Hubungan Penilaian Klinis Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Pemakai Gigi Tiruan Penuh Di Rsgmp Fkg Usu

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehilangan Seluruh Gigi
Kehilangan seluruh gigi merupakan suatu kondisi dimana seseorang
mengalami kehilangan seluruh gigi aslinya. Kehilangan seluruh gigi adalah parameter
umum yang digunakan untuk menilai kesehatan oral individu.1 Pada tahun 20112012, penelitian yang dilakukan oleh National Health and Nutrition Examination
Survey (NHANES) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa hampir 19% orang
dewasa yang berusia 65 tahun ke atas mengalami kehilangan seluruh gigi. Jumlah
individu yang mengalami kehilangan seluruh gigi dua kali lebih banyak pada orang
dewasa yang berusia 75 tahun dan ke atas (26%) dibandingkan dengan orang dewasa
yang berusia 65-74 tahun (13%). Prevalensi kehilangan seluruh gigi hampir sama
antara pria (18%) dan wanita (19%).2
Karies dan penyakit periodontal merupakan penyebab utama terjadinya
kehilangan seluruh gigi.2 Faktor-faktor predisposisi kehilangan seluruh gigi adalah
sosioekonomi, penyakit sistemik, kebiasaan buruk, serta faktor yang berhubungan
dengan kesehatan seperti cacat fungsional, kualitas hidup, dan status sosial. Penelitian
Steele dkk. menyatakan bahwa hubungan sosial merupakan penentu kualitas hidup
yang berhubungan dengan kesehatan oral.1 Kehilangan seluruh gigi diklasifikasikan
menjadi kehilangan seluruh gigi di rahang atas saja, kehilangan seluruh gigi di rahang
bawah saja, dan kehilangan seluruh gigi di rahang atas serta rahang bawah.

Kehilangan seluruh gigi dapat digantikan dengan pembuatan dan pemasangan gigi
tiruan penuh. Tujuan pemasangan GTP adalah mengembalikan fungsi pengunyahan,
memperbaiki estetis, memulihkan fungsi bicara, memelihara atau mempertahankan
kesehatan jaringan pendukung dan relasi rahang, serta psikologis penderita.5

Universitas Sumatera Utara

2.2 Perawatan Gigi Tiruan Penuh
2.2.1 Indikasi dan Kontraindikasi
Beberapa indikasi dari perawatan GTP adalah:15
1. Kehilangan seluruh gigi pada salah satu rahang atau keduanya.
2. Pasien yang tidak dapat menerima perawatan dental implant karena
masalah keuangan, riwayat penyakit sistemik, atau kerusakan pada struktur vital
seperti saraf dan pembuluh darah.
3. Kanker intraoral yang telah menyebabkan kehilangan jaringan intraoral
yang parah.
Beberapa kontraindikasi dari perawatan GTP adalah:15
1. Pasien tidak ingin menggunakan piranti lepasan untuk menggantikan gigi
yang hilang.
2. Pasien mempunyai alergi terhadap akrilik yang digunakan dalam

pembuatan gigi tiruan penuh.
3. Pasien mempunyai refleks muntah yang tidak dapat dikontrol.
4. Sisa tulang alveolar pasien mengalami resorpsi yang parah.
2.2.2

Kelebihan dan Kekurangan

Beberapa kelebihan dari perawatan GTP adalah:3
1. Biaya perawatan yang tidak mahal.
2. Hasil perawatan yang memuaskan dari segi estetis.
3. Waktu perawatan yang singkat.
Beberapa kekurangan dari perawatan GTP adalah:3
1. Rasa penuh di dalam mulut yang biasanya disebabkan oleh gigi tiruan
rahang atas karena menutupi seluruh permukaan palatal.
2. Stabilitas gigi tiruan rahang bawah yang kurang stabil karena melibatkan
otot-otot seperti lidah, yang sering menyebabkan terjadinya migrasi dan pelepasan
gigi tiruan.
3. Perubahan rahang yang menyebabkan gigi tiruan harus di reline untuk
kestabilan gigi tiruan.


Universitas Sumatera Utara

2.3 Evaluasi Pasca Perawatan Gigi Tiruan Penuh
2.3.1 Penilaian Klinis
Beberapa parameter umum yang digunakan oleh dokter gigi untuk
mengevaluasi keberhasilan perawatan GTP adalah penilaian klinis terhadap dimensi
vertikal, estetis, stabilitas, dan denture-bearing area.6 Terdapat berbagai metode
untuk mendeteksi dimensi vertikal pada pasien pemakai gigi tiruan penuh. Antaranya
adalah metode fonetik yang dianjurkan oleh Silverman. Metode ini juga dikenali
sebagai “jarak bicara terkecil (closest speaking space)” dimana garis oklusi pasien
ditentukan terlebih dahulu. Kemudian pasien disuruh mengucapkan “yess” dan posisi
gigi saat pengucapan dipertahankan dan ditandai. Jarak antara garis oklusi dan garis
saat pengucapan “yess” adalah jarak bicara terkecil. Jarak bicara terkecil yang normal
adalah sekitar 1- 1,5 mm. Jarak bicara yang melebihi 1,5 mm menunjukan dimensi
vertikal rendah. Jarak bicara yang kurang dari 1 mm menunjukan dimensi vertikal
tinggi. 16

A
B
Gambar 1. Pengukuran dimensi vertikal. A. Pencatatan garis oklusi B. Pencatatan

garis bicara terkecil17

Universitas Sumatera Utara

Dokter gigi menilai estetis secara visual dengan melihat dukungan bibir atas
dan bawah, garis senyum, dataran oklusal dan kontur gingiva.
a) Dukungan bibir

A
B
Gambar 2. Evaluasi dukungan bibir. A. Dukungan bibir baik.
B. Dukungan bibir tidak baik.18
b) Garis senyum

A
B
Gambar 3. Evaluasi garis senyum. A. Garis senyum parallel (baik)
B. Garis senyum reverse (tidak baik)19

Universitas Sumatera Utara


c) Dataran oklusal

A
B
Gambar 4. Dataran oklusal. A. Dataran oklusal yang baik. B. Dataran oklusal
yang tidak baik20
d) Kontur gingiva

