalui

kebijakan

sejumlah forum, seperti Bali Democracy

intervensionisme sebagai identitas.

merepresentasikan

Forum (BDF) yang diinisiasi Indonesia

sebangsa.

EU

Kolektivitas

multi-sektoral,

pun

yang

dan

mempromosikan

dan Global Movement of Moderates

kerangka

(GMM)

inisiasi

menjalin

muncul

negara terdekat, khususnya kawasan

pertanyaan, mengapa terjadi kontestasi

Mediterania dan Baltik. Akan tetapi,

Malaysia.

yang
Dari

merupakan
sinilah

International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

kerja

multilateral

hubungan

dengan

untuk
negara-

97

Lelly Andriasanti

kerjasama antara UE dengan kedua

kekuatan identitas yang coba disebarkan

kawasan tersebut mengalami kegagalan

oleh AS dan US (Jervis, 2010).

karena identitas UE terasa asbtrak dan

Dari beberapa studi di atas,

tidak menyiapkan kekuatan berbasis aksi

identitas dalam kebijakan luar negeri

kolektif. Kegagalan itu juga berkaitan

dapat ditujukan untuk memperjuangkan

dengan asumsi Baltik dan Mediterania

eksistensi negara baik dalam skala

yang melihat UE cenderung utilitarian,

regional maupun internasional. Dengan

intrusif, dan terlalu Eropa (Johansson-

kata

Nogués, 2009).

bagaimana anarki terjadi dalam dinamika

Dalam “Identity and the Cold

lain,

identitas

sistem

memperlihatkan

internasional.

Identitas

War ”, Robert Jervis mengkaji identitas

merupakan pemahaman kolektif yang

dalam kerangka nasional dan ideologi

mengkonstitusikan

selama

studi

mengorganisasi tingkah laku negara

merupakan

untuk dapat menentukan antara kawan

proses interaksi antara Amerika Serikat

atau lawan (Wendt, 1992). Persepsi

(AS) dan Uni Soviet (US) sebagai upaya

identitas yang membedakan lawan dan

mempertahankan identitas. Jika identitas

kawan atau diri dengan pihak lain

dibentuk

menjadi

Perang

tersebut

terlihat

oleh

Dingin.
konflik

Dari

konflik,

maka

kemungkinan yang terjadi adalah adanya

struktur

referensi

sehingga

aktor

dalam

berinteraksi.

kebutuhan masing-masing pihak untuk

Hal lain yang perlu diperhatikan,

membangun dan memelihara identitas.

identitas tidak selalu menunjukkaan

Hal ini berarti akan sangat sulit untuk

wajah konfliktual seperti studi yang

merenggangkan sistem internasional.

dipaparkan

Dari logika itulah Perang Dingin

identitas

sebelumnya.
dalam

tulisan

Pengkajian
ini

justru

menjadi lebih buruk ketika identitas

menampilkan wajah yang kompetitif.

masing-masing pihak berada di bawah

Tulisan

tekanan. Korelasi identitas kedua negara

identitas Islam moderat dalam kebijakan

super power dengan konflik yang terjadi

luar negeri Indonesia dan Malaysia pasca

di negara-negara dunia ketiga bukanlah

serangan WTC 2001. Studi ini menjadi

terletak pada upaya mempertahankan

menarik

identitasnya di kawasan Asia-Afrika.

keduanya tidak lepas dari fenomena

Konflik yang merupakan bentuk Proxy

Islam dalam studi internasional yang

War tersebut lebih merupakan unjuk

sering kali mendapat stigma intoleran.
Stigma

98

ini

menyoroti

karena

demikian

pencitraan

kompetisi

tentu

tidak

antara

bisa

International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

digeneralisir. Studi ini diharapkan dapat

hubungan sosial (Viotti dan Kaupi,

memberikan perspektif baru tentang

2010) .

Islam yang lebih toleran.
Sedangkan

Akan tetapi, identitas juga dapat

dalam

memahami

berubah

kompetisi identitas Islam moderat antara

berlaku.

Indonesia-Malaysia, pengkajian tulisan

aturan, dan norma datang bersamaan

dilakukan

studi

dengan konsep logika kelaikan dalam

perbandingan. Hal ini berguna untuk

konstruktivis. Logika kelaikan berasumsi

melihat

persamaan

bahwa aktor selalu mengikuti norma dan

promosi

identitas

dalam

diaplikasikan

kerangka

dan

perbedaan

Islam

dalam

yang

kebijakan

aturan

bergantung

konteks

Kontekstualisasi

yang

yang

identitas,

diasosiasikan

dengan

luar

identitas tertentu pada situasi tertentu

negeri masing-masing. Karen itu, studi

pula. Dari beberapa metode penelitian,

identitas

karya ilmiah ini akan menggunakan studi

dalam tulisan ini

sengaja

dibatasi dalam lingkup kawasan. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah analisis

perbandingan (comparative study).
Metode

dan kontekstualisasi fenomena identitas

sengaja

dalam studi kebijakan luar negeri.

penelitian

studi

dipilih

agar

ini

perbandingan
penyusunan

dilakukan

dengan

Atas dasar itulah, penelitian ini

generalisasi yang bersifat lintas batas

akan menggunakan metode kualitatif

dan tidak hanya fokus pada sosiokultural

dengan paradigma konstruktivis. Metode

masyarakat tertentu. Studi ini juga lebih

penelitian

menekankan

ini

menekankan

pada

observasi

sosial

yang

pendekatan humanistik untuk memahami

bersifat tidak terbatas pada satu teritorial

realitas kehidupan sosial yang bersifat

tertentu.

dinamis.

menggunakan

sejalan

dengan

pendekatan

konstruktivis

yang

memandang,

identitas

definisi

Hal

diri

ini

yang

dapat

merupakan

Karena

itu,

beberapa

metode
kasus

ini
yang

memiliki klasifikasi serupa dalam suatu
permasalahan.

