PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DI ERA GLO (4)

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DI ERA
GLOBALISASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

OLEH:
HARTIA MAULIDA
105331108916

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN IMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016/2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Banyak berkat yang Ia
berikan tetapi sering kita lupakan.karya tulis ilmiah ini dibuat dalam jangka waktu tertentu,
sehingga penulis bersyukur karena dapat menyelesaikannya sesuai dengan yang diharapkan.
Bahasa adalah alat komunikasi manusia dan keberadaannya sangat penting, maka penulis
membuat karya tulis ilmiah yang membahas perkembangan bahasa, terutama bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang harus dipertahankan eksistensinya pada era

globalisasi ini. Oleh karena itu, karya tulis ilmiah ini berjudul “Perkembangan Bahasa Indonesia
di Era Elobalisasi Dalam Kehidupan Sehari-hari.”
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Mereka telah memberikan dukungan moral yang sangat berarti bagi
penulis. Tanpa mereka, karya tulis ilmiah ini tidak dapat disusun dengan baik. Penulis
mendapatkan banyak pengetahuan baru dan bimbingan dengan menulis karya tulis ilmiah ini.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Muh.arief muhsin selaku Dosen.
2. Teman-teman yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu yang telah
membantu dan memberikan motivasi dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
banyak kekurangan. Karya tulis ilmiah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang konstrukstif dari para pembaca dan pengguna karya tulis
ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak yang
berkepentingan.

Makassar , 30 september 2016
Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
ABSTRAK…………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan karya ilmiah................................................................................. 2
D .Manfaat karya ilmiah............................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 4
A.Sejarah lahirnya bahasa indonesia.............................................................4
B. Perkembangan bahasa indonesia..............................................................6
C.Perubahan bahasa indonesia..................................................................... 6
D.Pengaruh bahasa asing terhadap bahasa indonesia.................................. .7
E.Sikap kita terhadap bahasa Indonesia……………………. .....................10
BAB III PENUTUP .................................................................................... 13
A. Kesimpulan ............................................................................................ 13
B. Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... 16


ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian individu. Tujuan penelitian ini adalah Untuk
meningkatkan perkembangan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Teknik
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: (a) menggunakan referensi dari
internet dan para ahli bahasa, (b) Data yang telah terkumpul dianalisis secara kuantitatif dan
kualitatif.Secara kualitatif, terjadi peningkatan kualitas penggunaan bahasa seseorang ditandai
dengan: (a) lebih fasih dalam penempatan kata yang tepat, (b) Keaktifan seseorang dalam
berbicara.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode mengembangkan
bahasa Indonesia di era globalisasi dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu seseorang
untuk berbahasa dengan baik dan benar.

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Dalam era globalisasi ini, jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh
setiap warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh
pengaruh dan budaya asing yang tidak sesuai dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia.
Pengaruh dari luar atau pengaruh asing ini sangat besar kemungkinannya terjadi pada era
globalisasi ini. Batas antar negara yang sudah tidak jelas dan tidak ada lagi. Dengan kata lain,

pemakai bahasa Indonesia yang disiplin adalah pemakai bahasa Indonesia yang patuh terhadap
semua kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan
kondisinya.
Seiap warga negara Indonesia sebagai warga masyarakat pada dasarnya adalah pembina
bahasa Indonesia. Hal ini tidak berlebihan karena tujuan utama pembinaan bahasa Indonesia
ialah menumbuhkan dan membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Untuk menyatakan
sikap positif ini dapat dilakukan dengan (1) sikap kesetiaan berbahasa Indonesia dan (2) sikap
kebanggaan berbahasa Indonesia. Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia terungkap jika bangsa
Indonesia lebih suka memakai bahasa Indonesia daripada bahasa asing dan bersedia menjaga
agar pengaruh asing tidak terlalu berlebihan.
Sikap kebanggaan berbahasa Indonesia terungkap melalui kesadaran bahwa bahasa
Indonesia mampu mengungkapkan konsep yang rumit secara cermat dan dapat mengungkapkan
isi hati yang sehalus-halusnya. Yang perlu dipahami adalah sikap positif terhadap bahasa
Indonesia ini tidak berarti sikap berbahasa yang tertutup dan kaku. Oleh karena itu, bangsa
Indonesia harus bisa membedakan mana pengaruh yang positif dan mana pengaruh yang negatif
terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Sikap positif seperti inilah yang bisa menanamkan
percaya diri bangsa Indonesia bahwa bahasa Indonesia itu tidak ada bedanya dengan bahasa
asing.
Di samping itu, disiplin berbahasa nasional juga menunjukkan rasa cinta kepada bahasa,
tanah air, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap warga negara Indonesia harus bangga

mempunyai bahasa Indonesia dan lalu menggunakannya dengan baik dan benar. Setiap warga
negara yang baik pasti malu apabila tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar. Sikap pemakai bahasa Indonesia demikian ini merupakan sikap yang positif, baik, dan
terpuji. Sebaliknya, apabila yang muncul adalah sikap yang negatif, tidak baik, dan tidak terpuji,
akan berdampak pada pemakaian bahasa Indonesia yang kurang terbina dengan baik Mereka
tidak lagi memperdulikan pembinaan bahasa Indonesia. Padalah, pemakai bahasa Indonesia
mengenal ungkapan, "Bahasa menunjukkan bangsa", yang membawa pengertian bahwa bahasa
yang digunakan akan menunjukkan jalan pikiran si pemakai bahasa itu. Apabila pemakai bahasa

