Upaya yayasan Dharma Bakti Sosial(Dharmais)dalam memberdayakan ekonomi masyarakat di desa Cimandala kecamatan Sukaraja Bogor

(1)

UPAYA YAYASAN DHARMA BAKTI SOSIAL (DHARMAIS) DALAM MEMBERDAYAKAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA

CIMANDALA KECAMATAN SUKARAJA BOGOR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)

Disusun oleh Yana Maryana 104054002105

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ABSTRAK

Yana Maryana

Upaya Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS) dalam Memberdayakan Ekonomi Masyarakat di Desa Cimandala Kecamatan Sukaraja Bogor.

Pemasalahan sosial yang banyak berkembang di dalam masyarakat mau tidak mau suka tidak suka memerlukan perhatian untuk diatasi dengan segera. Permasalahan sosial tersebut diantaranya adalah kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial, kerawanan sosial ekonomi serta kerentanan sosial warga masyarakat yang semua ini berpotensi menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial. Sejak adanya krisis moneter dan ekonomi pada tahun 1997 telah berdampak pada menurunnya kemampuan daya beli kelompok masyarakat miskin, situasi keterbatasan dan minimnya ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga dan masyarakat dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial, kondisi yang menyebabkan hak penyandang cacat untuk tumbuh kembang dan berkreasi tidak dapat terpenuhi,meningkatnya jumlah rumah tangga miskin dan angka putus sekolah diberbagai tingkat pendidikan, menurunnya kesempatan kerjadan maraknya berbagai konflik sosial dan politik yang muncul diberbagai daerah.

Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Masyarakat adalah kelompok manusia yang telah hidup cukup lama dan bekerja sama sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya untuk berfikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

Pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dan dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan nasional.

Untuk itu dengan melalui pemberdayaan ekonomi, masyarakat di yayasan DHARMAIS Kabupaten Bogor dapat mengembangkan kemampuan yang mereka miliki melalui pelatihan keterampilan-keterampilan sehingga dalam diri tumbuh jiwa mandiri dan rasa percaya diri untuk melakukan sesuatu di lingkungan masyarakatnya.

Penelitian ini mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan oleh Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS) dalam memberdayakan masyarakat melalui keterampilan tata rias dan bengkel terhadap anak-anak jalanan dan anak putus sekolah (Droup out), dengan memakai metode kulitatif-deskriptif melalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi diketahui bahwa obyek yang diteliti adalah peserta yang ada di Yayasan DHARMAIS. Pembekalan keterampilan yang diberikan sangat beragam di antaranya adalah keterampilan menata rias yang terkait dengan kegiatan penataan wajah dan rambut yang dikhususkan untuk putri angkatan I serta pelatihan bengkel yang terkait dengan kegiatan bongkar pasang sepeda motor yang dikhususkan untuk putra angkatan II. Pelatihan keterampilan


(3)

ini bertujuan untuk membekali masyarakat agar mampu mandiri dan mampu mengembangkan potensi diri dengan keahlian yang telah mereka miliki.

Dengan adanya program keterampilan tata rias dan bengkel di yayasan DHARMAIS peserta pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, dapat menciptakan jiwa mandiri yang mampu menciptakan usaha yang berkaitan dengan keahlian yang pernah mereka dapat di yayasan serta dapat menghasilkan tenaga kerja yang terampil.


(4)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahhi rabbil’alamin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan kasih sayang-Nya kita dapat menikmati indahnya kehidupan di dunia ini, dan semoga kasih sayang-Nya tetap menyertai kita sampai di kehidupan mendatang. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda Rasulullah SAW, sebagai suri tauladan kita menuju jalan yang diridhoi-Nya.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kategori sempurna, sekalipun penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik, namun pasti masih ada kekurangan dan kelemahan baik dari segi isi atau teknik penyusunannya. Dengan demikian, penulis membuka diri untuk menerima masukan dan kritik yang konstruktif demi perbaikan skripsi dan diri penulis sendiri sebagai bahan evaluasi dan instrospeksi diri sekarang dan di masa yang akan datang.

Berkat keridhoan Allah SWT sematalah akhirnya penyusunan ini dapat diselesaikan. Serta tak lupa penulis menyampaikan ungkapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, arahan terhadap penyusunan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kedua orangtuaku (Bapak Uar Suherman dan Ibu Rahmawati) di Bogor, terima kasih atas segala kasih sayangnya yang tidak terhingga sepanjang


(5)

hayatku dan tanggung jawabnya untuk mendidik putra-putrinya menuju masa depan gemilang serta memberikan support tanpa henti pada penulis. 2. Kepada ketiga adikku Yani Maryani, Linda Susilawati dan Muhammad

Nasrullah yang saya cintai, kalian adalah penghibur setia dalam suka dan dukaku.

3. Kepada semua sanak familiku di Sukabumi, yang telah banyak membantu dan memberikan motivasinya pada penulis.

4. Dr. Murodi, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Wati Nilamsari, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Prof. Dr. Syamsir Salam, M.Si. sebagai Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2003.

8. Drs. Helmi Rustandi, MA., selaku Pembimbing penulisan Skripsi ini yang telah memberi arahan dan bimbingan kepada saya dalam penyusunan karya ilmiah ini

9. Bapak Drs. H. Nawasih (selaku Kepala Pusat Diklat Yayasan DHARMAIS), yang telah memberikan izin penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.


(6)

10.Bapak H Achmad Afif (selaku kepala Balai Diklat Yayasan DHARMAIS) yang telah berbaik hati memberikan waktu dan informasinya tentang semua hal yang berkaitan langsung dengan yayasan.

11.Ibu Tedja Miarsih (selaku pengurus bagian Tata Usaha) yang telah banyak membantu dengan kesabaran dan perhatiannya terhadap penulis hingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya.

12.Kepada Teman-temanku seluruh peserta pelatihan keterampilan serta semua pengurus Yayasan DHARMAIS yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, yang telah banyak membantu dan memberikan informasi data-data pada penulis.

13.Buat teman-temanku mahasiswa PMI teruntuk Cucun Sumiati S. Sos. I, Imas Rusmini S. Sos. I, Munasaroh S. Sos. I dan Al Hasanah S. Sos. I, kalian adalah inspirasi dan support dalam setiap karya dan imajinasiku yang tiada habisnya serta teman-temanku yang lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu tapi tidak mengurangi rasa cintaku kepada kalian semua.

14.Kepada Isa Suryosuseno yang selalu jauh di mata tetapi dekat di hati, yang telah memberikan warna dalam hidupku, semoga Allah memberikan Ridha dan limpahan kasih sayangnya sehingga kita dipertemukan dalam satu ikatan.

15.Kepada Rental L@VHEN’SQ yang telah banyak membantu penulis siang dan malam dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga kebaikan mereka diridhoi Allah SWT dan mendapatkan pahala dari-Nya.

Jakarta, 16 Maret 2008


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ... 15

A. Masyarakat ... 15

1. Pengertian Masyarakat ... 15

2. Ciri-ciri dan Kriteria Masyarakat ... 17

3. Tipe-tipe Masyarakat ... 20

B. Pemberdayaan Masyarakat ... 21

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 21

2. Proses Pemberdayaan Masyarakat... 23

3. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat... 24

4. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ... 28

5. Aras Pemberdayaan Masyarakat ... 29

C. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ... 32

1. Pengertian Ekonomi Masyarakat ... 32

2. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi masyarakat ... 33

3. Peningkatan Sumber Daya Manusia ... 34

4. Kebijakan Ekonomi yang Memihak Rakyat ... 37

BAB III GAMBARAN UMUM DESA CIMANDALA DAN YAYASAN DHARMA BAKTI SOSIAL (DHARMAIS) ... 38

A....Profil Desa Cimandala dan Kabupaten Bogor ... 38

1....K ondisi Geografis Desa Cimandala ... 38

2....K ondisi Demografis Desa Cimandala ... 41

3....K ondisi Sosial Kemasyarakatan Desa Cimandala... 42

4....K ondisi Agama Desa Cimandala ... 45

5....K ondisi Ekonomi Desa Cimandala ... 46


(9)

B....Profil

Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS) ... 49

1...Latar Belakang Berdirinya DHARMAIS ... 49

2....Visi dan Misi DHARMAIS ... 51

3....Tujua n DHARMAIS ... 51

4....Mana jemen DHARMAIS ... 51

5....Obye k Sasaran ... 57

6....Syara t-syarat dan Prosedur Penerimaan ... 57

7....Fasili tas Penunjang Kegiatan Yayasan DHARMAIS ... 58

8....Kerja sama ... 58

9....Sumb er Dana ... 58

10....Progr am-Program Pemberdayaan Masyarakat... 59

11....K iprah DHARMAIS dalam Memberdayakan Ekonomi Masyarakat ... 59

BAB IV ANALISIS UPAYA YAYASAN DHARMA BAKTI SOSIAL (DHARMAIS) DALAM MEMBERDAYAKAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA CIMANDALA KECAMATAN SUKARAJA BOGOR ... 62

A. Upaya Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS) Dalam Memberdayakan Ekonomi Masyarakat Di Desa Cimandala Kecamatan Sukaraja Bogor ... 62

1....U paya Pemberdayaan Masyarakat Melalui Keterampilan ... 63

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberdayaan Masyarakat Melalui Keterampilan Tata Rias dan Bengkel ... 70

