PENGARUH METODE CTL DAN KEMAMPUAN BERPIK

PENGARUH METODE CTL DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS
TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH
DASAR NEGERI 114 PALEMBANG

Muttia Ratna
Mahasiswa S2 Pendidikan Dasar Pascasarjana UNJ
Mutia_ratna@gmail.com
Abstract: This study aims to determine the effect of the CTL Method of Problem-Based
Learning Technique and Problem Posing Technique and the ability to think logically to
the learning outcomes of natural sciences. The study was conducted at the grade IV
Elementary School 114 Palembang. The amount of students as many as 32 students.
Research design using experiment method with treatment by level 2 x 2. Data analysis is
theanalysis of variance of two lanes (ANOVA). The results of this study indicate that (1)
There are differences in learning outcomes of natural science between the groups given
CTL method of problem-based learning technique and the groups given CTL method of
problem posing technique (2) There are interactions between CTL method and the ability
to think logically to the learning outcomes of natural science.
Keywords: Problem-Based Learning Technique and Problem Posing Technique,
Logical Thinking Ability, Learning outcomes.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Metode CTL Masalah
Berbasis Teknik Belajar dan Problem Posing Teknik dan kemampuan untuk berpikir

logis dengan hasil belajar ilmu alam. Penelitian dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar 114
Palembang. Jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Desain penelitian menggunakan metode
eksperimen dengan pengobatan oleh tingkat 2 x 2. Analisis data adalah theanalysis
varians dua jalur (ANOVA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Ada perbedaan
hasil belajar ilmu pengetahuan alam antara kelompok diberikan metode CTL teknik
pembelajaran berbasis masalah dan kelompok diberikan metode CTL masalah teknik (2)
berpose Ada interaksi antara metode CTL dan kemampuan untuk berpikir logis dengan
hasil belajar ilmu pengetahuan alam.
Kata kunci: Problem-based learning, teknik dan problem posing teknik, logical thinking
kemampuan, hasil belajar.

Pada abad ke-21 terbentuklah paradigma baru

(2009:48) menunjukkan 3 (tiga) struktur dan

di tengah-tengah masyarakat yang lebih

komponenyang menjadi subjek inti dari

dikenal dengan era globalisasi, antara lain


tuntutan abad ke-21 yang disebut dengan

dengan terjadinya perubahan-perubahan yang

“The

serba

Rainbow” seperti pada gambar 1.1 berikut.

cepat

dan

kompleks,

baik

yang


21st

Century

Knowledge-and-Skills

menyangkut perubahan nilai maupun struktur
yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
Untuk itu bangsa Indonesia perlu dibekali
Gambar 1.1.The 21st Century Knowledge-andSkills Rainbow

dengan pendidikan yang berorientasi dengan
tuntutan abad ke-21. Trilling dan Fadel

254

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 2 Desember 2015


keterampilan. Di dalam mengaplikasikan

Berdasarkan gambar 1.1 di atas dapat
dikatakan

bahwa

subjek

inti

keterampilan

dari

proses

dalam

kegiatan


pembelajaran abad ke-21 dikelilingi oleh 3

pembelajaran diharapkan siswa memiliki

(tiga) set keterampilan yang utama yakni

kemampuan

keterampilan

inovasi;

kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk

keterampilan informasi, media, dan teknologi;

memenuhi hasil belajar tersebut, seorang guru

serta keterampilan hidup dan karir. Namun


dituntut

keterampilan

harus

pembelajaran yang mampu mengembangkan

dipenuhi di abad ke-21 adalah keterampilan

keterampilan berpikir yakni proses saintifik.

belajar dan berinovasi.

Proses

belajar

paling


dan

utama

yang

ke-21

tersebut,

dan

maka

berbasis

teaching

melaksanakan


saintifik

merupakan

seperti

proses

proses

pendidikan

kegiatan pembelajaran yakni mengamati,

pembelajaran

menanya, mengumpulkan informasi, menalar,

tantangan


paradigma

untuk

komprehensif

pembelajaran di mana siswa melakukan

Untuk memenuhi tuntutan pembelajaran
abad

secara

diubah

dan

menjadi


mengomunikasikan

gagasan.