kurang berdisiplin dalam berbahasa, berarti pemakai bahasa itu pun kurang berdisiplin dalam
berpikir. Akibat lebih lanjut bisa diduga bahwa sikap pemakai bahasa itu dalam kehidupan
sehari-hari pun akan kurang berdisiplin. Padahal, kedisiplinan itu sangat diperlukan pada era
globalisasi ini. Lebih jauh, apabila bangsa Indonesia tidak berdisiplin dalam segala segi
kehidupan akan mengakibatkan kekacauan cara berpikir dan tata kehidupan bangsa Indonesia.
Apabila hal ini terjadi, kemajuan bangsa Indonesia pasti terhambat dan akan kalah bersaing
dengan bangsa lain.
Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat mempertahankan
diri di tengah-tengah pergaulan antarbangsa yang sangat rumit. Untuk itu, bangsa Indonesia
harus mempersiapkan diri dengan baik dan penuh perhitungan. Salah satu hal yang perlu
diperhatikan adalah masalah jati diri bangsa yang diperlihatkan melalui jati diri bahasa. Jati diri

bahasa Indonesia memperlihatkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang sederhana,
Tatabahasanya mempunyai sistem sederhana, mudah dipelajari, dan tidak rumit. Kesederhanaan
dan ketidakrumitan inilah salah satu hal yang mempermudah bangsa asing ketika mempelajari
bahasa Indonesia. Setiap bangsa asing yang mempelajari bahasa Indonesia dapat menguasai
dalam waktu yang cukup singkat. Namun, kesederhanaan dan ketidakrumitan tersebut tidak
mengurangi kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam pergaulan dan dunia kehidupan
bangsa Indonesia di tengah-tengah pergaulan antarbangsa. Bahasa Indonesia telah membuktikan
diri dapat dipergunakan untuk menyampaikan pikiran-pikiran yang rumit dalam ilmu
pengetahuan dengan jernih, jelas, teratur, dan tepat. Bahasa Indonesia menjadi ciri budaya
bangsa Indonesia yang dapat diandalkan di tengah-tengah pergaulan antarbangsa pada era
globalisasi ini. Bahkan, bahasa Indonesia pun saat ini menjadi bahan pembelajaran di negaranegara asing seperti Australia, Belanda, Jepang, Amerika Serikat, Inggris, Cina, dan Korea
Selatan.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah lahirnya bahasa Indonesia ?
2. Bagaimana perkembangan bahasa Indonesia di era globalisasi saat ini?
3. Bagaimana perubahan bahasa Indonesia di era globalisasi ?
4. Bagaimana pengaruh bahasa asing terhadap perubahan bahasa Indonesia ?
5. Bagaimana sikap kita terhadap bahasa Indonesia di era globalisasi saat ini?
C.TUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
1. Mengetahui peerkembangan bahasa Indonesia populer hingga ada saat ini.

2. Mengetahui eksistensi bahasa Indonesia populer dikalangan masyarakat.
3. Mengetahui dampak positif dan dampak negatif dari adanya pengaruh globalisasi
terhadap bahasa Indoneia.
4. Menyadarkan bahwa pentingnya berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

D.MANFAAT KARYA TULIS ILMIAH
1. Dapat mengetahui perkembangan bahasa Indonesia popular hingga saat ini.
2. Dapat mengetahui sejarah lahirnya bahasa Indonesia.
3. Mengetahui dampak positif dan dampak negatif dari pengaruh globalisasi terhadap
bahasa Indonesia.
4. Mengethui perubahan bahasa Indonesia di era globalisasi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Lahirnya Bahasa Indonesia
Sejarah telah memberikan kepada kita, bangsa Indonesia, satu bahasa persatuan yaitu bahasa
Indonesia, karena terpilihnya bahasa Melayu menjadi bahsa persatuan kita dengan nama baru
Bahasa Indonesia. Peristiwa itu terjadi menurut perputaran roda sejarah. Sampai pada hari
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, saat diikrarkannya satu tanah air, satu bangsa, dan
satu bahasa yang semuanya dengan nama Indonesia, sejarah perkembangan bahasa Melayu

berjalan dengan mulus.
Sesudah pertengahan abad ke-19, Gubernur Jenderal Rochussen melihat bahwa bahasa
Melayu digunakan orang di mana-mana sebagai bahasa penghubung. Oleh karena itu, kemudian
pemerintah Belanda menetapkan bahwa bahasa Melayu hendaklah dijadikan bahasa pengantar di
sekolah-sekolah Melayu untuk memperoleh tenaga-tenaga administrasi yang murah dalam
pemerintah. Tindakan yang diambil oleh pemerintah Belanda itu tanpa mereka sadari telah
menguntungkan bagi perkembangan bahasa Melayu kelak, cikal-bakal bahasa Indonesia, yang
akan menjadi bahasa nasional dan bahasa pemersatu bagi seluruh penduduk yang mendiami
wilayah Hindia-Belanda, wilayah yang kemudian dituntut oleh bangsa Indonesia menjadi
wilayah Republik Indonesia.
Pada tahun 1908, pemerintah Belanda mendirikan suatu badan penerbit dengan nama
Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat) yang kemudian pada tahun 1917 diubah namanya menjadi
Balai Pustaka. Walaupun pendirian lembaga penerbitan itu tidak luput dari latar belakang
politik, adanya Balai Pustaka ini dengan cepat telah memperluas daerah penyebaran bahasa
Melayu ke seluruh pelosok tanah air melalui tulisan-tulisan yang diterbitkannya.
Saat yang paling penting dalam kehidupan bangsa Indonesia ialah Sumpah Pemuda pada
tanggal 28 Oktober 1928. peristiwa itu kemudian merupakan tonggak sejarah bagi terwujudnya
sebuah bangsa yang kemudian memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus
1945. ikrar pertama satu tanah air dan ikrar kedua satu bangsa, dikuatkan oleh ikrar ketiga
“menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia” yang sungguh-sungguh berperanan secara riel

