TANTANGAN DAN STRATEGI MEMENUHI PASAR KE

Oleh: Kusmayadi
Bidang Pengembangan Akademik DPP Hildiktipari
Peneliti Kepariwisataan, Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti

Alas Pikir
Pariwisata merupakan salah satu industri raksasa dunia yang mendorong pertumbuhan
sektor ekonomi paling cepat. Kalau pada tahun 1950 tercatat 25 juta wisatawan
internasional, maka angka tersebut meningkat menjadi 277 juta pada tahun 1980 dan
menjadi 438 juta pada tahun 1990 (tujuh belas kali lipat dari 1950), bertambah dua kali lipat
menjadi 920 juta (tahun 20081), namun karena terjadi krisis global, jumlah kunjungan
menurun 4% menjadi 880 juta pada tahun 20092. Walaupun terjadi penurunan, industri
pariwisata sudah kembali pulih terutama di Asia Pasifik, sehingga tahun 2010, kontribusi
pariwisata terhadap PDB diperkirakan akan mencapai 9,2% (US $5.751 milyar) dengan
pertumbuhan 0,5% (2009: -4,8%), serta menciptakan 235,8 juta kesempatan kerja (8,1% dari
kesempatan kerja dunia), atau 1 kesempatan pada setiap 12,3 pekerjaan, adalah di sektor
pariwisata3.
Informasi perkembangan pariwisata internasional di atas sangat penting, karena kunjungan
wisatawan secara langsung menghasilkan layanan, produk, mata uang asing, kesempatan
kerja, peluang usaha dan investasi. Bahkan di negara-negara yang mengandalkan pariwisata
sebagai lokomotif pembangunannya, pariwisata memiliki dampak ekonomi, sosial, budaya
dan lingkungan yang sangat luas.

Secara ekonomi, sektor pariwisata memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi Indonesia.
Kalau pada tahun 2006 menduduki urutan ke-6 dalam perolehan devisa, maka pada tahun
2008 meningkat menjadi urutan ke-4 setelah migas, minyak sawit dan karet olahan.
Kegiatan ekonomi juga telah berdampak terhadap penciptaan 6,98 juta kesempatan kerja
lansung atau 6,81% dari lapangan kerja nasional pada tahun 20084 (capaian kinerja
pariwisata, Tabel 1). Dalam hal ini, Indonesia termasuk 10 besar yang menyerap tenaga kerja
1
2
3
4

UN-WTO, 2010a. Tourism Barometer, Volume 8 Nomor 1, Januari 2010.
UN-WTO, 2010b. Tourism Barometer, Interim Update, April 2010.
WTTC, 2010. Travel & Tourism Impact: Executive Summary.
Nesparnas, 2009.

Kusmay@di

Page | 1


bidang pariwisata setelah China (64.625,1 ribu), India (24.265,5 ribu), Amerika Serikat
(16.820,9 ribu), dan Jepang (7.180,0 ribu), Indonesia (7.089,95 ribu)
Dalam kaitan dengan aspek sosial, salah satu peran pariwisata dapat dilihat dari program
internasional dalam mengurangi kemiskinan dan harmonisasi sosial. Kegiatan ini, telah
dimulai sejak hari pariwisata dunia tahun 2003, yang ditindaklanjuti dengan berbagai
kegiatan antara lain jaringan Sustainable Tourism-Eliminating Poverty (STEP) yang
mengkoordinasikan pilot project dan mobilisasi pendanaan. Dalam mengurangi kemiskinan,
pada hakekatnya pariwisata tidak berbeda dengan sektor produktif lain, namun ada empat
keunggulan yang potensial pada sektor ini (WTO, 2003) yaitu (1) memiliki potensi lebih
besar untuk link dengan pengusaha lokal lainnya karena kastemer datang ke daerah tujuan
wisata, (2) intensif tenaga kerja dan penyerapan tenaga wanita relative tinggi, (3) potensial
pada negara-negara miskin dan wilayah yang tidak memiliki daya saing komoditi ekspor (4)
produk pariwisata dapat dikembangkan berdasarkan sumber daya alam dan budaya yang
merupakan asset yang dimiliki masyarakat lokal.
Tabel 1. Capaian Kinerja Pariwisata (20086)
Indikator
Kunjungan internasional
Pertumbuhan kunjungan
Pendapatan pariwisata
Kontribusi terhadap GDP

Investasi pariwisata
Penyerapan Tenaga Kerja

Dunia
920 juta
2,00%
USD944,0 milyar
9,90% (dari USD60,59 triliun)
9,40% (dari USD487 triliun)
238 juta lapangan kerja
(Indonesia: 2,93%)

Indonesia
6,4 juta
12,89%
USD7,38 milyar
4,49% (dari IDR514,39 miliar)
5,09% (dari IDR35,24 triliun)
6,98 juta (6,81% dari 102,55 juta)
lapangan kerja nasional


Dengan memperhatikan kinerja sektor pariwisata tersebut, maka Indonesia yang memiliki
jumlah tenaga kerja melimpah, mempunyai peluang besar dalam mengisi tenaga kerja bidang
pariwisata. Namun di sisi lain, Indonesia belum melakukan upaya-upaya maksimum untuk
memanfaatkan peluang tersebut, yang dapat dilihat dari (1) belum adanya upaya yang
sistematis dan strategis untuk menyediakan tenaga kerja trampi dengan kualifikasi dan
kompetensi yang memadai, (2) belum adanya trategi secara nasional untuk mengimplementasikan standar-standar kompetensi kerja baik dari sisi penyedia maupun pengguna
tenaga kerja pariwisata, (3) belum adanya sistem distribusi dan informasi nasional yang
mempertemukan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja bidang pariwisata (demand
and supply side), (4) belum adanya sistem monitoring penggunaan tenaga kerja bidang

5
6

WTTC, 2005.
Nesparnas, 2009.

Kusmay@di

Page | 2


pariwisata, sehingga sulit memperoleh informasi tentang utilisasi sumber daya tenaga kerja
bidang pariwisata.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka makalah ini akan mencoba mengajukan pemikiran dan
urun rembuk bagi pengembangan sumber daya pariwisata melalui telaah literatur dan
kompilasi kajian empirik. Sistematika uraian akan dimulai dari pembatasan lingkup
pariwisata agar berangkat dari cara pandang yang sama terhadap industri, permintaan,
penawaran dan pemanfaatan serta usulan strategi.
Lingkup Industri Pariwisata
Sebelum mendiskusikan tenaga kerja pariwisata, ada baiknya kita sepahamkan dulu tentang
ruang lingkup industri pariwisata, karena permintaan tenaga kerja berasal dari sektor
tersebut. Istilah pariwisata7 mengacu pada berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,
dan Pemerintah Daerah. Sementara terminologi „Kepariwisataan‟ menyangkut keseluruhan
kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang
muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan
dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
pengusaha.
Adapun Tourism Satellite Account (TSA) mendefinisikan “…tourism industries as all
establishments whose principal productive activity is a tourism characteristic activity”.

