KORELASI TINGKAT PEMAHAMAN KEAGAMAAN TERHADAP TOLERANSI {studi kasus masyarakat desa Kembangarum, kelurahan Dukuh, kecamatan Sidomukti kota Salatiga tahun 2010) - Test Repository

  

KORELASI TINGKAT PEMAHAMAN

KEAGAMAAN TERHADAP TOLERANSI

{studi kasus masyarakat desa Kembangarum,

kelurahan Dukuh, kecamatan Sidomukti kota

  

Salatiga tahun 2010 )

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memperoleh Gelar Saijana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

  Oleh ROCHMADI 111 05 043

  JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

  ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  2010 PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama : Rochmadi M M : 111 C5 043 Jurusan : Tarbiyah Program studi : Pendidikan Agama Islam Judul : KORELASI TINGKAT PEMAHAMAN

  KEAGAMAAN TERHADAP TOLERANSI (studi kasus masyarakat desa Kembangarum, kelurahan Dukuh, kecamatan Sidomukti, kota Salatiga tahun 2010) Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

  Salatiga, 5 Oktober 2010 Pembimbing N IP .196806131994031004 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Rochmadi NIM : 11105043 Jurusan : Tarbiyah Program Svudi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah.

  Salatiga, 4 Oktober 2010 Rochmadi

  

SKRIPSI

KORELASI TINGKAT PEMAHAMAN KEAGAMAAN TERHADAP

TOLERANSI

  (studi kasus masyarakat desa Kembangarum, kelurahan Dukuh, kecamatan Sidomukti, kota Salatiga)

  

DISUSUN OLEH

ROCHMADI

NIM : 111 05 043

  Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguj i Skripsi Jurusan Kependidikan Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 14 Maret 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI

  Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji

  / : Dr. Imam Sutomo, M.Ag Ketua Penguji

  Sekretaris Penguji Penguji I Penguji II Penguji III

  : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si : D. Islamiyah, M.Ag : Dr - Zakiyudin, M.Ag : Prof. Dr. H. Mansur, M. Ag

  M.Ag '82719831002 MOTTO

  Oi ’ i- , r„ > s r - f : u p a jj

  ,* ( o i

  4Jui a ^ p ^==>1

“Hai manusia. Sesungguhnya Kami mcnciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” . (QS. Al- Hujurat:13). PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan kepada: >

  Kedua orang tuaku (Bapak Kasmin dan ibu Rasmi) >

  Kakak (Rukiyanto) > Adik (Darwati, Bayu Aji Saputra)

> Dosen pembimbing Prof. Dr. H. Mansur, M. Ag,, yang membimbingku

dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.

  > Para dosen yang selalu membimbingku di Ma’had (Mr. M. Hafidz, M.Ag, Mr. Hanung Triyoko, M,Hum, M.Ed, Mr, llammam, M.Pd, Mr, Munajat

  MA). > Para sahabat seperjuanganku PAI B 2005 dalam menyelesaikan perkuliahan.

  > Para sahabat seperjuanganku Ma’had Mahasiswa STAIN Salatiga: > Teman-teman yang ada di Ma’had STAIN Salatiga:

  • M. Khoirul Muna - Muadib Mahasin Muhad/ub - Ahmad Mahsun Anwar Rosyid - Muhyidin Anwar - Samingan - Muntaha Al- Misbah > Dan teman-teman yang mengenalku dan membaca skripsi ini.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan penelitian ini dapat kami laksanakan dan kami selesaikan sesuai rencana.

  Kita sebagai generasi muda islam dalam berperilaku harus sesuai dengan al- Qur’an dan as- Sunnah, maka penelitian ini kami beri judul “Korelasi Tingkat

  Pemahaman Keagamaan Terhadap Toleransi” dengan studi kasus masyarakat Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga. Semoga ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dunia pendidikan dan masyarakat pada umumnya. Amin.

  Pelaksanaan kegiatan penelitian ini tidak akan terwujud tanpa adanya pemberian kesempatan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis sampaikan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua STAIN Salatiga.

  2. Bapak serta Ibu yang tak henti-hentinya memberikan motivasi baik berupa material maupun spiritual.

  3. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag yang sangat sabar dan teliti di dalam membimbing skripsi penulis.

  4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku kaprogdi PAI STAIN Salatiga.

  5. Bapak Ustadz Hafidz, M.Ag selaku pengasuh Ma’had STAIN Salatiga yang telah membimbing dan memotivasi penulis semasa penulis memperdalam ilmunya si Ma’had STAIN Salatiga.

  

ABSTRAK

Rochmadi, 2010. Korelasi Tingkat Pemahaman Keagamaan Terhadap Toleransi

(studi kasus masyarakat Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan

  Sidomukti, Kota Salatiga tahun 2010).

  Skripsi jurusan tarbiyah. Progran studi pendidikan agama islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag,.

  Kata kunci : pemahaman keagamaan dan toleransi.

  Sebagai bangsa yang mempunyai multi agama, keanekaragaman perilaku dan adat istiadat membuat masyarakat Indonesia mempunyai watak yang dipengaruhi oleh agama yang mereka anut. Tetapi karena bangsa Indonesia menyadari nilai-nilai bangsa Indonesia dan nilai-nilai Pancasila beserta penjabarananya dalam UUD 1945, maka perbedaan agama bukanlah suatu hal yang merintangi dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pada dasarnya setiap agama menginginkan hal yang sama. Yaitu kedamaian dalam hidup pada suatu negara dan kebebasan dalam menganut serta menjalankan peribadatan dalam agamanya masing-masing. Rumusan masalah penelitian ini : (1) bagaimana variasi tingkat pemahaman tingkat keagamaan masyarakat Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010.; (2) untuk mengetahui variasi tingkat toleransi masyarakat Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010.; (3) untuk mengetahui tingkat korelasi pemahaman tingkat keagamaan masyarakat Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010.

  Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui variasi tingkat pemahaman keagamaan masyarakat di Desa Kembngarum, Kelurhan Dukuh, Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2010.; (2) untuk mengethui variasi sikap toleransi masyrakat di desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti Tahun 2010,; (3) untuk mengetahui korelasi tingkt pemahaman keagamaan terhadp toleransi masyarakat di Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti Tahun 2010.

  Proses pelaksanaan penelitian ini, renspondennya sebanyak 40 orang masyarakat Desa Kembangarum dan pengumpulan data meggunakan observasi dan interwiew. Sehingga hipotesis yang menyatakan tingkat pemahaman keagamaan ada korelasi terhadap toleransi masyarakat.

  DAFTAR ISI

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  BAB IILANDASAN TEORI A. Tingkat pemahaman keagamaan

  BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

  A. Analisis data korelasi tingkat pemahaman keagamaan

   BAB IV ANALISIS DATA

  

  

  

  

   C. Korelasi tingkat pemahaman keagamaan terhadap toleransi

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  DAFTAR TABEL

  

   Tabel XII Data pengolahan korelasi tingkat pemahaman keagamaan terhadap toleransi

  67

  

BABI

PENDAHULUAN

  Sebagai bangsa yang mempunyai multi agama, keanekaragaman perilaku dan adat istiadat membuat masyarakat Indonesia mempunyai watak yang dipengaruhi oleh agama yang mereka anut. Tetapi karena bangsa Indonesia menyadari nilai-nilai bangsa Indonesia dan nilai-nilai Pancasila beserta penjabarananya dalam UUD 1945, maka perbedaan agama bukanlah suatu hal yang merintangi dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pada dasarnya setiap agama menginginkan hal yang sama. Yaitu kedamaian dalam hidup pada suatu negara dan kebebasan dalam menganut serta menjalankan peribadatan dalam agamanya masing-masing

  Bhinneka tunggal ika merupakan semboyan negeri Indonesia yang menyatakan keanekaragaman orang, sosial, budaya agama dan lain-lain yang mengisis bumi pertiwi ini. Suatu konflik akan dekat kehadirannya dala suatu keragaman. Konflik mempunyai sisi negatis yang kental yang seyogyanya harus di hindari. Konflik dapat menimbuklan huru-hara dan kehancuran dimuka bumi ini. Toleransi datang sebagai obat untuk menghilangkan konflik. Toleransi antar umat beragama menjadi salah satu ciri utama negara Indonesia, disamping prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa dan gotong royong.

  Kita menyadari bahwa masalah kerukkunan umat beragama bukanlah jadi begitu saja, melainkan suasana yang terbentuk melalui rekayasa dalam proses waktu yang panjang mengikuti irama dan gerak perubahan masyarakat. Masalah kerukunan juga buan merupakan suatu yang permanen sifatnya, melainkan suatu yang terkait dengan suasana batin manusia dari umat beragama itu sendiri.

  Suasana umat kerukunan umat beragama yang sudah terbentuk umpamnaya dapat saja berubah kepada keadaan sebaliknya apabila teijadi gangguan. (Harun Nasution 1985:23).

  Untuk itu, di dalam upaya menjaha kemantapan stabilitas kerukunan umat beragama, pentiinga adanya dialog antar umat beragama dalam arti seluas-luasnya agar teyap terpelihara suasana kerukunan yang mantap. Dialog dalam arti luas tidak saja dilakukan untuk meredam peistiwa kerusuhan yang ditimbulkan oleh masalah SARA dan lainnya, tetapi berkaitan juga dengan penggalian dan perumusan konsep-konsepnya dilakukan oleh para ahli dengan disiplin ilmu maupun para agamawan tentang kerukunan berdasarkan ajaran-ajara agamanya. (Harun Nasution 1985:23).

  Untuk itu menjadi tugas kita semua dalam mengupayakan secara jujur dan ikhlas, semua pihak umat beragama harus melmulai terlaksananya praktek- praktek sosial dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencapai kerukunan yang hakiki antar umat beragama, bersatu dan kuat dalam menghadapi berbagai tentangan dan ronrongan dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dimana pihak itu ingin melihat kerukunan teijadi pada tempat tertentu atau untuk kepentingan pribadi atau kelompok saja. (Harun Nasution 1985:23).

  Wajah ajaran islam menyimpulkan adanya perintah “wa’tasimu bihabluminAllah wa habluminannas”. Yang mengandung arti bahwa islam menganjurkan adanya harmonisasi-harmonisasi antara dimensi vertikal agama sekaligus dimensihorisintal dalam kehidupan masyarakat islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan tuhan kepaa masyarakat melalui nabi muhammad Saw sebagai rasul. Islam pada hakikatnya membawa ahjaran-ajaran bukan hanya mengenai satu segi tetapi mengenai beberapa segi kehidupan manusia (Harun Nasution 1985:24).

  Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan tidak bisa lepasa dari bantuan orang lain. Konsep islam mengenai sikap sosial sebagaimana disebutkan bahwa setiap muslim itu adalah saudara. Dipertegas lagi adalam sebuah hadis nabi adalah sebaik-baik umat yang berbuat baik pada umat lainnya. Dari kedua konsep islam tersebut secara tegas bahwa syariat islam mengajarkan bersikap sosial dan seimbang antara sikap terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan sikap terhadap makhluknya. Akan tetapi idealismenya ajaran islam sering kali dalam terapannya menjadi di harmonisasai, dimana agama hanya dipersepsikan sebagai dimensi vertikal saja degan mengabaikan dimensi horisontal. (Harun Nasution 1985:24).

  Sedangkan G. W. Allport mengatakan bahwa pengalaman mistik yang sering kali dipandang sebagai pencapaian tertinggi dari suatu cita-cita atau tujuan keagamaan tidak dengan sendirinya sebagai suatu tanda kematangan (maturitas agama). Sehubungan dengan hal ini, diungkapkan pendapatnya Amin Rais dan Amin Abdullah dalam seminar dengan tema senrel tauhid sosial di UMY, mengatakan bahwa tauhid sosial yaitu mengurutkan adanya kewajiban penegakan keadilan sosial harus pula memperkuat kesadaran etis disamping kesalahan pribadi (D. Islamiyah, 1996:9).

  Begitu baiknya agama islam yang mengatur segalanya sampai pada tingkat toleransi bagi pemeluk agama, realitas di lapangan masih banyak ditemukan siswa sekolah yang tingkat keberagamaanya tinggi belum memiliki tingkat toleransi yang tinggi pula. Akan tetapi sebaliknya semakin tinggi tingkat keberagamaannya semakin tidak toleran.

  Dari uraian di atas, penulis terdorong untuk meneliti mengenai

  “KORELASI TINGKAT PEMAHAMAN KEAGAMAAN TERHADAP TOLERANSI44 masyarakat Desa Kembangarum, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tahun 2010.

  Mengacu pada latar belakang masalah, dapat dirumuskan pokok-pokok masalah penelitian ini antara lain :

  1. Bagaimana variasi tingkat pemahaman tingkat keagamaan masyarakat Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010?

  2. Bagaimana variasi tingkat toleransi masyarakat Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010?

  3. Bagaimana korelasi pemahaman tingkat keagamaan masyarakat Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010?

  1. Untuk mengetahui variasi tingkat pemahaman tingkat keagamaan masyarakat Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010

  2. Untuk mengetahui variasi tingkat toleransi masyarakat Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010.;

  3. Untuk mengetahui tingkat korelasi pemahaman tingkat keagamaan masyarakat Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010 .

  D. MANFAAT HASIL PENELITIAN

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi yang jelas tentang ada tidaknya korelasi antara tingkat pemahaman keagamaan terhadap toleransi. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun teoritis, yaitu :

  1. Secara praktis, apabila ternyata ada korelasi, hal ini berarti terutama bagi diri khususnya dapat memperoleh pemahaman tentang betapa pentingnya tingkat pemahaman keagamaan korelasinya terhadap sikap toleransi, sehingga dengan ini guru akan senantiasa membangkitkan semangat keberagamaan dalam diri muridnya.

  2. Secara teoritik, dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan pada umumnya, khususnya dalam khasanah dunia pendidikan islam yang diperoleh dari penelitian lapangan.

  E. HIPOTESIS Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin salah.

  Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan (Suharsimi Arikunto, 1999:67).

  Sedangkan menurut penelitian penulis, hipotesis adalah anggapan dasar atau kesimpulan awal terhadap masalah penelitian yang mungkin benar atau salah. Hipotesis ini akan diterima jika benar dan ditolak jika salah, berdasarkan asumsi atau anggapan tersebut maka hipotesis dikemukakan bahwa “adanya korelasi pemahaman tingkat keagamaan terhadap toleransi.

  Dalam pembahasan metodologi dibahas beberapa komponen yang meliputi populasi, sampel, variabel penelitian dan difinisi operasional.

  1. Populasi dan sampel Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1999:67).

  Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, populasi adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan disebut populasi atau universe (Sutrisno Hadi, 1987:31). Adapun pengertian sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diselidiki (Suharsimi Arikunto,1999:177). Berdasarkan pendapat diatas, populasi adalah seluruh individu atau pendidik dalam wilayah penelitian yang nantinya akan dikenai hasil penelitian. Populasi ini mencakup masyarakat di Desa Kembangarum Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti tahun 2010, yaitu jumlah warga sedangkan sampelnya adalah 25 % dari populasi.

  2. Variabel penelitian.

  Penelitian ini memfokuskan dua variabel, yaitu tingkat pemahaman keagamaan sebagai variabel pertama sedangkan toleransi di Desa Kembangarum sebagai variabel kedua.

  Untuk menghindari timbulnya beragai persepsi yang keliru dalam penggunaan kata pada judul dan untuk membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, perlu penulis jelaskan kata kunci yang terkandung dan menjadi variabel penelitian. Istilah uang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut: a. Korelasi

  Korelasi berarti hubungan timbal balik, saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Dimaksudkan hubungan antara tingkat pemahaman keagamaan terhadap toleransi dalam suatu masyarakat.

  b. Pemahaman Dalam kamus besar bahasa Indonesia pemahaman berasal dari kata paham yang mendapatkan imbuhan awalan pe dan akhiran an yang berarti mengetahui secara keseluruhan. Dimaksudkan sejauh mana responden dalam pemahaman keagamaan yang dia miliki.

  c. Keagamaan Menurut GW Allport bahwa perasaan agama yang matang (maturitas) dalam pribadi seseorang adalah sebagai suatu sifat yang menanggapi dengan senang dan dengan cara yang sudah menjadi kebiasaan pada objek dan prinsip-prinsip konseptual yang dipandang seseorang sebagai yang sangat penting di dalam kehidupannya yang berkaitan dengan apa dan yang dipandang sebagai yang tetap dan sentral dalam hakikat segala sesuatu (D. Islamiyah, 1996:09).

  d. Toleransi

  Kata toleran berarti sikap kepedulian, sikap menghargai dan menghormati perasaan orang lain serta dapat menempatkan diri pada situasi yang di alami orang lain sehingga dapat ikut merasakannya dan dengan tindakan sebagai perwujudannya.

