PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR NEGERI TERHA

PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR NEGERI TERHADAP PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 KABUPATEN JEPARA SKRIPSI OLEH AHMAD SHOFA NPM 10120402 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI SEMARANG 2014

PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR NEGERI TERHADAP PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 KABUPATEN JEPARA SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Semarang untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan OLEH AHMAD SHOFA NPM 10120402 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI SEMARANG

2014

Semarang, 01 Maret 2014

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

1. Dan janganlah kamu berputus asa daripada rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa daripada rahmat Allah melainkan orang-orang yang kufur.” (Q.S. Yusuf: 87)

2. Janganlah membuat orang tuamu menangis karena kegagalan, tapi buatlah orang tuamu menangis karena keberhasilan.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta, bapak dan ibu yang senantiasa memberikan doa dan motivasi

2. Kakakku tercinta Asiyah dan adikku Diyah Zulfa Jauhara yang menjadi motivasiku dalam hidup.

3. Keluarga besar tercinta, yang selalu mendukung dan memberi semangat untuk menjadi lebih baik.

4. Bapak/Ibu Dosen pembimbing yang bersedia meluangkan waktu disela- sela kesibukannya dan sabar membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Kekasih hatiku yang selalu memberikan inspirasi dalam hidupku.

6. Sahabat-sahabatku kelas H.

7. Kakak kos tercinta yang telah wisuda.

8. Keluarga Kos 141 Kp.Ingas, yang senantiasa memberikan motivasi.

9. Almamaterku IKIP PGRI Semarang yang kubanggakan.

10. Pembaca yang budiman.

KATA PENGANTAR

Puji sukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi yang berjudul “Persepsi Guru Sekolah Dasar Negeri terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013 Kabupaten Jepara” ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang mendukung dan membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar- besarnya atas bantuan dan perannya pada penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada :

1. Rektor IKIP PGRI Semarang, Dr. Muhdi, SH., M. Hum., yang telah memberi kesempatan kepada peneliti menuntut ilmu di IKIP PGRI Semarang.

2. Dr. M. Th. S. R. Retnaningdyastuti, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian.

3. Drs. Djariyo, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan bimbingan yang telah menyetujui skripsi peneliti.

4. Drs.R.Soeyono, M.Pd. Pembimbing I yang telah mengarahkan penulis dengan penuh ketekunan dan kecermatan dan Ibu Qoriati Mushafanah, M.Pd. Pembimbing II yang telah membimbing peneliti dengan dedikasi yang tinggi.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberi bekal ilmu kepada peneliti selama belajar di IKIP PGRI Semarang.

6. Kepala Sekolah Dasar dI Kabupaten Jepara yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian di instansi yang dipimpinnya.

7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan hingga selesai dalam pembuatan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat

segala keterbatasan yang peneliti miliki. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan dan terima.

Akhirnya peneliti berharap dan berdoa semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat serta menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi semua pihak.

Semarang, 01 Maret 2014 Peneliti

Ahmad Shofa

ABSTRAK

Ahmad Shofa. NPM 10120402 “Persepsi Guru Sekolah Dasar Negeri Terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013 Kabupaten Jepara”. Skripsi. Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. IKIP PGRI Semarang. 2013. Kurangnya pemahaman guru sekolah dasar dalam penilaian yang direkomendasikan dalam Kurikulum 2013 akan berpengaruh pada persepsi guru terutama dalam hal langkah-langkah penilaian autentik. Persepsi guru dalam pembelajaran Kurikulum 2013, terutama dalam penilaian autentik yang menjadi penekanan dalam Kurikulum 2013.

Permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran persepsi guru sekolah dasar negeri yang sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013 terhadap langkah-langkah penilaian unjuk kerja di Kabupaten Jepara? Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran persepsi guru sekolah dasar negeri terhadap langkah-langkah penilaian unjuk kerja di Kabupaten Jepara.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Jepara. Fokus penelitian ini adalah difokuskan pada “persepsi guru sekolah dasar negeri terhadap langkah-langkah penilaian autentik unjuk kerja di Kabupaten Jepara. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuosioner (angket), wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan pendekatan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru sekolah dasar negeri yang sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013 di Kabupaten Jepara terhadap perencanaan penilaian unjuk kerja adalah mendekati sangat baik, pelaksanaan penilaian unjuk kerja adalah mendekati sangat baik, pelaporan penilaian unjuk kerja adalah mendekati sangat baik, acuan kualitas tugas untuk penilaian unjuk kerja adalah sangat baik, dan kriteria rubrik penilaian unjuk kerja adalah sangat baik.