Langkah

selanjutnya

dibentuk,

adalah membandingkan variabel-variabel

diciptakan, dan berubah (Viotti dan

dan varian yang ada dalam kasus-kasus

Kaupi, 2007). Atas dasar definisi diri ini,

tersebut untuk diuraikan persamaan dan

identitas dipahami sebagai peran spesifik

perbedaannya.

yang relatif stabil dan memuat harapan
akan sesuatu yang diperoleh melalui
interaksi

dalam

susunan

struktur

International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

99

Lelly Andriasanti

Kedua ,

Presentasi Islam Moderat sebagai

Asia

Tenggara

Respon atas Jaringan Teroris di

diperhitungkan sebagai daerah transit

Kawasan

bagi

Bagi kawasan Asia Tenggara,

jaringan

berpotensi

terorisme

sebagai

sehingga

medan

perang

perang global terhadap terorisme justru

melawan terorisme. Penempatan Asia

lebih

besar,

Tenggara sebagai front kedua dalam

dibandingkan operasi militer di Irak

perang melawan terorisme dikemukakan

ataupun

Afghanistan.

AS saat melancarkan operasi militer di

pandang

kawasan,

membawa

pengaruh

Dari

sudut

perubahan

isu

Afghanistan.

Istilah

kedua

front

keamanan regional bukan disebabkan

mencerminkan

serangan 11 September. Akan tetapi, hal

ancaman teroris di Asia Tenggara.

ini lebih dikarenakan kepemimpinan AS

Ancaman yang dimaksud bersumber dari

dalam perang melawan terorisme yang

faksi Islam radikal dan milisi bersenjata,

kemudian direspon pemerintah, aktor-

serta kemudahan akses bagi operasi

aktor politik dan agama di kawasan

kelompok teroris di daerah perbatasan

sebagai urgensi. Akibat dari persepsi

yang kurang mendapat pengawasan dari

tersebut,

pemerintah setempat.

perang

global

terhadap

terorisme membawa dua konsekuensi
umum di Asia Tenggara (Rabasa, 2004).
Pertama ,

fokus

perhatian

tingginya

tingkat

Isu utama AS dalam perang
global terhadap terorisme bukan hanya
memberantas kelompok teroris semata.

dialamatkan pada hubungan antara Al-

Hal

Qaeda dan kelompok-kelompok radikal

menyesuaikan

lokal. Hal ini mendorong terciptanya

gerakan

peluang kerjasama yang belum pernah

pemerintahan

terjadi sebelumnya antara Barat dan

kelompok moderat di dunia Islam. Bagi

negara-negara

Barat,

di

Asia

Tenggara.

ini

lebih

pada

antara

Islam

pemberantasan

militan,

yang

Muslim

bagaimana

penguatan

bersehabat

moderat

dan

merupakan

Beberapa peluang kerjasama itu antara

aliansi potensial yang paling efektif

lain,

karena merangkul tradisi yang berbasis

adanya

kerangka

kerja

untuk

meningkatkan bantuan militer; penye-

pada

barluasan

seperti

informasi

intelijen

antara

nilai-nilai

negara-negara di kawasan; dan perluasan

(Rabasa,

akses

Bhutto,

militer

untuk

kerjasama kontraterorisme.

mendukung

demokrasi

dan

2007).

Menurut

jika

demokrasi

modern

pluralisme
Benazir

menjadikan

kediktatoran sebagai musuh bebuyutan,
maka

100

masyarakat

lawan

dari

moderasi

adalah

International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

ekstremisme. Karena itu, jalan terbaik

memiliki sumber pendanaan kuat dan

yang harus dibangun dalam masyarakat

jaringan yang luas. Kelompok radikal

yang plural, yaitu rekonsiliasi antara

kebanyakan memperoleh dana dari Saudi

demokrasi dan moderasi, demokrasi dan

selama tiga dekade terakhir.

toleransi

untuk

Dana

menggempur

tersebut

merupakan

kediktatoran dan ekstremisme (Bhutto,

kepanjangan dari ekspor Wahabisme

2008).

Islam versi Saudi yang berdampak pada
Dalam

melawan

terorisme,

pertumbuhan ekstremisme agama di

strategi yang digunakan Barat tidak lepas

seluruh dunia Muslim. Yayasan Saudi

dari

Al-Haramain salah satunya, telah ditutup

promosi

demokrasi

seperti

pengalamannya selama Perang Dingin.

karena

Demokrasi yang dimaksudkan tentunya

organisasi teroris dari Bosnia ke Asia

sesuai dengan pemahaman tradisi liberal

Tenggara. Selain itu, kelompok radikal

Barat, yaitu kesepakatan atas legitimasi

telah mengembangkan jaringan selama

politik yang berasal dari kehendak rakyat

bertahun-tahun hingga mencapai skala

yang

transnasional

diungkapkan

demokratis.

melalui

Komitmen

pemilu
terhadap

terbukti

mendanai

(Sheikh,

sejumlah

2003).

Dari

sinilah terlihat perhatian Barat di Asia

demokrasi ini merupakan isu kunci

Tenggara

dalam mengidentifikasi Muslim moderat.

membangun jaringan Islam moderat

Rabasa

untuk menangkal jaringan terorisme.

kemudian

merinci

Muslim

terletak

pada

upaya

moderat dalam beberapa karakteristik,
yakni penerimaan akan sumber hukum

Indonesia: Kemoderatan Islam di

yang non-sektarian; penghormatan hak-

Negeri Muslim yang Nonteokrasi
Terkait

hak perempuan dan kelompok minoritas;

upaya

pembangunan

beroposisi terhadap terorisme dan aksi-

jaringan Islam moderat oleh Barat,

aski

Indonesia

kekerasan

yang

tidak

dapat

nampaknya

menanggapi

ekspektasi tersebut secara positif. Dalam

dibenarkan.
Di sisi lain, Barat menyadari

paparan

tahunan

Departemen

Luar

bahwa jaringan Islam moderat kurang

Negeri (Deplu) pada Januari 2004,

memiliki sumber daya finansial dan

Menteri Luar Negeri (Menlu) Hassan

organisasional

Wirajuda

dalam

membangun

mengungkapkan,

jaringan mereka sendiri. Kondisi ini

negara

bertolak belakang dengan kelompok

terbesar di dunia, Indonesia memikul

Islam radikal yang terbilang sedikit tapi

kewajiban untuk memproyeksikan wajah

International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

dengan

penduduk

sebagai
Muslim

101

Lelly Andriasanti

Islam yang sebenarnya, yaitu Islam yang

formal Indonesia. Menurut Rencana

moderat.