A
B
Gambar 5. Evaluasi kontur gingiva. A. Kontur gingiva yang baik.
B. Kontur gingiva yang tidak baik.21
Stabilitas gigi tiruan penuh dinilai dengan memberikan tekanan secara
bergantian pada permukaan oklusal gigi premolar kanan dan kiri untuk mendeteksi
terjadinya pergerakan rocking atau rotasi. Pergerakan rocking atau rotasi menandakan
stabilitas GTP yang tidak memuaskan.7

Universitas Sumatera Utara


Denture-bearing area pula dinilai berdasarkan bentuk linggir alveolar.
Menurut Cawood dan Howell, bentuk linggir alveolar dapat diklasifikasi menjadi
enam yaitu, klas I bentuk linggir alveolar saat masih ada sebagian gigi, klas II bentuk
linggir alveolar pasca pencabutan gigi, klas III linggir alveolar berbentuk “U” bila
permukaan labial atau bukal sejajar dengan permukaan lingual atau palatal (retensi
dan stabilitas yang ideal), klas IV linggir alveolar berbentuk “V” bila puncak tulang
sempit dan tajam seperti pisau (tinggi yang optimal tetapi lebar yang tidak optimal
sehingga sulit untuk mendapatkan retensi dan stabilisasi yang baik), klas V linggir
alveolar berbentuk datar (tinggi dan lebar yang tidak optimal), dan klas VI yaitu
linggir alveolar dengan depresi (kehilangan tulang basal).22

A
B
Gambar 6. Klasifikasi bentuk linggir alveolar. A. Bentuk linggir alveolar rahang
atas. B. Bentuk linggir alveolar rahang bawah23
1- Bentuk linggir alveolar saat masih ada sebagian gigi
2- Bentuk linggir alveolar pasca pencabutan gigi
3- Linggir alveolar berbentuk “U”
4- Linggir alveolar berbentuk “V”
5- Linggir alveolar berbentuk datar

6- Linggir alveolar dengan depresi

2.3.1.1 Dimensi Vertikal
2.3.1.1.1 Pengertian
Menurut Glossary of Prosthodontic Terms edisi delapan, dimensi vertikal
adalah hubungan antara rahang atas dan rahang bawah saat rahang tertutup dan gigi
rahang atas dan rahang bawah saling berkontak.

Universitas Sumatera Utara

2.3.1.1.2 Faktor yang Memengaruhi
Resorpsi linggir alveolar merupakan penyebab utama terjadinya penurunan
dimensi vertikal pada pasien pemakai GTP. Penelitian Devlin dan Ferguson (1991)
melaporkan bahwa gigi tiruan penuh tidak mendistribusikan tekanan pada alveolus
seperti gigi asli.12 Tekanan non-fisologis didistribusikan pada permukaan tulang
alveolar yang merupakan penyebab terjadinya resorpsi tulang alveolar yang lebih
parah. Resorpsi linggir alveolar lebih parah pada rahang bawah setelah pemakaian
GTP karena rahang bawah tidak dapat mendistribusi daya gigitan yang kuat kepada
basis gigi tiruan. Hal ini disebabkan oleh denture-bearing area rahang bawah yang
kecil dibandingkan dengan rahang atas.


2.3.1.2 Estetis
2.3.1.2.1 Pengertian
Estetis dalam kedokteran adalah integritas harmonis dari beberapa fungsi
fisiologis oral dengan penekanan yang sama sehingga didapatkan atau dihasilkan gigi
geligi yang ideal dari segi warna, bentuk, struktur, dan fungsi untuk mencapai
kesehatan dan daya tahan yang optimal. Estetis dalam kedokteran gigi adalah yang
berkenaan dengan penampilan dari restorasi gigi seperti warna dan bentuknya. Estetis
juga berarti dimensi vertikal yang normal.24

2.3.1.2.2 Faktor yang Memengaruhi
1. Dukungan bibir
Dukungan bibir yang ideal merupakan aspek penting dalam menghasilkan
estetis wajah yang optimal. Dukungan bibir atas diperoleh dari processus alveolaris
maksila dan gigi anterior. Dukungan bibir yang ideal dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti:18,25
a) Gigi anterior rahang atas
Pada pasien yang mengalami kehilangan gigi anterior, kontur servikal gigi
insisivus rahang atas berperanan dalam mendukung bibir atas. Oleh karena itu,
inklinasi gigi insisivus rahang atas terhadap bidang sagital dapat memengaruhi


Universitas Sumatera Utara

persepsi terhadap dukungan gigi. Inklinasi aksial (28%) terhadap bidang sagital
merupakan posisi anasir gigi tiruan insisivus sentralis rahang atas yang
direkomendasi untuk mendapatkan dukungan bibir yang optimal. Penilaian klinis
penting untuk memastikan posisi anasir gigi tiruan tidak terlalu ke labial atau palatal.
b) Kehilangan tulang alveolar
Penelitian Mercier dkk. (1995) menunjukkan bahwa tulang alveolar rahang
atas mengalami resorpsi secara superior dan medial. Hal ini menyebabkan puncak
linggir alveolar bergerak ke atas dan ke belakang seiring waktu. Oleh karena itu, jika
anasir gigi tiruan diposisikan tepat pada linggir alveolar, maka dukungan bibir akan
menjadi lemah.
c) Panjang hidung
Seiring peningkatan usia, kulit nasal akan bertambah tebal dan ligament serta
struktur yang mundukung ujung hidung pada posisi asalnya bertambah lemah
sehingga ujung hidung akan semakin jatuh. Selain itu, tulang yang berada dibawah
ujung hidung dan diatas gigi anterior rahang atas mengalami penurunan densitas
sehingga menyebabkan ujung hidung mengalami penurunan. Penurunan ujung hidung
menyebabkan daerah di bawah hidung kelihatan lebih menonjol sehingga menganggu

dukungan bibir atas.
2. Garis senyum
Garis senyum adalah garis imajiner sepanjang ujung insisal gigi anterior
rahang atas yang mengikuti kurva perbatasan superior bibir bawah saat tersenyum.
Garis senyum yang terbalik akan terbentuk apabila gigi insisivus lebih pendek dari
gigi kaninus pada dataran insisal. Ini akan menghasilkan penampilan yang kurang
estetis saat pasien senyum.19
3. Dataran oklusal
Dataran oklusal yang benar penting untuk mendapatkan estetis yang optimal.
Ujung insisal gigi insisivus rahang atas harus mengikuti kurva bibir bawah untuk
menghasilkan senyuman yang kelihatan alami. Senyuman yang alami hanya dapat
diperoleh apabila dataran oklusal yang benar telah diperoleh. Jika dataran oklusal
tergantung lebih ke posterior, maka garis senyum akan kelihatan seperti garis lurus.

