Hubungan Penilaian Klinis Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Pemakai Gigi Tiruan Penuh Di Rsgmp Fkg Usu Chapter III VI

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional melalui metode pemeriksaan
dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner.

3.2 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah pasien yang telah memakai gigi tiruan penuh yang
dibuat oleh mahasiswa Kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU Medan
pada tahun Januari 2013-Juni 2015.

3.3 Sampel
3.3.1 Besar Sampel
Sesuai angka minimum yang ditetapkan Bailey dan Gay untuk penelitian yang
menggunakan analisis data statistik, sampel minimum yang digunakan adalah 30.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 orang.

3.3.2 Cara Pengambilan Sampel
Cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penarikan sampel non

probabilitas secara purposive sampling, yaitu dengan mengadakan studi pendahuluan
untuk mengidentifikasi karakteristik populasi dan kemudian menetapkan sampel.

3.3.3 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi untuk penelitian ini adalah:
1. Pasien yang mengalami kehilangan seluruh gigi di rahang atas dan rahang
bawah, serta menggunakan GTP yang dibuat oleh mahasiswa kepaniteraan Klinik
Prostodonsia RSGMP FKG USU.

Universitas Sumatera Utara

2. Pasien yang berusia diatas 45 tahun. (menurut Riskesdas 2013) 40
3. Pasien yang telah memakai GTP 1-2 tahun.
4. Pasien yang bersedia diwawancarai dan menandatangani informed
consent.
5. Kualitas GTP (tidak ada patah/retak, belum pernah reparasi)

3.3.4 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi untuk penelitian ini adalah:
1. Pasien yang memiliki penyakit sistemik seperti diabetes melitus, penyakit

jantung, osteoporosis, hipertensi, alergi, dan sebagainya.
2. Pasien yang mengkonsumsi obat-obatan.
3. Pasien yang tidak bersedia diwawancarai dan menandatangani informed
consent.

3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel Bebas
Penilaian klinis yang terdiri dari:
1. Dimensi vertikal
2. Estetis
3. Stabilitas
4. Denture-bearing area

3.4.2 Variabel Terikat
Kepuasan pasien setelah memakai GTP yang terdiri dari:
1. Fonetik
2. Estetis
3. Mastikasi
4. Kenyamanan


Universitas Sumatera Utara

3.4.3 Variabel Terkendali
1. Kesehatan sistemik pasien
2. Gigi tiruan penuh yang dipakai dibuat oleh mahasiswa Kepaniteraan Klinik
Prostodonsia RSGMP FKG USU.
3. Lama pemakaian GTP
4. Peneliti yang sama
5. Alat ukur yang sama
6. Kualitas GTP

3.4.4 Variabel Tidak Terkendali
Kejujuran pasien dalam menjawab pertanyaan.

3.5 Definisi Operasional
Tabel 2. Definisi operasional variabel bebas
N
Variabel
o
1 Penilaian

klinis
1.1 Dimensi
vertikal

1.2 Estetis

Definisi Operasional

Jarak antara garis oklusi dan garis
bicara terkecil. Penilaian klinis terhadap
dimensi vertikal dikategorikan:
• 1- Sangat tidak baik
• 2- Tidak baik
• 3- Sedang
• 4- Baik
• 5- Sangat baik

Cara
Pengukuran
Pemeriksaan

dengan
menggunakan
template, kaca
mulut, sonde,
pinset,
masker, dan
sarung tangan.

Skala
Pengukuran
Kategorik

Keadaan yang menggambarkan estetis
GTP berdasarkan dukungan bibir, garis
senyum, dataran oklusal dan kontur
gingiva. Penilaian klinis terhadap estetis
dikategorikan:
• 1- Sangat tidak baik (semua
faktor yang diobservasi tidak
baik)

• 2- Tidak baik (satu faktor yang
diobservasi baik)
• 3- Sedang (dua faktor yang
diobservasi baik)

Universitas Sumatera Utara

N
o

Variabel

1.2 Estetis

Definisi Operasional




4- Baik (tiga faktor yang

diobservasi baik)
5- Sangat baik (semua faktor
yang diobservasi)

1.3 Stabilitas

Mobilitas GTP (tipping/rotasi) saat
diberikan tekanan horizontal pada
permukaan oklusal gigi premolar kiri
dan kanan secara bergantian. Penilaian
klinis terhadap stabilitas dikategorikan:
• 1- Sangat tidak baik
• 2- Tidak baik
• 3- Sedang
• 4- Baik
• 5- Sangat baik

1.4 Denture-

Bentuk linggir alveolar dinilai.

Penilaian klinis terhadap denturebearing area dikategorikan:
• 1- Sangat tidak baik (depresi di
kedua sisi rahang)
• 2- Tidak baik (depresi di satu
sisi rahang)
• 3- Sedang (datar)
• 4- Baik (Bentuk “V”)
• 5- Sangat baik (Bentuk “U”)

bearing

Cara
Pengukuran

Skala
Pengukuran

Pemeriksaan
dengan
menggunakan

template, kaca
mulut, sonde,
pinset,
masker, dan
sarung tangan.

Kategorik

Tabel 3. Definisi operasional variabel terikat
N
o.
1.

Variabel
Kepuasan
pasien

Definisi Operasional
Hasil dari penilaian pasien terhadap
hasil perawatan GTP berdasarkan

fonetik, mastikasi, kenyamanan, dan
estetis. Kepuasan pasien
dikategorikan:
• 1- Sangat tidak puas
• 2- Tidak puas
• 3- Sedang
• 4- Puas
• 5- Sangat puas

Cara
Pengukuran
Kuesioner

Skala
Pengukuran
Kategorik

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Definisi operasional variabel terkendali

N
o

Variabel

1

Kesehatan
sistemik

2

3

4

5
6

Definisi Operasional

Keadaan mengenai kesehatan pasien.
Pasien tidak memiliki penyakit sistemik
seperti diabetes mellitus, osteoporosis,
penyakit jantung, hipertensi, alergi, dan
sebagainya.
Gigi tiruan GTP yang dibuat mahasiswa kepaniteraan
penuh
Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU
pada tahun Januari 2013-Juni 2015.
Lama
GTP sudah dipakai 1-2 tahun
pemakaian
GTP
Peneliti
Orang yang melakukan penelitian.
yang sama
Alat
ukur Kuesioner
yang sama
Kualitas
GTP tidak patah/retak dan belum pernah
GTP
reparasi

Cara
Pengukuran

Skala
Pengukuran

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Tabel 5. Definisi operasional variabel tidak terkendali
N
o.
1.

Variabel

Definisi Operasional

Kejujuran pasien Jawaban yang diberikan pasien
dalam menjawab dalam menjawab kuesioner harus
Pertanyaan
sesuai dengan keadaan yang
dialami pasien.

Cara
Pengukuran
-

Skala
Pengukuran
-

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian
3.6.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di rumah subjek penelitian sesuai alamat yang tertera
pada rekam medik pasien Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU.