World Tourism Organization (WTO) mengembangkan Standard International Classification of
Tourism Activities (SICTA) yang dipadankan atas Standard Industrial Classification of all
Economic Activities (ISIC).
Di samping itu, ditetapkan pula pengklasifikasian Tourism
Characteristic Product (TCP) yang mengacu pada pengkodean yang digunakan oleh UN
Central Product Classification (CPC). Di dalam CPC, industri pariwisata terdapat pada tujuh
kelompok besar (WTO, 20008) yaitu:
1. accomodation services. Industri ini meliputi jasa hotel dan motel, pusat liburan dan home
holiday service, jasa penyewaan furniture untuk akomodasi, youth hostel service, jasa
training anak-anak dan pelayanan kemping, pelayanan kemping dan caravan, sleeping
car service, time-share, bed and breakfast dan pelayanan sejenis.
2. food and beverage-serving services. Yang termasuk ke dalam industri adalah fullrestoran dan rumah makan, kedai nasi, catering service, inflight catering, café, coffee
shop, bar dan sejenis yang menyediakan makanan dan minuman bagi wisatawan.

7
8

Undang-Undang RI No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Kusmayadi, Sutomo dan Suhendroyono, 2008. Pengembangan Bidang Ilmu Pariwisata. Direktorat Akademik Ditjen
Dikti.


Kusmay@di

Page | 3

3. passenger transport services. Yang termasuk kelompok ini antara lain jasa angkutan
darat seperti bis, kereta api, taxi, mobil carteran; jasa angkutan perairan baik laut, danau,
maupun sungai meliput jasa penyeberangan wisatawan, cruise ship dan sejenisnya. Dan
terakhir adalah jasa angkutan udara melalui perusahan-perusahaan airlines. Di samping
itu, sector pendukung antara lain navigation and aid service, stasion bis, jasa pelayanan
parker penumpang, dan lainnya.
4. travel agency, tour operator and tourist guide services. Yang termasuk kepada kelompok
ini antara lain, agen perjalanan, konsultan perjalanan, biro perjalanan wisata, pemimpin
perjalanan dan yang sejenis.
5. cultural services. Jasa pagelaran tari dan fasilitas pelayanan tarian, biro pelayanan penari
dan sejenisnya. Jasa pelayanan museum kecuali gedung dan tempat bersejarah,
pemeliharaan gedung dan tempat bersejarah, botanical and zoological garden service,
pelayanan pada perlindungan alam termasuk suaka margasatwa.
6. recreation and other entertainment services. Yang termasuk ke dalam kelompok ini
adalah pelayanan olah raga dan olah raga rekreasi, pelayanan golf course, ski, sirkuit

balapan, taman rekreasi dan pelayanan pantai. Pelayanan taman bertema, taman-taman
hiburan, pelayanan pameran dan sejenisnya.
7. miscellaneous tourism services. Yang temasuk kelompok ini adalah jasa keuangan,
asuransi, tempat penukaran mata uang dan yang sejenis.
Kita juga sangat familiar dengan istilah hospitaliti (hospitality), yaitu suatu terminologi yang
dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, misalnya sosial, pribadi (private), komersial,
industri, korporat dan venue. Secara umum, hospitaliti merupakan interaksi antara tuan
rumah (hosts) dengan tamu (guests) pada saat yang bersamaan mengkonsumsi
makanan/minuman dan akomodasi. Dengan pendekatan sosial yang mendasar dari
hospitaliti adalah membangun relasi materi dan simbolik antara tuan rumah dengan tamu
pada tingkat sosial yang sama. Dari pendekatan pribadi, hospitaliti merupakan penyediaan
makanan dan minuman serta akomodasi untuk tamu dengan genuine concerne untuk
mencapai happiness. Sementara itu, dari pendekatan komersial, hospitaliti berperan untuk
entertain dalam konteks bisnis yang mengandung perhitungan untung rugi9. Namun batasan
yang banyak diacu oleh kalangan idustri adalah “....hospitality industry as all companies
involved in providing services for guests (hotels, inns, restaurants, and other recreational
activities”10. Dari pemahaman ini, Baker and Jeremy11 mengidentifikasi industri hospitaliti dan
pariwisata seperti pada Gambar 1.

9


Tim 9, 2007. Naskah Akademik Pariwisata sebagai Ilmu Mandiri. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Horner and Swarbooke (1996). Marketing Tourism Hospitality and Leiusure in Europe. UK: Thomson Business Press.
11
Baker, K and Jermy, H. (2001). Hospitality Management and Introduction. Melbourne: Hospitality Press.
10

Kusmay@di

Page | 4

Gambar 1. Hospitality and Tourism (Baker and Jeremy, 2001)
Sementara itu, pemerintah Indonesia menggolongkan sub sektor pariwisata menjadi 13
bidang usaha yaitu12: (1) Daya Tarik Wisata (2) Kawasan Pariwisata (3) Jasa Transportasi Wisata
(4) Jasa Perjalanan Wisata (5) Jasa Makanan & Minuman (6) Penyediaan Akomodasi (7)
Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan & Rekreasi (8) Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan
Insentif, Konferensi & Pameran (9) Jasa Informasi Pariwisata (10 Jasa Konsultan Pariwisata
(11) Jasa Pramu Wisata (12) Wisata Tirta (13) Spa.
Dari 13 kelompok ini, baru
mengidentifikasi 35 jenis usaha pariwisata sebagai turunannya13. Namun patut disayangkan,

bahwa klasifikasi industri pariwisata yang dikembangkan di Indonesia belum disusun acuan
atau padanan dengan klasifikasi internasional.
Kesempatan Kerja Pariwisata: Demand Side
Dalam mengkaji tenaga kerja pariwisata perlu memperhatikan aspek-aspek/dimensi: (1)
bursa dan arus, (2) kuantitas dan kualitas, (3) pekerjaan dan pendidikan, dan (4) iklim makro
dan mikro. Dimensi arus mengacu pada penyediaan tenaga kerja selama kurun waktu
tertentu, sedangkan bursa mengacu pada berapa banyak tenaga kerja yang tersedia untuk
memasok permintaan dan kebutuhan industri. Mekanisme keduanya perlu diatur agar terjadi
keseimbangan dan menghilangkan ekses demand maupun ekses supply. Sedangkan dimensi
kuantitas dan kualitas mengacu kepada jumlah orang yang tersedia dengan
kualifikasi/keahlian, tertentu yang dipersyaratkan untuk mengisi suatau jabatan pekerjaan.
Adapun dimensi kualitatif mengacu pada karakteristik penyediaan tenaga kerja berdasarkan
spesialisasi keahlian, tingkatan kemampuan, pengalaman kerja dan kualitas pelatihan,
12
13

Undang-Undang RI No. 10 tahun 2009, pasal 14.
Ani Insani, (2010) Direktur Standardisasi Produk Pariwisata, Kembudpar.