Pembangunan

Melalui pencitraan Islam moderat

(RPJMN

I)

Jangka

Menengah

2005-2009,

salah

I

satu

inilah Indonesia sepertinya mencoba

sasarannya

untuk membedakan diri dari kesan

memperkuat dan memperluas identitas

radikal yang dilabelkan pada Islam pasca

nasional

serangan WTC 2001. Pencitraan ini juga

dalam tatanan masyarakat internasional.

merupakan

untuk

Hal ini ditegaskan Presiden Susilo

kesalahpahaman

Bambang Yudhoyono dalam Indonesian

pandangan Barat yang mengklaim bahwa

Council on World Affairs (ICWA) pada

kegagalan

demokrasi

19 Mei 2005. Ia menyatakan, “We are

cenderung terjadi pada negara-negara

fourth most populous nation in the

berpenduduk Muslim (Lewis, 1958;

world. We are home to the world's

Kedourie, 1992; Huntington, 1993).

largest Muslim polulation. We are the

upaya

mengklarifikasi

Indonesia

konsolidasi

difokuskan

sebagai

negara

untuk

demokratis

Meski berpenduduk mayoritas

world's third largest democracy. We are

Muslim, Indonesia bukanlah negera

also a country where democracy, Islam

berlandaskan sistem Islam. Bahkan,

and modernity go hand in hand.”

tumbuh pesatnya partai politik yang

Tendensi demokrasi dan Islam

berlandaskan Islam pasca kemerdekaan

moderat sepertinya merupakan upaya

dan pasca reformasi tidak menunjukkan

Indonesia

indikasi pembentukan Indonesia sebagai

dengan

negara

2010).

khususnya

Barat.

negeri

mengenai

bagaimana

Islam

Implikasinya,

(Anwar,

kebijakan

luar

dalam
negara

mendekatkan
demokrasi
Dalam

diri
maju,

studinya

negara-negara

Indonesia tidak berkarakter Islam atau

demokrasi baru menggunakan kebijakan

non-Islam. Menurut Rizal Sukma, alasan

luar

pemerintah untuk terus menghindari

menemukan bahwa proses demokrasi

ekspresi formal faktor Islam dalam

bisa

kebijakan luar negeri dikarenakan sifat

negara-negara demokrasi baru membawa

identitas negara yang mempertahankan

dirinya lebih dekat kepada negara-negara

identitas nonteokrasi sehingga menolak

demokrasi yang lebih mapan (Stanger,

faktor keagamaan eksklusif (Sukma,

1955).

2003).

negerinya,

dipertahankan

Alison

arahnya

Stanger

ketika

Untuk menjelaskan fenomena ini,
Dengan demikian, kemoderatan

Philips J. Vermonte mengemukakan dua

Islam hanyalah komplemen dari identitas

alasan. Pertama , kebijakan luar negeri

102

International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

bisa

digunakan

untuk

menghilangkan gambaran teror bom

menjaga jarak atau membedakan diri

yang dimotori oleh gerakan-gerakan

dari rezim autoritarian yang digantikan.

Islam radikal. Usaha ini dilakukan

Kedua , sebagai konsekuensi dari alasan

Indonesia

yang pertama, prospek bagi kerjasama

pencitraan Islam moderat, khususnya

internasional, terutama dengan negara-

pada

negara yang mapan demokrasinya akan

menjalin kerjasama berkesinambungan

semakin

dengan

baik

sebagai

dan

alat

pada

akhirnya

dengan

memberikan

negara-negara

dunia

Barat.

Barat,

Untuk

Indonesia

memberi kontribusi positif bagi proses

mengupayakan proses dialogis yang

konsolidasi internal (Vermonte, 2005).

ditempuh

melalui

Direktur

Informasi

Perlu

diingat,

perekonomian

jalur

diplomasi.

dan

Media

Indonesia menerima banyak tekanan

Departemen

pasca rangkaian peristiwa bom teror di

Indonesia, P.L.E. Priatna mengung-

tanah air sejak Oktober 2002. Ekspor

kapkan, Islam moderat hanyalah bagian

Indonesia

dari pencitraan dalam mempromosikan

mengalami

penurunan

sekaligus peningkatan credit risk yang

demokrasi

tidak

diplomasi.

menyisakan

sedikit

pun

kemungkinan bagi munculnya investasi,

Luar

yang

Perlu

Negeri

Republik

digerakan

diketahui

melalui

sebelumnya

baik dari pihak asing maupun domestik

bahwa kebijakan luar negeri memiliki

(Sjahrir, 2004). Hal lain yang perlu

pengertian

diperhatikan adalah travel warning yang

diplomasi. Jika kebijakan luar negeri

dikeluarkan sejumlah kedutaan besar

mempunyai perhatian pada substansi dan

seperti AS, Australia, dan beberapa

kandungan dari hubungan luar negeri,

negara Eropa Barat bagi warganya yang

diplomasi

hendak berpergian ke Indonesia. Secara

metodologi

psikologis,

kebijakan luar negeri (Suryokusumo,

isu

teror

bom

telah

yang

lebih

2004).

datang

dimanfaatkan

pariwisata

Indonesia.
menjadi

Akibatnya,

sektor

dipusatkan

untuk

mengurangi minat para wisatawan asing
ke

berbeda

Jalur

dengan

pada

melaksanakan

diplomasi
Indonesias

yang
dalam

yang

mencitrakan Islam moderat umumnya

mendapat imbas cukup besar dari isu

berupa dialog intensif seperti dialog

teror bom.

antarkepercayaan

Besarnya kerugian ekonomi dan

budaya

(interfaith),

(intercultural),

dan

antarantar-

politis yang dirasakan menjadi salah satu

peradaban (intercivilization). Hal ini

alasan

dimaksudkan untuk membangun saling

Indonesia

untuk

berusaha

International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

103

Lelly Andriasanti

pengertian dan pemahaman antaragama

BDF

dan kepercayaan, budaya, dan peradaban

meningkat, dari 40 peserta menjadi 82

yang berbeda.

peserta pada 2012.

