KEEFEKTIFAN MODEL SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI DI GUGUS GATOT SUBROTO KABUPATEN SEMARANG

(1)

KEEFEKTIFAN MODEL SOMATIC, AUDITORY,

VISUALIZATION, INTELLECTUALLY PADA

MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV

SD NEGERI DI GUGUS GATOT SUBROTO

KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Ghaida Nisa

1401412217

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Motto

Dengan ilmu kita menuju kemuliaan (K.H.Dewantara)

Satu-satunya sumber ilmu pengetahuan adalah pengalaman (Albert Einstein)

Persembahan

Teriring rasa syukur pada Allah SWT, kupersembahkan skripsi saya kepada: Sri Sugiyarti dan Saptono Wiryodihardjo kedua orangtuaku tercinta


(6)

vi

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat rahmat-Nya, akhirnya skripsi ini dapat selesai .

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi telah melibatkan berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang Rektor yang telah memberikan kesempatan studi kepada penulis di UNNES.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan PGSD FIP UNNES dan selaku pembimbing 1 yang telah membimbing dan memberikan pengarahan sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar.

4. Tri Murtini, S.Pd., M. Pd., Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar.

5. Aniati Lestari, S.Pd., Kepala Sekolah SD N Pringapus 01 yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

6. Sumarmi, S.Pd., Kepala Sekolah SD N Pringapus 02 yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

7. Siswa Jawarta, M.Pd., Kepala Sekolah SD N Pringapus 03 yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

8. Umi Nasechah, S.Pd dan Rustina, A.Ma selaku guru kelas IV SD N Pringapus 03 dan SD N Pringapus 01 yang telah membantu melaksanakan penelitian.


(7)

vii

kelemahan, karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan dunia pendidikan pada umumnya.

Semarang, 29 Juli 2016


(8)

viii

Nisa. Ghaida. 2016. Keefektifan Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV SD Negeri di Gugus Gatot Subroto Kabupaten Semarang. Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang. Drs. Isa Ansori, M.Pd,. Tri Murtini, S.Pd., M.Pd

Hasil Observasi di SD N Gugus Gatot Subroto, bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA kelas IV belum optimal. Diperoleh data mengenai permasalahan dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA diantaranya: Sistem pembelajaran IPA yang belum memaksimalkan penggunaan model pembelajaran yang inovatif, siswa hanya sebagai objek dalam pembelajaran, siswa hanya mendengar dan menerima materi saja, siswa tidak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, siswa belum berani mengemukakan pendapat di depan kelas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA yang masih rendah. Berbagai variasi gaya belajar siswa juga menjadi salah satu problematika dalam penyampaian pembelajaran IPA. Upaya peningkatan keefektifan pembelajaran IPA dengan penerapan model pembelajaran SAVI. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana keefektifan model SAVI pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD N Gugus Gatot Subroto. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran SAVI pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD N di Gugus Gatot Subroto Kabupaten Semarang.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian yaitu Non-equivalent Control Group Desain. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN Gugus Gatot Subroto Kabupaten Semarang. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. SD N Pringapus 03 sebagai kelas eksperimen, SD N Pringapus 01 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, dan tes.

Hasil penelitian berdasarkan data yang dianalisis menggunakan teknik statistika t-test (uji-t). Berdasarkan taraf signifikan 5% dan dk = 91 diperoleh nilai sig (2-tailed) 0,00 / 2 < 0,05. Nilai rata-rata kelompok eksperimen adalah 86,25 dan nilai rata-rata kelompok kontrol adalah 74,38 . Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran SAVI lebih tinggi daripada yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif. Terdapat pula hubungan antara hasil belajar siswa dengan aktivitas siswa ditunjukan dengan hasil analisis uji product moment. Jumlah subyek (N) = 44 dengan signifikansi pada tingkat 0,01(1%). Dilihat dari Sig (1-tailed) = 0,00. Sedangkan untuk keeratan hubungan rhit =

0,801 termasuk dalam kategori keeratan hubungan kuat. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara aktivitas siswa dan hasil belajar. Model pembelajaran SAVI efektif digunakan pada mata pelajaran IPA materi perubahan lingkungan fisik siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Gatot Subroto Kabupaten Semarang.


(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI... ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Definisi Oprasional ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... .. 13

2.1.1 Keefektifan ... 13

2.1.2 Hakikat Belajar ... 15

2.1.3 Hakikat Pembelajaran ... 18

2.1.4 Hasil Belajar ... 20

2.1.5 Aktivitas Siswa ... 22

2.1.5.1 Indikator Aktivitas Siswa ... 24

2.1.6 Hakikat IPA ... 25

2.1.7 Hakikat Pembelajaran IPA di SD ... 28

2.1.8 Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually ... 31


(10)

x

2.1.8.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran SAVI ... 35

2.1.8.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran SAVI ... 39

2.1.9 Model Pembelajaran Kooperatif ... 40

2.1.9.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 40

2.1.9.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 41

2.1.9.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif ... 42

2.1.10 Penerapan Model Pembelajaran SAVI ... 42

2.2 Kajian Empiris ... 43

2.3 Kerangka Berpikir ... 48

2.4 Hipotesis ... ... 50

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Eksperimen ... 51

3.2 Prosedur Penelitian ... 52

3.3 Subjek Penelitian ... 55

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 55

3.4.1 Populasi Penelitian ... 55

3.4.2 Sampel Penelitian ... 56

3.5 Variabel Penelitian ... 57

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 58

3.7 Uji Coba Instrumen Penelitian, Validitas, dan Reliabilitas ... 60

3.8 Analisis Data ... 73

3.8.1 Analisis Data Awal ... 73

3.8.2 Analisis Data Akhir ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 82

4.1.1 Deskripsi Penelitian ... 82

4.1.2 Uji Prasyarat / Pra Penelitian... 85

4.1.2.1 Uji Normalitas Data Populasi ... 86

4.1.2.2 Uji Homogenitas Data Populasi ... 87

4.1.3 Analisis Data Awal ... 88


(11)

xi

4.1.4 Analisis Data Akhir ... 91

4.1.4.1 Analisis Data Hasil Belajar ... 91

4.1.4.1.1 Uji Normalitas Data Hasil Belajar ... 91

4.1.4.1.2 Uji Homogenitas Hasil Belajar ... 93

4.1.4.1.3 Uji Perbedaan Rata-Rata ... 94

4.1.4.2 Analisis Data Aktivitas Siswa ... 95

4.1.4.2.1 Uji Normalitas Data Aktivitas Siswa ... 96

4.1.4.2.2 Analisis Hubungan ... 97

4.2 Pembahasan ... 98

4.2.1 Pemaknaan Temuan ... 98

4.2.1.1 Perbedaan Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 98

4.2.1.2 Analisis Hubungan anatara Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar ... 105

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 108

4.2.2.1 Implikasi Teoretis ... 108

4.2.2.2 Implikasi Praktis ... 109

4.2.2.3 Implikasi Pedagogis ... 109

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 111

5.2 Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 114 LAMPIRAN


(12)

xii

Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Kognitif Anak ... 30

Tabel 2.2 Aktivitas Siswa dalam SAVI ... 36

Tabel 2.3 Langkah-Langkah Model Kooperatif ... 41

Tabel 3.1 Data Populasi ... 55

Tabel 3.2 Kategori Tingkat Reliabilitas ... 61

Tabel 3.3 Hasil Reliabilitas Instrumen Non Tes ... 62

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba ... 64

Tabel 3.5 Pengelompokan Validitas Soal ... 65

Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 67

Tabel 3.7 Hasil Analisis Taraf Kesukaran ... 68

Tabel 3.8 Pengelompokan Taraf Kesukaran ... 69

Tabel 3.9 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal ... 71

Tabel 3.10 Pengelompokan Daya Pembeda Soal ... 71

Tabel 3.11 Taraf Kesukaran Soal Instrumen ... 73

Tabel 3.12 Daya Pembeda Soal Instrumen ... 73

Tabel 3.13 Koefisien Korelasi ... 81

Tabel 4.1 Data Subjek Penelitian ... 83

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 84

Tabel 4.3 Analisis Statistik Data Populasi ... 85

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Populasi ... 86

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Populasi ... 87

Tabel 4.6 Analisis Hasil Belajar Pretest ... 88

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Pretest ... 89

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Pretest ... 90

Tabel 4.9 Analisis Hasil Belajar Posttest ... 91

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Posttest ... 92

Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Posttest ... 93

Tabel 4.12 Analisis Perbedaan Rata-Rata ... 94

Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Aktivitas Siswa ... 96


(13)