  Secara kongkrit sikap toleransi yang dimaksud dalam judul penelitian ini adalah perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kembangarum sebagai perwujudan kepekaan sosialnya dalam lingkungan masyarakat. Untuk mengetahui toleransi penulis menentukan indikator sebagai berikut:

  1. Masyarakat lebih mengutamakan kepentingan kelompok dari pada kepentingan pribadi

  2. Masyarakat selalu peka terhadap lingkungan dan teman di kehidupan bermasyarakat.

  3. Masyarakat yang selalu menghargai pendapat orang lain di masyarakatnya

  4. Masyarakat yang selalu membantu dengan tetangganya dalam kehidupan bermasyarakat yang membutuhkan.

  5. Masyarakat yang selalu peduli dengan keadaan tetangganya di kehidupan bermasyarakat.

  6. Masyarakat yang selalu menghargai dan menghormati sesama anggota masyarakat.

  7. Masyarakat menghindari dan menerima bahwa perbedaan itu suatu anugerah Allah sehingga idak perlu untuk dipertentangkan. e. Tingkat pemahaman keagamaan masyarakat.

  Untuk mengukur tingkat pemahaman keagamaan masyarakat, ditentukan indikator sebagai berikut:

  1. Masyarakat melaksanakan sholat wajib beqamaah

  2. Masyarakat yang sering melaksanakan sholat-sholat sunnah

  3. Masyarakat yang melakukan puasa sunah

  4. Masyarakat yang sering menghadiri pengajian atau majlis ta’lim

  5. Masyarakat setelah melaksanakan sholat melaksanakan dzikir dan bermunajad kepada Allah SWT

  6. Masyarakat yang sering membaca Al Qur’an

  4. Teknik Pengumpulan data Untuk mengumpulkan data yang mendukung penelitian ini penulis menggunakan teknik:

  1) Teknik angket Teknik angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 1999:140).

  2) Teknik observasi Istilah observasi sering diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki (Departeman Pendidikan dan Kebudayaan,1987:137). Penulis menggunakan teknik pengumpulan data ini tentang sikap toleransi masyarakat di Desa Kembangarum.

  Jika diketahui rxy maka dilakukan dilakukan analisa uji hipotesis, sehingga hipotesis yang dikemukakan dapat diterimat diterima atau di tolak.

  Dalam penulisan skripsi ini, terdiri dalam lima bab yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN Pada bab 1 pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, hipotesis, metodologi penelitaian dan sistematika penulisan skripsi.

  BAB IILANDASAN TEORI Dalam bab II landasan teori ini diuraikan sebagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian kemungkinan adanya korelasi terhadap sikap toleransi sera bentuk-bentuk indikasi pengaruh tingkat kegberagaman. Adapun isi dari bab

  II berisi tentang penjelasan dari pengertian tingkat pemahaman keagamaan, pengertian toleransi dan hubungan tingkat pemahaman keagamaan terhadap toleransi. Diuraikan juga mengenai teori-teori yang berhubungan dengan tingkat pemahaman keagamaan, tidak ketinggalan diuraikan pula mengenai teori mengenai toleransi antara tingkat pemaaman keagamaan terhadap tolerandi.

  BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN Pada bab III ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data yang berkaitan dengan variabel penelitian, yakni data mengenai tingkat pemahaman keagamaan serta toleransi masyaraka di Desa Kembangarum, juga dilaporkan beberapa hal mengenai lembaga pendidikan yang dijadikan sebagai tempat penelitian, baik itu situasi masyarakat serta kegiatan yang lain.

  BAB IV ANALISIS DATA Pada bab IV analisis data ini, akan dilakukan analisis terhadap data yang terkumpul dengan pentahapan, klasifikasi data, tabulasi data, penghitungan frekuensi dan presentase untuk menjaab terhadap pokok masalah pertama dan kedua. Sedangkan untuk menjawab pokok masalah yang kedua. Sedangkan untuk menjawab pokok masalah yang ketiga yaitu ada tidaknya korelasi tingkat pemahaman keagamaan terhadap toleransi masyarakat di Desa Kembangarum, dengan menggunakan analisis statistik humus koefisien kontingensi.

  BAB V PENUTUP Merupakan bagian akhir penulissan skripsi, akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir dan hasil penelitian. Saran-saran yang berhubungan dengan penelitian dari pihak-pihak terkait dari subjek penelitian.