sebagai alat pemersatu, karena bahasa itu digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh bangsa
baru yang terdiri atas beratus-ratus suku bangsa.
Peranan politik dalam mengukuhkan kedudukan bahasa Indonesia sangatlah besar. Dalam
berbagai pertemuan gerakan politik, bahasa Indonesialah yang mereka gunakan. Demikian juga
bantuan surat-surat kabar bahasa Indonesia yang terbit di mana-mana, yang menggunakan bahasa
Indonesia, tidaklah kecil artinya.
Langkah berikut yang dilakukan secara sadar oleh sekelompok pujangga muda dengan
mendirikan suatu perkumpulan dengan nama Pujangga Baru tambah mengangkat kedudukan

bahasa Indonesia. Perkumpulan ini diwakili oleh majalah mereka yang juga bernama Pujangga
Baru, sebagai terompet bagi pernyataan ide, pikiran, dan perasaaan mereka. Pelopornya adalah
Sutan Takdir Alisjahbana. Bukan hanya tulisan dalam bahasa Indonesia yang semakin tersebar,
melainkan corak bahasa iru sendiri mulai berubah. Pujangga-pujangga muda yang tidak hanya
terdiri atas orang-orang yang berasal dari Belanda tak pernah mau menggunakan kata Indonesia,
tetapi menggunakan kata Nederlandsch Indie atau Hindia-Belanda, atau kata Insulinde, dan
menggunakan kata Inlander yang berarti “pribumi” atau “penduduk asli”.
Roda sejarah berputar terus dan apa yang akan terjadi sering di luar dugaan orang. Tahun
1941 Perang Dunia ke-2 meluas ke kawasan Asia. Jepang menyerang Pearl Harbour (Hawai) dan
pada awal tahun 1942 balatentara Jepang mendarat di wilayah Hindia-Belanda dan langsung
mendudukinya. Masa pendudukan Jepang ini mempunyai arti besar bagi perkembangan dan

kedudukan bahasa Indonesia. Belanda, Inggris, dan Amerika adalah musuh Jepang, karena itu,
bahasa mereka adalah bahasa musuh yang tidak boleh digunakan lagi. Bahasa Jepang belum
dikuasai dan oleh karenanya, tentulah bahasa Indonesia yang harus digunakan dalam semua
kegiatan kehidupan sehari-hari.

Kedudukan bahasa Indonesia makin kokoh, daerah

penyebarannya makin luas karena sekarang ini seluruh wilayah yang dahulu bernama HindiaBelanda harus menggunakan bahasa Indonesia. Rakyat Indonesia menjadi lebih dekat dengan
bahasa Indonesia, karena bahasa Indonesia adalah alat komunikasi utama dan terpenting.
Walaupun dalam masa perang, pujangga-pujangga muda muncul juga dengan karya-karya
sastra mereka. Muncul karangan-karangan, baik puisi maupun prosa, yang dihasilkan oleh
pujangga muda seperti Chairil Anwar dan Idrus yang kemudian disebut sebagai pelopor
angkatan ’45. Bahasa yang mereka gunakan bergaya lain dari bahasa Pujangga Baru. Pada masa
pergolakan itu mereka masih juga sempat mengeluarkan manifest yang menyatakan jatidiri
mereka.
Perang dunia kedua berakhir dengan kekalahan Jepang. bangsa Indonesia, diwakili Bung
Karno dan Bung Hatta, memproklamasikan Negara Republik Indonesia merdeka. Proklamasi
kemerdekaan Indonesia itu dituliskan dan diumumkan dalam bahasa Indonesia dan kemudian
dalam Undang-Undang Dasar RI 1945 dalam Bab XV, Pasal 36, dinyatakan bahwa ‘Bahasa
Negara ialah Bahasa Indonesia’. Lengkaplah sudah sejarah perkembangan bahasa Indonesia

dalam menentukan kedudukannya di tengah-tengah bangsa baru yang menamakan dirinya
Bangsa Indonesia.
Dalam Negara RI yang merdeka itulah bahasa Indonesia akan terus dikembangkan karena
bahasa Indonesia adalah bahasa kebudayaan bagi bangsa Indonesia dalam arti yang luas. Bahasa
Indonesia tidak lagi hanya menjadi bahasa penghubung dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga
menjadi bahasa perdagangan, bahasa administrasi negara, bahasa yang akan diperkaya sehingga
kelak menjadi bahasa baru, bahasa nasional bagi bangsa Indonesia.pengantar di semua sekolah,
menjadi bahasa politik, serta bahasa ilmu dan teknologi. Itulah fungsi yang nanti akan diemban
oleh bahasa Indonesia, bahasa yang diangkat dari bahasa Melayu,

