Hubungan Temporomandibular Disorder dengan Traumatik Oklusi dan Lama Pemakaian pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan di RSGMP FKG USU

(1)

Lampiran 1

Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat Pagi/Siang Bapak/Ibu

Saya Shinta Agustina, mahasiswa FKG USU yang sedang menjalani penelitian di Departemen Prostodonsia FKG USU sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Pendidikan Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul

“HUBUNGAN TEMPOROMANDIBULAR DISORDER DENGAN

TRAUMATIK OKLUSI DAN LAMA PEMAKAIAN PADA PASIEN

PEMAKAI GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI RSGMP FKG USU”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan terjadinya

Temporomandibular Disorder dengan traumatik oklusi dan lama pemakaian pada pasien pemakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU. Manfaat penelitian ini adalah memberi informasi kepada Bapak/Ibu tentang adanya hubungan terjadinya Temporomandibular Disorder dengan traumatik oklusi dan lama pemakaian, sehingga Bapak/Ibu lebih mengerti usaha yang dapat dilakukan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang sesuai.

Bapak/Ibu akan diberikan lembar identitas diri yang dapat Bapak/Ibu isi sesuai dengan identitas. Kemudian Bapak/Ibu akan diberikan kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai keluhan yang Bapak/Ibu alami berkaitan dengan tanda dan gejala Temporomandibular Disorder yang akan diisi oleh peneliti setelah melakukan wawancara terhadap Bapak/Ibu. Kemudian peneliti akan melakukan pemeriksaaan Temporomandibular Disorder yang dilakukan dengan pengukuran pembukaan mulut maksimal dengan menggunakan kaliper digital, pemeriksaan bunyi


(2)

dan sendi temporomandibula serta pemeriksaan traumatik oklusi pada gigi-geligi Bapak/Ibu dengan bantuan kertas artikulasi, shim stock, dan alat pemegang shim stock. Penelitian ini hanya dilakukan sekali pada setiap subjek penelitian yang membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Biaya dalam penelitian ini ditanggung oleh peneliti dan pada penelitian ini Bapak/Ibu tidak akan dikenakan biaya (gratis) serta tidak mengurangi pelayanan kesehatan yang akan Bapak/Ibu terima dan saya akan memberikan tanda terima kasih kepada Bapak/Ibu atas kesediaannya menjadi subjek penelitian ini berupa pembersih gigi tiruan.

Efek samping yang mungkin terjadi sewaktu pemeriksaan ini adalah ketidaknyamanan subjek penelitian ketika menggunakan cheek retractor yang akan digunakan pada saat pemeriksaan traumatik oklusi dan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh penderita Temporomandibular Disorder yaitu rasa sakit pada saat membuka dan menutup mulut serta pada saat perabaan otot di sekitar wajah atau sendi temporomandibula. Namun, hal ini dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan yang hati-hati dan dengan teknik yang tepat.

Pada kesempatan ini, saya ingin Bapak/Ibu mengetahui dan memahami tujuan serta manfaat penelitian, sehingga memahami apa yang akan dilakukan, diperiksa, dan didapatkan sebagai hasil penelitian ini. Dengan demikian saya berharap Bapak/Ibu bersedia ikut dalam penelitian sebagai subjek penelitian dan saya percaya bahwa partisipasi ini bermanfaat bagi Bapak/Ibu. Jika Bapak/Ibu bersedia, Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian terlampir di lembar berikutnya yang dapat Bapak/Ibu tandatangani dan kembalikan kepada saya. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat sehingga Bapak/Ibu dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung. Apabila ada hal yang ingin ditanyakan pada peneliti, Bapak/Ibu dapat menghubungi saya pada nomor telepon 085658502504.

Demikian penjelasan mengenai penelitian ini saya sampaikan. Semoga informasi yang saya berikan dapat dimengerti dan atas kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dala penelitian ini saya ucapkan terima kasih.


(3)

Peneliti,


(4)

Lampiran 2

Surat Pernyataan Persetetujuan Subjek Penelitian (Informed Consent)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan di bawah ini: Nama :

Alamat : Telepon/HP :

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dan telah memahami akan apa yang dilakukan, diperiksa, dan didapatkan pada penelitian yang berjudul:

Hubungan Temporomandibular DisorderDengan Traumatik Oklusi Dan Lama Pemakaian Pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Di RSGMP FKG USU”

Maka dengan surat ini saya menyatakan dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi menjadi subjek dalam penelitian ini.

Medan, ... Yang menyetujui, Subjek Penelitian


(5)

Lampiran 3

Kuesioner Penelitian

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TEMPOROMANDIBULAR DISORDERDENGAN TRAUMATIK

OKLUSI DAN LAMA PEMAKAIAN PADA PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI RSGMP FKG USU

Nama Pemeriksa :... No. Kartu :

Tanggal Pemeriksaan :

I. Data Personaliti

Nama :...

Alamat :...

Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Umur : tahun

Lama Pemakaian : 1. 1-6 bulan 2. >6-12 bulan

3. >12-18 bulan

Daerah gigi yang hilang dan digantikan dengan anasir gigi tiruan pada gigi tiruan sebagian lepasan


(6)

1. Daerah yang mengalami traumatik oklusi Oklusi Sentrik

a. Gigi dengan anasir gigi tiruan

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

b. Anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan

c. Gigi asli dengan gigi asli

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7


(7)

Anteroposterior

b. Gigi dengan anasir gigi tiruan

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

b. Anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

c. Gigi asli dengan gigi asli

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7


(8)

Oklusi Dinamis Lateral

c. Gigi dengan anasir gigi tiruan

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

b. Anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

c. Gigi asli dengan gigi asli

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7


(9)

KUESIONER PENELITIAN

II. PENCATATAN TEMPOROMANDIBULAR DISORDER AKIBAT

TRAUMATIK OKLUSI DAN LAMA PEMAKAIAN YANG TERJADI PADA PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI RSGMP FKG USU

Lembar Kuesioner (Helkimo Anamnestic Index)

No Pertanyaan Tidak

(skor 0)

Kadang-kadang ( skor 1)

Ya (skor 2)

1 Apakah sulit bagi Anda untuk membuka mulut ?

2

Apakah sulit bagi Anda untuk menggerakkan mandibula dari satu sisi ke sisi yang lain ?

3

Apakah Anda merasa tidak nyaman atau sakit pada otot pada saat mengunyah ?

4 Apakah Anda sering sakit kepala ?

5 Apakah Anda memiliki rasa sakit atau nyeri pada leher dan/atau bahu ?

6

Apakah Anda merasa sakit pada telinga atau nyeri di daerah sekitar telinga ?

7

Apakah Anda merasakan bunyi pada sendi temporomandibula pada saat membuka mulut ?

8 Apakah Anda menganggap gigitan Anda normal ?


(10)

sisi ketika mengunyah ?

10 Apakah Anda merasakan sakit di daerah wajah ketika bangun tidur ?

Total Skor Keterangan Total Nilai :

0-3 = Tidak ada TMD

4-8 = Gangguan TMD ringan 9-14 = Gangguan TMD sedang 15-23 = Gangguan TMD berat


(11)

III. Lembar Pencatatan Hasil Pemeriksaan Klinis Sendi Temporomandibula (Helkimo, 1974)

No Skor

1 Penurunan jarak pergerakan dengan Modified Mobility Index yaitu jarak pembukaan maksimal yang diukur dari tepi insisal rahang atas ke tepi insisal rahang bawah

a. Range normal ≥40 mm

b. Gangguan pergerakan yang ringan 30-39 mm c. Gangguan pergerakan yang berat <30 mm

0 1 5

2 Penurunan fungsi sendi temporomandibula

a. Gangguan pergerakan tanpa ada bunyi pada TMJ atau terdapat deviasi pada gerakan membuka dan menutup mulut ≤2 mm b. Terdapat bunyi pada satu atau kedua sisi TMJ dan atau

terdapat deviasi pada gerakan membuka dan menutup mulut ≥2 mm

c. Locking dan atau luksasi TMJ

0

1

5

3 Nyeri pada otot

a. Tidak ditemukan pada palpasi otot mastikasi b. Dengan palpasi yang lembut pada 1-3 sisi c. Dengan palpasi yang lembut pada >4 sisi

0 1 5

4 Nyeri pada sendi temporomandibula a. Tidak terdapat nyeri pada palpasi

b. Dengan palpasi yang lembut pada bagian lateral c. Dengan palpasi yang lembut pada bagian posterior

0 1 5

5 Nyeri pada pergerakan mandibula

a. Tidak ditemukan nyeri saat pergerakan b. Nyeri pada 1 pergerakan

c. Nyeri pada 2 atau lebih pergerakan

0 1 5


(12)

Keterangan Total Nilai :

0 = Normal

1-4 = Gangguan fungsi sendi ringan 5-9 = Gangguan fungsi sendi sedang 10-25 = Gangguan fungsi sendi berat


(13)

Lampiran 4


(14)

Lampiran 5

Lembar Pengolahan Data

Frequencies

Notes

Output Created 16-APR-2016 16:02:26

Comments

Input

Data

C:\Users\user\Desktop\satu\FINA L\fix\data fix\New folder\spss skripsi.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 30

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.

Syntax

FREQUENCIES

VARIABLES=USIA JK LP TRAUMATIK anamnestik2 objektif2 OS Lateral osoe AP OS2 Lateral2 AP2 B W

/ORDER=ANALYSIS.