Mata

yang

pelajaran yang berelasi dengan pendekatan

memberikan siswa kesempatan yang lebih

saintifikadalah Ilmu Pengetahuan Alam yang

besar

selanjutnya disebut IPA.

pembelajaran


berbasis

untuk

menggali

learning

pemahamannya

yang diajarkan. Dalam

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa

pendidikan, konteks learning dikonotasikan

pembelajaran di abad ke-21 harus bermakna,

sebagai kegiatan belajar dimana pelajar

maka begitu pula dalam pembelajaran IPA di

berperan aktif, bukan hanya pengajar, tetapi

Sekolah

interaksi aktif pelajar dan pengajar memegang

pembelajaran IPA yang bermakna, maka guru

peran sentral dalam proses belajar. Dengan

harus

perubahan paradigma tersebut maka terjadilah

pembelajaran yang bermakna. Glynn dan Duit

pembelajaran yang bersifat learning how to

(1995:4) menyatakan bahwa ada 5 (lima)

learn (belajar bagaimana seharusnya belajar).

kondisi agar pembelajaran IPA menjadi

terhadap materi

dengan

keterampilan

mengetahui

bermakna;

Karakteristik perubahan paradigma di atas
sejalan

Dasar.

(1)

adadiaktifkan;

proses.

(2)

Untuk

ciri

membentuk

dari

pengetahuan
pengetahuan

kondisi

yang
yang

Keterampilan proses memiliki karakteristik

adaterkait denganpengalaman pendidikan; (3)

bahwa

motivasi

proses

memberikan

pembelajaran

pengalaman

belajar

dapat

intrinsikdikembangkan;

pengetahuanbarudibangun;

kepada

siswa, sehingga mereka memiliki berbagai

255

dan(5)

(4)

Metode CTL Dan Kemampuan Berfikir Logis
Mutia Ratna

pengetahuan baruditerapkan, dievaluasi, dan

pencapaian kurikulum sehingga pembelajaran

direvisi.

di kelas kurang meningkatkan kreativitas
siswa. Padahal esensi pembelajaran IPA di

Hal senada tentang pembelajaran IPA juga

kelas terletak pada prosesnya sehingga tidak

dikemukakan oleh L.Moller et. al. (2009:49)
Learning is a naturally active
mental and social process. When
learning in natural context, human
interact with their environment
and manipulate the objects in that
environment, observing the effects
of
their
interventions
and
constructing
their
own
interpretations of the phenomena
and the results of the manipulation
and sharing those interpretations
with others.

bisa diajarkan dengan hanya meminta siswa
menghafal

konsep

melainkan

dengan

memahami konsep berdasarkan konteks yang
ada di dalam kehidupan sehari-hari dengan
penyesuaian terhadap materi yang ada di
dalam kurikulum. Dari hasil pengamatan juga
didapatkan temuan bahwa siswa kurang
termotivasi dalam pembelajaran IPA karena
rendahnya

minat

siswa

dalam

belajar

kelompok.

Belajar adalah proses mental dan sosial
yang aktif secara alami. Ketika belajar dalam

Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai

konteks alam, manusia berinteraksi dengan

ujian akhir semester mata pelajaran IPA

lingkungan mereka dan memanipulasi benda-

semester I tahun 2014/2015 siswa kelas IV E

benda dilingkungan tersebut, mengamati efek

SD Negeri 114 Palembang dari jumlah siswa

dari intervensi mereka dan membangun

sebesar 24 orang, ada 15 orang (62,5%) yang

interpretasi mereka sendiri dari fenomena dan

mencapai

hasil manipulasi dan berbagi interpretasi

(KKM) dengan nilai rata-rata kelas sebesar

mereka dengan orang lain.

75,2.