Eksplorasi

dari

proses

ini

memperlihatkan

Antusiasme

pola

tersebut

yang

pada

berlangsung secara bilateral, regional,

gilirannya melahirkan interaksi yang

maupun multilateral. Proses dialogis

lebih intensif antara Indonesia dengan

yang

negara-negara yang menghadiri acara

terwujud

bilateral

melalui

dapat

hubungan
dari

tersebut. negara-negara demokrasi Barat

diselenggarakannya konferensi Unity in

umumnya memberikan pengakuan atas

Diversity: The Culture of Coexistence in

kredibilitas Islam Indonesia yang mampu

Indonesia antara Indonesia dan Italia.

berdampingan

Sepanjang tahun 2008, Indonesia telah

Mereka juga mengharapkan Indonesia

melakukan interfaith dialogue dengan

dapat memainkan peran sebagai suara

Inggris, Austria, Selandia Baru, Belanda,

Islam dunia untuk memediasi antara

Kanada,

dunia Barat dan Islam.

Lebanon,

dilihat

dan

Australia.

Sedangkan dalam kerangka regional dan

Selain

dengan

itu,

demokrasi.

Islam

moderat

multilateral, dialog-dialog serupa dapat

Indonesia juga diharapkan dapat menjadi

ditemukan dalam ASEM sejak tahun

model

2005. Khusus kawasan Asia Pasifik,

diterapkan bagi masyarakat

Konferensi

tentang

lainnya, seperti kawasan Timur Tengah

kerjasama dan dialog antar beragama

(Anwar, 2010). Sejumlah harapan dunia

juga telah dimulai pada 2004 dengan

internasional

mengambil tempat di Yogyakarta.

sebagai

Asia

Inisiatif

peluang

mungkin

dibaca

Muslim

Indonesia

untuk

mengambil

peranan yang lebih besar sehingga

merepresentasikan

Indonesia memiliki alasan yang lebih

demokrasi dan Islam moderat adalah

kuat dalam mencitrakan kemoderatan

dengan menyelenggarakan BDF. Forum

Islam yang ada pada dirinya.

dalam

yang

ini

yang

diambil

Indonesia

lain

Pasifik

alternatif

yang berlangsung pada tataran inter-

Cara pandang Indonesia dalam

pemerintah ini menempatkan Indonesia

melihat dunia juga memiliki proporsi

sebagai pelopor dari forum yang secara

yang

khusus membahas demokrasi di kawasan

pencitraan

Asia. Sejak diselenggarakan kali pertama

nasional terhadap dunia (worldview)

pada 2008, antusiasme negara-negara di

merupakan persepsi dominan dari watak

dunia yang berpartisipasi pada acara

sistem

104

krusial

dalam

tersebut.

dunia,

membangun

Cara

sekaligus

pandang

mengambil

International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

dan menaruh perhatian terhadap
isu-isu di dunia Islam sekaligus
melakukan
inisiatif
berarti
terhadap isu tersebut. Mereka
umumnya berpandangan, adalah
absurd jika Indonesia yang
berpenduduk Muslim terbesar
hanya
menduduki
posisi
pinggiran dan memainkan peran
marjinal di dunia Islam (Sukma,
2010).

tempat dalam sistem itu sendiri. Menurut
Paige

Johnson

mengalami

Tan,

perubahan

meskipun

kepemimpinan

yang drastis, konsistensi cara pandang
Indonesia melihat sistem global tampak
dari sejarah kontemporer negaranya
(Tan, 2007).
Mulai dari awal kemerdekaan
Indonesia hingga kini, cara pandang
tersebut selalu dipenuhi oleh keinginan
agar negaranya memiliki peranan di
dunia internasional. Cara pandang ini
termuat dalam Undang-undang Nomor
17 Tahun 2007 mengenai Rencana
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 20052025. Salah satu sasarannya adalah
terwujudnya peranan Indonesia yang
meningkat
internasional.

dalam

pergaulan

Terkait

dunia

harapan

agar

Indonesia menjadi preseden alternatif
Islam bagi kawasan Timur Tengah,
komunitas

Muslim

dalam

negeri

sepertinya menanggapi hal ini sebagai
peluang untuk menjalin hubungan yang

Seiring dengan ekspektasi akan
keharmonisan hubungan Indonesia dan
Timur

Tengah,

pula

harapan agar hubungan tersebut dapat
memberikan keuntungan ekonomi bagi
Indonesia. Harapan ini disandarkan pada
kenyataan bahwa meski perdagangan
kedua kawasan tidak mengindikasikan
penurunan, hubungan ekonomi keduanya
belum mencapai tahap yang diharapkan.
Nilai dagang Indonesia-Timur Tengah
masih jauh di bawah nilai perdagangan
Indonesia-AS

atau

Indonesia-Eropa.

Padahal, Timur Tengah memiliki ratarata pertumbuhan sekitar 11 persen per
tahun (Thaib, 2011).

lebih harmonis dengan dunia Islam.

Sebagai salah satu mitra dagang
utama

Komunitas Muslim memandang,
isu utama dalam kebijakan luar
negeri
Indonesia
dalam
hubungannya
dengan
Islam
bukanlah
bagaimana
memformulasikan
dan
mengimplementasikan kebijakan
luar negeri secara Islami. Akan
tetapi, lebih pada kebutuhan
untuk memperbaiki hubungan
dengan negara-negara Muslim

bermunculan

Tengah

Indonesia,
ternyata

investasi

Timur

relatif

minim.

Dibandingkan dengan investasi Jepang
dan Korea Selatan, Indonesia masih
belum menjadi salah satu tempat tujuan
investasi utama negara-negara Timur
Tengah.

Perlu

diketahui,

potensi

investasi dari Timur Tengah dianggap

International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

105

Lelly Andriasanti

sangat signifikan, khususnya dari Qatar

setiap tindakan. Proyeksinya tidak lepas

dan Uni Emirat Arab (UEA) yang masuk

dari tendensi bahwa agama seharusnya

menjadi bagian dari tiga besar negara

dapat menjadi faktor penguat stabilitas

dengan nilai PDB tertinggi di dunia versi

untuk menjamin status Malaysia sebagai

World Bank.

bangsa yang kuat, disiplin, dan arif.
Penekanan identitas ini juga menegaskan

Malaysia:

Kemoderatan

Identitas

bahwa Malaysia sebagai negara Islam
dari Dunia Islam.