Saran yang dapat peneliti samapaikan hendaknya guru-guru sekolah dasar di Kabupaten Jepara memiliki bahan referensi dan mengikuti sejumlah kegiatan yang mendukung terkait dengan adanya Kurikulum 2013 sehingga dalam implementasinya di lapangan dapat berjalan secara optimal.

Kata kunci: persepsi, guru, Kurikulum 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Analisis Data ........................................................................... 43 Gambar 2 Kriterium Kategori Persepsi ................................................... 175 Gambar 3 Kriterium Kategori Perencanaan Penilaian Unjuk Kerja ........ 177 Gambar 4 Kriterium Kategori Pelaksanaan Penilaian Unjuk Kerja ........ 180 Gambar 5 Kriterium Kategori Pelaporan Penilaian Unjuk Kerja ............ 182 Gambar 6 Kriterium Kategori Acuan Kualitas Tugas Untuk

Penilaian Unjuk Kerja ............................................................. 184 Gambar 7 Kriterium Kategori Kriteria Rubrik Penilaian Unjuk Kerja ... 186

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada tiga variabel utama yang sering berkaitan dalam strategi pelaksanaan pendidikan di sekolah. Ketiga variabel tersebut adalah kurikulum, guru, dan pengajaran atau proses belajar dan mengajar. Guru menempati ruang sentral, sebab perannya sangat menentukan. Guru harus mampu menerjemahkan dan menjabarkan nilai-nilai yang terdapat pada kurikulum, kemudian mentransformasikan nilai-nilai tersebut kepada siswa melalui pengajaran di sekolah (Sudjana, Nana 2009: 1).

Dengan adanya pembelajaran di sekolah akan terjadi proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana dalam proses tersebut bersifat timbal balik. Guru diharapkan mampu mengetahui perilaku belajar siswa yang sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek didalam dirinya dan lingkungannya. Kedua aspek tersebut tidak dapat dipisahkan karena dalam pembelajaran terjadi interaksi diri siswa dengan lingkungannya.

Menurut Piaget dalam Husamah (2013: 48), bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) Sensory motor , (2) Pre operational , (3) Concrete operational , dan (4) Formal operational .

Sensory motor (lahir usia 0-2 tahun) perilaku terikat pada panca indera dan gerak motorik. Bayi belum mampu berfikir konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati.

Pre operational (2-7 tahun) tampak kemampuan berbahasa, berkembang pesat penguasaan konsep. Bayi belum mampu berfikir konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati.

Concrete operational (7-11 tahun) berkembang daya mampu anak berfikir logis untuk memecahkan masalah konkret, konsep dasar benda, jumlah waktu, ruang, kausalitas.

Formal operational (11-15 tahun) kecakapan kognitif mencapai puncak perkembangan. Anak mampu memprediksi, berfikir tentang situasi hipotesis, tentang hakikat berfikir serta mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog. Sarkasme, bahasa gaul, mendebat, berdalih adalah sisi bahasa remaja cerminan kecakapan berfikir abstrak dalam/melalui bahasa (Husamah, 2013: 48).

Dengan memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu : konkrit, integratif, dan hierarkis.

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang tersebut, yaitu bab V pasal 1-b, dinyatakan dengan tegas bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Undang-undang ini memang sangat layak dijadikan sebagai landasan yuridis penerapan kurikulum tematik. Sebab, penerapan kurikulum tematik dalam kegiatan belajar mengajar di SD/MI bisa menampung kebutuhan belajar para peserta didik yang diintegrasikan dengan bakat dan minat mereka. Bahkan tidak hanya itu, penerapan kurikulum tematik juga dapat mengakomodasi para peserta didik yang memiliki latar UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang tersebut, yaitu bab V pasal 1-b, dinyatakan dengan tegas bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Undang-undang ini memang sangat layak dijadikan sebagai landasan yuridis penerapan kurikulum tematik. Sebab, penerapan kurikulum tematik dalam kegiatan belajar mengajar di SD/MI bisa menampung kebutuhan belajar para peserta didik yang diintegrasikan dengan bakat dan minat mereka. Bahkan tidak hanya itu, penerapan kurikulum tematik juga dapat mengakomodasi para peserta didik yang memiliki latar

Pembelajaran yang direkomendasikan dalam Kurikulum 2013 adalah pembelajaran tematik-integratif. Menurut Sutirjo dan Sri Istuti Mamik dalam Mulyoto (2013: 118), “pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema pembahasan”.