3.6.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

3.7 Prosedur Penelitian
3.7.1 Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1.1 Alat Penelitian
1. Alat tulis
2. Alat pemeriksaan (Template dataran oklusal)
3. Alat pengolahan data yaitu komputer
4. Kaca mulut, sonde, dan pinset

3.7.1.2 Bahan Penelitian
1. Lembar kuesioner
2. Lembar pemeriksaan
3. Surat pernyataan kesediaan untuk menjadi subjek penelitian
4. Sarung tangan dan masker

3.7.2 Prosedur Penelitian
1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengurus surat izin penelitian dari
FKG USU dan surat penelitian dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan.
2. Setelah surat izin penelitian diperoleh, peneliti mengambil data subjek
penelitian dari Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU. Data subjek penelitian
diambil sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. (Gambar 8)

Gambar 8. Data subjek dari rekam
medik

Universitas Sumatera Utara

3. Peneliti memulai penelitian dengan mengunjungi rumah subjek penelitian
berdasarkan alamat pada rekam medik pasien Klinik Prostodonsia RSGMP FKG
USU untuk mewawancara subjek penelitian menggunakan kuesioner. Sebelum
wawancara, peneliti memberikan penjelasan kepada subjek dan memberikan lembar
Informed Consent yaitu surat persetujuan untuk ditandatangani.
4. Peneliti mewawancarai langsung subjek dengan menggunakan kuesioner
yang telah disediakan untuk memperoleh data kepuasan pasien terhadap GTP dan
melengkapi data sosiodemografi subjek. (Gambar 9)

Gambar 9. Wawancara subjek
penelitian
5.

Informasi yang diperoleh dari pasien dicatat dengan menggunakan skala

Likert dan dikategorikan menjadi sangat tidak puas, tidak puas, sedang, puas, dan
sangat puas.
6. Setelah selesai mengisi kuesioner, peneliti melakukan penilaian klinis
secara langsung pada gigi tiruan penuh rahang atas maupun bawah.
7. Peneliti memeriksa dimensi vertikal pasien pemakai GTP dengan
menginstruksikan pasien untuk mengoklusikan rahang atas dan bawah. Garis oklusi
dicatat pada gigi insisivus rahang bawah dengan ujung insisal gigi insisivus rahang
atas sebagai pedoman menggunakan spidol mata halus merek Snowman. Kemudian,
pasien diinstruksikan mengucap “yess” dan posisi gigi saat pengucapan “yess”
dipertahankan sehingga peneliti mencatat garis bicara terkecil. Jarak antara garis
oklusi dan garis bicara terkecil diukur dan dicatat. (Gambar 10)

Universitas Sumatera Utara

A
B
Gambar 10. Penilaian dimensi vertikal. A. Garis oklusi. B. Garis
bicara terkecil
8. Setelah itu, peneliti menilai estetis secara visual dengan mengevaluasi dukungan
bibir atas (philtrum kelihatan jelas dan bibir tidak kelihatan kaku)(Gambar 12), garis
senyum (insisal gigi anterior rahang atas mengikut lengkung bibir bawah saat
tersenyum)(Gambar 13), dataran oklusal (susunan gigi rahang atas)(Gambar 14), dan
kontur gingival (ada stippling dan festooning)(Gambar 15). Dataran oklusal
dievaluasi menggunakan template. (Gambar 11)

Gambar 11. Template dataran
oklusal

Universitas Sumatera Utara

Gambar 12. Penilaian dukungan
bibir

Gambar 13. Penilaian garis
senyum

A
B
Gambar 14. Penilaian dataran oklusal. A. Pandangan frontal
B. Pandangan lateral

Universitas Sumatera Utara

A
B
Gambar 15. Penilaian kontur gingiva. A. Kontur gingiva RA.
B. Kontur gingiva RB
9. Kemudian, peneliti menilai stabilitas gigi tiruan dengan memberikan
tekanan horizontal secara bergantian pada permukaan oklusal gigi premolar kiri dan
kanan. Terjadinya pergerakan tipping atau rotasi diobservasi (Gambar 16).

A
B
Gambar 16. Penilaian stabilitas GTP. A. Stabilitas GTP rahang
atas. B. Stabilitas GTP rahang bawah
10. Peneliti menilai denture-bearing area yaitu bentuk linggir alveolar.
Linggir alveolar yang berbentuk “U” dianggap sangat baik dan linggir alveolar yang
mengalami depresi dianggap tidak baik. (Gambar 17)

Universitas Sumatera Utara

A
B
Gambar 17. Penilaian denture-bearing A. Denture-bearing area
rahang atas B. Denture-bearing area rahang bawah
11. Informasi yang diperoleh dari pemeriksaan klinis dicatat dan
dikategorikan menjadi sangat tidak baik, tidak baik, sedang, baik, dan sangat baik.
12. Setelah data hasil wawancara dari semua subjek penelitian dan
pemeriksaan klinis telah diperoleh, peneliti melakukan tabulasi data. Data diolah
dengan bantuan komputer. Setelah mendapatkan hasil pengolahan data, peneliti
membuat laporan dan menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.

3.8 Analisis Data
Semua data yang diperoleh dari kuesioner dan lembar pemeriksaan disajikan
dengan menghitung persentase distribusi, kemudian dilakukan uji signifikan dengan
uji Fisher. Berdasarkan hasil uji Fisher dapat ditentukan variabel yang menunjukkan
hubungan signifikan (p < 0,05).

Universitas Sumatera Utara

3.9 Kerangka Operasional
Mengurus surat izin penelitian dari FKG USU dan Komisi
Etik Penelitian Bidang Kesehatan

Pengambilan data di Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU

Menentukan subjek penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi

Mengunjungi rumah subjek sesuai alamat

Penjelasan kuesioner pada subjek penelitian dan pemberian
lembar Informed Consent

Wawancara dan pengisian

Pemeriksaan klinis terhadap

kuesioner

GTP

Tabulasi Data

Analisis Data

Kesimpulan

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Distribusi Penilaian Klinis Terhadap Pasien Pemakai Gigi Tiruan
Penuh di RSGMP FKG USU
Pada penelitian ini, penilaian klinis dikelompokkan menjadi empat, yaitu
dimensi vertikal, estetis, stabilitas rahang atas dan rahang bawah, dan denturebearing area rahang atas dan rahang bawah. Setiap kelompok diberikan skor 1
(sangat tidak baik) sampai 5 (sangat baik). Dimensi vertikal dengan skor 1 berjumlah
1 orang (3,3%), skor 2 berjumlah 4 orang (13,3%), skor 3 berjumlah 5 orang (16,7%),
skor 4 berjumlah 8 orang (26,7%), dan skor 5 berjumlah 12 orang (40%). Estetis
dengan skor 1 berjumlah 0 orang, skor 2 berjumlah 1 orang (3,3%), skor 3 berjumlah
8 orang (26,7%), skor 4 berjumlah 13 orang (43,3%), dan skor 5 berjumlah 8 orang
(26,7%). Stabilitas rahang atas dengan skor 1 berjumlah 0 orang, skor 2 berjumlah 1
orang (3,3%), skor 3 berjumlah 4 orang (13,3%), skor 4 berjumlah 10 orang (33,3%),
dan skor 5 berjumlah 15 orang (50%). Stabilitas rahang bawah dengan skor 1
berjumlah 2 orang (6,7%), skor 2 berjumlah 3 orang (10%), skor 3 berjumlah 9 orang
(30%), skor 4 berjumlah 7 orang (23,3%), dan skor 5 berjumlah 9 orang (30%).
Denture-bearing area rahang atas dengan skor 1 berjumlah 0 orang, skor 2 berjumlah
1 orang (3,3%), skor 3 berjumlah 4 orang (13,3%), skor 4 berjumlah 14 orang
(46,7%), dan skor 5 berjumlah 11 orang (36,7%). Denture-bearing area rahang
bawah dengan skor 1 berjumlah 3 orang (10%), skor 2 berjumlah 7 orang (23,3%),
skor 3 berjumlah 5 orang (16,7%), skor 4 berjumlah 11 orang (36,7%), dan skor 5
berjumlah 4 orang (13,3%)(Tabel 6).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Distribusi penilaian klinis terhadap pasien pemakai gigi tiruan penuh di
RSGMP FKG USU
Penilaian Klinis
1. Dimensi Vertikal
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
Jumlah
2. Estetis
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
Jumlah
3. Stabilitas
Rahang Atas
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
Jumlah
Rahang Bawah
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
Jumlah
4. Denture-bearing area
Rahang Atas
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
Jumlah
Rahang Bawah
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
Jumlah