xiii

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 50

Gambar 3.1 Rancangan NonEquivalent Pretest-Posttest Control Group... 52

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian ... 55


(14)

xiv

Diagram 3.1 Hasil Uji Validitas Tes ... 65

Diagram 3.2 Hasil Taraf Kesukaran ... 69

Diagram 3.2 Hasil Analisis Daya Pembeda ... 72


(15)

xv

Lampiran 1. Daftar Nama Kelas Eksperimen ... 122

Lampiran 2. Daftar Nama Kelas Kontrol ... 123

Lampiran 3. Daftar Nama Kelas Uji Coba ... 124

Lampiran 4. Nilai UAS Semester 1 Kelas Kelas Eksperimen ... 125

Lampiran 5.Nilai UAS Semester 1 Kelas Kelas Kontrol ... 126

Lampiran 6. Daftar Nilai UAS semester 1 Gugus Gotot Subroto ... 127

Lampiran 7. Kisi-Kisi Soal Uji Coba ... 128

Lampiran 8. Soal Tes Uji Coba ... 131

Lampiran 9. Kunci Jawaban Tes Uji Coba ... 141

Lampiran 10. Soal Pretest Posttest ... 143

Lampiran 11. Kisi-Kisi Lembar Pengamatan ... 148

Lampiran 12. Lembar Aktivitas Siswa ... 149

Lampiran 13. Silabus Kelas Eksperimen ... 152

Lampiran 14. Silabus Kelas Kontrol ... 164

Lampiran 15. RPP Kelas Eksperimen ... 171

Lampiran 16. RPP Kelas Kontrol ... 192

Lampiran 17. Uji Validitas Tes ... 209

Lampiran 18. Uji Reliabilitas Tes ... 211

Lampiran 19. Daya Pembeda ... 215

Lampiran 20. Taraf Kesukaran ... 217

Lampiran 21. Uji Reliabilitas Non Tes ... 219


(16)

xvi

Lampiran 24. Hasil Posttest Kelas Kontrol ... 224

Lampiran 25. Hasil Posttest Kelas Ekspeirmen ... 226

Lampiran 26. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa ... 228

Lampiran 27. Uji Normalitas Data Populasi ... 250

Lampiran 28. Uji Homogenitas Data Populasi ... 251

Lampiran 29. Uji Normalitas Data Awal ... 252

Lampiran 30. Uji Homogenitas Data Awal ... 253

Lampiran 31. Uji Normalitas Data Akhir ... 254

Lampiran 32. Uji Homogenitas Data Akhir ... 255

Lampiran 33. Uji Perbedaan Rata-Rata ... 256

Lampiran 34. Uji Normalitas Data Aktivitas ... 257

Lampiran 35. Uji Product Moment ... 258

Lampiran 36. Hasil Lembar Validiasi RPP ... 259

Lampiran 37. Hasil Lembar Validasi Aktivitas Siswa ... 262

Lampiran 38. Surat-Surat Penelitian ... 264


(17)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam perkembangan sebuah negara. Negara yang maju akan memprioritaskan bidang pendidikan dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Undang-Undang No 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan kutipan diatas bahwa dalam proses pendidikan membutuhkan usaha sadar dari dalam diri manusia untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.

Kurikulum memuat segala aspek dalam belajar. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 37 ayat 1 yang memuat mengenai kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal. Sesuai dengan undang-undang tersebut maka mata pelajaran ilmu pengetahuan alam wajib diberikan kepada siswa-siswi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.


(18)

Jenjang pendidikan dasar, ilmu pengetahuan alam memiliki pedoman yang meliputi standar kompetesi dan kompetensi dasar. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi mata pelajaran ilmu pengetahuan alam yang harus di capai peserta didik khususnya jenjang sekolah dasar. Mata pelajaran ilmu pengetahuan alam diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari.

Ilmu pengetahuan alam, yang sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Susanto (2015:167) mengatakan bahwa sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Ilmu Pengetahuan Alam ini diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu sebagai produk, proses dan sikap. Sejalan dengan hal tersebut pendapat Sutrisno (dalam Susanto ,2015:167) mengemukakan bahwa IPA juga sebagai prosedur dan IPA sebagai teknologi. Akan tetapi penambahan ini bersifat pengembangan dari komponen di atas, yaitu pengembangan prosedur dari proses, sedangkan teknologi dari aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai produk. Pembelajaran sains berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA yang ada dalam kehidupan sehari-hari.


(19)

Tujuan ilmu pengetahuan alam pada kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar diantaranya : 1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya; 2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; 4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; 5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam; 6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP / MTs.

Adapula ruang lingkup dalam ilmu pengetahuan alam tingkat sekolah dasar diantaranya : 1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksi dengan lingkungan, serta kesehatan; 2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi : cair, padat dan gas; 3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; 4) bumi dan alam semesta meliputi; tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.


(20)

Hasil Penelitian PISA (Programme for International Sudent Assesment)

tentang prestasi literasi membaca, matematika dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun. Studi ini dikoordinasikan oleh OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development). Hal ini menunjukan bahwa kemampuan anak Indonesia di bidang matematika, membaca dan sains masih rendah. Rata-rata skor anak-anak Indonesia pada kategori sains adalah 382, sedangkan rata-rata skor untuk sains adalah 501.

Terdapat pula data hasil ujian nasional tahun 2015 Provinsi Jawa Tengah tingkat Sekolah Dasar. Pada tahun 2015 sejumlah 572.700 siswa SD/MI se-Jawa Tengah dari 22.776 sekolah yang mengikuti Ujian Nasional. Hasilnya pada tahun ini 7.527 siswa mendapatkan nilai 100 untuk mata pelajaran Matematika (1,31%), 1 orang mendapatkan nilai 100 untuk mata pelajaran IPA, dan tidak ada seorangpun yang mendapat nilai 100 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini mengambarkan bahwa masih rendahnya hasil belajar IPA di bandingkan dengan hasil belajar matematika dalam rekapitulasi hasil ujian nasional 2015 di provinsi Jawa tengah. Siswa dalam menyelesaikan soal yang membutuhkan kemampuan berpikir kritis masih rendah, ini salah satu faktor rendahnya hasil belajar dalam mata pelajaran IPA.

Efektifitas pembelajaran merupakan masalah yang kompleks dan multidimensional. Penyelengaraan pembelajaran sebagai bagian dari proses pendidikan, dilaksanakan secara komprehensif dan utuh. Efektifitas pembelajaran terdiri dari unsur-unsur pembelajaran yang akan dicapai apabila rancangan,


(21)

pelaksanaan, dan evaluasi dapat dijalankan sesuai prosedur serta sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi di Gugus Gatot Subroto Kabupaten Semarang dan wawancara dengan guru kelas IV mengenai permasalahan dalam proses pembelajaran di sekolah dasar, diperoleh data mengenai permasalahan dalam proses pembelajaran IPA diantaranya : Sistem pembelajaran IPA yang belum memaksimalkan penggunaan model pembelajaran yang inovatif, berbagai variasi gaya belajar siswa juga menjadi salah satu problematika dalam penyampaian pembelajaran IPA, siswa belum termotivasi untuk belajar, siswa tidak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, suasana dalam proses pembelajaran membosankan, siswa belum berani mengemukakan pendapat di depan kelas, guru hanya menekankan pada aspek kognitif saja, belum lebih lanjut menuntut siswa dalam berpikir kritis, dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA yang masih rendah.