Integrasi tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Kemendikbud (2013) dalam Mulyoto (2013: 118)

Secara sederhana, kurikulum tematik dapat diartikan sebagai kurikulum yang memuat konsep pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada para peserta didik.

Gambaran umum mengenai kurikulum tematik sangat penting diketahui oleh seluruh praktisi pendidikan dan semua pihak yang memiliki kepentingan terhadap pendidikan. Hal tersebut disebabkan oleh kurikulum tematik merupakan kurikulum “baru” dan “asing” di dunia pendidikan Indonesia. Selain alasan itu, hingga saat ini, masih belum banyak lembaga pendidikan bahkan bisa dikatakan tidak ada di Indonesia yang menerapkan secara maksimal kurikulum tersebut. Walaupun kurikulum tematik masih asing, tetapi sebenarnya penerapan kurikulum Gambaran umum mengenai kurikulum tematik sangat penting diketahui oleh seluruh praktisi pendidikan dan semua pihak yang memiliki kepentingan terhadap pendidikan. Hal tersebut disebabkan oleh kurikulum tematik merupakan kurikulum “baru” dan “asing” di dunia pendidikan Indonesia. Selain alasan itu, hingga saat ini, masih belum banyak lembaga pendidikan bahkan bisa dikatakan tidak ada di Indonesia yang menerapkan secara maksimal kurikulum tersebut. Walaupun kurikulum tematik masih asing, tetapi sebenarnya penerapan kurikulum

Kurikulum tematik menerapkan pembelajaran tema-tema yang jauh lebih aktual dan kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, penerapan kurikulum tematik pada dasarnya adalah penerapan konsep pembelajaran yang menggunakan tema dalam kontekstualisasi beberapa materi pelajaran. Cara ini akan membuat para peserta didik menemukan pengalaman nyata yang sangat bermakna, khususnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan materi pelajaran.

Akan tetapi, pada kenyataannya, masih banyak pihak dari kalangan pendidikan yang belum mengetahui kurikulum tematik, baik dari segi pengertian, manfaat, prinsip penentuan tema dalam kurikulum tematik (Hajar, Ibnu 2013: 20).

Seperti yang di tegaskan oleh Hidayat dalam Husamah (2013: 31), saat ini, yang jauh lebih penting adalah guru sebagai ujung tombak bahkan bisa menjadi ujung tombak serta garda terdepan dalam pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu, betapa pentingnya kesiapan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 selain kompetensi, komitmen, dan tanggung jawabnya yang harus terjaga. Kompetensi guru bukan saja menguasai apa yang harus dibelajarkan (content), tetapi bagaimana membelajarkan siswa yang menantang, menyenangkan, memotivasi, menginspirasi, dan memberi ruang kepada siswa untuk melakukan keterampilan proses yaitu mengobservasi, bertanya, mencari tahu, dan merefleksi.

Peserta didik dan guru adalah orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Tentu mereka ingin mengetahui proses dan hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan itu. Untuk menyediakan baik dan buruknya proses Peserta didik dan guru adalah orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Tentu mereka ingin mengetahui proses dan hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan itu. Untuk menyediakan baik dan buruknya proses

Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Instrumen penilaian dapat berupa tes tertulis, tes lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya (Husamah, 2013: 117).

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh dalam Husamah (2013: 29), mengatakan bahwa standar penilaian pada kurikulum baru tentu berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Mengingat tujuannya untuk mendorong siswa aktif dalam tiap materi pembelajaran, maka salah satu nilai komponen siswa adalah jika si anak banyak bertanya. Selain keaktifan bertanya, komponen lain yang akan masuk dalam standar penilaian adalah proses dan hasil observasi siswa terhadap suatu masalah yang diajukan guru. Kemudian, kemampuan siswa menalar suatu masalah juga menjadi komponen penilaian sehingga anak diajak untuk berfikir logis. Hal yang terakhir adalah kemampuan anak berkomunikasi melalui presentasi mengenai tema yang dibahas.