B. Perkembangan Bahasa Indonesia
Banyak dipertanyakan apakah bahasa Indonesia kelak dapat menjadi bahasa dunia seperti
bahasa Inggris atau bahasa asing lain yang dapat menembus gedung Perserikatan BangsaBangsa? Jawaban pertanyaan ini sebenarnya terpulang kepada kita sendiri. Bahasa itu sendiri
tidak dapat menentukan apakah ia akan menjadi bahasa dunia atau tidak. Yang menentukannya
adalah kita sendiri, bangsa Indonesia, sebagai pemilik dan pemakai bahasa itu. Ada tiga faktor
penting yang mendasari kemungkinan itu.
Pertama, adalah kewibawaan politik Republik Indonesia sebagai negara. Sampai sejauh
mana Republik Indonesia memainkan peranan dalam percaturan politik dunia? Kalau peranan
kita dalam politik percaturan dunia terus-menerus menonjol dan menentukan, pastilah Republik
Indonesia akan mempunyai kewibawaan politik yang menimbulkan perhatian dunia. Kedua,
adalah kehidupan ilmiah dan daya cipta bangsa Indonesia dalam menghadapi kebudayaan baru
yaitu kebudayaan modern, kebudayaan dunia. Ketiga, adalah segi-segi keuntungan yang dapat
diperoleh bangsa-bangsa lain karena perkenalannya dengan bahasa Indonesia. Jelas, jika
penguasaan atas bahasa Indonesia dianggap oleh mereka dapat memberikan keuntungan baik
material maupun spiritual, pastilah mereka, bangsa asing, akan berlomba-lomba mempelajari
bahasa Indonesia. Dewasa ini, memang banyak universitas di luar negeri mengajarkan bahasa
Indonesia kepada mahasiswanya, bahkan ada yang memiliki jurusan bahasa Indonesia, tetapi
jumlah dan perhatian itu belumlah berarti benar.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang lentur, yang terbuka untuk penyempurnaan dan
pengayaan. Normanya tidak tertutup sehingga pengembangannya melalui penumbuhan
swadayanya selalu terbuka. Penyerapan dari bahasa-bahasa daerah dan asing masih saja
mungkin. Jika kita melihat banyak perubahan yang sering menimbulkan keriasauan bagi orang
yang terlalu ingin berpegang pada aturan-aturan bahasa yang kaku. Sikap yang terlalu ketat
berpegang pada aturan lama (bersifat puris), akan menghambat pertumbuhan bahasa Indonesia.
Kita harus mengikuti perkembangan bahasa dengan kesadaran. Kita harus dapat
mengarahkannya kea rah pertumbuhan yang tepat. Bahasa yang hidup akan terus berkembang
dan berubah sampai pada suatu ketika ia tiba pada suatu titik puncak perkembangannya, lalu
seakan-akan berhenti, tetapi tidak dalam arti yang nyata dan mutlak.

C. Perubahan Bahasa Indonesia
Perubahan bahasa terjadi karena “persentuhan” bahasa yang satu dengan bahasa yang lain.
Terjadi kontak antara dua bahasa dan kontak ini berpengaruh secara timbal balik. Begitu juga
dengan bahasa Indonesia. Di mana-mana bahasa Indonesia mendapat pengaruh dari bahasabahasa daerah dan asing.
Pengaruh itu ada yang positif namun ada juga yang negatif. Positif, kalau tidak
“mengganggu” bahasa yang dipengaruhinya, dan dalam bahasa, yang seperti itu terutama
penyerapan kata dengan makna tertentu yang memperkaya bahasa penyerap. Contohnya ahíla
kata-kata seperti lumayan, lestari, mantap, mumpung, melena, tabrak (dari dialek Jawa),

berfoya-foya, baku hantam, baku tembak (dari dialek Manado), heboh (dari Sumatra Utara), dan
masih banyak lagi contoh yang lain. Pengaruh disebut negatif kalau tidak sesuai dengan jalan
bahasa Indonesia sebagai bahasa penyerap. Contohnya, unsur morfem ke- dari bahasa Jawa
seperti pada kata ketangkap, kepukul, kebawa, tidak dibutuhkan dalam bahasa Indonesia karena
dalam bahasa Indonesia ada morfem ke- dengan fungsi yang lain dan morfem ke- yang
dimasukkan ini ada padanannya dalam bahasa Indonesia, yaitu ter-, seperti pada kata tertangkap,
terbawa, terpukul.
Karena bahasa Indonesia masih terus tumbuh, kita masih akan melihat banyak bentuk
kembar yang bersaing dan mana yang “menang” dalam pemakaiannya akan ditentukan oleh
waktu. Dahulu kata mendapatkan berarti ‘menemui’, ‘menjumpai’; sekarang dipakai sama
dengan mendapat, memperoleh. Kata berada dahulu berarti ‘mampu, kaya, berharta’; sekarang
disamakan dengan kata ada.
Melihat contoh-contoh di atas, orang mungkin akan berpikir, bagaimana jadinya bahasa
Indonesia kita ini nanti, yang tampaknya seperti kacau saja. Memang tampaknya begitu, namun
sebenarnya tidak. Bahasa Indonesia sedang mencari bentuknya dan bentuk itu ditentukan oleh
pemakai bahasa.
Kita menyadari bahwa bahasa Indonesia itu tumbuh dan berubah, namun itu tidak berarti
bahwa kita dapat memperlakukannya sekehendak hati kita tanpa dasar pengetahuan kebahasaan.
Kita harus melengkapi diri dengan pengetahuan dasar bahasa Indonesia, baik penguasaan kata
maupun pengetahuan mengenai strukturnya. Dengan demikian, apa yang kita buat sebagai
sumbangsih bagi perkembangan bahasa Indonesia di era globalisasi ini, benar-benar menjadi
sesuatu yang sangat berharga karena diletakkan di atas dasar kerja yang benar.