Upaya dalam meningkatkan keefektifan pembelajaran IPA guru diharapkan kreatif dan inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran. Menggunakan model pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan minat siswa. Memberikan gambaran situasi nyata kepada siswa sehingga siswa termotivasi belajar.

Miftahul Huda (2014:284) Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI) merupakan model pembelajaran yang melibatkan seluruh alat indra siswa dalam proses belajar. karakteristik SAVI dapat dilihat dari unsur : 1) Somatic (learning by doing) merupakan proses belajar dengan melakukan


(22)

sesuatu. 2) Auditory (learning by hearing) merupakan proses pembelajaran dengan mendengar, menyimak dan berbicara, mengemukakan pendapat. 3)

Visualization (learing by seeing) merupakan proses pembelajaran dengan melihat, mengamati dan menggambarkan. 4) Intellectually (learning by thinking)

merupakan dalam proses pembelajaran memecahkan masalah dan berpikir.

Adapun kelebihan dari model SAVI antara lain : (1) Dapat membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual; (2) Siswa akan termotivasi untuk belajar lebih baik; (3) Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan; (4) Melatih siswa untuk terbiasa berpikir kritis; mengemukakan pendapat dan berani menjelaskan jawabanya; (5) Mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa. (Shoimin, 2014:182)

Adapula penelitian yang mendukung dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Md. Mei Yudiai, Dsk. Pt. Parmiti, Dw.Nym. Sudana. Dipublikasikan pada Jurnal Mimbar PGSD Undiksha (Vol. 3 No. 1 Tahun 2014) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajran SAVI Berbantu Media Mind Mapping terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V ”. Dengan hasil penelitian berdasarkan data yang dianalisis mengguunakan statistika deskriptif dan statistika inferensial (uji-t). Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thitung =

5,644 dan ttabel = 2,021. Hal ini berarti thitung> ttabel. Hal ini menunjukan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang diberbelajarkan dengan model pembelajaran SAVI dengan model pembelajaran konvensional. Rata-rata hitung pada kelompok eksperimen adalah 23,80, dan


(23)

kelompok kontrol adalah 18,31 sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran SAVI berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di gugus II Kecamatan Mendoyo.

Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani, Ign. I Wy Suwatra, Nym.Kusmariya. Dipublikasikan pada Jurnal Mimbar PGSD Undiksha Volume 3 No. 1 Tahun 2015 dengan judul “Pengaruh Model SAVI terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Mata Pelajaran IPA Kelas V SD”. Hasil penelitian berdasarkan data yang dianalisis mengunakan statistika deskriptif dan statistika inferensial (uji-t). Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran SAVI dan siswa yang mengikuti dengan pembelajaran dengan model konvensional ( = 6,70 > = 2,00). Rata-rata skor kemampuan berpikir kritis IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran SAVI adalah 32,92 berada pada kategori tinggi. Rata-rata skor kemampuan berpikir kritis IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional adalah 15,28 berada pada kategori rendah. Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran SAVI berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis IPA siswa di kelas V SD Gugus II Sahadewa Kecamatan Negara.


(24)

Berdasarkan ulasan latar belakang tersebut di atas maka peneliti mengkaji penelitian eksperimen dengan judul Keefektifan Model Somatic, Auditory, Visualization, Intellectully pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri di Gugus Gatot Subroto di Kabupaten Semarang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

Rumusan masalah umum :

Bagaimanakah keefektifan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Gatot Subroto Kabupaten Semarang ?

Rumusan masalah khusus :

1. Apakah hasil belajar menggunakan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually lebih tinggi daripada menggunakan model pembelajaran kooperatif pada pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Gatot Subroto Kabupaten Semarang?

2. Adakah hubungan aktivitas belajar siswa menggunakan model Somaic, Auditory, Visualization, Intellectually terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Gatot Subroto Kabupaten Semarang?


(25)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

Tujuan umum :

Menguji keefektifan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Gatot Subroto Kabupaten Semarang.

Tujuan khusus :

1. Membandingkan hasil belajar menggunakan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually dengan model pembelajaran kooperatif pada pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Gatot Subroto Kabupaten Semarang.

2. Mengetahui hubungan aktivitas siswa menggunakan model Somaic, Auditory, Visualization, Intellectually terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Gatot Subroto Kabupaten Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran, menambah pengalaman bagi perkembangan dunia pendidikan, khususnya dalam inovasi pembelajaran untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar.


(26)

1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Guru

Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan dan sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk memilih model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran IPA sehingga tercipta suatu proses pembelajaran yang aktif, efektif dan hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik.

1.4.2.2 Bagi Siswa

Penelitian ini dalam penerapan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually diharapkan dapat memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, memberikan pengalaman kepada siswa untuk berani mengemukakan pendapat dan melatih siswa dalam kemampuan berpikir kritis dalam mengikuti pembelajaran IPA.

1.4.2.3 Bagi Sekolah

Penelitian ini dalam penerapan model Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually diharapkan dapat memberikan informasi dalam keefektifan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inovatif dalam meningkatkan mutu pendidikan, terutama pada pembelajaran IPA di SD Negeri Gugus Gatot Subroto Kabupaten Semarang, sehingga hasilnya akan bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan belajar siswa.


(27)

1.5 Definisi Oprasional

Definisi atau penegasan istilah dilakukan untuk memperoleh pengertian sama tentang istilah dalam penelitian ini agar tidak menimbulkan kesalah pahaman dan menghindari penafsiran makna yang berbeda. Penegasan istilah juga dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini. Istilah-istilah yang perlu diberikan penegasan sebagai berikut:

Variabel Definisi

Keefektifan Supardi (2013:163) Efektivitas berarti usaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusaha melalui aktivitas tertentu baik secara fisik dan non-fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitaif dan kualitatif. Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan dalam menerapkan pembelajaran SAVI terhadap hasil belajar dan aktivitas belajar siswa.

Adapun indikator keefektifan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa dengan model pembelajaran SAVI lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif pada materi perubahan lingkungan fisik.


(28)

2. Aktivitas siswa berhubungan dengan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran SAVI materi perubahan lingkungan fisik.

Model SAVI Meire (2005:64) Model pembelajaran SAVI yang menekankan pada proses pembelajaran yang memaksimalkan penggunaan seluruh alat indra dalam belajar. Model Pembelajaran SAVI merupakan pembelajaran yang mencakup empat proses yang menjadi satu kesatuan, yaitu Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually. Penerapan model pembelajaran SAVI dalam penelitian ini terdiri dari empat tahap menurut Meier (2005), tahap-tahap tersebut diantaranya tahap persiapan, tahap penyampaian, tahap pelatihan dan tahap penampilan hasil.

Hasil Belajar Hasil belajar mencakup tiga aspek yaitu kognitif, psikomotor, dan afektif. Dalam penelitian ini hasil belajar hanya dibatasi dalam aspek kognitif, berupa data kuantitatif dari hasil pretest dan

posttest. Aktivitas

Siswa

Aktivitas siswa (Sardiman, 2014;97) merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dalam penelitian ini menggunakan indikator menurut sintak dari model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually.


(29)

13

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Keefektifan

Seseorang pasti pernah menggunakan kata keefektifan dalam kehidupan sehari-hari. Keefektifan dan efisien sering digunakan secara berdampingan namun memiliki makna yang berbeda. Keefektifan yang dimaksud adalah sebagai berikut, yang didukung oleh beberapa pendapat ahli diantaranya, Pipin (dalam Supardi, 2013:164) mengemukakan bahwa efektifitas dapat diartikan adanya efeknya sehingga membawa hasil. Efektifitas adalah terlaksananya kegiatan dengan baik, teratur, bersih, rapih, sesuai dengan ketentuan dan mengandung unsur-unsur kualitatif dan seni.