  

BABU

LANDASAN TEORI

  A. TINGKAT PEMAHAMAN KEAGAMAAN

  1. Pengertian tingkat pemahaman keagamaan Pemahaman kegagamaan disini mengandung pengertian bahwa sampai

  memahami

  simana kemampuan seseorang untuk mengenali atau nilai agama yang mengandung nilai-nilai luhurnya serta mempraktikkan nilai-nilai tersebut dalam bersikap dan bertingkah laku. Hal ini akan terlihat dari

  mengaplikasikan

  kemampuan seseorang untuk memahami, menghayati dan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Ia menganut agama karena menganut keyakinan agam tersebutlan yang terbaik karena itu ia berusaha menjadi penganut yang baik. Keyakinan itu

  keagamaan yang

  dotampilkannya dalam dikap dan tingkah laku mencerminkan ketaatan terhadap agamanya.

  Agama sering dipraktikkan hanya menyangkut hubungan vertikal dengan tuhannya. Sama sekali tidak berkaitan dengan persoalan sehari-hari.

  “kebangkitan

  Dogmatisme dan ritualisme semata bukanlah pertanda agama”karena ada yang amat menDesak masyarakat kita saat ini adalah nilai praktis dan aplikatif dari ajaran-ajaran agama tersebut. Tatkala sebuah konsepsi tentang agama tidak lagi punya makna, ia akan ditinggalkan dan diganti dengan ajaran yang baru. Citra agama harus selali di sesuaikan dengan perkembangan zaman, artinyaa setiap generasi harus melahirkan senduru

  “agama yang layak” agar kehadirannya berarti jamnan atas kelangsungan kemanusiaan universal tanpa pandang bulu. Pada konteks inilha kita menaati perwujudann agama “autentik” yang senantiasa memberi jawaban mrmuaskan atas segala persoalan soaial yang melanda masyarakat.

  Dalam kehidupan kemasyarakatan banyak ditemukan mereka yang beragam itu dilatar belakangi oleh berbagai pengalaman agama serta tipe kepribadian masing-masing. Kondisi ini menrut temuan psikologi agama mempengaruh sikap keagamaan seseorang, dengan demikian pengaruh tersebut secara umum meberi ciri-ciri tersendiri dalam sikap keberagamaan masung-masing. Willian James melihat adanya hubungan antara tingkah laku keagaam seseorang dengan pengalaman keagamaan yang dimilikinya. Dalam bukunya “The Varieties o f religious experience” menilai secara garis besarnya sikap dan perilaku keagamaan itu dapat dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu: (Dr. jalaludin,1966:109) a. Tipe orang yang sakit jiwa (the sick soul)

  1) Tipe ini dilatar belakangi oleh faktor interen (dalam diri) adalah : (a) Tempramen

  Adalah unsur dalam membentuk kepribadian manusia sehingga dapat tercermin dari kehidupan kejiwaan seseorang.

  (b) Gangguan jiwa Tindak tanduk keagamaan dan pengalaman keagamaan yang dita,pilkan tergantung dari gejala gangguan juwa yang mereka hadapi. menjadi tahu dan kemudian mengamalkan nya dalam bentuk amalan rutin yang wajar. Jadi timbulnya keyakinan beragama pada mereka ini berlangsung secara mendadak dan berubah tiba-tiba. 3) Faktor ekstern yang diperkirakan turut mempengaruhi sikap keagamaan secara mendadak adalah :

  (a) Musibah Suatu musibah dapat menggoncangkan jiwa sering menimbulkan kesadaran pada diri manusia berbagai macam tafsiran, yaitu sebagai peringatan dari Tuhan kepada dirimya. (b) Kejahatan

  Munculnya perasaan berdosa, menyesal dan bertobat atas perbuatan jahatnya akan mendorong mereka untuk mencari penyaluran menurut penilaiannya dapat memberi ketentraman jiwa, yaitu kembali kepada agama sehingga akan menjadi penganut agama yang taat dan fanatic (Dr. Jalaludin, 1996:114)

  b. Tipe orang yang sehat jiwa (healthy-Minded-Janes) 1) Ciri-ciri dan sifat agama pada orang yang sehat jiwa menurut W

  Starbuck yang dikemukakan oleh W.H. Clark dalam bukunya

  “Psychology o f Religion ”

  adalah : (a) Optimis dan gembira

  Orang yang sehat jiwa menghayati segala bentuk ajaran agama dengan perasaan optimis. Mereka beranggapan bahwa pahala ritualisme atau ghirah keagamaan yang mengedepankan dalam kehidupan sosial masyarakat ternyata tidak lantas pararel, dengan gelagak yang sama dengan memberi solusi implemaentatif bagi segenap ketimpangan dan penyakit sosial yang melanda masyarakat saat ini (Dr.Jalaludin, 1996: 228).

  Banyak persoalan yang amat mendasar di negeri ini, membutuhkan sumbangsih agama sesegera mungkin untuk menyelesaikannya. Agama tidak bisa disebut berhasil bila hanya membuat pemeluknya khusyu’ berdo’a, tetapi tidak bermanfaat apa-apa dalam meningkatkan kesejahteraan hidup, tidak bersuara apa-apa ketika hak-hak kepentingan masyarakat yang sah diabaikan, hanya menanamkan kebencian tetapi tidak mampu memberikan kedamaian di hati bagi para pemeluknya.

  Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap suatu yang bersifat adikodrati (supranatural) ternyata seakan menyertai manusia dalam ruang lingkup yang luas. Menurut seorang ahli psikolog agama bernama Elisabeth K. Borttinghm berpendapat bahwa agama bukan sesuatu yang dapat dipahami melalui definisi melainkan melalui diskripsi atau menggambarkan tak ada satupun definisi tentang agama yang benar-benar memuaskan.

  Dengan demikian unsur-unsur penting yang terdapat dalam agama ialah: (a) Kekuatan ghaib, manusia merasa dirinya dan berhajat pada kekuatan ghaib itu sebagai tempat minta tolong. Hubungan baik ini dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangan Tuhan.

  3. agama dalam kehidupan individu agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu system nilai yang memuat norma-norma tertentu. Norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Menurut Mc. Guire ,diri manusia memiliki bentuk system nilai tertentu.

  System nilai ini merupakan sesuatu yang dianggap bermakna bagi dirinya. Sytem ini dibentuk melalui belajar dan proses sosialisasi. Perangkat system ini dipengaruhi oleh keluarga, teman, institusi pendidikan dan masyarakat luas (Dr. Jalaludin,1996: 226).

  Kebangkitan agama-agama yang muncul sebagai respon atas semakin derasnya dekadensi moral, melonggarnya nilai-nilai yang dulu sangat dijaga untuk tidak dilanggar di masyarakat, membuat masyarakat beitu peka terhadap persoalan menyangkut etika, misalnya saja tentang pelecehan seksual, pelecehan agama dan lain-lain.

  Sebetulnya hal ini merupakan hal yang positif yang menunjukkan masyarakat kita amasih memiliki kepedulian yang tinggi terhadap situasi sosial dan sekitarnya. Hanya saja pait di telaah lebih lanjut bahwasanya kepedulisn ini cenderung hanya menyemtuh persoalan-persoalan etika bukan hal yang paling mendasar “etika”

  Agama juga berfungsi sdan berperanmemberi pengaruh terhadap individu, baik alam, bentuk sistem nilai, motivasi maupun pedoman hidup.

  Maka pengaruh yang paling penting adalah sebagai bentuk kata hati. Kata hati menurut Erick Fromm adalah panggilan kembali manusia pada dirinya sekaligus membagi kata hati menjadi dua :

  1. Kata hati otoritarian, yang dibentuk oleh pengaruh luar yang berkaitan dengan kepatuhan, pengorbanan diri dan tugas manusia atau penyesuaian solusinya.

  2. Kata hati humanistic, bersumber dari dalam diri manusia sebagai pernyataan kepentingan diri dan integrasi manusia. (DrJalaludin, 1996: 228).

  Apabila keduanya beijalan seiring sejalan dengan harmonis, maka manusia akan merasa bahagia. Karena adanya motivasi yang mendorong sesorang untuk merkreasi, berbuat kebajikan maupun berkorban. Sedangkan nilai etik mendiring seseorang untuk berlaku jujur, menepati janji, sabar dan sebagainya. Sedangkan harapan mendorong seseorang untuk bersikap ikhlas menerima cobaan dan berdoa. Sikap ini akan lebih terasa mendalam jika bersimber dari keyakinan terhadap agama.

  4. Agama dalam kehidupan masyarakat.

  Masyarakat adalah gabungan dari berbagai individu yang terbentuk berdasarkan tatanan sosial tertentu. Dimana masyarkat terbentuk dari adanya solidaritas-solidaritas dan konsensus sebagai dasar dalam organisaso terhadap nilai-nilai dan norma-morma dan memberikan arah dan makna bagi kehidupan kelompok. Unsur solidaritas dan konsensus ini bersumber dari ajaran suatu agama sebagai pedoman hidup sehari-hari. Maka fungsi agama adalah sebagai motivasi dan etos masyarakat.

  Dalam konteks ini maka agama juga dapat menjadi pemecah, bila solidaritas dan konsensus melemah dan mengendor. Kondisi seperti inidapat kita lihat pada masyarakat yang majemuk dan heterogen maka akan memberi pengaruh dalam menjaga solidaritas dan konsensus bersama. Agama sebagai panutan masyarakat, sehingga masalah aga,a tak mungkin dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat.

  5. fungsi agama dalam masyarakat.

  (1) Edukatif Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang dan memberi ajaran-ajaran yang harus dipatuhi.

  (2) Penyelamat Keselamatan yang diberikan agama meliputi dua alam yaitu kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

  (3) Perdamaian Seseorang yang bersalah dan berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama melalui taubat, penyucian jiwa ataupun penebusan dosa. (4) Kontrol sosial

  Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sekaligus sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok.

  (5) Pemupuk solidaritas Dalam ajaran agama dijelaskan bahwa agama itu adalah menjunjung tinggi rasa persaudaraan yang kokoh

  (6) Transformative Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi seseorang atau kelompok mejadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran yang dianutnya.

  (7) Kreatif Agama mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif, melakukan inovasi dan penemuan baru.

  (8) Sublimatif Ajaran agama yang mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja uyang bersifat ukhrawi juga bersifat duniawi (Dr. Jalaludin, 1996:236).

  Sikap toleransi berarti sikap kepedulian, menghargai dan menghormati orang lain serta dapat menempatkan diri pada situasi yang dialami orang lain sehingga dapat ikut merasakannya dan dengan tindakan sebagai perwujudannya. Maka toleransi menjadi bagian dari etika islam itu sendiri, yang diambil dari sumber ajaran islam yaitu al qur’an , hadits, ijma’, qiyas. Sebagaimana hadis nabi:

  “janganlah kalian saling membenci, mendengki, membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Ingat, haram bagi seseorang muslim ....... (tak berbicara) kepada saudaranya lebih dari tiga hari” (HR. Bukhory) islam memberi petunjuk kepada umatnya berupa konsep untuk memelihara persaudaraan, sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup menyendiri tanpa melakukan hubungan dengan manusia lainnya. Hidup bermasyarakat bagi setiap manusia adalah mutlak sifatnya. Dengan kontak sosial seseorang dapat memenuh kepentingan dan kebutuhan pribadinya, juga kebutuhan pada umumnya. Selain itu hubungan sosial juga berfungsi mengangkat harkat hidup dan derajat manusia. Islam mengajarkan umatnya untuk saling mengasihi, menyayangi dan mencintai dan menolong sesama melalui persaudaraan. Selain menyayangi manusia islam juga menyuruh kita mencintai makhluk tuhan yang lain seperti binatang, tumbuhan, alam dan lain-lain.

  Ajaran menggalang persaudaraan ini dianjurkan bukan hanya terbatas antar umat islam sendiri, melainkan antar golongan, suku dan berbagai kelompok masyarakat lainnya (khotimatul Husna, Dkk:106-108)

  Berkaitan dengan perbuatan dan pertanggungjawaban manusia Al Qur’an surat Al Baqarah; 286 : “. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikeijakannya. (mereka berdoa)” untuk manusia pahala bagi perbuatan baik yang dilakukannya, dan siksa bagi perbuatan buruk yang dilakukannya. Setiap apa yang dikeijakan akan mendapat penilaian secara personal dan hanya saja pertanggungjawaban manusia pada pengetahuan, kemampuan dan kesadaran.

  1. prinsip-prinsip etika islam

  a. Etika Terhadap Allah Sebenatnya ajaran islam begitu indah mngatus segala sesuatunya baik ketika “hablu minAllah wahablu minannas wa hablu min’alam” bahkan dalam al Qur’an pun disebutkan bahwa dada pada iwa Rasulullah SAW. Suri Tauladan:

  \ ^ j 4 i . * - . J - - i f ' j

  40 1 0 ° O -*^- * ^ 0 ' J t j j* ^ "* O & “ Lj5-) * / ■ < „ '' r '

  3p I ^ 4hl J5.3J

  Artiny “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (al Ahzab : 21) ( AlQur’an dan teijemahnhannya Departemen Agama RI, 2007:420) Etika terhadap Allah berangkat dari kesadaran yang terpatri tentang tauhid (keesaan Allah). Sebagai sesuatu yang mutlak, tidak ada yang menyamai atau menandungi dalam segala sifat yang dimilikinya. Hal ini diawali dengan pengakuan yang tertera dalam kalimah syahadat tauhid dan syahadat rasul.

  Oleh karena Allah dipahami dan diyakini sebagai yang berhak memiliki pujian, keagungan, kemulyaan dan atasnya lah manusia diberi potensi hingga harsus bersyukur dan tidak sombong, angkuh dan sebagainya. Disinilah kenudian akhlak atau etika kepada Allah menemukan relefansinya, yakni berbuat baik serta mematuhi segala yang diperintah Nya dan mematuhi larangan-Nya. b. Etika terhadap rasul Rasul merupakan orang-orang terpilih dan terpiji karena segala perbuatannya dikontrol langsung oleh Allah. Oleh karena itu etika islam mengajarkan menaati Muhammad dalam kehidupan sehari-hari. Sebab apa yang menjadip perkataan, kebiasaan dan perbuatannya merupakan merupakan bagian tak terpisahkan dari ajaran iislam sekaligu ssebagai “uswatuh Khasanah” penyempurna akhlak manusia di muka bumi.

  c. Etika antar sesama manusia Manusia lahir kemuka bumi sebagai kholifatullah, sehingga manusia mengemban tugas dan tanggungjawab yang dipikulnya. Ajaran agama islam mengatakan bahwa etika terhadap sesama manusia merupakan bagian penting yang harus dikeijakan untuk dapat menilai kualitas kemanusiaan yang telah tuhan berian kepada tiap-tiap manusia itu sendiri.

  Kebaikan dan kejahatan inilah puncak penilaian tuhan terhadap manusia.

  d. Etika terhadap lingkungan Etila islam mengajarkan kepada manusia untuk menghormati, menghargai dan menjaga lingkungan sekitarnya. Kerusakan alam sekitar merupakan kerusakan yang ditimbulkan perbuatan manusia yang dzalim (aniaya) terhadap dirinya sendiri dan alam (Dr. H. Muoch Qosim Mukhtar,2007:28). Apabila orang-orang muslim khususnya mampu menjadikan etika islam sebagai prindip universal, kehadiran islam sebagai agama yang mendamaikan dan menyelamatkan akan benar-benar dirasakan oleh setiap manusia. Sehingga stereotype yang diberikan bangsa barat bagi kaum muslim islam yang selalu tampil dengan wajahnya yang sangar, menakutkan, tidak bersahabat dengan umat agama lain dan sebagainya. Hal itu perlu reinterpretasi untuk mampumenjadikan umatnya benar-benar rahman dan rahim bagi seluruh alam.

  Pemeluk islam yang memahami islam masih sedikit sehingga merupakan agama yang dipeluk mayoritas pemeluknya. Memahami kondisi demikian, karena pemahaman kita tentang ajaran islam sangat lemah justru al qur’an tidak dibaca ecara kritis (Syaruddin ahmad,2004 :15).

  2. Moral dan etika Dalam bahasa inggris, Etnic berarti system of moral principles, atau system of moral standar values. Secara terminologi etika didefinisikan sebagai

  “The normative science of the coundact to be right or wrong to be good or bad”. Secara singkat etika dapar di definisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang kesusilaan (moral) (Dr. H. Muoch Qosim Mukhtar,2007:28).