Resources

Processor Time 00:00:00,02

Elapsed Time 00:00:00,03

[DataSet1] C:\Users\user\Desktop\satu\FINAL\fix\data fix\New folder\spss skripsi.sav Statistics USI A Jenis Kelami n Lama Pemak aian Trauma tik Oklusi Anam nestik Obje ktif Oklusi Sentrik Oklusi Lateral sentrik lateral Oklusi Anterop osterior Oklusi Sentrik Oklusi Lateral Oklusi Anterop osterior Bala ncing Wor king N Vali

d 30 30 30 30 30 30 28 28 28 28 30 30 30 30 30

Mis


(15)

Statistics

USIA Jenis Kelamin Lama Pemakaian

N

Valid 30 30 30

Missing 0 0 0

Frequency Table

USIA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

MASA DEWASA AWAL 4 13,33 13,33 13,33

MASA DEWASA AKHIR 5 16,67 16,67 30,0

MASA LANSIA AWAL 10 33,33 33,33 63,33

MASA LANSIA AKHIR 7 23,33 23,33 86,67

MASA MANULA 4 13,33 13,33 100,0

Total 30 100,0 100,0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

PRIA 5 16,67 16,67 16,67

WANITA 25 83,33 83,33 100,0

Total 30 100,0 100,0

Lama Pemakaian

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1-6 BULAN 11 36,67 36,67 36,67

>6-12 BULAN 13 43,33 43,33 80,0

>12-18 BULAN 6 20,0 20,0 100,0


(16)

Statistics

Anamnestik Objektif

N

Valid 30 30

Missing 0 0

Frequency Table

Anamnestik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

R 25 83,33 83,33 83,33

S 1 3,33 3,33 86,67

TDK 4 13,33 13,33 100,0

Total 30 100,0 100,0

Objektif

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

R 20 66,67 66,67 66,67

S 9 30,0 30,0 96,67

B 1 3,33 3,33 100,0

Total 30 100,0 100,0

Statistics Traumatik Oklusi

N

Valid 30

Missing 0

Frequency Table

Traumatik Oklusi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

ada 28 93,33 93,33 93,33

tidak ada 2 6,67 6,67 100,0


(17)

Statistics

Oklusi Sentrik Oklusi Lateral Oklusi Anteroposterior

sentrik lateral

N

Valid 28 28 28 28

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

Oklusi Sentrik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 22 78,57 78,57 78,57

2 6 21,43 21,43 100,0

Total 28 100,0 100,0

Oklusi Lateral

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 8 28,57 28,57 28,57

2 10 35,71 35,71 64,28

3 5 17,86 17,86 82,14

4 5 17,86 17,86 100,0

Total 28 100,0 100,0

Oklusi Anteroposterior

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 17 60,71 60,71 60,71

2 11 39,29 39,29 100,0

Total 28 100,0 100,0

sentrik lateral

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

ada 23 82,14 82,14 82,14

tidak 5 17,86 17,86 100,0


(18)

Statistics

Oklusi Sentrik Oklusi Lateral Oklusi Anteroposterior

Balancing Working

N

Valid 30 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Oklusi Sentrik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 15 50,0 50,0 50,0

2 4 13,33 13,33 63,33

3 1 3,33 3,33 66,67

4 2 6,67 6,67 73,33

6 6 20,0 20,0 93,33

7 2 6,67 6,67 100,0

Total 30 100,0 100,0

Oklusi Lateral

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 12 40,0 40,0 40,0

2 7 23,33 23,33 63,33

4 1 3,33 3,33 66,67

5 3 10,0 10,0 76,67

6 5 16,67 16,67 93,33

7 2 6,67 6,67 100,0

Total 30 100,0 100,0

Oklusi Anteroposterior

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 10 33,33 33,33 33,33

2 4 13,33 13,33 46,67

3 3 10,0 10,0 56,67

6 11 36,67 36,67 93,33

7 2 6,67 6,67 100,0


(19)

Balancing

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 7 23,33 23,33 23,33

2 5 16,67 16,67 40,0

4 1 3,33 3,33 43,33

5 2 6,67 6,67 50,0

6 13 43,33 43,33 93,33

7 2 6,67 6,67 100,0

Total 30 100,0 100,0

Working

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 7 23,33 23,33 23,33

2 3 10,0 10,0 33,33

4 1 3,33 3,33 36,67

5 2 6,67 6,67 43,33

6 15 50,0 50,0 93,33

7 2 6,67 6,67 100,0

Total 30 100,0 100,0

Keterangan : 1 = AN; 2 = AN-AN; 3 = AS; 4 = AS dan AS-AN; 5 = AS-AN dan AN-AS-AN; 6 = tidak ada; 7 = tidak TO


(20)

NPar Tests

Objektif * Lama Pemakaian

Notes

Output Created 16-APR-2016 16:34:08

Comments

Input

Data

C:\Users\user\Desktop\satu\FIN AL\fix\data fix\New folder\spss skripsi.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 30

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used

Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.

Syntax

NPAR TESTS

/K-S= TMD BY LP(1 2) /MISSING ANALYSIS.

Resources

Processor Time 00:00:00,02

Elapsed Time 00:00:00,02

Number of Cases Alloweda 112347

a. Based on availability of workspace memory.

[DataSet1] C:\Users\user\Desktop\satu\FINAL\fix\data fix\New folder\spss skripsi.sav

Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Frequencies

Lama Pemakaian N

TMD

1-6 BULAN 11

>6-12 BULAN 13


(21)

Test Statisticsa

TMD

Most Extreme Differences

Absolute ,056

Positive ,056

Negative ,000

Kolmogorov-Smirnov Z ,137

Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000

a. Grouping Variable: Lama Pemakaian

NPar Tests

Objektif * Traumatik Oklusi

Notes

Output Created 16-APR-2016 16:35:22

Comments

Input

Data

C:\Users\user\Desktop\satu\FIN AL\fix\data fix\New folder\spss skripsi.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 30

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used

Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.

Syntax

NPAR TESTS

/K-S= TMD BY TRAUMATIK(1 2)

/MISSING ANALYSIS.

Resources

Processor Time 00:00:00,02

Elapsed Time 00:00:00,02


(22)

[DataSet1] C:\Users\user\Desktop\satu\FINAL\fix\data fix\New folder\spss skripsi.sav

Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Frequencies

Traumatik Oklusi N

TMD

Ada 28

tidak ada 2

Total 30

Test Statisticsa

TMD

Most Extreme Differences

Absolute ,357

Positive ,000

Negative -,357

Kolmogorov-Smirnov Z ,488

Asymp. Sig. (2-tailed) ,971


(23)

DAFTAR PUSTAKA

1. Agtini MD. Persentase Pengguna Protesa Di Indonesia. Media Litbang Kesehatan. 2010; 20(2): 50-58.

2. Rahmayani L, Herwanda, Melisa I. Perilaku Pemakai Gigi Tiruan Terhadap Pemeliharaan Kebersihan Gigi Tiruan Lepasan. Jurnal PDGI. 2013; 62(3): 83-88

3. Abfraction E. The Glossary Of Prosthodontic Terms. The Journal Of Prosthetic Dentistry. 2005; 94(1): 10-92.

4. Carr AB, Brown DT. Mc Craken’s Removable Partial Prosthodontics, 12th ed. Missouri: ELSEVIER MOSBY, 2011.

5. Rupprecht CR. Trauma From Occlusion: A Review. Naval Postgraduate Dental School Nationa Naval Dental Center. 2004; 26(1): 25-27.

6. Luther F. TMD And Occlusion Part Ii. Damned If We Don’t? Functional

Occlusal Problems: T MD Epidemiology In A Wider Context. British Dent J. 2007; 202: 1-6.

7. Oral K, KÜÇÜK BB, EBEOĢLU B, DINÇER S. Etiology Of Teporomandibular Disorder Pain.AĞRI. 2009; 21(3): 89-94.

8. Madani A, Mohtasham N, Jazayeri M, Shahabian F, Shakeri M. Histological Evaluation Of The Temporomandibular Joint After Producing Artificial Traumatic Occlusion In Dogs. Shiraz Univ Dent J. 2011; 11: 1-7.

9. Dulčić N, Jerolimov V, Pandurić J. Frequency Of Temporomandibular Disorders In Asymptomatic Removable Partial And Complete Denture Wearers. ABBI. 2006; 3(4): 291-296.

10.Gupta S, Gupta R, RajeevGarg. Partial Edentulism And Temporomandibular Joint Disorders. IOSR-JDMS. 2014; 13(12): 60-63.

11.Ebrahimi M, Dashti H, Mehrabkhani M, Arghavani M, Daneshvar-Mozafari A. Temporomandibular Disorders And Related Factors In A Group Of Iranian Adolescent: A Cross-Sectional Survey. JODDD. 2011; 5(4): 123-127.


(24)

12.Bordin TB, Conci RA,Pezzini MMG, Pezzini RP, Mendonca MJ. Prevalence Of Signs And Symptoms Of Temporomandibular Disorders (TMD) In Patients Wearing Bimaxillary Complete Dentures, Removable Partial Dentures And In Students With Natural Dentition. Acta Odontol. Latinoam. 2013; 26(3): 173-180.

13.OKESON JP. Etiology Of Functional Disturbances In The Masticatory System. In: OKESON JP. Management Of Temporomandibular Disorders And Occlusion, 7th ed., Missouri: ELSEVIER MOSBY, 2013: 102-128.

14.Babu RR, Nayar SV. Occlusion Indicators: A Review. The Journal Of Indian Prosthodontic Society. 2007; 7(4): 170-174.

15.Mir SN, Choudhary A, Jagadeesh HG. Occlusal Indicators – Chasing Blue Marks? : A Review. TMU J. DENT. 2014; 1(3): 92-95.

16.Panigrahi D, Satpathy A, Patil A, Patel G. Occlusion And Occlusal Indicating Materials. International Journal Of Applied Dental Sciences. 2015; 1(4): 23-26.

17.Sharma A, Rahul GR, Poduval ST, Shetty K, Gupta B, Rajora V. History Of Materials Used For Recording Static And Dynamic Occlusal Contact Marks: A Literature Review. J Clin Exp Dent. 2013; 5(1): 48-53.

18.Qadeer S. The Limitatios Of Traditional Non-Digital Occlusal Indicators When Compared To The T-Scan Computerized Occlusal Analysis Technology. In: Kerstein RB. Handbook Of Research On Computerized Occlusal Analysis Technology Applications In Dental Medicine, United States of America: Medical Information Sciences References, 2015: 36-64.

19.Kerstein RB, Radke J. Occlucion Clinician Accurracy When Subjectively Interpreting Articulating Paper Markings. The Journal Of Craniomandibular And Sleep Practice. 2014; 32(1): 13-23.

20.Osama A, Al-Jabrah, Al-Shumailan Y.R. Prevalence Of Temporomandibular Disorder Signs In Patients With Complete Versus Partial Dentures. Clin Oral Invest. 2006; 10: 167-173.


(25)

21.Ćelić R, Jerolimov V, Knezović-Zlatarić D. The Relationship Between Occlusal Interferences And Temporomandibular Disorders. Acta Stomatol Croat. 2003; 37(1): 47-50.