Keefektifan tidak hanya dalam unsur-unsur kualitatif saja namun lebih lanjut dapat ditinjau dari aspek yang lebih luas, Supardi (2013:163) Efektivitas berarti usaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusaha melalui aktivitas tertentu baik secara fisik dan non-fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitaif dan kualitatif.

Keefektifan dapat ditinjau dari aspek keberhasilan dari sebuah tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas menurut Etzioni (dalam Hamdani, 2011:194) Secara definisi efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai


(30)

tujuan atau sasarannya. Efektivitas merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam dan maupun di luar diri seseorang. Efektifitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktifitas, tetapi juga dapat dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya.

Keefektifan secara umum tersebut juga berdampak pada dunia pendidikan, sehingga dirumuskanlah keefektifan dalam belajar. Hamdani (2011:194) Efektifitas belajar adalah tingkat pencapaian dan tujuan pembelajaran. Pencapaian tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap serta proses pembelajaran. Keberhasilan yang dilakukan oleh guru dan siswa ditentukan oleh efektifitas dalam upaya pencapaian kompetensi belajar. Hal tersebutlah yang memotivasi UNESCO (1966) sebagai salah satu organisasi yang turut serta dalam dunia pendidikan menyampaikan adanya empat pilar pendidikan yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh pengelola dunia pendidikan, yaitu: a) belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan (learning to know); b) belajar untuk menguasai keterampilan (learning to do); c) belajar untuk hidup bermasyarakat (learning to live together); d) belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal (learning to be). Keempat pilar tersebut harus diterapkan dalam kegiatan pembelajaran agar kualitas pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Keefektifan secara umum dapat digambarkan adanya usaha dalam mencapai suatu keberhasilan tujuan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaanya ditinjau dari berbagai aspek yang dapat menunjang hal tersebut. Sesuai dengan hal tersebut dunia pendidikan terdapat keefektifan belajar yang menuntut adanya


(31)

tingkat pencapaian tujuan dalam pembelajaran. Dalam merealisasikan tujuan pembelajaran dapat ditunjang dengan inovasi dalam kegiatan pembelajaran, media pembelajaran dan strategi pembelajaran.

Beberapa pengertian efektifitas menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ketepatan dalam sebuah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, baik ditinjau secara kuantitaif dan kualitatif.

2.1.2 Hakikat Belajar

Belajar sudah menjadi satu bagian dari adanya kehidupan ini. Belajar bahkan menjadi salah satu kewajiban insan dalam memperbaiki kehidupan di masa yang akan datang. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang hasil dari usaha yang telah ditempuh. Belajar membutuhkan proses yang berlangsung selama hidup dan tidak akan pernah berhenti. Oleh karena itu belajar sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar.

Belajar yang menghasilkan sebuah perubahan pada diri manusia, perubahan yang bersifat permanen ataupun sementara. Sardiman (2014:20) belajar dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dana lain sebaginya. Belajar menurut Hamdani (2011:21) adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan. Slameto (2013:4) Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru


(32)

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Perubahan tidak lepas dari adanya proses belajar. Djamarah (2013:38) belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang yang telah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Suyono (2014:9) belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Sedangkan Ahmad Susanto (2013: 4) belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.

Perubahan sebagai akibat dari adanya belajar, juga memerlukan kesiapan baik secara mental dan emosional. Belajar menurut Sri Anitah (2009:1.3) adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Menurut Hakim (dalam Hamdani, 2011:21) bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, dan lain-lain. Apabila tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, orang tersebut belum mengalami proses belajar.


(33)

Belajar dalam prosesya menuntut adanya suatu aktivitas dari subjek. Skinner (dalam Dimyati, 2013:9) bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang didalamnya terdapat kesempatan, respon dan konsekuensi yang menguatkan respon.

Proses belajar terdapat berbagai unsur. Rifa’i dan Anni (2014:68) belajar dipandang sebagai suatu sistem yang di dalamnya terdapat berbagi macam-macam unsur, antara lain : 1) peserta didik; 2) rangsangan (stimulus); 3) Memori; 4) Respon. Keempat unsur belajar dapat digambarkan sebagai berikut. Kegiatan belajar berlangsung apabila terdapat subjek, kemudian subyek tersebut melakukan berbagai aktivitas interaksi yang melibatkan berbagai indra, kemampuan dan olah pikir. Sehingga berdampak pada adanya sebuah perubahan baik dari segi pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Belajar terjadi karena adanya aktivitas, interaksi dari subjek dalam melakukan berbagai hal, membaca, melihat, menggambar, mengamati, memperbaiki prilaku dll. Dari adanya belajar terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Perubahan tersebut bersifat relatif, baik perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Berbagai aspek yang akan menunjang proses belajar dalam mewujudkan tujuan belajar.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan secara sadar dalam berproses untuk mencapai sebuah tujuan perubahan tingkah laku atau peningkatan kualitas diri.


(34)

2.1.3 Hakikat Pembelajaran

Belajar erat kaitanya dengan pembelajaran. Bahkan dalam dunia pendidikan belajar tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Beberapa pengertian pembelajaran menurut para ahli, pendapat Gagne (dalam Rifa’i, 2012: 158) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar.

Pembelajaran berdasarkan maknanya. Suprijono (2012: 13) berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensi istilah ini dengan pengajaran pada tindak ajar. Guru mengajar, siswa belajar, sementara pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadi pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah menyediakan fasilitas belajar bagi siswanya untuk mempelajarinya. Jadi, subjek pembelajaran adalah siswa. Pembelajaran berpusat pada siswa. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran.

Terdapat beberapa teori belajar yang dapat diuraikan dalam hakikat pembelajaran. Hamdani (2011:23) hakikat pembelajaran dapat di pandang dari sudut pandang aliran yang digunakan. Aliran behavioristik, guru ingin membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menunjang stimulus dan lingkungan. Aliran kognitif memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengenal, berfikir dan memahami sesuatu yang di pelajari. Adapun humanistik, pembelajaran sebagai upaya memberikan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.


(35)

Pembelajaran dalam prosesnya akan melibatkan berbagai komponen untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Adapula komponen-komponan pembelajaran menurut Hamdani (2011:48) sebagai berikut : 1) Tujuan, berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran; 2) Subjek belajar, merupakan komponen utama karena berperan sebagai subjek sekaligus objek; 3) Materi pelajaran, materi pelajaran akan memberikan arah dan makna kegiatan pembelajaran; 4) Strategi pembelajaran, merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran; 5) Media pembelajaran, adalah alat yang digunakan guru untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran; 6) Penunjang, penunjang berfungsi memperlancar dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran.

Selain komponen diatas, tentunya terciptanya aktivitas belajar dalam pembelajaran. Rifa’i dan Anni (2012:15) mengemukaan bahwa pembelajaran yang berorientasi pada perilaku peserta didik yang efektif, beberapa teori belajar mendefinisikan pembelajaran sebagai berikut : 1) Usaha pendidik membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku peserta didik; 2) Cara pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir agar memahamiapa yang dipelajari; 3) Memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.


(36)

Pembelajaran, bagian dari adanya suatu proses belajar. Dalam suatu pembelajaran tentu terciptalah aktivitas belajar, interaksi antara guru dengan siswa. Pembelajaran yang baik berorientasi pada siswa. Seorang guru dalam proses pembelajaran hendaknya mempersiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran seperti, materi pelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan fasilitas.

Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan dimana terjadi interaksi antara guru dan siswa yang berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu dalam penyampaian sebuah materi pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya.

2.1.4 Hasil Belajar

Melaksanakan suatu proses pembelajaran akan terciptakan adanya pengalaman belajar. Pengalaman tersebut dapat berupa hasil belajar baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Suprijono (2012:5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap apresiasi dan keterampilan. Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2012:5) hasil belajar berupa :

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang-lambang.


(37)

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan danmengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerakan jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatis gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Hasil belajar tidak hanya diartikan sebagai nilai-nilai yang tertulis pada rapor atau buku hasil belajar. Susanto (2013:5) secara sederhana yang di maksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh sesuatu bentuk perubahan prilaku yang relatif menetap. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional. Rifa’i dan Anni (2012:69) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar.