Kriteria

Ketuntasan

Minimal

Berdasarkan hasil pengamatan awal yang

Berpijak pada data empiris tentang

dilakukan di SD Negeri 114 Kecamatan Sako

observasi proses pembelajaran di SDN 114

Palembang khususnya di kelas IV guru

Palembang di atas dapat kita tarik benang

memiliki

merah bahwa guru merupakan aktor penting

metode

kecenderungan
pembelajaran

menggunakan

konvensional

dalam skenario belajar mengajar. Guru harus

saat

mengajar sehingga siswa cenderung pasif

mampu

karena kurang dilibatkan dan hanya menerima

dengan berorientasi pada aktivitas siswa

apa yang disampaikan guru. Lebih jauh

dalam menemukan dan menetapkan makna

dijelaskan bahwa pembelajaran di kelas dititik

secara mandiri sehingga proses pembelajaran

beratkan pada penguasaan konsep dan target

akan

256

menyelenggarakan

mampu

membentuk

pendidikan

kemampuan

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 2 Desember 2015

berpikir tingkat tinggi pada diri siswa. Untuk

lebih tinggi, memandirikan peserta didik dan

itu diperlukan sebuah transformasi metode

meningkatkan kepercayaan

belajar yang berbasis aktivitas siswa. Salah

Masalah yang diangkat dari PBL merupakan

satu metode pembelajaranyang berorientasi

masalah yang dekat dengan kehidupan peserta

pada abad ke-21 adalah Metode Pembelajaran

didik (real problem) sehingga memotivasi

Kontekstual / Contextual Teaching and

peserta didik untuk memikirkan jalan keluar

Learning (CTL).

dari

Metode

CTL

pembelajaran

merupakan

yang

tersebutdan

sendiri.

meningkatkan

kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam

metode

membantu

masalah

diri

situasi

guru

yang

berorientasi

pada

masalah

termasuk cara bagaimana belajar.

mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata dan mendorong

Berbeda dengan PBL, teknik Problem

peserta didik membuat hubungan antara

Posing atau biasa disebut Pengajuan Masalah

pengetahuan

yang

dan

merupakan salah satu teknik pembelajaran

penerapannya

dalam

mereka

yang awalnya dikembangkan untuk mata

sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

pelajaran Matematika namun berkembang

Dengan penerapan metode CTL di ruang

seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan

kelas, maka pembelajaran akan menjadi lebih

karena

bermakna sehingga muatan materi akan

membutuhkan

bertahan lama dalam diri siswa. Dalam

pemecahan masalah dalam penerapannya,

aplikasinya, menurut Johnson (2007:310) ada

melainkan juga ilmu-ilmu lain termasuk mata

beragam teknik yang bisa diterapkan dalam

pelajaran IPA.

dimilikinya
kehidupan

tidak

hanya
beragam

Matematika
pengajuan

yang
dan

Pendekatan saintifik pada mata pelajaran

metode CTL di antaranya adalah teknik
/

IPA, kita akan menemukan istilah menalar.

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan

Menurut Stenberg (2012:462), penalaran

teknik Problem Posing / Pengajuan Masalah.

adalah proses berpikir yang logis dan

Problem

Based

Learning

(PBL)

Menurut Arrends yang dikutip oleh

sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat

Hosnan (2014:295), Problem Based Learning

diamati untuk memperoleh simpulan berupa

(PBL) adalah teknik pembelajaran dengan

pengetahuan. Selama mentransfer peristiwa-

pendekatan pembelajaran peserta didik pada

peristiwa

masalah autentik sehingga peserta didik dapat

tersimpan di memori otak kemudian berelasi

menyusun

dan

pengetahuannya

sendiri,

khusus

berinteraksi

ke

otak,

dengan

pengalaman

pengalaman

sebelumnya yang sudah tersedia. Menalar erat

menumbuh-kembangkan keterampilan yang

257

Metode CTL Dan Kemampuan Berfikir Logis
Mutia Ratna

kaitannya dengan proses berpikir logis pada

berpikir logis ada dua yaitu kemampuan

peserta didik dimana dalam berpikir logis

berpikir logis tinggi dan kemampuan berpikir

mereka

logis rendah (X2).

dilatih

untuk

menarik

sebuah

Percobaan

kesimpulan dari sebuah fakta yang belum

dilakukan

pada

dua

terdefinisi. Untuk itu penanaman kemampuan

kelompok siswa yakni kelompok berpikir

berpikir logis tepat bila diterapkan dalam

logis tinggi dan kelompok berpikir logis

pendekatan saintifik karena peserta didik

rendah

dianjurkan untuk tidak menerima begitu saja

pemberian metode CTL teknik Problem

sebuah

konsep,

menghubungkan

melainkan
fakta-fakta

mendapat

perlakuan

dengan

juga

harus

Based Learning dan kelompok berpikir logis

yang

terjadi

tinggi dan kelompok berpikir logis rendah

sehingga mampu mengonstruksikan fakta

mendapat

serta

metode CTL teknik Problem Posing. Adapun

mendapatkan

pengetahuan

dan

perlakuan

dengan

pemberian

kesimpulan yang tepat.

rancangan dalam penelitian ini terlihat pada

METODE

Tabel 1 sebagai berikut.