Universitas Sumatera Utara

Hal ini menyebabkan terjadinya “denture look”. Dataran oklusal yang benar akan
menyumbang kepada kurva anterior yang alami secara otomatis.20
4. Kontur gingiva
Kontur gingiva penting untuk menghasilkan gigi tiruan yang kelihatan alami.

Permukaan papilla dan margin gingiva licin tetapi permukaan gingiva cekat sering
dikatakan seperti kulit jeruk (mempunyai stippling). Daerah yang mempunyai
stippling mewakili gingiva cekat. Kontur gingiva melibatkan penghasilan tonjolan
sepanjang akar gigi dan stippling. Tanpa festooning dan stippling, cahaya tidak dapat
melewati bagian gingiva gigi tiruan sehingga gigi tiruan akan kelihatan berwarna
merah. Hal ini menghasilkan penampilan yang tidak alami.26

2.3.1.3 Stabilitas
2.3.1.3.1 Pengertian
Stabilisasi pada GTP merupakan kekuatan menahan dari suatu gigi tiruan
terhadap kekuatan daya lepas pada saat gigi tiruan berfungsi (adanya tekanan
fungsional). Stabilisasi gigi tiruan yang tidak baik dapat menyebabkan GTP bergerak
ke arah lateral sehingga menganggu proses mastikasi pasien.14

2.3.1.3.2 Faktor yang Memengaruhi
1. Oklusi
Posisi dan lengkung rahang menjadi penentu posisi anasir gigi tiruan dan
anasir gigi tiruan harus dikembalikan ke posisi asal gigi asli supaya anasir gigi tiruan
mengokupasi ruangan yang ada sehingga wujud harmonitas terhadap daya yang
dihasilkan oleh otot. Anasir gigi tiruan harus disusun di ruangan antara pipi, bibir dan
lidah dan ruangan ini dikenali sebagai “neutral zone”. Apabila gigi rahang atas dan
rahang bawah berkontak, maka oklusi yang benar dapat mempengaruhi stabilitas gigi
tiruan secara positif. Oklusi sering dikatakan tidak penting dalam proses mastikasi
karena gigi dipisahkan oleh bolus makanan saat mastikasi. Hal ini tidak benar karena
saat mastikasi bolus makanan yang besar akan menjadi kecil akibat dikunyah dan gigi
rahang atas dan rahang bawah sering berkontak apabila bolus makanan menjadi

Universitas Sumatera Utara

partikel yang halus sebelum ditelan. Saat proses penggilingan, gangguan dalam
pergerakan antara gigi rahang atas dan rahang bawah akan menyebabkan gigi tiruan
terungkit dan bergerak sehingga sulit dikontrol oleh pasien. Oleh karena itu,
kepentingan oklusi harus dititikberatkan. Kontak antara gigi rahang atas dan bawah
secara maksimal penting supaya tekanan yang dihasilkan saat mastikasi dapat
terdistribusi secara sama rata. Ini adalah berdasarkan konsep balanced occlusion dan
penting untuk keberhasilan perawatan gigi tiruan penuh.14
2. Otot oral dan wajah
Otot oral dan wajah memainkan peranan penting dalam mencapai stabilisasi
gigi tiruan yang optimal, yaitu anasir gigi tiruan diposisikan di “neutral zone” dan
permukaan gigi tiruan yang dipoles harus mempunyai bentuk yang benar. Bentuk
sayap bukal dan lingual harus memudahkan otot wajah beradaptasi dengan gigi
tiruan. Jika sayap bukal gigi tiruan rahang atas miring ke atas dan ke luar dari dataran
oklusal, maka kontraksi buccinators akan menempatkan gigi tiruan rahang atas dan
rahang bawah pada basal seats. Permukaan lingual sayap lingual harus miring ke
bagian tengah mulut supaya lidah mempunyai ruangan yang adekuat. Dasar lidah
dituntun ke atas sayap lingual oleh permukaan lingual bagian distal sayap lingual.
Bagian gigi tiruan ini juga membantu menentukan border seal di bagian belakang
gigi tiruan rahang bawah. Otot oral dan wajah penting untuk mencapai stabilitas gigi
tiruan yang baik. Syaratnya adalah basis gigi tiruan harus menutupi permukaan
rongga mulut secara maksimum tanpa menganggu kesehatan dan fungsi struktur yang
berdekatan dengan gigi tiruan penuh, dataran oklusal harus benar, dan lengkung
rahang harus berada di “neutral zone”.14
3. Tegangan permukaan
Tegangan permukaan adalah resistensi terhadap pemisahan oleh lapisan saliva
di antara dua permukaan yang beradaptasi baik. Tegangan permukaan dihasilkan oleh
daya kohesi pada permukaan saliva. Adaptasi yang baik antara permukaan basis gigi
tiruan dengan jaringan pendukung dapat memperkuatkan daya kohesi. Bentuk
jaringan pendukung di bawah daerah basal seat khususnya rahang atas

Universitas Sumatera Utara

mempengaruhi tegangan permukaan yang terbentuk. Bentuk palatal yang tinggi dan
berbentuk kubah mudah terlepas dibanding dengan bentuk palatal yang datar.14

2.3.1.4 Denture-bearing area
2.3.1.4.1 Pengertian
Denture-bearing area adalah daerah basal seat yang mendukung gigi tiruan
penuh atau gigi tiruan sebagian lepasan apabila ada beban oklusal.27