Melalui Islamisasi
Berbeda dengan Indonesia yang
berprinsip

nonteokrasi,

internal,

Islamisasi

di

difokuskan untuk membedakan antara

Malaysia sendiri telah menjadi lebih

Islam moderat dengan radikal. Konflik

homogen. Konsolidasi Islam di Malaysia

yang terjadi antara kelompok moderat

mencerminkan peran religio politik para

dan radikal di Malaysia berdampak pada

sultan dan pemerintah dalam mende-

persaingan

finisikan agama. Pembangunan otoritas

menggulirkan perdebatan akan peran

keagamaan

masalah

Islam di tengah masyarakat. Namun

keagamaan di Malaysia telah dimulai

kemudian, pemerintah Mahathir menilai

sejak zaman kolonial Inggris. Meski

Islam moderat lebih tepat digunakan

tersisih

dalam menggambarkan konteks sosial

untuk

dari

Islam

Secara

melihat

hukum

administrasi

kolonial, hukum shari’a dan adat telah
program

Sedangkan

Islamisasi,

internal

yang

Malaysia (Nair,1997).

dikodifikasi dan relatif terbagun.
Melalui

politik

Islamisasi

secara

eksternal,

diinterpretasikan

dengan

Malaysia terbilang lebih dini dalam

sistem nilai yang memiliki relasi positif

merepresentasikan

Islam

dengan dunia Barat. Artikulasi Islam

moderat dibandingkan dengan Indonesia.

sebagai faktor positif terkait dengan

Islamisasi

formal

kekhawatiran pemerintah Malaysia akan

pemerintahan

generalisasi Islam dalam konotasi negatif

dimulai

identitas

Malaysia
pada

masa

secara

Mahathir Mohammad. Gambaran akan

di

identitas Islam Malaysia kali pertama

kontemporer. Karena itu, salah satu

disampaikan Mahathir dalam pidato

tujuannya adalah membuka diri pada

kemenangannya pada Pemilu 1982. Ia

dunia Barat, khususnya dalam investasi

mengartikulasikan

dan pembelajaran teknologi (Nair,1997).

keyakinanannya

bahwa Islam adalah agama prakmatis
dan fleksibel yang merupakan dasar dari
106

tengah

hubungan

Preferensi

internasional

Mahathir

dalam

mencitrakan Islam moderat nampaknya

International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

juga berhubungan dengan ketidaksukaan

pemerintah Mahathir sebagai anggota

negara-negara Barat terhadap dirinya.

aktif

Pemimpin Malaysia ini memang terkanal

keterlibatannya dalam isu-isu politik,

anti-Barat dan tidak disukai negara-

ekonomi, dan teknis yang berdampak

negara Barat karena sikapnya yang

pada komunitas Muslim dunia. Sikap

terkadang

serta

aktif Malaysia yang paling banyak

mengenal

mendapat sorotan adalah komitmennya

kompromi (Fitriani, 2012). Di bawah

terhadap International Islamic Peace

kepemimpinan

Malaysia

Committee (IPC) yang ditujukan untuk

mengambil jarak dengan negara-negara

menyelesaikan perang Iran-Irak pada

Barat

awal 1980-an.

keras

kebijakannya

dan

yang

kasar,

tidak

Mahathir,

setelah

lama

mengandalkan

bantuan Inggris dan AS. Namun, sikap
ini

tidak

dimaksudkan

untuk

berkonfrontasi dengan Barat.
Hubungan

OKI

ditunjukkan

dengan

Dari komitmen tersebut Malaysia
berusaha

menghapuskan

kecurigaan

pihak asing atas segala gerakan Islam di
yang

dalam negeri. Kesan yang muncul

menjaga jarak dengan dunia Barat lebih

kemudian lebih pada netralitas Malaysia

dilatari

untuk

yang

maju

sentimen-sentimen

oleh

Malaysia

visi

Mahathir

menjadikan

Malaysia

sepenuhnya

tahun

yang

mengeluarkan

keagamaan

dalam

Dalam

konlflik. Hal ini direfleksikan Malyasia

membangun perekonomian Malaysia,

dengan konsistensinya untuk bersikap

Mahathir mengharapkan gambaran Islam

abstein dalam voting majelis umum PBB

yang berorientasi progresif dapat sejalan

yang membahas tentang resolusi perang

dengan percepatan dan adanya ide-ide

Iran-Irak.

akan

2020.

berkeinginan

kepemimpinan

dalam

Sebagai negara Islam yang secara

eksistensi

geografis jauh dari Timur Tengah,

Malaysia dapat diakui baik oleh dunia

Malayasia cukup vokal menyampaikan

Barat maupun Islam. Dalam hal ini,

pendapatnya dalam OKI. Salah satu

keterlibatan

isu-isu

perhatian besar Malaysia adalah potensi

berdimensi Islam dapat dilihat secara

rivalitas antara negara-negara Arab di

multilateral maupun bilateral.

kawasan yang akan berimbas pada

pembangunan.

Akhirnya,

Malaysia

dalam

Pada tingkat multilateral, sikap

negara-negara Muslim yang berada di

Malaysia di PBB tidak dapat dipisahkan

kawasan Asia dan Afrika. Melalui KTT

dari

OKI 1987, Malaysia khawatir jika

posisinya

dalam

Organisasi

Konferensi Islam (OKI). Komitmen
International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

107

Lelly Andriasanti

rivalitas itu akan melukai solidaritas

yang sifatnya politis, Malaysia juga

Muslim dunia.

mendapat keuntungan material. Setelah

Tidak hanya itu, Malaysia juga

menerima pengakuan dan penghargaan

berani memberikan kritik atas tidak

atas kontribusinya di dunia Muslim,

efesiennya kerja organisasi tersebut.

Malaysia memperoleh tawaran kerja-

Untuk itu, Malaysia menyerukan untuk

sama di bidang ekonomi, sosial, politik,

segera dilakukannya reorganisasi dan

dan budaya dari Bahrain dan Saudi

restrukturisasi OKI agar lebih efektif.

Arabia. Sebagai bentuk rasionalisasi

Seruan ini kembali disuarakan pada

kerjasama,

tahun

memberikan

1993.

Kali

ini,

Malaysia

negara-negara
bantuan

teluk
dana

ini
bagi

mengajukan formasi Eminent Person

pembangunan bank-bank Islami dan

Group untuk melihat relevansi OKI

universitas Islam di Malaysia (Nair,

dengan konteks global pasca Perang

1997).

Dingin. Hal ini diharapkan berguna agar

Negara-negara

dengan

tradisi

organisasi Islam tersebut menjadi lebih

Islam lainnya yang memiliki kedekatan

kohesif dan efektif sehingga memberikan

hubungan dengan Malaysia antara lain

manfaat bagi negara-negara Islam di

Uni

seluruh dunia.