Metode yang digunakan dalam penelitian
ini

adalah

metode

eksperimen

dengan

rancangan desain Treatment by level 2 x 2.

Metode CTL (A)

Metode
CTL
Teknik
Problem
Posing
(A2)

Tinggi (B1)

Metode
CTL
Teknik
Problem
Based
Learning
(A1)
A1B1

Rendah (B2)

A1B2

A2B2

KemampuanBerpikir
Logis (B)

Metode eksperimen dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
Metode eksperimen dengan variabel terikat

Tabel 1. Rancangan Treatment by level

adalah hasil belajar IPA (Y). Penelitian ini
dilakukan

perlakuan

(treatment)

2x2

untuk

Oliver

mencari pengaruh di antara dua variabel yaitu
variabel

perlakuan

adalah

diambil dari populasi dengan cara sedemikian

(X2).

rupa sehingga dapat dianggap mewakili

Variabel perlakuan adalah metode CTL yang

seluruh anggota populasi. Teknik penarikan

terdiri atas dua teknik yaitu teknik Problem

sampel dalam penelitian ini menggunakan

Based Learning dan Problem Posing (X1).
moderator

adalah

mengemukakan

bagian dari seluruh jumlah populasi yang

pembelajaran (X1) dan variabel moderator

Variabel

(2013:128)

pengertian sampel secara sederhana sebagai

metode

adalah kemampuan berpikir logis

A2B1

cluster simple random sampling yakni cara

kemampuan

pengambilan sampel dari anggota populasi

258

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 2 Desember 2015

dengan cara acak tanpa memperhatikan strata

dibandingkan dengan yang diberikan metode

9tingkatan) dalam anggota populasi tersebut.

CTL teknik Problem Posing ( X = 75 dan s =
7,659).

Selanjutnya pada tes kemampuan berpikir
logis ditentukan kelompok atas dan kelompok
bawah.

Siswa

dikategorikan

ke

1. Interaksi
Metode
CTL
dan
Kemampuan Berpikir Logis terhadap
Hasil Belajar IPA (INT A X B)

dalam

kelompok berpikir logis tinggi apabila skor
Hasil

berada pada rentang 27% skor tertinggi.

diketahui

Kemudian siswa dikategorikan ke dalam

perhitungan
bahwa

ANAVA

nilai

hasil

dapat

pengujian

hipotesis kedua yang disajikan dalam tabel

kelompok berpikir logis rendah apabila skor

ANAVA pada baris interaksi A X B

berada pada rentang 27% skor terendah. Maka

menunjukkan bahwa H0 ditolak berdasarkan

didapatkan 27% x 32 = 8 sampel untuk setiap

nilai Fhitung = 6,89 > Ftabel (0,05) = 4,15 dengan

kelompok.

demikian dapat diambil keputusan bahwa
HASIL

terdapat pengaruh interaksi yang signifikan

Perbedaan hasil belajar IPA antara
kelompok yang diberikan metode CTL
teknik Problem Based Learning dan
kelompok yang diberikan metode CTL
teknik Problem Posing

antara metode CTL dan kemampuan berpikir

Berdasarkan

analisis

Data hasil penelitian, diperoleh skor ratarata hasil belajar IPA antara kelompok siswa

varians

yang memiliki kemampuan berpikir logis

(ANAVA) pada taraf signifikan α = 0,05,

tinggi yang diberikan metode CTL teknik

didapat Fhitung = 4,93 > Ftabel = 4,15. Dengan

Problem Based Learning adalah sebesar 87

demikian

dan

Fo>Ft,

hasil

logis terhadap hasil belajar IPA.