Penilaian dalam Kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar Penilaian Pendidikan bertujuan untuk menjamin: (1) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (2) pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan (3) pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Standar Penilaian dalam Kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar Penilaian Pendidikan bertujuan untuk menjamin: (1) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (2) pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan (3) pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Standar

Menurut Permendikbud tersebut standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.

Assesmen otentik adalah asesmen yang melibatkan siswa didalam tugas- tugas otentik yang bermanfaat, penting dan bermakna. Menurut Hibbart, berbagai tipe asesmen otentik adalah; 1) asesmen kinerja, 2) observasi dan pertanyaan, 3) presentasi dan diskusi, 4) proyek dan investigasi, 5) portofolio dan jurnal (Husamah, 2013: 126).

Salah satu penekanan dalam Kurikulum 2013 adalah penilaian autentik (authentic assessment). Sebenarnya dalam kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah memberikan ruang terhadap penilaian autentik , tetapi dalam implementasi di lapangan belum berjalan secara optimal. Melalui Kurikulum 2013 ini penilaian autentik menjadi penekanan yang serius dimana guru dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik benar- benar memperhatikan penilaian autentik (Kunandar, 2013: 33).

Dengan persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Karena dalam persepsi itu merupakan aktifitas yang integrated, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi itu memang bersifat individual (Davidoff dalam Walgito, Bimo 2010: 100).

Maka jelaslah dengan adanya stimulus yang sama mengenai pemahaman pembelajaran Kurikulum 2013, tetapi karena pengalamannya tidak sama, kemampuan berfikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara guru yang satu dengan guru yang lainnya tidak sama dalam memberikan persepsi pembelajaran Kurikulum 2013 atau pembelajaran tematik integratif.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Jepara masih banyak perbedaan persepsi guru sekolah dasar terhadap pemahaman pembelajaran yang telah direkomendasikan oleh Kurikulum 2013, yaitu pembelajaran tematik integratif tentang pengertian, karakteristik pembelajaran tematik, cara mengajar, penilaian yang digunakan, dan penyusunan jadwal pelajaran dalam Kurikulun 2013. Banyak tentang persepsi guru yang mengatakan penilaian Kurikulum 2013 sama dengan kurikulum 2006 (KTSP) dengan pemberian soal dan kemudian dinilai, hal ini dikarenakan banyak guru Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Jepara masih banyak perbedaan persepsi guru sekolah dasar terhadap pemahaman pembelajaran yang telah direkomendasikan oleh Kurikulum 2013, yaitu pembelajaran tematik integratif tentang pengertian, karakteristik pembelajaran tematik, cara mengajar, penilaian yang digunakan, dan penyusunan jadwal pelajaran dalam Kurikulun 2013. Banyak tentang persepsi guru yang mengatakan penilaian Kurikulum 2013 sama dengan kurikulum 2006 (KTSP) dengan pemberian soal dan kemudian dinilai, hal ini dikarenakan banyak guru

Berdasarkan kenyataan dan tuntutan di atas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR NEGERI TERHADAP PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 KABUPATEN JEPARA”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian difokuskan pada “persepsi guru sekolah dasar negeri terhadap langkah-langkah penilaian autentik unjuk kerja di Kabupaten Jepara”.

Peneliti tertarik ingin meneliti berbagai persepsi guru sekolah dasar negeri yang sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013 terhadap langkah-langkah penilaian unjuk kerja di Kabupaten Jepara.

Berdasarkan fokus penelitian di atas maka peneliti selaku peneliti dapat merinci rumusan “bagaimanakah gambaran persepsi guru sekolah dasar negeri yang sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013 terhadap langkah-langkah

penilaian unjuk kerja di Kabupaten Jepara?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul dan fokus penelitian yang peneliti kemukakan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

Mengetahui bagaimanakah gambaran persepsi guru sekolah dasar negeri yang sudah mendapatkan Kurikulum 2013 terhadap langkah-langkah penilaian unjuk kerja di Kabupaten Jepara.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi guru dalam pembelajaran Kurikulum 2013.

2. Bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat menjadi wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai persepsi guru sekolah dasar terhadap pembelajaran Kurikulum 2013.

3. Bagi FIP atau jurusan PGSD Menambah referensi dalam penelitian, dan analisis penelitian yang sejenis, serta menunjang bahan dalam perkuliahan.

E. Penegasan Istilah

1. Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Kemudian, penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera (Bimo Walgito, 2010: 25).

Persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi mengenai langkah-langkah penilaian unjuk kerja.

