FILSAFAT PENDIDIKAN DAN SISTEM PENDIDIKA

Tulisan ini untuk memenuhi tugas Tengah Semester
Tahun Pelajaran 2017/2018 S3 IP Semester 1

FILSAFAT PENDIDIKAN DAN
SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA
Dosen :
Dr. Asrowi, M.Pd.

Disusun Oleh :

Sri Mulyono (T811708011)

Ilmu Pendidikan
PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2017

A. Pendahuluan
Indonesia berhasil meraih Penghargaan UNESCO-Japan Prize 2015
bidang Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan atau Education for

Sustainable Development (ESD). Prestasi tersebut menjadi bukti
pengakuan dunia atas keberhasilan pendidikan Indonesia dalam
mempromosikan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.
Penghargaan diberikan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) melalui Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini
dan Pendidikan Masyarakat (PP PAUD dan Dikmas) Jawa Barat. Dunia
Akui Keberhasilan Indonesia di Bidang Pendidikan Pembangunan
Berkelanjutan (http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016). Empat orang
pelajar Sekolah Menengah Atas Indonesia peraih 7 medali merupakan
alumni program Olimpiade Sains Nasional (OSN). Mereka adalah Rifki
Andika dari SMA Negeri 2 Depok, Fransiskus L Santoso dari SMA Kristen
Ketapang, Alse Nabilah dari SMA Kesatuan Bangsa Jogjakarta dan Fadly
Aulia
dari
SMA
Al
Kautsar
Bandar
Lampung
(https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/09/04). Inilah sebagian dari

keberhasilan pendidikan Indonesia yang diakui dunia.
Namun juga banyak kritikan yang dialamtkan kepada pendidikan
Indonesia. Baedowi secara meluas dan mendetail berbicara mengenai
realita pendidikan di indonesia yang kualitasnya masih sangat rendah dan
masih sangat jauh dengan dengan harapan bangsa, begitu banyak tempat
sekolah yang dibangun dan sudah begitu banyak lulusan yang telah
dicetak oleh berbagai sekolah baik dari sekolah negeri maupun swasta,
tapi
hasilnya
masih
belum
maksimal.
(https://www.kompasiana.com/gusli/sebuah-kritikan-terhadap-pendidikandi-indonesia). Banyak siswa-siswa yang telah lulus hanya dibekali dengan
nilai-nilai dari mata pelajaran dan ijazah yang itu bukan suatu jaminan bagi
mereka untuk bisa bersaing meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi dan untuk bisa sukses dalam meniti kehidupan yang lebih baik dari
segi materi maupun derajat kemuliaan dalam hidup (Kompasiana).
Kritikan sejenais masih banyak lagi. Sewaktu memasukkan kata kritikan
pendidikan di indonesia pada mesin pencari dalam waktu 0,66 detik
menemukan 1.490.000 tulisan. Hali ini menunjukkan masih perlunya

peningkatan di dalam pendidikan di negara kita.
Dengan demikian penulis perlu menyakinkan kepada pembaca tentang:
1. Bagaimana Sisdiknas memenuhi tuntutan perubahan zaman?
2. Relevan tidak Pancasila sebagai filsafat pendidikan?
3. Aliran dan filasafat apa saja yang memper kuat sistem pendidikan
nasional?

B. Sisdiknas dan Tuntuntan Perubahan Zaman
Sistem Pendidikan Nasional mengalami perkembangan, Undang-undang
Nomor 2 Tahun 1989 yang dinyatakan tidak memadai lagi mengemban
amanat digantikan dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 yang
merupakan undang-undang sisdiknas pertama setelah era reformasi.
Dalam UU Sisiknas 20 tahun 2003 tersebut diasampaikan batasan: 1.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. 2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Pendidikan sebagaimana di atas dalam merumusakan tidak terlepas dari
peran berbagai aliran atau filsafat pendidikan yang dipertibangkan oleh
para pakar pendidikan. Seberapa jauh peran filsafat pendidikan dalam
sistim pendidikan nasional untuk memenuhi tuntutan perubahan zaman?
Untuk mengetahui hal tersebut dapat dicermati dari peran Filsafat
Pendidikan dan Kesempurnaan Sisdiknas berikut.
1. Peran Filsafat Pendidikan
Ahmad Tafsir
(Filsafat Ilmu, 2015:68) menyampaikan bahwa
pengetahuan manusia ada tiga macam yaitu pengetahuan sains,
pengetahuan filsafat dan pengetahuan mistik. Poejawijatna
(Pembimbingan ke Alam Filsafat, 1974:11) mendifinisikan filsafat
sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang
sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan akal budi
semata. Hasbullah Bakri (Sistematik Filsafat, 1971:11) mengatakan
bahwa filsafat sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu
yang mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana

hakekatnya sejauh yang dicapai akal manusia dan bagaimana sikap
manusia itu seharusnya mencapai pengetahuan itu. Filsafat
pendidikan memandang kegiatan pendidikan sebagai objek yang
dikaji. Ada banyak defisini mengenai filsafat pendidikan tetapi akhirnya
semua mengatakan dan mengajukan soal kaidah-kaidah berpikir
filsafat dalam rangka menyelesaikan permasalahan pendidikan
(wikipedia) Aliran pendidikan klasik seperti Scopenhauer nativisme, JJ
Rousseau naturalisme, John locke empirisme dan William Stern
konvergensi aliran yang menitik beratkan pada sudut pandang

sebagaimana namanya. Berikut beberapa aliran filasafat pendidikan
modern yang menjadi pertimbangan dalam pendidikan nasional.
a. Aliran Progreessivisme
Menurut bahasa istilah progresivisme berasal dari kata
progresif yang artinya bergerak maju. Menurut Gutek (1974:138)
progresivisme modern menekankan pada konsep ‘progress’;
yang menyatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk
mengembangkan dan menyempurnakan lingkungannya dengan
menerapkan kecerdasan yang dimilikinya dan metode ilmiah
untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul baik dalam

kehidupan personal manusia itu sendiri maupun kehidupan
sosial. Aliran ini memberi konstribusi bagi pendidikan nasional
terutama dalam memandang bahwa peserta didik adalah memiliki
kemampuan yag harus dikembangkan untuk mencapai kecerdasan
tertentu dalam rangka menyelesaikan personal maupun sosial.
b. Aliran Perennilaisme
Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal,
atau selalu. Dari makna yang terkandung dalam kata itu aliran
perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang
kepada nilai-nilai dan iran ini menentang keras aliran
progressivisme yang berorientasi pada perubahan sehingga terjadi
kekacauan atau kerusakan. Aliran ini mengingatkan terhadap kita
agar nilai-nilai luhur budaya bangsa terutama yang terkritalisasi
dalam dasar negara sebagai landasan berfikir kemana dan sejauh
apa tujuan pengembangan pendidikan kita.
c. Aliran esensialisme
Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan
pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban
umat manusia. Esensiliasme memandang bahwa pendidikan harus
berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama,

yang meberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai
tata yang jelas (Zuhairini, 1994: 21). Aliran ini secara eksplisit
menyampaikan nilai-nilai budaya yang sejak lama teruji
kebenarannya harus jadi pijakan pendidikan.
d. Aliran Rekontruksionalisme
Rekonstruksionisme adalah bahasa Inggris reconstruct, yang
berarti menyusun kembali. Menurut Muhammad Noor Syam (1985:
340), kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang
merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu
oleh kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran. Akibat dari
pembaharuan sering meninggalkan efek kekacauan atau
kehancuran sebagaimana pandangan penentangan perennialisme
terhadap progressivisme, maka tugas pelaku pendidikan harus
kembali ke budaya bangsa yang telah teruji kebenaranya.
e. Aliran Eksistensialisme
Eksistensialisme keberadaan aliran ini reaksi terhadap perubahan
yang luar biasa di bumi .(Fernando: 1969-1) Eksistensialisme

pada hakikatnya adalah merupakan aliran filsafat yang bertujuan
mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan

keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya. Aliran ini
mengehendaki hak asasi manusia harus dijunjung tinggi.
f. Aliran Idealisme
pengetahuan idealisme adalah rasionalisme mengemukakan
bahwa indra kita hanya memberikan materi mentah bagi
pengetahuan. Pengetahuan tidak ditemukan dari pengalaman
indra , melainkan dari konsepsi, dalam prinsip-prinsip sebagai hasil
aktivitas. Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir
adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh
melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini
menjunjung tinggi nilai abadi yang merupakan bagian dari alam
seperti jujur, gotong royong, musyawarah bukan seperti cantik
yang lambat laun akan berubah. Aliran ini memperkuat penting
pelestarian nilai-nilai luhur dasar negara bagi kehidupan bangsa.
g. Aliran Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang
berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang
mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya
sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang
bermanfaat secara praktis.Aliran ini bersedia menerima segala