Kusmay@di


Page | 5

kecerdasan dan motivasi. Sementara itu, pekerjaan mengacu pada deskripsi peran dan
fungsi yang dimainkan. Pada kenyataannya tidak semua yang bekerja di sektor pariwisata,
memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai, oleh karena itu, pekerjaan tidak sesuai dengan
kualifikasi pendidikannya. Akhirnya dalam keadaan apapun faktor lingkungan baik
lingkungan mikro (industri) maupun lingkungan makro yang berpengaruh langsung maupun
tidak langsung akan menentukan jumlah dan jenis tenaga kerja pariwisata.
Karakteristik Tenaga Kerja Sektor Pariwisata
Masalah umum ketenagakerjaan sektor hospitaliti dan pariwisata di wilayah Asia Pasifik
adalah mengalami kekurangan tenaga kerja yang terampil, di samping ketidakmampuan
untuk berkompetisi dengan industri lain dalam hal upah dan kondisi kerja. Hal ini terjadi
karena karakteristik kunci lapangan pekerjaan bidang pariwisata yaitu 14:
 Tingginya mobilitas tenaga kerja dan perputaran pekerja;
 Penekanan pada pekerjaan kasual dan musiman;

 Sektor tenaga kerja intensif dengan keterampilan yang beragam;
 Dominasi oleh usaha kecil;

 Proporsi yang tinggi dalam pekerja muda dan tidak terampil;

 Upah rendah atau pembayaran yang tidak mencukupi bila dibandingkan sektor ekonomi
lainnya;
 Waktu kerja yang panjang dan atau tidak ramah; dan

 Kurangnya pengembangan karir dengan rendahnya penekanan pada pelatihan.
ILO (2003) mengidentifikasi gambaran umum tentang tenaga kerja pariwisata di Asia Pasifik
antara lain (1) rendahnya citra dan tidak menarik, (2) mayoritas tenaga kerja perempuan, (3)
mobilitas tinggi (4) kurang trampil dan (5) mayoritas usaha kecil dan menengah. Sementara
The Eurostat (200815) telah melakukan studi tentang pola tenaga kerja pada hotel, restoran
dan katering, dan menyimpulkan bahwa (1) sangat banyak mempekerjakan kaum wanita, (2)
pekerja dengan tingkat pendidikan rendah dan (3) tenaga kerja usia muda di bawah 25 tahun
serta (4) lebih banyak kerja paruh waktu.
Karena karakteristiknya yang kompleks tersebut, maka untuk memperoleh gambaran umum
tenaga kerja pariwisata dapat ditinjau dari lima perspektif yaitu16: (1) aksesibiliti, (2)
fleksibiliti (3) remunerasi dan kondisi kerja (4) mobiliti (5) ukuran bisnis.
Aksesibiliti. Industri pariwisata dan industri terkait pariwisata cenderung untuk mengakomodasi pekerja dengan berbagai keterampilan meskipun tingkat keterampilan tidak selalu
tinggi. Kualifikasi pekerjaan mereka lebih sosial daripada teknis dalam arti bahwa karyawan
14
15
16

UNWTO (2009). The Tourism Labour Market in the Asia-Pacific Region.
Eurostat (2008), Statistics in Focus, Issue No. 90/2008.
http://epp.eurostat.ec.europa.eu/portal/page/portal/product_details/publication?p_product_code=KS-SF-08-090)
W. M. Cheong (2008) Employment Characteristics and Trends of Tourism-related Industries.

Kusmay@di

Page | 6

harus tahu bagaimana berhubungan dengan orang, dan sulit bagi mereka untuk
mengembangkan teknik standardisasi. Selain itu, pelanggan ikut terlibat dalam pengelolaan
karyawan (Rodriguez dan Turegano 2003). Karena hal tersebut, maka aksesibiliti akan
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan terakhir, lowongan kerja, kelompok usia, persyaratan
rekrutmen (pengalaman, kualitifikasi, tingkat pendidikan, keterampilan berkomunikasi).
Fleksibiliti. Industri pariwisata sangat sensitif terhadap kondisi musiman dan variasi periodik,
sehingga permintaan tenaga kerja cenderung “cepat menghilang”. Akibatnya permintaan
tenaga kerja cenderung tidak pasti. Oleh karena itu, pemanfaatan tenaga kerja musiman,
paruh waktu, outsorsing menjadi pilihan dan relatif fleksibel bagi perusahaan. Namun, ini
menciptakan efek negatif terhadap keamanan kerja, prospek karir dan upah kerja, hubungan
kerja informal dengan pihak perusahaan (Baldacchino 1997).
Remunerasi dan kondisi kerja. Menurut ILO (2003), citra sektor pariwisata, khususnya
perhotelan, agak rendah dan dianggap tidak menarik. Pekerjaan di hotel dan restoran
dianggap memberikan upah rendah, jam kerja tidak „manusiawi‟, shift kerja, kerja selama
masa liburan, dan kadang-kadang sebagai bekerja jauh dari rumah di resor terpencil. Banyak
pekerja di sektor ini yang dikatakan terisolasi secara fisik, terpisah dari masyarakat umum.
Namun, ada manfaat non-materi seperti akomodasi, tips, pelatihan, kenyamanan dalam jam
kerja yang menyebabkan karyawan bertahan kerja.
Mobiliti. Mobiliti tenaga pariwisata sangat tinggi termasuk pekerjaan, penduduk, antar
industri dan geografis. Adapun mobilitas geografis mencakup impor tenaga kerja asing baik
yang trampil maupun tidak trampil. Karena sifat mobilitas yang tinggi, maka turnover
karyawan dan proporsi pekerja dari luar wilayah menjadi cukup tinggi.
Ukuran bisnis. Demikian pula ukuran bisnis akan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga
kerja pariwisata. banyaknya usaha kecil dan menengah, dan sektor informal di bidang
pariwisata, sangat memungkinkan kemudahan untuk keluar-masuk industri ini. Industri
pariwisata didominasi oleh perusahaan kecil dan menengah (SMEs), sebagai contoh di negaranegara OECD, usaha hotel, restoran, dan agen perjalanan menyerap 60% tenaga kerja sektor
pariwisata17.
Kuantitas Permintaan
Industri hospitaliti dan pariwisata menghasilkan tenaga kerja lebih dari 230 juta tenaga kerja
langsung atau 8,1% dari tenaga kerja global18. Perempuan mecapai 70% dari angkatan kerja
di sektor pariwisata, dan separuh pekerja berusia 25 atau ke bawah. Mereka bekerja baik
permanen maupun paruh waktu pada subsektor lodging, penerbangan, agen perjalanan,
operator tour dan lain-lain.

17
18

OECD, 2010. OECD Tourism Trends and Ploicies 2010.
WTTC (2009).