2. Guru Guru adalah sosok yang rela mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mengajar dan mendidik siswa, sementara penghargaan dari sisi material, misalnya, sangat jauh dari harapan (Ngainun Naim, 2009: 1).

Dalam penelitian ini guru yang dimaksud adalah guru sekolah dasar negeri yang sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

3. Penilaian autentik Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) (Kunandar, 2013: 36).

Dalam penilaian ini penilaian autentik yang dimaksud adalah penilaian unjuk kerja.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Persepsi

1. Pengertian persepsi

a. Persepsi adalah sebuah proses aktif. Perabaan, misalnya, membutuhkan gerakan sesuatu yang kini kita sebut sebagai “ scanning ”. Perabaan mencakup

informasi tentang anda (misalnya otot-otot dan sendi-sendi tubuh anda) dan juga tentang apa yang sedang anda sentuh. Kita bisa mengatakan hal yang sama terhadap pendengaran. Kita seharusnya betul-betul menyebutnya mendengar! Suara itu sendiri tentu secara intrinsik bergerak ia terus-menerus berubah. Jika tidak, kita akan berhenti mendengarnya! (C.George Boeree, 2008: 97-98)

b. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera atau juga disebet proses sensoris. Namun proses tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui indera, yaitu melalui mata sebagai penglihatan, telinga sebagai alat pendengar, hidung sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat pengecapan, kulit pada telapaan tangan sebagai alat perabaan; yang kesemuanya merupakan alat indera yang

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses aktif yang didahului oleh penginderaan. Proses tidak berhenti pada tahap penginderaan. Stimulus diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak sebagai pusat susunan syaraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi, yaitu orang menyadari apa yang diinderanya.

2. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi

Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu:

a. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

c. Perhatian Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan objek (Bimo Walgito, 2010: 101).

3. Proses terjadinya persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.

Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologi. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologi. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi

B. Tinjauan Umum Tentang Guru

1. Pengertian guru

a. Guru adalah sosok yang rela mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mengajar dan mendidik siswa, sementara penghargaan dari sisi material, misalnya, sangat jauh dari harapan (Ngainun Naim, 2009: 1).

b. Menurut Drs. N.A . Ametembun dalam (Syaiful Bahri Djamarah, 2010: 32), bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun diluar sekolah.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimimpulkan bahwa guru adalah sosok yang rela mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mengajar dan mendidik siswa serta berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal.

2. Tugas guru

Tugas pokok guru dalam pebelajaran meliputi: (a) menyusun program pembelajaran, (b) melaksanakan program pembelajaran, (c) melaksanakan penilaian hasil belajar, (d) melakukan analisis hasil belajar, dan (e) melakukan program tindak lanjut. Berikut penjelasan dari lima tugas pokok guru diata (Kunandar, 2013:2)

a. Menyusun perencanaan pembelajaran Guru yang baik harus menyusun perencanaan sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas. Proses belajar mengajar yang baik harus didahului dengan persiapan yang baik, tanpa persiapan yang baik sulit rasanya menghasilkan pembelajaran yang baik. Oleh karena itu, sudah seharusnya guru sebelum mengajar menyusun perencanaan atau perangkat pembelajaran. Program atau perencanaan yang harus disusun oleh guru sebelum melakukan pembelajaran antara lain: (1) program tahunan, (2) program semester, (3) silabus, (4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Melaksanakan program pembelajaran Melaksanakan program pada dasarnya mengimplementasikan program yang telah disusun dalam proses belajar mengajar di kelas. Hal ini berarti keberhasilan pelaksanaan pembelajaran sangat tergantung dari kualitas pembelajaran yang telah disusun, terutama silabus dan RPP. Dengan perencanaan pembelajaran yang baik, akan menghasilkan pelaksanaan yang baik dan begitu pula sebaliknya.

c. Melaksanakan penilaian hasil belajar Kegiatan guru setelah melakukan proses belajar mengajar adalah melakukan penilaian hasil belajar. Penialaian hasil belajar secara esensial bertujuan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan sekaligus mengukur keberhasilan peserta didik dalam penguasaan kompetensi yang telah ditentukan.

d. Melakukan analisis hasil belajar Setelah hasil penilaian diketahui, langkah selanjutnya yang dikerjakan guru adalah melakukan analisis terhadap hasil penilaian peserta didik. Analisi hasil belajar ada dua bentuk, yakni menganalisi keakuratan instrumen yang digunakan untuk melakukan penilaian dan menganalisis tingkat ketuntasan yang dicapai peserta didik.

e. Melaksanakan program tindak lanjut Setelah melaksanakan analisis hasil belajar kegitan yang harus dilakukan guru adalah melaksanakan program tindak lanjut dengan mengacu pada hasil pemetaan tingkat pencapaian kompetensi peserta didik melalui analisis hasil penilaian (Kunandar, 2013: 3-13).