22.Dodić S, Sinobad V, Obradović- Djuričić K, Medić V. The Role Of Occlusal Factor In The Etiology Of Temporomandibular Dysfunction. Srp Arh Lek. 2009; 137 (11-12): 613-618.

23.Li J, Jiang T, Feng H, Wang K, Zhang Z, Ishikawa T. The Electromyographic Activity Of Masseter And Anterior Temporalis During Orofacial Symptoms Induced By Experimental Occlusal Highspot. Journal of Oral Rehabilitation. 2008; 35: 79-87.

24.Soratur SH. Essentials Of Prosthodontics. India: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd, 2006: 127.

25.Lovely M. Review Of Removable Partial Denture. India: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd, 2005: 10.

26.McCord JF, Grant AA, Youngson CC, Watson RM, Davis DM.

Considerations For Removable Prostheses. In: McCord JF, Grant AA, Youngson CC, Watson RM, Davis DM. Missing Teeth: A Guide To Treatment Options,United Kingdom: Churchill Livingstone, 2003: 35-50.

27.Carr AB, Brown DT. Mc Cracken’s Removable Partial Prosthodontics, 12th

ed., Missouri: ELSEVIER MOSBY, 2011: 9-12, 106-17, 296.

28.Nallaswamy D. Textbook of Prosthodontics. India: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd, 2003: 266, 438-439.

29.Jurel S. Denture Base Consideration. http://kgmu.org/download/virtualclass/ Prosthodontics/Denture_Base_Consideration-16-12-14.pptx (September 2015). 30.Shah C, Shah H, Desai M, Shah A. Prosthodontics - Cast Partial Dentures.

http://denticareindia.com/cast-partial-flexu-dentures.aspx (September 2015). 31.Sharma A, Shashidhara HS. A Review: Flexible Removable Partial Dentures.


(26)

32.Thakral GK, Aeran H, Yadav B, Thakral R. Flexible Partial Denture – A Hope For The Challenged Mouth. People’s Journal of Scientific Research.

2012; 5(2): 55-59.

33.Davies S, Gray RMJ. What is occlusion? British Dental J. 2001; 191(5): 235-245.

34. Universiy Of Birmingham. Occlusion: Static Occlusion, Dynamic Occlusion And Guidance. http://www.dentaljuce.com/fruit/page.asp?pid=271 (September 2015).

35.Nelson SJ, Ash MM. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology, And Occlusion. 9th ed., Missouri: SAUNDERS ELSEVIER, 2010: 290, 295.

36.Hamdan BA. Occlusion and TMD.

http://www.slideshare.net/Bahjat952/occlusion-and-tmd (Desember 2015).

37.Sreekkumar AV, Rupesh PL, Pradeep N. Nature Of Occlusion During Eccentric Mandibular Movements In Young Adults. JCDP. 2012; 13(5):612-617.

38.Parmar AB. Articulation Papers and Occlusion Tips. DENTAL TRIBUNE 2013. April 15: 14-16.

39.Lima AF, Cavalcanti AN, Martins LRM, Marchi GM. Occlusal Interferences: How Can This Concept Influence The Clinical Practice? European J of Dentistry. 2010; 4: 487-491.

40.Bhat S. Etiology Of Temporomandibular Disorders: The Journey So Far.

International Dentistry SA. 2010; 12(4): 88-92.

41.Carlsson G. Temporomandibular Joint Disorders. In: Klineberg I, Jagger R.

Occlusion And Clinical Practice An Evidence-Based Approach, United Kingdom: WRIGHT, 2004: 67-74.

42.Hiltunen K. Temporomandibular Disorders In The Elderly A 5-years Follow-Up Of Signs And Symptoms Of TMD. Disertasi. Helsinki: Departement of Stomatognathic and Prosthetic Dentistry University of Helasinki, 2004: 29-33,49.


(27)

43.Cunba SC, Nogueira RVB, Duarte AP, Vasconcelos BCdE, Almeida RdAC.

Analysis Of Helikimo And Craniomandibular Indexes For Temporomandibular Disorder Diagnosis On Rheumatoid Arthritis Patients.Rev Bras Otorrinolaringol. 2007; 73(1): 19-26.

44.OKESON JP. Signs and Symptoms of Temporomandibular Disorders. In: OKESON JP. Management Of Temporomandibular Disorders And Occlusion, 7th ed., Missouri: ELSEVIER MOSBY, 2013: 129-169.

45.Gray R, Al-Ani Z. Risk Management In Clinical Practice. Part 8. Temporomandibular Disorders. British Dental J. 2010; 209(9): 433-449. 46.OKESON JP. History of and Examination for Temporomandibular Disorders.

In: OKESON JP. Management Of Temporomandibular Disorders And Occlusion, 7th ed., Missouri: ELSEVIER MOSBY, 2013: 170-221.

47.Scrivani SJ, Keith DA, Kaban LB. Medical Progress Temporomandibular Disorders. N ENGL J MED. 2008; 359(25): 2693-2705.

48.Alajbeg I. Temporomandibular Disorders - The Role Of Neuromuscular Dentistry. Medical Sciences. 2010; 34: 33-41.

49.Laplanche O, Ehrmann E, Pedeutour P, Duminil G. TMD Clinical Diagnostic Classification (Temporo Mandibular Disorders). J Dentofacial Anom Orthod. 2012; 202(15): 1-26.

50.Davies SJ, Gray RMJ. The Examination And Recording Of The Occlusion: Why And How. British Dental J. 2001; 191(6): 291-302.

51.Durham J. Temporomandibular Disorders (TMD): An Overview. Oral Surgery. 2008: 60-68.

52.Mundt T dkk.Gender Differences In Associations Between Occlusal Support And Signs Of Temporomandibular Disorders: Results Of The Population-Based Study Of Health In Pomerania (SHIP). The International Journal of Prosthodontics. 2005; 18(3): 232-239.

53.Himawan LS, Kusdhany LS, Ariani N. Temporomandibular disorders in elderly patients. Med J Indones. 2007; 16(4): 237-239.


(28)

54.Mazzetto MO, Rodrigues CA, Magri LV, Melchior MO, Paiva G. Severity Of Tmd Related To Age, Sex And Electromyographic Analysis. Braz Dent J. 2014; 25(1): 54-58.

55.Dharminto. Metode Penelitian Dan Penelitian Sampel.

http://eprints.undip.ac.id/5613/ (Desember 2015).

56.Pramono D. Rancangan Penelitian Di Bidang Kesehatan. http://www.kmpk. ugm.ac.id/images/Semester_1/Epidemiologi/Rancangan_Penelitian_Epidemiologi.pd f (Desember 2015).

57.Lusiana N, Andriyani R, Megasari M. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kebidanan.Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2015: 42.

58. Camacho JGDD dkk. Signs And Symptoms Of Temporomandibular Disorders In The Elderly. CoDAS. 2014; 26(1): 76-80.

59.Vargas CM, Kramarow EA, Yellowitz JA. The Oral Health of Older Americans. National Centre For Health Static. 2001: 1-8.

60.Gaphor S, Hameed S. Prevalence of Severity and Sex Distribution of Temporomandibular Disorders and Other Related Factors among a Sample of Sulaimani University Students. J Bagh College Dent. 2010; 22(1): 43-9.


(29)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran karakteristik dari subjek penelitian dimana pengolahan data didasarkan pada persentase dan penelitian analitik pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel.55 Penelitian dengan rancangan cross sectional merupakan penelitian dimana sampel hanya diobservasi satu kali tanpa diberi perlakuan dan variabel-variabel diukur menurut keadaan atau status sewaktu diobservasi.56 Penelitian ini dilakukan melalui

wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner dan pemeriksaan klinis.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi penelitian adalah pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memakai gigi tiruan sebagian lepasan dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 yang dihitung sejak terakhir kali kontrol berjumlah59 orang.

3.2.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling atau sampling jenuh yaitu seluruh populasi digunakan sebagai sampel namun dengan beberapa kriteria inklusi yang harus dipenuhi, maka sampel berjumlah 30 orang.57


(30)

3.2.2.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian yang memenuhi kriteria penelitian. Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu:

1. Semua pasien RSGMP FKG USU yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 yang dihitung sejak terakhir kali kontrol.

2. Pasien mengalami Temporomandibular Disorder.

3. Pasien bersedia menjadi subjek penelitian.

4. Pasien masih memakai gigi tiruan sebagian lepasan sampai pada saat penelitian dilakukan.

5. Sehat jasmani dan rohani.

3.2.2.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian yang tidak memenuhi kriteria penelitian. Adapun kriteria ekslusi pada penelitian ini, yaitu:

1. Pasien yang dirawat dengan gigi tiruan sebagian lepasan namun tidak memakai lagi gigi tiruan lepasan tersebut

2. Pasien tidak bersedia menjadi subjek penelitian. 3. Pasien tidak sehat jasmani dan rohani.

3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

Pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 dihitung sejak terakhir kali kontrol, yang diklasifikasikan berdasarkan:

- Traumatik Oklusi - Lama Pemakaian


(31)

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Temporomandibular Disorder

(TMD).

3.3.3 Variabel Terkendali

1. Peneliti yang sama

2. Alat ukur yang digunakan sama 3. Teknik pemeriksaan yang sama

3.3.4 Variabel Tidak Terkendali

Kejujuran dan keakuratan subjek penelitian dalam menjawab pertanyaan.

3.4 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi operasional variabel bebas

Variabel bebas Defenisi Alat

Pengukuran

Hasil Pengukuran 1. Pasien yang

Memakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 yang dihitung sejak terakhir kali kontrol sampai dilakukannya penelitian.

Rekam Medik

-

2. Traumatik Oklusi

Oklusi yang dilakukan secara sentris dan dinamis yang tidak sesuai dengan oklusi normal yang dapat dilihat dengan bantuan indikator oklusal seperti kertas artikulasidan shim stock.

Pemeriksaan klinis dengan menggunakan kertas artikulasidan shim stock 1. Ada 2. Tidak ada

3. Lama Pemakaian

Lama pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan yang dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu, 1-6 bulan, >6-12 bulan, dan >12-18 bulan yang dihitung dari terakhir kontrol ke RSGMP FKG USU.