D. Pengaruh Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia
Yang disebut pengaruh adalah segala sesuatu yang menjadi penyebab sehingga sesuatu yang
lain (benda, orang, dan sebagainya) berubah dari yang aslinya. Jadi, bahasa Indonesia berubah,
tidak lagi seperti bentuk asalnya, karena pengaruh yang datang dari luar. Pengaruh dalam bahasa
dapat kita perinci antara lain sebagai berikut:
1. pengambilan/pemungutan/peminjaman kata (kosa kata); kata yang diambil dari bahasa lain itu
biasa disebut kata pungut atau kata pinjaman (dalam istilah Inggrisnya dinamakan loand word);
2. pengambilan unsur bahasa seperti afiks (imbuhan: awalan, akhiran, sisipan);
3. peniruan bentuk bahasa berupa struktur kata dan kalimat;
4. penerjemahan, pemadanan, atau pengindonesiaan istilah.
Pembicaraan mengenai pengaruh bahasa asing penulis membatasi pada pengaruh bahasa
Arab, Inggris, dan Sansekerta. Sebenarnya ada empat bahasa asing yang besar pengaruhnya
terhadap pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia, yaitu tiga bahasa yang sudah
disebutkan di atas dan bahasa Belanda, bahasa bekas penjajah kita. Tiga setengah abad bangsa
itu menempati wilayah jajahannya yang dulu dinamai Hindia-Belanda, memerintah dan menjajah
kita, karena itu pengaruh bahasanya pun tidaklah kecil. Tidak sedikit kaum intelektual kita yang

mengecap pendidikan Belanda dan menguasai bahasa Belanda terhadap bahasa Indonesia yang
digunakan oleh mereka tidaklah kecil. Mereka berpikir dengan bahasa Belanda dan melahirkan
pikirannya dalam bahasa Indonesia dengan struktur bahasa Belanda.
Pengaruh Bahasa Arab
Kita dapat berbicara mengenai peminjaman kata-kata Arab oleh bahasa Indonesia.
Peminjaman kata-kata Arab itu telah berlangsung sangat lama, yaitu sejak agama Islam masuk ke
Indonesia. Bukan hanya kata yang digunakan dalam bidang agama yang kita pungut dari bahasa
Arab itu melainkan juga kata-kata lain.
Dari bidang agama terlihat contoh seperti di bawah ini:
Allah

salat

wudu

batal

haji

ayat

malaikat

rasul

Quran

surat

sahabat

takbir

akhirat

lafal

kubur

kafan

khalifah

sedekah

kalimat

rakaat

abad

awal

badan

pikir

insaf

adab

akhir

jasad

umur

ikhtiar

adat

akal

jasmani

kabar

unsur

Senin

Kamis

hewan

ikhlas

adil

Kata-kata umum:

Kalau diteliti dengan seksama, sebagian kata umum yang diberikan sebagai contoh di atas
ini masih dapat dihubungkan dengan hal yang menyangkut agama.
Pengambilan unsur bahasa yang juga menyangkut struktur kata kita lihat pada pembentukan
kata-kata dengan akhiran –i/-wi dan akhiran –iah.
Kata-kata seperti badaniyyun dan badaniyyah dalam bahasa Arab, jika diterjemahkan dalam
bahasa Indonesisa menjadi badani dan badaniah. Demikian juga dengan kata-kata lain, seperti
rohani-rohaniah, jasmani-jasmaniah, alami-alamiah. Imbuhan ini makin produktif dalam bahasa
Indonesia dan tidak kecil kemungkinannya kelak kita akan menetapkannya sebagai akhiran
bahasa Indonesia karena akhiran ini mulai dilekatkan pada kata asal yang bukan bahasa Arab,
misalnya gerejawi, agamawi, surgawi, tatabahasawi, katawi. Kecuali kata gereja yang berasal
dari bahasa Portugis, kata-kata asal yang lain itu berasal dari bahasa Sansekerta.
Akhiran –in dan –at masih terbatas pada kata pinjaman utuh dari bahasa Arab; itupun tidak
banyak contohnya dalam bahasa Indonesia. Misalnya, muslimin-muslimat, mukminin-mukminat.
Pengaruh Bahasa Inggris
Tak bisa kita sangkal bahwa dewasa ini kita lebih banyak mengambil kata dari bahasa
Inggris daripada bahasa yang lain. Tetapi sebagian besar kata yang bentuknya diIndonesiakan itu
(ejaannya) juga bukan diambil dari bahasa Inggris, melainkan dari bahasa Belanda. Hanya
kebetulan kata asalnya dalam bahasa Belanda mirip dengan bahasa Inggris sehingga disangka
orang kata itu dipungut dari bahasa Inggris. Contohnya:
Belanda