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang mempunyai tugas utama mengajar, menyusun program pembelajaran, melaksanakan program pembelajaran, melaksanakan penilaian hasil belajar, melakukan analisis hasil belajar, dan melakukan program tindak lanjut.

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

a. Pengetahuan, dalam bahasa Inggris disebut knowledge , adalah semua hal yang diperoleh lewat indera, atau kenalan, hasil dari pengalaman. Manusia mengalami dunia sekitarnya lewat indera atau pengenalan. Manusia memiliki lima alat indera, yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, penciuman. Dengan kata lain manusia mengenali dunianya lewat melihat, a. Pengetahuan, dalam bahasa Inggris disebut knowledge , adalah semua hal yang diperoleh lewat indera, atau kenalan, hasil dari pengalaman. Manusia mengalami dunia sekitarnya lewat indera atau pengenalan. Manusia memiliki lima alat indera, yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, penciuman. Dengan kata lain manusia mengenali dunianya lewat melihat,

b. Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (supertition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformations) (Soekanto, Soerjono 2012: 6).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah semua hal yang diperoleh lewat indera, atau kenalan, hasil dari pengalaman yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (supertition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformations) .

2. Sumber pengetahuan

Yang dimaksud dengan sumber pengetahuan adalah dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh dan dipertanggungjawabkan kebenarannya. Pengetahuan itu bersumber pada pengalaman, otoritas, penalaran deduktif, penalaran induktif, dan metode ilmiah.

Pengalaman atau empiri, merupakan hasil mengalami, dapat berupa hasil pengamatan atau observasi, bersifat konkret, nyata sehingga kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan. Otoritas, artinya kekuatan kekuasaan yang ada pada para ahli ilmu pengetahuan sehingga menjamin kebenaran, yang implementasinya berupa pengutipan atau sitat, cuplikan yang disertai dengan catatan (kaki, tubuh, belakang) dan daftar pustaka. Penalaran deduktif (dari umum ke khusus: teori ke hipotesis) dan induktif (dari khusus ke umum: data/fakta ke teori) menjadi sumber Pengalaman atau empiri, merupakan hasil mengalami, dapat berupa hasil pengamatan atau observasi, bersifat konkret, nyata sehingga kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan. Otoritas, artinya kekuatan kekuasaan yang ada pada para ahli ilmu pengetahuan sehingga menjamin kebenaran, yang implementasinya berupa pengutipan atau sitat, cuplikan yang disertai dengan catatan (kaki, tubuh, belakang) dan daftar pustaka. Penalaran deduktif (dari umum ke khusus: teori ke hipotesis) dan induktif (dari khusus ke umum: data/fakta ke teori) menjadi sumber

D. Tinjauan Umum Tentang Pembelajaran

1. Pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat seorang individu beroriantasi dengan informasi dan lingkungan (Sholeh Hidayat: 2013: 146).

2. Menurut Yunanto (2004: 4) dalam Sholeh Hidayat (2013: 146), pembelajaran merupakan pendekatan belajar yang memberi ruang kepada anak untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar.

3. Dalam pemahaman Sardiman,dkk. (1986: 7) dalam Syaiful Bahri Djamarah (2010: 324) pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri anak didik.

4. Miarso (2004: 528) dalam Syaiful Bahri Djamarah (2010: 324)mengatakan bahwa pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk dirinya secara positif dalam kondisi tertentu.

5. Bagi Gagne dan Briggs (1979: 3) dalam Syaiful Bahri Djamarah (2010: 325), pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar anak didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang 5. Bagi Gagne dan Briggs (1979: 3) dalam Syaiful Bahri Djamarah (2010: 325), pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar anak didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana agar terjadi proses belajar dalam diri anak didik sehingga dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

E. Tinjauan Tentang Kurikulum

1. Saylor & Alexander dalam Trianto (2011: 14), mendefinisikan bahwa kurikulum adalah segala usaha sekolah dalam rangka mempengaruhi anak untuk belajar, baik dalam ruang kelas maupun di luar sekolah.

