Pengaruh permainan bola sumpit dalam Kepramukaan Untuk meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.
PENGARUH PERMAINAN BOLA SUMPIT DALAM KEPRAMUKAAN UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA MTS UNGGULAN
AL-JADID WARU SIDOARJO SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh:
Nuryil Ayu Pratama NIM. B03213021
PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Nuryil Ayu Pratama (B03213021), Pengaruh Permainan Bola Sumpit Dalam Kepramukaan Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.
Penelitian ini dilakukan karena keingintauan peneliti tentang
pengaruh permainan bola sumpit dalam kepramukaan untuk
meningkatkan kedisiplinan siswa mts unggulan al-jadid waru sidoarjo. Keingintauan ini kemudian dikemas dengan rumusan masalah ”bagaimana proses permainan bola sumpit dalam kepramukaan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa mts al-jadid waru sidoarjo?”. Permasalahan ini tentu membutuhkan jawaban agar lebih jelas dan mudah dipahami.
Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena data penelitian menggunakan angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Dengan penelitian kuantitatif peneliti ingin menggali secara mendalam pengaruh permainan bola sumpit dalam dunia kepramukaan yang bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. Disini peneliti meningkatkan kedisiplinan siswa menggunakan permainan bola sumpit yang dirancang sekreatif mungkin, caranya yaitu siswa harus memindahkan bola pingpong yang sudah didalam mangkok, lalu dipindahkan dengan hati-hati disini memang tujuan permainan ini untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. Setelah permainan bola sumpit diberikan oleh peneliti kepada siswa, kemudian siswa mengisi angket yang telah diberikan oleh peneliti, angket adalah butir-butir soal untuk mengukur kedisplinan siswa.
Hasil akhir dari penelitian ini dikategorikan berhasil, karena siswa yang dahulu tidak disiplin sekarang menjadi lebih disiplin ini disebabkan karena melakukan permainan bola sumpit yang telah dirancang untuk siswa mts unggulan al-jadid waru sidoarjo.
Kata kunci: Pengaruh permainan bola sumpit dalam kepramukaan, meningkatkan kedisiplinan siswa.
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
BAGIAN INTI BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penulisan ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Metode Penelitian... 7
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 7
2. Populasi ... 7
3. Variabel dan Indikator Pendelitian ... 9
4. Definisi Operasional ... 11
5. Teknik Pengumpulan Data ... 16
6. Teknik Analisis Data ... 18
F. Sistematika Pembahasan ... 19
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... 21
1. Permainan ... 21
a. Pengertian Permainan ... 21
b. Sifat Permainan ... 22
c. Manfaat Permainan... 24
d. Nilai Pendidikan dalam Permainan ... 24
e. Macam-macam Permainan ... 26
2. Bola Sumpit... 27
a. Pengertian Kepramukaan ... 29
b. Sifat Kepramukaan ... 31
(8)
d. Sasaran Pendidikan Kepramukaan ... 36
e. Tujuan Gerakan Pramuka ... 36
f. Tugas Pokok Gerakan Pramuka ... 36
g. Prinsip Dasar Kepramukaan ... 37
h. Ciri Khas Kepramukaan ... 37
i. Sistem Nilai ... 38
j. Penggolongan Pramuka Menurut Usia... 38
k. Kode Kehormatan Pramuka ... 38
4. Kedisiplinan ... 40
a. Pengertian... 40
b. Terbentuknya Disiplin... 43
c. Unsur-unsur Disiplin... 45
d. Bentuk-bentuk Disiplin ... 46
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin ... 47
f. Cara-cara Menanamkan Disiplin... 49
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 50
C. Hipotesis Penelitian... 51
BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 53
1. Deskripsi Lokasi ... 53
2. Keadaan Bangunan dan Sarana ... 62
3. Struktur Pengurus ... 63
4. Data Siswa Kelas VII-A, VII-B ... 64
B. Deskripsi Konselor dan Klien ... 69
C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 75
D. Hipotesis Penelitian... 91
BAB IV : ANALISIS DATA A. Analisis Proses Konseling... 92
B. Pengujian Hipotesis... 95
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 99
B. Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 102 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Indikator dan Ciri-Ciri Variabel Tabel 1.2 Item Favorable
Tabel 2.1 Permainan dapat dilihat dari beberapa Teori Modern Tabel 3.1 Status Kepegawaian
Tabel 3.2 Kelas (Rombongan Belajar) Siswa
Tabel 3.3 Program Kegiatan Pramuka MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo Tabel 3.4 Sarana Prasarana MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo
Tabel 3.5 Struktur Pengurus MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo Tabel 3.6 Data Siswa Kelas VII-A
Tabel 3.7 Data Siswa Kelas VII-B Tabel 3.8 Data Siswa Kelas VIII Tabel 3.9 Daftar Nama Responden
Tabel 3.10 Item Uji Variabel X Pengaruh Permainan Bola Sumpit Tabel 3.11 Item Uji Variabel Y Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Tabel 3.12 Uji Reabilitas X
Tabel 3.13 Uji Reabilitas Y
Tabel 3.14 Daftar Nama Siswa yang Kedisiplinannya Meningkat
Tabel 4.1 Analisis Proses Konseling dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Tabel 4.2 Uji Regresi Linier Sederhana
(10)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kedisiplinan merupakan pelajaran berharga yang bisa membuat seseorang dan sangat dihormati, karena sepantasnya kedisiplinan sudah diterapkan sejak kecil agar bisa membentuk karakter yang baik kedepannya. Namun belakangan kedisiplinan sudah mulai luntur khususnya di kalangan remaja terutama mereka yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama seperti yang terjadi di MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo. Dimana kurangnya kedisiplinan Siswa Siswi MTS tersebut dilihat dari terlambat datang ke sekolah, tidk mengerjakan tuga sekolah (PR), tidak membawa buku pelajaran, ketgihan game online, dan atribut tidak lengkap. Maka dari itu peneliti sangat tertarik untuk memberikan permainan bola sumpit ini dengan tujuan untuk meningkatkan kedisiplinan Siswa di MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.
Permainan bola sumpit merupakan gabungan dari tiga kata, yaitu permainan, bola, dan sumpit.
Permainan menurut Hughes, seorang Ahli Perkembangan Anak dalam bukunya Children, Play, and Development, mengatakan bahwa bermain
merupakan hal yang berbeda dengan bermain dan belajar. Suatu kegiatan bisa dikatakan sebagai suatu permainan jika terdapat beberapa unsur diantaranya adalah mempunyai tujuan, Memilih dengan bebas dan atas kehendak sendiri, tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa, menyenangkan dan dapat
(11)
2
menikmati, menghayal untuk mengembangkan daya imajinatif dan kreativitas, melakukan secara aktif dan sadar.1
Seperti halnya Garvey, kebanyakan pengarang mengatakan bahwa permainan adalah sukarela, aktivitas spontan yang tidak mempunyai tujuan yang nyata.2
Adapun pengertian bola secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah benda bulat yang dibuat dari karet dan sebagainya untuk bermain- main.3
Sedangkan pengertian sumpit adalah alat makan yang berasal dari Asia Timur, berbentuk dua batang kayu sama panjang yang dipegang di antara jari-jari salah satu tangan. Sumpit digunakan untuk menjepit dan memindahkan makanan dari wadah, dari piring ke satu piring yang lain atau memasukkan makanan ke dalam mulut.4
Sumpit bisa dibuat dari bahan seperti bambu, logam, gading dan plastic yang permukaannya sudah dihaluskan atau dilapisi dengan bahan pelapis seperti pernis atau cat supaya tidak melukai mulut dan terlihat bagus.5
Jadi dapat disimpulkan bahwa permainan Bola Sumpit adalah salah satu permainan dalam kepramukaan yang dirancang untuk melatih ketelitian siswa,
1
Andang Ismail, Education Games “Menjadi Cerdas dan Ceria Dengan Permainan Edukatif”(Yogyakarta: Pilar Media–Anggota IKAPI, 2007), hal. 13-14.
2
Paul Henry Mussen,Perkembangan dan Kepribadian Anak(Jakarta: Penerbit Erlangga, 1984), hal. 135.
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 4
Juandana, Aizza, Tentang Sumpit (Chopsticks), (http//spagiari.blogspot.com/ 2006/01/tentang.sumpit.chopstick.html , diakses 23 februari 2017). Pukul 00.03
5
Juandana, Aizza, Tentang Sumpit (Chopsticks), (http//spagiari.blogspot.com/ 2006/01/tentang.sumpit.chopstick.html , diakses 23 februari 2017). Pukul 00.03
(12)
3
meningkatkan kedisiplinan siswa, dan kehati-hatian siswa dalam melakukan suatu perbuatan yang bisa diartikan siswa harus berfikir dulu sebelum bertindak sesuatu tindakannya baik atau buruk untuk dilakukan, permainan bola sumpit ini dilakukan diluar ruangan.
Kepramukaan adalah salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang di dalamnya berisi kegiatan yang mengandung pendidikan, menyenangkan, dan dilakukan di alam terbuka di luar jam sekolah dalam kepramukaan juga berperan untuk membentuk karakter siswa karena di dalam pramuka telah mengajarkan kepada kita untuk selalu disiplin, jujur, bertanggung jawab, ulet, tangguh, dan bekerja keras. Semua itu merupakan modal yang harus ditanamkan kepada setiap generasi muda, agar sumber daya manusia Indonesia mempunyai daya kompetisi dengan bangsa lain. Generasi muda sekarang sebagian besar termasuk generasi yang “lemah” baik secara fisik maupun mental. Pendidikan pramuka bukan hanya menngajarkan ketrampilan, dan pengetahuan, tetapi juga mengajarkan moralitas dan karakter, bagaimana menjadi kesatria yang rela berkorban untuk orang lain, suka bekerja keras, tabah dan ulet, serta mempunyai sifat jujur, bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
Pendidikan pramuka juga bukan hanya dengan teori, namun dengan praktek langsung dalam kehidupan nyata dan disertai keteladanan dari para Pembina. Model pendidikan semacam ini tepat untuk membangun moralitas dan karakter, apalagi jika dimulai sejak dini. Pembangunan karakter melalui pendidikan pramuka seharusnya dilakukan sejak dini, pada usia-usia SD/ MI
(13)
4
dan SMP/ MTS. Pada masa tersebut, pemikiran anak masih belum diliputi oleh banyak kepentingan (masih murni). Jika kita kaitkan dengan teori John Look (tabula rasa), maka pembangunan moral dan karakter lebih tepat pada
usia dini. Selain itu, pendidikan pramuka yang lebih menekankan pada kegiatan yang menarik (permainan) secara psikologi lebih tepat untuk anak-anak. Sebagaihomo ludens(makhluk yang suka bermain), anak-anak lebih
suka dengan permainan. Pramuka telah menjadikan permainan sebagai media pendidikan, karena pramuka sendiri menjadikan permainan sebagai pelepas kebosanan.
Salah satu ciri kegiatan dalam kepramukaan adalah dengan game (permainan) dimana fungsi permainan dalam kepramukaan yaitu merupakan kegiatan yang selalu dicari anak karena kegiatan tersebut memberikan kesenangan bagi anak.6 Kegiatan dalam kepramukaan sebisa mungkin dirancang dengan menarik, suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan pemuda di bawah tanggung jawab orang dewasa artinya proses pendidikan dalam kepramukaan dikemas semenarik mungkin berbeda dengan proses pendidikan yang kita kenal didalam kelas. Didalam kelas ada guru dan siswa yang dapat diartikan sebagai orang tua dan anak.
Ada aturan-aturan yang membatasi siswa dalam berperilaku kepada gurunya. Apa yang dipelajari didalam kelas cenderung formal. Sedangkan pendidikan kepramukaan tidak ada status orang tua dan anak.Yang hanya ada
6
Singgih D. Gunarsa,Psikologi Untuk Keluarga,. (Jakarta: PT BPK Gunung Jati, 2000), hal 53.
(14)
5
kakak dan adik, sehingga cenderung santai dan fleksibel. Kegiatannya tidak berfokus kepada materi-materi akademik. Melainkan materi-materi khusus kepramukaan yang diselingi atau dipadukan dengan game, sehingga dapat
mengurangi rasa jenuh.7
Disiplin adalah kepatuhan atau menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah, atau peraturan yang diberlakukan bagi dirinya sendiri.8 Misalnya senam pagi adalah salah satu disiplin pribadi.Kepatuhan seseorang terhadap keputusan, perintah, atau peraturan diberlakukan bagi suatu sistem dimana orang itu terlibat disebut disiplin perorangan. Disiplin perorangan menuntut orang yang bersangkutan bertanggung jawab atas pelaksanaan kepatuhan. Tanggung jawab atas perbuatannya dan pelaksanaan atas keputusan, perintah, dan peraturan dengan segala akibatnya terletak di tangan orang yang memberi perintah atau yang membuat keputusan dan perintah. Disiplin perorangan bersifat individual yaitu berkaitan dengan sifat yang langsung melekat pada diri seseorang. Jadi, kedisiplinan ialah suatu sistem yang mempunyai tujuan untuk melatih siswa agar mempunyai sikap bertanggung jawab.
Ada banyak ragam permainan yang dimainkan dalam kegiatan-kegiatan kepramukaan, permainan-permainan tersebut tentunya memiliki makna, tujuan dan manfaat bagi setiap individu yang melakukan permainan itu, salah satu manfaat tersebut yaitu dapat meningkatkan kedisiplinan setiap individu. Hal ini sesuai dengan permainan Bola Sumpit.
7
Amin Abas dkk, Pedoman Lengkap Gerakan Pramuka(Jakarta: Beringin Jaya, 1994), hal.4.
8
(15)
6
Fenomena siswa MTS Unggulan Al-Jadid mengenai tingkat kedisiplinan di sekolah, menurut peneliti tingkat kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-Jadid masih kurang seperti tidak mengerjakan tugas tepat waktu, sering terlambat datang disekolah. Maka dari itu peneliti ingin meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-Jadid dengan menggunakan permainan bola sumpit namun, di dunia kepramukaan.
Dengan melihat pembahasan tersebut di atas peneliti ingin mengkaji tentang kedisiplinan siswa. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Permainan Bola Sumpit Dalam Kepramukaan Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses permainan bola sumpit dalam kepramukaan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo? 2. Bagaimana pengaruh permainan bola sumpit dalam kepramukaan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses permainan bola sumpit dalam kepramukaan untuk meningkatan kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al- Jadid Waru Sidoarjo.
(16)
7
2. Untuk mengetahui pengaruh permainan bola sumpit dalam kepramukaan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Untuk membuktikan teori-teori tentang permainan bola sumpit dalam kepramukaan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.
2. Manfaat praktis a. Bagi siswa
Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat mempunyai sikap disiplin yang akan bermanfaat untuk kehidupannya ke depan.
b. Bagi konselor
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan konselor dalam usaha membantu siswa menjadi disiplin tanpa menggunakan hukuman.
c. Bagi sekolah
Memberikan bahan acuan bagi pihak sekolah untuk membentuk pribadi siswa yang disiplin.
E. Metode Penelitian
1.Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian dengan jenis kuantitatif. Yaitu jika ciri-ciri suatu faktor dapat diteliti dengan angka.
(17)
8
Karena penelitian di sini merupakan penelitian lapangan yang memerlukan analisis statistic (menggunakan angka-angka untuk memperoleh kebenaran hipotesis).9 Selain itu penelitian yang dilaksanakan juga merupakan penelitian yang deskriptif, korelasional, karena penelitian ini adalah penelitian yang menggambarkan tentang pengaruh permainan bola sumpit dalam kepramukaan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Al-Jadid Waru Sidoarjo.
2. Populasi, sampel dan teknik sampling
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subyek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya. Di sini peneliti mengambil 80 siswa di MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi terbesar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Misalnya karena keterbatasan dana tenaga dan waktu, maka peneliti tidak menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang di pelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi
9
Tatang, M.Amirin , Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995) hal .89
(18)
9
harus betul-betul respresentatif (mewakili). Sampel di ambil dari kelas VII dan VIII MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.
c. Tehnik Sampling
Tehnik sampel yang digunakan adalah Simple Random sampling.
Yaitu sampel diambil secara acak, tanpa memerhatikan tingkatan yang ada dalam populasi, tiap elemen populasi memiliki peluang yang sama dan diketahui untuk terpilih sebagai subjek.10Variabel dan Indikator penelitian.
Jumlah Siswa-Siswi kelas VII, VIII di MTS Unggulan Al-jadid
waru Sidoarjo adalah 80 siswa. Penentuan jumlah sampel
menggunakan rumus Slovin.
n=1+ 2
= 80
1+ 100 0.052
= 64
Jadi Ada 64 siswa dan siswa MTS Unggulan Al-jadid waru Sidoarjo yang mempunyai sifat kedisiplinan yang dihasilkan dari pengaruh permainan Bola Sumpit dalam kepramukaan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-jadid waru Sidoarjo.
10
Juliansyah Noor. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah.(Jakarta: Kencana Prenada Media Group.2011 ). Hal : 151.
(19)
10
3. Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.11Sesuai dengan
judul penelitian ’’Pengaruh permainan bola sumpit dalam kepramukaan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru
Sidoarjo’’.maka ditentukan variabel sebagai berikut: a. Variabel bebas dan Variabel Terikat
Variabel bebas (X) di sebut pula variabel eksperimental, variabel pengaruh, variabel perlakuan dan variabel kuasa.Variabel ini merupakan variabel yang di manipulasi untuk di pelajari efeknya pada variabel-variabel lain.12
Variabel terikat (Y) di sebut pula variabel terpengaruh, variabel tak bebas, variabel efek tergantung.Variabel ini merupakan variabel yang berubah jika berhubungan dengan variabel bebas.13
Dalam penelitian ini dua variabel akan di rinci sebagai berikut: 1) Variabel (X) : Pengaruh Permainan Bola Sumpit
2) Variabel (Y) : Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
Hubungan asimetris antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan: dalam skema berikut ini :
11
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013), hal 61 12
Latipun, Psikologi Eksperimen edisi kedua (Malang:PT UMM Press, 2006), hal 60 13
Latipun, Psikologi Eksperimen edisi kedua (Malang: PT UMM Press, 2006) , hal 64
Pengaruh permainan Bola Sumpit
Meningkatkan kedisiplinan siswa
(20)
11
b. Indikator
Indikator adalah variabel yang membantu kita dalam mengukur perubahan-perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun indikator variabel adalah alat ukur variabel yang berfungsi mendeteksi secara penuh variabel yang di ukur.
Tabel 1.1Indikator atau ciri-ciri Variabel
Variabel X Variabel Y
1. Memindahkan bola ke dalam
mangkok menggunakan
sumpit dengan cepat.
2. Menyelesaikan permainan
lebih cepat dari yang lain.
3. Menghargai waktu yang
disediakan.
4. Menyelesaikan permainan
sebelum waktu habis.
5. Berhati-hati dalam
memindahkan bola ke dalam mangkok agar tidak jatuh.
1. Memanfaatkan waktu dengan baik
4. Definisi Operasional
Dalam pembahasan ini definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran variabel tersebut.14
Oleh karena itu, kiranya peneliti membatasi dari sejumlah operasional
yang diajukan dalam penelitian yang berjudul ’’Pengaruh permainan bola
14
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif(Yogyakarta: PT Graha ilmi, 2006), hal. 27.
(21)
12
sumpit dalam kepramukaan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.
1. Permainan
Permainan adalah satu perbuatan yang mengandung keasyikan dan dilakukan atas kehendak diri sendiri, bebas tanpa paksaan dengan bertujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu mengadakan kegiatan tersebut. Permainan cukup penting bagi perkembangan jiwa anak. Oleh karena itu perlu bagi anak-anak untuk diberi kesempatan dan sarana di dalam kegiatan permainannya. Secara fungsional kegiatan bermain dan bekerja mengandung perbedaan cukup mendasar, sebab bekerja itu lebih diarahkan kepada hasil yang akan dicapai, di samping adanya keterikatan yang lebih ketat daripada sebuah permainan. Dua hal kegiatan anak yakni bermain dan bekerja dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Bermain, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) Sifatnya bebas (tidak terlalu terikat oleh syarat).
b) Tidak berorientasi hasil, tujuannya hanya kesenangan dalam bermain.
c) Hasilnya (kesenangan) ada dalam kegiatan itu. d) Hakikatnya untuk anak.
2) Bekerja
a) Sifatnya terikat oleh syarat-syarat tertentu.
b) Berorientasi pada hasil (terutama kepuasan materi) gagal atau berhasilnya menjadi masalah yang penting.
(22)
13
c) Hasilnya ada di luar kegiatan, yakni setelah kegiatan tersebut selesai.
d) Hakikatnya bagi orang dewasa.
Dalam perkembangan nanti, pada gilirannya permainan bagi seorang anak suatu saat dapat berubah menjadi kegiatan bekerja (bagi orang dewasa), jika kegiatan permainan tersebut sudah berubah orientasinya, yakni berorientasi kepada pencapaian hasil.15
Secara lebih umum dalam terma psikologi, Joan Freeman dan Utami Munandar mendefinisikan bermain sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik secara fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional.16
Jadi, Permainan ialah suatu aktifitas yang menyenangkan untuk dunia anak-anak yang bertujuan untuk melatih motorik anak, dan perkembangan anak menjadi lebih baik.
2. Bola Sumpit
Bola secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah benda bula yang dibuat dari karet dan sebagainya untuk bermain- main.17
Sumpit adalah alat makan yang berasal dari Asia Timur, berbentuk dua batang kayu sama panjang yang dipegang di antara jari-jari salah satu tangan. Sumpit digunakan untuk menjepit dan memindahkan makanan dari
15
Abu Ahmadi & Munawar Sholeh,Psikologi Perkembangan. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), hal 69-70.
16
Andang Ismail,Education Games, hal 16. 17
(23)
14
wadah, dari piring ke satu piring yang lain atau memasukkan makanan ke dalam mulut. Sumpit bisa dibuat dari bahan seperti bambu, logam, gading dan plastik yang permukaannya sudah dihaluskan atau dilapisi dengan bahan pelapis seperti pernis atau cat supaya tidak melukai mulut dan terlihat bagus.18
Jadi , bola sumpit ialah salah satu permainan dalam kepramukaan yang dirancang untuk melatih ketelitian siswa, meningkatkan kedisiplinan siswa, dan kehati-hatian siswa dalam melakukan suatu berbuatan yang bisa diartikan siswa harus berfikir dulu sebelum bertindak sesuatu tindakannya baik atau buruk untuk dilakukan , permainan bola sumpit ini dilakukan diluar ruangan.
3. Kepramukaan
Amin Abas menyatakan bahwa : Gerakan pramuka adalah badan non pemerintah yang berusaha membantu pemerintah dan masyarakat dalam membangun bangsanya khususnya di bidang pendidikan melalui kegiatan kepramukaan dengan menggunakan Prinsip Dasar dan Metode Pendidikan Kepramukaan (PDMPK).19
Kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari secara tekun bukan pula merupakan suatu kumpulan dari ajaran-ajaran dan naskah-naskah buku. Bukan ! Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi
18
Juandana, Aizza, Tentang Sumpit (Chopsticks), (http//spagiari.blogspot.com/ 2006/01/tentang.sumpit.chopstick.html , diakses 23 februari 2017). Pukul 00.03
19
Amin Abas dkk,Pedoman Lengkap Gerakan Pramuka(Jakarta: Beringin Jaya, 1994), hal 4.
(24)
15
bersama-sama mengadakan pengembaraan seperti kakak beradik,
membina kesehatan, ketrampilan, dan kesediaan memberi pertolongan.20 Jadi, kepramukaan ialah suatu kegiatan yang yang bertujuan untuk mendidik siswa agar menjadi tunas muda yang lebih disiplin, tangguh. Didalam kegiatan kepramukaan memang belajar sambil bersenang-senang.
4. Kedisiplinan
Disiplin adalah kepatuhan atau menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah, atau peraturan yang diberlakukan bagi dirinya sendiri.21 Misalnya senam pagi adalah salah satu disiplin pribadi.Kepatuhan seseorang terhadap keputusan, perintah, atau peraturan diberlakukan bagi suatu sistem dimana orang itu terlibat disebut disiplin perorangan.Disiplin perorangan menuntut orang yang bersangkutan bertanggung jawab atas pelaksanaan kepatuhan. Tanggung jawab atas perbuatannya dan pelaksanaan atas keputusan, perintah, dan peraturan dengan segala akibatnya terletak di tangan orang
yang memberi perintah atau yang membuat keputusan dan
perintah.Disiplin perorangan bersifat individual yaitu berkaitan dengan sifat yang langsung melekat pada diri seseorang.
Menurut Mar’at disiplin adalah sikap perseorangan atau atau
kelompok yang menjamin adanya kepatuhan terhadap perintah-perintah yang berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang perlu seandainya
20
Amin Abas dkk,Pedoman Lengkap Gerakan Pramuka(Jakarta: Beringin Jaya, 1994), hal 5
21
(25)
16
tidak ada perintah. Hal ini merupakan hasil latihan-latihan yang efektif dan kepemimpinan yang baik.22
Jadi, kedisiplinan ialah suatu sistem yang mempunyai tujuan untuk melatih siswa agar mempunyai sikap bertanggung jawab.
5. Teknik pengumpulan data
Adapun cara atau metode pengumpulan data yang akan digunakan
berupa interview, angket, observasi dan dokumentasi. Untuk
mengumpulkan data, antara lain: a. Wawancara
Wawancara di gunakan sebagai teknik sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dan respondennya sedikit atau kecil.23Metode ini di terapkan dalam rangka mencari informasi tentang kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.
b. Kuesioner (Angket)
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis mengenai sesuatu masalah kepada responden untuk dijawabnya.24Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pengaruh permainan Bola Sumpit dalam kepramukaan untuk
22
Lemhannas,Disiplin Nasional(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hal 11 23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), hal 137
24
Cholid Narbuko, Abu Achmadi. Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) , hal 70
(26)
17
meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Unggulan AL-Jadid Waru Sidoarjo.
Cara memberikan nilai dalam penelitian tersebut adalah dengan menggunakan angket yang hanya memberikan tanda (x) pada lembar soal yang telah di sediakan oleh peneliti.Quesioner berisi alternative jawaban dari selalu, sering, pernah, tidak pernah sesuai dengan nilai 4-1 selain itu dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.25
Tabel 1.2 ItemFavorable
Angket Favorable 4 : Selalu
3 : Sering 2 : Pernah 1 : Tidak Pernah
c. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang mendukung kegiatan penelitian, sehingga di dapat gambaran secara jelas tentang kondisi objek penelitian
25
(27)
18
tersebut.26Observasi berguna untuk menjelaskan, memeriksa dan merinci gejala yang terjadi. Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang telah ditentukan, guna memperoleh data yang langsung dapat diambil oleh peneliti. Pada penelitian ini observasi yang dilakukan adalah mengamati kedisiplinan siswa-siswi MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.
d. Dokumentasi
Merupakan metode pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip termasuk buku tentang pendapat teori-teori, hukum-hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Metode ini digunakan untuk mencari data tentang struktur organisasi di MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo, jumlah guru, jumlah siswa serta sarana dan prasarana dan data- data lain yang di perlukan. Dalam metode ini peneliti menggunakan instrument pengumpulan data berupa check list.
6. Teknik analisis data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah di pahami dan temuannya dapat di informasikan pada orang lain.
26
(28)
19
Seluruh sampel mengisi lembar jawaban yang telah disediakan dengan cara memberikan tanda silang (x) pada lembar jawaban yang telah disediakan. Tekhnik sampel yang digunakan adalah Simple Random
Sampling. Yaitu Sampel yang diambil secara acak, tanpa memerhatikan
tingkatan yang ada dalam populasi, tiap elemen populasi memiliki peluang yang sama dan diketahui untuk terpilih sebagai subjek.27
G. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini agar menjadi bahan kajian yang mudah maka peneliti menyusun sistematika pembahasannya sebagai berikut.
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari : Latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian yang terdiri dari : pendekatan dan jenis penelitian, populasi, variabel dan indikator penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan sistematika pembahasan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Membahas tentang kajian teoritik yang membahas tentang permainan, game bola sumpit, kepramukaan, dan kedisiplinan, agar nanti peneliti mengetahui cara meningkatkan kedisiplinan siswa dalam kepramukaan melalui permainan bola sumpit. Hasil penelitian yang terdahulu yang relevan dan hipotesis penelian.
BAB III : PENYAJIAN DATA
27
Juliansyah Noor. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah.(Jakarta: Kencana Prenada Media Group.2011 ). Hal : 151.
(29)
20
Membahas tentang penyajian data, disini penulis memasukkan tentang sejarah berdirinya, letak geografis, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana yang ada di MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.Setelah itu adapun deskripsi hasil penelitian dan penguji hipotesis adakah pengaruh permainan bola sumpit dalam kepramukaan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.
BAB IV : ANALISIS DATA
Bab ini berisi pemaparan tentang argumentasi teoritis terhadap hasil pengujian hipotesis. Misalnya, hipotesis penelitian ditolak atau tidak terbukti, maka berikan alasan-alasan mengapa tidak terbukti.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan Merupakan jawaban langsung dari penelitian. Hal ini perlu diingat bahwa simpulan harus sesuai dengan fokus. Saran merupakan anjuran bagi kemungkinan dilaksanakan tindakan atas dasar kesimpulan yang dihasilkan dan dikaitkan dengan manfaat penelitian.
(30)
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik 1. Permainan
a. Pengertian Permainan
Permainan adalah satu perbuatan yang mengandung
keasyikan dan dilakukan atas kehendak diri sendiri, bebas tanpa paksaan dengan bertujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu mengadakan kegiatan tersebut. Permainan cukup penting bagi perkembangan jiwa anak.Oleh kerena itu perlu bagi anak-anak untuk diberi kesempatan dan sarana di dalam kegiatan permainannya. Secara fungsional kegiatan bermain dan bekerja mengandung perbedaan cukup mendasar, sebab bekerja itu lebih diarahkan kepada hasil yang akan dicapai, di samping adanya keterikatan yang lebih ketat daripada sebuah permainan.
Dua hal kegiatan anak yakni bermain dan bekerja dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Bermain, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Sifatnya bebas (tidak terlalu terikat oleh syarat).
b) Tidak berorientasi hasil, tujuannya hanya kesenangan dalam bermain.
c) Hasilnya (kesenangan) ada dalam kegiatan itu.
(31)
22
d) Hakikatnya untuk anak.
2) Bekerja
a) Sifatnya terikat oleh syarat-syarat tertentu.
b) Berorientasi pada hasil (terutama kepuasan materi) gagal atau berhasilnya menjadi masalah yang penting.
c) Hasilnya ada di luar kegiatan, yakni setelah kegiatan tersebut selesai.
d) Hakikatnya bagi orang dewasa.
Dalam perkembangan nanti, pada gilirannya permainan bagi seorang anak suatu saat dapat berubah menjadi kegiatan bekerja (bagi orang dewasa), jika kegiatan permainan tersebut sudah berubah orientasinya, yakni berorientasi kepada pencapaian hasil.28
Secara lebih umum dalam istilah psikologi, Joan Freeman dan Utami Munandar mendefinisikan bermain sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik secara fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional.29
b. Sifat permainan
1) Permainan gerak atau disebut juga permainan fungsi yakni, permainan yang dilaksanakan anak dengan gerakan-gerakan, dengan tujuan untuk melatih fungsi organ tubuh melatih panca indera. Contoh: Anak melempar-lemparkan benda menggerak-gerakan kaki meremas-remas benda lain.
28
Abu Ahmadi & Munawar Sholeh,Psikologi Perkembangan. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), hal 69-70.
29
(32)
23
2) Permainan fantasi atau peran, yakni seorang anak melakukan permainan karena di pengaruhi oleh fantasinya. Ia memerankan sesuatu kegiatan, seolah-olah sungguhan. Contoh: Bermain mobil-mobilan dengan membalikkan kursi berperan sebagai ABRI, sebagai ayah, mantan dan lain-lain.
3) Permainan Receptif (menerima), yakni anak mengadakan permainan berdasarkan atas ransangan yang di terima dari luar baik melalui cerita, atau gambar serta kegiatan lain yang sangat dilihat anak. Contoh: Asyik melihat gambar/TV, tidak mau mandi seperti cerita yang ia terima, dan lain-lain.
4) Permainan bentuk yakni; anak mencoba membentuk (konstruksi) suatu karya atau juga merusak (destruktif) suatu karya yang ada , karena ingin tahu atau ingin merubahnya.
Permainan ini ada tingkatnya:
a) Membuat sesuatu, tetapi belum dapat memberi nama. b) Membuat sesuatu, dan dapat memberi nama.
c) Menentukan dan membuat nama dulu, sebelum membuat sesuatu.
d) Membuat sesuatu, sudah lengkap agak mirip dengan kondisi bentuk sebenarnya yang di kehendaki.30
30
(33)
24
c. Manfaat permainan
1) Untuk perkembangan aspek fisik ialah melatih otot tubuh , agar tumbuh dan kuat.
2) Untuk perkembangan aspek motoric kasar dan halus ialah, agar segala gerakan motorik akan mudah berkembang.
3) Untuk perkembangan aspek sosial ialah, agar menimbulkan rasa kebersamaan, memecahkan masalah bersama, dan lain lain. 4) Untuk perkembangan aspek emosi atau kepribadian ialah, agar
dapat melepaskan ketegangan, memenuhi dorongan dalam diri. 5) Untuk perkembangan aspek kognisi ialah, agar dapat melatih
kreatifitas dapat berkembang melalui permainan.
6) Untuk perkembangan aspek penginderaan ialah, agar dapat melatih panca indera akan semakin tajam.
7) Untuk perkembangan aspek keterampilan olahraga ialah, kekuatan, keuletan, koordinasi akan berkembang.
8) Untuk media terapi ialah, agar permainan dapat dijadikan media psikoterapi.31
d. Nilai pendidikan dalam permainan
1) Kesehatan dan kekuatan jasmani, untuk perkembangan dan pertumbuhan jasmani (panca indera lebih tajam)
2) Kesegaran jasmani, untuk meningkatkan fungsi organ dan meningkatkan kesegaran jasmani
31Drijakara, “
Permainan dan metodik II”(online), (https// Staff.uny.ac.id/Permainan , diakses 23 februari 2017). Pukul 00.03
(34)
25
3) Penguasaan bahasa, untuk keperluan berkomunikasi agar anak menguasai bahasa
4) Rasa seni dan keindahan, untuk seni gerak, penguasaan irama , seni suara dan seni bahasa.
5) Budi pekerti baik, untuk menumbuhkan rasa kebersamaan, meningkatkan kedisiplinan, keberanian, menghormati dan lain-lain.
6) Perkembangan sosial anak, untuk memperkenalkan lingkungan, dirinya, lawan dan lain-lain.32
2.1 Permainan dilihat dari beberapa teori modern
Teori Peran permainan dalam
perkembangan anak
Psikoanalitik Mengatasi pengalaman traumatic, coping
terhadap frustasi
Kognitif- piaget Mempraktekkan dan melakukan
konsolidasi konsep serta ketrampilan yang telah dipelajari
Kognitif-Vygotsky Bisa mengatur diri
Kognitif-Bruner/Sulton Smith
Memunculkan fleksibilitas perilaku dan berfikir, imajinasi dan narasi
32Drijakara, “
Permainan dan metodik II”(online), (https// Staff.uny.ac.id/Permainan , diakses 23 februari 2017). Pukul 00.03
(35)
26
Siger Mengatur anak terjaga pada tingkat
optimal dengan menambah stimulasi Arousal Modulation Membuat anak terjaga pada tingkat
optimal dengan menambah stimulasi
Bateson Memajukkan kemampuan untuk
memahami berbagi tingkatan makna
Usia anak Remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP) 10-12 tahun: a) Anak lebih kritis
b) Tidak mau disamakan dengan tahun sebelumnya c) Pertumbuhan putra lebih kuat
d) Dibedakkan latihan putra dan putri
e) Permainan beregu yang lebih sulit dan komplek33 e. Macam- macam permainan
1) Permainan Kecil
Yaitu suatu bentuk permainan yang tidak mempunyai peraturan tertent, baik mengenai peraturan permainannya, alatnya, ukuran lapangan, mengenai waktu pelaksanaan.
Macam-macam permainan kecil:
a) Permainan kecil tanpa alat (lari bolak-balik, menjala ikan, kucing dan tikus, gobak sodor, dan lain-lain.
33Drijakara, “
Permainan dan metodik II” (online),(https// Staff.uny.ac.id/Permainan , diakses 23 februari 2017). Pukul 00.03
(36)
27
b) Permainan kecil dengan alat (lari bolak-balik sambil memindahkan benda, main tali, kasti, rounders, dan lain-lain).34
2) Permainan Besar
Yaitu macam-macam permainan yang sudah mempunyai wadah atau organisasi baik nasional maupun internasional. Macam-macam perminan besar:
a) Permainan besar dengan bola kecil
b) Tenis meja, bulu tangkis, golf, base ball, soft ball, dan lain-lain.
c) Bola voli, bola basket, sepak bola, polo air, bola tangan.35
2. Bola Sumpit
Bola secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah benda bula yang dibuat dari karet dan sebagainya untuk bermain- main.36
Sumpit adalah alat makan yang berasal dari Asia Timur, berbentuk dua batang kayu sama panjang yang dipegang di antara jari-jari salah satu tangan. Sumpit digunakan untuk menjepit dan memindahkan makanan dari wadah, dari piring ke satu piring yang lain atau
34Drijakara, “
Permainan dan metodik II” (online),(http// Staff.uny.ac.id/Permainan , diakses 23 februari 2017). Pukul 00.03
35
Drijakara, “Permainan dan metodik II” (online),(http// Staff.uny.ac.id/Permainan , diakses 23 februari 2017). Pukul 00.03
36
(37)
28
memasukkan makanan ke dalam mulut. Sumpit bisa dibuat dari bahan seperti bambu, logam, gading dan plastic yang permukaannya sudah dihaluskan atau dilapisi dengan bahan pelapis seperti pernis atau cat supaya tidak melukai mulut dan terlihat bagus.37
Bola sumpit merupakan salah satu permainan dalam kepramukaan yang dirancang untuk melatih ketelitian siswa, meningkatkan kedisiplinan siswa, dan kehati-hatian siswa dalam melakukan suatu perbuatan yang bisa diartikan siswa harus berfikir dulu sebelum bertindak sesuatu tindakannya baik atau buruk untuk dilakukan , permainan bola sumpit ini dilakukan diluar ruangan.
a. Alat dan bahan
1) Bola pingpong plastik 33 biji 2) 11 pasang sumpit
3) 22 mangkok plastik b. Petunjuk permainan
1) Peneliti menginstruksikan siswa untuk membentuk masing-masing 6 ronde yang berisi 10 sampai 11 orang.
2) Kemudian peneliti menyiapkan 11 pasang sumpit dan 33 bola yang di letakkan didalam mangkok, masing-masing mangkok berisi 3 bola pingpong.
37
Juandana, Aizza,Tentang Sumpit(Chopsticks), (http//spagiari.blogspot.com/ 2006/01/tentang.sumpit.chopstick.html , diakses 23 februari 2017). Pukul 00.03
(38)
29
3) Masing-masing siswa memindahkan bola ke dalam mangkok yang kosong dalam kurun waktu 3 menit dengan secepat mungkin dan segera lari ke garis finish.
4) Jika ronde pertama sudah selesai akan di ambil 1 pemenang. 5) Dilanjutkan ronde selanjutnya,sampai ronde keenam dan
masing-masing ronde diambil 1 pemenang juga.
6) Dari 6 siswa yang menang itu adu kembali dan akan di ambil 3 terbaik sebagai pemenang permainan
c. Pelanggaran terhadap permainan Bola Sumpit
Bola jatuh ke tanah saat akan dikenakan diskualifikasi
3. Kepramukaan
a. Pengertian Kepramukaan
Amin Abas menyatakan bahwa : Gerakan pramuka adalah badan non pemerintah yang berusaha membantu pemerintah dan masyarakat dalam membangun bangsanya khususnya di bidang pendidikan melalui kegiatan kepramukaan dengan menggunakan Prinsip Dasar dan Metode Pendidikan Kepramukaan (PDMPK).38
Kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari secara tekun bukan pula merupakan suatu kumpulan dari ajaran-ajaran dan naskah-naskah buku.Bukan ! Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang
38
Amin Abas dkk,Pedoman Lengkap Gerakan Pramuka (Jakarta: Beringin Jaya, 1994), hal 4.
(39)
30
dewasa dan anak-anak pergi bersama- sama mengadakan
pengembaraan seperti kakak beradik, membina kesehatan, ketrampilan, dan kesediaan memberi pertolongan.39
Dari pengertian kepramukaan di atas maka hakikat
kepramukaan adalah :
1) Suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan pemuda di bawah tanggung jawab orang dewasa artinya proses pendidikan dalam kepramukaan dikemas semenarik mungkin berbeda dengan proses pendidikan yang kita kenal didalam kelas. Didalam kelas ada guru dan siswa yang dapat diartikan sebagai orang tua dan anak. Ada aturan-aturan yang membatasi siswa dalam berperilaku kepada gurunya. Apa yang dipelajari didalam kelas cenderung formal. Sedangkan pendidikan kepramukaan tidak ada status orang tua dan anak. Yang hanya ada kakak dan adik , sehingga cenderung santai dan fleksibel. Kegiatannya tidak berfokus kepada materi-materi akademik. Melainkan materi-materi khusus kepramukaan yang diselingi atau dipadukan dengan (game) sehingga dapat
mengurangi rasa jenuh.
2) Pramuka dilaksanakan diluar lingkungan pendidikan sekolah dan diluar pendidikan keluarga yang menggunakan prinsip dasar dan metode pendidikan kepramukaan. Artinya, pramuka
39
Amin Abas dkk,Pedoman Lengkap Gerakan Pramuka(Jakarta: Beringin Jaya, 1994), hal 5
(40)
31
dilakukan di luar jam sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk estrakulikuler yang dapat dipilih oleh siswa sebagai kegiatan tambahan selain belajar didalam kelas bersama guru. Kegiatannya harus berprinsip pada metode dan dasar pendidikan kepramukaan.
b. Sifat Kepramukaan
Resolusi konferensi kepramukaan sedunia tahun 1924, di Kopenhagen Denmark menyatakan bahwa kepramukaan mempunyai tiga sifat antara lain:
1) Nasional, artinya organisasi yang menyelenggarakan
kepramukaan di suatunegara haruslah menyesuaikan pendidikan itu dengan keadaan, kebutuhan dankepentingan masyarakat, bangsa dan negara itu.
2) Internasional, artinya organisasi kepramukaan di suatu negara manapun didunia ini harus membina dan mengembangkan rasa persaudaraan danpersahabatan antara sesama pramuka dan sesama manusia, tanpa membedakan kepercayaan, agama, golongan, tingkat, suku dan bangsa.
3) Universal, artinya kepramukaan dapat digunakan di mana saja untuk mendidikanak-anak dari apa saja yang dalam pelaksanaan
(41)
32
pendidikannya selalumenggunakan Prinsip Dasar dan Metode
Pendidikan Kepramukaan (PDMPK)40
c. Fungsi Kepramukaan
Kepramukaan mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) Kegiatan menarik bagi anak dan pemuda(game)
Kegiatan menarik ini maksudnya adalah kegiatan yang menyenangkan tetapi mengandung pendidikan. Sedapat mungkin kegiatan pramuka dirancang dengan menarik. Karena pesertanya adalah usia anak-anak yang masih dalam taraf bermain maka akan lebih cocok jika kegiatannya diisi dengan permainan yang mendidik. Kegiatan permainan ini cocok untuk diterapkan pada pramuka usia siaga (7-10 tahun) dan pramuka usia penggalang (11-15 tahun). Kegiatan yang dilakukan antara lain : senam tongkat, senam semaphore, belajar mengirim berita melalui kata-kata sandi, belajar mengenal alam dengan mengajaknya jalan-jalan santai dan belajar menyanyi.
2) Pengabdian(job)bagi orang dewasa
Bagi orang dewasa pramuka bukan lagi bermain, melainkan suatu tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian. Kewajibannya adalah dengan sukarela membaktikan dirinya demi suksesnya pencapaian tujuan organisasi. Biasanya
40
Kwarnas,Bahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjutan, (Jakarta: 1983) hal 10
(42)
33
kegiatan ini dilakukan oleh pramuka usia penegak (16-20 tahun) dan pramuka usia pandega (21-25 tahun) akan lebih cocok jika kegiatannya langsung diabdikan kepada masyarakat seperti: pengumpulan dan untuk membantu korban bencana, menjadi sukarelawan di daerah bencana dan lain-lain.
3) Alat(means)bagi masyarakat dan organisasi
Kepramukaan merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Dan juga alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan organisasinya.
Masyarakat pada dasarnya menginginkan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera. Untuk menciptakan kehidupan yang demikian diperlukan insan-insan yang tangguh secara lahir dan batin. Namun untuk menciptakan insan yang diharapkan tidak hanya cukup dengan pendidikan formal saja. Masyarakat masih membutuhkan peran lain di luar pendidikan formal. Salah satunya adalah dengan kegiatan kepramukaan. Karena dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka pasal 4 dijelaskan tujuan gerakan pramuka yang salah satunya adalah membina dan mendidik kaum muda Indonesia agar dapat membangun dirinya secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara. Jadi kegiatan kepramukaan yang diberikan sebagai latihan berkala dalan satuan pramuka itu sekedar alat saja dan bukan tujuan pendidikannya.
(43)
34
d. Sasaran Pendidikan Kepramukaan
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka memberikan penjelasan bahwa usaha gerakan pramuka dalam mencapai tujuan harus mengarah pada pengembangan dan pembinaan watak, mental, jasmani, rohani, bakat, pengetahuan, dan kecakapan kepramukaan melalui kegiatan yang dilakukan secara praktik yang mengenalkan
sistem among dan prinsip dasar dan metode pendidikan
kepramukaan agar peserta didik memiliki: 1) keyakinan beragama yang kuat.
2) mental dan moral yang tinggi serta berjiwa pancasila. 3) sehat, segar jasmani dan rohani yang kuat.
4) cerdas, tangkas, terampil.
5) berjiwa kepemimpinan dan patriotic.
6) kesadaran dan peka terhadap perubahan lingkungan.
7) banyak pengalaman.
Dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka pasal 11 menyebutkan bahwa metode kepramukaan merupakan cara belajar progresif melalui hal-hal berikut ini:
1) Pengalaman terhadap Kode Kehormatan Pramuka
Kode kehormatan adalah suatu norma atau ukuran kesadaran mengenai akhlak (budi dan perbuatan baik) yang tersimpan di dalam hati seseorang sebagai akibat karena orang tersebut tahu akan harga dirinya. Kode kehormatan pramuka
(44)
35
adalah norma dalam kehidupan dan penghidupan para anggota gerakan pramuka yang merupakan ukuran, norma atau standar tingkah laku kepramukaan seorang pramuka Indonesia.Kode kehormatan terdiri atas :
a) Janji atau Satya.
b) Ketentuan-ketentuan Moral (Dharma). 2) Belajar Sambil Melakukan
Belajar sambil melakukan berarti belajar dengan langsung praktek.Contohnya adalah kegiatan P3K. Pramuka tidak hanya mempelajari bagaimana membalut luka, tapi juga langsung mempraktekan pada manusia secara langsung dengan prosedur yang tepat.
3) Sistem Berkelompok
Sistem berkelompok dilaksanakan supaya peserta didik memperoleh kesempatan untuk belajar memimpin dan dipimpin, belajar mengurus dan mengorganisir anggota kelompok, belajar memikul tanggung jawab, belajar mengatur diri, menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan sesamanya.
4) Kegiatan yang Menantang dan Mendidik
Kegiatan menarik merupakan unsur yang diperlukan dalam perkembangan kegiatan kepramukaan, karena menurut para ahli dalam kegiatan kepramukaan aktivitas yang dilakukan sengaja dirancang sedemikian rupa agar menyenangkan, menghibur,
(45)
36
mendidik dan bermanfaat. Masing-masing kegiatan dibagi dan dikelompokkan menurut usia sehingga tepat sasaran sesuai perkembangan jasmani dan rohani.
e. Tujuan Gerakan Pramuka
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka (ADGP) pasal 4 mengemukakan bahwa tujuan gerakan pramuka adalah mendidik dan
membina kaum muda Indonesia agar menjadi manusia
berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur yang:
1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, kuat mental dan tinggi moral.
2) tinggi kecerrdasan dan mutu ketrampilannya. 3) kuat dan sehat jasmaninya.
Warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan, baik lokal, nasional, maupun internasional.
f. Tugas Pokok Gerakan Pramuka
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka (ADGP) pasal 5
menguraikan bahwa tugas pokok gerakan pramuka adalah
(46)
37
menumbuhkan tunas-tunas bangsa agar menjadi generasi yang lebih baik, tangguh, tanggung jawab, dan mampu membina serta mengisi kemerdekaan. Tugas Pokok Gerakan Pramuka juga bertugas menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi anak dan pemuda Indonesia menuju ke tujuan Gerakan pramuka sehingga dapat membentuk tenaga kader pembangunan yang berjiwa Pancasila dan sanggup serta mampu menyelenggarakan pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
g. Prinsip Dasar Kepramukaan
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka (ADGP) pasal 10 ayat 1 menyebutkan Prinsip Dasar Kepramukaan antara lain:
1) Iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup, alam dan seisinya.
3) Peduli terhadap diri pribadinya.
4) Taat kepada kode kehormatan pramuka.
h. Ciri Khas Kepramukaan
Kegiatan kepramukaan merupakan sebuah bentuk kegiatan yang lain dari pada kegiatan yang lain. Kegiatan kepramukaan memiliki ciri khas antara lain:
1) Bersifat sukarela. 2) Terbuka
(47)
38
4) Bermetode
5) Memiliki suatu sistem nilai.
i. Sistem Nilai
Sistem nilai gerakan pramuka dituangkan ke dalam kode etik atau kode kehormatan gerakan pramuka yang disesuaikan dengan golongan usia dan tingkat perkembangan jasmani dan rohani peserta didik.
j. Penggolongan Pramuka Menurut Usia
Anggota pramuka digolongkan berdasarkan usia peserta didik sebagai berikut:
1) Anak-anak dengan usia 7 s/d 10 tahun masuk golongan siaga. 2) Pemuda dengan usia 11 s/d 15 tahun masuk golongan
penggalang.
3) Pemuda dengan usia 16 s/d 20 tahun masuk golongan penegak. 4) Pemuda dewasa usia 21 s/d 25 tahun masuk golongan pandega
k. Kode Kehormatan Pramuka
Kode kehormatan pramuka adalah suatu norma dalam kehidupan dan penghidupan para anggota gerakan pramuka yang merupakan ukuran, norma, atau standar tingkah laku kepramukaan seorang pramuka Indonesia. Kode kehormatan pramuka terdiri dari atas janji dan ketentuan-ketentuan moral.
(48)
39
1) Janji (Satya)
Janji yang dipegang itu adalah Tri satya (pramuka penggalang). Rumusan
Tri satya untuk pramuka penggalang adalah sebagai berikut: “Tri satya“
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh: a) Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan menjalankan Pancasila
b) Menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri
membangun masyarakat.
c) Menepati Dharma Ketentuan-ketentuan Moral (Dharma) Ketentuan-ketentuan moral berisi 10 prinsip. Sehingga disebut Dasa Dharma yang meliputi:
a) Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia. c) Patriot yang sopan dan kesatria.
d) Patuh dan suka bermusyawarah. e) Rela menolong dan tabah. f) Rajin, terampil dan gembira. g) Hemat, cermat dan bersahaja h) Disiplin, berani, dan setia
i) Bertanggungjawab dan dapat dipercaya. j) Suci dalam pikiran, perkataan, perbuatan.
(49)
40
Kode kehormatan untuk masing-masing golongan usia berbeda-beda disesuaikan dengan perkembangan jasmani dan rohani masing-masing golongan anggota pramuka, yaitu:
1) Siaga
a) Janji : Dwi Satya b) Dharma : Dwi Dharma 2) Penggalang
a) Janji : Tri Satya
b) Dharma : Dasa Dharma 3) Penegak
a) Janji : Tri Satya
b) Dharma : Dasa Dharma 4) Pandega
a) Janji : Tri Satya
b) Dharma : Dasa Dharma
4. Kedisiplinan a. Pengertian
Dalam buku disiplin nasional yang disusun oleh Lembaga Ketahanan Nasional .41
Istilah disiplin dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Belanda yang kemudian dipengaruhi juga oleh Bahasa Inggris. Istilah disiplin menurut pengertian dua bahasa
41
(50)
41
tersebut dari bahasa latin “diciplina’’. Muncul beberapa makna kata dalam disiplin sebagai berikut:
1) Latihan yang memperkuat. Disiplin dikatikan dengan latihan yang memperkuat terutama ditekankan pada pikiran dan watak untuk menghasilkan kendali diri, kebiasaan untuk patuh dan sebagainya. Latihan-latihan dalam rangka menghasilkan kebiasaan patuh dapat dilihat pada penanaman disiplin di kalangan Angkatan Bersenjata, ibadah puasa dapat digolongan sebagai suatu latihan dalam arti penanaman disiplin yang bertujuan mempertinggi kendali diri.
2) Koreksi dan sanksi. Arti disiplin dalam kaitannya koreksi atau sanksi terutama diperlukan dalam suatu lembaga yang telah mempunyai tata tertib yang baik. Bagi yang melanggar tata tertib dapat dilakukan dua macam tindakan yaitu berupa koreksi untuk memperbaiki kesalahan dan berupa sanksi. Keduanya harus dilaksanakan secara kosisten untuk mencegah terjadinya penyimbangan dalam pelanggaran terhadap norma dan kaidah yang telah disepakati bersama.
3) Kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan. Orang
yang berdisplin adalah orang-orang yang mampu
mengendalikan dirinya. Hal ini dapat berpengaruh terhadap sikap serta pandangan hidup manusia. Perpaduan antara
(51)
42
ketertiban dan keteraturan menghasilkan suatu sistem dan aturan tata laku.
4) Sistem aturan tata laku. Setiap kelompok, manusia, masyarakat, dan bangsa selalu terikat pada berbagai peraturan yang mengatur hubungan sesama anggotanya maupun hubungan dengan masyarakat, bagsa, dan negara.
Jadi disiplin adalah kepatuhan atau menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah, atau peraturan yang diberlakukan bagi dirinya sendiri.42Misalnya senam pagi adalah salah satu disiplin pribadi.
Kepatuhan seseorang terhadap keputusan, perintah, atau peraturan diberlakukan bagi suatu sistem dimana orang itu terlibat disebut disiplin perorangan.Disiplin perorangan menuntut orang
yang bersangkutan bertanggung jawab atas pelaksanaan
kepatuhan.Tanggung jawab atas perbuatannya dan pelaksanaan atas keputusan, perintah, dan peraturan dengan segala akibatnya terletak di tangan orang yang memberi perintah atau yang membuat keputusan dan perintah.Disiplin perorangan bersifat individual yaitu berkaitan dengan sifat yang langsung melekat pada diri seseorang.43
Menurut Mar’at disiplin adalah sikap perseorangan atau atau kelompok yang menjamin adanya kepatuhan terhadap perintah-perintah yang berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang
42
Lemhannas,Disiplin Nasional(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hal 11 43
(52)
43
perlu seandainya tidak ada perintah.Hal ini merupakan hasil latihan-latihan yang efektif dan kepemimpinan yang baik.44
Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa disiplin berasal dari kata yang sama“disiple’’ yakni seseorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari cara mereka hidup yang menuju kehidupan yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan masyarakat mengajari anak perilaku moral yang disetujui kelompok.45
Dalam Gerakan Disiplin Nasional Menyongsong Era Keterbukaan tahun 2020 mngemukakan bahwa disiplin adalah ketaan terhadap peraturan dan norma kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlaku dan dilaksanakan secara sadar, ikhlas lahir batin sehingga timbul rasa malu terhadap sanksi dan rasa malu terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Terbentuknya Disiplin
Dalam buku Disiplin Nasional yang disusun oleh Lembaga Ketahanan Nasional disebutkan bahwa disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan, dan diterapkan dalam semua aspek menerapkan sanksi serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman sesuai dengan amal perbuatan para pelaku. Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil
44
Lemhannas,Disiplin Nasional(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hal 12
45
(53)
44
interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar. Dalam membentuk disiplin harus ada pihak yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain ke arah tingkah laku yang diinginkan. Secara garis besar terbentuknya disiplin adalah sebagai berikut:
1) Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan, dan diterapkan dalam semua aspek, menerapkan sanksi dan ganjaran serta hukuman sesuai perbuatan para pelaku.
2) Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban. Hal ini tercipta melalui proses binaan keluarga, pendidikan, dan pengalaman atau pengenalan dari keteladanan lingkungannya. 3) Disiplin itu lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap seseorang
di dalam sistem nilai budaya yang telah ada didalam masyarakat. Disiplin akan tumbuh bila melalui latihan pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu yang harus dimulai sejak ada dalam lingkungan keluarga, pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang menjadikannya bentuk disiplin yang semakin kuat.
(54)
45
4) Disiplin yang mantap pada hakekatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil kesadaran manusia. Disiplin yang tidak bersumber pada hati nurani manusia akan menghasilkan disiplin yang lemah dan tidak bertahan lama atau akan lekas pudar.
c. Unsur-unsur Disiplin
Sebelum seseorang memiliki sikap disiplin maka akan didahului oleh serangkaian sikap yang akan mendorong terbentuknya sikap disiplin. Sikap-sikap inilah yang kemudian disebut sebagai unsur-unsur disiplin. Unsur-unsur disiplin meliputi tiga hal, antara lain:
1) Pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan,
perilaku,norma, kriteria dan standar sehingga menumbuhkan pengertian yang mendalam.
2) Sikap mental (mental attitude). Sikap mental merupakan sikap
taat dan tertib sebagai hasil dan pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran, dan pengendalian watak.
3) Sikap kelakuan yang wajar yang menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara hormat dan tertib.(Kwarnas Gerakan Pramuka, Jadi, disiplin dapat dibedakan menjadi disiplin dalam hal sikap mental, disiplin berkata-kata, disiplin belajar, disiplin bertindak. Unsur tersebut membentuk suatu pola keperibadiaan yang menunjukkan perilaku disiplin atau tidak disiplin.
(55)
46
Selain pendapat di atas, Elizabeth B. Hurlock mengemukakan unsur-unsur disiplin yang diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka. Ia harus mempunyai empat unsur pokok, yaitu:
1) Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut bisa ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuannya adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi-situasi tertentu. Dalam hal peraturan sekolah misalnya; peraturan ini mengatakan pada anak apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan sewaktu berada didalam kelas, lapangan sekolah, kantin. Peraturan berfungsi mendidik, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut. Peraturan juga membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.
d. Bentuk-bentuk Disiplin
Bentuk-bentuk disiplin antara lain:
1) Datang dan pulang tepat waktu dari jadwal yang telah ditentukan.
2) Berpakaian sesuai ketentuan yang berlaku di sekolah.
(56)
47
4) Mengikuti upacara bendera yang dilaksanakan oleh sekolah dengan tertib dan khidmat.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin
Menurut Hasan Basri ada dua faktor yang dapat membantu tegaknya disiplin dalam kehidupan seseorang.
1) Faktor Internal
Keadaan yang dapat dianggap sebagai isi dari faktor internal adalah:
a) Taraf kesadaran diri. Taraf kesadaran diri adalah kesadaran yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang tanpa paksaan dari pihak manapun. Ini merupakan hal yang cukup ampuh untuk mewujudkan disiplin.
b) Motivasi intrinsik. Merupakan suatu bentuk dorongan untuk menjalankan suatu bentuk kepatuhan terhadap tata tertib tanpa adanya pengaruh dari luar.
c) Perasaan bertanggung jawab. Jika seseorang sudah memiliki perasaan bertanggung jawab terhadap dirinya maka akan melakukan tugasnya dengan rasa disiplin tinggi. Karena merasa ada sebuah beban yang harus dipikul sebagai suatu tanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan dalam hidup. d) Perasaan malu. Jika seseorang telah memiliki perasaan malu
maka tidak akan melakukan pelanggaran. Secara otomatis akan melaksanakan segala sesuatu dengan lebih baik. Ia
(57)
48
akan merasa malu jika melakukan pelanggaran terhadap tata tertib.
e) Nilai tertentu yang ingin dimasyaraktkan seseorang dan sebagainya. Nilai ini bisa berupa nilai disiplin dalam mematuhi sebuah tata tertib sekolah. Tata tertib yang dibuat oleh sekolah akan disosialisaskan untuk di ketahui yang pada akhirnya membawa kepatuhan.
2) Faktor Eksternal
Hal-hal yang dapat mendukung sebagai faktor eksternal adalah sebagai berikut:
a) Presentasi yang ketat. Ketatnya presentasi dapat menekan seseorang untuk dapat mematuhi tata tertib dengan tanpa terkecuali. Sehingga disiplin yang terwujud adalah karena pihak luar berupa tekanan.
b) Hukum yang adil. Hukuman yang adil ternyata merupakan senjata yang ampuh untuk dapat membuat tegaknya disiplin c) Motivasi luar. Dorongan dari pihak luar sebagai motivasi
dapat berupa pemberian ganjaran atau hadiah.
d) Upah atau penggajian yang cukup. Jika seseorang telah bekerja maka upah atau gaji yang cukup dapat memicu tumbuhnya disipin yang lebih baik.
e) Lingkungan tempat kerja yang menyenangkan. Tumbuhnya disiplin di tempat kerja berawal dari lingkungan yang
(58)
49
menyenangkan terlebih dahulu. Jika tempat kerja
menyenangkan maka semangat kerja akan lebih bergairah. f) Teman yang persuasif dan menyenangkan. Teman memegang
peran penting juga. Karena jika teman tidak menyenangkan maka suasana akan tidak kondusif untuk berkegiatan, bekerjasama dan menciptakan ide-ide baru.
f. Cara-cara Menanamkan Disiplin
Elizabeth B. Hurlock mengemukakan bahwa cara-cara
menanamkan disiplin dapat dibagi menjadi tiga cara. Suatu deskripsi singkat dari ketiga cara menanamkan disiplin akan menunjukkan ciri-ciri masing-masing dan akan menyorot ciri-ciri baik buruknya. Ketiga cara itu antara lain:
1) Cara Mendisiplin Otoriter
Peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan menandai semua jenis disiplin yang otoriter. Tekniknya mencakup hukuman yang berat bila terjadi kegagalan memenuhi standar dan sedikit, atau sama sekali tidak adanya persetujuan, pujian atau tanda-tanda penghargaan lainnya bila anak memenuhi standar yang diharapkan. Disiplin otoriter dapat berkisar antara pengendalian perilaku anak yang wajar hingga yang kaku yang tidak memberi kebebasan bertindak, kecuali yang sesuai dengan standar yang ditentukan.
(59)
50
2) Cara Mendisiplin yang Permisif
Disiplin permisif sebenarnya berarti sedikit disiplin atau tidak disiplin. Biasanya disiplin permisif tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Dalam hal ini anak sering tidak diberi batas-batas atau kendala yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan, mereka diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak mereka sendiri.
B. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN
1. Sri Endarwati NIM: A53H111028 Jurusan: Pendidikan Anak Usia Dini
PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL MELALUI
PERMAINAN TRADISIONAL. PADA KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 1 SAMBIREJO SRAGEN TAHUN AJARAN 2014/2015
Persamaan: Dalam penelitian ini memiliki kesamaan memakai permainan sebagai penelitian
Perbedaan: Pada penelitan tersebut untuk peningkatan kemampuan sosial sedangkan yang skripsi penulis susun yaitu untuk meningkatkan kedisiplinan
2. Wasi Aqmaa Sari NIM: 1301404036 Jurusan: Bimbingan dan
Konseling UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN
SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
(60)
51
Persamaan: Dalam penelitian ini memiliki kesamaan untuk
meningkatkan perilaku disiplin.
Perbedaan: Pada penelitian tersebut melalui Bimbingan dan Konseling sedangkan yang skripsi penulis susun menggunakan permainan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa
3. Qistiaini NIM: A520091007 Jurusan: Pendidikan Anak Usia Dini
MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN MELALUI
PEMBIASAAN PADA KELOMPOK BERMAIN AL-MUHTADIN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Persamaan: Dalam penelitian ini memiliki kesamaan untuk
meningkatkan kedisplinan
Perbedaan: Pada penelitian tersebut melalui pembiasaan pada kelompok bermain sedangkan yang skripsi penulis susun menggunakan permainan.
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Di katakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada
(61)
52
teori yang relevan, belum di dasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang melalui pengumpulan data.46
Hipotesis penelitian merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu masalah yang sedang di kaji. Dalam hipotesis ini peneliti menganggap benar hipotesisnya yang kemudian akan dibuktikan secara empiris melalui pengujian hipotesis dengan menggunakan data yang diperoleh selama melakukan penelitian.47
Hipotesis dari penelitian ini menggunakan Hipotesis Kerja (Hipotesis Nihil). Hipotesis Nihil atau hipotesis nol adalah menyatakan tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Hipotesis nol bisa diberikan kode Ho. Hipotesis alternative (Hipotesis Kerja) adalah hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Hipotesis Kerja bisa diberikan kode Ha. Hipotesis dalam penelitian ini berbunyi: Ho: tidak ada pengaruh permainan bola sumpit dalam kepramukaan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo. Ha: ada pengaruh permainan bola sumpit dalam kepramukaan untuk meningkatkan kesiplinan siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.
46
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, Bandung: Alfabeta, 2013 hal 64
47
(62)
BAB III PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Lokasi
a. Sejarah MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo
MTS Unggulan Al-Jadid merupakan madrasah tsanawiyah yang terletak dikecamatan waru kabupaten sidoarjo. MTS Unggulan Al-Jadid berdiri sejak tanggal 18 Juli 2013 yang berlokasi di Jl.Jend.S.Parman V-A baru no.31 Waru Sidoarjo. Lembaga ini membentuk peserta didik yang menguasai iptek dengan profesional serta medidik siswa agar mempunyai akhlaq yang mulia. Siswa siswi MTS Unggulan Al- Jadid ini memang sekolah islam yang selalu mempunyai kegiatan kegiatan yang bisa membangun jiwa siswa menjadi lebih religius.48
b. Profil Sekolah/ Madrasah
1.Nama Madrasah : MTS Unggulan Al- Jadid Waru Sidoarjo
2. Nomor Statistik Madrasah : 121235150058
3. NPSN : 80502004
4. Alamat Madrasah : Jl. Jend S Parman V Baru No.31Waru
5. Tahun Berdiri : 2013
6. Status Sekolah/Madrasah : Swasta
7. SK Ijin Pendirian : Departemen Agama (Depag)
✂8
Heriono Susanto M.Pd.I,Wawancara, MTS Unggulan Al- Jadid Waru Sidoarjo, 11 maret 2017
(63)
54
8. Nomor : MTS/1991/2013
9. Tanggal : 18 Juli 2013
10. Kepala Madrasah : Heriono Susanto M.Pd.I
11. Nama Yayasan : Yayasan Pendidikan Nur Al-Jadid
12. Alamat : Jl. Jend S Parman V Baru no 31 waru
13. Kode Pos : 61256
14. No. Telp : 031-8539832/ 08123377727
15. Akte Pendirian : H. Achmad Salis, S.H No/24/2013
16. Tanggal : 25 Maret 2013
17. Kelompok Yayasan : L.P Ma’arif Nu
18. Nama Ketua Yayasan : Drs. Sungadiono
c. Personalia Sekolah
1. Nama Kepala Sekolah : Heriono Susanto, M.Pd.I
2. Keadaan Guru
Tabel 3.1 Status Kepegawaian
Jabatan
Status Kepegawaian
Jumlah
Tetap Tidak Tetap
Gol I Gol II Gol III Gol IV Yaya san PNS Bantu Pusat Bantu Daerah G T T
(64)
55
Status kepegawaian di MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo adalah tentang yang berapa jumlah orang yang menjadi pegawai disini. Lalu jumlah guru laki-laki disini ada 4 orang dan guru perempuan berjumlah 6 orang , kepala sekolah 1 orang , bagian administrasi sekolah ada 1 orang perempuan. Jadi jika dijumlahkan laki-laki disini ada 5 orang , dan perempuan ada 7 orang.
e. Siswa dan Rombongan Belajar
Tabel 3.2
Kelas (Rombongan Belajar) dan Jumlah Siswa
L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P
Ka. Sek 1 1
Guru 4 6 4 6
T. Admin 1 1
Pesuruh Penjaga
JUMLAH 5 7
Tingkat VII VIII X JUMLAH
Jumlah Rombel 2 1 1 4
Jumlah Siswa
L 36 11 26 73
(65)
56
Jadi, di MTS Unggulan Al-Jadid siswa kelas VII ada 2 ruang kelas lalu siswa kelas VIII ada 1 ruang kelas, dan kelas 9 ada 1 ruang. Hasil tabel diatas menunjukkan bahwa kelas VII ada 48 siswa, kelas VIII ada 32 siswa, dan kelas 9 ada 47 siswa. Jumlah dari keseluruhan siswa di MTS Unggulan Al-Jadid waru sidoarjo ada 120 siswa.
f. Sejarah Pramuka di MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo
Kepramukaan adalah suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan pemuda di bawah tanggung jawab orang dewasa yang artinya proses pendidikan dalam kepramukaan yang dikemas dengan semenarik mungkin berbeda dengan proses pendidikan yang formal seperti didalam kelas. Pramuka termasuk estrakulikuler disekolah yang bertujuan untuk mencetak generasi yang disiplin, rajin , terampil, dan selalu kreatif. Pramuka MTS Unggulan Al-Jadid berdiri sama dengan tanggal berdirinya MTS Unggulan Al- Jadid yaitu pada tanggal 18 Juli 2013. Gerakan Pramuka Gugus Depan 18187- 18188 yang berpangkalan di MTS Unggulan Al- Jadid Waru Sidoarjo. Ekstrakulikuler pramuka di MTS Unggulan Al-Jadid ini setiap hari sabtu pada pukul 09.00 hingga 10.00 biasanya Pembina pramuka mengawali kegiatan dengan dikumpulkan siswa-siswa , latihan PBB di lapangan MTS Unggulan Al-jadid lalu, di adakan proses belajar sambil bermain tentunya di MTS Unggulan Al- Jadid juga mempunyai Program kegiatan. Program kegiatan ini sebagai berikut :
(66)
57 Tabel 3.3
Program Kegiatan Pramuka MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo
BLN MINGGU ACARA KEGIATAN ACARA PENGGANTI
TINGKATAN RAMU RAKIT T E R A P
D
es
em
be
r
I
Pindah golongan Make a group / regu Bermain dalam Lingkaran Monkey's Play
II
Latihan Upacara Bendera Lagu Nasional Formasi Barisan Bentuk Upacara GalangIII
Kereta Buta Ayo Bernyanyi Mencari teman Who am I
IV
Menjadi anak Penggalang
Tri Satya & Dasa dharma
Siap, setia, sedia
Kode Etik Pramuka
Ja
nu
ar
y
I
Let's Play Zudoku Amazing Quizine scouts Ayo berkreasi(67)
58 memasak
II
Menulis cerita Mari mendongeng Tata ruang (kamar belajar) Desain interior
III
Karyaku ( membuat gelang ) Matrix Puzzle Olah raga Senam Pramuka
IV
Pengenalan PBB Ayo main gunting ballot Makanan bergizi Penyakit menularF
eb
ru
ar
y
I
Menjadi Penggalang 5 S Arti Salam Pramuka Kiat riang gembira
The power of smile
II
Ayo menabung Menjaga kebersihan badan Iuran Regu Go green n clean
III
The Story of NKRI Aku Pandu Sandi Pramuka
(68)
59 Indonesia
IV
Ujian SKU Penggalang ramu Quiz siapa berani Presenter cilik Cerita dongeng legendaV
Pertemuan Penggalang Tanda Kehormatan Atribut Pramuka SKU, SKK, TKK
M
ar
et
I
The story of world scout Arti Lambang Pramuka Boden Powell Pramuka Indonesia
II
Quiz cerdas tangkas Who want to be the best
Melacak Indonesia
Flora dan Fauna
III
Blazing maze
8 arah mata angina
Pionering
Simpul dan Ikatan
IV
Pionering Terampil membuat simpul Penalaran minat & bakat
(69)
60
g. Visi Sekolah/ Madrasah
Menuju lembaga pendidikan Islam yang bermutu, akuntabilitas, dan professional dalam membentuk peserta didik yang menguasai IPTEK, dengan diimbangi peningkatan IMTAQ.49
49
Dokumentasi MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo
A
pr
il
I
Ayo berkebun Pengetahuan Toga Rumahku yang hijau
P3K sederhana
II
Manfaat barang bekas Kreasiku ( membuat bros ) PBB tongkat Cepat tangkasIII
Struktur organisasi Pramuka Kegladian Regu Taqwa kepada Tuhan YME Do'a harianIV
Bola sumpit Pancasila Arti lambang Pramuka (1)
✍8
Unggulan Al-Jadid. Dan didapatan pula nilai R sebesar 0,388 diatas 0,05 dan
nilai Durbin Watson sebesar 0,992.
Dari hasil analisis uji regresi linear sederhana tersebut , maka dapat
diketahui bahwa penelitian yang dilakukan peneliti dapat dikatakan berhasil,
karena sudah ada pengaruh dari permainan bola sumpit untuk meningkatkan
(2)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
✎✎
✎ ✎ BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Menarik kesimpulan adalah bagian akhir dari proses penyajian data,
kajian, pembahasan, analisis dan penyusunan secara sistematis dalam
penelitian ini. Kesimpulan yang menjadi rujukan dalam penelitian ini adalah
rumusan masalah, oleh karenanya kesimpulan ini merupakan jawaban dari
masalah yang telah dirumuskan di awal.
Adapun hasil penelitian, pembahasan dan analisis mengenai Pengaruh
Permainan Bola Sumpit dalam Kepramukaan untuk Meningkatkan Siswa
MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.adalah :
1. Proses konseling melalui permainan bola sumpit untuk meningkatkan
kedisiplinan dilakukan dengan lima langkah, yaitu: pertama identifikasi,
disini peneliti menggali informasi mengenai tingkat kedisiplinan siswa
kepada beberapa guru dan siswa. Kedua, Diagnosa langkah dalam
menetapkan masalah yang dihadapi siswa beserta latar belakangnya.
Ketiga, Prognosis menentukan jenis bantuan atau terapi yang sesuai
dengan permasalahan siswa. Langkah ini ditetapkan berdasarkan hasil
diagnosis. Berdasarkan hasil dari diagnosa, peneliti menetapkan jenis
bantuan untuk siswa yaitu dengan memberikan terapi permainan bola
sumpit yang dapat meningkatkan ketelitian siswa, kedisiplinan siswa.
(3)
✏✑✑
peneliti mengambil terapi permainan bola sumpit. Sehingga melalui terapi
tersebut siswa terbiasa untuk menerapkan sikap disiplin, sehingga mampu
mengurangi sikap siswa yang tidak disiplin. Hal ini dapat mempengaruhi
perkembangan aspek motorik, perkembangan aspek emosi, perkembangan
aspek sosial, dengan permainan bola sumpit juga dapat melatih ketelitian
siswa, meningkatkan kedisiplinan siswa. Kelima, Follow Up/evaluasi
Berdasarkan hasil perhitungan angket (Quesioner) dan pengamatan
peneliti dengan siswa. Terjadi perubahan pada setiap tindakan dan siswa
menjadi lebih disiplin.
2. Dari hasil uji regresi linier, diperoleh taraf signifikan sebesar 0,02 lebih
kecil dari 0,05 maka Ho ditolak sehingga ada pengaruh permainan bola
sumpit dalam kepramukaan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa MTS
Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo . Jadi, Penelitian ini dapat dikatakan
berhasil karena sudah ada pengaruh dari permainan bola sumpit untuk
meningkatkan kedisiplinan siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo.
B. Saran
Syukur Alhamdulillah kepada-Nya, upaya dalam menyelesaikan tugas
akhir telah selesai. Dalam segala proses untuk terwujudnya skripsi ini
penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.
Peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya untuk lebih
menyempurnakan hasil penelitian ini dengan rujukan penelitian yang
(4)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
✒✓ ✒
Kemudian untuk menunjang peelitian ini agar lebih sempurna, peneliti
memberikan saran kepada:
1. Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) diharapkan bisa
menambahkan referensi buku di perpustakaan jurusan. Agar dapat
dijadikan bahan dalam perkuliahan maupun literature rujukan skripsi.
2. Bagi orang tua siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo agar
senantiasa terus mengontrol belajar siswa ketika dirumah
3. Bagi guru-guru siswa MTS Unggulan Al-Jadid Waru Sidoarjo untuk
selalu memperhatikan pembelajaran siswa disekolah, mengontrol
belajar siswa agar selalu bersikap disiplin.
4. Bagi mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam untuk senantiasa
melakukan evaluasi terhadap penelitian ini sehingga bisa benar-benar
menentukan solusi atau teknik yang tepat untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa.
5. Bagi peneliti lain diharapkan bisa menguji ulang penelitian yang terkait
dengan penelitian ini dengan populasi yang luas lagi dan sampel yang
lebih beragam juga, guna menghasilkan sebuah penelitian yang lebih
(5)
✔✕ ✖
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Munawar Sholeh. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Amin Abas, dkk.1994.Pedoman lengkap Gerakan Pramuka. Jakarta: Beringin
Jaya.
Andang Ismail. 2007. Education Games “ Menjadi Cerdas dan Ceria Permainan Edukatif”. Yogyakarta : Pilar Media Anggota IKAPI.
Cholid Narbuko, Abu Achmadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara.
Djikara. “Permainan dan Metodik II’’, (online), https//Staff.uny.ac.id/Permainan
diakses 23 februari 2017 Pukul 00.03.
Elizabeth B.Hurlock. 1970.Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Jonathan Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.
Yogyakarta: PT Graha Ilmi.
Juliansyah Noor. 2011. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan
Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kwarnas. 1983. Bahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjutan.
Jakarta
Latipun. 2006.Psikologi Eksprerimen Edisi Kedua. Malang: PT UMM Press.
Lemhannas. 1995.Disiplin Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.
Paul Henry. 1984.Perkembangan dan Kepribadian. Jakarta:Penerbit Erlangga.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
(6)
✗✘ ✙
Tatang, M.Amirin. 1995. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
W.S Winkel. 1989. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan di Sekolah