Inggris

Indonesia

structuur

structure

struktur

coordinatie

coordination

koordinasi

standardisatie

standardization

standardisasi

experiment

experiment

eksperimen

Harus diperhatikan bahwa kata Indonesia pinjaman dari bahasa Belanda atau Inggris yang
berakhiran –er, -or, -ur, -if, -si, -asi, -sasi, -ik, -is, -ein, -al, -isme, -il, -log, -oid, -oar, -tas, tidak
dapat kita anggap sebagai kata bentukan bahasa Indonesia. Akhiran yang bermacam-macam itu
bukan merupakan akhiran dari bahasa Indonesia karena kata-kata asing itu kita pungut secara
utuh (kata asal dan imbuhannya), lalu ejaannya kita sesuaikan dengan ejaan kita.
Pengaruh struktur kalimat bahsa Inggris tidak banyak, tetapi bentuk kalimat yang
dipengaruhi kekerapan pemakaiannya tinggi. Pengaruh kata kerja gabung adalah sebagai
pengaruh to be dalam kalimat nominal bahasa Inggris. Namun bentuk kalimat seperti ini juga
sejalan dengan struktur kalimat bahasa Belanda. Contohnya, she is my wife (dia adalah istri
saya). Penggunaan kata adalah seperti kalimat contoh tersebut tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Dalam bahasa Inggris tidak ada satupun kalimat tanpa kata kerja. Itu sebabnya
kalimat nominal (kalimat isim) pun haruslah diberi kata kerja. Dalam bahasa Indonesia kita dapat
membuat kalimat dengan predikat kata benda, kata sifat, kata ganti, kata bilangan, atau kata
keterangan (frasa berkata depan). Misalnya:
Rumahku di Jakarta. (P kata keterangan)
Wanita itu cantik. (P kata sifat)\
Rumahku ini. (P kata ganti)
Rumahku dua buah. (P kata bilangan)
Selain itu penggunaan kata ganti penghubung di mana, dengan siapa, kepada siapa, yang
mana, dan lain-lain sebagai penghubung antara induk dan anak kalimat muncul dalam bahasa
Indonesia karena pengaruh Bahasa Inggris. Contohnya:
Somebody to whom the civil law is applicable . . . .
’Seorang kepada siapa undang-undang sipil berlaku . . . .’
(struktur yang dipengaruhi)
‘Seorang yang atasnya berlaku undang-undang sipil . . . .’
(struktur asli bahasa Indonesia)
Pengaruh Bahasa Sansekerta
Pengaruh bahasa Sansekerta hanya kita lihat dari segi peminjaman kata, beberapa unsur
bahasa pembentuk kata, dan frasa yang susunannya bersifat MD (Menerangkan-Diterangkan).
Kata-kata pinjaman dari bahasa Sansekerta, misalnya:
agama

neraka

dewa

budaya

budi

puasa

pahala

putra

bahasa

darma

Dari segi bentukan kita lihat pengambilan akhir kata pembeda pria dan wanita yaitu –a dan
–i seperti pada kata dewa-dewi, putra-putri. Analogi dari bentukan ini ialah

muda-mudi,

saudara-saudari, siswa-siswi, dan lain sebagainya. Demikian pula akhiran –wan,--man, dan –
wati yang sudah bisa dianggap sebagai akhiran bahasa Indonesia karena luasnya pemakaian
akhiran ini. Kata-kata seperti usahawan, negarawan, sejarawan, dan lain sebagainya semuanya
kata bentukan yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia dahulu.
Frasa seperti perdana menteri, purbakala, adikuasa bersusunan MD. Bahasa Sansekerta
tergolong pada kelompok bahasa Indonesia-German yang sifat susunan frasanya MenerangkanDiterangkan. Kalau frasa di atas dibentuk sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, maka
susunannya harus dibalik, seperti menteri perdanakala purba, kuasaadi.

E. Sikap Kita terhadap Bahasa Indonesia
Di era globalisasi saat ini, sebagai bangsa Indonesia kita harus mencintai bahasa Indonesia
karena ia milik nasional kita. Adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa bangsa Indonesia
membuat kita merasa sebangsa dan setanah air. Bahasa Indonesia adalah identitas kita sebagai
bangsa Indonesia. Dengan bahasa Indonesia kita menyatakan kepada dunia: ”Ini kami, bangsa
Indonesia”.
Karena bahasa Indonesia milik nasional kita, janganlah kita bersikap negatif terhadapnya.
Janganlah meremehkannya dan menganggapnya tidak penting sehingga tidak ada usaha kita
untuk meningkatkan kemampuan serta keterampilan dalam menggunakannya. Sikap negatif
inilah yang kebanyakan terdapat pada bagsa Indonesia di era globalisasi saat ini. Bila kita
membuat banyak kesalahan dalam bertutur atau dalam menulis bahasa Indonesia, kita
menganggapnya sebagai hal yang lumrah saja. Tetapi sebaliknya, tidak begitu sikap kita terhadap
bahasa asing. Membuat kesalahan bila berbahasa asing adalah sesuatu yang memalukan.
Kesadaran nasional, termasuk kesadaran bahasa-dalam hal ini bahasa nasional-perlulah kita
tingkatkan. Cintailah bahasa Indonesia bukan hanya dengan ucapan, melainkan dengan prbuatan
yang nyata, yaitu selalu ingin menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Secara garis besar, sikap yang dapat ditunjukkan oleh bangsa Indonesia guna melestarikan
dan mengembangkan bahasa Indonesia ialah sebagai berikut:
Disiplin Berbahasa Indonesia
Dalam berbahasa ada dua sikap yang harus diperhatikan oleh pemakai bahasa, sikap positif
dan sikap negatif. Dalam konteks bahasa Indonesia, pemakai sadar akan fungsi dan kedudukan
bahasa Indonesia. Sikap positif itu terwujud dalam penggunaan bahasa secara disiplin.
Kedisiplinan itu dapat dikenali melalui bahasa yang digunakan yang memperlihatkan keteraturan
berbahasa. Dengan kata lain, pengguanaan bahasa berlangsung secara tertib, santun, baik, dan
benar. Sebaliknya sikap negatif tercermin dari kurangnya kesadaran pemakai dalam
menggunakan bahasa secara tertib, santun, baik, dan benar. Biasanya, dalam berbahasa, pemakai
cenderung menggunakan bahasa yang bercampur dengan bahasa lain. Salah satunya sikap negatif
terlihat dalam bahasa Indonesia adalah pengguanaan istilah asing dalam konteks berbahasa
Indonesia. Hal itu dilakukan antara lain karena sikap yang menganggap bahwa pengguanaan
bahasa Indonesia yang diselingi bahasa asing menambah rasa bangga pemakainya. Dengan kata