Jordania,

Mesir,

diketahui

juga,

Pada tingkat bilateral, Malaysia

Emirat

Arab

(UEA),

dan

Oman,

Turki.

kedekatan

Perlu

Malaysia

lebih banyak menjalin relasi dengan

dengan negara-negara tersebut tidaklah

negara-negara di kawasan Teluk dan

lepas dari afinitas Islam. Namun, kondisi

Asia Barat. Preferensi geografis ini

demikian tidak berlaku dalam pola

cukup memperlihatkan ambisi Malaysia

kerjasama

yang lebih besar dibandingkan dengan

Hubungan personal antara pemimpin

upayanya dalam OKI. Melalui kedekatan

kedua negara − Mahathir dan Zia al-Haq

relasi

yang

– merupakan faktor kuat yang melatari

budayanya merujuk pada Timur Tengah,

hubungan signifikan antara Malaysia-

Malaysia hendak mencari afirmasi atas

Pakistan.

dengan

kredensi

negara-negara

ke-Islam-annya.

Hal

antara

Malaysia-Pakistan.

ini

Sedangkan dengan negara-negara

berguna untuk memperkuat identitasnya

Dunia Barat, relasi Malaysia relatif

sebagai negara Islam di dunia Muslim.

terbangun dengan baik. Rekam jejak

Hubungan bilateral ternyata lebih
banyak

bagi

negara persemakmuran Inggris menandai

Malaysia. Selain keuntungan immaterial

keharmonisan hubungan ini. Bahkan,

108

membawa

manfaat

sejarah Malaysia yang merupakan bekas

International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

kemerdekaan Malaysia diperoleh tanpa

demokrasi,

melalui jalur konfrontasi dengan negara

pendidikan, dan resolusi konflik.

induk

kolonialnya.

Relasi

hukum,

harmonis

Malaysia dengan negara Barat lainnya

Tantangan

dapat dilihat juga dari hubungan yang

Islam Moderat

terjalin

dengan

AS

finansial,

sejak

1677.

Representasi

Uraian

Identitas

sebelumnya

Hubungan ekonomi Malaysia-AS kian

memperlihatkan Indonesia dan Malaysia

menguat setelah kemerdekaan Malaysia

sama-sama mencoba merepresentasikan

yang diawali dengan investasi dan

identitas

diversifikasi

mengesankan adanya kontestasi antara

dana

elektronik

dan

Islam

moderat

produksi minyak kelapa sawit. Bahkan,

keduanya.

AS berpihak pada Malaysia ketika

representasi

Indonesia melancarkan konfrontasi di

dilakukan

keduanya

tahun 1963.

menunjukan

pola

Terkait pembangunan jaringan

Indonesia

Akan

sehingga

tetapi,

Islam

aplikasi

moderat

yang
ternyata

berbeda.

memilih

untuk

Jika
meng-

Islam moderat, Malaysia di bawah

aplikasikannya melalui jalur diplomasi,

kepemimpinan

Razak

kebijakan luar negeri Malaysia melekat

menyerukan kepada seluruh negara-

erat dengan Islam moderat. Meski

negara dunia untuk berpartisipasi dalam

berbeda cara representasi, tantangan

GMM.

adalah

yang dihadapi antara Indonesia dan

mengajak seluruh negara-negara untuk

Malaysia tidak sepenuhnya berbeda.

mengecam

Perbedaan tantangan di kedua negara

Tun

Tujuan

dan

dari

Abdul

GMM

menolak

ekstrimis.

Konferensi internasional GMM secara

tersebut

resmi diadakan di Kuala Lumpur pada

domestik.

Januari 2012 (memiliki selisih waktu

lebih

terletak

Tantangan

pada

Indonesia

ranah

sendiri

empat tahun dengan BDF). Kelanjutan

dalam mencitrakan Islam moderat cukup

dari konferensi ini adalah pendirian

kompleks.

GMM Foundation sebagai pusat pertama

Indonesia yang heterogen merupakan

dalam penyebaran informasi tentang

faktor utama yang memicu aksi-aksi

konsep

memerangi

intoleransi di dalam negeri. Intoleransi

momok ekstremisme. Untuk itu, GMM

yang terjadi di Indonesia umumnya

menaruh perhatian besar di lima area

dialamatkan pada kelompok minoritas.

studi, yaitu koeksistensi perdamaian,

Kelompok-kelompok

moderasi

dalam

Kondisi

sosiokultural

minoritas

yang

menjadi korban intoleransi memang
International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

109

Lelly Andriasanti

dapat berasal dari etnis, suku, bangsa,

aksi

dan ras. Namun terkait kajian dalam

peliputan media dengan frekuensi yang

tulisan ini, kasus-kasus intoleransi yang

cukup

dimaksud berkorelasi dengan agama

publikasi

sehingga

media

korbannya

antara

lain

kekerasan

tinggi.

ternyata

mendapat

Sepertinya,

aksi-aksi
massa

intensitas

intoleransi

berpengaruh

oleh
dalam

kelompok nonMuslim dan aliran Islam

mengambil perhatian publik nasional dan

minoritas.

internasional.

Sedikitnya,

terdapat

empat

peliputan

Akibat

media

lebih

terhadap

jauh,

aksi-aksi

tantanga yang dihadapi Indonesia dalam

intoleransi dapat mereduksi pencitraan

mencitrakan Islam moderat. Pertama ,

Islam moderat pada skala internasional.

peningkatan dan penyebaran gerakan

Bahkan, beberapa NGO menganggap

kelompok Islam radikal yang cenderung

pemerintah sebagai salah satu faktor

melakukan aksi-aksi anarkis, khususnya

penyebab maraknya aksi-aksi intoleransi

pada komunitas Muslim dan aliran Islam

tanah air karena tidak serius dalam

minoritas yang dinilai sesat. Kedua ,

menangani aksi-aksi intoleransi. Sikap

regenerasi terorisme yang masih terjadi

pemerintah ini terlihat tidak konsisten

hingga saat ini. Salah satu tujuannya

dengan

adalah penyerangan terhadap simbol-

sehingga

simbol Barat dan pihak-pihak yang

kebijakan luar negeri seperti dipaksakan.

dianggap membela kepentingan asing,
termasuk pemerintah.