Kusmay@di

Page | 7

Di negara-negara OECD, pertumbuhan tenaga kerja pariwisata sebesar 2,2% (2002/2007)
dengan proporsi 6% terhadap total tenaga kerja. Sementara itu, jumlah tenaga kerjanya
mencapai 31,6 juta (2008) yang sangat melimpah dan tekonsentrasi pada industri restoran
dan jasa makanan dan minuman19.
Di negara-negara ASEAN, total tenaga kerja pariwisata mencapai 22,66 juta dengan proporsi
9,48% terhadap total tenaga kerja tahun 2009. Walaupun terjadi pertumbuhan negatif pada
tahun tersebut, pada di beberapa negara anggota mengalami pertumbuhan doble digit20. Di
antara negara anggota, proporsi tenaga kerja pariwisata di Cambodia tumbuh dengan pesat
selama 10 tahun terakhir, walaupun dari segi jumlah jauh di bawah negara-negara lainnya.
Di Singapura mengalami lonjakan permintaan tenaga kerja di pariwisata, terutama dengan
pembangunan dua resor terpadu dan beberapa event untuk menarik wisatawan internasional.
Untuk pengembangan tenaga kerjanya pemerintah menyiapkan investasi S$360.000.000
termasuk melatih 74.000 pekerja agar dapat menopang pertumbuhan sektor pariwisata
dalam tiga tahun ke depan. Di samping itu, Singapura merencanakan 50.000 hingga 60.000
pekerjaan baru dalam industri pariwisata, dengan berbagai jenis pekerjaan dari manajer dan
akuntan, pelayan restaurant, event organizer, petugas pengawasan dan juru masak.
Di Malaysia, Asosiasi Budget Malaysia, memperkirakan 10 ribu tenaga kerja trampil bidang
pariwisata sampai tahun 2012, terutama untuk mengisi pertumbuhan hotel dan restoran baik
hotel resor maupun hotel bisnis.
Contoh di negara tetangga ASEAN yaitu Macao, sekitar 156 ribu orang atau sekitar 85%
kesempatan kerja diciptakan oleh sekitar 27 juta wisatawan internasional (2008). Kebutuhan
sekitar 66 ribu untuk usaha wholesaler dan ritel bidang perhotelan dan jasa makanan dan
minuman21.
Dari negara-negara Timur Tengah permintaan tenaga kerja pariwisata mencapai 1360 orang
setiap semester, untuk tenaga operasional perhotelan dan makanan dan minuman.
Sementara itu, untuk mengisi kebutuhan tersebut, mereka mengisi dengan siswa on the job
training dari Asia termasuk dari Indonesia. Sebagai contoh, untuk tahun 2007-2009 satu
hotel resort membutuhkan 250 orang tenaga trainee dari Indonesia.
Employability: Kompetensi yang dibutuhkan
Hasil-hasil penelitian lebih dari lima tahun terakhir, menunjukkan bahwa institusi pendidikan
tinggi menghadapi isu dan tantangan globalisasi, kompetisi dan ekonomi berbasis
pengetahuan (knowledge economy). Laporan utama Konsorsium Universitas di Inggris (2007)
mengidentifikasi cepatnya perubahan pasar kerja lulusan yang meliputi: (1) berubahnya
struktur industri dan bisnis komersial terutama munculnya kekuatan-kekuatan baru yang
19
20
21

OECD (2010). OECD Tourism Trends and Policies 2010.
WTTC (2010). Taken from databases.
Juliana Kheng Mei Soh (2008). Human Resource Development in the Tourism Sector in Asia

Kusmay@di

Page | 8

kecil-kecil dan organisasi bisnis yang responsif, (2) banyak lulusan yang bekerja pada
organisasi/bisnis kecil, menjadi bekerja sendiri atau kombinasi, part-time, atau bekerja paruh
waktu dengan freelance. (3) adanya reformasi sektor publik terutama pemerintah yang
mendorong untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas.
Derasnya arus perubahan tersebut menuntut adanya transformasi dalam menyiapkan lulusan.
Institusi tidak hanya menghasilkan keterampilan akademis yang secara tradisional dihasilkan
dari mata kuliah pada program studi dan gelar yang dicapai, melainkan harus lebih eksplisit
berusaha mengembangkan apa yang disebut sebagai „key’, core’, „transferable’ and/or
„generic’ skills yang dibutuhkan oleh berbagai bidang dan tingkat pekerjaan (Godwin, C,
2006). Agregat dari berbagai keterampilan yang dimiliki lulusan sering disebut sebagai
employability skills.
Dari sudut pandang industri, „employability skill’ mengacu pada kesiapan untuk bekerja
(work-readiness), yaitu memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan memahami bisnis
yang memungkinkan para lulusan baru memberikan kontribusi produktif terhadapa tujuantujuan organsisasi segera setelah memulai bekerja. Sementara itu Overtoon (2000)
mendefinisikan employability skills sebagai “transferable core skill groups that represent
essential functional and enabling knowledge, skills and attitudes required by the 21st century
workplace… necessary for career success at all levels of employment and for all levels of
education”. Yorke (2004) mendefinisikan employability sebagai “A set of achievements – skills,
understandings and personal attributes – that make graduates more likely to gain
employment and be successful in their chosen occupations, which benefits themselves, the
workforce, the community and the economy.”
Secara umum, employability skill terdiri atas (1) Keterampilan akademis (2) keterampilan
pengembagan diri dan (3) keterampilan bisnis.

 Keterampilan akademis (academic skills): meliputi pengetahuan sepesialis, kemampuan
menerapkan pengatahuan, berpikir logis, analisis secara kritis, penyelesaian masalah,
komunikasi lisan dan tulisan, kemampuan menggunakan data numerik, literasi komputer
dan keterampilan meneliti.

 Keterampilan penggembangan diri (personal development skills): meliputi percaya diri,
disiplin diri, keyakinan diri, menyadari kekuatan dan kekurangan diri, kreativiti, mandiri,
pengetahuan atas hubungan internasional, keinginan untuk belajar, kemampuan refleksi,
integritas, jujur dan hormat kepada orang lain.

 Keterampilan bisnis (enterprise or business skills): mencakup keterampilan entrepreneurial, kemampuan untuk memprioritaskan tugas, manajemen waktu, keterampilan
interpersonal, keterampilan presentasi, kemampuan bekerja dalam tim, leadership,
commercial awareness, fleksibel, inovator, independence dan risk-taking.
Kesimpulan untuk ketiga bidang di atas, diperlukan oleh industri sebagimana hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa aspek-aspek soft-skill yang diperlukan di industri hospitaliti dan
Kusmay@di

Page | 9

pariwisata dirinci menurut kepentingannya, komunikasi merupakan unsur yang sangat
penting yang harus dimiliki setiap lulusan. Tabel 2. Merupakan hasil penelitian mengenai
kompetensi yang digunakan oleh industri untuk beberapa bidang pekerjaan.
Tabel 2. Competencies Use by Industries22
ALL
 Communication and
Literacy
 Interacting with Others
 Professionalism
 Completing Activities
 Problem Solving
 Information
 Technology
 Understanding the
Industry
 Career and Life Choices

75%

Hospitality
Tourism and
Recreation
73%

Arts, Media,
Comm. and
Tech.
71%

Business,
Finance and
Marketing
73%

Health, Human
Services and
Education
77%

70%
69%
62%
50%
43%
40%
29%

72%
59%
53%
45%
38%
28%
27%

58%
58%
63%
57%
43%
62%
25%

61%
66%
56%
45%
50%
52%
21%

77%
80%
70%
58%
37%
25%
34%

25%

23%

21%

20%

29%

Skill Gain Study, Massachusetts. Univ.