n

%

1
4
5
8
12
30

3,3
13,3
16,7
26,7
40
100

0
1
8
13
8
30

0
3,3
26,7
43,3
26,7
100

0
1
4
10
15
30

0
3,3
13,3
33,3
50
100

2
3
9
7
9
30

6,7
10
30
23,3
30
100

0
1
4
14
11
30

0
3,3
13,3
46,7
36,7
100

3
7
5
11
4
30

10
23,3
16,7
36,7
13,3
100

Universitas Sumatera Utara

4.2 Distribusi Tingkat Kepuasan Pasien Pemakai Gigi Tiruan Penuh di
RSGMP FKG USU
Pada penelitian ini, tingkat kepuasan pasien dinilai berdasarkan fonetik,
estetis, mastikasi, dan kenyamanan rahang atas dan rahang bawah. Setiap kelompok
diberikan skor 1 (sangat tidak baik) sampai 5 (sangat baik). Kepuasan pasien
berdasarkan fonetik dengan skor 1 berjumlah 1 orang (3,3%), skor 2 berjumlah 3
orang (10%), skor 3 berjumlah 6 orang (20%), skor 4 berjumlah 10 orang (33,3%),
dan skor 5 berjumlah 10 orang (33,3%). Kepuasan pasien berdasarkan estetis dengan
skor 1 berjumlah 0 orang, skor 2 berjumlah 1 orang (3,3%), skor 3 berjumlah 0 orang,
skor 4 berjumlah 15 orang (50%), dan skor 5 berjumlah 14 orang (46,7%). Kepuasan
pasien berdasarkan mastikasi dengan skor 1 berjumlah 1 orang (3,3%), skor 2
berjumlah 3 orang (10%), skor 3 berjumlah 5 orang (16,7%), skor 4 berjumlah 10
orang (33,3%), dan skor 5 berjumlah 11 orang (36,7%). Kepuasan pasien berdasarkan
kenyamanan rahang atas dengan skor 1 berjumlah 1 orang (3,3%), skor 2 berjumlah 3
orang (10%), skor 3 berjumlah 3 orang (10%), skor 4 berjumlah 12 orang (40%) dan
skor 5 berjumlah 11 orang (36,7%). Kepuasan pasien berdasarkan kenyamanan
rahang bawah dengan skor 1 berjumlah 3 orang (10%), skor 2 berjumlah 12 orang
(40%), skor 3 berjumlah 3 orang (10%), skor 4 berjumlah 4 orang (13,3%), dan skor
5 berjumlah 8 orang (26,7%)(Tabel 7).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 7. Distribusi tingkat kepuasan pasien pemakai gigi tiruan penuh di
RSGMP FKG USU
Tingkat Kepuasan Pasien
1. Fonetik
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
Jumlah
2. Estetis
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
Jumlah
3. Mastikasi
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
Jumlah
4. Kenyamanan
Rahang Atas
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
Jumlah
Rahang Bawah
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
Jumlah

n

%

1
3
6
10
10
30

3,3
10
20
33,3
33,3
100

0
1
0
15
14
30

0
3,3
0
50,0
46,7
100

1
3
5
10
11
30

3,3
10
16.7
33,3
36,7
100

1
3
3
12
11
30

3,3
10
10
40
36,7
100

3
12
3
4
8
30

10
40
10
13,3
26,7
100

Universitas Sumatera Utara

4.3 Hubungan Penilaian Klinis terhadap Tingkat Kepuasan Pasien
Pemakai Gigi Tiruan Penuh di RSGMP FKG USU
Pada tabel 8 menunjukkan distribusi penilaian klinis berdasarkan tingkat
kepuasan pasien pemakai GTP. Berdasarkan tingkat kepuasan pasien dalam hal
fonetik, pasien paling banyak merasa sangat puas, yaitu 8 orang (26,7%) dan menurut
penilaian klinis GTP juga dinilai sangat baik dalam hal dimensi vertikal, sedangkan
beberapa pasien hanya merasa sedang terhadap GTP dalam hal fonetik, yaitu 2 orang
(6,7%), namun menurut penilaian klinis GTP dinilai sangat baik dalam hal dimensi
vertikal.(Tabel 8)
Berdasarkan tingkat kepuasan pasien dalam hal estetis, pasien paling banyak
merasa sangat puas, yaitu 8 orang (26,7%), namun menurut penilaian klinis GTP
hanya dinilai baik dalam hal estetis, sedangkan beberapa pasien hanya merasa puas
terhadap GTP dalam hal estetis, yaitu 6 orang (20%), namun menurut penilaian klinis
GTP dinilai sangat baik dalam hal estetis.(Tabel 8)
Tabel 8 menunjukkan penilaian klinis stabilitas GTP rahang atas dihubungkan
dengan tingkat kepuasan pasien dalam hal mastikasi. Berdasarkan tingkat kepuasan
pasien dalam hal mastikasi, pasien paling banyak merasa sangat puas, yaitu 9 orang
(30%), dan menurut penilaian klinis GTP juga dinilai sangat baik dalam hal stabilitas
rahang atas, sedangkan beberapa pasien merasa tidak puas terhadap GTP dalam hal
mastikasi, yaitu 2 orang (6,7%), namun menurut penilaian klinis GTP dinilai baik
dalam hal stabilitas rahang atas. Tabel 8 menunjukkan penilaian klinis stabilitas GTP
rahang bawah dihubungkan dengan tingkat kepuasan pasien dalam hal mastikasi.
Berdasarkan tingkat kepuasan pasien dalam hal mastikasi, pasien paling banyak
merasa sangat puas, yaitu 5 orang (16,7%), dan menurut penilaian klinis GTP juga
dinilai sangat baik dalam hal stabilitas rahang bawah, sedangkan beberapa pasien
merasa puas terhadap GTP dalam hal mastikasi, yaitu 2 orang (6,7%), namun
menurut penilaian klinis GTP hanya dinilai sedang dalam hal stabilitas rahang
bawah.(Tabel 8)
Berdasarkan tingkat kepuasan pasien dalam hal kenyamanan rahang atas,
pasien paling banyak merasa sangat puas, yaitu 7 orang (23,3%), dan menurut