BAB V PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran-saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 01 Batas Wilayah Desa Cimandala ... 40

Tabel 02 Jumlah Penduduk Menurut Struktur Umur ... 42

Tabel 03 Keadaan Lembaga Sosial Kemasyarakatan ... 43

Tabel 04 Tingkat Jumlah Pemeluk Agama ... 45

Tabel 05 Sarana dan Prasarana Kegiatan Keagamaan ... 46

Tabel 06 Mata pencaharian/pekerjaan Penduduk Desa Cimandala ... 48

Tabel 07 Data Peserta yang Mengikuti Pelatihan keterampilan ... 64

Tabel 08 Gambaran Peserta di Lihat Dari Keterampilannya... 65

Tabel 09 Waktu Pelaksanaan ... 66

Tabel 10 Kualifikasi Tenaga Pengajar ... 72


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah kemiskinan merupakan isu sentral di Negara kita, terutama setelah Indonesia dilanda krisis multi dimensional yang memuncak pada periode 1997-1999. gejalanya berawal dari krisis moneter dan ekonomi yang tidak bisa dihadapi karena semakin tumpang tindihnya berbagai permasalahan seperti kolusi , korupsi dan nepotisme yang merajalela. krisis ini membawa dampak yang secara keseluruhan dirasakan oleh masyarakat Indonesia yaitu dengan bertambahnya jumlah rumah tangga miskin di pedesaan maupun di perkotaan yang disebabkan hilangnya pekerjaan dan hilangnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yaitu pendidikan, kesehatan dasar dan sosial.

Badan pusat statistik mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia pada maret tahun 2007 sebesar 37,17 juta (16,58%), atau turun 2,13 juta dibandingkan maret tahun 2006 yang mencapai 39,30 juta (17,75%).

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2006 sebesar 39,05 juta (17,75 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Februari 2005 yang berjumlah 35,10 juta (15,97 persen), berarti tingkat kemiskinan meningkat 1,78 persen, atau bertambah sebanyak 3,95 juta orang.1

1


(12)

Kemiskinan dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat yang mencegah atau merintangi seseorang dalam memanfaatkan kesempatan yang ada di masyarakat. faktor penghambat tersebut secara umum meliputi faktor internal yang datang dari dalam diri si miskin itu sendiri, seperti rendahnya pendidikan atau adanya hambatan budaya. Sedangkan yang merupakan faktor eksternal adalah dari luar kemampuan orang yang bersangkutan, seperti birokrasi atau peraturan-peraturan resmi yang dapat menghambat seseorang dalam memanfaatkan sumber daya.2

Parsudi Suparlan mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.3

Standar kehidupan yang rendah ini secara tidak langsung tampak pengaruhnya terhadap berbagai aspek sosial, ekonomi, psikologi, pendidikan dan politik. Aspek sosial terutama akibat terbatasnya pemilikan alat produksi, upah kecil, daya takar rendah, tabungan nihil dan lemah mengantisipasi peluang. Dari aspek psikologi terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas dan merasa terisolir. sedangkan dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambilan keputusan.4

2

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Rafika Aditama, 2005), hal. 135

3

Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995), hal. 1

4


(13)

Kemiskinan bukanlah merupakan masalah individu atau perorangan, akan tetapi masalah kita bersama yang pengentasannya harus dilakukan oleh segenap masyarakat luas, orang miskin itu sendiri dan pemerintah.

Dengan adanya berbagai program dalam upaya mengentaskan kemiskinan adalah merupakan wujud kepedulian masyarakat dan pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan yang pada realitanya semakin meningkat.

Maka tidak mengherankan mengapa masalah kemiskinan ini telah mengundang banyak pakar untuk mencari solusi yang berkaitan dengan masalah tersebut dari berbagai aspek kehidupan, salah satu pendekatannya adalah dengan adanya usaha pengokohan lembaga-lembaga atau instansi-instansi yang bergerak dalam bidang sosial. Atas dasar itulah saya merasa tertarik untuk mengadakan penelitian pada salah satu yayasan yang bergerak dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti yang dilakukan oleh Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS) yang berada di desa Cimandala Kecamatan Sukaraja Bogor.

DHARMAIS merupakan yayasan yang bergerak dalam kegiatan-kegiatan sosial di antaranya tentang pendidikan bagi anak putus sekolah (drop out), pengangguran dan pemberdayaan ekonomi.

Dalam upaya menanggulangi permasalahan kemiskinan pada tahun 2004 DHARMAIS bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor untuk melakukan upaya pemberdayaan terhadap masyarakat Cimandala Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor memberikan berbagai keterampilan hidup (life skill) guna membekali mereka suatu keahlian yang nantinyan dapat digunakan untuk


(14)

menjalankan kehidupannya secara mandiri, aktif, kreatif dan produktif serta memiliki semangat untuk maju dan berkembang.

Pemberdayaan diartikan sebagai upaya mengembangkan masyarakat lemah dari keadaan yang tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya yang bertujuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.5

Menurut Payne bahwa suatu proses pemberdayaan pada intinya ditujukan guna membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki antara lain melalui transfer daya dari lingkungan.6

Bentuk kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh DHARMAIS sendiri dalam implementasinya dilakukan melalui bentuk keterampilan yaitu berupa keterampilan tata rias dan perbengkelan.

Bentuk kegiatan pemberdayaan yang dilakukan melalui keterampilan tata rias berupa pengenalan berbagai tipe sanggul pengantin, berbagai macam alat kosmetik riasan wajah dan rambut serta berbagai macam tipe riasan atau tata cara bermake up yang sesuai dengan keinginan klien. Sedangkan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan melalui keterampilan perbengkelan berupa

5

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi Komunitas, Pengantar Pemikiran Dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2001) hal. 54

6


(15)

keahlian membongkar pasang aksesoris motor sampai mereparasi setiap kerusakan-kerusakannya.

Peserta didik yang sudah terampil dalam tata rias dan perbengkelan, yayasan DHARMAIS akan memberikan dana bantuan atau modal untuk membuka usaha salon dan bengkel, dengan begitu mereka akan mampu mendayagunakan keterampilan yang sudah didapat pada lapangan kerja yang sesungguhnya.

Adapun penulis memilih Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS) sebagai obyek dalam penelitian ini karena penulis melihat eksistensi yang diperlihatkan oleh DHARMAIS dengan bentuk programnya dalam memberdayakan ekonomi masyarakat melalui keterampilan tata rias dan perbengkelan mempunyai peranan yang sangat positif dalam upaya menanggulangi permasalahan kemiskinan yang ada di Kabupaten Bogor. Setidaknya melalui program yang dilakukan oleh DHARMAIS ini dapat membekali masyarakat suatu keahlian hidup sehingga nantinya masyarakat mampu menjalankan kehidupannya secara mandiri dan siap menghadapi setiap momentum yang meresahkan seperti krisis ekonomi yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud mengangkat permasalahan tersebut dan kemudian menuangkannya dalam skripsi yang berjudul: Upaya Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS) dalam Memberdayakan Ekonomi Masyarakat di Desa Cimandala Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor melalui Keterampilan Tata Rias dan Perbengkelan.


(16)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami isi, maka penulis membatasi penelitian ini adalah analisa atas Upaya Yayasan Dharma Bakti Sosial dalam Memberdayakan Masyarakat di Desa Cimandala Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor melalui Keterampilan Tata Rias dan Perbengkelan angkatan 2007/2008.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan di atas maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:

a. Bagaimana upaya pemberdayaan masyarakat di yayasan DHARMAIS melalui program keterampilan tata rias dan bengkel di Kabupaten Bogor?

b. Apa faktor pendukung dan penghambat dari kegiatan tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. T

ujuan Penelitian

a. Mengetahui upaya pemberdayaan masyarakat di yayasan DHARMAIS melalui program keterampilan tata rias dan bengkel di Kabupaten Bogor


(17)

2. M anfaat Penelitian

a. Sebagai bahan kajian dalam bidang sosial khususnya tentang pengembangan masyarakat pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Diharapkan dapat bermanfaat bagi para pengelola yayasan DHARMAIS sebagai bahan masukan yang dapat dipergunakan dalam mengembangkan dan meningkatkan program kegiatan keterampilan untuk menekan angka pengangguran yang disebabkan oleh kemiskinan dalam segala aspek.

c. Mengenal lebih jauh eksistensi yayasan DHARMAIS sebagai salah satu lembaga yang peduli terhadap masalah kemiskinan dengan melakukan pemberdayaan.

d. Untuk menambah wawasan penulis berkaitan konsep dan metodologinya.

D. Metodologi Penelitian

1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Pada penelitian ini penulis mengambil tempat di yayasan DHARMAIS di Jl. Dharmais Rt.6 Rw.1 Ds. Cimandala Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Jawa Barat. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: lokasi yayasan DHARMAIS yang sangat


(18)

strategis dan dekat dari tempat tinggal sehingga mudah untuk dijangkau oleh penulis dan adanya program pengembangan masyarakat yang diadakan oleh yayasan DHARMAIS untuk meningkatkan kehidupan ekonomi peserta pelatihan keterampilan. dari segi waktu, penelitian ini dilakukan mulai tanggal 14 maret 2007 sampai dengan 25 september 2007.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.7

Dengan demikian laporan penelitian ini akan berisi kutipan –kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan. Data tersebut berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.kemudian peneliti menganalisis data-data tersebut sejauh mungkin dalam bentuk aslinya.

3. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian

Subyek dalam peneltian ini adalah pengurus yayasan Dharmais yang terdiri dari ketua balai yayasan Dharmais, guru-guru (24 orang), tutor (2 orang). Adapun untuk data informan yaitu anak-anak putus sekolah yang berjumlah 78 orang yang mengikuti keterampilan, baik keterampilan tata rias (40 orang) dan bengkel (38 orang).

7

Bagor dan Taylor yang dikutif oleh Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,


(19)

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data yaitu: a. Data Primer, terbagi menjadi dua sumber data yaitu:

a) Utama yaitu data yang diperoleh secara langsung dari partisipan atau sasaran penelitian, yaitu pengurus Yayasan DHARMAIS. b) Umum yaitu data yang diperoleh dari peserta pelatihan

keterampilan tata rias dan bengkel dengan bertemu langsung secara sengaja.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari sumber yang terkait. Catatan dan dokumen tersebut diambil dari berbagai literatur-literatur, buku-buku, koran dan internet yang berhubungan dengan masalah skripsi ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dari penelitian lapangan ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data berupa:

a. Observasi

Yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.8 Dengan demikian penulis diharapkan dapat memperoleh data-data tentang upaya

8

Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 70


(20)

yayasan DHARMAIS dalam memberdayakan masyarakat di Desa Cimandala Kecamatan Sukaraja Bogor.

Peneliti menggunakan metode pengumpulan data. Pengamatan berperan serta “atau participant observation” oleh Karen itu pada waktu mengumpulkan data dilapangan peneliti berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.

b. Wawancara

Yaitu proses Tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan di mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi atau keterangan-keterangan. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan pendapat, persepsi, perasaan, pengetahuan dan pengalaman serta penginderaan seseorang dengan tujuan memperoleh informasi. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan bagian tata usaha yayasan DHARMAIS ibu Tedja Miarsih, Ketua Balai DIKLAT yayasan DHARMAIS bapak H. Achmad Afief dan para peserta khususnya yang mengikuti program keterampilan tata rias dan bengkel pada tahun 2007.

c. Dokumentasi

Yaitu peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai macam bentuk data tertulis yang ada di lapangan serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam buku dan majalah.


(21)

6. Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses penyusunan data agar bias ditafsirkan dan memberikan makna pada analisis. Penafsiran hasil analisis data harus melebihi atau mentransenden deskripsi. Model analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sasaran penelitian ini adalah kegiatan analisis data meliputi kegiatan reduksi data. Reduksi yaitu menganalisa sesuatu secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan sebelumnya yang lebih sedrhana9. Display data mengambil kesimpulan dan verifikasi. Kegiatan ini dilakukan sejak memasuki pelaksanaan penelitian di lapangan hingga akhir secara terus menerus.

7. Teknik Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria: a. Kriterium kredibilitas (derajat kepercayaan) yaitu kriterium ini dapat menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan pembanding terhadap data itu (Triangulasi).10 Hal itu dicapai dengan jalan:

9

Pius A Partanto M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,1994), Cet ke 1 h 658

10


(22)

a) Membandingkan dokumen dari penyelenggara dengan data hasil wawancara peserta pelatihan keterampilan (b) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh peserta keterampilan tata rias dan bengkel dengan jawaban yang diberikn pengurus yayasan DHARMAIS Bogor.

b. Ketekunan atau keajegan pengamatan, ketekunan pengamatan bermaksud menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi-situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci, maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.

c. Kepastian dengan pemeriksaan audit, kepastian auditor dalam hal ini ialah objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif. 8. Teknik Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis menggunakan teknik penulisan yang berdasarkan pada pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.


(23)

E. Sistematika Penulisan

Penyajian dalam skripsi ini dijabarkan atas lima bab di mana antara bab yang satu dengan bab yang lainnya saling berkaitan, dan masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab. Untuk lebih jelas berikut sistematikanya:

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Batasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II Landasan Teoritis, terdiri dari: Masyarakat, pengertian Masyarakat, Ciri-ciri dan Kriteria Masyarakat, Tipe-tipe Masyarakat. Pemberdayaan Masyarakat yang terdiri dari: Pengertian Pemberdayaan Masyarakat, Proses Pemberdayaan Masyarakat, Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat, Aras Pemberdayaan Masyarakat, Tujuan Pemberdayaan Masyarakat. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat terdiri dari: Pengertian Ekonomi Masyarakat, Peningkatan Sumber Daya Manusia, dan Kebijakan Ekonomi yang Memihak Rakyat.

Bab III Gambaran Umum Desa Cimandala Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor dan Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS): Profil Desa Cimandala Kecamatan Sukaraja terdiri dari: Kondisi Geografis Desa Cimandala, Kondisi Demografis Desa Cimandala, Kondisi Sosial Kemasyarakatan Desa Cimandala, Kondisi Agama dan Kondisi Ekonomi Desa Cimandala. Profil Yayasan Dharma Bakti Sosial terdiri dari: Latar Belakang Berdirnya DHARMAIS, Visi dan Misi


(24)

DHARMAIS, Tujuan, Manajemen DHARMAIS, Objek Sasaran, Syarat-syarat dan Prosedur Penerimaan, fasilitas Penunjang Kegiatan Program Keterampilan, Kerja Sama, Sumber dana, Program-program Pemberdayaan Masyarakat, dan Kiprah DHARMAIS dalam Memberdayakan Masyarakat

Bab IV Analisis Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Desa Cimandala Kecamatan Sukaraja Bogor: Upaya Pemberdayaan Anak Putus Sekolah Melalui Pelatihan Keterampilan dan faktor pendukung dan penghambat Pemberdayaan masyarakat Melalui Keterampilan Tata rias dan Bengkel


(25)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Masyarakat

1. Pengertian Masyarakat

Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia kata masyarakat berarti pergaulan hidup manusia, sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan dan aturan tertentu.11

Ralp Linton mendefinisikan masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya untuk berfikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.12 Kelompok masyarakat yang belum terorganisasikan mengalami proses yang fundamental, yaitu adaptasi dan organisasi dari tingkah laku para anggota timbul perasaan berkelompok secara lambat laun.

Dari uraian di atas, masyarakat dapat mempunyai arti luas dan arti yang sempit. Dalam arti luas masyarakat dimaksud keseluruhan hubungan– hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Sedangkan dalam arti sempit masyarakat di maksud

11

Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ( Surabaya: Karya AbdiTama, 2001), cet-1, hal. 276

12

Harwantyoko, Neltje F. Katuuk, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Guna Darma, 1997), cet-1, hal. 146


(26)

sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya teritorial, bangsa, golongan dan sebagainya.13

Secara sosiologis, masyarakat atau society dapat diartikan sebagai kumpulan atau kelompok individu-individu yang memiliki beberapa persamaan atau kepentingan dan tujuan. Sementara proses terjadinya bentuk masyarakat merupakan hasil dari interaksi yang dilakukan oleh individu-individu sebagai anggotanya. Dalam interaksi tersebut akan terbentuk suatu sistem sosial yang berdasarkan pada norma-norma yang disepakati oleh para anggota masyarakat yang bersangkutan. Prilaku sosial tersebut dilakukan secara berpola oleh seluruh individu, sehingga melahirkan sutu kebudayaan yang menjadi pedoman bagi masyarakat pendukungnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.14

Sedangkan dalam islam istilah dalam musyarakah dikenal dengan “ummat” dalam umat terkandung makna dan bentuk masyarakat itu sendiri bersifat natural (fitrah) bagi manusia sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:

!" #

$% &'

"() *

+

,

- .

/

+

/

1 2 .

1 2&

Artinya:

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS.Al Hujurat: 13).

13

Harwantyoko, Neltje F. Katuuk, Ilmu Sosial Dasar, hal 147 14

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), cet 25, hal. 26


(27)

Ada beberapa faktor yang menentukan bentuk suatu masyarakat, diantaranya adalah faktor alam atau geografis (determinisme ekologi), kebudayaan, dan atau keyakinan (agama) yang dianut oleh masyarakat.

2. Ciri-ciri dan Kriteria Masyarakat

Menurut seorang sosiolog, Selo Soemarjan sesuai dengan tarap struktur sosial dan kebudayaan, dalam hal ini Negara Indonesia sedikitnya memiliki tiga kategori masyarakat dengan berdasarkan ciri-ciri utama dari masyarakat tersebut yakni masyarakat sederhana, masyarakat madya dan masyarakat pra modern atau masyarakat modern. Lebih lanjut lagi Selo Soemarjan mengemukakan sebagai berikut:

1. Masyarakat Sederhana:

a) Hubungan dalam keluarga dan dalam masyarakat setempat sangat kuat b) Organisasi sosial pada pokoknya didasarkan atas adat-istiadat yang

terbentuk menurut tradisi

c) Kepercayaan kuat pada kekuatan-kekuatan gaib yang mempengaruhi kehidupan manusia, akan tetapi tidak dapat dikuasai olehnya

d) Tidak ada lembaga-lembaga khusus untuk memberikan pendidikan dalam bidang teknologi, keterampilan diwariskan oleh orang tua kepada anak sambil berpraktek, dengan sedikit teori dan pengalaman dan tidak dari hasil pemikiran dan eksperimen.