2.3.1.4.2 Faktor yang Memengaruhi
1. Linggir alveolar
Jaringan pendukung pada linggir alveolar GTP terbatas dalam kemampuannya
untuk beradaptasi dan menyerupai peranan jaringan periodonsium. Kekurangan ini
disebabkan oleh pergerakan gigi tiruan dalam hubungannya terhadap dasar tulang
sewaktu berfungsi. Hal ini terkait dengan ketahanan yang mendukung mukosa dan
ketidakstabilan pergerakan gigi tiruan sewaktu fungsional dan parafungsional. Oleh
karena terjadinya pergerakan yang berkelanjutan dan daya yang dihasilkan dapat
menyebabkan kerusakan linggir alveolar, maka hampir semua prinsip konstruksi gigi
tiruan penuh telah diformulasikan seminimal mungkin. Meskipun belum terbukti,
dapat dianggap bahwa pergerakan fungsional yang berulang dari gigi tiruan penuh
telah diformulasikan seminimal mungkin.27
2. Buccal shelf area
Buccal shelf area dibatasi secara medial oleh puncak linggir alveolar, secara
lateral oleh external oblique line, secara anterior oleh frenulum bukalis, dan secara
distal oleh retromolar pad. Buccal shelf area ditutupi oleh tulang yang kompak
makanya ia berperanan sebagai stress bearing area primer.27

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Evaluasi Pasien
Dalam penelitian terbaru oleh AB Shetty Memorial Institute of Dental
Sciences (ABSMIDS), kualitas gigi tiruan dinilai berdasarkan retensi, estetis (warna
gigi dan penampilan), berbicara, mastikasi, faktor mekanis, dan kepuasan
keseluruhan.28 Evaluasi pasien dinilai berdasarkan kepuasan pasien terhadap GTP.
Menurut Pohan (2006), kepuasan pasien adalah keadaan saat keinginan, harapan dan
kebutuhan pasien dapat dipenuhi.29 Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila
pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pasien. Menurut Zalachu
dkk. (2011) kepuasan terbentuk berdasarkan pengalaman seseorang terhadap
pengalaman yang lalu dengan kejadian yang sama.29 Jadi kepuasan atau
ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman
setelah memakai jasa atau pelayanan. Penilaian subyektif tersebut didasarkan pada
pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu itu, dan pengaruh lingkungan
waktu itu. Berpedoman pada skala Likert, kepuasan pasien dikategorikan menjadi
sangat tidak puas, tidak puas, sedang, puas, dan sangat puas.

2.3.2.1 Fonetik
2.3.2.1.1 Pengertian
Fonetik adalah salah satu cabang linguistik yang berhubungan dengan bunyi
yang dihasilkan ketika berbicara, produksi, kombinasi, deskripsi, dan representasi
dengan simbol tertulis. Fonetik juga didefenisikan sebagai ilmu yang meneliti dan
menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai saat berbicara, serta mempelajari
bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut.30
2.3.2.1.2 Faktor yang Memengaruhi
Beberapa faktor yang mempengaruhi fonetik adalah ketebalan basis, dimensi
vertikal, dataran oklusal, daerah postdam, lebar lengkung rahang dan hubungan gigi
geligi anterior rahang atas dan bawah.30,31,32

Universitas Sumatera Utara

1. Ketebalan basis
Ketebalan basis pada palatum paling berpengaruh terhadap kualitas suara
yang dihasilkan. Salah satu alasan terjadinya artikulasi bicara yang tidak tepat adalah
terjadinya penurunan volume udara dan hilangnya ruang lidah akibat basis gigi tiruan
yang terlalu tebal. Ketebalan basis gigi tiruan harus sekitar 2mm. Basis gigi tiruan
yang terlalu tebal khususnya di bagian palatal dapat menganggu pergerakan lidah
sehingga bunyi /t/, /d/, /s/, /c/, /z/, /r/, dan /l/ yang dihasilkan tidak jelas. Ketebalan
basis gigi tiruan sangat mempengaruhi pengucapan huruf “s”. Basis gigi tiruan yang
terlalu tebal akan mengakibatkan pengucapan huruf “s” kedengaran seperti bunyi
desis (sh) atau bunyi siulan.31 Penelitian Ichikawa dkk. (1973) meneliti pengaruh
ketebalan basis di bagian palatal terhadap pengucapan tiga konsonan yaitu /k/, /c/,
dan /s/. Hasil yang didapat menunjukkan durasi pengucapan konsonan /s/ dipengaruhi
oleh ketebalan basis di bagian palatal.32 Penelitian Petrovic A dkk. (2003) meneliti
pengaruh bunyi bicara menggunakan plat palatal dengan tiga ketebalan berbeda yaitu
0.7, 1.2, dan 2mm. Hasil yang didapat menunjukkan perubahan ketebalan plat palatal
akrilik mempengaruhi harmoni beberapa bunyi dalam satu perkataan.32
2. Daerah postdam
Perluasan basis gigi tiruan sangat penting untuk stabilitas dan retensi gigi
tiruan. Gigi tiruan akan mudah terlepas dan mengakibatkan gangguan bicara pasien
apabila batas gigi tiruan berada pada jaringan yang bergerak. Perluasan postdam yang
tidak benar akan mempengaruhi pengucapan konsonan seperti “k”, “ng”, “g”, dan
“c”. Basis gigi tiruan yang tebal pada daerah postdam akan mengiritasi dorsum lidah.
Perluasan postdam yang tidak cukup akan menyebabkan gigi tiruan mudah terungkit.
Pasien dengan gigi tiruan rahang atas yang longgar akan mengalami gangguan bicara
apabila lidah menekan gigi tiruan untuk retensi. Pengucapan “m”, “n”, dan “ng” juga
akan terganggu.30
3. Dimensi vertikal
Dimensi vertikal diukur apabila pasien berada dalam keadaan istirahat
fisiologis dan disuruh mengucap huruf “p”, “b”, atau “m”. Saat mengucap huruf “p”
dan “b”, bibir akan berpisah secara paksa sehingga menghasilkan bunyi dengan efek