lain, gengsi pemakai akan bertambah. Padahal, di dalam bahasa Indonesia sudah ada padanan
kata atau istilah asing itu.
Untuk jelasnya, ada beberapa kutipan contoh pengguanaan istilah asing itu. Misalnya, (1)
Kita perlu memeriahkan orang yang ber-scientific based dan professional based untuk duduk di
dalam komisi itu; (2) Hal itu bergantung pada bargainning position kita; (3) Jadi, improvement
dan development sangat penting di sini.
Ketiga kalimat yang diambil secara acak itu menggambarkan kepada kita betapa jelas sikap
negatif penggunaannya dalam berbahasa Indonesia. Ada bebrapa alasan menggunakan istilah
asing dalam mengungkapkan gagasan dan pendapatnya. Ada kemungkinan padanan istilah asing
yang digunakan itu belum ditemukannya dalam bahasa Indonesia. Mungkin juga pembicara
belum mampu mencariakn padanannya dalam bahasa Indonesia. Dapat juga terjadi, anggapan
bahwa bahasa Indonesia itu miskin untuk emngungkapkan konsep istilah seperti itu.
Sikap bahasa berkaitan dengan kesadaran berbahasa seseorang. Seseorang akan memiliki
sikap positif manakala ia sadar akan kedudukannya dan fungsi bahasa Indonesia. Dalam hal ini,
bahasa Indonesia menyandang dua kedudukan, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan dan identitas
nasional.
Jika dikaitkan dengan fungsi kebanggaan, hal ini berarti bahwa seseorang harus bangga
berbahasa Indonesia. Kebanggan itu harus dipahami bahwa bahasa Indonesia menempati posisi
yang paling tinggi jika dibandingkan dengan bahasa lain, termasuk bahasa Inggris. Apalagi,
bahasa Indonesia juga merupakan identitas nasional.
Ada anggapan bukankah bahasa Inggris itu merupakan bahasa yang mempunyai kedudukan
strategis di Indonesia, bahkan di dunia internasional. Memang betul anggapan demikian. Namun,
kedudukannya tetap sebagai bahasa asing, yang tntu menduduki posisi yang paling utama dan
urgen di antara bahasa asing lain. Walaupun begitu, kedudukannya tidak dapat disejajarkan
dengan kedudukan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kedudukan yang strategis itu bukanlah
diungkapkan dalam berbahasa dengan membumbui sebagian istilah asing dalam berbahasa
Indonesia.
Anggapan yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu miskin tidak beralasan. Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga memuat sekita 80.000-an kata. Di samping itu,
terdapat pula sekitar 340.000-an istilah berbagai bidang ilmu.
Pengindonesiaan itu sampai saat ini masih berlangsung. Kegiatan itu dilakukan oleh Pusat
Bahasa untuk memenuhi tuntutan masyarakat terhadap pentingnya padanan istilah dalam
berbagai aspek kehidupan dan keilmuan. Hasilnya dapat dilihat dalam buku Pengindonesiaan
Kata dan Istilah Asing.
Apabila kita kembali pada contoh di atas, istilah asing itu dapat diungkapkan dalam bahasa
Indonesia. Istilah scientific based, professional based, dan bargaining position dapat dipadankan
dengan berbasis keilmuan, berbasis profesi, dan posisi tawar. Istilah pertama diIndonesiakan