Melaksanakan proses belajar, terdapat pengalaman belajar di dalamnya. Pengalaman tersebut dapat berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan mengenai hasil belajar adalah suatu pencapaian hasil atau kemampuan yang di dalamnya terdapat beberapa aspek yang dinilai dari adanya interaksi guru dan siswa dalam proses belajar. Pencapaian hasil tersebut dapat dari segi kognitif atau pengetahuan, segi afektif atau sikap dan segi psikomotor atau keterampilan.


(38)

2.1.5 Aktivitas Siswa

Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2014:97) belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin pembelajaran akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.

Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran tidak hanya duduk, diam, menerima materi dan mengikuti ujian. Namun aktivitas dalam kegiatan proses pembelajaran yang menuntut siswa berperan aktif. Dimyati (2013: 22) menyatakan bahwa siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar, dan merespon dengan tindak belajar. Siswa mengalami suatu proses belajar. Dalam proses belajar tersebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan dirinya. Hal ini akan memperkuat keinginan untuk mandiri.


(39)

Interaksi dalam proses belajar mengajar membutuhkan subjek yang terlibat langsung di dalamnya. Menurut Hamalik (2014:171) siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup yang sedang berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan berkerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku siswa.

Aktivitas pada dasarnya dapat diuraikan menjadi beberapa kegiatan-kegiatan dalam proses belajar mengajar. Diedrich (dalam Sardiman, 2011: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Visual activities (aktivitas melihat), dalam belajar terdapat proses melihat. 2. Oral activities (aktivitas berbicara), dalam belajar terdapat proses

berbicara seperti, bertanya, menyanyi, dan mengemukakan pendapat. 3. Listening activities (aktivitas mendengarkan), dalam belajar terdapat

proses mendengarkan seperti menyimak.

4. Writing activities (aktivitas menulis), dalam belajar terdapat proses seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, dan menyalin.

5. Drawing activities (aktivitas menggambar), dalam belajar terapat proses mengambar. misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities (aktivitas motorik), dalam belajar melibatkan ativitas

motorik antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.


(40)

7. Mental activities (aktivitas mental), dalam belajar melibatkan aktivitas mental sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emosional activites (aktivitas emosi), dalam belajar melibatka aktivitas emosional seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berbagai uraian diatas mengenai aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tidak hanya mendengarkan materi saja, melainkan berpartisipasi aktif, berperan dalam pelaksanaan suatu proses pembelajaran. Aktivitas siswa tersebut menjadikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran bukan menjadikan siswa objek dalam pembelajaran. Dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran inilah yang nantinya diharapkan dapat mewujudkan tujuan dari proses pembelajaran adanya perubahan tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan.

Disimpulkan bahwa aktivitas siswa adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh siswa dalam yang menunjang kegiatan pembelajaran sehingga terciptalah suatu kondisi pembelajaran yang aktif. Kegiatan siswa dalam proses pembelajaran akan menunjang dari hasil pembelajaran.

2.1.5.1 Indikator Aktivitas Siswa

Adapun indikator aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1) Siswa mempersiapkan diri dalam mengikuti proses pembelajaran; 2) Memperhatikan penjelasan guru berbantu media audio visual; 3) Bertanya jawab berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari; 4) Melakukan percobaan berkaitan dengan materi; 5) Berdiskusi secara kelompok mengenai tugas yang


(41)

diberikan oleh guru; 6) Mempresentasikan hasil diskusi kelompok; 7) Menyimpulkan materi yang telah dipelajari; 8) Mengerjakan soal evaluasi.

4.1.6 Hakikat IPA

IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang terkandung dalam Standar Isi tahun 2006 yang wajib dibelajarkan baik pada jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Hakikatnya IPA ada di sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari.

IPA merupakan rumpun ilmu pengetahuan yang terbagi menjadi beberapa disiplin ilmu. Wisudawati (2015:22) IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena-fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab akibat.

Hakikatnya IPA merupakan suatu produk, proses, sikap dan teknologi. a. IPA sebagai produk

Prihantoro (dalam trianto, 2014:137) mengatakan sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sitiavata Rizema Putra (2012:51) akan diperoleh produk sains, misal fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi yang kebenaran bersifat tentatif. Contoh Implementasi IPA sebagai produk dalam penelitian ini yaitu materi tentang perubahan lingkungan fisik, yang disebabkan oleh angin, cahaya matahari, hujan dan gelombang laut.


(42)

b. IPA sebagai proses

Prihantoro (dalam trianto, 2014:137) mengatakan IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan. Implementasi IPA sebagai proses dalam penelitian ini siswa memperoleh pengetahuan, menemukan pengetahuan dan mengembangkan produk sains dengan cara melalui kegiatan percobaan. Siswa melakukan percobaan membuktian bahwa cahaya matahari, angin, hujan dan gelombang laut dapat menyebabkan perubahan lingkungan fisik.

c. IPA sebagai sikap

Sitiavata Rizema Putra (2012:51) Sains mampu dianggap sebagai aplikasi sarana untuk mengembangkan sikap dan nilai-nilai tertentu misalnya nilai, religius, skeptisme objektivitas, keteraturan, sikap keterbukaan, nilai praktis dan ekonomis, serta nilai etika atau estetika. mempelajari IPA senantiasa mengembangkan sikap-sikap ilmiah. Sikap ilmiah dapat dikembangkan melalui diskusi, percobaan, simulasi kegiatan dilapangan.

d. IPA sebagai teknologi

Sitiavata Rizema Putra (2012:51) Sains bila diangap sebagai aplikasi. Dengan penguasaan pengetahuan dan produk, sains dapat digunakan untuk menjelaskan, mengelola dan, memanfaatkan, memprediksi fenomena alam, serta mengembangkan disiplin ilmu lainya dan teknologi. Setelah mempelajari IPA, siswa diharapkan dapat mengimplementasikan pengetahuan pada kehidupan


(43)

sehari-hari guna untuk mempermudah kehidupanya, misalnya dengan cara sistem bio pori untuk mencegah banjir, terasering untuk mencegah longsor dan menanam mangrove untuk mencegah abrasi.

Lebih lanjut karakteristik IPA berbeda dengan mata pelajaran yang lainnya, Haryono (2013:43-44) menguraikan karakteristik belajar IPA diantaranya:

1. Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indra.

2. Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara.

3. Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan.

4. Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan di luar ruangan, studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya.

5. Belajar IPA merupakan proses aktif. Dalam belajar IPA, peserta didik mengamati objek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam, dengan cara-cara berbeda, dan mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain.

Hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan yang ada pada kehidupan sehari-hari, memuat produk, proses, sikap dan teknologi di dalamnya. Manusia merupakan bagian dari alam, memahami interaksi-interaksi alam yang kemudian dapat menghasilkan suatu pengetahuan baru, teknologi baru, dan dapat mensejahterakan manusia. IPA tidak berdiri sendiri sebagai suatu ilmu pengetahuan yang utuh, melainkan IPA terdiri dari beberapa bidang ilmu dasar,


(44)

diantaranya biologi, fisika, dan kimia. Ketiga memiliki karakteristik yang berbeda sebagai sebuah ilmu pengetahuan.

Hakikat IPA di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA adalah pada hakikatnya suatu ilmu yang mempelajari dan memahami alam sekitar yang ada dalam kehidupan manusia yang pada dasarnya terkandung proses, produk dan prosedur dalam kehidupan sehari-hari. Dalam IPA membekali peserta didik melakukan proses, dan menghasilkan sesuatu dengan metode tertentu yang secara ilmiah.

2.1.7 Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA di sekolah dasar tidak berbeda jauh dengan pembelajaran ipa pada jenjang selanjutnya. Dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar memuat fakta-fakta, konsep dan prinsip dalam IPA.