Universitas Sumatera Utara

eksplosif sedangkan saat mengucap huruf “m”, bibir akan berkontak. Oleh karena itu,
“m” digunakan untuk mendapatkan tinggi vertikal yang benar dengan menuntun
rahang bawah pasien ke posisi istirahat. Selain itu, dokter gigi dapat menlibatkan
pasien dalam percakapan untuk mengalih perhatian pasien. Kemudian, berhenti
sebentar diikuti dengan istirahat akan secara automatis menuntun rahang bawah ke
posisi istirahat. Pada saat istirahat, jarak antara dua titik yang telah ditandai
sebelumnya diukur yang akan menentukan dimensi vertikal saat istirahat. Apabila
vertikal dimensi terlalu tinggi, maka pada saat pengucapan suara akan teredam karena
kedua sisi oklusi berkontak rapat. Apabila vertikal dimensi terlalu rendah, maka
dalam hal ini dapat terlihat sudut mulut yang turun dan pasien kesulitan saat
pengucapan huruf “sh”. Penelitian Burnett dkk. (2000) menyatakan bahwa
penggunaan bunyi “s” sebagai cara untuk mendeteksi dimensi vertikal yang benar.32
Penelitian Seifert E dkk. (2000) menyatakan bahwa dimensi vertikal dan horizontal
saat oklusi dapat menyebabkan perubahan pengucapan bunyi yang tidak dapat
diprediksi. Pasien harus diinformasikan mengenai efek yang mungkin timbul dalam
suara mereka akibat penggunaan gigi tiruan.32
4. Lebar lengkung rahang
Lengkung rahang yang terlalu sempit akan menyebabkan lidah menjadi kaku
sehingga mempengaruhi ukuran dan bentuk saluran udara. Ini dapat menyebabkan
gangguan pengucapan huruf “f”, “d”, “s”, “m”, “n”, “k”, “l”, “a”, dan “h” di mana
margin lateral lidah berkontak dengan permukaan palatal gigi. Gigi tiruan harus
diusahakan kembali pada posisi gigi yang normal.30,31
5. Dataran oklusal
Apabila gigi anterior rahang atas disusun terlalu jauh ke atas dataran
oklusal, maka pengucapan huruf “v” akan kedengaran seperti “f”. Jika gigi anterior
rahang atas terlalu jauh ke bawah dataran oklusal, maka huruf “f” akan kedengaran
seperti huruf “v”. Bunyi labiodental sangat penting untuk menetukan posisi
anteroposterior gigi insisivus rahang atas dan dataran oklusal. Jika dataran oklusal
terlalu tinggi, maka posisi bibir bawah yang benar akan sulit diperoleh. Jika dataran

Universitas Sumatera Utara

oklusal terlalu rendah, maka bibir akan bertumpang tindih dengan permukaan labial
gigi anterior rahang atas.31
6. Hubungan gigi anterior rahang atas dan bawah
Bunyi “s” dihasilkan dengan kontak berdekatan antara gigi insisivus maksila
dan mandibula agar aliran udara dapat lewat melalui celah diantara gigi. Relasi
rahang yang protrusif dan retrusif menyebabkan kesulitan dalam pengucapan bunyi
“s”. Oleh karena itu, penyusunan gigi anterior rahang atas dan bawah dalam posisi
anteroposterior penting untuk meperbaiki pengucapan. Konsonan “ch”, “j” dan “z”
juga memerlukan saluran udara yang sama. Penelitian Burnett dkk. (2000)
menyatakan bahwa bunyi siulan dan desis dihasilkan saat bicara karena saluran udara
yang tidak benar di antara lidah dan melewati ruangan di antara insisal. Bunyi ini
disebabkan oleh overjet yang rendah.32

2.3.2.2 Estetis
2.3.2.2.1 Pengertian
Perkataan “estetis” mempunyai beberapa defenisi menurut berbagai penulis.
Estetis didefenisikan sebagai mengidealkan atau menyesuaikan sesuatu yang buatan
dengan yang alami. Prinsip asas estetis adalah kecantikan, kealamian, dan
individualisme. Estetis gigi tiruan didefenisikan sebagai efek kosmetik yang
dihasilkan oleh gigi tiruan yang mempengaruhi kecantikan, daya tarik, karakter, dan
martabat seseorang.33

2.3.2.2.2 Faktor yang Memengaruhi
Beberapa faktor yang mempengaruhi estetis dental adalah warna, ukuran,
posisi, dan pilihan bahan anasir gigi tiruan. Beberapa faktor terkait lainnya meliputi
posisi senyum dan garis bibir, visibilitas gigi, penyusunan gigi yang simetris, serta
hubungan antara garis tengah dental dengan garis tengah wajah dan bibir.24,33,34,35
1. Warna anasir gigi tiruan
Hue, saturation, brilliance, dan translusensi adalah parameter yang digunakan
untuk memilih warna gigi tiruan yang sesuai.

Universitas Sumatera Utara

a. Hue (warna)
Hue adalah kualitas warna yang dapat membedakan antara warna yang satu
dengan warna yang lain. Warna gigi biasanya berada dalam kisaran kuning dan
kuning-merah. Seiring bertambahnya usia, variasi hue sering terjadi disebabkan oleh
faktor intrinsik dan ekstrinsik serta pengaruh lainya. Oleh karena itu, hue anasir gigi
tiruan yang dipilih harus disesuaikan dengan usia pasien untuk menghasilkan
penampilan yang alami.
b. Saturation
Saturation adalah kualitas warna yang dapat membedakan antara warna yang
kuat dengan yang lemah. Tingkat saturation gigi tiruan bergantung pada ketebalan
material gigi tiruan tersebut. Semakin tebal material, maka efek warnanya akan
semakin intens.
c. Brilliance
Brilliance adalah kecerahan atau kegelapan sesuatu obyek. Seseorang yang
berkulit cerah secara umumnya memiliki gigi dengan warna yang cerah dan kurang
jenuh, maka gigi tampil cerah sesuai dengan warna kulit. Seseorang yang berkulit
gelap biasanya memiliki gigi yang berwarna gelap sesuai dengan warna kulit wajah.
Oleh karena itu, gigi tiruan harus dipilih sesuai dengan warna kulit wajah pasien
untuk menghasilkan penampilan yang lebih alami. Selain warna kulit, usia juga
mempengaruhi brilliance anasir gigi tiruan. Pasien muda mempunyai gigi yang lebih
cerah dengan warna pulpa dapat dilihat melalui enamel yang translusen yang
sedangkan pasien tua mempunyai gigi yang lebih gelap dan opak karena deposisi
dentin sekunder dan reduksi ukuran kamar pulpa. Gigi pasien tua juga biasanya
kelihatan bercak coklat yang disebabkan oleh penumpukan stein akibat dentin yang
terekspos.
d. Translusensi
Translusensi adalah sifat obyek yang membenarkan cahaya melewatinya
tanpa menghasilkan gambaran yang nyata. Translusensi merupakan representasi 3
dimensi dari brilliance. Translusensi yang tinggi cenderung menunjukkan brilliance