sehingga

H0

ditolak,

kelompok

siswa

yang

memiliki

sehingga dapat disimpulkan bahwa secara

kemampuan berpikir logis rendah yang

keseluruhan terdapat perbedaan pengaruh

diberikan

yang signifikan antara kelompok siswa yang

Posing Learning adalah sebesar 74,5. Untuk

diberikan metode CTL Teknik Problem Based

skor rata-rata hasil belajar IPA antara

Learning dengan kelompok siswa yang

kelompok siswa yang memiliki kemampuan

diberikan metode CTL Teknik Problem

berpikir logis tinggi

Posing terhadap hasil belajar IPA. Oleh

diberikan metode CTL teknik Problem Based

karena itu, hasil belajar IPA yang diberikan

Learning adalah sebesar 75 dan kelompok

metode CTL teknik Problem Based Learning

siswa yang memiliki kemampuan berpikir

( X =81 dan s = 8,453) lebih baik secara nyata

259

metode

CTL teknik

Problem

yang tinggi

yang

Metode CTL Dan Kemampuan Berfikir Logis
Mutia Ratna

logis rendah yang diberikan metode CTL

diberikan

teknik Problem Posing adalah sebesar 75,5.

Posing ( X = 74,5 dan s = 7,690).

2. Pada kelompok siswa yang memiliki
kemampuan berpikir logis tinggi,
terdapa perbedaan Hasil Belajar IPA
Kelompok siswa yang belajar dengan
Metode CTL Teknik Problem Based
Learning dengan Kelompok Siswa
yang Belajar dengan Metode CTL
Teknik Problem Posing.

3. Pada
kelompok
yang
memiliki
kemampuan berpikir logis rendah,
terdapat perbedaan hasil belajar IPA
antara kelompok siswa yang diberikan
metode CTL teknik Problem Based
Learning dan kelompok siswa yang
diberikan metode CTL teknik Problem
Posing (A1B2& A2B2)

Perhitungan analisis varians tahap lanjut

Perhitungan analisis varians tahap lanjut

dengan

Uji

Tukey

adalah

untuk

dengan

metode

Uji

CTL teknik

Tukey

adalah

Problem

untuk

membandingkan kelompok yang memiliki

membandingkan kelompok yang memiliki

kemampuan

yang

kemampuan berpikir logis rendah yang

diberikan metode CTL teknik Problem Based

diberikan metode CTL teknik Problem Based

Learning dan yang diberikan metode CTL

Learning dan yang diberikan metode CTL

teknik Probem Posing. Perhitungan Uji

teknik Problem Posing. Perhitungan Uji

Tukey A1B1> A2B1 = Qhitung = 10,10 >

Tukey A1B2< A2B2 = Qhitung = -0,40 lebih

Qtabel0,05:4:8 = 4,07 atau Qhitung> Qtabel pada

kecil daripada Qtabel0,05:4:8 = 4,07 atau Qhitung<

taraf signifikan α = 0,05, dengan demikian H0

Qtabel pada taraf signifikan α = 0,05, dengan

ditolak dan hipotesis alternatif diterima.

demikian H0 ditolak dan hipotesis alternatif

Sehingga dapat ditafsirkan hasil belajar IPA

diterima. Sehingga dapat ditafsirkan hasil

antara kelompok siswa yang diberikan metode

belajar IPA antara kelompok siswa yang

CTL teknik Problem Based Learning lebih

diberikan metode CTL teknik Problem Based

tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa

Learning lebih rendah dibandingkan dengan

yang diberikan metode CTL teknik Problem

kelompok siswa yang dibeirkan metode CTL

Posing.

teknik Problem Posing.

berpikir

logis

tinggi

Oleh karena itu, bagi siswa yang

Oleh karena itu, bagi siswa yang

memiliki kemampuan berpikir logis tinggi

memiliki kemampuan berpikir logis rendah

yang diberikan metode CTL Teknik Problem

yang diberikan metode CTL teknik Problem

Based Learning ( X = 87 dan s = 5,952) lebih

Based Learning ( X = 75 dan s = 5,952) lebih

tinggi

rendah secara nyata dibandingkan yang

secara

nyata

dibandingkan

yang

260

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 2 Desember 2015

diberikan

metode

CTL teknik

sebanyak-banyaknya dari berbagai literatur,

Problem

merumuskan soal atau pertanyaan dari situasi

Posing ( X = 75,5 dan s = 8,124).