1. Rekam Medik 2. Kuesioner

1. 1-6 bulan 2.>6-12 bulan 3.>12-18 bulan


(32)

Tabel 2. Definisi operasional variabel terikat

Variabel terikat Defenisi Alat Pengukuran Hasil Pengukuran Skala Pengukuran Temporomandi-bular Disorder Temporomandibular

Disorder merupakan

sekumpulan kondisi yang mencakup gejala dan tanda yang melibatkan otot pengunyahan, sendi temporomandibula, dan struktur lainnya yang diukur menggunakan Helkimo’s Index yang terbagi ke dalam 3 kategori yaitu ringan, sedang, dan berat.

1. Kuesioner 2. Pemeriksaan Klinis

1. Ada (R, S, B)

2. Tidak ada

Nominal

Tabel 3. Definisi operasional variabel terkendali

Variabel terkendali

Defenisi Alat

Pengukuran

Hasil Pengukuran

Skala Pengukuran 1. Peneliti

yang sama

Peneliti yang telah dikalibrasi.

- - -

2. Alat ukur yang sama

Alat ukur yang telah dikalibrasi.

Kuesioner - -

3. Teknik pemeriksaan yang sama

Teknik pemeriksaan yang telah dikalibrasi

- - -

Tabel 4. Definisi operasional variabel tidak terkendali

Variabel tidak terkendali

Defenisi Alat

Pengukuran Hasil Pengukuran Skala Pengukuran Kejujuran dan keakuratan subjek penelitian dalam menjawab pertanyaan

Hasil jawaban subjek penelitian terhadap kuesioner yang diberikan.

- - -

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian 3.5.1 Tempat Penelitian

1. Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) FKG Universitas Sumatera Utara.


(33)

2. Klinik Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1.1 Alat Penelitian

1. Alat tulis (pulpen, pensil, penggaris) 2. Tiga serangkai (kaca mulut, sonde, pinset) 3. Dental unit

4. Stetoskop (Riester) 5. Kaliper digital (Krisbow)

6. Forcep pemegang shim stock (Hanz) 7. Cheek retractor

8. Kamera 9. Masker 10.Sarung tangan

11.Alat pengolah data yaitu komputer dan kalkulator

3.6.1.2 Bahan Penelitian

1. Kertas artikulasi20μm (AccuFilm® II) 2. Shim stock 8μm (Coltene)

3. Lembar Kuesioner 4. Lembar Pemeriksaan


(34)

3.6.2 Cara Penelitian

3.6.2.1 Persiapan Penelitian

1. Peneliti terlebih dahulu melakukan observasi terhadap populasi yaitu pasien RSGMP FKG USU yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015.

2. Peneliti mengurus surat Ethical Clearance dari Komisi Etik Bidang Kesehatan dan izin melakukan penelitian di Departemen Prostodonsia ke Ketua Departemen Prostodonsia.

3. Peneliti mulai melakukan penelitian dengan menghubungi pasien RSGMP FKG USU yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 untuk mendapatkan subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi.

4. Peneliti menjelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan kepada subjek penelitian dan menyampaikan Informed Consent yaitu surat persetujuan setelah memperoleh penjelasan sebagai sampel kepada subjek penelitan.

5. Peneliti mencatat identitas subjek penelitian.

3.6.2.2 Pelaksanaan Penelitian

1. Subjek penelitian didudukkan di dental unit.

2. Peneliti memberikan penjelasan mengenai kuesioner yang akan digunakan pada saat pemeriksaan.

3. Peneliti menjelaskan pada subjek penelitian apa yang akan dilakukan dan menunjukkan tahap-tahap penelitian.

3.6.2.2.1 Pemeriksaan Sendi Temporomandibula A. Wawancara

1. Peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner berdasarkan Helkimo anamnestic index yang telah disediakan untuk memperoleh data yang diperlukan.


(35)

2. Kuesioner terdiri dari sepuluh pertanyaan mengenai sulit atau tidaknya membuka mulut, sulit atau tidaknya menggerakkan rahang ke lateral, nyeri pada otot saat mengunyah, frekuensi sakit kepala, nyeri pada leher atau bahu, nyeri pada area telinga, bunyi pada daerah sendi, mengunyah di satu sisi, dan nyeri pada wajah di pagi hari. Setiap pertanyaan kuesioner terdiri atas 3 pilihan jawaban, yaitu:42,58

- Tidak : skor 0

- Kadang-kadang : skor 1

- Ya : skor 2

Penarikan kesimpulan pasien yang mengalami Temporomandibular Disorder (TMD) didasarkan pada total skor seluruh pertanyaan.

- Tidak ada TMD : skor 0 – 3 - Gangguan TMD ringan : skor 4 – 8 - Gangguan TMD sedang : skor 9 – 14 - Gangguan TMD berat : skor 15 - 23

Berdasarkan kesepuluh pertanyaan yang terdapat dalam Helkimo anamnestic index dapat ditarik kesimpulan pada penelitian ini bahwa jika total skor yang didapat subjek penelitian sebesar 0-3 menunjukkan bahwa subjek penelitian tidak mengalami TMD. Namun, jika total skor yang didapat subjek penelitian sebesar 4-23, maka subjek penelitian dinyatakan mengalami TMD.42,58

B. Pemeriksaan Klinis

1. Peneliti melakukan pemeriksaan klinis pada sendi temporomandibula dengan menggunakan dysfunction index yaitu berdasarkan hasil evaluasi lima tanda klinis gangguan fungsi sendi dan modified mobility index (Helkimo 1974) yang terdiri dari: 42,43

a. Pengukuran jarak pembukaan mulut maksimal

Penentuan batas pembukaan mulut maksimal dalam penelitian ini menggunakan modified mobility index yaitu pembukaan mulut diukur dari tepi insisal I1 rahang atas ke tepi insisal I1 rahang bawah. Pada keadaan yang normal, jarak


(36)

pembukaan mulut maksimal sebesar 30 mm – 39 mm menandakan bahwa subjek penelitian mengalami gangguan pembukaan ringan dan jika jarak pembukaan mulut maksimal <30 mm menandakan bahwa subjek penelitian mengalami gangguan pembukaan parah.42 (Gambar 32)

Gambar 32. Jarak Pembukaan Mulut Maksimal.

b. Penurunan fungsi sendi temporomandibula

Dalam pemeriksaan fungsi sendi temporomandibula dilakukan dua jenis pemeriksaan, yaitu auskultasi untuk mengetahui adanya bunyi pada sendi dengan menggunakan stetoskop dan pengukuran jarak deviasi yang diukur pada saat pasien melakukan gerakan membuka atau menutup mulut.42 (Gambar 33, 34 dan 35)


(37)

Gambar 33. Auskultasi dengan Menggunakan Stetoskop

Gambar 34. Jarak Defleksi saat Menutup Mulut


(38)

Gambar 35. Defleksi saat Membuka Mulut c. Nyeri Otot

Pemeriksaan pada otot mastikasi di sekitar wajah dengan palpasi otot maseter, otot temporal dan otot pterigoid.42 (Gambar 36, 37, dan 38)

Gambar 36. Palpasi Otot Temporalis. a. Daerah Anterior; b. Daerah Tengah; c. Daerah Posterior

a b


(39)

Gambar 37. Palpasi Otot Masseter. a. Daerah Origo; b. Daerah Body

Gambar 38. Pemeriksaan Otot Pterigoid

d. Pemeriksaan pada sendi temporomandibula

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya nyeri sendi dengan melakukan palpasi pada bagian lateral yang berada di anterior tragus atau sekitar 5 mm dari depan lubang telinga dan posterior sendi temporomandibula yaitu palpasi dengan memposisikan jari kelingking ke dalam lubang telinga pada daerah external meatus kemudian memposisikannya ke depan sehingga akan terasa pergerakan saat terjadi pembukaan mulut.42 (Gambar 39)


(40)

Gambar 39. Palpasi pada Bagian Lateral (a) dan Posterior Sendi Temporomandibula(b)

e. Pergerakan mandibula ke lateral

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya nyeri pada sendi dan jarak pergerakan lateral pada saat pasien menggerakkan mandibula ke lateral kanan dan lateral kiri.42 (Gambar 40)

Gambar 40. Jarak Pergerakan Midline ke Lateral Kanan (a) dan Kiri (b) Tanpa Menimbulkan Rasa Nyeri

Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis yang dilakukan, peneliti akan memberikan penilaian pada setiap tanda klinis yang ditemukan pada subjek penelitian. Penilaian yang diberikan didasarkan pada Helkimo index. Penilaian ini dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yaitu:43

a b


(41)

- Normal : skor 0 - Ringan : skor 1 - Berat : skor 5

Setiap nilai yang terkumpul akan dijumlahkan dan diperoleh total nilai dan kemudian disesuaikan dengan kriteria gangguan fungsi sendi, yang terbagi ke dalam 4 kriteria gangguan, yaitu:43

- Tidak ada gangguan : skor 0 - TMD ringan : skor 1-4 - TMD sedang : skor 5-9 - TMD berat : skor 10-25

Berdasarkan pemeriksaan klinis menurut Helkimo index dapat ditarik kesimpulan pada penelitian ini bahwa jika total skor yang didapat subjek penelitian sebesar 0 menunjukkan bahwa subjek penelitian tidak mengalami TMD. Namun, jika total skor yang didapat subjek penelitian sebesar 1-25, maka subjek penelitian dinyatakan mengalami TMD.43

3.6.2.2.2 Pemeriksaan Traumatik Oklusi

a. Pemeriksaan Oklusi Statis

1. Peneliti memposisikan kertas artikulasi menggunakan forcep pemegang kertas artikulasi dan shim stock pada dataran oklusal pasien, lalu menginstruksikan pasien untuk melakukan oklusi sentrik. Kemudian kertas artikulasi dikeluarkan untuk melihat tanda yang tertinggal di permukaan oklusal gigi. Tanda yang tidak sesuai dengan oklusi normal mengindikasikan terjadinya traumatik oklusi pada oklusi sentrik.

2. Setelah itu, letakkan shim stock pada daerah yang mengalami traumatik dengan menggunakan forcep. Instruksikan pasien untuk mengoklusikan gigi secara oklusi sentrik. Kemudian, peneliti menarik shim stock diantara gigi yang sedang dioklusikan ke arah bukal. Peneliti mengamati seberapa kuat gigi yang sedang dioklusikan tersebut menahan shim stock pada saat shim stock ditarik ke arah bukal.