Universitas Sumatera Utara

yang rendah sehingga cahaya dapat melewatinya. Sedangkan gigi yang tampilannya
opak menunjukkan translusensi yang rendah dan sedikit menyerap cahaya.
2. Ukuran anasir gigi tiruan
Ukuran anasir gigi tidak hanya berhubungan dengan estetis dental tetapi juga
dengan estetis facial. Sementara ukuran gigi harus proporsional antara satu sama lain,
ukuran gigi juga harus proporsional dengan ukuran wajah karena variasi kasar ukuran
gigi terhadap ukuran wajah berdampak buruk terhadap estetis optimal. Selain ukuran
wajah, panjang bibir, ukuran dan relasi lengkung rahang, serta jenis kelamin juga
menjadi faktor yang mempengaruhi ukuran gigi tiruan.24,35
a. Ukuran anasir gigi tiruan anterior


Panjang
Pada kondisi normal, servikal gigi anterior bertumpang tindih dengan

ridge anterior secara servikal sebanyak 2-3mm. Ujung insisal gigi insisivus
rahang bawah kelihatan di bawah posisi istirahat bibir.


Lebar
Lebar gigi diukur dengan membuat tanda di sudut mulut pada oklusal

rim dan bagian distal kaninus maksila dapat diindikasikan melalui tanda yang
dibuat pada oklusal rim atas di bagian sudut mulut. Jarak antara tanda-tanda
tersebut diukur dari bagian labial oklusal rim. Lebar gigi anterior disusun
mengikut lebar yang diindikasi oleh oklusal rim.
Lebar Bizygomatik
16

Lebar Bizygomatik

3.3

=

Lebar gigi insisivus rahang atas

=

Lebar gigi anterior

Gambar 7. Ukuran lebar gigi anterior35
b. Ukuran anasir gigi tiruan posterior
Ukuran anasir gigi tiruan posterior terbagi menjadi tiga:

Universitas Sumatera Utara



Lebar Bukolingual
Lebar bukolingual gigi tiruan harus lebih kecil daripada lebar gigi asli

yang akan diganti. Gigi tiruan yang terlalu lebar dibagian bukolingual akan
menyebabkan pembentukan permukaan poles dalam arah salah sehingga
sayap gigi tiruan dibagian bukal dan lingual melekuk ke bagian oklusal. Hal
ini akan menyebabkan penampilan pasien kelihatan tidak alami.


Lebar mesiodistal
Lebar mesiodistal gigi posterior ditentukan dengan daerah edentulus di

antara distal kuspid rahang bawah dan daerah menonjol rahang bawah.
Setelah semua keenam gigi rahang bawah anterior diposisikan di posisi yang
benar, tanda dibuat pada puncak ridge rahang bawah yaitu di bagian anterior
retromolar pad. Tanda ini mengindikasikan jarak maksimum yang dapat
dicapai oleh gigi tiruan posterior yang akan disusun.


Panjang vertikal permukaan bukal
Gigi tiruan posterior harus dipilih sesuai dengan spasi antara lengkung

rahang dan panjang total gigi anterior. Panjang gigi premolar pertama rahang
atas harus sesuai dengan panjang gigi kaninus rahang atas untuk mecapai nilai
estetis yang optimal.
3. Penyusunan anasir gigi tiruan
Kesalahan dalam penyusunan gigi tiruan merupakan kesalahan yang sangat
parah dan paling sering terjadi dalam proses pembuatan GTP. Apabila kompleks otot
fasialis yang terlibat dalam ekspresi wajah tidak berada di posisi fisiologis antara gigi
tiruan dan basis gigi tiruan maka wajah pasien akan kelihatan lebih tua. Hal ini juga
dikenali sebagai “denture look” yang paling sering terjadi pada pemakai GTP yang
padat. Sudut mulut kelihatan menurun, border vermilion bibir hilang, nasolabial
melipat ke dalam, dan terbentuk keriput di atas bibir atas.34,35

Universitas Sumatera Utara

a. Penyusunan gigi tiruan anterior rahang atas
Tabel 1. Penyusunan gigi tiruan anterior rahang atas35
Angulasi
Inklinasi labial

Relasi gigi
terhadap garis
tengah
Relasi tepi
insisal terhadap
dataran sagital
tengah
Relasi tepi
insisal terhadap
dataran oklusal

Gigi Insisivus
Sentralis Rahang Atas
Sedikit miring

Sedikit miring ke arah
mesial
Sedikit kurang
daripada 90 derajat

Berkontak dengan
dataran oklusal

Gigi Insisivus Lateralis
Rahang Atas
Relatif lebih miring ke
labial dan adanya depresi
servikal
Relatif lebih miring ke
mesial daripada gigi
insisivus sentralis
30 derajat