Tabel 3. Urutan 10 besar Keterampilan dan Kemampuan Penting bagi Lulusan yang direkrut berdasarkan ukuran
organisasi (%)23
Keterampilan dan kemampuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Berkomunikasi
Bekerja dalam tim
Kejujuran (Integrity)
Kemampuan interlektual (Intelectual
ability)
Percaya diri (Confidence)
Kepribadian (Character/personality)
Perencanaan dan pengorganisasisn
Literasi (good writing skills)
Numerasi (good with numbers)
Analisis dan pengembilan keputusan
(Analysis & decision making)

‘01-99’
88
85
81
81
80
81
74
68
68
64

Jumlah Tenaga Kerja
100-999
1000+
86
82
84
84
86
82
84
84
81
79
72
72
67
67

78
60
75
75
69
73

Total
86
85
83
83
80
75
74
71
68
67

Dalam upaya internasionalisasi lulusan, ada baiknya mempelajari kompetensi penting yang
dibutuhkan oleh industri yang berafiliasi dengan internasional atau tidak. Tabel berikut
merupakan hasil riset yang menggambarkan tingak kepentingan keterampilan.

22
23

Kusmayadi, Soetomo dan Hendroyono (2008). Pengembangan Bidang Ilmu Pariwisata, Ditjen Dikti.
Idem

Kusmay@di

Page | 10

Tabel 4. Urutan 10 besar Keterampilan dan Kemampuan Penting bagi Lulusan yang direkrut oleh perusahaan
berafiliasi internasional (%)24

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Berkomunikasi
Bekerja dalam tim
Kejujuran (Integrity)
Kemampuan interlektual (Intelectual
ability)
Percaya diri (Confidence)
Kepribadian (Character/personality)
Perencanaan dan pengorganisasisn
Literasi (good writing skills)
Numerasi (good with numbers)
Analisis dan pengembilan keputusan
(Analysis & decision making)

Memiliki
induk
internasional
82
91
85
79

Memiliki
hubungan
internasional
87
82
85
87

Tidak memiliki
hubungan
internasional
86
88
76
67

Total

64
73
70
67
73
76

84
71
71
77
69
64

81
88
86
60
62
71

80
75
74
71
68
67

86
85
83
81

Profil Lapangan Kerja
Setiap tahun, diperkirakan lebih dari 2.000 orang lulus dari perguruan tinggi pariwisata.
Berdasarkan sampel di lima perguruan tinggi terkemuka di Jakarta dan Jawa Barat, rata-rata
masa tunggu lulusan dalam memperoleh pekerjaan kurang tiga bulan setelah lulus, mecapai
80 persen. Di samping itu, diperkirakan lebih dari 30.000 lulusannya tersebar di berbagai
bidang pekerjaan di industri pariwisata, baik di dalam maupun di luar negeri. Lingkup
pekerjaan yang ditekuni para lulusan biasanya pada bidang perhotelan, perestoranan,
katering, atraksi wisata, pengelolaan akomodasi, kapal pesiar, biro dan agen perjalanan,
industri pertemuan/perhelatan dan lain-lain. Produktifitas lulusan perguruan tinggi per tahun
diperkirakan mencapai sekitar 18.700, orang dengan asumsi 100 orang setiap per angkatan
pergi ke luar negeri25.
Sebagai industri global, sektor pariwisata membutuhkan tenaga kerja internasional. Suatu
hotel chain internasional misalnya, yang dibuka di berbagai negara memerlukan tenaga kerja
yang memiliki silang budaya (cross culture). Jenis dan tingkat pekerjaan yang relatif beragam
membutuhkan tenaga kerja yang beragam pula. Ambil contoh permintaan tenaga kerja pada
tahun 2007/2008, paling tidak tercatat lebih dari 66 ribu kesempatan kerja melalui job order
Depnaker. Jumlah tersebut belum termasuk permintaan langsung dari international
recruitment agency kepada institus-institusi pendidikan. Beberapa contoh permintaan tenaga
kerja dari luar negeri seperti pada tabel berikut:

24
25

Kusmayadi, Soetomo dan Hendroyono (2008). Pengembangan Bidang Ilmu Pariwisata, Ditjen Dikti.
idem

Kusmay@di

Page | 11

Tabel 5. Permintaan Tenaga Kerja dari Luar Negeri untuk Industri Hospitaliti dan Pariwisata tahun 2007/2008 26
Industri
Perhotelan
Restoran and Catering Inc. Cook
Travel and Tourism
Cruise line
Spa
Jumlah

Job Order
17.126
5.135
41.510
1.000
1.475
66.246

Persen
25,85
7,75
62,66
1,51
2,23
100,00

Berbagai jabatan pekerjaan yang diperlukan di luar negeri, untuk kategori hotel, restoran dan
perjalanan wisata, di negara-negara OECD seperti pada tabel berikut:
Tabel 6. Beberapa Jenis dan Jenjang Pekerjaan di Luar Negeri
Restauran & FB Services
General Manager
Food & Beverage Manager
Kitchen Manager
Catering & Banquets Manager
Service Manager
Maitre’d
Restaurant Owner
Baker
Brewer
Caterer
Executive Chef
Cock
Pastry & Specialty Chef
Bartender
Restaurant Server
Banquet Server
Cocktail Server
Banquet Setup Employee
Bus Person
Room Service Attendant
Kitchen Steward
Counter Service
Wine Steward
Host

Hotel & Lodging
Front Office Manager
Executive Housekeeper
Director of Sales & Marketing
Chief Engineer
Director of Human Resources
Room Division Manager
Director of Operation
General Manager
Regional Manager
Quality Assurance Manager
Corporate Management
Lodging Management
Owner/Franchisee
Administrative Support
Uniformed Services Support
Communications Supervisor
Front Desk Supervisor
Reservation Supervisor
Laundry Supervisor
Room Supervisor
Bell Captain
Shift Supervisor
Sales Professional
Night Auditor
Front Desk Employee
Valet Attendant
Bell Attendant
Door Attendant
Concierge
PBX Operator
Reservationists

26

Travel and Tourism
Executive Director
Assistant Director
Director of Tourism Development
Director of Membership Development
Director of Communication
Director of Visitor Services
Director of Sales
Director of Marketing And Advertising
Director of Volunteer Services
Director of Convention & Visitors Bureau
Market Development Manager
Group Sales Managers
Events Manager
Sales Manager
Destination Managers
Convention Services Manager
Heritage Tourism Development
Travel Agent (Commercial & Vacation)
Event Planner
Meeting Planner
Special Events Producer
Nature Tourism Coordinator
Tourism Marketing Specialist
Transportation Specialist
Welcome Center Supervisor
Visitor Center Counselor
Tourism Assistant
Executive Assistant
Tour Guide
Tour Operator
Motor Coach Operator
Tour And Ticket Reservation
Interpreter

Peluang Kerja di Luar Negeri 2007-2008. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI)

Kusmay@di

Page | 12

Guestroom Attendant
Public Space Cleaner
Laundry Attendant
House Person
Maintenance Worker
Van Driver
Sumber: Hospitality and Tourism Career Cluster, 2006.