Pembelajaran IPA di SD disusun sesuai dengan perkembangan usia siswa sekolah dasar. Trianto (2014:136) Ilmu Pengetahuan Alam merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa inggris ‘science”. IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi, eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebaliknya. Prihantoro (dalam Trianto, 2014 : 136) menyatakan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebenaran dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.


(45)

Pembelajaran IPA di SD berkenaan langsung dengan pembelajaran konsep-konsep dasar IPA. Susanto (2013:171) pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi dan fisika. Wisudawati (2015:26) Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan.

Pelaksanaanya pembelajaran IPA di SD diharapkan melibatkan siswa secara aktif. Sitiavata Rizema Putra (2012:51) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis sains adalah proses transfer ilmu dua arah antara guru (sebagai pemberi informasi) dan siswa (sebagai penerima informasi) dengan metode tertentu (proses sains). Dengan demikian, pembelajaran akan menjadi lebih kreatif, dan siswa pun lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pendidikan sains di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengambangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat, sehingga bisa membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.


(46)

Tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget (dalam Suprijono, 2013: 23) adalah:

Tabel 2.1

Tahap Perkembangan Kognitif Anak

Tahap Umur Ciri Pokok Perkembangan

Sensorimotor 0-2 tahun Pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik dengan orang atau objek (benda).

Pra operasi 2-7 tahun Anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk mempresentasikan dunia (lingkungan) secara kognitif.

Operasi konkret 8-11 tahun Anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atau pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini memungkinkan untuk dapat memecahkan secara logis.

Operasi formal 11 tahun ke atas Disini anak mulai dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis, abstrak, logis. Sudah dapat memecahkan masalah melalui pengujian alternatif yang ada.

(Rifa’i Ahmad, 2012:32) Perkembangan kognitif anak pada usia sekolah dasar berada pada tahap operasi konkret pada teori perkembangan menurut piaget. Tahap ini anak dapat mengoprasionalkan berbagai logika namun masih menggunakan benda konkret. Anak mulai dapat menambah, mengurangi dan mengubah namun belum dapat memecahkan masalah secara abstrak. Sehingga dalam pembelajaran diperlukan


(47)

media berupa benda konkret agar siswa lebih mudah memahami materi yang di sampaikan guru.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan mengenai pembelajaran IPA di SD adalah suatu pembelajaran yang mempelajari alam dan sekitarnya yang berkaitan dengan mahkluk hidup dan konsep IPA dengan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik yang dapat yang diharapkan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.8 Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually

2.1.8.1 Pengertian Model Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually

Model pembelajaran sering digunakan guru dalam merancang proses pembelajaran yang inovatif. Suprijono (2012:46) model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran menurut Majid (2014:13) merupakan kerangka dasar pembelajaran yang dapat diisi oleh muatan mata pelajaran, sesuai dengan karakteristik kerangka di dasarnya.

Soekamto (dalam Shoimin, 2014:23) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam rangka merancang aktivitas belajar mengajar. Arends (dalam Shoimin, 2014:23) menyatakan bahwa, “the term teaching model refens to a


(48)

management system” Artinya, itilah model pengajar mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintak, lingkungan, dan sistem pengelolaan.

Menurut Kardi dan Nur (dalam Majid, 2014:14) model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah :

1. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta dan pengembang. 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar

(tujuan pembelajaran yang akan dicapai).

3. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Model pembelajaran secara khusus dirancang untuk memberikan inovasi dalam dunia pendidikan. Inovasi tersebut terletak pada proses pelaksanaan pembelajaran yang memiliki sintak tertentu dari sebuah model pembelajaran. Bertujuan dalam proses pembelajaran tidak hanya menggunakan metode ceramah saja, namun lebih memberi inovasi kreatif dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu kerangka atau desain dalam merencanakan suatu aktivitas belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.


(49)

2.1.8.2 Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually

Model pembelajaran SAVI termasuk dalam model pembelajaran kooperatif yang menekankan aspek bekerja secara berkelompok. Meier (2003:91) mengemukakan bahwa dalam belajar tidak otomatis meningkatkan dengan menyuruh orang berdiri dan bergerak kesana kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Unsur-unsurnya mudah diingat:

1. Somatis : belajar dengan bergerak dan berbuat. 2. Auditori : belajar dengan berbicara dan mendengar 3. Visual : belajar dengan melihat dan mengamati 4. Intelektual : belajar dengan memecahkan masalah

Keempat belajar itu harus ada agar belajar berlangsung optimal. Karena unsur-unsur ini semua terpadu, belajar yang paling baik bisa berlangsung jika semua itu berlangsung secara stimultan.

SAVI salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran. Shoimin (2014:177) Pembelajaran SAVI menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan seluruh alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI kependekan dari :

a. Somatic (belajar dengan berbuat dan bergerak) yakni belajar dengan cara melakukan, memberi pengalaman langsung dan memanfaatkan seluruh anggota tubuh.


(50)

b. Auditory (belajar dengan berbicara dan mendengar) yakni belajar dengan cara mendengar, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Ketika kita berbicara beberapa area otak aktif. Hal ini dapat dimanfaatkan guru dalam kegiatan pembelajaran dengan mengajak siswa untuk membicarakan apa yang sedang dipelajari.

c. Visualization (belajar dengan mngamati) yakni belajar dengan cara mengamati, menggambar, menggunakan media dan alat peraga. Otak kita lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain. Siswa akan lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan.

d. Intellectually (belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir) yakni belajar dengan cara mengunakan kemampuan berpikir (mind-on).

Model pembelajaran SAVI yang menekankan pada proses pembelajaran yang memaksimalkan penggunaan seluruh alat indra dalam belajar. Hal ini di kemukakan oleh Meire selaku pelopor dari model pembelajaran SAVI. Setiap individu siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristiknya, dalam model pembelajaran SAVI dapat memfasilitasi seluruh siswa yang berada pada kelas tertentu yang memiliki berbagai macam gaya belajar dari audio, visual, audiovisual, dan kinestetik.

Dari uraian diatas mengenai model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually yang memadukan semua indra (melihat, mendengar, berfikir dan bergerak) dalam melakukan proses pembelajaran, agar hasil dari


(51)

pembelajaran berlangsung secara optimal dan dapat menanamkan pemahaman yang baik terhadap peserta didik.

2.1.8.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually

Meier (2005:106) Adapun langkah-langkah model Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)

Tahap persiapan, seorang guru memotivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Agar tercipta suasana belajar yang menyenangkan, guru dapat melakukan pemberikan perasaan positif terhadap siswa. Hal-hal yang dapat dilakukan guru secara spesifik adalah : 1) menciptakan lingkungan fisik, emosinal dan sosial yang positif; 2) memberikan sugesti positif; 3) membangkitkan rasa ingin tahu; 4) menyampikan tujuan; 5) menyingkirkan hambatan-hambatan dalam belajar.

2. Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)

Tahap penyampaian materi guru hendaknya memfasilitasi siswa dalam belajar. Guru menyampaikan materi pembelajaran yang cocok dengan semua gaya belajar dan melibatkan panca indra. Hal-hal yang dapat dilakukan guru secara spesifik adalah : 1) presentasi interaktif; 2) grafik dan sarana yang presentasi berwarna-warni; 3) pengamatan fenomena dunia nyata; 4) pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh; 5) berbagai cara untuk disesuaikan dengan gaya belajar.


(52)

3. Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)

Tahap pelatihan guru membantu siswa dalam memberikan gambaran langsung, meningkatkan daya serap dan sebagai wahana siswa dalam berlatih mengimplementasikan pengetahuan. Hal-hal yang dapat dilakukan guru secara spesifik adalah : 1) aktivitas pemrosesan; 2) simulasi dunia nyata; 3) permainan dalam belajar; 4) aktivitas pemecahan masalah; 5) dialog perpasangan antar teman.