melalui penerjemahan, sementara yang kedua dan ketiga melalui gabungan penerjemahan dan
penyerapan. Demikian pula istilah improvement dan development. Kedua istilah itu
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi perbaikan dan pengembangan. Jadi, bukan
karena gengsi dengan pengguanaan istilah asing dalam konteks bahasa Indonesia, sikap bahasa
cenderung ke sikap negatif.
Semangat Menggunakan Bahasa Sendiri
Dalam salah satu seminar Forum Bahasa Media Massa di sebuah televisi swasta, timbul
kerisauan pemakalah tentang penggunaaan bahasa asing di tempat umum. Menurut pembicara,
nilai-nilai Sumpah Pemuda sudah tidak lagi meresap dari jiwa bangsa. Di Perancis, menurutnya,
yang Sumpah Pemuda tidak pernah dicetuskan di sana, justru kebanggaan bahasanya begitu
tinggi. Penggunaan bahasa asing tidak akan kita jumpai di sana. Bahkan, menurut Remy Silado
(salah satu pembicara), jangan Anda ’coba-coba’ berbahasa Inggris di Perancis. Anda tidak akan
dilayani. Bahasa Perancis di sana menjadi tuan di negaranya.
Dalam risalah seminar ada imbauan dari Forum Media Massa agar penggunaan bahasa asing
di tempat umum ditertibkan. Di samping itu, pihak pemerintah daerah di semua daerah prlu
melihat kembali upaya penertiban papan nama dengan bekerja sama dengan Pusat Bahasa. Papan
nama yang berbahasa asing perlu diganti dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta
struktur bahasa yang benar pula. Dengan demikian semangat kita dalam mengguanakan bahasa
sendiri harus dilestarikan dan ditingkatkan, agar dalam era globalisasi ssat ini, kita tidak
kehilangan identitas sebagai bangsa Indonesia.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanggung jawab terhadap perkembangan bahasa Indonesia terletak di tangan pemakai
bahasa Indonesia sendiri. Baik buruknya, maju mundurnya, dan tertatur tidaknya bahasa
Indonesia merupakan tanggung jawab setiap orang yang mengaku sebagai warga negara
Indonesia yang baik. Setiap warga negara Indonesia harus bersama-sama berperan serta dalam
membina dan mengembangkan bahasa Indonesia itu ke arah yang positif. Usaha-usaha ini, antara
lain dengan meningkatkan kedisiplinan berbahasa Indonesia pada era globalisasi ini, yang sangat
ketat dengan persaingan di segala sektor kehidupan. Maju bahasa, majulah bangsa. Kacau
bahasa, kacaulah bangsa. Keadaan ini harus disadari benar oleh setiap warga negara Indonesia
sehingga rasa tanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia akan
tumbuh dengan subur di sanubari setiap pemakai bahasa Indonesia. Rasa cinta terhadap bahasa
Indonesia pun akan bertambah besar dan bertambah mendalam. Sudah barang tentu, ini
semuanya merupakan harapan bersama, harapan setiap orang yang mengaku berbangsa
Indonesia.
Dalam era globalisasi ini, jati diri bahasa Indonesia merupakan ciri bangsa Indonesia yang
perlu terus dipertahankan. Pergaulan antarbangsa memerlukan alat komunikasi yang sederhana,
mudah dipahami, dan mampu menyampaikan pikiran yang lengkap. Oleh karena itu, bahasa
Indonesia harus terus dibina dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi kebanggaan
bagi bangsa Indonesia dalam pergaulan antarbangsa pada era globalisasi ini. Apabila kebanggaan
berbahasa Indonesia dengan jati diri yang ada tidak tertanam di sanubari setiap bangsa Indonesia,
bahasa Indonesia akan mati dan ditinggalkan pemakainya karena adanya kekacauan dalam
pengungkapan pikiran. Akibatnya bangsa Indonesia akan kehilangan salah satu jati dirinya.
Kalau sudah demikian, bangsa Indonesia "akan ditelan" oleh bangsa lain yang selalu
melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan menggunakan bahasa yang teratur dan berdisiplin
tinggi. Sudah barang tentu, hal seperti ini harus dapat dihindarkan pada era globalisasi. Apalagi,
keadaan seperti ini bukan merupakan keinginan bangsa Indonesia.

B. Saran
Sebagai bangsa Indonesia kita seharusnya memiliki semangat nasionalisme dalam
menggunakan bahasa Indonesia dan janganlah kita bersikap negatif terhadap penggunaan bahasa
Indonesia. Janganlah meremehkan dan menganggapnya tidak penting sehingga tidak ada usaha
kita untuk meningkatkan kemampuan serta keterampilan dalam menggunakan bahasa Indonesia..
Untuk itu, seharusnya kita menanamkan sifat disiplin dalam berbahasa Indonesia. Sehingga
dengan sifat disiplin itulah akan menjadikan bahasa Indonesia tetap lestari sesuai dengan kaidah

bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, jika ada pengaruh bahasa asing yang masuk ke
dalam bahasa Indonesia hendaknya disesuaikan dengan kaidah berbahasa Indonesia, yang pada
hakikatnya merupakan identitas bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1992. Cakrawala Bahasa Indonesia II. Jakarta: PT Gramedia. Pustaka Utama.
Sagajin, Poula. (2013, 14 April). Menulis dengan Bahasa Populer.[Online]. Tersedia :
http://edukasi.kompasiana.com/2013/04/14/menulis-dengan-bahasa-populer-551111.html
[2 Januari].
Nurhayati, Rokhmah. (2013, 28 September). Pengaruh Globalisasi Terhadap Eksistensi Bahasa
Indonesia. [Online]. Tersedia :http://sosbud. kompasiana.com/2012/09/25/ pengaruhglobalisasi-terhadap-eksistensi-bahasa-indonesia-496325.html [3Januari 2013].
Angsar, Aunur. (2013, 30 Mei).Bahasa Indonesia Dan PerkembangannyaDi Era Globalisasi.
[Online].

Tersedia

:http://aunurangsar.blogspot.com/2013/05/bahasa-indonesia-dan-

perkembangannya-di.html [4 Januari 2013].
Chandra, Riskia. (2012, 21 April). Pengaruh Bahasa Gaul Terhadap Eksistensi Bahasa
Indonesia.

[Online].

Tersedia :

http://www.slideshare.net/riskia_chandra/makalah-

penggunaan-bahasa-gaul-mempengaruhi-eksistensi-bahasa-indonesia [4Januari 2013].
Agus, Hardiasyah. (2012, 4 April). Pengaruh Globalisasi Terhadap Bahasa Indonesia. [Online].
Tersedia

:

http:

//herdiansyahagus.blogspot.com/2012/04/makalah-pengaruh-

globalisasiterhadap_04.html [5 Januari 2013].

DAFTAR RIWAYAT HIDUP




















Nama : Hartia Maulida
Tempat, tanggal lahir : Camba,01,juli,1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : dusun campulili,desa sawaru,kec.camba,kab.maros
Telepon : 085255508432
Email : Hartia.Maulida@gmail.com
Pendidikan:
2002-2004

: TK Aisyiah bustanul

2004-2010

: SDN 78 Tajo

2010-2013

: SMPN 3 camba maros

2013-2016

: SMAN 2 camba maros

2016 – sekarang:Mahasiswa Universitas muhammadiyah makassar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Program Pendidikan S1 pendidikan bahasa dan sastra indonesia
Hobi : Membaca dan mendengarkan musik
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Hormat saya,

Hartia Maulida