Gigi Kaninus
Rahang Atas
Posisi tegak lurus

½-1 mm daripada dataran
oklusal

Ujung kaninus
berkontak
dengan dataran
oklusal

Posisi tegak lurus

45 derajat

b. Penyusunan gigi tiruan anterior rahang bawah
Gigi insisivus sentralis dan lateralis dalam posisi tegak lurus. Gigi kaninus
miring ke arah mesial. Gigi tiruan anterior rahang bawah diposisikan sesuai dengan
relasi mesial dengan gigi anterior atas. Terdapat overjet sekitar 2-3mm dan overbite
sekitar 1-2mm.
c. Penyusunan gigi tiruan posterior
Gigi tiruan posterior harus disusun sesuai model diagnostik. Jika kehilangan
tulang rahang bawah dari bukal dan lingual, maka gigi tiruan posterior bisa disusun
tegak lurus di atas ridge rahang bawah tanpa melewati spasi yang ditempati oleh
lidah dan papilla. Jika kehilangan tulang rahang atas dari bukal dan labial, maka ridge
berada lebih ke palatal. Oleh karena itu, gigi posterior rahang atas disusun lebih ke
lateral puncak.
4. Pilihan bahan anasir gigi tiruan
Warna, sifat optik dan distribusi enamel serta dentin harus diduplikasi untuk
menghasilkan gigi tiruan yang kelihatan alami. Enamel merupakan lapisan gigi yang
translusen dan masih belum ditemui bahan yang dapat menduplikasikan enamel dari
segi sifat optiknya. Gigi tiruan yang dibuat dari porselin dan resin akrilik dapat

Universitas Sumatera Utara

memberikan hasil yang memuaskan jika ditangani dengan benar. Walaupun porselin
dapat menghasilkan gigi tiruan dengan estetis yang maksimal, namun terdapat
beberapa kekurangan dalam penggunaan porselin seperti gigi lebih rapuh dan mudah
fraktur, harus mempunyai ikatan mekanis dengan basis gigi tiruan, menghasilkan
bunyi yang kurang nyaman serta relatif mahal. Selain itu, porselin juga agak sulit
dimanipulasi di laboratorium dan oklusi yang optimal agak sulit diperoleh di praktek.
Dalam beberapa tahun terakhir, resin akrilik telah diperbaiki mutunya dari segi sifat
mekanis khususnya resistansi terhadap abrasi dan juga estetis. Selain itu, harga yang
murah menjadi alasan utama resin akrilik sering digunakan dalam pembuatan GTP.35

2.3.2.3 Mastikasi
2.3.2.3.1 Pengertian
Mastikasi adalah proses menghaluskan makanan untuk ditelan dan dicerna.
Mastikasi terdiri dari dua proses terpisah, makanan ditempatkan antara gigi agar
dapat dihancurkan dan kemudian dihaluskan.36

2.3.2.3.2 Faktor yang Memengaruhi
1. Stabilitas
Kehilangan seluruh gigi dan pemakaian GTP sering menyebabkan terjadinya
resorpsi linggir alveolar yang lebih parah sehingga menganggu stabilitas gigi tiruan.
Stabilitas gigi tiruan yang tidak baik menyebabkan pergerakan gigi tiruan saat adanya
tekanan. Menurut data dari literatur, gangguan stabilitas pada gigi tiruan sering
menyebabkan pasien mengalami masalah dalam aktivitas harian khususnya,
konsumsi makanan yang keras. Penelitian Kostelic S (2012) menunjukkan bahwa
25.9% pasien pemakai GTP mengalami masalah dalam mengonsumsi makanan
keras.14 Penelitian Brunello dan Mandikos (1998) menunjukkan korelasi yang
signifikan antara stabilitas gigi tiruan dengan gangguan mastikasi dan pilihan
makanan.14

2. Faktor oklusal

Universitas Sumatera Utara

Penurunan fungsi mastikasi sering terjadi karena kehilangan gigi, maloklusi,
atau penyakit periodontal. Gigi yang hilang sering diganti dengan gigi tiruan cekat
atau lepasan untuk meningkatkan fungsi mastikasi. Beberapa penelitian menunjukkan
hubungan yang signifikan antara kehilangan gigi dan kemampuan mastikasi melalui
uji pengunyahan. Hasil penelitian menunjukkan beberapa variasi pada kemampuan
mastikasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jumlah permukaan oklusal,
daerah kontak oklusal, jumlah gigi yang masih ada, dan bentuk gigi. Penelitian yang
meneliti pengaruh faktor oklusal pada efisiensi mastikasi pada 32 subyek yang
mengalami kehilangan gigi menunjukkan bahwa efisiensi mastikasi berkorelasi tinggi
dengan daerah oklusal gigi posterior.37 Kontak area gigi molar dan premolar
merupakan faktor utama yang mempengaruhi efisiensi mastikasi. Selain itu, jumlah
gigi yang beroklusi per sisi juga mempengaruhi proses mastikasi.
3. Kekuatan gigitan maksimum
Beberapa penelitian melaporkan korelasi yang signifikan antara kemampuan
mastikasi dengan kekuatan gigitan maksimum. Hal ini menunjukkan kekuatan gigitan
yang tinggi menyebabkan makanan dapat dikunyah dengan lebih baik. Namun,
beberapa penelitian tidak menunjukkan sebarang korelasi antara kekuatan gigitan
maksimum dengan kemampuan mastikasi. Hal ini disebabkan oleh variasi besar
antara kekuatan gigitan maksimum dengan efisiensi mastikasi.37
4. Saliva
Saliva berperanan penting dalam fungsi pencernaan seperti berkontribusi
dalam pemecahan makanan, pengeluaran bahan kimia, dan lubrikasi bolus makanan
untuk penelanan. Pengurangan saiz partikel, pengurangan resisten terhadap deformasi
makanan, dan pembentukan bolus yang dapat ditelan merupakan tujuan utama proses
pengunyahan. Saliva berfungsi membasahi partikel makanan agar bolus makanan
mudah ditelan. Kelenjar saliva dan saliva yang dihasilkan memainkan peranan
penting dalam kesehatan rongga mulut dan juga saluran pencernaan.37

Universitas Sumatera Utara

2.3.2.4 Kenyamanan
2.3.2.4.1 Pengertian
Menurut Oborna (2006), konsep tentang kenyamanan (comfort) sangat sulit
untuk didefinisikan karena lebih merupakan penilaian responsif individu.38 Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, nyaman adalah segar, sehat sedangkan kenyamanan
adalah keadaan nyaman, kesegaran, kesejukan. Kolcaba (2006) menjelaskan bahwa
kenyamaan sebagai suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang
bersifat individual dan holistik. Dengan terpenuhinya kenyamanan dapat menyebakan
perasaan sejahtera pada diri individu tersebut.38