(42)

menandakan bahwa daerah tersebut mengalami traumatik oklusi dan akan difoto oleh peneliti dengan menggunakan kamera. 18,37 (Gambar 42 dan 43)

b. Pemeriksaan Oklusi Dinamis

1. Peneliti memposisikan kertas artikulasi menggunakan forcep pemegang kertas artikulasi dan shim stock pada dataran oklusal pasien, lalu menginstruksikan pasien untuk melakukan oklusi dinamis dengan menggerakkan mandibula ke anterior-posterior serta lateral kanan dan kiri. Kemudian kertas artikulasi dikeluarkan untuk melihat tanda yang tertinggal di permukaan oklusal gigi. Tanda yang tidak sesuai dengan oklusi normal mengindikasikan terjadinya traumatik oklusi pada oklusi dinamis.

2. Setelah itu, letakkan shim stock pada daerah yang mengalami traumatik dengan menggunakan forcep. Instruksikan pasien untuk mengoklusikan gigi secara oklusi dinamis. Kemudian, peneliti menarik shim stock diantara gigi yang sedang dioklusikan ke arah bukal. Peneliti mengamati seberapa kuat gigi yang sedang dioklusikan tersebut menahan shim stock pada saat shim stock ditarik ke arah bukal. Cara ini disebut dengan “close and hold”. Daerah yang menahan tersebut menandakan bahwa daerah tersebut mengalami traumatik oklusi dan akan difoto oleh peneliti dengan mengunakan kamera.18,37 (Gambar 44, 45, 46, dan 47)

Gambar 41. Oklusi Subjek Penelitian. a. Oklusi Pada Sisi Kiri; b. Oklusi Pada Sisi Kanan


(43)

Gambar 42. Pemeriksaan Oklusi Sentrik dengan Kertas Artikulasi dan

Shim Stock

Gambar 43. Tanda Kertas Artikulasi dan Shim Stock pada Oklusi Sentrik

Gambar 44. Pemeriksaan Oklusi Anteroposterior dengan Kertas Artikulasi dan Shim Stock


(44)

Gambar 45. Tanda Kertas Artikulasi dan Shim Stock pada Oklusi Anteroposterior

Gambar 46. Pemeriksaan Oklusi Lateral dengan Kertas Artikulasi dan Shim Stock

Gambar 47. Tanda Kertas Artikulasi dan

Shim Stock

pada Oklusi Lateral


(45)

3.6.2.3 Pengolahan Data

Setelah data hasil wawancara dan pemeriksaan klinis dari semua subjek penelitian diperoleh, peneliti melakukan tabulasi data. Data diolah dengan bantuan program komputerisasi.

3.7 Analisis Data

Data pasien yang mengalami traumatik oklusi pada gigi tiruan sebagian lepasan diperoleh dari pemeriksaan klinis yang dilakukan terhadap pasien, data lama pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan diperoleh dari rekam medik dan wawancara, serta data pasien yang mengalami Temporomandibular Disorder (TMD) diperoleh dari kuesioner dan pemeriksaan klinis yang dilakukan terhadap pasien.

Data yang bersifat deskriptif:

 Karakteristik pasien pemakai gigi tiruan sebagian lepasan yang menderita

Temporomandibular Disorder, prevalensi Temporomandibular Disorder, dan prevalensi traumatik oklusi pasien pemakai gigi tiruan sebagian lepasan RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 akan disajikan dalam tabel frekuensi deskriptif (analisis univariat).

Data yang bersifat analitik:

 Hubungan Temporomandibular Disorder dengan traumatik oklusi dan lama pemakaian pada pasien pemakai gigi tiruan sebagian lepasan RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 akan diuji dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat (p<0.05).


(46)

3.8 Kerangka Operasional Penelitian

Observasi terhadap pasien RSGMP FKG USU yang menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan dari Januari 2015 s/d bulan Desember 2015

Mengurus surat Ethical Clearance dari Komisi Etik Bidang Kesehatan

Menghubungi pasien RSGMP FKG USU yang menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan dari Januari 2015 s/d bulan Desember 2015

Menjelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan kepada subjek penelitian

Memberikan Informed Consent yaitu surat persetujuan setelah memperoleh penjelasan kepada subjek penelitian

Peneliti memberikan penjelasan mengenai kuesioner yang akan digunakan Mencatat identitas subjek penelitian

Pemeriksaan traumatik oklusi pada pasien Pencatatan hasil pemeriksaan

Wawancara dan pengisian kuesioner

Pemeriksaan sendi temporomandibula

Pengolahan data

Peneliti menjelaskan pada subjek penelitian apa yang akan dilakukan dan menunjukkan tahap-tahap penelitian


(47)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan yang Menderita Temporomandibular Disorder di RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015

Pada penelitian ini, subjek penelitian adalah pasien pemakai GTSL yang mengalami TMD di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d Desember 2015. Pasien dikelompokkan ke dalam tiga karakteristik, yaitu berdasarkan usia, jenis kelamin, dan lama pemakaian gigi tiruan. Berdasarkan usia, Depkes RI (2009) membagi pasien ke dalam 6 kelompok, yaitu masa remaja akhir yang terdiri dari pasien berusia 17-25 tahun sebanyak 0 pasien, masa dewasa awal yang terdiri dari pasien berusia 26-35 tahun sebanyak 4 pasien (13.33%), masa dewasa akhir yang terdiri dari pasien berusia 36-45 tahun sebanyak 5 pasien (16.67%), masa lansia awal yang terdiri dari pasien berusia 46-55 tahun sebanyak 10 pasien (33.33%), masa lansia akhir yang terdiri dari pasien berusia 56-65 tahun sebanyak 7 pasien (23.33%), dan masa manula yang terdiri dari pasien berusia diatas 65 tahun sebanyak 4 pasien (13.33%). Berdasarkan jenis kelamin, pasien dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu laki-laki sebanyak 5 pasien (16.67%) dan perempuan sebanyak 25 pasien (83.33%). Berdasarkan lama pemakaian, pasien dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu pasien yang telah memakai gigi tiruan selama 1-6 bulan sejak kontrol terakhir sebanyak 11 pasien (36.67%), pasien yang telah memakai gigi tiruan selama >6-12 bulan sejak kontrol terakhir sebanyak 13 pasien (43.33), dan pasien yang telah memakai gigi tiruan selama >12-18 bulan sejak kontrol terakhir sebanyak 6 pasien (20%). (Tabel 5)


(48)

Tabel 5. Karakteristik pasien pemakai gigi tiruan sebagian lepasan yang menderita

Temporomandibular Disorder di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015

No Variabel n %

1.

Usia (Menurut DEPKES RI 2009)

a.Masa Remaja Akhir = 17-25 tahun 0 0

b.Masa Dewasa Awal = 26-35 tahun 4 13.33 c.Masa Dewasa Akhir = 36-45 tahun 5 16.67 d.Masa Lansia Awal = 46-55 tahun 10 33.33 e.Masa Lansia Akhir = 56-65 tahun 7 23.33 f. Masa Manula = >65 tahun 4 13.33

n 30 100

2.

Jenis Kelamin

o Pria 5 16.67

o Wanita 25 83.33

n 30 100

3.

Lama Pemakaian

a. 1-6 bulan 11 36.67

b. >6 -12 bulan 13 43.33

c. >12-18 bulan 6 20

n 30 100

4.2 Prevalensi Temporomandibular Disorder pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015 Berdasarkan Wawancara dan Pemeriksaan Klinis

Pengumpulan data Temporomandibular Disorder (TMD) pada penelitian ini dilakukan melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner dan


(49)

pemeriksaan klinis dengan menggunakan Helkimo Index. Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan tanda dan gejala TMD, menunjukkan dari 30 pasien GTSL yang diwawancara, sebanyak 26 pasien (86.67%) mengalami TMD dan 4 pasien lainnya (13.33%) tidak mengalami TMD. (Tabel 6) Adapun dari 26 pasien yang mengalami TMD tersebut, sebanyak 25 pasien (83.33%) termasuk ke dalam kategori TMD ringan dan 1 pasien (3.33%) termasuk ke dalam kategori TMD sedang. (Tabel 6)

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui pemeriksaan klinis yang terdiri dari pemeriksaan jarak pembukaan mulut maksimal, penurunan fungsi sendi temporomandibula, nyeri pada otot, nyeri pada sendi temporomandibula, dan nyeri pada pergerakan mandibula menunjukkan keseluruhan pasien yaitu sebanyak 30 pasien (100%) mengalami TMD. (Tabel 6) Adapun dari 30 pasien yang mengalami TMD tersebut, sebanyak 20 pasien (66.67%) termasuk ke dalam kategori gangguan fungsi sendi ringan dan 9 pasien (30%) termasuk ke dalam kategori gangguan fungsi sendi sedang, dan 1 pasien (3.33%) termasuk ke dalam kategori gangguan fungsi sendi berat. (Tabel 6)

Tabel 6. Prevalensi Temporomandibular Disorder pada pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 berdasarkan wawancara dan pemeriksaan klinis

Pemeriksaan

Temporomandibular Disorder Tidak

ada Jumlah Ringan Sedang Berat

n (%) n (%) n (%) n (%) n (%)

Helkimo Index a. Anamnestik b. Objektif 25 (83.33) 20 (66.67) 1 (3,33) 9 (30) 0 (0) 1 (3.33) 4 (13.33) 0 (0) 30 (100) 30 (100)


(50)

4.3 Prevalensi Traumatik Oklusi Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan di RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015

Pengumpulan data traumatik oklusi pada penelitian ini dilakukan melalui pemeriksaan klinis menggunakan kertas artikulasi dan shim stock. Berdasarkan hasil pengumpulan data, sebanyak 28 pasien (93.33%) mengalami traumatik oklusi sedangkan 2 pasien (6.67%) tidak mengalami traumatik oklusi. (Tabel 7.1)

Tabel 7.1 Prevalensi traumatik oklusi pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015

Traumatik Oklusi Jumlah

n (%)

Ada 28 (93.33)

Tidak ada 2 (6.67)

Jumlah 30 (100)