(28)

f) Ekonominya sebagian besar meliputi produksi untuk keperluan keluarga sendiri atau untuk pasaran kecil setempat, sedangkan sebagai alat penguji/pengukur harga berperan secara terbatas sekali.

g) Kegiatan ekonomi dan sosial yang memerlukan kerjasama orang banyak dilakukan secara tradisional dengan gotong-royong tanpa hubungan kerja antara buruh dengan majikan.

2. Masyarakat Madya

a) Hubungan keluarga tetap kuat, akan tetapi hubungan dengan masyarakat setempat sudah mulai mengendor dan menunjukkan gejala-gejala hubungan atas dasar perhitungan ekonomi

b) Adat-istiadat masih dihormati, akan tetapi sikap masyarakat mulai terbuka bagi pengaruh dari luar

c) Dengan timbulnya rasionalitas dengan cara berfikir maka kepercayaan pada kekuatan-kekuatan gaib baru timbul apabila orang sudah kehabisan akal untuk menanggulangi suatu masalah.

d) Di dalam masyarakat timbul lembaga-lembaga pendidikan formal sampai tingkat sekolah lanjutan pertama, akan tetapi masih jarang sekali adanya lembaga pendidikan keterampilan atau kejuruan.

e) Ekonomi masih memberikan kesempatan lebih banyak kepada produksi buat pasaran, hal mana mulai menimbulkan diferensiasi dalam struktur masyarakat di mana orang semakin meningkat peranannya.


(29)

g) Gotong royong sosial tinggal untuk kepentingan sosial dikalangan keluarga besar dan tetangga, akan tetapi gotong royong untuk kepentingan umum dilakukan atas dasar upah.15

h) Masyarakat Pra Modern/Modern

a) Hubungan antara manusia terutama didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi

b) Hubungan masyarakat-masyarakat lain dilakukan secara terbuka dalam suasana saling pengaruh-mempengaruhi, kecuali (mungkin) dalam penjagaan rahasia-rahasia penemuan baru

c) Kepercayaan kuat pada manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk senantiasa meningkatkan kesejahteraan masyarakat

d) Masyarakat tergolong-golong menurut bermacam-macam profesi serta keahlian yang masing-masing dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga pendidikan keterampilan dan kejuruan

e) Tingkat pendidikan formal adalah tinggi dan merata

f) Hukum yang berlaku pada pokoknya adalah hukum tertulis yang sangat kompleks

g) Ekonomi hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasaran yang didasarkan atas penggunaan uang dan alat-alat pembayaran lain.16

15

Soerjono Soekanto, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Mayarakat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), cet-2, hal. 49-51

16


(30)

Kategori masyarakat berdasarkan dasar derajat struktur sosial dan kebudayaan tersebut di atas, akan dipergunakan sebagai suatu dasar untuk menyoroti masalah-masalah sosial atau masalah-masalah masyarakat Indonesia pada masa dewasa ini.

3. Tipe-Tipe Masyarakat

Elizabeth K. Nothingham membedakan kepada tiga tipe masyarakat, yakni masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral, masyarakat pra industri yang sedang berkembang dan masyarakat industri sekunder.

Masyarakat yang memiliki tipe pertama adalah masyarakat yang kecil, terisolasi dan terbelakang. setiap anggota tipe masyarakat ini bersama-sama menganut agama yang sama, oleh Karena itu keanggotaan mereka dalam masyarakat dan dalam kelompok keagamaan adalah sama. Masyarakat tipe kedua, tidak lagi terisolasi dapat berubah lebih cepat lebih luas daerahnya dan lebih besar jumlah penduduknya, serta ditandai dengan tingkat perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada masyarakat pada tipe yang pertama. Suatu organisasi keagamaan yang bisaanya mungkinpun semua anggota memberi ciri khas kepada tipe masyarakat ini, walaupun ia merupakan organisasi formal yang terpisah dan berbeda, serta memiliki tenaga profesional sendiri. Sedangkan masyarakat tipe ketiga adalah masyarakat yang sudah terbuka, dinamika masyarakat tinggi, perkembangan teknologi sangat maju dan sangat berpengaruh \bagi kehidupan. Pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mempunyai banyak konsekwensi terhadap agama. Masyarakat lebih terbisaa memecahkan masalah hidupnya dengan metode


(31)

empirik, penalar dan efisiensi, oleh karena itu lingkungan yang bersifat sekuler terus semakin meluas, dan hal ini sering sekali mengorbankan lingkungan yang sakral.

B. Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dengan keinginan mereka. Pemberdayaan juga dapat diartikan suatu proses yang relatif terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan.17

Dalam pandangan Islam, agama adalah pemberdayaan. Pemberdayaan harus merupakan gerakan tanpa henti. Istilah pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah asing yaitu: “Empowerment”. Secara leksikal pemberdayaan berarti penguatan. Sedangkan secara teknis istilah pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya diserupakan dengan istilah pengembangan dan istilah ini dalam batasan-batasan tertentu bersifat interchangeable atau dapat dipertukarkan.18 Imang Mansur Burhan mendefinisikan pemberdayaan umat

17

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), cet 3, hal. 54

18

Dra. Nanich Machendrawaty dan Agus Ahmad Syafei M Ag, Pengembangan Masyarakat dari Ideologi Strategi Sampai Tradisi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), h. 41


(32)

atau masyarakat adalah: sebagai upaya membangkitkan potensi umat Islam ke arah yang lebih baik dalam kehidupan sosial, politik maupun ekonomi.19

Masyarakat adalah kelompok masyarkat yang saling terkait oleh sistem-sistem, adat-istiadat, serta hukum-hukum khas dan hidup bersama, atau masyarakat merupakan terdiri dari individu-individu yang secara berkelompok. Masyarakat bisa diartikan kelompok manusia yang saling berinteraksi yang memiliki prasaran-prasarana untuk mencapai tujuan bersama. Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat bersama. Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat dengan jelas proyeksi individu sebagai keluarga, keluarga sebagai prosesnya, dan masyarakat adalah hasil dari proyeksi tersebut.20

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat kita yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, dengan kata lain memberdayakan adalah meningkatkan kemampuan dan meningkatkan kemandirian masyarakat.21

Dari kedua definisi tentang pemberdayaan dan masyarakat secara terpisah maka secara sederhana pemberdayaan masyarakat adalah: bagaimana

19

Imang Mansur, Pokok-pokok Pikiran Tentang Zakat Dalam Pemberdayaan Umat: 1998), hal. 121

20

Murtadha Muktara, Masyarakat dan Sejarah, (Bandung: Penerbit Mizan, 1995), cet ke- V, hal. 15

21

Gunawan Sumodiningrat, Pembangunan Derah dan Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: PT. Bina Pena Pariwara, 1997), cet ke-2, hal. 165


(33)

mengembangkan keadaan atau situasi dari tidak berdaya menjadi berdaya kearah yang lebih baik kepada individu yang hidup secara bersama.22

Penulis menyimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah pengembangan yang berkesinambungan menuju ke arah yang lebih baik atau melakukan pembahasan dan perubahan kepada masyarakat dan bisa diartikan juga bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah gerakan penguatan sosial agar masyarakat yang tadinya lemah baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik diberdayakan sehingga membangkitkan kesadaran masyarakat tersebut dan meningkatkan potensi yang mereka punya.

2. Proses Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai suatu proses adalah proses yang berkesinambungan (on-going) sepanjang komunitas masih ingin melakukan perubahan dan perbaikan dan tidak hanya terpaku pada satu program saja.23

Proses pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima tahapan yaitu:24

a) Menghadirkan kembali pengalaman yang dapat memberdayakan dan tidak dapat memberdayakan

b) Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan tidak pemberdayaan

c) Mengidentifikasi masalah

d) Mengidentifikasi basis daya yang bermakna

e) Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya.

22

Darmansyah, Ilmu Sosial Dasar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hal. 801 23

ibid, hal. 303 24


(34)

Dari uraian di atas bahwa pemberdayaan yang terjadi pada masyarakat, bukanlah suatu proses yang berhenti pada satu titik tertentu tetapi lebih merupakan suatu upaya berkesinambungan untuk meningkatkan daya yang ada.

Proses memberdayakan seseorang atau masyarakat dapat dilakukan melalui tiga tahap yang lainnya seperti: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi seseorang atau masyarakat berkembang. Hal ini dapat dilakukan melalui membangun kepercayaan melalui sharing, membantu orang memahami bidang yang ia tekuni.

Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dalam rangka itu diperlukan langkah-langkah yang lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan, serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat diri makin berdaya memanfaatkan peluang. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan pelatihan yang diperlukan.

Memberdayakan mengandung arti pula melindungi. Pemberdayaan secara pasti dapat diwujudkan, tetapi perjalanan tersebut tidaklah berlaku bagi mereka yang lemah semangat. Dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah. Contohnya dengan memberikan dorongan dan semangat untuk berubah.25

3. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat

Keberadaan masyarakat adalah suatu kemampuan masyarakat untuk mengembangkan potensi dirinya dalam mengembangkan harkat dan martabat

25

Gunawan Sumodiningrat, Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, hal. 165


(35)

lapisan masyarakat dari kondisi tidak mampu menjadi mampu, sehingga dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan yang memungkinkan d apat menciptakan masalah baru.