yang

ada,

menentukan

jawaban

atau

PEMBAHASAN

pemecahan dari permasalahan yang mereka

1. Perbedaan hasil belajar IPA antara
kelompok yang diberikan metode CTL
Teknik Problem Based Learning dan
kelompok yang diberikan metode CTL
Teknik Problem Posing

buat serta mencari alternatif pemecahannya

Hasil
pendapat

penelitian

diperkuat

Arrends

(2012:396)

mengatakan
mengonstruksi

bahwa

secara mandiri. Hal ini berarti hipotesis
penelitian secara keseluruhan adalah terdapat
perbedaan hasil belajar IPA yang diberikan

dengan

metode CTL teknik Problem Based Learning

yang

dengan yang diberikan metode CTL teknik

siswa

belajar

pengetahuannya

melalui

Problem Posing.

interaksi dengan lingkungannya. Teknik PBL

2. Interaksi

Metode

CTL

dan

dapat membuat siswa belajar melalui upaya

Kemampuan Berpikir Logis terhadap

penyelesaian dunia nyata secara terstruktur

Hasil Belajar IPA (INT A X B)

untuk mengonstruksi pengetahuan siswa.

Teknik Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif

mengemuka karena adanya keprihatinan para

melakukan

praktisi akan rendahnya kemampuan praktis

menyelesaikan

penyelidikan
permasalahan

dalam
dan

para

guru

calon

dokter

yang

akademik.

Pembelajaran

menguraikan sebuah ilmu dalam bentuk teori

dapat

membentuk

kemampuan berpikir tingkat tinggi

mereka

secara

berperan sebagai fasilitator atau pembimbing.
akan

Artinya

cerdas

mampu

tetapi tidak mampu mempraktekkannya dalam

(higher

order thinking skills) dan meningkatkan

kehidupan

nyata.

Untuk

itu

PBL

kemampuan siswa untuk berpikir kritis.

dikembangkan menjadi sebuah teknik yang
mampu mengasah keterampilan siswa dalam

Dengan berlandaskan objek yang sama
dengan PBL, yaitu sebuah masalah atau

mengkaji

persoalan, Brown dan Walter (2004:12)

kontekstual dengan menggunakan berbagai

mendefinisikan

disiplin

teknik

Problem

Posing

dan

ilmu.

memecahkan

Arrends

masalah

(2012:398)

sebagai teknik pembelajaran yang dapat

menjabarkan 3 (tiga) hasil belajar (outcome)

digunakan untuk mengembangkan kecakapan

dari teknik PBLberupa (1) keterampilan

berpikir siswa karena dalam pembelajaran ini,

penyelidikan dan mengatasi masalah; (2)

siswa dikondisikan untuk menggali informasi

perilaku dan keterampilan sosial sesuai peran

261

Metode CTL Dan Kemampuan Berfikir Logis
Mutia Ratna

orang dewasa; dan (3) keterampilan untuk

induktif.

belajar secara mandiri. Dari outcome tersebut

bernalar

dapat dipastikan bahwa teknik ini mampu

keputusan. Hal ini berarti hipotesis penelitian

mengembangkan keterampilan berpikir siswa

terdapat interaksi antara metode CTL dengan

ke tahap yang lebih tinggi (higher order

kemampuan berpikir logis terhadap hasil

thinking skills).

belajar IPA.

Trianto (2007:67-68) menjelaskan teknik
Problem

Posing

dengan

istilah

siswa mengajukan masalah atau soal yang
didasarkan pada situasi yang diberikan oleh
guru. Situasi dalam hal ini bisa berupa
(pernyataan),

pertanyaan

yang

merupakan

sama-sama

teknik

menghasilkan

3. Pada kelompok siswa yang memiliki
kemampuan berpikir logis tinggi,
terdapa perbedaan Hasil Belajar IPA
Kelompok siswa yang belajar dengan
Metode CTL Teknik Problem Based
Learning dengan Kelompok Siswa
yang Belajar dengan Metode CTL
Teknik Problem Posing.

pengkonstruksian masalah. Dalam teknik ini,

informasi

Keduanya

Hasil penelitian didukung dengan

dan

sebagainya. Tentunya saat mengonstruksi

adanya

masalah atau pertanyaan, siswa melakukan

(2006)yang

kegiatan berpikir dengan berlandaskan situasi

Problem

yang dirancang oleh guru.

perhatian pada masalah yang terjadi dan dekat

Dalam
dipaparkan

kedua
di

teknik

atas,

siswa

yang

pendapat

menjelaskan
Based

dengan

telah

Langen

dan

Welsh

bahwa

teknik

Learning

kehidupan

memusatkan

sehari-hari

siswa.