2. Harold B. Alberty dalam Trianto (2011: 14), mendefinisikan bahwa kurikulum adalah segala kegiatan oleh sekolah bagi pelajar, kegiatan yang disajikan oleh sekolah ini dibedakan antara kegiatan yang dilakukan di dalam kelas dan di luar kelas, serta kegiatan yang dilakukan di dalam dan luar sekolah.

3. L’loyd dan Miller dalam Trianto (2011: 14), mendefinisikan bahwa kurikulum adalah serangkaian komponen metode belajar mengajar, cara mengevaluasi kemauan siswa dan seluruh perubahan pada tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi, administrasi, waktu, jumlah ruang, dan serta pilihan pelajaran.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah usaha sekolah yang meliputi serangkaian komponen metode belajar mengajar, cara mengevaluasi kemauan siswa dan seluruh perubahan pada tenaga Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah usaha sekolah yang meliputi serangkaian komponen metode belajar mengajar, cara mengevaluasi kemauan siswa dan seluruh perubahan pada tenaga

F. Tinjauan Umum Tentang Integrasi

1. Pengertian integrasi

a. Poerwadarminta (1997: 326) dalam Trianto (2011: 35), integrasi adalah

penyatuan supaya menjadi satu kebulatan atau menjadi utuh.

b. Wedawaty dalam Trianto (2011: 35), integrasi adalah perpaduan, penyatuan, atau penggabungan dua objek atau lebih.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa integrasi adalah perpaduan dua objek atau lebih agar menjadi suatu kebulatan atau menjadi utuh.

2. Kurikulum integrasi (terpadu)

Dalam bentuk kurikulum ini, tidak lagi mengenal mata pelajaran dan tidak lagi mengenal bidang studi, artinya mata pelajaran dan semua bidang studi terintegrasikan dalam bentuk masalah atau unit. Batas-batas antara semua mata- mata pelajaran dan batas-batas bidang studi tidak kelihatan lagi. Jadi semua mata pelajaran telah menjadi suatu kesatuan yang bulat.

Pendekatan dalam bentuk kurikulum ini menggunakan pendekatan terpadu atau pendekatan tematik. Pendekatan terpadu bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau suatu kesatuan yang bermakna dan berstruktur. Bermakna artinya bahwa setiap keseluruhan itu memiliki makna atau faedah tertentu. Keseluruhan Pendekatan dalam bentuk kurikulum ini menggunakan pendekatan terpadu atau pendekatan tematik. Pendekatan terpadu bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau suatu kesatuan yang bermakna dan berstruktur. Bermakna artinya bahwa setiap keseluruhan itu memiliki makna atau faedah tertentu. Keseluruhan

G. Tinjauan Umum Tentang Penilaian

1. Pengertian penilaian

a. Penilaian dalam pembelajaran tematik dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang dilakukan oleh pihak sekolah atau para guru untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh para peserta didik melalui program kegiatan pembelajaran tematik (Ibnu Hajar, 2013: 267).

b. Penilaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai (Depdikbud, 1994) dalam Husamah (2013: 116).

c. Penilaian (assessment) adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang bisa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta didik (Husamah, 2013: 117).

d. Griffin dan Nix dalam Widoyoko (2009: 29) dalam Kunandar (2013: 65), mendeskripsikan penilaian (assessment) sebagai suatu cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah kegiatan yang dilakukan guru guna mendapatkan informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai serta untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta didik.

2. Penilaian menurut Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Penilaian Pendidikan

Penialaian dalam Kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor

66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar Penilaian bertujuan untuk menjamin: (a) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (b) pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan (c) pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Standar penilaian ini disusun sebagai acuan penilaian bagi pendidik, satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Menurut Permendikbud tersebut Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat Menurut Permendikbud tersebut Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat

H. Tinjauan Umum Tentang Penilaian Autentik

1. Pengertian penilaian autentik

a. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) (Kunandar, 2013: 36).

b. Assessment otentik adalah asesmen yang digunakan untuk menggambarkan kondisi siswa yang sebenarnya sesuai dengan fakta atau kenyataan yang ada (Husamah, 2013: 127).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik sesuai dengan fakta yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian.