Universitas Sumatera Utara

penilaian klinis GTP juga dinilai sangat baik dalam hal denture-bearing area rahang
atas, sedangkan beberapa pasien merasa sangat tidak puas dalam hal kenyamanan
rahang atas, yaitu 1 orang (3,3%), namun menurut penilaian klinis GTP dinilai baik
dalam hal denture-bearing area rahang atas. Berdasarkan tingkat kepuasan pasien
dalam hal kenyamanan rahang bawah, pasien paling banyak merasa tidak puas, yaitu
4 orang (13,3%), namun menurut penilaian klinis GTP dinilai baik dalam hal denturebearing area rahang bawah, sedangkan beberapa pasien merasa sangat puas dalam
hal kenyamanan rahang bawah, yaitu 2 orang (6,7%), namun menurut penilaian klinis
GTP hanya dinilai sedang dalam hal denture-bearing area rahang bawah. Beberapa
pasien juga merasa sangat tidak puas dalam hal kenyamanan rahang bawah, yaitu 1
orang (3,3%), namun menurut penilaian klinis GTP dinilai baik dalam hal denturebearing area rahang bawah. (Tabel 8)

Tabel 8. Distribusi penilaian klinis berdasarkan tingkat kepuasan pasien pemakai
gigi tiruan penuh di RSGMP FKG USU
Penilaian
Klinis

Tingkat Kepuasan Pasien
Fonetik
Skor 1

Skor 2

Skor 3

Jumlah

Skor 4

Skor 5

1. Dimensi
Vertikal
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
Jumlah

n

%

n

%

n

%

n

%

n

%

0
1
0
0
0
1

0
3,3
0
0
0
3,3

1
1
0
1
0
3

3,3
3,3
0
3,3
0
10

0
1
2
1
2
6

0
0
3
5
2
10

0
0
10
16,7
6,7
33,3

0
1
0
1
8
10

0
3,3
0
3,3
26,7
33,3

1
4
5
8
12
30

2. Estetis
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
Jumlah

n
0
0
0
0
0
0

%
0
0
0
0
0
0

n
0
0
1
0
0
1

%
0
0
3,3
0
0
3,3

n
0
0
0
0
0
0

0
3,3
6,7
3,3
6,7
20
Estetis
%
0
0
0
0
0
0

n
0
1
3
5
6
15

%
0
3,3
10
16,7
20
50

n
0
0
4
8
2
14

%
0
0
13,3
26,7
6,7
46,7

0
1
8
13
8
30

Universitas Sumatera Utara

Tabel 8. Distribusi penilaian klinis berdasarkan tingkat kepuasan pasien pemakai
gigi tiruan penuh di RSGMP FKG USU
Penilaian
Klinis
Skor 1
3. Stabilitas
n
%
Rahang Atas
Skor 1
0
0
Skor 2
1
3,3
Skor 3
0
0
Skor 4
0
0
Skor 5
0
0
Jumlah
1
3,3
Rahang Bawah
Skor 1
1
3,3
Skor 2
0
0
Skor 3
0
0
Skor 4
0
0
Skor 5
0
0
Jumlah
1
3,3

Tingkat Kepuasan Pasien
Mastikasi
Skor 2
Skor 3
Skor 4
n
%
n
%
n
%

n

0
0
1
2
0
3

0
0
3,3
6,7
0
10

0
0
3,3
13,3
16,7
33,3

0
0
0
2
9
11

0
0
0
6,7
30
36,7

0
1
4
10
15
30

1
1
0
0
1
3

3,3
0
0
0
3,3
1
3,3
1
0
4
13,3
2
0
0
0
4
3,3
0
0
3
10
5
16,7
10
Kenyamanan Rahang Atas
%
n
%
n

0
3,3
6,7
13,3
10
33,3

0
0
3
3
5
11

0
0
10
10
16,7
36,7

2
3
9
7
9
30

%

n

%

0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
3,3
3
3,3
1
3,3
8
6,7
1
3,3
1
10
3
10
12
Kenyamanan Rahang Bawah
%
n
%
n

0
0
10
26,7
3,3
40

0
1
0
3
7
11

0
3,3
0
10
23,3
36,7

%

n

%

3,3
6,7
0
3,3
0
13,3

0
0
2
3
3
8

0
0
6,7
10
10
26,7

4. Denturebearing
area
Rahang Atas
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
Jumlah

n

%

n

0
0
0
1
0
1

0
0
0
3,3
0
3,3

0
0
0
1
2
3

Rahang
Bawah
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
Jumlah

n

%

n

1
1
0
1
0
3

3,3
3,3
0
3,3
0
10

1
3
3
4
1
12

3,3
10
10
13,3
3,3
40

0
0
2
2
1
5

0
1
0
2
0
3

0
0
6,7
6,7
3,3
16,7

0
3,3
0
6,7
0
10

0
0
1
4
5
10

1
2
0
1
0
4

Jumlah
Skor 5
%

0
1
4
14
11
30

3
7
5
11
4
30

Universitas Sumatera Utara

Uji yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara penilaian klinis
terhadap tingkat kepuasan pasien yang diukur dengan metode wawancara dan
pemeriksaan klinis digunakan uji independensi.41 Hal ini karena variabel dalam
penelitian ini adalah variabel kategorik. Jika syarat-syarat uji Chi-Square (tidak ada
sel yang nilai observed yang bernilai nol dan kolom yang mempunyai nilai expected
kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel) tercapai, maka dapat dilakukan uji ChiSquare.42 Jika syarat-syarat uji Chi-Square tidak tercapai, maka uji Fisher dapat
dilakukan sebagai alternatif. Dalam penelitian ini, syarat-syarat uji Chi-Square tidak
tercapai. Maka untuk mengetahui hubungan antara penilaian klinis terhadap tingkat
kepuasan pasien digunakan uji independensi yaitu uji Fisher.

Pada tabel 9 menunjukkan hubungan penilaian klinis terhadap tingkat
kepuasan pasien pemakai GTP. Uji Fisher menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan (p < 0,05) antara dimensi vertikal dengan kepuasan pasien dalam hal
fonetik, namun tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara estetis
berdasarkan penilaian klinis dengan estetis yang berdasarkan kepuasan pasien. Uji
Fisher juga menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara
stabilitas rahang atas dan rahang bawah terhadap kepuasan pasien dalam hal
mastikasi, namun tidak ada hubungan yang signifikan antara denture-bearing area
rahang atas dan bawah terhadap kepuasan pasien dalam hal kenyamanan rahang atas
dan rahang bawah. (Tabel 9)

Tabel 9. Hubungan penilaian klinis terhadap tingkat kepuasan pasien pemakai gigi
tiruan penuh di RSGMP FKG USU
Penilaian Klinis
Tingkat Kepuasan Pasien
p
Dimensi vertikal
Fonetik
0,006*
Estetis
Estetis
0,267
Stabilitas rahang atas
Mastikasi
0,012*
Stabilitas rahang bawah
Mastikasi
0,029*
Denture-bearing area rahang atas
Kenyamanan rahang atas
0,051
Denture-bearing area rahang bawah Kenyamanan rahang bawah
0,547
*hubungan signifikan (p < 0,05)

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
PEMBAHASAN

Rancangan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional yang menggunakan kuesioner dan lembar pemeriksaan
sebagai pengumpulan data. Penelitian ini disebut penelitian deskriptif analitik karena
penelitian diarahkan untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi dan mencari
hubungan antara variabel. Penelitian ini juga dikatakan sebagai pendekatan cross
sectional karena observasi dan pengumpulan data dilakukan sekaligus pada satu saat
yang artinya setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan diberikan
pertanyaan terkait kepuasan pasien saat memakai GTP untuk dilihat hubungannya
dengan penilaian klinis yang dilakukan oleh peneliti.

