Profil kadar zinc plasma pada penderita ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus di RSUP Haji Adam Malik Medan

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus merupakan komplikasi

kronis berupa makroangiopati dan mikroangiopati yang paling sering kita jumpai
diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati.1 Ulkus dekubitus merupakan
dekstruksi jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan
diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu yang
lama sehingga terjadi gangguan mikro sirkulasi jaringan lokal dan mengakibatkan
hipoksia jaringan.2 Patogenesis yang kompleks pada kedua ulkus menyebabkan
intervensi yang harus dilakukan dalam pengobatan ulkus saat ini juga harus
difokuskan untuk berbagai penyebab terbentuknya ulkus seperti infeksi, iskemik
perifer, penekanan yang tidak normal pada salah satu sisi, mobilitas yang terbatas,
neuropati dan lain-lain. Walaupun telah dilakukan beberapa terapi pada ulkus
tersebut, ulkus dapat menjadi luka kronis.1
Luka dapat didefinisikan sebagai gangguan intergritas kulit,selaput lendir

ataupun jaringan organ yang dapat di sebabkan oleh trauma mekanik, termal,
kimia dan radiogenik3,4 Luka dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, antara
lain berdasarkan sifat dari proses penyembuhan dan durasi luka. Berdasarkan
proses penyembuhan dan durasi terjadinya, luka diklasifikasikan sebagai luka akut
dan luka kronis.5 Luka akut biasanya sembuh dalam waktu 8-12 minggu
sedangkan luka kronis, sejak adanya cedera tidak menyembuh hingga lebih dari
12 minggu.

4,5,6

Karakteristik dari luka kronis ditandai dengan adanya stagnasi

Universitas Sumatera Utara

2
pada fase inflamasi dan proliferasi, kegagalan re-epitelisasi dan defek pada fase
remodelling dari proses penyembuhan luka.7 Bentuk luka kronis yang terbanyak

pada manusia adalah ulkus diabetikum, ulkus dekubitus dan ulkus venosum.3,7
Luka kronis ataupun ulkus secara signifikan telah menjadi beban bagi para pasien,

pelayan medis profesional dan sistem pelayanan kesehatan. Di Amerika, dijumpai
sekitar 5,7 juta pasien dengan biaya yang diprediksikan mencapai hingga 20
milyar dolar setiap tahunnya.8
Penyembuhan luka merupakan proses yang sangat kompleks dan telah
menjadi subjek penelitian selama lebih dari 120 tahun. Beberapa temuan baru
dalam bidang mikrobiologi yang diperoleh dalam tahun-tahun terakhir ini telah
memberikan wawasan yang lebih besar ke dalam proses biologis yang terlibat.9
Penyembuhan luka merupakan suatu proses kompleks dan dinamis yang
melibatkan interaksi terkoordinir antara sel-sel dan matriks ekstraselular hingga
terjadi pemulihan morfologi dan fungsional dari jaringan yang cedera.4 Proses
penyembuhan luka secara lengkap memerlukan waktu selama 3-14 hari yang
terbagi atas beberapa fase yaitu;

fase inflamasi, fase proliferasi dan fase

remodelling.4,7,8,9,10

Proses penyembuhan luka kronis berbeda dengan proses penyembuhan
luka akut. Pada luka kronis, penyembuhan lebih lambat dan tidak dapat diprediksi
sebelumnya. Banyak penyebab yang dapat mengganggu proses penyembuhan

luka antara lain adalah status gizi, obat-obatan, radiasi, merokok, dan hipoksia.
Penyembuhan luka dapat terhambat akibat adanya gangguan keseimbangan gizi.
Keseimbangan gizi yang terganggu dapat terjadi karena adanya penurunan asupan
dari makanan bergizi ataupun dapat juga diakibatkan adanya penyakit kronis yang

Universitas Sumatera Utara

3
mendasarinya. Defisiensi gizi yang berhubungan dengan proses penyembuhan
luka yang terhambat antara lain penurunan kadar protein, deplesi/defisiensi
karbohidrat, penurunan kadar asam amino, defisiensi vitamin (A,C,E), defisiensi
trace element (zinc, besi,dll).11
Zinc merupakan trace element esensial pada tubuh manusia. Zinc

diperlukan untuk fungsi normal dari semua sistem kehidupan manusia. Zinc
berfungsi sebagai ko-faktor dalam banyak faktor transkripsi dan sistem enzim.
Zinc juga merupakan ko-faktor penting dalam pertumbuhan dan replikasi sel

normal serta juga terlibat pada lebih dari 100 reaksi enzimatik yang berbeda. 11,12
Defisiensi zinc dapat kita temukan dalam praktek medis saat ini. Defisiensi zinc

pertama kali dilaporkan di tahun 1960 pada seorang pria usia 21 tahun yang
disertai gejala retardasi pertumbuhan.13 Defisiensi zinc sering dijumpai terutama
pada kasus pasien dengan luka bakar yang luas, ekskresi keringat berlebihan,
trauma bedah yang berat, alkoholisme kronis, sirosis hepatis, dan fistula
gastrointestinal dan penyembuhan luka yang terhambat.11 Kekurangan zinc juga
lazim dijumpai pada lansia dan akan berhubungan terhadap gangguan sistem
imunitas pada usia tua.14 Dikarenakan asupan makanan merupakan sumber utama
dari zinc, maka faktor risiko defisiensi zinc juga dapat terjadi pada orang dengan
diet vegetarian atau diet penghindaran makan daging merah.15
Zinc sebagai kofaktor pada sejumlah faktor transkripsi dan sistem

enzim termasuk zinc-dependent matrix metalloproteinases (MMPs). Enzim MMP
ini memegang peranan penting dalam proses migrasi keratinosit dan autodebridement.12 Zinc juga merupakan ko-faktor untuk produksi DNA polimerase,

RNA polimerase dan dan DNA transkriptase yang berhubungan dengan sintesis

Universitas Sumatera Utara

4
protein, sintesis DNA dan proliferasi sel. Zinc juga berhubungan dalam banyak

aspek dari respon imun termasuk fagositosis, imunitas selular dan hormonal.15,16
Kadar zinc yang lebih rendah dari 100 μg/L berhubungan dengan kegagalan
dalam proses penyembuhan luka.17
Rahman et al. (2013) melakukan penelitian tentang efektifitas
pemberian zinc atau vitamin D3 pada proses penyembuhan luka pasien ulkus
diabetikum. Penelitian ini dilakukan pada 45 pasien dengan membandingkan efek
terapi pemberian zinc (15 orang), vitamin D3 (15 orang) dan kontrol (15 orang).
Didapatkan hasil secara signifikan adanya pengurangan luas ulkus dalam
pemberian zinc selama 4 minggu dibanding kontrol (73,83% vs 32,06%).18
Desneves et al. (2005) melakukan penelitian terhadap 16 pasien
dengan ulkus dekubitus yang dibagi atas tiga kelompok. Kelompok pertama
menerima makanan normal kalori, kelompok kedua menerima makanan tinggi
kalori dan tinggi protein dan kelompok ketiga menerima makanan dengan tinggi
kalori-protein ditambah pemberian suplemen arginin, vitamin C dan zinc.
Didapatkan proses penyembuhan yang lebih cepat pada kelompok ketiga
dibandingkan dua kelompok lainnya (nilai PUSH 2,6 (kelompok ketiga) vs 7,0
(kelompok pertama) vs 6,0 (kelompok kedua)).19
Dorner et al. (2009) menyatakan bahwa belum adanya penelitian yang
dapat menunjukkan adanya efek pemberian suplemen zinc dalam meningkatkan
proses penyembuhan pada ulkus dekubitus.20

Bozkurt et al. (2011) melakukan penelitian dengan membandingkan
kadar zinc pada 50 pasien ulkus diabetikum gradasi 1-4 (klasifikasi Wagner)
dengan populasi normal dan didapatkan hasil kadar zinc serum yang lebih tinggi

Universitas Sumatera Utara

5
pada ulkus diabetikum gradasi 3-4 dibandingkan gradasi 1-2 dan populasi
normal.21
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai kadar
zinc pada penderita ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus masih terbatas dan

kontroversial sehingga peneliti berminat untuk melakukan penelitian tentang
gambaran kadar zinc plasma pada penderita ulkus diabetikum dan ulkus
dekubitus.

1.2

Rumusan Masalah
Bagaimana profil kadar zinc plasma pada penderita ulkus diabetikum dan


ulkus dekubitus di RSUP. H. Adam Malik Medan.

1.3

Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum : Mengetahui kadar zinc plasma pada penderita ulkus
diabetikum dan ulkus dekubitus yang dirawat di RSUP. H. Adam
Malik Medan
1.3.2 Tujuan khusus :
1.

Untuk mengetahui gambaran kadar zinc berdasarkan distribusi
umur, jenis kelamin pada penderita ulkus diabetikum dan ulkus
dekubitus

2.

Untuk mengetahui kadar zinc plasma pada penderita ulkus
diabetikum


3.

Untuk mengetahui kadar zinc plasma pada penderita ulkus
dekubitus

Universitas Sumatera Utara

6

1.4

Manfaat Penelitian
1.4.1

Manfaat dalam

bidang

akademik : untuk


membuka

wawasan mengenai kadar zinc dalam plasma pada penderita ulkus
diabetikum dan ulkus dekubitus.
1.4.2. Manfaat dalam pelayanan masyarakat : menjadi landasan
pendekatan terapi

untuk

pentingnya diet

kaya

zinc pada

penderita ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus.
1.4.3 Manfaat bagi pengembangan penelitian: menjadi landasan teori bagi
penelitian – penelitian selanjutnya.


Universitas Sumatera Utara