Menurut Isbandi tahapan-tahapan yang dibutuhkan dalam proses pembedayaan adalah sebagai berikut:

Pertama, menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan, pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong pemberian motivasi dan membangkitkan kesadaran.

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Dalam hal ini diperlukan langkah yang lebih positif dan nyata, serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi semakin berdaya dalam memanfaatkan peluang.

Ketiga, memberdayakan berarti melindungi, karena dalam pemberdayaan harus dapat mencegah yang lemah menjadi semakin lemah.26

Menurut Isbandi juga, pada dasarnya tahapan pemberdayaan yang bisaa dilakukan oleh organisasi pelayanan masyarakat mencakup beberapa tahapan sebagai berikut:27

26

Isbandi Rukminto, Ginanjar Kartasasmita, Pemberdayaan Masyarakat Sebuah Tinjauan Administrasi Pidato Pengkuhan Guru Besar Administrasi dan Fakultas Ilmu Administrasi, (Malang: Universitas Brawijaya, 27 Mei 1995)

27

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta, Universitas indonesia, Edisi Revisi 2003


(36)

a. Tahapan persiapan.

a) Penyiapan petugas ini diperlukan untuk menyamakan persepsi antar anggota tim agen perubah (change agent) mengenai pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan pemberdayaan masyarakat.

b) Penyiapan lapangan ini diperlukan untuk melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran , baik dilakukan secara informal maupun formal.

b. Tahap assessment

Proses assessment yang dilakukan disini dengan mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang dimiliki oleh klien.

c. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan.

Pada tahap ini agen perubah secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.

d. Tahap pemformulasian rencana aksi

Pada tahap ini agen perubah membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.

e. Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial (penting) dalam proses pemberdayaan masyarakat, karena sesuatu yang telah direncanakan akan dapat melenceng dalam pelaksanaan dilapangan


(37)

bila tidak ada kerja sama antara agen perubah dan warga masyarakat, maupun kerja sama antar warga.

f. Tahap evaluasi

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan peugas terhadap program yang sedang berjalan pada pemberdayaan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga.

g. Tahap terminasi

Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran.

Sedangkan menurut Nanich Machendrawaty dan Agus Ahmad Syafe’I, ada tiga tahapan dalam pemberdayaan yaitu:

1. Pemberdayaan pada mata ruhaniyah, dalam hal ini terjadi degradasi moral atau pergeseran nilai masyarakat islam oleh karena itu pemberdayaan jiwa dan akhlak harus leih ditingkatkan.

2. Pemberdayaan intelektual, yang pada saat ini dapat disaksikan betapa umat islam Indonesia sudah jauh tertinggal dalam kemajuan penguasaan teknologi, untuk itu diperlukan berbagai upaya pemberdayaan intelektual sebagai perjuangan besar (jihad).

3. Pemberdayaan ekonomi, masalah kemiskinan menjadi demikian identik dengan masyarakat islam sendiri. Seorang putra islam dalam generasi qur’ani awal terbaik, Saidinan Ali menyatakan “sekiranya kekafiran itu brwujud manusia, sungguh aku akan membunuhnya. Untuk dapat keluar dari himpitan situasi ekonomi seperti sekarang ini, disamping penguasaan


(38)

terhadap life skill atau keahlian hidup, keterampilan berwirausahapun dibutuhkan juga dalam pengembangan dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang selama ini tidak pernah dilihat bahkan keberadaannya sering dipandang merepotkan pembangunan.28

4. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan merupakan upaya untuk meningkatkan harkat lapisan masyarakat dan pribadi manusia, upaya ini meliputi:29

a. Mendorong, memotivasi, meningkatkan kesadaran akan potensinya dan menciptakan iklim/suasana untuk berkembang.

b. Memperkuat daya, potensi yang dimiliki dengan langkah-langkah positif mengembangkannya.

c. Penyediaan berbagai masukan dan pembukaan akses kepeluang-peluang. Upaya pokok yang dilakukan adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan, akses kepada modal, teknologi tepat guna, informasi, lapangan kerja dan pasar dengan fasilitas-fasilitasnya.

Pemberdayaan bukanlah penguatan individu (orang-perorang), tetapi juga pranata-pranata (sistem dan strukturnya), pembaharuan kelembagaan, penanaman nilai, peranan masyarakat di dalamnya, khususnya dalam pengambilan keputusan dan perencanaan, sekaligus merupakan keputusan dan perencanaan sekaligus merupakan pembudayaan demokrasi, demikian pula advokasi/pembelaan yang lemah terhadap yang kuat dan persaingan yang

28

Syamsudin RS, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam dalam Da’wah Islam, (Bandung: KP. HADID, 1999), h. 28

29

Dr. I Nyoman Sumaryadi, Drs, M Si, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayan Masyarakat, (Jakarta: Citra Utama, 2005), h. 114


(39)

tidak sehat. Pemberdayaan tidak boleh membuat masyarakat menjadi tergantung pada pemberian. Apa yang dinikmati harus dihasilkan oleh usaha sendiri. Dengan demikian manusia menjadi semakin mandiri dan bertumbh dalam harga diri.

Adapun tujuan pemberdayaan masyarakat pada dasarnya sebagai berikut:30 a. Membantu mengembangkan manusia yang otentik dan integral dari

masyarakat lemah, rentan, miskin, marginal dan kaum kecil, seperti petani kecil, buruh tani, masyarakat miskin perkotaan, masyarakat ada yang terbelakang, kaum muda pencari kerja, kaum cacat dan kelompok wanita yang didiskriminir/dikesampingkan

b. Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosio ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam pengembangan masyarakat.

5. Aras Pemberdayaan Masyarakat

Dalam konteks pekerjaan sosial menurut Edi Suharto pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro. Untuk lebih jelasnya berikut uraiannya: 1. Aras mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu

melalui bimbingan, konseling, stress manajement, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam

30

Dr. I Nyoman Sumaryadi, Drs, M Si, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayan Masyarakat, h. 114


(40)

menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach).

2. Aras mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, bisaanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

3. Aras makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi system besar (large system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada system lingkungan yang lebih luas. Peumusan kebijakan, perencanaan sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajement konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekataan ini. Strategi system besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.31

Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan di atas dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu: pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan, dan pemeliharaan.

1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang seca ra optimal. Pemberdayaan harus

31


(41)

mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat cultural dan structural yang menghambat.

2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka.

3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas leh kelompok kuat. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan pada segala jenis diskrimunasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.

4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas dalam kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong mayarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

5. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.32

32


(42)

C. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat 1. Pengertian Ekonomi Masyarakat

Ekonomi rakyat atau masyarakat adalah segala kegiatan ekonomi dan upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (basic need) yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.33

Pengertian ekonomi rakyat muncul sebagai akibat dari terjadinya kesenjangan sosial ekonomi dalam masyarakat. Kesenjangan ini merupakan hasil dari pemilikan aset-aset ekonomi berupa sumber daya produksi dan produktifitas yang timpang tindih antara pelaku ekonomi yang kuat dan pelaku ekonomi yang lemah.

Di satu sisi sebagian kelompok masyarakat hanya memiliki faktor-faktor produksi terbatas sehingga menghasilkan produktifitas yang rendah. Sementara dipihak lain segelintir pelaku ekonomi kuat maju dan berkembang menguasai pelaku ekonomi lemah, yang akhirnya dikonotasikan dengan ekonomi rakyat dengan pelaku ekonomi kuat (konglomerat).

Untuk lebih jelasnya tentang ekonomi rakyat, ada beberapa definisi sebagai berikut:

H.S Dillon menjelaskan bahwa ekonomi rakyat adalah suatu sistem yang memihak kepada kepentingan ekonomi sebagian besar rakyat secara manusiawi, adil dan demokratis. Kepentingan ekonomi sebagian besar rakyat ini terdapat dalam kehidupan ekonomi manusia: petani, nelayan, buruh,

33

Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial,


(43)

pedagang kecil, para penganggur dan kaum papa.34 Dengan demikian ekonomi rakyat atau masyarakat lebih mengutamakan ekonomi yang berskala kecil dan menengah yang berpartisipasi secara demokratis.

Menurut Mubyarto ekonomi rakyat adalah sebagian besar dari cara-cara rakyat bergumal dan bertahan untuk menjaga kelangsungan hidupnya di pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan perkebunan dalam industri-industri kecil dan kerajinan serta dalam perdagangan atau kegiatan swadaya lainnya baik di daerah pedesaan maupun perkotaan, dengan modal utama tenaga kerja keluarga dan modal serta teknologi seadanya.35

Dari beberapa pengertian tentang ekonomi rakyat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan ekonomi rakyat atau masyarakat merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dan dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan nasional.