5.1 Distribusi Penilaian Klinis terhadap Pasien Pemakai Gigi Tiruan
Penuh di RSGMP FKG USU
Pada tabel 6 menunjukkan distribusi penilaian klinis yang terdiri dari dimensi
vertikal, estetis, stabilitas rahang atas dan rahang bawah, serta denture-bearing area
rahang atas dan rahang bawah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian
klinis terhadap dimensi vertikal GTP menunjukkan bahwa dimensi vertikal GTP
paling banyak dinilai sangat baik. Perubahan dimensi vertikal pada pemakai GTP
adalah disebabkan oleh keausan anasir gigi tiruan. Keausan anasir gigi tiruan terdiri
dari dua jenis yaitu, abrasi yang sering terjadi pada gigi posterior akibat abrasi
makanan dan atrisi yang sering terjadi pada gigi anterior akibat gigi anterior rahang
atas dan rahang bawah yang saling berkontak. Keausan anasir gigi tiruan biasanya
terjadi beberapa tahun setelah pemakaian gigi tiruan penuh. Penelitian Hoad-Reddick
G dkk. menunjukkan bahwa hampir 50% daripada GTP pasien harus diganti setelah
pemakaian selama 5 tahun.43 Pada penelitian ini dimensi vertikal GTP paling banyak
dinilai sangat baik kemungkinan karena pasien baru memakai GTP 1-2 tahun
sehingga keausan anasir gigi tiruan tidak terjadi.

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian klinis terhadap estetis GTP
menunjukkan bahwa estetis GTP paling banyak dinilai baik. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena GTP dalam penelitian ini dikerjakan oleh mahasiswa kepaniteraan
Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU di bawah bimbingan dokter gigi. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Celebic A dkk. (2000) yang
menunjukkan penilaian klinis yang dilakukan terhadap estetis pada GTP yang paling
banyak adalah sangat baik.6 Perbedaan ini kemungkinan terjadi karena parameter
yang digunakan untuk menilai estetis dalam penelitian ini berbeda daripada parameter
yang digunakan untuk menilai estetis dalam penelitian Celebic A dkk. (2000).
Parameter yang digunakan dalam penelitian Celebic A dkk. (2000) tidak diketahui
untuk memastikan keobjektifan penilaian. Parameter yang digunakan dalam
penelitian ini untuk menilai estetis adalah dukungan bibir, garis senyum, dataran
oklusal, dan kontur gingiva.44 Selain itu, penilaian dalam hal estetis GTP bersifat
lebih subjektif. Persepsi setiap individu terhadap estetis berbeda.33 Hal ini
kemungkinan menjadi penyebab terjadi perbedaan antara hasil penelitian ini dan
penelitian Celebic A dkk.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian klinis terhadap stabilitas
GTP rahang atas menunjukkan bahwa stabilitas GTP rahang atas paling banyak
dinilai sangat baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Celebic A dkk.
(2000) yang menunjukkan penilaian klinis yang dilakukan terhadap stabilitas GTP
rahang atas yang paling banyak adalah sangat baik.6 Hal ini kemungkinan disebabkan
karena adaptasi yang baik antara permukaan basis gigi tiruan penuh dengan jaringan
pendukung yang memperkuatkan daya kohesi sehingga meminimalisasi mobilitas
yang terjadi saat ada tekanan.12,14 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian
klinis terhadap stabilitas GTP rahang bawah menunjukkan bahwa stabilitas GTP
rahang bawah yang paling banyak dinilai sedang dan sangat baik. Kebanyakkan
stabilitas GTP dinilai sedang kemungkinan karena luas permukaan pendukung rahang
bawah yang lebih kecil dibandingkan dengan luas permukaan pendukung rahang atas
sehingga daya kohesi yang terbentuk antara permukaan basis gigi tiruan penuh
dengan jaringan pendukung relatif kecil sehingga terjadi mobilitas pada gigi tiruan

Universitas Sumatera Utara

penuh saat diberikan tekanan. Sebagian besar stabilitas GTP rahang bawah juga
dinilai sangat baik walaupun luas permukaan pendukung rahang bawah yang kecil
kemungkinan karena didukung oleh otot oral dan wajah.14
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian klinis terhadap denturebearing area GTP rahang atas yang paling banyak dinilai baik dan penilaian klinis
terhadap denture-bearing area GTP rahang bawah yang paling banyak dinilai baik.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia
RSGMP FKG USU mengerjakan kasus GTP sederhana yaitu pasien dengan bentuk
linggir alveolar yang “U” dan “V”. Bentuk “U” adalah bila permukaan labial atau
bukal sejajar dengan permukaan lingual atau palatal sehingga dapat mencapai retensi
yang optimal.22 Bentuk linggir alveolar rahang atas dan rahang bawah paling banyak
adalah baik, yaitu bentuk “V”. Bentuk “V” dikategorikan sebagai baik karena linggir
alveolar yang berbentuk “V” mempunyai tinggi yang optimal tetapi lebar yang
kurang optimal sehingga dapat mengganggu kenyamanan pasien jika tidak ditangani
dengan benar.23

5.2 Distribusi Tingkat Kepuasan Pasien Pemakai Gigi Tiruan Penuh di
RSGMP FKG USU
Pada tabel 7 menunjukkan distribusi tingkat kepuasan pasien yang terdiri dari
fonetik, estetis, mastikasi, dan kenyamanan GTP rahang atas dan rahang bawah. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap fonetik paling
banyak merasa puas dan sangat puas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Celebic A dkk. (2003) yang menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap
fonetik paling banyak merasa sangat puas.7 Hal ini kemungkinan karena kehilangan
seluruh gigi sering menyebabkan terjadinya gangguan bicara. Pemakaian GTP
menyebabkan pasien bisa mengucap dan berbicara dengan lebih baik sehingga pasien
merasa sangat puas terhadap GTP. Sebagian besar pasien juga hanya merasa puas
kemungkinan karena gigi tiruan yang ditempatkan pada jaringan yang bergerak
seperti mukosa oral akan menimbulkan kesulitan khususnya dalam penghasilan bunyi
saat bicara. Walaupun GTP telah beradaptasi baik dengan mukosa oral, tetapi masih