Dari 28 pasien yang mengalami traumatik oklusi, 22 pasien (78.57%) mengalami traumatik oklusi pada oklusi sentrik dan 6 pasien (21.43%) tidak mengalami traumatik oklusi pada oklusi sentrik, 23 pasien (82.14%) mengalami traumatik oklusi pada oklusi lateral dan 5 pasien (17.86%) tidak mengalami traumatik oklusi pada oklusi lateral dengan rincian sebanyak 8 pasien (28.57%) mengalami traumatik oklusi pada sisi working, 10 pasien (35.71%) mengalami traumatik oklusi pada sisi balancing, dan 5 pasien (17.86%) mengalami traumatik oklusi pada sisi working dan sisi balacing, 17 pasien (60.71%) mengalami traumatik oklusi pada oklusi anteroposterior dan 11 pasien (39.29%) tidak mengalami traumatik oklusi pada oklusi anteroposterior, serta 23 pasien (82.14%) mengalami traumatik oklusi pada oklusi sentrik dan eksentrik dan 5 pasien (17.86%) tidak mengalami traumatik oklusi pada oklusi sentrik dan eksentrik. (Tabel 7.2)


(51)

Tabel 7.2 Prevalensi traumatik oklusi pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 berdasarkan oklusi sentrik dan oklusi eksentrik

Pemeriksaan

Traumatik Oklusi

Jumlah

Ada Tidak Ada

n (%) n (%) n (%)

1. Oklusi Sentrik 2. Oklusi Eksentrik

a. Lateral

Working Side Balancing Side  Keduanya b. Anteroposterior 3. Oklusi Sentrik dan

Eksentrik 22 (78.57) 23 (82.14) 8 (28.57) 10 (35.71) 5 (17.86) 17 (60.71) 23 (82.14) 6 (21.43) 5 (17.86) 11 (39.29) 5 (17.86) 28 (100) 28 (100) 28 (100) 28 (100)

Adapun dari 22 pasien yang mengalami traumatik oklusi pada oklusi sentrik, 1 pasien (3.33%) mengalami traumatik oklusi pada gigi asli dengan gigi asli, 15 pasien (50%) mengalami traumatik oklusi pada gigi asli dengan anasir gigi tiruan, 4 pasien (13.33%) mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan, 2 pasien (6.67%) mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan gigi asli dan gigi asli dengan gigi asli, serta tidak ada pasien (0%) yang mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan gigi asli dan anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan. Dari 23 pasien yang mengalami traumatik oklusi pada oklusi lateral, tidak ada pasien (0%) mengalami traumatik oklusi pada gigi asli dengan gigi asli, 12 pasien (40%) mengalami traumatik oklusi pada gigi asli dengan anasir gigi tiruan, 7 pasien (23.33%) mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan, 1 pasien (3.33%) mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan gigi asli dan gigi asli dengan gigi asli, serta 3 pasien (10%)


(52)

gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan. Pada oklusi lateral tersebut, terdapat sisi

working dan balancing.

Pada sisi working, tidak ada pasien (0%) mengalami traumatik oklusi pada gigi asli dengan gigi asli, 7 pasien (23.33%) mengalami traumatik oklusi pada gigi asli dengan anasir gigi tiruan, 3 pasien (10%) mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan, 1 pasien (3.33%) mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan gigi asli dan gigi asli dengan gigi asli, serta 2 pasien (6.67%) yang mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan gigi asli dan anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan.

Pada sisi balancing, tidak ada pasien (0%) mengalami traumatik oklusi pada gigi asli dengan gigi asli, 7 pasien (23.33%) mengalami traumatik oklusi pada gigi asli dengan anasir gigi tiruan, 5 pasien (16.67%) mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan, 1 pasien (3.33%) mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan gigi asli dan gigi asli dengan gigi asli, serta 2 pasien (6.67%) yang mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan gigi asli dan anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan.

Dari 17 pasien yang mengalami traumatik oklusi pada oklusi anteroposterior, 3 pasien (10%) mengalami traumatik oklusi pada gigi asli dengan gigi asli, 10 pasien (33.33%) mengalami traumatik oklusi pada gigi asli dengan anasir gigi tiruan, 4 pasien (13.33%) mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan, tidak ada pasien (0%) mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan gigi asli dan gigi asli dengan gigi asli, serta tidak ada pasien (0%) yang mengalami traumatik oklusi pada anasir gigi tiruan dengan gigi asli dan anasir gigi tiruan dengan anasir gigi tiruan. (Tabel 7.3)


(53)

Tabel 7.3 Lokasi traumatik oklusi pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015

Pemeriksaan

Traumatik Oklusi

Tidak

TO Jumlah

Ada

Tidak Ada

AS– AS AS-AN AN-AN

AS-AS dan AS-AN AS-AN dan AN-AN

n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%)

1. Oklusi Sentrik 2. Oklusi Eksentrik

a. Lateral

Working Side

Balancing

Side b. Anteroposterior 1 (3,33) -(0) -(0) -(0) 3 (10) 15 (50) 12 (40) 7 (23.33) 7 (23.33) 10 (33,33) 4 (13.33) 7 (23.33) 3 (10) 5 (16.67) 4 (13.33) 2 (6,67) 1 (3,33) 1 (3,33) 1 (3,33) -(0) - (0) 3 (10) 2 (6,67) 2 (6,67) -(0)

6 (20)

5 (16,67) 15 (50) 13 (43,33) 11 (36,67) 2 (6,67) 2 (6,67) 2 (6,67) 30 (100) 30 (100) 30 (100) Keterangan:

AS-AS : Gigi asli – gigi asli

AS-AN : Gigi asli – anasir gigi tiruan

AN-AN : Anasir gigi tiruan – anasir gigi tiruan

AS-AS dan AS-AN : Traumatik oklusi terjadi lebih dari 1 lokasi yaitu pada gigi asli – gigi asli dan gigi asli – anasir gigi tiruan

AS-AN dan AN-AN :Traumatik oklusi terjadi lebih dari 1 lokasi yaitu pada gigi asli – anasir gigi tiruan dan anasir gigi tiruan - anasir gigi tiruan


(54)

4.4 Hubungan Temporomandibular Disorder dengan Traumatik Oklusi pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015

Berdasarkan hasil penelitian ini, pasien yang mengalami Temporomandibular Disorder (TMD) ringan dan mengalami traumatik oklusi sebanyak 18 pasien (60%) sedangkan 2 pasien (6.67%) tidak mengalami trumatik oklusi. Pasien yang mengalami TMD sedang dan mengalami traumatik oklusi sebanyak 9 pasien (30%) dan tidak ada pasien (0%) mengalami trumatik oklusi. Pasien yang mengalami TMD berat dan mengalami traumatik oklusi sebanyak 1 pasien (3.33%) dan tidak ada pasien (0%) mengalami trumatik oklusi.

Berdasarkan traumatik oklusi diperoleh frekuensi pasien yang mengalami TMD baik ringan, sedang, dan berat paling tinggi terdapat pada pasien yang mengalami traumatik oklusi dengan gejala TMD ringan (60%) sedangkan frekuensi yang paling rendah terdapat pada pasien yang tidak mengalami traumatik oklusi dengan gejala TMD sedang dan berat (0%). Uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak ada hubungan TMD ringan, sedang, dan berat dengan traumatik oklusi berdasarkan nilai p= 0.971. (Tabel 8)

Tabel 8. Hubungan Temporomandibular Disorder dengan traumatik oklusi pada pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015

Temporomandibular Disorder

Traumatik Oklusi

Jumlah p

Ada Tidak Ada

n (%) n (%)

Ringan 18 (60) 2 (6,67) 20

0.971

Sedang 9 (30) 0 (0) 9


(55)

4.5 Hubungan Temporomandibular Disorder dengan Lama Pemakaian pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015

Berdasarkan hasil penelitian ini, pasien yang memakai GTSL selama 1-6 bulan yang mengalami Temporomandibular Disorder (TMD) ringan sebanyak 7 pasien (23.33%), 3 pasien (10%) mengalami TMD sedang, dan 1 pasien (3.33%) mengalami TMD berat. Pasien yang memakai GTSL selama >6-12 bulan yang mengalami TMD ringan sebanyak 9 pasien (30%), 4 pasien (13.33%) mengalami TMD sedang, dan tidak ada pasien (0%) mengalami TMD berat. Pasien yang memakai GTSL selama >12-18 bulan yang mengalami TMD ringan sebanyak 4 pasien (13.33%), 2 pasien (6.67%) mengalami TMD sedang, dan tidak ada pasien (0%) mengalami TMD berat.

Berdasarkan lama pemakaian diperoleh frekuensi pasien yang mengalami TMD baik ringan, sedang, dan berat paling tinggi terdapat pada lama pamakaian 1-6 bulan dengan gejala TMD ringan (23.33%) sedangkan frekuensi yang paling rendah terdapat pada lama pemakaian >6-12 bulan dan >12-18 bulan dengan gejala TMD berat (0%). Uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak ada hubungan antara TMD ringan, sedang, dan berat dengan lama pemakaian berdasarkan pada nilai p= 1. (Tabel 9) (p > 0.05)

Tabel 9. Hubungan Temporomandibular Disorder dengan lama pemakaian pada pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015

TMD

Lama Pemakaian

Jumlah p 1-6 bulan >6-12 bulan >12-18 bulan

n (%) n (%) n (%)

Ringan 7 (23,33) 9 (30) 4 (13,33) 20

1

Sedang 3 (10) 4 (13,33) 2 (6,67) 9


(56)

BAB 5 PEMBAHASAN

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran karakteristik dari subjek penelitian dimana pengolahan data didasarkan pada persentase dan penelitian analitik pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Penelitian dengan rancangan cross sectional merupakan penelitian dimana subjek penelitian hanya diobservasi satu kali tanpa diberi perlakuan dan variabel-variabel diukur menurut keadaan atau status sewaktu diobservasi. Wawancara dan pemeriksaan klinis dilakukan pada 30 pasien pemakai GTSL di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d Desember 2015 yang mengalami Temporomandibular Disorder untuk mengetahui data mengenai usia, jenis kelamin, lama pemakaian, traumatik oklusi, dan

Temporomandibular Disorder lalu dilihat frekuensi distribusi usia, jenis kelamin, lama pemakaian, traumatik oklusi, Temporomandibular Disorder serta hubungan

Temporomandibular Disorder dengan traumatik oklusi dan lama pemakaian yang akan disajikan dalam bentuk tabel.