sesutau, asal saja hanya membawa akibat praktis. Pengalamanpengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima
sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat
yang praktis yang bermanfaat. Dengan demikian, patokan
pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”. Aliaran ini
menitik beratkan pada kebermanfaatan dari suatu tindakan. Maka
apa yang dilakukan dalam pendidikan harus bermanfaat bagi
warga dalam rangka mengarungi kehidupan.
2. Kesempurnaan Sisdiknas
Mempertanyakan sejauhmana kesempurnaan Sistim Pendidikan
Nasional, hanya bisa dilihat darii indikasi efek yang muncul. Menurut
kompasiana, 18 Februari 2013
03:30 Diperbarui: 24 Juni 2015
(https://www.kompasiana.com/gusli/sebuah-kritikan). Sistem
Pendidikan Indonesia Terburuk di Dunia, Apa yang Salah?
a. Pendanaan. Anggaran untuk pendidikan di Indonesia memang
terus ditingkatkan, akan tetapi hal tersebut masih harus juga
digunakan untuk hal-hal yang tepat. Pendanaan BOS (Biaya
Operasional Sekolah) yang sedang diterapkan saat ini memang
cukup membantu, akan tetapi perlu dicermati pula mengenai
distribusi serta sasaran dari pendanaan tersebut.

b. Permasalahan Metode dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Metode “Spoon Feeding” yang diterapkan mulai dari TK hingga
SMA atau bahkan Perguruan Tinggi masih menjadi andalan di

c.
d.

e.

f.

Indonesia, dimana guru yang bertindak aktif menyuapi ilmu kepada
siswa yang hanya bertindak pasif.
Pengajaran Nilai Sikap dan Bukan Pengejaran Nilai Raport.
Pendidikan nilai di Indonesia memang memiliki alokasi yang minim
Manajemen Pendidikan. Wewenang untuk mengambil kebijakan
prinsipil dalam bidang pendidikan di Indonesia masih dipegang
oleh pemerintahan pusat. Artinya, pemerintahan daerah belum
berani mengambil otoritas untuk menentukan masa pendidikan
dasar atau corak seragam di sekolah formal.

Substansi Kurikulum. Substansi Kurikulum dalam hal kepadatan
materi tidak signifikan dengan alokasi waktu tersedia. Ini juga
merupakan salah satu sebab bahwa materi yang dibelajarkan di
kelas kurang bermakna dan kurang terlihat relevansinya bagi
siswa (Suyanto, 2002: 23)
Rata-rata anak sekolah tidak mencapai harapan. Menurut Human
Development Report 2016, tahun 2015 harapan anak sekolah 12.9
tahun dan rata-rata anak sekolah 7.9 tahun. Selisih 5 tahun
tersebut meninjukan bahwa masih banyak anak usia sekolah yang
tidak melanjutkan sekolahnya atau terpaksa tidak mampu
melanjutkan sekolah atau justru letak sekolah yang tidak
terjangkau oleh anak usia sekolah, karena terlampau jauh atu
kendala geografis.

Bukti-bukti masih adanya permasalahan pendanaan, metode, nilai
sikap, manajemen, kurikulum yang akhir menurut indek pembangunan
manusia, Indonesia masih memiliki gap 5 tahun antara harapan dan
kenyataan rata-rata anak sekolah. Dengan demikian, dapat ditarik
pendapat bahwa masih perlunya penyempurnaan Sistim pendidikan
Indonesia.
Namun demikian kita juga bangga Indonesia juga memiliki tren nilai
indek pembangunan manusia meningkat dari tahun 2010 sebesar
0.528 tahun 2015 menjadi 0.689. Indonesia masih diatas Philipina
walau terpaut sedikit. Pendidikan Indonesia masih di atas sedikit ratarata Human Development Indext 11.5 harapan anak sekolah dan ratarata anak sekolah 6.6 tahun sementara Indonesia harapan 12.9 dan
rata-rata 7.9
Walau masih terdapat kekurangan namun sistem pendidikan
Indonesia makin menunjukkan jati diri bangsa Indonesia dengan nilainilai luhur yang terkandung di dalam dasar negara Pancasila.
Kekurangsempurnaan sistem hal yang perlu dimaklumi namun
perbaikan dan penyempurnaanpun perlu dilakukan. Dalam (Karya Ki
Hajar Dewantara bagian pertama pendidikan:3) tentang pendidikan
dan Pengajaran Nasional, untuk mendapatkan sistem pengajaran