Universitas Sumatera Utara

akan bergerak saat berfungsi. Oleh karena itu, pasien kemungkinan hanya merasa
puas dengan GTP mereka. Penggunaan GTP secara terus menerus serta latihan dapat
membantu pasien mengatasi gangguan bicara. Hal ini sejalan dengan penelitian Bhat
VS dkk. (2014) menyatakan paling banyak pasien hanya merasa puas (43%) terhadap
fonetik.28
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap
estetis paling banyak merasa puas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Memon MR dkk. (2013) yang menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap
estetis paling banyak merasa puas.13 Hal ini kemungkinan disebabkan faktor
psikologis mempengaruhi kepuasan pasien khususnya estetis. Masalah psikologis
seperti cemas, malu, dan pemarah mempunyai pengaruh yang negatif terhadap tingkat
kepuasan pasien dari segi estetis.45 Pada penelitian ini, sampel yang diteliti tidak
mempunyai masalah psikologis sehingga pasien merasa puas dengan estetis GTP
mereka. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ghani F dkk. (2013) yang
menyatakan rata-rata pasien merasa puas dengan penampilan mereka saat memakai
GTP dan tidak mempunyai keluhan.13 Pasien hanya merasa puas kemungkinan karena
pasien biasanya mempunyai harapan yang tinggi terhadap GTP mereka khususnya
dalam hal estetis.4 Harapan yang tinggi menyebabkan pasien bersifat kritis terhadap
penampilan mereka saat memakai GTP sehingga mereka hanya merasa puas dengan
GTP yang dibuat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap
mastikasi paling banyak dinilai sangat puas. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Celebic A dkk. (2000) yang menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien
terhadap mastikasi paling banyak merasa sangat puas.6 Hal ini karena gangguan
mastikasi merupakan penyebab utama yang mendorong pasien untuk mendapatkan
perawatan GTP. Kehilangan seluruh gigi menyebabkan pasien tidak dapat
mengkonsumsi makanan yang digemari serta meminimalisasi konsumsi makanan
sehingga menganggu asupan nutrisi dan kesehatan umum pasien. Pemakaian GTP
membantu memperbaiki fungsi mastikasi sehingga pasien dapat mengkonsumsi
makanan tanpa kesulitan.9 Oleh karena itu, pasien merasa sangat puas terhadap GTP

Universitas Sumatera Utara

dalam hal mastikasi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Faruqui S
dkk. (2015) yaitu hanya sebagian kecil pasien yang menyatakan ketidakpuasan saat
menggunakan GTP untuk mastikasi.45
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap
kenyamanan GTP rahang atas paling banyak merasa puas. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Celebic A dkk. (2000) bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap
kenyamanan GTP rahang atas paling banyak merasa puas dan sangat puas.6 Penelitian
Ogimoto dkk (2002) menyatakan ketidaknyamanan pasien pemakai GTP adalah
disebabkan oleh nyeri akibat tekanan yang tidak terdistribusi secara sama rata akibat
kualitas denture-bearing area yang tidak baik.46 Pasien paling banyak merasa puas
dengan kenyamanan GTP rahang atas kemungkinan karena bentuk linggir alveolar
rahang atas sering lebih baik dan tidak teresorpsi dibandingkan dengan linggir
alveolar rahang bawah. Oleh karena itu, tekanan yang didapatkan dari GTP rahang
atas dapat terdistribusi secara merata sehingga tidak menimbulkan ketidaknyamanan.6
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap
kenyamanan GTP rahang bawah paling banyak merasa tidak puas. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Mardan NA dkk. (2013) bahwa GTP rahang bawah sering
menimbulkan masalah dibandingkan dengan GTP rahang atas.39 Hal ini disebabkan
karena level dan arah resorpsi tulang yang berbeda antara rahang atas dan rahang
bawah sehingga menyebabkan terjadinya perubahan pada hubungan rahang atas dan
rahang bawah. Level resorpsi tulang rahang bawah lebih cepat dibandingkan rahang
atas. Hal ini karena luas denture-bearing area rahang bawah yang relatif kecil
menyebabkan tekanan tidak dapat terdistribusi secara rata sehingga memicu
terjadinya peningkatan level resorpsi linggir alveolar. Resorpsi tulang pada rahang
atas berjalan secara sama rata di sepanjang lengkung rahang dalam arah horizontal,
tetapi lebih parah di bagian labial dan bukal dibandingkan dengan bagian palatal.
Resorpsi tulang pada rahang bawah lebih parah di bagian labio-lingual dalam arah
vertikal.23 Selain itu, tulang cancellous berfungsi mengabsorpsi tekanan yang
dikenakan. Linggir alveolar rahang atas sering lebih lebar, rata, dan lebih cancellous
dibandingkan dengan linggir alveolar rahang bawah. Hal ini menyebabkan level

Universitas Sumatera Utara

resorpsi tulang alveolar rahang bawah lebih cepat daripada rahang atas sehingga
pasien merasa tidak puas dengan kenyamanan GTP rahang bawah.23

5.3 Hubungan Penilaian Klinis terhadap Tingkat Kepuasan Pasien
Pemakai Gigi Tiruan Penuh di RSGMP FKG USU
Pada tabel 8 menunjukkan distribusi penilaian klinis berdasarkan tingkat
kepuasan pasien pemakai GTP di RSGMP FKG USU. Berdasarkan tingkat kepuasan
pasien dalam hal fonetik, pasien paling banyak merasa sangat puas, yaitu 8 orang
(26,7%) dan menurut penilaian klinis GTP juga dinilai sangat baik dalam hal dimensi
vertikal, sedangkan beberapa pasien hanya merasa sedang terhadap GTP dalam hal
fonetik, yaitu 2 orang (6,7%), namun menurut penilaian klinis GTP dinilai sangat
baik dalam hal dimensi vertikal. Hal ini menunjukan terdapat persamaan antara skor
fonetik dan skor dimensi vertikal pada sebagian besar pasien, namun terdapat
perbedaan antara skor fonetik dan skor dimensi vertikal pada sebagian kecil pasien.
Perbedaan ini kemungkinan karena kebanyakkan pasien yang memakai GTP terdiri
dari pasien lansia dini dan pasien lansia yang biasanya mempunyai toleransi yang
rendah terhadap perubahan sehingga mereka belum merasa terbiasa memakai GTP
sehingga mereka hanya merasa sedang walaupun dimensi vertikal GTP dinilai sangat
baik. Pemakaian GTP secara menerus akan membantu pasien merasa lebih puas
dengan GTP mereka khususnya dalam hal fonetik.
Berdasarkan tingkat kepuasan pasien dalam hal estetis, pasien paling banyak
merasa sangat puas, yaitu 8 orang (26,7%), namun menurut penilaian klinis GTP
hanya dinilai baik dalam hal estetis, sedangkan beberapa pasien hanya merasa puas
terhadap GTP dalam hal estetis, yaitu 6 orang (20%), namun menurut penilaian klinis
GTP dinilai sangat baik dalam hal estetis. Hal ini menunjukan pasien memberikan
skor yang lebih tinggi atau lebih rendah dari skor yang diberikan berdasarkan
penilaian klinis terhadap GTP dalam hal estetis. Perbedaan ini terjadi karena estetis
merupakan suatu penilaian yang subjektif sehingga persepsi setiap individu terhadap
estetis berbeda dipengaruhi oleh budaya dan citra diri.48 Selain itu, perbedaan antara
tingkat kepuasan pasien dan penilaian klinis dalam hal estetis kemungkinan terjadi