4. Tahap Penampilan Hasil (Kegiatan Penutup)

Tahap penampilan hasil, memberikan kesempatan siswa mengkomunikasikan pengetahuan yang telah didapatkan, menerapkan keterampilan siswa dan memberikan penguatan terhadap siswa. Secara spesifik meliputi hal: 1) penerapan dunia nyata; 2) pelaksanaan aksi; 3) aktivitas penguatan penerapan; 4) materi penguatan persepsi; 5) pelatihan terus menerus.

Meire (2005:94-100) menyebutkan beberapa contoh aktivitas sesuai dengan cara belajar / gaya belajar peserta didik :

Tabel 2.2

Aktivitas Siswa dalam SAVI

Gaya Belajar Aktivitas

Somatis Orang dapat bergerak ketika mereka :

- Membuat model dalam suatu proses atau prosedur - Menciptakan piktogram dan periferalnya

- Memeragakan suatu proses, sistem atau seperangkat konsep - Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan


(53)

merefleksikannya

- Menjalankan pelatihan belajar aktif (stimulasi, permainan belajar dan lain-lain)

- Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis, gambar dan bicarakan tentang apa yang dipelajari.

- Mewawancarai orang-orang di luar kelas.

Auditori Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana auditori dalam belajar :

- Mengajak peserta didik membaca keras-keras dari materi - Mengajak peserta didik untuk membacakan definisi, lalu

mintalah mereka mengurai dengan kata-kata sendiri setiap definisi yang dibaca

- Mintalah peserta didik berpasang-pasangan mengungkapkan secara terperinci apa yang mereka pelajari dan bagaimana mereka akan menerapkanya.

- Mintalah peserta didik mempraktikan suatu keterampilan atau memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan terperinci apa yang sedang mereka kerjakan.

- Mintalah peserta didik berkelompok dan bicara non stop saat sedang menyusun pemecahan suatu masalah atau membuat rencana jangka panjang


(54)

telah dipelajari

Visual Hal-hal yang dapat dilakukan agar pembelajaran lebih visual adalah :

- Bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi) - Grafik presentasi yang hidup

- Benda 3 dimensi

- Bahasa tubuh yang dramatis - Cerita yang hidup

- Kreasi piktogram (oleh pembelajar) - Pengamatan lapangan

- Dekorasi berwarna-warni - Ikon alat bantu kerja

Intelektual Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika guru mengajak pembelajar tersebut dalam aktivitas seperti :

- Memecahkan masalah - Menganalisis pengalaman - Memilih gagasan kreatif

- Mencari dan menyaring informasi - Merumuskan pertanyaan

- Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan - Melahirkan gagasan kreatif


(55)

Dari beberapa gambaran diatas mengenai model pembelajaran SAVI, Meier (2005:100) Suatu pembelajaran akan optimal bila mengandung unsur SAVI. Misalnya orang dapat belajar lebih bermakna jika melakukan sesuatu ketika pembelajaran sedang berlangsung (S), membicarakan apa yang pelajari (A), melihat apa yang dipelajari (V) dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam kehidupan atau kemampuan memecahkan masalah (I).

2.1.8.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually

Shoimin (2014:182-183) Adapun kelebihan dan kekurangan model

Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually sebagai berikut

Kelebihan Model Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually

diantaranya: 1) Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual; 2) Siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun sendiri pengetahuannya; 3) Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan sehingga tidak cepat bosan untuk belajar; 4) Memunculkan suasana belajar yang lebih baik lagi, menarik dan efektif; 6) Membangkitkan kreativitas dan menigkatkan kemampuan psikomotor; 7) Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik; 8) Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat dan berani menjelaskan jawabanya; 9) Merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar.

Kekurangan model Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually

diantaranya: 1) Pendekatan ini menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh; 2) Penerapan


(56)

pendekatan ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran; 3) Membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa memiliki kemampuan yang lemah; 4) Pendekatan SAVI masih tergolong baru sehingga banyak pengajar yang belum mengetahui pendekatan SAVI tersebut.

2.1.9 Model Pembelajaran Kooperatif

2.1.9.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif sebagai salah satu model pembelajaran yang sering diterapkan dalam proses pembelajaran. Hamdani (2011:30) Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang di rumuskan. Pembelajaran kooperatif ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan pada pembelajaran kontruktivis.

Pembelajaran secara berkelompok, akan membangun hubungan yang positif antar siswa. Suprijono (2012:54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menentapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.


(57)

Shoimin (2014:45) Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep dan menyelesaikan persoalan. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki karakteristik dengan berkelompok. Siswa diajarkan untuk belajar secara berkelompok, agar membangun pengetahuan bersama dengan teman dan meningkatkan rasa sosial diantara teman-temanya.

Beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar siswa yang berpusat dalam kegiatan secara berkelompok yang dibimbing oleh guru dalam menyelesaikan sesuatu.

2.1.9.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Shoimin (2014:46) Terdapat enam langkah utama atau tahapan dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif.

Tabel 2.3

Langkah-Langkah Model Kooperatif

Fase-Fase Aktivitas Guru

Menyampaikan tujuan dan motivasi

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Menyajikan informasi Guru menyampaikan informasi pada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Mengorganisasikan siswa

kedalam

kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok-kelompok belajar dan membentu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.


(58)

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Memberikan penghargaan Guru mencari cara menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok

2.1.9.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif

Kelebihan model pembelajaran kooperatif diantaranya sebagai berikut : 1) Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar sehingga konflik antar pribadi berkurang; 2) Pemahaman yang lebih mendalam dan retensi atau penyimpanan yang lebih lama; 3) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi; 4) Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik); 5) Menambah motivasi dan percaya diri

Kekurangan model pembelajaran kooperatif diantaranya sebagai berikut : 1) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Banyak peserta didik tidak senang apabila disuruh berkerja sama dengan yang lainnya. 2) Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya kharakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. 3) Banyak peserta didik takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau adil bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.


(59)

2.1.10 Penerapan Model Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually

Langkah-langkah dalam pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually:

1. Guru mengkondisikan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran

2. Guru dan siswa melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi. (Auditory dan Intellectually)

3. Guru menyampaikan materi berbantu media audio visual. 4. Siswa memperhatikan penjelasan guru. (Auditory)

5. Siswa mengamati gambar. (Visualization)

6. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang.

7. Siswa melakukan percobaan berkaitan dengan materi dengan bimbingan guru. (Somatic)

8. Siswa mendiskusikan hasil pengamatan percobaan dengan teman sekelompoknya. (Auditory dan Intellectually)

9. Siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan kelompoknya. (Somatic, Auditory, dan Intellectually)

10. Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajarinya. 11. Siswa mengerjakan evaluasi.


(60)

2.2 KAJIAN EMPIRIS

Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian relevan yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan model Somatic Auditory VisualizationIntellectually . Adapun hasil penelitian tersebutantara lain:

1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dw.A. Fionitha Arimas Wulantika, I Md. Suarjana, dan I Wyn. Widiana. Dipublikasikan pada jurnal Mimbar PGSD Undiksha (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) dengan judul “Pengaruh Pendekatan SAVI terhadap Hasil Belajar IPA Dengan Kovariabel Motivasi Berprestasi Siswa”. Dengan hasil penelitian berdasarkan data yang dianalisis menggunakan analisis deskriptif, uji anawa satu jalur, dan uji korelasi product moment. Hasil penelitian sebagai berikut : pertama, diperoleh hasil = 255,33 = 3,94 taraf signifikan 5%. kedua, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa dengan pendekatan SAVI dengan pendekatan konvensional setelah kovariabel motivasi berprestasi di kendalikan hasil = 123,38

= 3,94 taraf signifikan 5%. Ketiga, terdapat kontribusi motivasi berprestasi terhadap hasil belajar siswa sebesar 495.

