Optimasi dan Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi pada Penetapan Kadar Natrium Sakarin dalam Sirup yang Beredar di Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perkembangan produksi makanan dan minuman yang terus meningkat dapat
dilihat dari berdirinya perusahaan makanan dan minuman yang mengemas
produknya baik dalam wadah plastik, kaleng maupun dalam kemasan lainnya.
Pemakaian zat tambahan makanan dan minuman pun semakin banyak ragamnya
seperti pengawet, pemanis serta pewarna yang semakin berkembang untuk
memperoleh produk yang lebih menarik perhatian konsumen (Budiyanto, 2004).
Pada makanan dan minuman jajanan sering ditambahkan pemanis buatan
sebagai pengganti gula karena harganya yang murah. Sakarin merupakan pemanis
buatan yang mempunyai rasa manis 200-700 kali sukrosa.Penggunaan sakarin
biasanya dicampur dengan bahan pemanis lain seperti siklamat atau aspartam. Hal
itu dimaksudkan untuk menutupi rasa tidak enak dari sakarin dan memperkuat
rasa manis (Cahyadi, 2009).
Natrium sakarin di dalam tubuh tidak mengalami metabolisme sehingga
diekskresikan melalui urin tanpa melalui perubahan kimia. Beberapa penelitian
mengenai dampak konsumsi sakarin menunjukkan hasil yang menyebutkan bahwa
sakarin dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kanker pada hewan percobaan.
Pada tahun 1977 Canada’s Health Protection Branch melaporkan bahwa sakarin

bertanggungjawab terhadap terjadinya kanker kantong kemih (Cahyadi, 2009).
Pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan melalui Menteri Kesehatan RI
No. 208/Menkes/Per/IV/1985 tentang pemanis buatan bahwa pada pangan dan

1
Universitas Sumatera Utara

minuman olahan khusus, yaitu berkalori rendah dan untuk penderita penyakit
diabetes mellitus kadar maksimum sakarin yang diperbolehkan adalah 300 mg/kg.
Pada penggunaan natrium sakarin dalam gula dan sirup lainnya, SNI 01-69932004 memberikan batasan maksimal 300 mg/kg. Selain itu, produk pangan yang
mengandung pemanis buatan harus mencantumkan jenis dan jumlah pemanis
buatan dalam komposisi bahan. Tetapi kenyataannya di pasaran tidak terdapat
pencantuman natrium sakarin dalam komposisi bahan.
Menyadari efek yang tidak baik dan keingintahuan tentang kadar Natrium
Sakarin yang tidak dicantumkan dalam komposisi bahan sirup, maka peneliti
tertarik melakukan pemeriksaan kadar Natrium Sakarin dalam sirup yang beredar
di kota Medan.
Padapenelitian sebelumnya telah dilakukan penetapan kadar natrium sakarin
pada minuman jajanan secara


Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dengan

perbandingan fase gerak metanol 60% - dapar fosfat pH 6,8 (2:98) (Sinulingga,
2011). Dari penelitian tersebut diperoleh waktu retensi natrium sakarin 12-13
menit dengan laju alir 1,5 ml/menit menggunakan kolom shimpac VP-ODS
(150×6 mm).
Pada penelitian ini dilakukan analisispemanisnatrium sakarindi dalam sirup
menggunakan metode KCKT dan untuk mendapatkanhasilanalisisyangoptimal
dan efisien, dilakukanoptimasiterhadapperbandingan komposisi fasegerak
metanol

60%

-dapar

fosfat

pH

6,8.Perbandingan


komposisi

fase

gerakoptimalyangdiperoleh diterapkan padapenetapan kadar Natrium Sakarindalam
sirup.Adapun

alasanmemilihmetode

inikarenaanalisisnyacepat,dayapisahbaik,peka,kolom

dapatdipakaiberulang

kalidanperangkatnyadapatdigunakansecaraotomatisdankuantitatif(Gandjar
2

dan

Universitas Sumatera Utara


Rohman, 2007).
Untukmengujivalidasidarimetodeinidilakukanpengujianantaralain
ujiakurasidenganparameter%recovery,ujipresisidenganparameterkoefisien
variasi(RSD),ujisensitifitasdenganparameter

limit

deteksi(LOD)danlimit

kuantitasi(LOQ)(Harmita, 2004).

1.2 Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Berapakah perbandingan fase gerak metanol 60%- dapar fosfat pH 6,8
sehingga diperoleh komposisi fase gerak yang optimal dan efisien dalam
penetapan kadar Natrium Sakarin dalam sirup secara Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT)?
2. Apakah komposisi optimal fase gerak metanol 60%-dapar fosfat pH 6,8
yang diperoleh dapat digunakan pada penetapan kadar Natrium Sakarin

dalam sirup dengan validasi metode yang memenuhi persyaratan?
3. Apakah kadar Natrium Sakarin yang digunakan sebagai pemanis pada
beberapa merek sirup memenuhi persyaratan yang ditetapkan SNI 0616993-2004?

3
Universitas Sumatera Utara

1.3 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah:
1. Perbandingan fase gerak metanol 60%-dapar fosfat pH 6,8 yang terpilih
merupakan komposisi fase gerak yang optimal dan efisien dalam
penetapan kadar Natrium Sakarin dalam sirup secara Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT).
2. Komposisi optimal fase gerak metanol 60%- dapar fosfat pH 6,8 yang
diperoleh dapat digunakan pada penetapan kadar Natrium Sakarin dalam
sirup dengan validasi metode yang memenuhi persyaratan.
3. Kadar Natrium Sakarin yang digunakan sebagai pemanis buatan pada
beberapa merek sirup tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan SNI
061-6993-2004.


1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pada perbandingan berapa fase gerak metanol 60%dapar fosfat pH 6,8 menghasilkan komposisi fase gerak yang optimal dan
efisien dalam penetapan kadar Natrium Sakarin dalam sirup secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
2. Untuk menerapkan komposisi optimal fase gerak metanol 60%- dapar
fosfat pH 6,8 yang diperoleh pada penetapan kadar Natrium Sakarin dalam
sirup dengan validasi metode yang memenuhi persyaratan.

4
Universitas Sumatera Utara

3. Untuk mengetahui kesesuaian kadar Natrium Sakarin yang digunakan
sebagai pemanis buatan pada beberapa merek sirup dengan persyaratan
yang ditetapkan SNI 061-6993-2004
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai kadar bahan pemanis buatan di dalam sirup yang beredar di pasaran
sehingga masyarakat lebih berhati-hati memilih jenis sirup yang baik untuk
dikonsumsi.


5
Universitas Sumatera Utara