Universitas Sumatera Utara

karena penilaian klinis dalam hal estetis adalah lebih berdasarkan parameter standar,
namun tingkat kepuasan pasien dalam hal estetis adalah lebih berdasarkan perasaan
pasien akan penampilan mereka saat memakai GTP.
Berdasarkan tingkat kepuasan pasien dalam hal mastikasi, pasien paling
banyak merasa sangat puas, yaitu 9 orang (30%), dan menurut penilaian klinis GTP
juga dinilai sangat baik dalam hal stabilitas rahang atas, sedangkan beberapa pasien
merasa tidak puas terhadap GTP dalam hal mastikasi, yaitu 2 orang (6,7%), namun
menurut penilaian klinis GTP dinilai baik dalam hal stabilitas rahang atas. Hal ini
menunjukkan terdapat persamaan antara skor mastikasi dan skor stabilitas rahang atas
pada sebagian besar pasien, namun terdapat perbedaan antara skor mastikasi dan skor
stabilitas rahang atas pada sebagian kecil pasien. Perbedaan ini kemungkinan terjadi
karena tingkat kepuasan pasien dalam hal mastikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
lain seperti oklusi, kekuatan gigitan maksimum, dan saliva. Sebagian kecil pasien
merasa tidak puas terhadap GTP dalam hal mastikasi, walaupun GTP dinilai baik
dalam hal stabilitas rahang atas kemungkinan karena kehilangan seluruh gigi dapat
mengganggu asupan nutrisi sehingga terjadinya penurunan kadar saliva yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan mastikasi.37 Berdasarkan tingkat kepuasan pasien
dalam hal mastikasi, pasien paling banyak merasa sangat puas, yaitu 5 orang (16,7%),
dan menurut penilaian klinis GTP juga dinilai sangat baik dalam hal stabilitas rahang
bawah, sedangkan beberapa pasien merasa puas terhadap GTP dalam hal mastikasi,
yaitu 2 orang (6,7%), namun menurut penilaian klinis GTP hanya dinilai sedang
dalam hal stabilitas rahang bawah. Hal ini menunjukkan terdapat persamaan antara
skor mastikasi dan skor stabilitas rahang bawah pada sebagian besar, namun terdapat
perbedaan antara skor mastikasi dan skor stabilitas rahang bawah pada sebagian kecil
pasien. Pasien merasa puas dalam hal mastikasi walaupun stabilitas GTP rahang
bawah hanya dinilai sedang kemungkinan karena pasien sudah memakai GTP selama
1-2 tahun sehingga rongga mulut pasien telah beradaptasi dengan GTP.49
Berdasarkan tingkat kepuasan pasien dalam hal kenyamanan rahang atas,
pasien paling banyak merasa sangat puas, yaitu 7 orang (23,3%), dan menurut
penilaian klinis GTP juga dinilai sangat baik dalam hal denture-bearing area rahang

Universitas Sumatera Utara

atas, sedangkan beberapa pasien merasa sangat tidak puas dalam hal kenyamanan
rahang atas, yaitu 1 orang (3,3%), namun menurut penilaian klinis GTP dinilai baik
dalam hal denture-bearing area rahang atas. Hal ini menunjukkan terdapat persamaan
antara skor kenyamanan rahang atas dan skor denture-bearing area rahang atas pada
sebagian besar pasien, namun terdapat perbedaan antara skor kenyamanan rahang atas
dan skor denture-bearing area rahang atas pada sebagian kecil pasien. Sebagian kecil
pasien merasa sangat tidak puas dalam hal kenyamanan rahang atas walaupun
denture-bearing area rahang atas dinilai baik kemungkinan karena faktor lain seperti
pengalaman memakai GTP sebelumnya. Pasien dengan pengalaman memakai GTP
sebelumnya yang positif dapat beradaptasi dengan GTP baru tetapi pasien dengan
pengalaman memakai GTP sebelumnya yang negatif mengalami kesulitan
beradaptasi dengan GTP baru.4 Sebagian kecil pasien kemungkinan mempunyai
pengalaman mengalami GTP sebelumnya yang negatif sehingga tetap merasa tidak
puas dalam hal kenyamanan rahang atas walaupun denture-bearing area rahang atas
dinilai baik. Berdasarkan tingkat kepuasan pasien dalam hal kenyamanan rahang
bawah, pasien paling banyak merasa tidak puas, yaitu 4 orang (13,3%), namun
menurut penilaian klinis GTP dinilai baik dalam hal denture-bearing area rahang
bawah, sedangkan beberapa pasien merasa sangat puas dalam hal kenyamanan rahang
bawah, yaitu 2 orang (6,7%), namun menurut penilaian klinis GTP hanya dinilai
sedang dalam hal denture-bearing area rahang bawah. Beberapa pasien juga merasa
sangat tidak puas dalam hal kenyamanan rahang bawah, yaitu 1 orang (3,3%), namun
menurut penilaian klinis GTP dinilai baik dalam hal denture-bearing area rahang
bawah. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan antara skor kenyamanan rahang
bawah dan skor denture-bearing area rahang bawah. Perbedaan ini terjadi
kemungkinan karena pasien langsung mendapatkan perawatan GTP setelah
mengalami kehilangan seluruh gigi sehingga tidak mengalami masalah adaptasi
neuromuskular dan adaptasi otot bibir, pipi, dan lidah dengan sayap gigi tiruan
penuh.7 Oleh karena itu, pasien tetap merasa nyaman dengan GTP rahang bawah
mereka walaupun denture-bearing area rahang bawah dinilai tidak baik. Selain itu,
beberapa pasien merasa sangat tidak puas walaupun denture-bearing area dinilai baik

Universitas Sumatera Utara

kemungkinan karena GTP pasien longgar sehingga menimbulkan rasa nyeri saat
berfungsi akibat tekanan yang tidak terdistribusi secara merata. Rasa nyeri
menyebabkan pasien merasa tidak nyaman walaupun denture-bearing area rahang
bawah pasien baik.39
Pada tabel 9 menunjukkan hubungan penilaian klinis terhadap tingkat
kepuasan pasien pemakai GTP. Uji Fisher menunjukkan ada hubungan yang
signifikan (p < 0,05) antara dimensi vertikal terhadap tingkat kepuasan pasien
pemakai GTP berdasarkan fonetik dengan nilai p = 0,006. Hasil ini menunjukkan
bahwa semakin baik dimensi vertikal GTP, semakin baik tingkat kepuasan pasien
terhadap fonetik. Hal ini terjadi karena penurunan dimensi vertikal yang sering terjadi
karena resorpsi linggir alveolar atau keausan anasir gigi dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan closest speaking space.8 Peningkatan closest speaking space
dapat menggangu pengucapan saat berbicara sehingga pasien merasa kurang puas
dari segi fonetik dengan GTP mereka.31 Hal ini juga sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ravuri RL dkk. (2013) yang menyatakan bahwa pasien dengan
dimensi vertikal yang terlalu rendah akan menghasilkan bunyi berdesis saat
pengucapan bunyi ‘s’.31
Berdasarkan estetis, uji Fisher menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan (p > 0,05) antara estetis yang dinilai berdasarkan penilaian klinis dan
estetis yang dinilai berdasarkan tingkat kepuasan pasien dengan nilai p = 0,267. Hasil
ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara estetis yang dinilai berdasarkan
penilaian klinis dan estetis yang dinilai berdasarkan tingkat kepuasan pasien. Hal ini
kemungkinan karena hubungan dokter gigi (mahasiswa kepaniteraan klinik) dan
pasien yang baik. Berbagai penelitian menyatakan bahwa tingkat kepuasaan pasien
lebih tinggi bila dokter gigi merawat pasien menggunakan perasaan pasien sebagai
penuntun. Penelitian Hirsch dkk. (2005) menunjukkan bahwa variabel yang penting
dalam penerimaan GTP oleh pasien adalah melibatkan pasien dalam proses pemilihan
gigi tiruan bukan nilai estetis gigi tiruan yang dibuat.47 Oleh karena itu, tidak ada
perbedaan antara estetis yang dinilai berdasarkan penilaian klinis dan tingkat
kepuasan pasien kemungkinan karena adanya faktor lain yang mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