2. Penilaian autentik dalam Kurikulum 2013

Salah satu penekanan dalam Kurikulum 2013 adalah penilaian autentik (authentic assessment) . Sebenarnya dalam kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah memberi ruang terhadap penilaian autentik, tetapi dalam implementasinya di lapangan belum berjalan Salah satu penekanan dalam Kurikulum 2013 adalah penilaian autentik (authentic assessment) . Sebenarnya dalam kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah memberi ruang terhadap penilaian autentik, tetapi dalam implementasinya di lapangan belum berjalan

Dalam Kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).

Penilaian autentik mengacu pada Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal). Dengan demikian pencapaian kompetensi peserta didik tidak dalam konteks dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dibandingkan dengan standar atau kriteria tertentu, yakni Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dalam penilaian autentik guru melakukan penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL (Kunandar, 2013: 36).

Penialaian autentik berbeda dengan penilaian tradisional. Penilaian tradisional peserta didik cenderung memilih respon yang tersedia, sedangkan dalam penilaian autentik peserta didik menampilkan atau mengerjakan suatu tugas atau proyek. Pada penilaian tradisional kemampuan berfikir yang dinilai cenderung pada level memahami dan fokusnya adalah guru. Pada penilaian autentik kemampuan berfikir yang dinilai adalah level konstruksi dan aplikasi serta fokusnya pada peserta didik (Kunandar, 2013: 37).

3. Ciri-ciri penilaian autentik

Ciri-ciri penilaian autentik adalah:

a. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk.

b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.

c. Menggunakan berbagai cara dan sumber.

d. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian.

e. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian- bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari.

f. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik, bukan keluasannya (kuantitas) (Kunandar, 2013: 38-39).

4. Karakteristik penilaian autentik

Karakteristik authentic assessment adalah sebagai berikut.

a. Bisa digunakan untuk sumatif.

b. Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta.

c. Berkesinambungan dan terintegrasi.

d. Dapat digunakan sebagai feed back ( Kunandar, 2013: 39-40).

5. Prinsip penilaian autentik

Prinsip yang harus diterapkan dalam penilaian otentik adalah sebagai berikut:

a. Penilaian otentik mengacu pada ketercapaian standar nasional (didasarkan pada indikator). Kurikulum dan hasil belajar setiap mata pelajaran memuat tiga kompetensi utama, yaitu kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, dan materi pokok.

b. Penilaian otentik harus menyeimbangkan tiga ranah. Penilaian yang dilakukan cukup memberi cakupan terhadap aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) secara seimbang. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penilaian berbasis kelas adalah sebagai berikut:

c. Penilaian aspek kognitif lebih mudah bila dibandingkan bila mengukur ranah afektif maupun psikomotor. Proses pengukuran aspek kognitif digunakan dengan cara lisan dan tulisan.

d. Penilaian terhadap aspek afektif yang dilakukan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, baik didalam maupun diluar kelas.

e. Penilaian terhadap aspek psikomotor dilakukan selama berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar. Mengukur aspek psikomotor dilakukan terhadap hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya penilaian aspek psikomotor ditentukan atau dimulai dengan pengukuran aspek kognitif sekaligus.

f. Penilaian otentik mengukur life skill atau kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problem hidup dan kehidupan secara wajar tanpa terasa tertekan.

g. Penilaian otentik menggunakan berbagai alat. Agar tujuan tersebut tercapai guru harus menggunakan berbagai metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman belajar yang dilaluinya (Kunandar, 2013: 127-129).

6. Jenis-jenis penilaian autentik

Menurut Hibbart dalam Kunandar (2013: 126), berbagai tipe asesmen otentik adalah; a) asesmen kinerja, b) observasi dan pertanyaan, c) presentasi dan diskusi, d) proyek dan investigasi, e) portofolio dan jurnal.

Autentik dari segi instrumen (tes tertulis, tes lisan, tes proyek, tes kinerja, dan sebagainya dan autentik dari segi aspek yang yang dinilai (kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan) (Kunandar, 2013: 42).

Beberapa jenis asesmen otentik antara lain:

a. Asesmen kinerja (performance assessment) Asesmen kinerja adalah asesmen yang bertujuan untuk mengetahui seberapa baik subyek belajar telah mampu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan sasaran pembelajran yang telah di tentukan dan berfokus pada penilaian secara langsung, yakni dalam arti langsung apa yang ditampilkan oleh peserta didik dengan mengaitkannya dengan berbagai permasalahan nyata yang dihadapi oleh siswa (Husamah, 2013: 129).