2.3.2.4.2 Faktor yang Memengaruhi
Kualitas

denture-bearing

area

memainkan

peranan

penting

dalam

kenyamanan pasien pemakai GTP. Penelitian Ogimoto dkk (2002) menyatakan
ketidaknyamanan pasien pemakai GTP adalah disebabkan oleh nyeri akibat tekanan
yang tidak terdistribusi secara sama rata akibat kualitas denture-bearing area yang
tidak baik.39 Nyeri merupakan penyebab utama terjadinya ketidaknyamanan pasien
saat memakai GTP. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nyeri merupakan
keluhan utama pemakai gigi tiruan penuh. Gigi tiruan penuh yang longgar merupakan
penyebab utama pemakai GTP merasa nyeri. GTP yang tidak pas akan menimbulkan
rasa nyeri saat mastikasi dan berbicara akibat tekanan yang tidak terdistribusi secara
rata. Tekanan yang konstan dapat mengiritasi mukosa sehingga menyebabkan terjadi
ulserasi. Nyeri dapat menganggu kenyamanan pasien sehingga pasien ingin gigi
tiruan diganti dengan yang baru.

2.4 Hubungan Penilaian Klinis terhadap Tingkat Kepuasan Pasien
Pemakai Gigi Tiruan Penuh
Penelitian Carlsson dan Persson (2001) menunjukkan bahwa 26.3% pasien
pemakai GTP mempunyai dimensi vertikal yang tinggi dan 71.7% mempunyai
dimensi vertikal yang rendah.11 Dimensi vertikal yang terlalu rendah akan
menghasilkan bunyi berdesis saat pengucapan huruf ‘s’. Dimensi vertikal yang terlalu

Universitas Sumatera Utara

tinggi akan menghasilkan bunyi kliking saat gigi tiruan rahang atas dan rahang bawah
berkontak.12
Selain itu, estetis merupakan faktor penting yang merupakan penentu
keberhasilan perawatan GTP. Penampilan pasien saat memakai gigi tiruan dapat
menjadi alasan pasien tidak memakai gigi tiruan. Persepsi pasien mengenai estetis
sering berbeda dengan persepsi dokter gigi.10 Penelitian Dong IK (2000)
menunjukkan bahwa pasien mempunyai harapan yang tinggi dalam hal estetis dan
sering berharap gigi tiruan dapat menyerupai gigi aslinya.
Stabilitas gigi tiruan penuh juga memainkan peranan penting dalam
keberhasilan perawatan GTP. Stabilitas gigi tiruan yang tidak baik dapat menganggu
efektifitas gigi tiruan karena dapat menyebabkan terlepasnya gigi tiruan apabila
diberikan tekanan sehingga dapat mengganggu proses mastikasi.14 Penelitian
Brunello dan Mandikos (1998) menyatakan bahwa stabilitas gigi tiruan yang baik
mempunyai pengaruh yang positif pada tingkat kepuasan pasien. Hasil penelitian ini
menunjukkan korelasi yang signifikan antara stabilitas gigi tiruan dengan kepuasan
terhadap mastikasi serta pilihan makanan.14
Selain itu, denture-bearing area juga memengaruhi keberhasilan perawatan
GTP. Denture-bearing area yang optimal penting untuk mendistribusi tekanan secara
merata agar tidak memicu terjadinya resorpsi yang parah sehingga dapat mengganggu
kenyamanan pasien. Penelitian Makilla (2000) menunjukkan korelasi yang signifikan
antara kualitas denture-bearing area dan kepuasan pasien tetapi penelitian Carlsson
dkk. (1996) tidak menunjukkan adanya korelasi antara kualitas denture-bearing area
dengan kepuasan pasien.15 Penelitian Celebic dkk. (2003) menunjukkan korelasi yang
positif antara kualitas denture-bearing area dengan kenyamanan pasien saat memakai
gigi tiruan penuh.7

Universitas Sumatera Utara

2.5 Landasan Teori
Hubungan Penilaian Klinis terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Pemakai Gigi
Tiruan Penuh di RSGMP FKG USU
Kehilangan Seluruh Gigi
Perawatan Gigi Tiruan Penuh
Evaluasi Pasca Perawatan
Evaluasi Pasien

Evaluasi Dokter Gigi

Kepuasan Pasien

Penilaian Klinis
Fonetik
Dimensi
Vertikal

Estetis

Stabilitas

Estetis

Mastikasi

Kenyamanan

Denturebearing
area

Universitas Sumatera Utara

2.6 Kerangka Konsep
Hubungan Penilaian Klinis terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Pemakai Gigi Tiruan Penuh
di RSGMP FKG USU
Evaluasi Pasca Perawatan

Dimensi
Vertikal

Jarak antara
garis oklusi
dan garis
bicara
terdekat

Evaluasi Dokter Gigi

Evaluasi Pasien

Penilaian Klinis

Kepuasan Pasien

Estetis
~ Penampilan gigi
tiruan anterior
 Dukungan
bibir
 Garis
senyum
~Penampilan gigi
tiruan posterior
 Dataran
oklusal
 Kontur
gingiva

Stabilitas
Gerakan
rocking saat
diberikan
tekanan di
permukaan
oklusal gigi
premolar

Denture
-bearing
area

Bentuk
linggir
alveolar.
Linggir
alveolar “U”
=> paling
optimal

Fonetik

Estetis

Mastikasi

Kenyamanan

Bicara,
Pengucapan
huruf ‘s’

Warna anasir
gigi tiruan,
ukuran anasir
gigi tiruan,
posisi anasir
gigi tiruan, dan
pilihan bahan
anasir gigi
tiruan.

Mengunyah
dan menelan
makanan

Rasa nyaman saat
memakai GTP
RA & RB

Universitas Sumatera Utara

2.7 Hipotesis
Ada hubungan antara penilaian klinis terhadap tingkat kepuasan pasien
pemakai gigi tiruan penuh di RSGMP FKG USU.

Universitas Sumatera Utara