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadek Andriani, Dewa Nyoman Sudana, Kadek Suranata. Dipublikasikan pada jurnal Mimbar PGSD Undiksha (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran SAVI Bermuatan Peta Pikiran (Mind Mapping) Terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SD Semester Ganjil di Gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun Ajaran 2013-2014”. Dengan hasil penelitian berdasarkan data yang dianalisis menggunakan teknik statistika t-test (uji-t). Berdasarkan taraf


(61)

signifikan 5% diperoleh hasil ( = 4,15 > = 1,68 ). Nilai rata-rata kelompok eksperimen adalah 21,4 dan nilai rata-rata kelompok kontrol adalah 17,7. Dengan demikian , dapat disimpulkan bahwa kelompok siswa yang belajar mengikuti model SAVI bermuatan peta pikiran menunjukan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan kelompok siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran konvensional.

3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Devi Yuliyanitha, Nyoman Kusmariyatni, Ni Wayan Arini. Dipublikasikan pada jurnal Mimbar PGSD Undiksha (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran SAVI Berbantu Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD N Di Guggus V Kecamatan Sukasada”. Dengan hasil penelitian berdasarkan data yang dianalisis statistika deskriptif dan statistika inferensial menggunakan teknik statistika t-test (uji-t). Hasil Penelitian menunjukan bahwa (1) hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran model pembelajaran SAVI berbantu media gambar memiliki mean (M) = 22,96, (2) hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran model pembelajaran konvensional memiliki mean (M) = 19,52 , (3)Berdasarkan taraf signifikan 5% diperoleh hasil ( = 2,73 > = 2,021). Dengan demikian , dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran SAVI berbantu media gambar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

4. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Dita Wisna Wati, I Wayan Darsana, I Wayan Rinda Suardika. Dipublikasikan pada jurnal Mimbar PGSD Undiksha (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) dengan judul “Pengaruh Model


(1)

113 pelatihan untuk guru dalam penerapan model pembelajaran SAVI sehingga dapat memberikan hasil belajar siswa lebih baik.


(2)

117

Andriani, Nyoman Sudana dan Suraata. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran SAVI Bermuatan Peta Pikiran (Mind Mapping) Terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SD Semester Ganjil di Gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun Ajaran 2013-2014. Dipublikasikan oleh Jurnal Mimbar PGSD Undiksha Vol. 2 No. 1 Tahun 2014. terdapat pada laman

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/4409 Diakses

pada Sabtu, 5 Februari 2016 pada pukul 10.30 WIB.

Anitah, Sri W. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Bandung : Universitas Terbuka

Ariasih, Surya Abdi dan Sri Asri. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif SAVI berbantu Media Konkret terhadap Hasil Belajar IPA SD. Dipublikasikan oleh Jurnal Mimbar PGSD Undiksha Vol. 2 No. 1 Tahun 2014. terdapat pada laman http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD

/article/view/1882. Diakses pada Sabtu, 5 Februari 2016 pada pukul 10.40

WIB.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Arimas, Fionitha Wulantika dan Suarjana. 2014. Pengaruh Pendekatan SAVI terhadap Hasil Belajar IPA Dengan Kovariabel Motivasi Berprestasi Siswa. Dipublikasikan oleh Jurnal Mimbar PGSD Undiksha Vol. 2 No. 1 Tahun 2014. terdapat pada laman http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD

/article/view/3777. Diakses pada Sabtu, 5 Februari 2016 pada pukul 11.00

WIB.

Creswell, John. 2015. Riset Pendidikan. Diterjemahkan oleh Helly Prajitno Soetjipto. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2013. Strategi Belajar Mengajar.

Bandung : Rineka Cipta

Fitriyani, Suwatra, dan Kusmariyatni. 2015. Pengaruh Model SAVI terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Mata Pelajaran IPA Kelas V SD. dipublikasikan oleh Jurnal Mimbar PGSD Undiksha Vol. 3 No. 1 Tahun 2015. terdapat pada laman http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/

article/view/5682 Diakses pada Jumat, 4 Februari 2016 pukul 19.35 WIB.


(3)

118 Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia

Haryono. 2012. Pembelajaran IPA yang menarik dan mengasyikan :Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yaogyakarta : Kepel Press

Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Jakarta : Pustaka Pelajar

Kadir. 2015. Statistika Terapan : Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program SPSS Lisrel dalam Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada Majid, Abdul. 2015. Strategi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosda Karya Meier, Dave. 2003. The Accelerated Learning Panduan Kreatif & Efektif

Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti. Bandung : Kaifa

Muhaimin, Sambas Ali dan Maman. 2011. Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur dalam penelitian. Bandung : Pustaka Setia

Nugiyantoro, Burhan Gunawan dan Marzuki. 2012. Statistik Terapan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Rahab, Bela dan Arsaythamby Veloo. 2015. Spatial Visualization as Mediating between Mathematics Learning Strategy and Mathematics Achievement among 8th Grade Students. dipublikasikan oleh Canadian Center of Science and Education (Vol. 8 No.5 Tahun 2015) terdapat pada laman

http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ies/article/view/42224. Diakses

pada Sabtu, 13 Februari 2016 pada pukul 15.25 WIB. Riduwan. 2015. Dasar-Dasar Statistika. Bandung : Alfabeta

Rifai, Ahmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang : Unnes Press

Rizema Putra, Sitiatawa. 2012. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jakarta : Diva Press

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada Sadi, Ozlem dan Jale Cakiroglu. 2013. The Effect of Logical Thinking Ability and

Gender on Science Achievements and Attitudes Towards Science. dipublikasikan oleh Croatian Journal of Education Vol. 17 No.3 Tahun 2015) terdapat pada laman http://hrcak.srce.hr/148305?lang=en Diakses pada Sabtu, 13 Februari 2016 pada pukul 15.00 WIB.

Saefuddin, Asis dan Ika Berdiati. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung : Remaja Rosda Karya.


(4)

Sapriati, Amalia. 2009. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka Sardiman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja

Grafindo Persada

Samatowa, Usman. 2012. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Indeks Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Sundayana, Rostina. 2015. Statistik Penelitian Pendidikan. Bandung : Ikatan Penerbit Indonesia

Supardi. 2013. Sekolah Efektif Dasar dan Praktiknya. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Suyono dan Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosda Karya

Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu. Bandung : Remaja Rosda Karya Vavra L Karen, Vera Janjic-Watrich, Karen Loerke, dkk. 2011. Visualization in

Science Education. dipublikasikan oleh Jurnal Alberta Science Education Journal Vol. 41 No.1 Tahun 2011. terdapat pada laman

www.ualberta.ca/~lphillip/documents/asej-22-30.pdf. Diakses pada Jumat,

12 Februari 2016 pukul 12.05 WIB

Wisna Dita Wati, Darsana dan Rinda Suardika. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI) Berbantu Bahan Ajar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini. Dipublikasikan oleh Jurnal Mimbar PGSD Undiksha Vol. 2 No. 1 Tahun 2014. Terdapat pada laman http://ejournal.undiksha.ac.id

/index.php/JJPGSD/article/view/3002 Diakses pada Sabtu, 5 Februari 2016

pada pukul 11.30 WIB.

Wisudawati, Asih Widi dan Eka Sulistyowati. 2015. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta : Bumi Aksara


(5)

120

Widhiarso. 2012 Estimasi Reliabilitas via SPSS. Terdapat pada laman http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/bab_2_estimasi_reliabilitas_via_spss.p df. Diakses pada Jumat 10 Juni 2016

Yuliyanitha Devi, Kusmiyatni, dan Arini. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran SAVI Berbantu Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD N Di Guggus V Kecamatan Sukasada. Dipublikasikan oleh Jurnal Mimbar PGSD Undiksha Vol. 2 No. 1 Tahun 2014. terdapat pada laman

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/2038 Diakses

pada Sabtu, 5 Februari 2016 pada pukul 11.20 WIB.

Yundiai Mei, Parmiti dan Sudana. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran SAVI Berbantu Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V. dipublikasikan oleh Jurnal Mimbar PGSD Undiksha Vol. 3 No. 1 Tahun 2015. terdapat pada laman http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD


(6)

siswa mempresentasikan hasil diskusi siswa membacakan hasil diskusi

siswa mengerjakan soal evaluasi siswa menyimpulkan materi