yang berfaedah bagi perikehidupan bersama haruslah sistem itu
disesuaikan dengan hidup dan penghidupan rakyat. Oleh karena itu
wajiblah kita menyelidiki segala kekurangan dan kekecewaan dalam
hidup kita berhubung dengan sifatnya masyarakat seperti yang kita
kehendaki. Maka pantaslah pemerintah secara terus menerus
melakukan evaluasi dan penyempurnaan sistem pendidikan secara
berkesinambungan untuk menuju tingkat kesempurnaan yang lebih
baik.
C. Pancasila sebagai Filsafat Pendidikan
Filsafat dan pendidikan sebenarnya adalah dua istilah yang mempunyai
makna sendiri. Akan tetapi ketika digabungkan akan menjadi sebuah tema
yang baru dan khusus. Filsafat pendidikan tidak dapat dipisahkan dari ilmu
filsafat secara umum. Filsafat pendidikan memandang kegiatan pendidikan
sebagai objek yang dikaji. Ada banyak defisini mengenai filsafat
pendidikan tetapi akhirnya semua mengatakan dan mengajukan soal
kaidah-kaidah berpikir filsafat dalam rangka menyelesaikan permasalahan
pendidikan (wikipedia).Upaya ini kemudian menghasilan teori dan metode
pendidikan untuk menentukan gerak semua aktivitas pendidikan. Karena
Pancasila suatu norma yang dipakai sebagai kaidah berfikir atau pedoman
dalam mengatasi berbagai permasalahan pendidikan maka dapatlah
disebut Pancasila sebagai filsafat pendidikan.
Filsafat Pendidikan Pancasila menurut Prof. Dr. Mohammad Nur Syam
(http://library.um.ac.id/images/stories/pidatogurubesar)
dikembangkan
dan ditegakkan azas-azas kependidikan sebagai pedoman normatif dan
praktis dalam mendidik:
1. Azas Cinta
Guru bersama orang tua berkewajiban memberikan yang terbaik
kepada peserta didik dengan penuh rasa cinta sebagai pengamalan
rasa asah asih dan asuh.
2. Azas Pengertian
Guru wajib adanya mengenal karakteristik individu anak
kebutuhannya pada saat itu, sehingga terjadi hubungan yang saling
mengerti. Peserta didik juga mengerti kearah mana tindakan guru
sehingga pembelajaran terjadi sesuai kebutuhan, menyenangkan dan
menjadikan peserta didik mandiri.
3. Azas Ketulusan
Guru dan orang tua harus berkorban demi peserta didik tanpa
menggerutu dan tanpa pamrih atau tidak meminta imbalan yang tak
mungkin dapat dilakukan pihak peserta didik. Ketulusan ini akan
membuahkan keseriusan peserta didik dalam belajar dalm rangka
mencapai kemandiriannya.
4. Azas Kesabaran
Guru wajib memiliki kesabaran yang tinggi. Guru selalu berhadapan
langsung dengan peserta didik yang aktif kreatif dan keinginan dan

tingkat pemikiran yang bervariasi sehingga hal ini semua hal ini harus
dihadapi dengan penuh kesabaran
5. Azas Pengabdian
Orangtua dan guru sebagai pengemban amanat kodrati, moral, sosialkultural, moral formal institusional. Berkat azas cinta sebagai bagian
dari cita, rasa karsa memberikan yang terbaik berwujud
“pengorbanan” : waktu, perasaan, dan pikiran.
Dengan demikian Pancasila perlu dipertahankan sebagai filsafat
pendidikan bagi bangsa Indonesia, karena nilai-nilai luhar yang
terkandung didalamnya tidak lekang dilanda kemajuan zaman.

D. Aliran Filsafat Pendidikan yang Memperkuat Sisdiknas
Pancasila sebagai filsafat pendidikan dipergunakan sebagai kaidah berfikir atau
pedoman dalam mengatasi berbagai permasalahan pendidikan maka aliran
filsafat pendidikan yang memperkuat Sistim Pendidikan Nasional tentunya yang
sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.
Aliran progressivisme yang memandang perlunya kemajuan sehingga anak
harus menjadi fokus perhatian dan guru sebagai fasilitator sehingga mampu
memanfaatkan lingkunganya dalam rangka mencapai kemandirian, sangat
menunjang butir sila ke-2 yaitu mengakui dan memperlakukan manusia

sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa., dan Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku,
keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna
kulit dan sebagainya.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. Begitu juga
sila ke-5 yang ingin menciptakan keadilan sosial yang selalu meningkat.
Aliran perenialaisme yang menentang aliran progressivisme yang sering
mengakibatkan kekacauan dan kehancuran. Keinginan maju yang
dengan memaksakan kehendak suatu misal sangat bertentangan dengan
sila ke-1 maupun sla ke-2. Jadi perelianalisme membentengi agar selalu
kembali pada nilai-nilai luhur (indonesia Pancasila) yang telah diakui
bersama mampu mempersatukan kebinekaan bangsa Indonesia.
Perenilaisme memberi peringatan kepada progresivisme agar tidak
meninggalkan nilai yang telah diakui kebenaranya dalam meraih
kemajuan.
Pendapat perenialisme dikuatkan oleh aliran essensialisme bahwa dalam
melakukan pendidikan harus didasarkan nilai-nilai budaya yang telah
lama diakui kebenaranya sehingga pendidikan akan memberikan
kedamainan selain kemajuan dan kemandirian. Hal ini sesuai dengan
butir-butir pada sila ke 2 dan ke 4.
Aliran idealisme memandang bahwa indra kita hanya fisik yang mudah
berubah, memberi materi mentah yang harus diolah menjadi suatu

kebenaran nilai hakiki, seperti kejujuran, ketauhidan, kemanusiaan dsb.
Hal ini sangat mendukung nilai-nilai dalam Pnacasila.
Aliran-aliran yang memperkuat nilai-nilai butir butir pengamalan
Pamncasila tentunya akan memperkuat Sistim Pendidikan Nasional
E. Kesimpulan
Sitem Pendidikan Nasional mampu menyesuaikan dengan tuntutan
perubahan zaman karena dalam menyusun sistem tersebut didasarkan
pada dasar negara Pancasila yang ternyata memiliki kanduangan nilai
yang lebih luas dari beberapa aliran filsafat pendidikan.
Pancasila merupakan filsafat pendidikan bagi bangsa Indonesia yang di
dalamnya termuat butir-butir pengamalan yang nilainya sangat relevan
dengan sistem pendidikan Indonesia.
Hampir keseluruhan nilai positif dari aliran filsafat pendidikan memperkuat
butir-butir pengamalan yang terkandung dalam Pancasila, jadi pantaslah
Pancasila dipandang sebagai filsafat pendidikan bangsa Indonesia.

Referensi
Ahmad Tafsir. (2015). Filsafat Ilmu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Fernando R. Molina. (1969). The Sources of Eksistentialism As
Philosophys, New Jersey, Prentice-Hall
GUTEK, Gerad Lee. (1974). Philosofical Alternatives in Education. Loyala
University of Chicago
Hasbullah Bakry. (1971). Sistematik Filsafat, Jakarta: Widjaja
http://blog.unnes.ac.id/arismuhtarom/2015/11/21/aliran-filsafatpragmatisme-dalam-pendidikan/ ( aris muhtarom, November 21,
2015)
http://library.um.ac.id/images/stories/pidatogurubesar/gurubesar/Filasat
%20Pancasila%20Sebagai%20Filsafat%20Pendidikan
%2020Landasan%20dan%20Wawasan%20Normatif%20Praktek
%20Kependidikan...%20Prof.%20Dr.%20Muhammad%20Noor
%20Syam.pdf
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/09/04/4-pelajar-indonesiaberhasil-bawa-pulang-7-medali-di-olimpiade-sains-internasional
http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/03/dunia-akui-keberhasilanindonesia-di-bidang-pendidikan-pembangunan-berkelanjutan

https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_pendidikan
https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila
https://www.kompasiana.com/fauqy/sistem-pendidikan-indonesia-terburukdi-dunia-apa-yang-salah_5528e0bef17e6129178b458f
https://www.kompasiana.com/gusli/sebuah-kritikan-terhadap-pendidikandi-indonesia_56474194bf22bd8216e491b8
Ki Hajar Dewantara. (1977). Karya Ki Hajar Dewantara bagian Pertama
Pendidikan, Yogyakarta: Majelis \luhur Persatuan Taman Siswa
Mohammad Noor Syam. (1986). Fisafat Pendidikan Islam. Surabaya:
Usaha Nasional
Poedjawijatna. (1974) Pembimbingan ke Alam Filsafat, Djakarta: PT
Pembangunan
Suyanto. (2002). Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru.
Tantangan Global Pendidikan Nasional. Jakarta : Grasindo
Zuhairini, dkk.(1994). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara