Evaluasi ketersediaan dan perilaku penggunaan sediaan sachet serbuk oral pada pengunjung apotek pelengkap kimia farma RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Juni-Juli 2010 - USD Repository

  

EVALUASI KETERSEDIAAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN

SEDIAAN SACHET SERBUK ORAL PADA PENGUNJUNG APOTEK

PELENGKAP KIMIA FARMA RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

PERIODE JUNI-JULI 2010

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Sartika Indriyani Salouw NIM : 078114016

  

EVALUATION OF AVAILABILITY AND BEHAVIOUR USAGE OF

ORAL POWDER SACHETS OF YOGYAKARTA Dr. SARDJITO

HOSPITAL KIMIA FARMA PHARMACY CUSTOMERS

  

IN JUNE-JULY 0F 2010 PERIOD

SKRIPSI

  Presented as Partitial Fulfilment of the Requirement to Obtain Sarjana Farmasi (S.Farm) In Faculty of Pharmacy

  By: Sartika Indriyani Salouw

  NIM: 078114016

  

SKRIPSI

EVALUASI KETERSEDIAAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN

SEDIAAN SACHET SERBUK ORAL PADA PENGUNJUNG APOTEK

PELENGKAP KIMIA FARMA RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

PERIODE JUNI-JULI 2010

  Skripsi yang diajukan oleh : Sartika Indriyani Salouw

  NIM: 078114016 telah disetujui oleh:

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN ( Yeremia 17:7) “Cinta tidak pernah meminta, ia senantiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah mendendam, tak pernah membalas dendam. Dimana ada cinta di situ ada kehidupan; manakalah kebencian membawa kepada kemusnahan” (Mahatma Ghandi)

  Penelitian ini kupersembahkan untuk, Tuhan Yesus, Papa, mama, dan adikku tersayang,

  

PRAKATA

  Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya, penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral Pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Juni-Juli 2010”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi.

  Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mengalami permasalahan, kesulitan, suka dam duka. Namun dengan adanya dukungan, perhatian dan semangat dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Manager Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito dan Manager Apotek Kimia Farma Yogyakarta yang telah berkenan memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr.

  Sardjito dan membantu dalam proses penelitian ini

  2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini.

  3. Rita Suhadi, M.Si., Apt. sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberi

  5. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. Selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam proses penyusunan skripsi.

  6. Seluruh dosen pengajar dan staf di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bantuan dan ilmu pengetahuan melalui materi kuliah kepada penulis selama mengikuti proses perkuliahan.

  7. Ibu Dian Shintari, S.Si, Apt; Ibu Gina Arifah S.Farm, Apt; Ibu Sari Rahmawati, S.Farm, Apt, selaku apoteker yang bertugas dan seluruh staf Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito yang telah memberikan dukungan dan bekerja sama selama penelitian berlangsung.

  8. Semua pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito periode Juni – Juli 2010 yang telah bersedia kerjasama dengan peneliti sebagai subyek penelitian.

  9. Orang tuaku tercinta Bapak Johanis Onisimus Salouw dan Ibu Afliana Bertha Nange, SH yang telah memberikan kasih sayang, cinta, dukungan dan perhatian yang tak kunjung henti hingga penulis bisa mnyelesaikan skripsi ini.

  10. Adikku Lucky Mario Salouw tercinta yang telah memberikan dukungan dan perhatian bagi penulis.

  11. Yohanes Dipo Noto, yang selalu memberikan semangat, inspirasi, dukungan,

  13. Sahabat – sahabatku, Yohana Tobi, Theresia Padhi, Kendra Sri Sugosa yang terus memberikan doa dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini

  14. Teman - teman SMA khususnya anak-anak Asrama St. Chatarina dari Sienna

  • – Denpasar, Bali angkatan 2004, yang terus memberikan semangat bagi penulis selama menyelesaikan skripsi.

  15. Bapak dan ibu kost serta teman-teman kosku, Feby, Tika, Indah dan Anis yang memberikan bantuan, saran, perhatian dan semangat selama penelitian.

  16. Teman – teman senasib dan seperjuangan selama penelitian, Ayu “Amink”, Ayu “ Tegal”, Diana dan Linda, atas perhatian, bantuan, semangat, dan kerjasama dari awal hingga akhir penelitian.

  17. Teman – temanku, Tresa, Titin, Vero, Cefry, Tommy, Eko, Elfrid, Ano, Rifa, Ita, Kak Yono, Mba Dita, Mba Fina, Kak Nanto, atas bantuan dan semangat bagi penulis saat penelitian.

  18. Teman - teman PERKURAY dan Kos Brojonoto, atas bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

  19. Teman-teman di kelas FKK A 2007, yang telah memberikan saran dan semangat untuk skripsi ini.

  20. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2007 atas kebersamaan dan dukungan selama ini.

  Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terjadi kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca.

  Penulis

  DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………......... i HALAMAN JUDUL…………………………………………………………...... ii

  

PAGE TITLE ………………………………………………………….................. iii

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………… iv HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………… v HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………… vi HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN MEDIS....................................................... vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………… viii PRAKATA………………………………………………………………………. ix DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. xiii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. xv DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. xvii

  INTISARI………………………………………………………………………... xviii

  

ABSTRACT ………………………………………………………………………. xix

  BAB I PENGANTAR……………………………………………………………

  1 A. Latar Belakang……………………………………………………….

  1

  1. Permasalahan………………………………………………………

  4

  2. Keaslian penelitian…………………………………………………

  4

  3. Manfaat penelitian…………………………………………………

  5 B. Tujuan penelitian……………………………………………………..

  6 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA……………………………………………

  7 A. Serbuk………………………………………………………………...

  7 B. Sachet Serbuk………………………………………………………...

  7 C. Penggolongan Obat, Jamu, dan Suplemen Berdasarkan Kode Nomor Pendaftaran ……………………………………..................................

  9 D. Apotek………………………………………………………………..

  12 E. Apoteker……………………………………………………………...

  13 F. Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical Care) …………………

  15 G. Pelayanan Informasi Obat…………………………………………..

  16 H. Perilaku Kesehatan………………………………………………….

  18 I. Keterangan Empiris………………………………………………….

  19 BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………

  20 A. Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………………...

  20 B. Kedudukan Penelitian………………………………………………..

  20 C. Definisi Operasional………………………………………………….

  22 D. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………

  24

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN…………………………………………..

  39 A. Ketersediaan Sachet Serbuk Oral di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito……………………………………………………

  39 1. Berdasarkan kode nomor pendaftaran………………………....

  39

  2. Berdasarkan kelas efek farmakologi……………………………

  43 B. Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral Berdasarkan Hasil Kuisioner dan Wawancara kepada Responden……………………..

  43 1. Karateristik responden…………………………………………..

  43

  2. Hasil kuisioner dan wawancara responden mengenai penggunaan sediaan sachet serbuk oral……………………….

  53 C. Profil Informasi yang Diberikan oleh Apoteker kapada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito…………………………...

  65

  1. Durasi pemberian informasi obat kepada pengunjung apotek

  65

  2. Sumber informasi yang digunakan dalam pemberian informasi kepada pengunjung apotek……………………………………..

  67

  3. Tempat pemberian informasi obat dan informasi apa saja yang diberikan kepada pengunjung apotek……………………….....

  68 4. Teknik pemberian informasi…………………………………….

  69

  5. Kendala yang sering terjadi dalam memberikan informasi obat kepada pengunjung apotek………………………………………

  69 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….

  71 A. Kesimpulan…………………………………………………………...

  71 B. Saran………………………………………………………………….

  72 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………

  73 LAMPIRAN……………………………………………………………………...

  76 BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………………...

  98

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Contoh Sediaan Sachet Serbuk Oral…………………………..............

  8 Gambar 2. Bagan Kedudukan Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral Pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito……………………………………………………

  21 Gambar 3. Bagan Cara Kerja Pengambilan Subjek Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito..…...................

  25 Gambar 4. Bagan Kerja Tahap Pra Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito…......................................................

  32 Gambar 5 Persentase Kelompok Sediaan Sahet Serbuk Oral Berdasarkan Kelas Efek Farmakologi..................................................................................

  43 Gambar 6 Persentase Kelompok Usia Responden dalam Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito.........................

  44 Gambar 7 Persentase Kelompok Jenis Kelamin Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito.........................

  46 Gambar 8 Persentase Tingkat Pendidikan Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito.........................

  47 Gambar 9 Persentase Pekerjaan Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito............................................

  48 Gambar 10 Persentase Frekuensi Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral oleh Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF

  Gambar 12 Persentase Pernah atau tidaknya Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito Berkonsultasi dengan Apoteker……………………………………………………...

  52 Gambar 13 Persentase Hasil Kuisioner untuk Aspek Pengatahuan oleh Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito…………………………………………………….

  54 Gambar 14 Persentase Hasil Kuisioner untuk Aspek Sikap oleh Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito…………………………………………………….

  59 Gambar 15 Persentase Hasil Kuisioner untuk Aspek Tindakan oleh Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito…………………………………………………….

  62 Gambar 16 Persentase Hasil Kuisioner untuk Setiap Aspek oleh Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito…………………………………………………….

  64

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian dan Pengambilan Data…...

  77 Lampiran 2. Surat Persetujuan Ijin Penelitian dan Pengambilan Data........

  78 Lampiran 3. Informed Consent ............................................……………....

  79 Lampiran 4. Kuisioner...............…………………......................................

  82 Lampiran 5. Panduan Wawancara untuk Responden dan Apoteker ……..

  85 Lampiran 6 Hasil Wawancara Terhadap Apoteker yang Bertugas.............

  86 Lampiran 7 Hasil Jawaban Kuisioner untuk Aspek Pengetahuan..............

  90 Lampiran 8 Hasil Jawaban Kuisioner untuk Aspek Sikap..........................

  91 Lampiran 9 Hasil Jawaban Kuisioner untuk Aspek Tindakan....................

  92 Lampiran 10 Gambaran Karateristik Responden..........................................

  93 Lampiran 11 Daftar Sediaan Sachet Serbuk Oral yang ada di Apotek Pelengkap KF Dr. Sardjito.......................................................

  95 Lampiran 12 Daftar Sediaan Sachet Serbuk Oral Berdasarkan Kelas Efek Farmakologi……………………………………………….....

  96

  

INTISARI

  Penggunaan sediaan sachet serbuk oral yang diperhatikan apoteker adalah ketersediaan item dan informasi obat mengenai banyaknya air yang digunakan untuk melarutkan serbuk, aturan pakai dan tempat penyimpanan yang tepat. Oleh karena itu, telah dilakukan mengenai Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito.

  Jenis penelitian survei observasional dengan rancangan penelitian deskriptif prospektif melalui pendekatan kualitatif melalui kuisioner dan wawancara. Metode pengambilan sampling subyek dengan kuota sampling non acak. Data penelitian dianalisis dengan statistik deskriptif.

  Hasil penelitian menunjukkan sachet serbuk oral yang tersedia di apotek berdasarkan kode nomor pendaftaran, persentase terbesar adalah SI (23,5%), DBL (17,6%), diikuti TR, SD, dan DKI (11,8%); berdasarkan kelas farmakologi yaitu sistem gastrointestinal dan hepatobilier (41,2%), sistem musculoskeletal (5,9%), antiinfeksi (sistemik) (5,9%), nutrisi (41,2%), dan antidotum dan zat detoksifikasi untuk terapi ketergantungan (5,9%). Penggunaan sachet serbuk oral yang benar oleh pengunjung apotek berdasarkan hasil kuisioner dan wawancara adalah aspek pengetahuan (82,1%), aspek sikap (76,0%), aspek tindakan (83,5%). Profil informasi yang diberikan apoteker terkait penggunaan sachet serbuk oral dari hasil wawancara adalah aturan pakai, tempat penyimpanan, dan banyaknya air yang digunakan untuk melarutkan serbuk.

  Kata kunci : sachet serbuk oral, ketersediaan obat, perilaku penggunaan, informasi obat.

  

ABSTRACT

  The use of an oral dosage form of powder sachets that important to notice by pharmacists is the availability of items and the information provided related to the direction, and the proper storage. Therefore, the researcher has made an evaluation about the availability and behaviour usage of oral powder sachets at Dr. Sardjito Hospital Kimia Farma Pharmacy Customers.

  This research applies qualitative approach through an observational survey designs to prospective descriptive study. The instruments in gathering the data are questionneries and interviews by the non-randomly-sampling method. The data is analyzed with descriptive statistics.

  This research finds available in pharmacy is grouped into two types. First, drug type based on regiatration number SI (23,5%), DBL (17,6%), and TR, SD, DKI (11,8%). Second, pharmacology class including gastrointestianal system (41,2%), musculoskeletal system (5,9%), anti-infective (systemic) (5,9%), nutrition (41,2%), and antidotes, detoxifying agents and drugs used in substance dependence (5,9%). The propper use of oral powder sachet by customer based on questionneries and interviews occupies the knowledege aspect, attitude aspects, and action aspect, information profile provided by the pharmaciest inrelation to the use of oral powder sachet from interviews are the use direction, storage, the ammount of water to dissolve the powder.

  

Keyword: oral powder sachets, drug availability, behaviour usage, drug

information.

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan

  kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, sehingga obat harus tersedia pada saat diperlukan oleh pasien dalam jenis dan jumlah yang cukup, berkhasiat nyata dan berkualitas baik. Oleh karena itu, pengendalian ketersediaan obat di apotek menjadi hal yang penting (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2002).

  Sistem pelayanan kesehatan masyarakat baik di rumah sakit dan apotek dapat menyediakan obat bermutu tinggi tetapi jika obat yang digunakan oleh pasien tidak tepat, maka pasien mengabaikan manfaat atau bahkan menimbulkan efek merugikan. Pemberian informasi obat yang dilakukan dengan baik tidak menjamin penggunaan obat yang tepat, tetapi yang patut diperhatikan adalah informasi yang diberikan adalah tepat dan akurat (Siregar dan Amalia, 2004).

  Menurut Sambara, Muntasir, Djuma dan Elin (2008), persentase penggunaan obat generik untuk sediaan sachet dan serbuk, masing-masing sebanyak 0,65%. Dibandingkan penggunaan sediaan tablet sebanyak 77,87%,

  Informasi obat terkait penggunaan sediaan sachet serbuk yang patut diperhatikan saat pemberian informasi yaitu pada banyaknya air yang digunakan untuk melarutkan serbuk dan aturan pakai sachet serbuk secara tepat karena tidak semua jenis sediaan sachet serbuk oral digunakan dengan aturan satu kali penggunaan untuk satu sachet. Penggunaan lebih dari satu kali untuk satu sachet serbuk oral akan berhubungan langsung dengan ketepatan dalam memilih tempat penyimpanan sachet serbuk oral. Mengingat hal ini disebabkan kelembapan di Indonesia yang tinggi sehingga dengan mudah dapat merusak bentuk fisik serbuk jika penyimpanannya tidak tepat.

  Sebagai apoteker di apotek diharapkan peran dan tanggung jawabnya dalam mengontrol penggunaan obat yang rasional bagi pasien dengan resep dokter maupun tanpa resep dokter atau pengobatan mandiri dalam pelayanan infromasi dan konsultasi obat di apotek. Selain itu, salah faktor untuk menarik minat pengunjung apotek terhadap pembelian obat di apotek adalah dengan mengontrol ketersediaan obat-obat dengan jaminan kualitas obat yang bermutu (Andayani, Satibi, dan Handayani, 2004).

  Tuntutan profesionalisme seorang apoteker dapat dilihat dari layanan informasi dan konsultasi obat di apotek sehingga dapat menjadi faktor pertimbangan dan pemilihan suatu apotek bagi pengunjung apotek. Apoteker juga

  Upaya dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat oleh rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Aspek pelayanan kesehatan di bidang farmasi merupakan salah satu aspek yang perlu ditingkatkan kualitasnya memperhatikan kelengkapan apotek penunjang dalam menyediakan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang berkualitas (Stefanus, 2000).

  Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Sardjito merupakan rumah sakit yang menyediakan apotek pelengkap dalam pelayanan kesehatan di bidang kefarmasian. Apotek Pelengkap Kimia Farma (Apotek Pelengkap KF) adalah salah satu apotek penunjang pelayanan medik yang berada di RSUP Dr. Sardjito di bawah tanggung jawab PT. Kimia Farma Apotek. Secara keseluruhan Apotek Pelengkap KF memiliki 5 loket yang tersebar di RSUP Dr. Sardjito. Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito digunakan sebagai tempat penelitian karena dilihat dari jumlah pengunjung rata-rata perhari untuk tiap loket sebanyak 40-50 orang, sedangkan di Loket Unit Gawat Darurat yang pelayanannya 24 jam rata- rata perhari sebanyak 130 orang.

  Uraian di atas memunculkan pertanyaan mengenai bagaimana ketersediaan dan penggunaan sediaan khususnya untuk sachet serbuk oral serta profil informasi yang diberikan oleh apoteker. Maka dilakukan penelitian tentang

  1. Permasalahan

  a. Berapa persentase ketersediaan sachet serbuk oral yang terdapat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito?

  b. Bagaimana perilaku penggunaan sediaan sachet serbuk oral oleh pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito berdasarkan kuisioner dan wawancara? c. Seperti apakah profil informasi sediaan sachet serbuk oral yang diberikan oleh apoteker kepada pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito?

  2. Keaslian penelitian Penelitian terkait penggunaan sediaan sachet serbuk pernah dilakukan

yaitu: “Profil dan Tinjauan Penggunaan Obat Generik di Rumah Sakit Umum

  

Daerah Prof.dr. W. Z. Johanes Kupang tahun 2007 (Kajian pada Peresepan di

  Apotek)” oleh Sambara, Muntasir, Djuma dan Elin (2008); dan “Evaluasi Pelayanan Informasi Obat di Apotek-apotek Besar di Kota Yogyakarta tahun 2004” oleh Andayani, Satibi, dan Handayani (2004).

  Penelitian yang dilakukan oleh Sambara, Muntasir, Djuma dan Elin (2008) yang meninjau penggunaan 7 sediaan obat henerik yang termasuk sediaan sachet dan serbuk secara terpisah, tidak dikhususkan untuk obat generik sediaan sachet Sambara, Muntasir, Djuma dan Elin (2008), rancangan penelitian yang digunakan adalah retrospective observasional karena menggunakan data yang sudah ada melalui resep.

  Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Andayani, Satibi, dan Handayani (2004) adalah tidak dilakukan analisis data secara deskriptif analitik menggunakan uji khi-kuadrat menggunakan program SPSS untuk mengetahui pelayanan informasi obat yang diberikan oleh apoteker di apotek, karena penelitian ini menggunakan analisis data secara statistik deskriptif mendapatkan persentase rata-rata. Perbedaan lainnya adalah pada metode pengambilan jumlah sampel konsumen menggunakan metode proportional

  

sampling sedangkan penelitian ini menggunakan metode kuota sampling non

acak.

3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi mengenai ketersediaan dan penggunaan sediaan sachet serbuk oral yang dapat digunakan dalam bidang kesehatan.

  b. Manfaat praktis

  Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi apoteker dalam mengendalikan

B. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan umum

  Secara umum, penelitian ini bertujuan mengevaluasi ketersediaan serta penggunaan sachet serbuk oral pada pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito.

  2. Tujuan khusus

  Secara khusus, tujuan dari penelitian ini:

  a. Untuk mengetahui persentase ketersediaan sachet serbuk oral yang terdapat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito.

  b. Untuk mengetahui perilaku penggunaan sediaan sachet serbuk oral oleh pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito berdasarkan kuesioner dan wawancara.

  c. Untuk mengetahui profil informasi sediaan sachet serbuk oral yang diberikan oleh apoteker kepada pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Serbuk Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,

  ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Serbuk yang ditujukan untuk pemakaian oral disebut serbuk oral dan yang ditujukkan untuk pemakain luar disebut serbuk tabur. Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (Pulveres) atau tidak terbagi (Pulvis) (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI,1995).

  Pada umumnya, serbuk terbagi (Pulveres) dibungkus dengan kertas perkamen. Walaupun begitu apoteker dapat lebih melindungi serbuk dari pengaruh lingkungan dengan melapisi tiap bungkus dengan kertas selofan atau sampul polietilene. Serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat yang relatif tidak poten, seperti laksan, antasida, makanan diet dan beberapa analgesik tertentu (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI,1995).

B. Sachet Serbuk

  Sachet mencapai kesuksesan ketika keefektifan penyegelan yang pertama

  Sachet dapat dibuat dari 1 lembar kertas atau plastik pelindung yang dilipat menjadi dua bagian dan penyegelan pada 3 atau 4 sisi atau menggunakan 2 lembar kertas atau plastik pelindung dengan penyegelan 4 sisi. Dimana pada tiap – tiap sisi dapat disegel secara horizontal atau vertikal dengan menggunakan alat penyegel yang menggunakan silinder panas atau kawat penggulung atau kombinasi keduanya. Cara lain yang dapat digunakan untuk penyegelan dikembangkan menjadi kemasan sachet strip. Penyegel pada sachet dapat juga dibuat untuk kemudahan dalam membuka kemasan sachet. Bagi kemasan sachet yang sulit dibuka atau disobek maka disediakan potongan atau V-notch yang berfungsi sebagai penunjuk untuk memudahkan penyobekan sachet.

  Gambar 1. Contoh Sediaan Sachet Serbuk Oral

  Selain untuk mengemas bahan padat seperti serbuk, sachet juga dapat digunakan untuk mengemas bahan cair dan semi-cair. Pengemasan untuk bahan

C. Penggolongan Obat, Jamu, dan Suplemen Berdasarkan Kode Nomor Pendaftaran

  Menurut PerMenKes RI Nomor 949/Menkes/VI/2000, definisi obat jadi adalah sediaan atau paduan bahan-bahan termasuk produk biologi dan kontrasepsi, yang siap digunakan untuk mempengaruhi dan menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

  Obat yang beredar harus memiliki kode nomor pendaftaran atau registrasi yang terdiri dari 15 digit yaitu 3 (tiga) digit pertama berupa huruf, dan 12 (duabelas) digit berikutnya berupa angka. 3 (tiga) digit pertama berupa huruf memiliki artinya sebagai berikut:

  1. Digit ke-1 menunjukkan jenis atau kategori obat,seperti : D  berarti Obat dengan merek dagang (Paten) G  berarti obat dengan nama generik

  2. Digit ke-2 menunjukkan golongan obat, seperti : B  berarti golongan obat bebas T  berarti golongan obat bebas terbatas K  berarti golongan obat keras

  L berarti obat tersebut diproduksi di dalam negeri atau yang diproduksi dengan lisensi.

  I berarti obat diproduksi di luar negeri atau obat impor. X berarti obat yang dibuat dengan tujuan khusus atau program khusus,misalnya obat-obat untuk program keluarga berencana

  (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2000). Menurut PerMenKes RI Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 tentang izin usaha industri obat tradisional dan pendaftaran obat tradisional, definisi obat tradisional atau jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1990).

  Obat tradisional yang akan diproduksi, diedarkan di wilayah Indonesia maupun diekspor terlebih dahulu harus didaftarkan pada Depkes RI (sekarang Badan POM) dan mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. Aturan nomor pendaftaran obat tradisional terdiri dari 11 digit yaitu 2 (dua) digit pertama berupa huruf dan 9 (sembilan) digit kedua berupa angka. Pada 2 (dua) digit pertama memiliki 2 arti yaitu pada digit ke-1 menunjukkan obat tradisional yaitu dilambangkan dengan huruf T (Tradisional), sedangkan digit ke-2

  2. TL  obat tradisional produksi dalam negeri dengan lisensi.

  3. TI  obat tradisional produksi luar negeri atau impor (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

  Di Indonesia suplemen dimasukkan dalam golongan makanan bukan obat. Peraturan Menteri Kesehatan No. 329/Menkes/Per/X2/1976 menyatakan, makanan sebagai barang yang untuk dimakan dan diminum tetapi bukan sebagai obat. Sehingga beberapa suplemen obat yang beredar memiliki nomor pendaftaran makanan dan minuman terdiri dari 14 digit yaitu 2 (dua) digit pertama berupa huruf sedangkan 12 digit berikutnya berupa angka. Huruf pada digit pertama menunjukkan makanan atau minuman dan dilambangkan dengan huruf M, sedangkan huruf pada digit ke-2 menunjukkan lokasi makanan atau minuman tersebut diproduksi (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1976) .

  Contoh kode nomor pendaftaran makanan atau minuman sebagai berikut : 1. MD  makanan atau minuman produksi dalam negeri atau lisensi.

  2. ML  makanan atau minuman produksi luar negeri atau impor (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

  Menurut surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.23.3644 tahun 2004 tentang ketentuan pokok pengawasan suplemen makanan menyebutkan bahwa suplemen makanan gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004).

  Kode nomor pendaftaran untuk suplemen makanan yang beredar menurut PerMenKes RI Nomor 949/Menkes/VI/2000 terdiri dari 11 digit yaitu 2 (dua) digit pertama berupa huruf dan 9 (sembilan) digit kedua berupa angka. Pada 2 (dua) digit pertama memiliki 2 arti yaitu pada digit ke-1 menunjukkan obat tradisional yaitu dilambangkan dengan huruf S (Suplemen), sedangkan digit ke-2 menunjukkan lokasi obat tradisional tersebut diproduksi (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

  Berikut ini adalah kode nomor pendaftaran untuk suplemen makanan:

  1. SD  Suplemen makanan produksi dalam negeri

  2. SL  Suplemen makanan produksi dalam negeri dengan lisensi

  3. SI  Suplemen makanan produksi luar negeri atau impor (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

D. Apotek

  Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

  Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan

  Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/IX/2004, apotek adalah tempat tertentu tempat dilakukan pekerjaan dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan kesehatan semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehaan, yang bertanggung jawab dalam mengelola apotek adalah seorang apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA) (Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2004).

  Adapun tugas dan fungsi apotek bagi masyarakat meliputi :

  a. Sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan; b. Sebagai sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat; c. Menjadi sarana untuk menyalurkan perbekalan farmasi kepada masyarakat secara meluas dan merata (Hartini dan Sulasmono, 2007).

E. Apoteker

  Menurut Kepmenkes RI No.1332/MENKES/SK/X/2002, definisi apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku apotek menyatakan apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Dalam pengelolaan apotek, apoteker harus memiliki kemampuan menyediakan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier, dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan (Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2004).

  Dalam hal membantu masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, maka apoteker di apotek harus senantiasa hadir dan siap untuk melakukan tugas profesionalnya sesuai dengan ilmu yang dimilikinya, yaitu melakukan konseling, pemberian informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang obat yang diterimanya. Peran apoteker di apotek yang tidak kalah penting adalah sebagai manajer yaitu mengelola sumber daya yang ada di apotek dengan maksimal agar apotek dapat berkembang dengan baik. Kedua peran tersebut harus dimiliki oleh seorang apoteker dan harus dilaksanakan secara beriringan (Hartini dan Sulasmono, 2007). praktiknya, tetapi luas dan tingkat dari spesialisasi dalam pengembangan ini akan beragam, bergantung pada tingkat keterlibatan klinik langsung apoteker rumah sakit dengan pasien dan dokter penulis resep atau order (Siregar dan Amalia, 2004).

F. Pelayanan Kefarmasian ( Pharmaceutical Care)

  Pelayanan kefarmasian atau pharmaceutical care adalah suatu bentu praktek yang dilakukan oleh farmasis yang bertanggung jawab terhadap keperluan pasien dalam mengatasi masalah terkait obat (Drug Related Problem) dan menunjukkan tanggung jawabnya dalam memberikan jaminan atas kebutuhan pengobatan pasien yaitu dengan mencapai outcome yang nyata ke arah peningkatan kualitas hidup pasien (Cipolle, 1998).

  Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek menyatakan bahwa pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2004).

  Dalam memberikan perlindungan terhadap pasien, pelayanan kefarmasian berfungsi sebagai berikut: memantau efek samping obat, dan menentukan metode penggunaan obat.

  2. Mendapatkan rekam medis untuk digunakan pemilihan obat yang tepat.

  3. Memantau penggunaan obat apakah efektif, tidak efektif, reaksi yang berlawanan, keracunan dan jika perlu memberikan saran untuk memodifikasi pengobatan.

  4. Menyediakan bimbingan dan konseling dalam rangka pendidikan kepada pasien.

  5. Menyediakan dan memelihara serta memfasilitasi pengujian pengobatan bagi pasien penyakit kronis.

  6. Berpartisipasi dlam pengelolaan obat-obatan untuk pelayanan gawat darurat.

  7. Pembinaan pelayanan informasi dan pendidikan bagi masyarakat.

  8. Partisipasi dalam penilaian penggunaan obat dan audit kesehatan.

  9. Menyediakan pendidikan mengenai obat-obatan untuk tenaga kesehatan.

  (Bahfen, 2006).

G. Pelayanan Informasi Obat

  Sebelum menjelaskan konsep pelayanan informasi obat terlebih dahulu akan pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung inilah yang dinamakan pelayanan”.

  Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek menyatakan bahwa informasi obat adalaha Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah

  

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan

obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus

dihindari selama terapi ( Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat

  Kesehatan, 2004) .

  Definisi pelayanan informasi obat adalah pengumpulan, pengkajian, pengevaluasian, pengindeksan, pengorganisasian, penyimpanan, peringkasan, pendistribusian, penyebaran, serta penyampaian informasi tentang obat dalam berbagai bentuk dan berbagai metode kepada pengguna nyata.

  Informasi lisan sebaiknya juga ditunjang oleh informasi tertulis (misalnya brosur) atau peragaan (contoh: bagaimana cara menggunakan inhaler), Selain komunikasi verbal, digunakan juga komunikasi non-verbal yang dapat mendukung penyampaian informasi dan edukasi, demikian pula komunikasi non- verbal yang ditunjukkan oleh pasiena harus diperhatikan untuk menangkap pesan informasi yang diberikan oleh apoteker sewaktu penyerahan obatnya. Informasi obat yang diberikan pada umumnya mencakup cara penggunaan obat, jangka waktu penggunaan, pengaruh makanan pada obat, penggunaan obat bebas dikaitkan dengan obat resep (Siregar dan Amalia, 2004).

H. Perilaku Kesehatan

  Menurut Notoatmodjo (2002), berpendapat bahwa perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau suatu objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan.

  Perilaku manusia terbagi kedalam 3 ranah, yaitu :

  1. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, dimana dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan mencakup 6 tingkatan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan

  2. Sikap (attitude) Sikap mencakup 4 tingkatan yaitu menerima (receiving), merespon

  (responding), mengharagai (valuing), dan bertanggung jawab (responsible) (Notoatmodjo, 2002).

  3. Praktik atau tindakan (practice) Praktik mempunyai beberapa tingkatan yaitu persepsi (perception), respon terpimpin (guided response ), mekanisme (mechanism), adopsi (adoption)

  (Notoatmodjo, 2002).

I. Keterangan Empiris

  Penelitian ini dilakukan dengan observasi yang diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai ketersediaan sachet serbuk oral, perilaku penggunaan sediaan sachet serbuk oral oleh pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr.Sardjito serta profil informasi yang diberikan oleh apoteker terkait penggunaan sachet serbuk oral. Hal ini diketahui melalui wawancara terstruktur dan pengisian kuisioner oleh pengunjung apotek, sedangkan bagi apoteker dilakukan wawancara terstruktur.

Dokumen yang terkait

Evaluasi penggunaan antibiotika berdasarkan metode Prescribed Daily Dose (PDD) pada pasien anak rawat inap di Bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Januari - Juni 2013.

0 3 77

Evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien kaker prostat yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005.

0 2 147

Evaluasi pemilihan dan penggunaan antibiotika pada pasien kanker payudara pasca kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005.

0 3 115

Evaluasi pemilihan dan penggunaan antibiotika pada pasien kanker payudara pasca kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 - USD Repository

0 0 113

Evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien kaker prostat yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 - USD Repository

0 2 145

Evaluasi drug related problems [DRPs] pada pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 - USD Repository

0 0 150

Evaluasi peresepan pada pasien hepatitis B kronis di instalasi rawat inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2005-2007 - USD Repository

0 0 102

Evaluasi ketersediaan dan perilaku penggunaan cup ukur sediaan cair oral pada pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Juni-Juli 2010 - USD Repository

0 0 137

Evaluasi penggunaan analgetik dan antibiotik pada pasien kanker serviks di instalasi rawat inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Oktober-Desember tahun 2008 - USD Repository

0 0 171

Evaluasi ketersediaan dan perilaku penggunaan obat tetes mata pada pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Juni-Juli 2010 - USD Repository

0 1 154