5.1 Karakteristik Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan yang Mengalami Temporomadibular Disorder di RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015

Pada penelitian ini, persentase tertinggi pengelompokan pasien pemakai GTSL di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d Desember 2015 yang mengalami Temporomandibular Disorder (TMD) berdasarkan usia ditemukan pada kelompok masa lansia awal yang terdiri dari pasien berusia 46-55 tahun (33.33%). Pada tabel 5 terlihat peningkatan jumlah pemakai GTSL dari masa dewasa awal hingga masa lansia awal dan terjadi penurunan pemakai GTSL pada masa manula. Peningkatan jumlah pemakai GTSL dapat disebabkan karena seiring bertambahnya


(57)

usia seseorang, jumlah gigi yang tersisa dalam rongga mulut akan semakin berkurang. Usia sebagai faktor sosiodemografi mempengaruhi terjadinya kehilangan gigi disebabkan karena semakin lama gigi berada di dalam rongga mulut, maka semakin tinggi risiko terjadinya kerusakan gigi yang jika tidak dirawat akan menyebabkan terjadinya kehilangan gigi. Penurunan jumlah pemakai GTSL pada masa manula terjadi oleh karena pergantian GTSL yang dimilikinya dengan gigi tiruan penuh akibat tidak adanya gigi asli yang tersisa. Hal ini sesuai dengan pendapat Zarb yang mengatakan bahwa jumlah pemakai GTSL akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Namun menurutnya, usia 55-64 tahun merupakan usia yang memiliki persentase pemakai GTSL yang paling tinggi.4 Selain itu, data

Oral Health US (2002) juga menunjukkan peningkatan prevalensi kehilangan gigi yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia.59

Selain mempengaruhi peningkatan dan penurunan pemakaian GTSL, usia juga mempengaruhi terjadinya TMD. Pada penelitian ini, pada tabel 5 terlihat peningkatan prevalensi pasien yang mengalami TMD pada kelompok masa dewasa awal yang terdiri dari pasien berusia 26-35 tahun (13.33%), masa dewasa akhir yang terdiri dari pasien berusia 36-45 tahun (16.67%), dan masa lansia awal yang terdiri dari pasien berusia 46-55 tahun (33.33%), serta mengalami penurunan terjadinya TMD pada kelompok masa lansia akhir yang terdiri dari pasien berusia 56-65 tahun (23.33%) dan masa manula yang terdiri dari pasien berusia diatas 65 tahun (13.33%). Peningkatan dan penurunan TMD pada pasien pemakai GTSL disebabkan oleh kualitas hidup, faktor stres dan kapasitas adaptif yang rendah yang dimiliki oleh pasien. Pasien yang berada dalam kategori dewasa muda 20-40 tahun merupakan individu yang produktif dan cenderung labil sehingga ketika mengalami suatu masalah, stres dapat memicu terjadinya penurunan kualitas hidup. Hal inilah yang dapat memicu terjadinya TMD. Peningkatan usia akan merubah standar hidup dan kapasitas adaptif seorang individu. Mereka yang telah memasuki masa lansia akhir akan lebih bisa menerima keadaan dalam suatu masalah dan dengan tenang berusaha mencari solusi yang terbaik sehingga tanda dan gejala TMD menjadi subklinis (tidak


(58)

menyebabkan tingkat keparahan yang menjadi tidak jelas.5 Hal ini sesuai dengan penelitian epidemiologi yang dilakukan Okeson (2013) menunjukkan gejala TMD paling banyak ditemukan pada individu yang berusia 20-40 tahun13 dan penelitian yang dilakukan oleh Hiltunen (2004) dan Himawan dkk (2007) menyatakan bahwa gejala TMD akan berkurang sesuai peningkatan umur.53

Pada pengelompokan pasien pemakai GTSL di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d Desember 2015 yang mengalami TMD berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa persentase tertinggi pasien berjenis kelamin perempuan (83.33%). Prevalensi terjadinya TMD yang lebih tinggi pada perempuan dapat disebabkan oleh sensitivitas biologis dalam menerima stimulus yang dimiliki perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan dapat mendeteksi sinyal yang tidak dapat dikenali oleh laki-laki. Selain itu, perbedaan status sosial mengakibatkan perempuan lebih bebas dalam mengemukakan pengalamannya akan rasa sakit yang diderita. Jika dilihat secara biologis, hormonal juga berpengaruh terhadap terjadinya TMD. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa siklus menstruasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya rasa sakit pada muskuloskeletal.52 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ebrahimi dkk (2011) 11 dan Hiltunen (2004) yang menyatakan bahwa perempuan cenderung

mengalami gejala TMD lebih sering daripada laki-laki.42

Pada pengelompokan pasien yang memakai GTSL di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d Desember 2015 yang mengalami TMD berdasarkan lama pemakaian menunjukkan bahwa persentase tertinggi adalah pasien yang telah memakai gigi tiruan selama >6-12 bulan sejak kontrol terakhir sebanyak 13 pasien (43.33%). Tingginya persentase disebabkan karena distribusi pasien terbanyak adalah pasien yang menggunakan gigi tiruan >6-12 bulan.


(59)

5.2 Prevalensi Temporomandibular Disorder pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015 Berdasarkan Wawancara dan Pemeriksaan Klinis

Pada penelitian ini, tabel 6 memperlihatkan prevalensi pasien yang mengalami Temporomandibular Disorder (TMD) berdasarkan kuesioner sebesar 86.67%, sedangkan berdasarkan pemeriksaan klinis diperoleh prevalensi sebesar 100%. Hasil pengumpulan data menunjukkan adanya perbedaan hasil yang didapatkan berdasarkan kuesioner dan pemeriksaan klinis. Hal ini disebabkan karena tingkat keakuratan subjek penelitian dalam menjawab kuesioner merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti.

Temporomandibular Disorder merupakan kondisi patologis yang melibatkan otot-otot pengunyahan, otot-otot postural pada leher dan kepala atau merupakan kombinasi kondisi patologis yang terjadi pada otot dan sendi temporomandibula yang digambarkan dengan adanya nyeri pada area preauricular, nyeri pada sendi temporomandibula, nyeri pada otot-otot pengunyahan, keterbatasan atau deviasi pada pergerakan mandibula dan bunyi pada sendi mandibula selama berfungsi.39 Pada umumnya keluhan pasien yang mengalami TMD, seperti rasa sakit pada daerah wajah, sakit kepala, sakit pada telinga, pusing kepala sering dianggap bukan berasal dari keadaan gigi-geligi dan sendi sehingga pasien sering tidak menyadari adanya tanda dan gejala TMD seperti bunyi pada sendi dan deviasi saat membuka mulut. Hal ini menyebabkan TMD lebih banyak ditemukan pada pemeriksaan klinis dibandingkan wawancara. Oleh karena adanya faktor-faktor yang menyebabkan ketidakakuratan subjek penelitian dalam menjawab pertanyaan kuesioner, maka pemeriksaan klinis dianggap sebagai metode yang lebih objektif dalam mendiagnosis tanda dan gejala sendi temporomandibula. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gaphor dan Hameed (2010) menyatakan bahwa seorang individu merasa malu untuk mengakui adanya gangguan disebabkan lingkungan saat menanyakan keluhan tanpa adanya privasi.60


(60)

Tingginya angka prevalensi pasien pemakai GTSL yang mengalami TMD baik melalui wawancara maupun pemeriksaan klinis yang dilakukan, didukung oleh beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, seperti Al-Jabrah dan Al Shumailan (2006), 12,20 Dulčić, Jerolimov, dan Pandurić (2006), Hanson dan Oberg (1977) dan Sidelsky dan Clayton (1990), 9 serta Agerberg (1973) yang menyatakan bahwa prevalensi gejala TMD pada pemakaian GTSL akan semakin meningkat seiring dengan semakin sedikitnya jumlah gigi yang tersisa.20

Pada tabel 6 dapat dilihat klasifikasi TMD yang diderita oleh subjek penelitian berdasarkan wawancara dan pemeriksaan klinis yang dilakukan menunjukkan prevalensi tertinggi subjek penelitian mengalami gangguan fungsi ringan berdasarkan kuesioner sebesar 83.33% dan pemeriksaan klinis sebesar 66.67%. Pengelompokan tingkat keparahan TMD didasarkan pada Helkimo (1974) yang membagi tingkat keparahan ke dalam tidak mengalami TMD, ringan, sedang, dan berat. Pengelompokan yang dilakukan oleh Helkimo bertujuan untuk melakukan perawatan yang sesuai terhadap TMD yang diderita.

5.3 Prevalensi Traumatik Oklusi Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan di RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015

Pada penelitian ini, pada tabel 7.1 terlihat prevalensi pasien yang mengalami traumatik oklusi berdasarkan pemeriksaan klinis yang dilakukan dengan menggunakan kertas artikulasi dan shim stock adalah sebesar 93.33% yang terdiri dari traumatik oklusi pada saat oklusi sentrik, oklusi eksentrik, serta oklusi sentrik dan eksentrik. Menurut The Glossary of Prosthodontic Terms (2005), traumatik oklusi adalah cedera yang terjadi pada periodonsium dan struktur lain yang diakibatkan oleh tekanan berlebihan pada saat pergerakan fungsional dan parafungsional.3 Dalam jangka waktu tertentu, tekanan berlebihan yang terjadi secara berulang-ulang pada gigi, bila ada faktor yang memperparah, beban ini akan mencederai gigi, jaringan periodontal, linggir sisa, dan struktur lain dalam rongga mulut.5


(61)

Tabel 7.2 memperlihatkan traumatik oklusi yang paling banyak terjadi pada pasien yang memakai GTSL pada penelitian ini adalah oklusi lateral dengan persentase sebesar 82.14% dimana sisi balancing adalah sisi yang mengalami traumatik terbanyak dalam oklusi ini yaitu sebesar 35.71%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Moteghi (1992) yang menyatakan bahwa kontak prematur sisi balancing dan lateral merupakan faktor penyebab utama terjadinya traumatik oklusi. Selain itu, Tazkayayilmaz (2004) menemukan adanya hubungan antara posisi kondilus, diskus TMJ dan kontak oklusi pada pergerakan lateral mandibula dan menyimpulkan bahwa kontak prematur dari sisi balancing akan memberi dampak pada kondisi diskus.8