Kebermaknaan belajar merupakan ciri dari

memerlukan

kemampuan berpikir yang mengarah pada

teknik

kesimpulan yang benar. Semakin baik proses

dituntut untuk berpikir ilmiah dengan cara

berpikir yang dilakukan, maka seseorang

bernalar dan memikirkan pemecahan dari

dapat menentukan dengan jelas tindakan apa

setiap

yang harus dilakukan. Proses berpikir yang

pilihan-pilihan pemecahan masalah, sehingga

menghasilkan kesimpulan yang benar disebut

dihasilkan sebuah kesimpulan yang benar.

dengan berpikir logis.

pembelajaran

permasalahan

Sementara

Di dalam berpikir

ini.

Karena

melalui

Problem

Posing

merupakan

ada meliputi (1) pengertian (concept), (2)

pembelajaran kontekstual yang bertujuan

keputusan

untuk memandirikan siswa dengan jalan

(3)

penalaran

dalam

penguraian

logis, terdapat 3 (tiga) komponen yang harus

(decision),

teknik

siswa

(reasoning). Ketiga komponen dalam berpikir

mengonstruksi

logis tersebut bisa diwujudkan melalui dua

memecahkannya.

cara yakni melalui teknik deduktif dan

mengonstruksi masalah, guru menguraikan

262

masalah

metode

lalu

kemudian

Sebelum

siswa

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 2 Desember 2015

terlebih dahulu pertanyaan atau pernyataan

keterampilan untuk berkolaborasi bagi siswa.

yang dapat dijadikan bahan bagi siswa untuk

Karena siswa dituntut untuk berpikir ilmiah

membuat suatu pertanyaan kembali. Dari

dengan

pernyataan di atas, dapat digaris bawahi

pemecahan dari setiap permasalahan melalui

bahwa siswa masih diberikan bimbingan dari

penguraian

guru untuk mengonstruk sebuah masalah dan

masalah,

permasalahan yang diajukan guru bisa jadi

kesimpulan yang benar. Kesimpulan yang

tidak sesuai dengan konteks permasalahan

didapat

yang dekat dengan kehidupan siswa.

pengamatan akan menghasilkan sebuah fakta

4. Pada
kelompok
yang
memiliki
kemampuan berpikir logis rendah,
terdapat perbedaan hasil belajar IPA
antara kelompok siswa yang diberikan
metode CTL teknik Problem Based
Learning dan kelompok siswa yang
diberikan metode CTL teknik Problem
Posing (A1B2& A2B2)

atau data baru yang bisa dipertanggung

oleh

Arrends

bernalar

dan

memikirkan

pilihan-pilihan
sehingga

dari

pemecahan

dihasilkan

sebuah

sebuah

pemikiran

dan

jawabkan kebenarannya.
Sementara Problem Posing merupakan
teknik

dalam

kontekstual

Teknik Problem Based Learning yang
dikembangkan

cara

metode

yang

memandirikan

siswa

mengonstruksi

masalah

pembelajaran

bertujuan

untuk

dengan
lalu

jalan

kemudian

(2012:396)

memecahkannya. Dengan adanya peran guru

mendefinisikan PBL sebagai suatu teknik

sebagai main role, siswa mengonstruksi

pembelajaran yang berpusat pada siswa

pertanyaan

(student-centered),

pertanyaan yang diajukan guru terlebih

mengorganisasikan

kurikulum dengan pembelajaran kontekstual

&

Somenjelaskan

dan

Kemampuan menalar memang datang dari

studi

sebuah permasalahan atau data yang sudah

ilmiahnya bahwa pembelajaran dengan teknik

diketahui, namun ada baiknya jika data atau

ini membuat siswa menjadi lebih aktif,

permasalahan

terintegrasi

dan

kontekstual bukan dengan bimbingan guru.