gambaran

Islam

moderat,

pencintraannya

dalam

Berbeda

dengan

Indonesia,

beragama di Malaysia erat kaitannya

Ketiga , penerapan hukum syariah

dengan identitas politis dari kelompok

di tingkat daerah yang melukai pluralitas

etnis dominan, Melayu. Dengan kata

agama di Indonesia karena meniadakan

lain,

keberadaan agama-agama selain Islam.

pembangunan kerangka ideologis yang

Tidak jarang, perda syariah melanggar

mempromosikan

HAM dan mendeskriditkan perempuan.

berdasarkan etnis. Menurut Andrew

Keempat, pengaruh MUI melalui fatwa-

Humphryes, agenda Islamisasi Malaysia

fatwanya
bahan

Malaysia

lebih

menekankan

identitas

tertentu

yang

seringkali

dijadikan

lebih menargetkan masyarakat Melayu

legitimasi

bagi

kelompok-

sebagai upaya untuk mempromosikan

kelompok

Islam

radikal

untuk

melakukan kekerasan.

visi Islam dalam melayani kepentingan
rezim berkuasa (Humphryes, 2010).

Jumlah kelompok Islam radikal

Dalam mempromosikan kepen-

di Indonesia memang relatif kecil, tetapi

tingan pemerintah, Malaysia melakukan

110

International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

pendekatan

keamanan

dengan

menggabungkan penggunaan aparatur
koersif dengan mekanisme ideologis.
Aparatur

koersif

sejumlah

yang

terdiri

undang-undang

dari

represif

ditegakkan oleh polisi. Sedangankan
mekanisme ideologis berfungsi untuk
membatasi ruang bagi ide-ide yang
mengancam legitimasi rezim. Fungsi lain
dari

ideologis

adalah

menjamin

keamanan rezim dengan melegitimasi
berbagai hal yang diaplikasikan aparat
koersif maupun rezim.
Mengingat

bentuk

Islam

di

Malaysia bergantung pada rezim yang
berkuasa, maka karakter Islam Malaysia
berpotensi untuk menjadi fundamentalis
dan otoriter. Praktik fundamentalisme
Islam oleh rezim yang berkuasa tidak
hanya

dimotivasi

partai

oposisi

fundamentalis seperti Partai Islam SeMalaysia (PAS), tetapi juga penafsiran
konsep yang cenderung fundamentalis
oleh

pemimpin

rezim.

Pada

masa

pemerintahan Abudullah Ahmad Badawi
contohnya, Malaysia berkomitmen untuk
menerapkan Islam Hadhari yang ternyata
mengilhami

pembacaan

yang

kaku

terhadap teks-teks Al-Qur’an. Hal ini
berbeda dengan prinsip-prinsip ideal
Islam Hadhari seperti yang termuat di
bawah ini.
Islam Hadhari merupakan terdiri
dari beberapa prinsip. Pertama ,

iman dan takwa kepada Allah.
Prinsip
ini
tampaknya
meremehkan agama-agama di
luar Islam, tetapi klarifikasi
dilakukan
pada
prinsip
berikutnya. Kedua , penekankan
keyakinan
dalam
kebebasan
beragama. Ketiga , tidak adanya
paksaan
dalam
beragama.
Keempat,
penguasaan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi.
Kelima , pembangunan ekonomi
yang seimbang dan komprehensif
yang menggambarkan fondasi
ekonomi dari Islam Hadhari.
Tujuannya tidak lain adalah untuk
menghadapi
tantangan
globalisasi,
kemajuan
ilmu
pengetahuan dan teknologi yang
integratif
melalui
produksi
sumber daya manusia. Kelima ,
penggabungan praktik moral
ekonomi dengan pendekatan
pembangunan ekonomi yang
komprehensif.
Singkatnya,
prinsip-prinsip ini berusaha untuk
dimasukkan dalam pengertian
praktik Abdullah bahwa Islam
adalah
agama
untuk
pengembangan.
Keenam,
integritas moral dan kultural yang
terdiri dari internalisasi nilai-nilai
moral
yang
menjamin
kemakmuran, keharmonisan dan
kedamaian dalam masyarakat
multirasial. Dengan kata lain,
perkembangan moral dilakukan
secara
bersamaan
dengan
pembangunan ekonomi. Prinsipprinsip Islam Hadhari lainnya
adalah
terselenggaranya
pemerintahan yang adil dan dapat
dipercaya;
masyarakat
yang
merdeka dan mandiri; kualitas
hidup
bermasyarakat;
perlindungan hak-hak kelompok
minoritas
dan
perempuan;
menjaga lingku-ngan hidup dan
memperkuat
pertahanan
(Humphryes, 2010).

International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

111

Lelly Andriasanti

Islam moderat, representasi identitas
Dengan memberikan dukungan

tersebut diaplikasikan secara berbeda.

ideologis kepada aparat koersif, Islam

Indonesia

Hadhari

merepresentasikan

pun

digunakan

membenarkan

serangan

untuk

lebih

memilih

untuk

Islam

moderat

pemerintah

melalui jalur diplomasi dan bukan

terhadap sekte yang dianggap sesat.

sebagai bagian dari kebijakan luar negeri

Salah satunya adalah tarikat Samaniah

lantaran faktor nonteokrasi. Sedangkan

Ibrahim

kemudian

identitas Islam moderat Malaysia telah

ditangkap di Selangor pasca kemenangan

menjadi bagian dari kebijakan luar

Barisan

negerinya. Hal yang perlu diperhatikan

Bonjol

yang

Negara

(BN)

pada

2004.

Penangkapan tersebut telah memotivasi

di

Menteri

merepresentasikan

identitas

menindaklanjuti 60 sekte menyimpang

tujuan

tidak

lainnya yang beroperasi di Selangor. Hal

keinginan

ini sesuai dengan kepercayaan BN

mendekatkan diri dengan dunia Barat

bahwa

dan Islam.

mandat

Besar

khir

mereka
dari

Toyo

telah
pemilu

untuk

mendapatkan
untuk

sini

adalah

bagaimanapun

akhirnya
kedua

cara

tersebut,

lepas

negara

dari
untuk

terus

Berdasarkan uraian sebelumnya,

menggunakan aparat koersif pemerintah.

alasan terjadinya kontestasi identitas

pemerintah

Islam moderat antara Indonesia dan

lainnya ditujukan pada sekte Kerajaan

Malaysia di Asia Tenggara dapat ditarik

Langit pada tahun 2005. Sekte agama di

menjadi tiga argumen utama.