Pada hasil penelitian ini didapati daerah kontak GTSL yang paling banyak mengalami traumatik oklusi adalah daerah kontak antara anasir gigi tiruan dan gigi asli. Pada tabel 7.3 terlihat traumatik oklusi yang terjadi pada gigi asli – anasir gigi tiruan saat oklusi sentrik sebanyak 15 sampel, saat oklusi lateral sebanyak 12 sampel, dan saat oklusi anteroposterior sebanyak 10 sampel. Penyesuaian oklusi antara anasir gigi tiruan dengan gigi asli bertujuan untuk memeriksa apakah terdapat traumatik oklusi pada daerah tersebut. Penyesuaian oklusi dapat dilakukan dengan pengasahan dataran oklusal. Namun, pada program profesi pengasahan dataran oklusal tidak dilakukan sehingga memungkinkan terjadinya traumatik oklusi khususnya yang terjadi saat oklusi eksentrik yang ditemukan terjadi sebanyak 22 sampel. Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan banyaknya traumatik oklusi yang terjadi meskipun telah dilakukan kontrol sebanyak 2x adalah pemeriksaan yang tidak menggunakan shim stock. Pada penelitian ini, digunakan shim stock dengan ketebalan 8μm. Penggunaan shim stock dengan ketebalan yang tipis menghasilkan pemeriksaan traumatik oklusi yang lebih akurat. Jika terdapat traumatik oklusi, maka

shim stockakan memberi tanda berupa ‘close and hold’ yang mana akan memberikan tahanan ketika shim stock ditarik ke arah bukal.18


(62)

5.4 Hubungan Temporomandibular Disorder dengan Traumatik Oklusi pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015

Pada penelitian ini, prevalensi pasien pemakai GTSL yang mengalami

Temporomandibular Disorder (TMD) baik ringan, sedang, dan berat paling tinggi terdapat pada pasien yang mengalami traumatik oklusi dengan gejala TMD ringan (60%). Berdasarkan hasil uji Uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai p=0.971 yang menunjukkan tidak ada hubungan antara TMD ringan, sedang, dan berat dengan traumatik oklusi. Hal ini sesuai dengan penelitian epidemiologis dan klinis yang dilakukan oleh Roberts dkk (1987), Seligman dkk (1988) dan Celic dan Jerolimov (2002) menunjukkan tidak adanya hubungan antara traumatik oklusi dengan terjadinya TMD. Tidak adanya hubungan antara TMD ringan, sedang, dan berat dengan traumatik oklusi kemungkinan disebabkan distribusi subjek penelitian yang tidak merata di setiap kategori. Pada tabel 8 terlihat subjek penelitian yang mengalami gejala TMD sedang dan berat seluruhnya mengalami traumatik oklusi, dan 2 subjek penelitian (6.67%) yang mengalami gejala TMD ringan yang tidak mengalami traumatik oklusi.

Pada tabel 8 terlihat dari 20 pasien pemakai GTSL yang mengalami TMD ringan, 18 pasien (60%) mengalami traumatik oklusi sedangkan 2 pasien lain (6.67%) tidak mengalami traumatik oklusi. Selain itu terlihat dari 9 pasien (30%) yang mengalami TMD sedang, seluruh pasien mengalami traumatik oklusi. Begitu juga dengan 1 pasien (3.33%) yang mengalami TMD berat juga mengalami traumatik oklusi. Hal ini menunjukkan bahwa etiologi dari TMD merupakan multifaktorial yakni banyak faktor risiko yang dikaitkan terhadap timbulnya tanda dan gejala TMD, bukan hanya traumatik oklusi. Bell (1990) dan Okeson (2013) berpendapat bahwa etiologi TMD adalah kompleks dan multifaktorial dimana banyak faktor yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya TMD. Faktor-faktor ini terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu faktor predisposisi yang merupakan faktor yang menigkatkan risiko terjadinya TMD, faktor inisisasi yang merupakan faktor penyebab awal terjadinya TMD, faktor perpetuasi yang merupakan pengganggu proses penyembuhan atau


(63)

memperparah terjadinya TMD, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi TMD seperti usia, jenis kelamin, dan lama pemakaian.13,40 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh De Laat dkk (1986) dan Pullinger dan Seligman (2000) menunjukkan bahwa hanya 5% - 27% pasien TMD yang ada hubungannya dengan gangguan oklusi.9 Selain itu, Pullinger dkk (1993) melihat hubungan antara oklusi dengan TMD melalui analisis multifaktorial yang bertujuan mengetahui dampak dari interaksi 11 faktor oklusi yang dikumpulkan secara random. Pullinger dkk (1993) mendapati bahwa tidak ada satupun faktor oklusal yang dapat membedakan pasien TMD dengan orang yang sehat. Pullinger dkk (1993) menyimpulkan bahwa oklusi tidak dapat dianggap sebagai faktor etiologi utama yang berhubungan dengan TMD.13

5.5 Hubungan Temporomandibular Disorder dengan Lama Pemakaian pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan RSGMP FKG USU dari Bulan Januari 2015 s/d Bulan Desember 2015

Pada penelitian ini, prevalensi pasien pemakai GTSL yang mengalami

Temporomandibular Disorder (TMD) baik ringan, sedang, dan berat paling tinggi terdapat pada lama pamakaian 1-6 bulan dengan gejala TMD ringan (23.33%). Berdasarkan hasi uji Uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai p=1 yang menunjukkan tidak ada hubungan antara TMD ringan, sedang, dan berat dengan lama pemakaian. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian oleh Bordin dkk (2013) yang menyatakan bahwa lama pemakaian gigi tiruan berpengaruh terhadap terjadinya TMD. Tidak adanya hubungan antara TMD ringan, sedang, dan berat dengan lama pemakaian disebabkan karena etiologi dari TMD adalah multifaktorial. Bell (1990) dan Okeson (2013) berpendapat bahwa etiologi TMD adalah kompleks dan multifaktorial dimana banyak faktor yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya TMD. Faktor-faktor ini terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu faktor predisposisi yang merupakan faktor yang menigkatkan risiko terjadinya TMD, faktor inisisasi yang merupakan faktor penyebab awal terjadinya TMD, faktor perpetuasi yang merupakan pengganggu proses penyembuhan atau memperparah terjadinya TMD,


(1)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Definisi operasional variabel bebas ... 60

2 Definisi operasional variabel terikat ... 61

3 Definisi operasional variabel terkendali ... 61

4 Definisi operasional variabel tidak terkendali ... 61

5 Karakteristik pasien pemakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015... 77

6 Prevalensi terjadinya Temporomandibular Disorder pada pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 berdasarkan wawancara dan pemeriksaan klinis... 78

7.1 Prevalensi traumatik oklusi pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 ... 79

7.2 Prevalensi traumatik oklusi pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan Desember 2015 berdasarkan oklusi sentrik dan oklusi eksentrik ... 80


(2)

7.3 Lokasi traumatik oklusi pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari

2015 s/d bulan Desember 2015 ... 82 8 Hubungan Temporomandibular Disorder dengan traumatik

oklusi pada pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d bulan

Desember 2015... 83 9 Hubungan Temporomandibular Disorder dengan lama

pemakaian pada pasien yang memakai gigi tiruan sebagian lepasan di RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2015 s/d


(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Sistem Stomatognasi ... 15

2 Sistem Artikulasi ... 16

3 Oklusi Sentrik ... 17

4 Relasi Sentrik secara Anatomi ... 18

5 Freedom in Centric Occlusion ... 19

6 Canine Guidence pada Saat Oklusi Dinamis ... 20

7 Tanda Canine Guidencepada Rahang Atas ... 20

8 Group Function pada Saat Oklusi Dinamis ... 21

9 Tanda Group Function pada Rahang Atas ... 21

10 Pergerakan Dinamis pada Working Side dan Balancing Side ... 22

11 Working Side Interference ... 22

12 Pergerakan Dinamis pada Working Side dan Balancing Side ... 23

13 Balancing Side Interference ... 23

14 Kertas Artikulasi ... 25

15 Tanda pada Gigi yang Dihasilkan Setelah Menggunakan Kertas Artikulasi ... 25

16 Shim Stock ... 26

17 Penempatan Shim Stock ... 26


(4)

19 Maximum Comfortable Mouth Opening ... 36

20 Maximum Mouth Opening ... 36

21 Posisi Interkuspasi Maksimum ... 36

22 Jarak Midline Setelah Pergerakan Mandibula ... 37

23 Bunyi pada Sendi Temporomandibula ... 37

24 Arah Pembukaan Mulut ... 38

25 Palpasi Otot Temporalis ... 39

26 Palpasi Otot Masseter ... 40

27 Pemeriksaan Otot Lateral Pterigoid Inferior ... 41

28 Pemeriksaan Otot Lateral Pterigoid Superior ... 41

29 Palpasi Otot Lateral Pterigoid ... 41

30 Palpasi Otot Medial Pterigoid ... 42

31 Traumatik Oklusi Dapat Mempengaruhi Kestabilan Ortopedi Mandibula ... 52

32 Jarak Pembukaan Mulut Maksimal ... 65

33 Auskultasi dengan Menggunakan Stetoskop ... 66

34 Jarak Defleksi saat Menutup Mulut ... 66

35 Defleksi saat Membuka Mulut ... 67

36 Palpasi Otot Temporalis ... 67

37 Palpasi Otot Masseter ... 68

38 Pemeriksaan Otot Pterigoid ... 68

39 Palpasi pada Bagian Lateral dan Posterior Sendi Temporomandibula ... 69


(5)

40 Jarak Pergerakan Midline ke Lateral Kanan dan Kiri Tanpa

Menimbulkan Rasa Nyeri ... 69 41 Oklusi Subjek Penelitian ... 71 42 Pemeriksaan Oklusi Sentrik dengan Kertas Artikulasi dan

Shim Stock ... 72 43 Tanda Kertas Artikulasi dan Shim Stock pada Oklusi Sentrik .... 72 44 Pemeriksaan Oklusi Anteroposterior dengan Kertas Artikulasi

dan Shim Stock ... 72 45 Tanda Kertas Artikulasi dan Shim Stock pada Oklusi

Anteroposterior ... 73 46 Pemeriksaan Oklusi Lateral dengan Kertas Artikulasi dan

Shim Stock ... 73 47 Tanda Kertas Artikulasi dan Shim Stock pada Oklusi Lateral .... 73


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

2 Surat Pernyataan Persetujuan Subjek Penelitian (Informed Consent) 3 Kuesioner Penelitian

4 Surat Persetujuan Komisi Etik 5 Lembar Pengolahan Data