Pemberdayaan ekonomi rakyat atau masyarakat merupakan salah satu tugas kemanusiaan paling asasi. Upaya pemberdayaan ekonomi rakyat atau masyarakat tidak dapat dilakukan sebatas pemberian subsidi, retribusi, dan program-program yang sifatnya karikatif, melainkan harus paradigmatif, strukturalis (kelembagaan) dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.36 2. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Tujuan pemberdayaan ekonomi rakyat atau masyarakat yang hendak dicapai tidak hanya berupa daftar keinginan yang bernuansa mimpi namun

34

M Azwir Dainy Tara, Strategi Membangun Ekonomi Rakyat, (Jakarta: Nuansa Madani, 2001), cet ke 1, hal 4

35

Mubyarto, Revolusi Sistem Ekonomi, (Yoyakarta: Aditya Media, 1999), cet ke 1, hal 46 36


(44)

tidak juga terlalu simplisistis. Adapun ekonomi rakyat yang dituju adalah sebagai berikut:

a) Pembangunan ekonomi yang partisipatif dan menempatkan ekonomi rakyat pada posisi yang lebih besar serta memberi peluang seluas-luasnya dan didukung dengan pemihakan kepada pelaku ekonomi di masa depan. b) Penyebaran atau perluasan kepemilikan aset ekonomi produktif ke tangan

rakyat agar dapat dipunyai oleh sebagian besar masyarakat.

c) Penguatan sumber pembiayaan hingga terwujudnya ekonomi kesetaraan dan pengembangan secara total bagi pengusaha kecil, menengah, dan koperasi yang mempunyai potensi.

3. Peningkatan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah aset organisasi yang paling penting dan membuat sumber organisasi lainnya bekerja. Sumber daya manusia penting, karena mempunyai efisiensi dan efektifitas organisasi.

Dalam ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa sumber daya manusia (human resource) adalah skill (kemampuan), kapasitas, kecakapan, yang dimiliki oleh perorangan, yang memungkinkan untuk mendapatkan penghasilan.37

Adapun Bukhari Zainun mengemukakan bahwa “sumber daya manusia adalah daya yang bersumber dari manusia,” jadi sumber daya manusia adalah suatu potensi yang dimiliki manusia itu sendiri.38 Dengan demikian yang

37

Hassan Sadily, et. al. (ed), Sumber Daya Manusia, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ikhtiar Baru, 1983), Jilid 4, hal. 2139

38

Bukhari Zainun, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Gunung Agung, 2001), cet. ke- 6, hal. 64


(45)

dimaksud dengan sumber daya manusia itu adalah kekuatan daya fikir dan berkarya manusia yang masih tersimpan dalam dirinya yang perlu dibina dan digali serta dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan kehidupan manusia.

Sumber daya manusia adalah tempat menyimpan daya.39 Yang dimaksud dengan daya dalam hal ini ialah daya fikir atau daya cipta manusia yang tersimpan dalam dirinya. Berapa besarnya daya yang tersimpan itu tidak dapat diketahui secara pasti. Kenyataan membuktikan bahwa dari masa ke masa ada saja temuan-temuan baru, antara lain dibidang IPTEK. Yang mengagumkan. Temuan-temuan itulah yang dikembangkan kepada sesama manusia di samping dimanfaatkan untuk menggali sumber daya.

Dalam menggali dan menggunakan sumber daya manusia tersebut secara lebih terarah dan produktif, perlu pengelolaan, pengurusan dan pengaturan pemanfaatannya secara terprogram. Pekerjaan penggalian dan pendayagunaan tersebut harus dilakukan oleh manusia itu sendiri, sementara orang lain, misalnya manajer atau pemimpin hanya dapat membantu dan mengarahkannya.

Dalam menggali sumber daya, sikap mental berperan sebagai pendamping hati nurani, sekaligus sebagai motor penggerak untuk menggali potensi diri manusia. Oleh karena itu, sikap mental tersebut perlu dibina dan dibentuk serta dipersiapkan sejak awal, yaitu sejak manusia itu dilahirkan terutama pada masa kanak-kanak di dalam lingkungan keluarga.

39

Emil Salim dan Jusuf Suit Al Masdi, Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber DayaManusia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), cet ke-1, hal. 32


(46)

Khusus dalam menggali sumber daya, penekanan sikap mental adalah pembinaan, kemauan dan kebisaaan mendisiplinkan diri terutama dalam memanfaatkan waktu, baik sewaktu dalam masa pendidikan maupun setelah berada di lapangan. Kebisaaan- kebisaaan itulah yang berperan dalam menggali sumber daya.

Minimal ada empat kebijakan pokok dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yaitu:40

a) Peningkatan kualitas hidup yang meliputi baik kualitas manusianya, seperti jasmani, rohani dan kejuangan maupun kualitas kehidupannya seperti perumahan dan pemukiman yang sehat.

b) Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang produktif dan upaya pemerataan penyebarannya.

c) Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkemampuan dalam memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai IPTEK yang berwawasan lingkungan serta

d) Pembangunan pranata meliputi kelembagaan dan peningkatan hukum yang mendukung upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Kualitas menyangkut mutu sumber daya manusia tersebut, yang menyangkut kemampuan, baik kemampuan fisik maupun kemampuan non fisik (kecerdasan dan mental). Kualitas sumber daya manusia ini menyangkut dua aspek juga yaitu: fisik (kualitas Fisik), dan non fisik (kualitas non fisik)

40

Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet ke- 2, hal. 21


(47)

yang menyangkut kemampuan bekerja, berfikir dan keterampilan-keterampilan lain.

4. Kebijakan Ekonomi yang Memihak Rakyat

Kebijakan pemihakan terhadap pemberdayaan ekonomi rakyat menurut Gunawan Sumodiningrat dipilih menjadi tiga kelompok yaitu:41 a) Kebijakan yang secara tidak langsung mengarah pada sasaran tetapi

memberikan dasar tercapainya suasana yang mendukung kegiatan sosial ekonomi rakyat.

b) Kebijakan yang secara langsung mengarah pada peningkatan kegiatan ekonomi produktif kelompok sasaran.

c) Kebijakan khusus yang menjangkau masyarakat miskin melalui upaya khusus.

41

H. Syaukani HR, Konsep dan Implementasi, Ekonomi Kerakyatan Era Otonomi Daerah, (Jakarta: Nuansa Madani,2004), hal 32


(48)

BAB III

GAMBARAN UMUM DESA CIMANDALA-KABUPATEN BOGOR

DAN YAYASAN DHARMA BAKTI SOSIAL (DHARMAIS)

A. Profil Desa Cimandala

1. Kondisi Geografis Desa Cimandala

Desa Cimandala dipimpin oleh Bapak Cucu Samsudin sebagai kepala Desa. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan desa, kepala desa melaksanakan kewenangan hak dan kewajiban selaku pimpinan pemerintah desa yaitu menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dan merupakan penyelenggara dan penanggung jawab utama dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta urusan pemerintahan umum termasuk di dalamnya pembinaan ketentraman dan ketertiban sesuai denga peraturan perundang-undangan yang berlaku juga menumbuh-kembangkan jiwa gotong royong sebagai sendi utama pelaksanaan pemerintah desa.

Sebagai dasar di dalam melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban, kepala desa perpedoman kepada berbagai ketentuan dan peraturan yang telah digariskan, yaitu:42

1. UU No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah Junto UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

2. Peraturan Pemerintahan No. 76 Tahun 2001 tentang pengaturan umum mengenai desa.

42


(49)

3. Peraturan daerah Kabupaten Bogor No. 3 Tahun 2001 tentang pedoman organisasi dan tata kerja Pemerintahan Desa.

4. Peraturan desa Sukaraja No. 01 Tahun 2001 tentang struktur organisasi Pemerintahan Desa pola maksimal.

5. Peraturan desa Sukaraja No. 01 Tahun 2004 tentang Pendapatan Anggaran Belanja Desa (APB-Desa).

Pola organisasi Pemerintahan Desa Cimandala memakai pola maksimal terdiri dari: orang kepala urusan, 2 orang pelaksana teknis, dan 3 orang unsur wilayah. Sedangkan unsur organisasi desa sesuai dengan tugas dan kedudukannya secara administrasi dan operasionalnya Kepala Desa dibantu oleh:

1. Sekretariat Desa yang membawahi bidang: urusan pemerintahan, urusan ekonomi dan pembangunan, urusan keuangan, urusan kemasyarakatan dan urusan umum.

2. Unsur pelaksana teknis (ulu-ulu). 3. Unsur wilayah atau dusun.

Uraian tugas Kepala Desa (Lurah) adalah memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan tugas lingkup kelurahan yang meliputi seksi pemerintahan dan perlindungan masyarakat, seksi sosial, ekonomi dan seksi pelayanan umum dan kesekretariatan.

Desa Cimandala merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah 316 ha berada pada


(50)

ketinggian 400 meter di atas permukaan laut (DPM), dan tinggi curah hujan 220 m3 yang terbagi dalam 3 dusun, 6 Rukun Warga (RW) dan 29 Rukun Tetangga (RT).43

Sebagai bagian dari komponen kecamatan, desa Cimandala juga berbatasan dengan desa/kelurahan lainnya yang berada di dalam wilayah kecamatan Sukaraja, batas wilayah itu sebagai berikut:

Tabel I

Batas Wilayah Desa Cimandala No Letak Batas Nama Desa/Kelurahan 1

2

3

4

Sebelah Utara Sebelah Selatan

Sebelah Barat

Sebelah Timur

Kelurahan Nangewer Kecamatan Cibinong. Desa Ciparigi Kecamatan Bogor utara kota Bogor

Kali Ciluar dan Desa Karadenan Kecamatan Cibinong

Jalan Raya Bogor-Jakarta dan Desa Cijujung Kecamatan Sukaraja.