berhubungan satu dengan yang lain tanpa

Sehingga proses pemikiran atau bernalar tidak

terpecah-pecah. Siswa dapat bekerja sama

sengaja diarahkan menuju kebenaran atau

dalam kelompok berdiskusi dengan tanggung

kesimpulan yang sesungguhnya.

jawab untuk belajar bersama dalam prosesnya

SIMPULAN

antar

disiplin

dalam

pernyataan

dahuiu.

dalam situasi dan masalah nyata sehari-hari.
Kwan

melalui

ilmu,

tersebut

datang

secara

dapat membangun kemampuan berpikir dan

Penelitian ini menggunakan metode

keterampilan memecahkan masalah serta

eksperimen yang melibatkan variabel bebas,

263

Metode CTL Dan Kemampuan Berfikir Logis
Mutia Ratna

yaitu metode CTL teknik Problem Based
Learning dan metode CTL teknik Problem
Posing

dan

kemampuan

berpikir

DAFTAR PUSTAKA

logis,

Arends, R. I & Ann Klicher. 2010. Teaching
for Student Learning: Becoming an
Accomplished Teacher. New York:
Routledge.

sedangkan sebagai variabel terikatnya adalah
hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri
114 Palembang.

Brown, Stephen I & Marrion I. Walter. 2004.
The Art of Problem Posing: Third
Edition. New York: Routledge.

Berdasarkan hasil analisis data, hasil
pengujian hipotesis dan hasil pembahasan

Glynn, Shawn M & Reinders Duit, 1995.
Learning Science in The Schools. USA:
Lawrence.

penelitian yang telah diperoleh dijelaskan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Metode CTL teknik Problem Based

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan
Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Learning memiliki pengaruh yang lebih
tinggi nilainya dari metode CTL teknik

Moller, Leslie, Jason Bond Huett, & Douglas
M. Harvey. 2014. Learning and
Instructional Technologies for The 21st
Century. New York: Springer ScienceBusiness Mediarn LLC.

Problem Posing terhadap hasil belajar
IPA.
2. Terdapat interaksi antara metode CTL
teknik Problem Based Learning dan

Oliver, Paul. 2013. Writing Your Thesis. Sage
Publications Ltd

metode CTL teknik Problem Posing dan
kemampuan berpikir logis terhadap hasil

Setiawan, Ibnu. 2007. Contextual Teaching &
Learning:
Menjadikan
Kegiatan
Belajar-Mengajar
dan
Bermakna.
Bandung: MLC.

belajar IPA.
3. Metode CTL teknik Problem Based
Learning

lebih

tinggi

nilainya

dari

metode CTL teknik Problem Posing pada
kelompok

siswa

yang

Stenberg, Robert & Karin Stenberg, 2002.
Cognition. Canada: Wadswoth Cengage
Learning.

memiliki

kemampuan berpikir logis tinggi terhadap

Tan, Oon Seng. 2003. Problem Based
Learning Innovation: Using Problem to
Power Learning in The 21st Century.
Singapore: Thomson Learning.

hasil belajar IPA.
4. Metode CTL teknik Problem Based
Learning lebih rendah nilainya dari

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran
Inovatif
Berorientasi
Konstruktif.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

metode CTL teknik Problem Posing pada
kelompok
kemampuan

siswa

yang

berpikir

logis

memiliki
rendah

Trilling, Bernie & Charles Fadel. 2009. 21st
Century Skills: Learning for Life in Our
Times. San Fransisco: Jossey Bass.

terhadap hasil belajar IPA.

264

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 2 Desember 2015

Langen, Tom A. & Rick Welsh, 2006.
“Effects of PBL Approach on Attitude
Change and Science and Policy Content
Knowledge.” Conservation Biology
Vol.20 No. 3:600-608, (dikutip
diakses
darihttp://m.ebscohost.com)
tanggal 23 Februari 2015.
Kwan, Tammy & Max So, International
Research
Group,
(dikutip
dari
http://m.ebscohost.com) diakses tanggal
23 Februari 2015.

265