Tindakan

keras

Terengganu ini ditutup dengan alasan

Pertama , adanya stigma berke-

memiliki dokumen yang bertentangan

lanjutan tentang Muslim yang intoleran,

dengan

akan

ekstrimis, dan anti-Barat mendorong

membahayakan agama maupun stabilitas

Indonesia dan Malaysia mengidentifikasi

politik. Sejak

diri sebagai Islam moderat. Stigma

Islam

sehingga

diperkenalkan

konsep

Islam tersebut, Abdullah pun mengklaim

tersebut

bahwa beberapa elemen di Malaysia

berakhirnya

sebenarnya

kemudian memperoleh masifikasi media

telah

menjadi

lebih

telah

muncul

Perang

menjelang

Dingin

yang

pasca peristiwa serangan WTC pada 11

konservatif dan radikal.

September 2001.
Kedua , adanya wacana perang

Kesimpulan
Kendati Indonesia dan Malaysia

global terhadap teror yang menstimulasi

memiliki modal domestik berkarakter

negara-negara Barat untuk membangun

112

International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

jaringan

Islam

moderat

di

Asia

Tenggara. Mengingat Asia Tenggara

Perbatasan dan Pekerja Migran.

Jakarta: UI Press, 2012.

melawan

Jervis, Robert. “Identity and the Cold

terorisme, pembangunan jaringan ini

War”, dalam Melvyn P. Leffler

diharapkan

dan Odd Arne Wested (ed.). The

dijadikan

kedua

front

mampu

gerakan-gerakan

mengantisipasi

Islam

radikal

di

Cold War Vol. II: Crises and

kawasan. Hal ini kemudian direspon

Détente.

Indonesia dan Malaysia untuk mereduksi

University Press, 2010.

perkembangan gerakkan Islam radikal di

London:

Cambridge

Kedourie, Ellie. Democracy and Arab

dalam negeri. Respon Islam moderat

Political

yang dimunculkan Indonesia-Malaysia

DC: Washington Institute for

justru menimbulkan kontestasi di tataran

Near East Studies, 1992.

Culture.

Washington

internasional, karena kedua negara sama-

Nair, Shanti. Islam in Malaysian Foreign

sama berkeinginan menjadi model Islam

Policy. London: Routledge, 1997.

alternatif bagi dunia Islam.
Ketiga ,

adanya

Rabasa, Angel M. et al. Building
keinginan

Moderate

Indonesia dan Malaysia untuk menjaga

Monica:

hubungan yang lebih erat dengan negara-

2007.

Network.

RAND

Santa

Corporation,

negara dunia Barat dan Islam. Keinginan

Rabasa, Angel M. et al. The Muslim

ini tidaklah lepas dari motif keuntungan

World after 9/11. Santa Monica:

ekonomis untuk pembangunan domestik

RAND Corporation, 2004.

masing-masing negara.

Shadid, W. dan P.S. van Koningsveld.
Religious

and

the

Daftar Pustaka

Neutrality of the State:

The

Buku

Position of Islam in the European

Bhutto, Benazir. Reconciliation: Islam,

Union. Lauven: Peeters. 2002.

Democracy,

and

the

West.

Freedom

Sheikh, Naved S. The New Politics of

London: Simon and Schuster,

Islam:

2008.

Policy in a World of States.

Fitriani,

Evi.

“Evolusi

Foreign

Hubungan

London: RoutledgeCurzon, 2003.

dalam

Sjahrir. Transisi Menuju Indonesia Baru.

Indonesia-Malaysia

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

Indonesia-Malaysia”,
Hubungan

Pan-Islamic

dalam Perspektif Sosial, Budaya,

2004.

Negara, dan Media: Kasus
International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

113

Lelly Andriasanti

Stanger, Alison. “Democratization and
the International System: The
Foreign

Policies

of

Jurnal
Anwar, Dewi Fortuna. “Foreign Policy,

Interim

Islam,

and

Democracy

in

Governments”, dalam Yossi dan

Indonesia”.

Juan Linz (ed.). Between States:

Indonesian Social Sciences and

Interim

Humanities, Vol. 3 (2010), hal.

Governments

and

Democratic

Transitions.

Cambridge:

Cambridge

Humphryes, Andrew. “Malaysia Post9/11 Security Strategy: Winning

Sukma, Rizal. Islam in Indonesian
Policy.

Hearts and Minds or Legitimising

London:

the Political Status Quo”. Kajian

RoutledgeCurzon, 2003.
Suryokusumo,

Malaysia , Vol. 28, No. 1 (2010),

Sumaryo.

Diplomasi.

hal. 21-52.

Praktik

Jakarta:

STIH

Nogués, Elisabeth Johansson. “Is the
EU’s Foreign Policy Identity an

IBLAM, 2004.
Vermonte, Philips J. “Demokratisasi dan
Kebijakan

Luar

Indonesia:

of

37-54.

University Press, 1955.

Foreign

Journal

Obstacle? The European Union,

Negeri

Membangun

the Northen Dimension and the

Citra

Union

for

Mediterranean”.

Diri”, dalam Bantarto Bandoro

European

(ed.).

Baru

Review, No. 9 (2009), hal. 24-48.

Negeri

Sukma, Rizal. “Mengelola Paradoks:

Mencari

Kebijakan

Desain

Luar

Political

Economy

Indonesia . Jakarta: Centre for

Identitas,

Strategic

Internasional Indonesia”. Analisis

and

Internatonal

Studies, 2005.

Citra,

dan

Posisi

CSIS, Vol. 39, No. 4 (2010).

Viotti, Paul R. dan Mark V. Kauppi.

Tan, Paige Johnson. “Navigating a

International Relations Theory.

Turbulent

Fourth

Worldview and Foreign Policy”.

Edition.

New

York:

(2007), hal. 147-181.

Viotti, Paul R. dan Mark V. Kauppi.

World

Indonesia's

Asian Perspective, Vol. 31, No. 3

Longman, 2010.

International

Ocean:

Relations

Politics:

and

Security,

Thaib,

Fachry.

“Implikasi

Gejolak

Politik Timur Tengah terhadap

Economy, Identity. New Jersey:

K