Jarak antara desa ke ibukota kecamatan, Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat dan ke ibukota negara adalah sebagai berikut:

a. Ibukota kecamatan Sukaraja : 0 km b. Ibukota Kabupaten Bogor : 10 km c. Ibukota provinsi Jawa Barat : 120 km

d. Ibukota negara : 49 km

43


(51)

Pemanfaatan lahan/penggunaan tanah di desa Cimandala adalah sebagai berikut:

a. Perumahan/pemukiman : 212 Ha

b. Sawah : 15 Ha

c. Ladang/pertanian : 8,25 Ha

d. Pemakaman : 2 Ha

e. Lapangan olah raga : 5,3 Ha f. Tanah/bangunan pendidikan : 14 Ha

Desa Cimandala dibagi menjadi 3 wilayah Dusun antara lain:

1. Dusun I : Meliputi wilayah kampung Ciluar, kampung Dharmais, RW I, dan kampung Mandala Sari RW III

2. Dusun II : Meliputi wilayah kampung Pabuaran RW. II/RW. VIII/RW. VI dan RW. VII

3. Dusun III : Meliputi wilayah Kebun Kelapa RW. IV/RW. V dan RW. IX.

2. Kondisi Demografis Desa Cimandala

Penduduk Desa Cimandala pada akhir bulan desember 2006, tercatat sebanyak 22.614 jiwa, terdiri dari:44

1. Laki-laki : 11.530 jiwa

2. Perempuan : 11.084s jiwa

44


(52)

3. Jumlah kepala keluarga : 20.830 jiwa Tabel 2

Jumlah Penduduk Menurut Struktur Umur Jumlah Jiwa

Kelompok Umur

Laki-laki Perempuan

Jumlah 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75 > 1100 803 993 920 938 1007 762 615 626 543 582 587 640 598 413 403 1022 863 872 864 870 794 632 661 683 596 589 582 584 629 465 378 2122 1666 1865 1784 1808 1801 1394 1276 1309 1139 1171 1169 1224 1227 878 781

Jumlah 11.530 11.084 22.614

3. Kondisi Sosial Kemasyarakatan Desa Cimandala

Kondisi sosial kemasyarakatan Desa Cimandala dapat dikatakan telah terbina dengan baik, kehidupan bertetangga sesama warga terjalin secara kekeluargaan dan setiap ada aktifitas tertentu yang berkaitan dengan


(53)

kepentingan lingkungan, mereka secara serempak bahu-membahu, gotong royong tanpa membedakan status dan kedudukan. Bahkan pada skup yang lebih luas seperti hubungan satu kampung dengan kampung lainnya umumnya mempunyai ikatan yang kental dan saling kenal-mengenal antara satu dengan yang lainnya dan kadang kala aparat pemerintah dalam hal ini kepala desa turut memberikan bantuan seperti kegiatan keagamaan maupun kegiatan menyambut datangnya hari kemerdekaan bangsa.45

Masyarakat desa Cimandala hidup secara harmonis dengan mengutamakan sikap gotong royong dan suka membantu berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh aparat pemerintah, seperti bakti sosial maupun pembinaan masyarakat baik pemuda maupun kaum ibu.

Tabel 3

Keadaan Lembaga Sosial Kemasyarakatan No. Lembaga Kemasyarakatan Jumlah Unit 1 2 3 4 5 Lembaga Kemasyarakatan RT RW LPM PKK BPD Remaja Mesjid Karang Taruna Posyandu Poskamling 58 10 1 4 1 4 1 16 18

Jumlah 80

45


(54)

Dari tabel 3 di atas dapat digambarkan bahwa lembaga yang tersedia di desa Cimandala adalah lembaga kemasyarakatan yang dibentuk dalam lembaga pemerintahan kelurahan, yaitu lembaga tingkat Rukun Tetangga (RT) yang berjumlah 58 unit atau 72,5 %. Tingkat Rukun Warga (RW) berjumlah 10 unit atau 12,5 %. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) 1 unit atau 1,2 %. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) 4 unit atau 5 %. Badan Pembangunan Desa 1 unit atau 1,2 %. Sementara lembaga yang dibentuk di luar pemerintah kelurahan, didominasi oleh Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang menangani kesehatan balita yang berjumlah 16 unit atau 20 % dan Pos Keamanan Lingkungan (Poskamling) yang menangani keamanan dan ketertiban masyarkat berjumlah 18 unit atau 22,5 %. Adapun kegiatan yang ditangani dan dikelola oleh para remaja dan pemuda terdapat 2 lembaga yaitu remaja mesjid berjumlah 4 unit atau 5 % dan karang taruna 1 unit atau 1,2 %.

Melihat kondisi yang demikian menandakan bahwa masyarakat desa Cimandala memang masih mencerminkan ikatan masyarakat pedesaan yang senantiasa berlandaskan kekeluargaan. Seperti yang telah ditegaskan oleh seorang sosiolog Ferdinand Tonnies yang dikutif oleh Soerjono Soekanto yaitu: “Gemeinschaft” (paguyuban) yang artinya bentuk kehidupan bersama, di mana anggota-anggota diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal.46

46

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), cet ke-37, h. 365


(55)

4. Kondisi Agama Desa Cimandala

Agama merupakan masalah keyakinan yang bersifat abstrak, karena parameternya mempunyai korelasi langsung dengan yang maha kuasa. Sikap seperti ini mampu menimbulkan motivasi dan kekuatan moral seseorang untuk dapat melakukan sesuatu secara konfidensi. Rasa kekurangan dan ketergantungan manusia sebaagai makhluk sosial, secara kodrati jelas sangat membutuhkan perlindungan dan pertolongan dari kekuatan maha super yang berada di luar kemapuannya, itulah yang disebut Tuhan.

Dengan sendirinya saran peribadatan yang ada di desa Cimandala hanya tempat peribadatan bagi orang muslim saja, yaitu berupa masjid, mushalla dan majlis ta’lim.adapun jumlah mesjid yang ada di desa Cimandala adalah 18 buah, 14 mushalla serta majlis ta’lim yang tersebar di tiap RW.

Menurut demografi desa Cimandala secara umum (general mayoritas) beragama islam, akan tetapi ada juga beberapa masyarakat yang memeluk agama Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini:

Tabel 4

Tingkat Jumlah Pemeluk Agama No Agama Jumlah Penduduk 1

2 3 4 5

Islam Protestan Katolik Hindu Budha

20.364 1.096 657 328 169


(56)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pemeluk yang paling banyak adalah agama Islam

Tabel 5

Sarana dan Prasarana Kegiatan Keagamaan

No Nama Tempat Jumlah

1 2 3 4 5

Mesjid Mushalla Majlis Ta’lim Gereja TPA

18 14 12 3 7

Jumlah 54

Dari tabel 5 di atas menggambarkan bahwa penduduk Desa Cimandala memiliki sarana dan prasarana kegiatan keagamaan yang sangat memberikan perhatian yang penuh untuk terciptanya toleransi dan kerukunan beragama, serta terjalinnya rasa persatuan dan kesatuan, kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan kebebasan beragama telah dapat terbina. 5. Kondisi Ekonomi Desa Cimandala

Ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari daya upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup di masyarakat dan meninggatkan kesejahteraannya. Jadi setiap kegiatan manusia ditujukan untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya merupakan kegiatan ekonomi.

Secara historis sebenarnya kegiatan ekonomi telah timbul bersamaan dengan adanya manusia, sebab manusia adalah makhluk yang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang semua itu harus ditopang dengan


(57)

unsur pembentuk sebagai wujud dari pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani, baik berupa sandang, pangan dan papan.

Sementara yang dikatakan mata pencaharian adalah manifestasi dari kegiatan ekonomi dalam bentuk spesialisasi berdasarkan tingkat kemampuan dan keterampilan secara personal atau individu. Atau dapat pula dikatakan bahwa mata pencaharian merupakan bentuk nyata dari pekerjaan seseorang dalam bidang tertentu yang tujuan akhirnya terfokus pada pemenuhan kebutuhan.

Kondisi ekonomi masyarakat desa Cimandala cukup baik, walaupun dampak dari krisis moneter beberapa tahun lalu belum pulih, krisis ekonomi yang berkepanjangan sangat dirasakan oleh masyarakat bawah, namun nampaknya tidak terdapat gejolak karena pada umumnya mereka masih dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hariterutama kebutuhan sembilan bahan pokok, walaupun daya beli menurun.

Mata pencaharian penduduk desa Cimandala pada umumnya beraga, dengan rincian sebagai berikut: 47

47


(58)

Tabel 6

Mata pencaharian/pekerjaan Penduduk Desa Cimandala

No Pekerjaan Jumlah %

1 2 3 4 5 6 7 8 Pegawai Negeri Anggota TNI/POLRI Pedagang Karyawan Swasta Petani dan Buruh Tani Purnawirawan TNI/POLRI Pensiunan PNS

Tidak bekerja tetap

2,19 % 24,90 % 2,33 % 21,13 % 1,45 % 2,5 % 1,25 % 44 %

Jumlah 99,75 %

Keterangan Tabel:

Tabel pekerjaan dihitung dari jumlah orang yang bekerja dan menghasilkan uang, untuk menunjang kehidupannya, juga jumlah usia kerja (18 tahun ke atas)48 yang belum mempunyai penghasilan tetap. Penduduk yang berstatus sebagai pelajar, mahasiswa dan ibu rumh tangga tidak dimasukkan ke dalam jenis mata pencaharian/pekerjaan.

Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa masyarakat desa Cimandala sudah dapat dikategorikan taraf ekonomi menengah ke atas, hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah penduduk yang bekerja pada sektor informal atau instansi pemerintahan seperti anggota TNI/POLRI, ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan masyarakat rata-rata adalah lulusan menengah umum atau SMU sederajat. Akan tetapi bukan berarti masyarakat yang masih dikategorikan tingkat pendidikannya rendah tidak ada, namun jumlahnya lebih sedikit. Dibandingkan mereka yang bersekolah setidaknya lulusan SD atau SMP sederajat.

48

Pengesahan Konvensi ILO No. 138 Mengenai Usia Minimum untuk diperbolehkan Bekerja (Lembaran Negara No. 56 Tahun 1999), pasal (3) Poin (1)


(59)

Mata pencaharian penduduk desa Cimandala selanjutnya adalah sebagai pegawai/karyawan (termasuk buruh pabrik) di instansi atau perusahaan swasta yang berada di kota maupun di sekitar desa Cimandala. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang pendidikannya minimal SLTP, itu hanya bagi mereka yang mempunyai akses dari dalam perusahaan/ Industri tersebut.

Selebihnya adalah orang-orang yang memiliki modal keterampilan atau modal uang kebanyakan membuka usaha sendiri berupa berdagang sembako, bahan bangunan, warung nasi, took spare part kendaraan, bengkel sepeda, service elektronik dan tukang jahit.

Mereka yang bekerja sebagai PNS, kebanyakan dari mereka adalah penduduk yang berpendidikan Akademi (BA), Sarjana (S1), dan beberapa orang yang lulus (S2).

Penduduk dalam kategori tidak bekerja tetap adalah penduduk yang sifatnya serabutan ketika ada orang yang membutuhkan tenaga mereka maka mereka bekerja dan ketika tidak ada maka mereka adalah pengangguran.

B. Profil Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS) 1. Latar Belakang Berdirinya DHARMAIS

Adapun sejarah singkat mengenai sejarah singkat keberadaan yayasan ini, pada awalnya dengan landasan pancasila dan tujuan untuk memenuhi pasal 34 UUD 45 yang menyetakan bahwa “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara” tetapi pada kenyataannya pemerintah belum


(60)

dapat memenuhinya, maka didirikanlah yayasan Dharmais yang bertujuan untuk turut berpartisipasi dalam mengatasi berbagai macam permasalahan sosial dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, membina warga negara yang tidak mampu (yatim piatu, penyandang cacat, tuna wisma, para manula, dan lain-lain) agar berguna bagi masyarakat dan negara.

Yayasan Dharmais didirikan dijakarta pada tanggal 8 agustus 1975 oleh bapak Soeharto, bapak Sodharmono dan bapak Bustanul Arifin, selaku pribadi dengan Akte Notaris Abdul Latif, SH. Nomor 27 dan Notaris Koesbiono Saman Hadi, SH. Nomor 2 tanggal 1 januari 1990, terdaftar di Pengadilan Negeri No. 204 tanggal 27 Agustus 1975.

Yayasan Dharmais Pusat Diklat diketuai oleh bapak H. Nawasih, sedangkan Ketua Balai Diklat diketuai oleh bapak H. Achmad Afif.

Berbagai macam bantuan yang pernah dilaksanakan oleh yayasan Dharmais sudah banyak sekali, bantuan yang masih dilaksanakan hingga saat ini salah satunya adalah dalam kegiatan pelatihan usaha produktif melalui berbagai macam bentuk keterampilan seperti tata boga, tata rias, menjahit dan perbengkelan.

Dalam rangka membantu pemerintah mengatasi masalah anak jalanan dan remaja putus sekolah, pada tahun 2000 yayasan Dharmais menjalin kerja sama dengan Pemerintah Daerah Kota Bogor, Kulon Progo, Bondowoso, Magetan dan DKI Jakarta Untuk menyelenggarakan kegiatan Pesantren Singkat Pelatihan Usaha Produktif (PSPUP) dengan memanfaatkan gedung


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi, Rukminto, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Pengantar Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2001)

---, Pemikiran-pemikiran dalam Kesejahteraan Sosial, (Jakarta, Fakultas Ekonomi UI, 2002)

Anwar, Dessy, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Abdi Tama, 2001), cet-1

Blanchad, Ken, Pemberdayaan: Bukan Perubahan Sekejap, edisi ke-2, (Jogjakarta: Amara Books, 2002) Cet. ke-1

Bobo, Julius, Transformasi Ekonomi Rakyat, (Jakarta: Cidesindo, 2003), cet ke-1 Darmansyah, Ilmu Sosial Dasar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986)

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia

Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, (Yogyakarta: Gajah Mada University, 1999), cet. 4

Efendi, Agus, Pemberdayaan Jurnal Fitrah, No. 4 (Bandung, Alsina Center for Metodological Transformation, Juni, 1999)

Hadi, Sutrisna, Metode Research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Gajah Mada, 1981), cet. II

Hikmat, Harry, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora Utama Press, 2004).

Hotingham, Elizabeth, K., Agama dan Masyarakat (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1994), cet ke 5

http://www.Kimpraswil.go.id, Memahami Kemiskinan

Kadarman, A.M. et al., Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT. Prenhallindo). Laporan Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Cimandala, tahun 2006


(2)

Mahendrawaty, Nanich, dan Syafei, Achmad, Agus, Pengembangan Masyarakat Islam, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001

Mansur, Imang, Pokok-pokok Pikiran tentang Zakat dalam Pemberdayaan Umat: 1998

Moeloeng, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2000), Cet XX

Mubyarto, Revolusi Sistem Ekonomi, (Yoyakarta: Aditya Media, 1999), cet. Ke-1 Muktara, Murtadha, Masyarakat dan Sejarah, (Bandung: Penerbit Mizan, 1995),

cet ke- v

Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet ke- 2

Sumaryadi, Nyoman, I, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Citra Utama, 2005)

Partanto, Pius A. dan Al-Barry, Dahlan, M., Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,1994) Cet. ke-1

Pedoman Umum, Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Tahap II, Cet I (Jakarta: Proyek Pengembangan Kecamatan Perkotaan (P2KP) Pusat, 2002)

Pengesahan Konvensi ILO No. 138 Mengenai Usia Minimum untuk diperbolehkan Bekerja (Lembaran Negara No. 56 Tahun 1999), pasal (3) Poin (1)

Ruslan, Rosady, Humas dan Manajemen Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), cet ke-3

Sadily, Hassan, et. al., (ed), Sumber Daya Manusia, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ikhtiar Baru, 1983), Jilid 4

Salim, Emil, dan Al Masdi, Suit, Jusuf, Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber daya Manusia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), cet ke-1 Syaukani, HR, H., Konsep dan Implementasi, Ekonomi Kerakyatan Era Otonomi

Daerah, (Jakarta: Nuansa Madani, 2004)

Sedarmayanti, Sumber Daya dan Kreatifitas Kerja, (Bandung: CV Mandiri Maju, 2001).


(3)

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003)

---, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), cet ke-37

---, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Mayarakat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), cet-2

Subandi dan Moctar, Dasar-dasar Manajemen, (Surabaya: Institut Dagang Mochtar, 1991), cet ke 8

Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung PT Rafika Aditama, 2005)

Sumodiningrat, Gunawan, Pembangunan Derah dan Pemberdayaan Masyarakat, (PT. Bina Pena Pariwara), cet ke-2

---, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), cet ke-1

Suparlan, Parsudi, Kemiskinan Id Perkotaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995)

Tara, Dainy, Azwir, M., Strategi Membangun Ekonomi Rakyat, (Jakarta: Nuansa Madani, 2001), cet ke-1

Tyoko, Harwan dan Katuuk, Neltje, F., Ilmu Sosial Dasar, Seri Diklat (Depok Guna Darma, 1997)

www.Indonesia.go.id, Perlukah Berdebat Data Kemiskinan?

Zainun, Bukhari, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Gunung Agung, 2001), cet ke- 6.


(4)

Wawancara Pribadi

Aan Darwati, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007 Abdul Gopur, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007 Ayu Setianengsih, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007 Damanhuri, Wawancara Pribadi, pada tanggal 04 November 2007 Eka Dian Rosdiana, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007 Imam Alvian, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007 Mustakim, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007 Neng Nuraeni, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007 Nina Rismawati, Wawancara Pribadi, pada tanggal 16 Mei 2007 Nursin, Wawancara Pribadi, pada tanggal 04 November 2007

Ridwan Mulyadi, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007 Rita Sahara, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007 Said, Wawancara Pribadi, pada tanggal 25 Agustus 2007

Siti Aminah, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007 Suherdi, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007 Suparta, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007 Syamsiah, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007 Tia Mulyasari, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007 Tedja Miarsih, Wawancara Pribadi, pada tanggal 01 Agustus 2007 Yulianah, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007 Zaenudin, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007


(5)

(6)