kepuasan pasien dalam hal estetis, sebagai contoh hubungan mahasiswa kepaniteraan
klinik dan pasien yang baik sehingga dapat mencapai kesepakatan bersama dalam hal
estetis. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Celebic A dkk. (2000) yang
menyatakan ada perbedaan yang signifikan antara estetis yang dinilai berdasarkan
penilaian klinis terhadap estetis yang dinilai berdasarkan tingkat kepuasan pasien.6
Berdasarkan stabilitas GTP rahang atas, uji Fisher menunjukkan ada
hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara stabilitas GTP rahang atas terhadap
mastikasi dengan nilai p = 0,012. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin baik
stabilitas GTP rahang atas, semakin baik tingkat kepuasan pasien terhadap mastikasi.
Hal ini terjadi karena stabilitas gigi tiruan penuh berperan penting dalam
menempatkan GTP pada posisinya. Mobilitas GTP mempengaruhi kepuasan pasien
terhadap mastikasi. Gigi tiruan penuh dengan stabilitas yang tidak baik akan bergerak
saat diberikan tekanan horizontal khususnya saat mastikasi sehingga menganggu
proses mastikasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Stunic MK dkk.
(2012) yang menyatakan bahwa stabilitas GTP yang baik memengaruhi kepuasan
mastikasi pasien secara positif.14 Hal ini juga sama dengan penelitian Brunello dan
Mandikos (1998) yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara stabilitas GTP
dengan efisiensi mastikasi dan pilihan makanan.14 Berdasarkan stabilitas GTP rahang
bawah, uji Fisher menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara
stabilitas GTP rahang bawah terhadap mastikasi dengan nilai p = 0,029. Hasil ini
menunjukkan bahwa semakin baik stabilitas GTP rahang bawah, semakin baik
tingkat kepuasan pasien terhadap mastikasi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Celebic A dkk. (2000) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara stabilitas GTP rahang bawah terhadap mastikasi.6 Hal ini
kemungkinan karena mastikasi adalah proses yang melibatkan kedua-dua rahang
yaitu rahang atas dan rahang bawah. Oleh karena itu, stabilitas rahang bawah juga
penting untuk mencapai tingkat kepuasan pasien terhadap mastikasi yang baik.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan denture-bearing area rahang atas, uji Fisher menunjukkan tidak
ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara denture-bearing area rahang atas
terhadap kenyamanan rahang atas dengan nilai p = 0,051. Hasil ini menunjukkan
bahwa kenyamanan rahang atas tidak dipengaruhi oleh denture-bearing area rahang
atas. Hal ini mungkin karena denture-bearing area yang dinilai di penelitian ini
adalah hanya bentuk linggir alveolar. Kompresibilitas mukosa pada linggir edentulus
tidak dinilai dalam penelitian ini. Penelitian Ribeiro JAM dkk. (2014) menyatakan
bahwa kompressibilitas mukosa pada linggir edentulus sangat berhubungan dengan
retensi gigi tiruan. Mukosa linggir edentulus yang flabby menyebabkan gigi tiruan
penuh bergerak saat ada tekanan sehingga mengganggu kenyamanan pasien.22 Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Celebic A dkk. (2003) yang menyatakan
ada hubungan yang signifikan antara denture-bearing area rahang atas terhadap
kenyamanan rahang atas.7 Berdasarkan denture-bearing area rahang bawah, uji
Fisher menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara denturebearing area rahang bawah terhadap kenyamanan rahang bawah dengan nilai p =
0,0547. Hasil ini menunjukkan bahwa kenyamanan rahang bawah tidak dipengaruhi
oleh denture-bearing area rahang bawah. Hal ini kemungkinan karena resorpsi
linggir alveolar merupakan proses kronis yang terjadi setelah kehilangan gigi. Level
resorpsi tulang alveolar paling tinggi saat kehilangan gigi dan harus segera dipasang
GTP. Periode adaptasi neuromuskular yang mengambil waktu yang agak lama
menyebabkan GTP rahang bawah mudah bergerak sehingga dapat mencederai
mukosa oral dan sekaligus menimbulkan ketidaknyamanan. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Celebic A dkk. (2003) yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara denture-bearing area rahang bawah terhadap
kenyamanan rahang bawah.7

Universitas Sumatera Utara

Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya jumlah sampel
yang minimal karena tidak lengkapnya data jurnal mahasiswa kepaniteraan Klinik
Prostodonsia RSGMP FKG USU sehingga terjadi distribusi yang tidak merata untuk
setiap variabel yang diteliti. Hal ini berpengaruh terhadap analisis data, yaitu tidak
memenuhi syarat untuk dilakukan uji Chi-Square sehingga data hasil penelitian
dianalisis menggunakan uji Fisher. Selain itu, responden kemungkinan tidak
menjawab pertanyaan dengan jujur dan akurat sehingga dapat mempengaruhi hasil
penelitian. Adanya beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian klinis terhadap
tingkat kepuasan pasien, tetapi pada penelitian ini hanya salah satu dari beberapa
faktor tersebut yang diteliti sehingga dapat mempengaruhi keakuratan hasil
penelitian.

Universitas Sumatera Utara

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Distribusi penilaian klinis pasien pemakai gigi tiruan penuh di RSGMP
FKG USU, dimensi vertikal paling banyak dinilai sangat baik (40%), estetis paling
banyak dinilai baik (43,3%), stabilitas rahang atas paling banyak dinilai sangat baik
(50%), stabilitas rahang bawah paling banyak dinilai sedang dan sangat baik (30%),
denture-bearing area rahang atas paling banyak dinilai baik (46,7%), dan denturebearing area rahang bawah paling banyak dinilai baik (36,7%).
2. Distribusi tingkat kepuasan pasien pemakai gigi tiruan penuh di RSGMP
FKG USU, fonetik pasien paling banyak merasa puas dan sangat puas (33,3%),
estetis pasien paling banyak merasa puas (50%), mastikasi pasien paling banyak
merasa sangat puas (36,7%), kenyamanan rahang atas pasien paling banyak merasa
puas (40%), dan kenyamanan rahang bawah pasien paling banyak merasa tidak puas
(40%).
3. Ada hubungan yang signifikan antara dimensi vertikal terhadap fonetik (p =
0,006), stabilitas rahang atas terhadap mastikasi (p = 0,012), dan stabilitas rahang
bawah terhadap mastikasi (p = 0,029) pada pasien pemakai gigi tiruan penuh di
RSGMP FKG USU, sedangkan tidak ada hubungan antara estetis berdasarkan
penilaian klinis terhadap estetis berdasarkan tingkat kepuasan pasien (p = 0,267),
denture-bearing area rahang atas terhadap kenyamanan rahang atas (p = 0,051), dan
denture bearing area rahang bawah terhadap kenyamanan rahang bawah (p = 0,547)
pada pasien pemakai gigi tiruan penuh di RSGMP FKG USU.

Universitas Sumatera Utara

6.2 Saran
1. Pada penelitian lebih lanjut diharapkan menggunakan sampel yang lebih
banyak dan lebih representatif.
2. Pada penelitian lebih lanjut diharapkan peneliti dapat meneliti
perbandingan kepribadian pasien pemakai gigi tiruan penuh dengan tingkat kepuasan
pasien agar skor ke