Sementara itu, beberapa situs rekrutmen online dari berbagai negara mengindikasikan
pekerjaan-pekerjaan yang paling banyak dicari untuk sektor hospitaliti dan pariwisata adalah
pada bidang-bidang makanan dan minuman termasuk restoran, dan tenaga kerja perhelan
dengan jabatan pekerjaan sebagai berikut27:










Bar management
Butler
Chairman/ceo
Chef de partie
Chefs &
Cooks
Chefs - commis
Chefs - executive/head
Chefs - pastry

• Chefs - sous











Concierge
Chief engineer
Conference/banqueting
Development manager
Eam
Executive assistant/pa
Management
Finance
Graduate

• Guest relations officer











General manager
Hotel management
Housekeeping
Human resources
It manager
Leisure management
Leisure staff
Night manager
Operations
manager/director
• Porter











Reception/concierge
Restaurant manager
Revenue manager
Rooms division manager
Sales & marketing
Spa manager
Spa therapist
Steward/ess
Training

• Waiting staff job

Sementara itu, untuk negara-negara ASEAN tenaga kerja yang hospitaliti yang dibuka untuk
seluruah anggota, melalui kesepakatan Mutual Recognition Arrangement (MRA) dengan acuan
ASEAN Common Competency Standards for Tourism Professional (ACCSTP). Secara umum
jabatan-jabatan yang disepakati adalah sebagai berikut:
Hotel Services

Travel Services

1.

Front office
1.1. Front Office Manager
1.2. Front Office Supervisor
1.3. Receptionist
1.4. Telephone Operator
1.5. Bell Boy

1.

Travel Agencies
1.1. General Manager
1.2. Assistance General Manager
1.3. Senior Travel Consultant
1.4. Travel Consultant

2.
2.

House Keeping
2.1. Executive Housekeeper
2.2. Laundry Manager
2.3. Floor Supervisor
2.4. Laundry Attendant
2.5. Room Attendant
2.6. Public Area Cleaner

Tour Operation
2.1. Product Manager
2.2. Sales and Marketing Manager
2.3. Credit Manager
2.4. Ticketing Manager
2.5. Tour Manager

27

http://www.catererglobal.com/ (9 Mei 2010)

Kusmay@di

Page | 13

3.

Food Production
3.1. Executive Chef
3.2. Demi Chef
3.3. Commis Chef
3.4. Chef de Partie
3.5. Commis Pastry
3.6. Baker
3.7. Butcher

4.

Food and Beverage Service
4.1. F&B Director
4.2. F&B Outlet Manager
4.3. Head Waiter
4.4. Bartender
4.5. Waiter

Namun masalah yang dihadapi Indonesia adalah kesiapan untuk menghadapi MRA 2015
nanti. Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, sepertinya harus “berjuang sendirian”
menghadapi masalah ini, misalnya dengan mensertifikasi tenaga kerja profesional,
menyediakan assesor dan assesor licensi, namun itu pun masih jauh dari memadai. Masalah
lain adalah kesadaran stakholder lainnya termasuk industri dan lembaga pendidikan sebagai
penyedia tenaga kerja trampil.
Pentingnya Informasi Tenaga Kerja
Informasi ketenaga kerjaan hospitaliti dan pariwisata, baik dari segi permintaan maupun
penawaran sangat diperlukan untuk mengatisipasi mobilitas tenaga kerja global. Informasi
tersebut paling tidak menyangkut pilihan pendidikan, kebijakan rekrutmen dan arus tenaga
kerja. Beberapa contoh informasi tentang rekrutmen online luar negeri sebagai berikut:
Best Food Jobs -- a job site dedicated to the food service and restaurant industry, where
job-seekers can search for jobs (by location, job type) as well as post your resume. No
cost to job-seekers.
ClubJobs.net -- where job-seekers who are seeking employment in the sports/recreation
field (tennis, golf, health, yacht, and country clubs) can search job listings (by location,
club type, and job type), as well as post your resume and cover letters (up to 25 versions
of each), and register for a job-matching service. Free to job-seekers.
Daytona Beach Area: Careers in Tourism -- where job-seekers can find career, educational,
and job listings in the Halifax Hospitality industry. Jobs from entry-level to management.
Free to job-seekers.
FoodandDrinkJobs.com -- the online job site for professionals in the food and beverage
industry. Job-seekers can browse or search for job listings (by keyword, location, industry,
job function), create a job-search agent, and post your resume. The site includes all types
of job postings -- entry-level, full-time, part-time, and international. Free to job-seekers.
Kusmay@di

Page | 14

FoodIndustryJobs.com -- designed to help job-seekers find any type of food industry
related job at any level across the U.S. You can search by the type of job and by location,
post your resume (with a confidentiality feature), and use their Career Scout -- a job
matching service. Also includes an employer and recruiter directory. Free to job-seekers.
hcareers.com -- a recruiting and job opportunity site for the hospitality industry. Jobseekers can search through thousands of hotel, restaurant, casino, resort, chef, cruise
ship, catering, and all other hospitality jobs and/or post your resume (including an option
to post your resume confidentially). Free to job-seekers.
Hospitality Resource Network -- a great site for job-seekers looking for work in hotels,
restaurants, bars, casinos, and resorts. Job-seekers can search job listings (by location
and job type), post your resume, as well as career advice. No cost to job-seekers.
HotelJobs -- a great site for hospitality professionals, where job-seekers can search for
jobs in hotels, cruise ships, restaurants, casinos, resorts, and all other areas of the
hospitality industry. You can also post your resume, register for a job search agent, and
review company profiles. No cost to job-seekers.
Hotel Travel Jobs -- a job site for job-seekers searching for employment in the hospitality
industry, where you can search job listings in the hospitality industry (including hotels,
catering, restaurants, clubs, cruise ships, travel agencies, and more) -- from entry level
positions to hotel management jobs -- as well as post your resume. No cost to jobseekers.
Meetingjobs.com Jobboard -- for job-seekers in the meetings and special events industry.
Job-seekers can search jobs, post your resume, and subscribe to a jobs by email program
-- but only after registration. Also includes links to various types of career resources. Free
to job-seekers.
needwaitstaff.com -- a great resource for job-seekers looking for waitstaff jobs. Jobseekers can post your resume, preview restaurant job openings in your area -- or around
the country, and directly contact employers. Free to job-seekers.
Resort Jobs -- where job-seekers can search for jobs in ski resorts, national parks, resort
hotels, club med and destination clubs, beach resorts, adventure tours, and cruise ships.
Restaurant Recruit -- a niche job site for the restaurant industry, also focusing on diversity
recruitment, where job-seekers can search job ads (by position, location), post your
resume, browse recruiting events, and find diversity links. No cost to job-seekers.
StarChefsJobFinder.com -- where job-seekers can post your resume or browse/search
through job postings from culinary employers that include all types, such as chef,
restaurant manager, food & beverage director, bar manager, and more. Also includes a
career center. Free to job-seekers.