  Secara etimologis etika juga memiliki makna yang sama dengan moral, tetapi secara terminologis dalam posisi tertentu etika memiliki mekna yang berbeda dengan moral. Sebab etika memiliki tiga posisi, yakni sebagai system nilai, kode etik dan filsafat moral.

  Sebagai sistem nilai etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya atau dapat dipahami sebagai etika islam, etika budha, etika kristen dan sebagainya. Dalam posisi ini pula makna etika sama dengan morak. Pengertian moral sebagai system nilai juga dapat dilihat dalam definisi franz magnis susenoyang mengartikan etika sebagai keseluruhan norma dan penilaian yang digunakan oleh masyarakat untuk mengetahui bagaimana seseorang seharusnya menjalankan kehidupannya, bagaimana seseorang membawa diri, sikap-sikap dan tindakan yang mana yang harus seseorang kembangkan agar hidup sebagai manusia berhasil.

  Sebagai kode etik, etika berari asas atau nilai moral. Disini etika menjadi landasan sesuatu aturan profesi yang tidak boleh dilanggar. Posisi etika yang lain adaah sebagai filsafat moral sekaligus sebagai ilmu. Pengertian ini terwakili melalui pengertia n yang dikemukakan oleh Berters Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap daik dan buruk ) menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Dalam posisi inilah etika berarti filsafat moral.

  3. Moral dan akhlak Akhlak merupakan konsep morak dalam islam, nabi sendiri di uttus oleh Allah dimika bumi untuk menyempurnakan akhlak. Hal ini berarti bahwa akhlak identik dengan moral dengan dengan substnsi wacana pada nilai-nilai kemanusiaan ibnu maskawih (320-421/932-1030) mengartikan akhlak sebagai “a taste of the soul which causes it to perform it is action without or deiberation”. Keadaan jiwa yang karenanya menyebabkan muncunya perbuatan-perbuatan tanpa pemikiran atau pertimbangan yang mendalam.

  Definisi senada juga dikatakan oleh imam al gazali “ akhlak adalah keadaan sifat yang tertaman dalam jiwa yang darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan

  4. faedah mempelajari etika bangunan doktrin agama mewujud dalam simbol-simbol ritual dan perangkat nilai yang wajib dihayati pemeliknya untuk pembentukan kesalehan pribadi dan memelihara keberlangsungan hidup agama itu sendiri. Cara pandang dari dimensi ritual dengan pemaknaan agam acesara fungsional memiliki bobot kualitas religius sehingga melahirkan integritas pribadi terhadap nasib umat serta penghormatan terhadap harkat manusia (Drs. Imam Sutomo, Dkk. 1999:1) adapun faedah mempelajari etuka sebagai berikut: a. memberikan arah dan orientasi ketika harus menentukan baik buruknya perbuatan.

  b. Etika tidak dapat menjadikan menusis baik, tetapi dapat membukakan matanya untuk melihat baik dan buruk.

  C. KORELASI TINGKAT PEMAHAMAN KEAGAMAAN TERHADAP TOLERANSI Idealiasme ajaran normatif tidak selamanya terwujud indah dalam realitas sosialnya, kalau tidak dikatakannya kontradiktif, daya serap individu dan pengaruh lingkungan memberi warna khusus pada individu dalam memaknai agamanya.

  GW All Port yang dikutip oleh Djami’atul islamiyah mengemukakan dalam “sikap keagamaan intrinsik-ekstrinsik tinjauan tipologi adalah religious orientation and prejudice mengenai hubungan kadar religiusitas dengan toleransi sebagai berikut.: “orang yang mempunyai kadar religiusitas tinggi tidak memiliki toleransi yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang rajin ke tempat ibadah cenderung lebih tidak toleran terhadap minoritas etnis ketimbang yang tidak rajin. (Dra. Djami’atul Ialamiyah:73) masalahnya adalah mengapa atas agama orang dapat membenarkan keimanan sementara banyak orang beijuang mati-matian juga dimotivasi oleh agama. Perlu dipertanyakan bahwa agama itu sendiri yang membuat seseorang menjadi prejudice dan tidak toleran. Karena pada kasus lain agama justru mampu menjadi motivasi bagi seseorang untuk berlaku saleh. All Port juga menolak anggapan bahwa faktor pendidikan lah yang mempengaruhi tingkat prejudice seseorang, artinya semakin rendah tingkat pendidikan seseorang semakin tinggo tingkat prejudicenya dan sebaliknya (Dra. Djami’atul islamiyah : 73). Membangkitkan kesadaran yang lebih tinggi dalam diri manusia mengenai hubngan dengan Tuhan dan sesamanya. Agama meripakan sikap peduli yang sungguh-sungguh, keyakunan dan tindakan merupakan kesatuan iman tanpa tindakan akan tumpul dan sis-sia, tindakan tanpa iman akan ta berdasar dan tak terarah, keduanya harus bersama-sama (Muh. Sugaidi Ardani, Kamdani.

  1997:18).

  Dalam bukunya “Etiks Intervensi Negara Perspektif Etika Politik Ibnu Taimiyyah” Ibnu Taimiyyah juga mengemukakan bahwa syari’at islam adalah menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar, memeng penegakan amar ma’ruf dan nahi mungkar pararel dengan upaya perwujudan terciptanya sebuah tata sosial tertib hukum yang adil dan beriman kepada Allah serta mrealisasikan syari’at (M.