Kusmay@di

Page | 15

traveljobz.net -- where job-seekers in the travel, hospitality, tourism, and leisure
industries can search for a wide variety of jobs or post your resumes. Free to job-seekers.
WineandHospitalityJobs.com -- where job-seekers interested in working in all aspects of
the wine/spirits/beer and hospitality industry can search for jobs (by job type and
keywords), review the job openings of featured employers, and upload your resume or
personal profile. Free to job-seekers.
Informasi seperti tersebut secara ofisial dari pemerintah belum memadai. Saat ini informasi
kesempatan kerja disediakan oleh swasta seperti “jobec”, “jobdb”, dan lain. Dalam hal ini
peran BNP2TK sangat dibutuhkan untuk mendistribusikan informasi baik permintaan dari luar
negeri maupun ketersediaan tenaga kerja dari dalam negeri.
Penyediaan Tenaga Kerja Pariwisata
Penyediaan tenaga kerja harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan luar
negeri. Untuk kepentingan dalam negeri diharapkan dapat mengisi kesempatan kerja bidang
perhotelan, restoran dan katering, usaha perjalanan, dan atraksi wisata, di samping
menciptakan lapangan kerja dengan membuka usaha bidang-bidang layanan makanan dan
minuman, hiburan, agen perjalanan, pengelolaan acara dan sebagainya. Selain itu, lulusan
pendidikan tinggi diharapkan dapat menjadi peneliti, pencipta, dan pemikir dan pengembang
pariwisata.
Untuk kepentingan luar negeri, umumnya perguruan tinggi pariwisata
mempunyai jaringan dengan industri di luar negeri, baik untuk kepentingan bekerja maupun
praktik kerja lapangan.
Selama menjalani studi, mahasiswa harus melakukan
magang/internship di luar negeri, mulai satu semester sampai empat semester. Selama
magang, mereka memperoleh jaminan akomodasi dan meperoleh allowance. Setelah lulus
studi, banyak alumni pendidikan tinggi pariwisata bekerja di luar negeri melalui jaringan
hotel internasional, kapal pesiar dan lodging lainnya. Dengan bekerja di luar negeri sebagai
tenaga profesional, sudah dipastikan mereka memasukan devisa ke dalam negeri. Oleh
karena itu, upaya percepatan dan perluasan tenaga kerja pariwisata profesional menengah ke
luar negeri akan sangat menguntungkan dalam perolehan devisa negara dari ekspor non
migas28.
Pendidikan Pariwisata Indonesia dibuka pada jalur non formal dan jalur formal dari tingkat
SLA (SMK Pariwisata) sampai Pendidikan Tinggi, dengan program studi Perhotelan dan
Perjalanan Wisata. Terdapat 41529 sekolah pariwisata setingkat sekolah kejuruan (SMK),
terbanyak di Jawa Timur (82 SMK), disusul DKI Jakarta (53) dan Bali hanya memiliki 23 SMK
Bidang Pariwisata. Adapun jumlah siswa peserta didik pada SMK Pariwisata sebanyak

28
29

Kusmayadi (2009). Kelayakan Program Studi Hospitaliti dan Pariwisata, STP Trisakti.
Statistik Pendidikan, (2009) Depdiknas.

Kusmay@di

Page | 16

174.726 orang siswa, dengan populasi tertinggi di Jawa Timur (35.399 siswa), sementara Bali
sebagai barometer pariwisata hanya memiliki 9.285 siswa.
Sementara itu, Perguruan Tinggi pariwisata di Indonesia berkembang cukup pesat setelah
pengakuan pariwisata sebagai ilmu mandiri. Pada tahun 2008, Dikti mencatat 187 program
studi yang membuka bidang perhotelan dan perjalanan wisata (100 Perhotelan, 87
Pariwisata). Namun setelah pariwisata diakui sebagai ilmu mandiri, pertumbuhan program
studi mencapai 12% atau sejumlah 213 program studi30.
Populasi mahasiswa pada perguruan tinggi pariwisata akhir tahun 2009 tercatat 19.936
orang pada berbagai program studi dan tingkatan. Jumlah tersebut memberikan kontribusi
Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan pariwisata sebesar 0,617% (Nasional 17,26%).
Tabel 7. Gambaran Umum Pendidikan Tinggi pariwisata di Indonesia, (per November 2009)
Jenjang

Perhotelan
375
11
7.597
2.543
154
10.680

%
3,51
0,10
71,13
23,81
1,44
100,00

D1
D2
D3
D4
S1
S2
Sub Total
STP Bandung
STP Bali
TOTAL Nasional (minus Akpar Medan, Makasar)
MAHASISWA INDONESIA
APK PENDIDIKAN PARIWISATA (%)
APK NASIONAL (%, 2009)

Pariwisata
%
20
0,36
3.875 69,59
1.568 28,16
105
1,89
5.568 100,00

Total
%
399
2,44
11
0,07
11.543 70,61
4.135 25,29
155
0,95
105
0,64
16.348 100,00
1.968
1.620
19.936
3.232.316
0,617
17,26

Bila dikaitkan dengan pasokan sumberdaya manusia pariwisata, maka ketersediaan calon
tenaga kerja Indonesia diperkirakan mencapai 194 ribu lebih pada akhir tahun 2009. Apabila
produktifitas kelulusan kita anggap 10 persen, maka sekitar 19,4 ribu orang akan masuk ke
pasar kerja.
Angka angka di atas adalah perkiraan kuantitatif di atas kertas, pada kenyataanya di
lapangan, jumlah tersebut tidak siap untuk bersaing di pasar kerja, karena dihadpkan pada
berbagai permasalahan antara lain:
Kurangnya kualifikasi dan kompetensi lulusan berstandar internasional termasuk
kemampuan manajerial,
30

Catatan, angka program studi dan pupulasi, bisa saja berbeda tergantung kapan waktu mengases web EPSBED,
biasanya keterlambatan pelaporan dari perguruan tinggi per semester berdampak pada perbedaan hitungan jumlah
program studi.

Kusmay@di

Page | 17

Belum optimalnya pemanfaatan ICT dalam sistem distribusi informasi mengenai peluang
dan kesempatan kerja pariwisata baik di dalam maupun di luar negeri, yang mana
informasi tersebut dapat digunakan untuk pembaharuan proses pembelajaran,
Belum disahkannya qualification framework yang memungkinan multi-entri-multiexit pada
pendidikan pariwisata,
Belum optimalnnya sistem sertifikasi kompetensi yang ada saat ini,
Belum adanya perencanaan tenaga kerja nasional bidang pariwisata, padahal penyerapan
tenaga kerjanya sangat besar baik yang direct maupun indirect,
Belum meratanya kualitas pembelajaran, karena masih rendahnya kualifikasi tenaga
pendidik bidang pariwisata,
Belum diterapkanya standar minimum sarana-prasarana pendidikan pariwisata,
Belum adanya roadmap pola pendidikan dalam rangka persiapan menghadapi ASEAN
Community, seperti MRA 2015,
Belum berimbangnya komposisi „produksi‟ (70% D3), padahal banyak permintaan tenaga
kerja di luar negeri yang mempersyaratkan bachelor.
Strategy Penempatan Tenaga Kerja Pariwisata
Memperhatikan kondisi dan situasi seperti di atas, maka perlu adanya hubungan yang sangat
erat antara penyedia tenaga kerja, pendistribusian dan penyedia lapangan kerja. Hubungan
tersebut tidak hanya terbatas pada pertukaran informasi, melainkan koordinasi dan
sinkronisasi penawaran dan permintaan tenaga kerja.
Penyedia tenaga kerja
Lembaga pendidikan dan pelatihan sebagai penyedia tenaga kerja sangat memerlukan
informasi mengenai ketersediaan lapangan kerja, kualifikasi dan kompetensi yang
diperlukan, dan periodisasi. Terutama dalam hal kualifikasi dan kompetensi, sangat
diperlukan untuk updating proses. Selanjutnya lulusan memerlukan pengakuan atas
kemampuan yang dimilikinya, oleh karena itu sertifikasi, lisensi dan akreditasi perlu
dilakukan terhadap penyedia tenaga kerja tersebut.
Pendistribusi/intermediaries
Selama ini pendistribusian tenaga kerja baik di dalam maupun ke luar negeri, selain langsung
antara industri dengan tenaga kerja, maupun industri dengan institusi penghasil tenaga
kerja, juga dimediasi oleh agen-agen tenaga kerja. Dalam hal penempatan tenaga kerja ke
luar negeri, yang di maksud di sini adalah bagaimana lulusan pendidikan pariwisata dapat
ditempatkan di luar negeri sebagai skilled atau ditempatkan sekurang-kurangnya pada level
Kusmay@di

Page | 18

supervisory. Tujuan utamanya adalah untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja yang jumlah
nya sangat terbuka luas. Hanya saja beberapa kendala yang harus di perbaiki antara lain:






Komunikasi dan pengusasaan bahasa asing,
Tingkat percaya diri yang masih rendah,
Semangat kompetisi dan mental juara masih kurang,
Daya juang dan rasa kebanggaan terhadap jati diri bangsa Indonesia cukup rendah,
Kesenjangan kualitas lulusan perguruan tinggi pariwisata Indonesia masih cukup besar,
yang disebabkan karena ketersediaan sarana prasarana pembelajaran.

Untuk itu maka perlu dibangun kerjasasama yang difasilitasi oleh pemerintah dalam
peningkatan kualitas secara berimbang, melalui beberapa kegiatan diantaranya:
 Menetapkan standar minimun kelulusan bahasa Inggris pada setiap pendidikan tinggi
agar terpacu untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris.
 Menetapkan standar minimum proses pembelajaran dan sarana pembelajaran termasuk
standar minimum laboratorium praktik, untuk mengurangi gap yang sangat besar antar
perguruan tinggi,
 Menyediakan fasilitas ajang kompetisi dalam rangka meningkatkan semangat
berkompetisi dan sarana uji kompetensi lulusan, melalui Lomba Kompetensi Mahasiswa
(LKM) bidang Hospitaliti dan Pariwisata. Seperti memfasilitasi kompetisi kukeri dan
patiseri, penyajian makanan dan minuman dan lomba kemampuan berbahasa asing,
bahkan kompetisi sampai tingkat internasional.
Dalam rangka penempatan trainee dan lulusan ke luar negeri, yang menyangkut keterlibatan
berbagai pihak, maka perlu dibentuk suatu jaringan (misalnya university global connection)
yang merupakan simpul utama dalam penempatan lulusan ke luar negeri. Suatu jaringan
kerja sama yang dibentuk dalam suatu wadah yang di dalamnya terdiri atas pihak industri,
perguruan tinggi dan pemerintah.
Tugas utama dari jaringan ini antara lain (1)
mengidentifikasi klaster kompetensi yang dibutuhkan oleh industri di luar negeri, (2)
memfasilitasi penyiapan dan akselerasi dan penambahan soft skill (3) menempatkan trainee
dan lulusan ke luar negeri. Pihak industri berperan dalam membantu menempatkan trainee
dan lulusan dan penetapan standar kebutuhan industri. Sementara pihak akademisi
menyesuaikan dan meng-update kurikulum dan proses pembelajaran. Adapun pemerintah
memfasilitasi terjalinnya hubungan ketiga pihak tersebut. Pihak industri dan perguruan
tinggi yang selama ini menjalin hubungan dengan luar negeri dikoordinasikan agar kerjasama
dapat diperluas dan ditingkatkan mengingat permintaan dari luar negeri banyak yang belum
terpenuhi.
Dengan adanya Global Connection, diharapkan jumlah lulusan pendidikan pariwisata yang
terserap ke luar negeri dapat terpantau, sehingga dapat mengukur tingkat keterserapan
lulusan oleh industri. Di samping itu, pemerataan kesempatan untuk ke luar negeri bagi

Kusmay@di

Page | 19

lulusan juga dapat berjalan dan memilik kekuatan tawar menawar yang seimbang dengan
pihak patner di luar negeri, sehingga jaringan ini dapat:

 Membangun peluang networking dengan institusi patner di luar negeri,
 Mempromosikan lulusan pendidikan pariwisata ke luar negeri,
 Mengidentifikasi peluang kerja, profesi, kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan oleh
industri luar negeri yang terkait dengan lulusan pendidikan tingi pariwisata,
 Mempelajari secara langsung pencapaian tertinggi dalam bidang ilmu pariwisata yang
telah terselenggara maupun dikembangkan di luar negeri,
 Menyusun prioritas program kerja pengembangan bidang ilmu pariwisata berdasarkan
informasi benchmarking.
Penutup
Dengan disusunnya paper ini diharapkan menjadi informasi yang berguna bagi
pengembangan sumberdaya manusia pariwisata. Lulusan pendidikan pariwisata yang saat ini
memasok pasar tenaga kerja luar negeri, diharapkan dapat lebih meningkat di masa yang
akan datang melalui program-program yang difasilitasi Pemerintah khsusnya BNP2TKI.

Kusmay@di

Page | 20