INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP ANAK DAN HUBUNGANNYA DENGAN SIKAP KEAGAMAAN SISWA KELAS XI SEMESTER I SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA TAHUN AJARAN 20172018 SKRIPSI

  

INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA

TERHADAP ANAK DAN HUBUNGANNYA DENGAN

SIKAP KEAGAMAAN SISWA KELAS XI SEMESTER I

SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA

TAHUN AJARAN 2017/2018

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh :

Yanwar Ahmad Dinanta

  

NIM: 11113216

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  Tentang bagaimana cara menjalaninya, semua tergantung komunikasi. Munculnya komunikasi yang baik, adalah dengan terus belajar dan tidak menutup diri terhadap suatu hal yang baru serta mampu memilahnya secara bijak.

  

MOTTO

“Life is Communication” Hidup adalah komunikasi.

  • -Yanwar A. Dinanta-

  

PERSEMBAHAN

  Puji Syukur kehadirat Allah swt. atas limpahan rahmat seta karuniaNya, Skripsi ini penulis persembahkan untuk : 1.

  Ayah saya (Darodji) dan Ibu saya (Taryani) yang senantiasa mendo’akan, membimbing, menasehati, serta mencurahkan segala kasih sayangnya, turut juga adik saya Aninda Fatma Mentari.

  2. Keluarga besar saya Bani Radjam, atas segala dukungannya sehingga skripsi ini dapat selesai.

  3. seluruh warga SMA Islam Sudirman Ambarawa, yang telah membantu dan mendukung selama penelitian berlangsung.

  4. Sahabat-sahabat dekat saya yang senantiasa selalu memberikan semangat dan motivasi.

  5. Teman-teman PPL SMP Negeri 5 Salatiga dan seluruh teman-teman seperjuangan FTIK PAI angkatan 2013.

  6. Teman-teman KKN serta warga Desa Kener, Kec. Kaliwungu yang telah memberikan motivasi.

  7. Seluruh Mahasiswa IAIN Salatiga angkatan 2013.

KATA PENGANTAR

  Assalaamu ’alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh

  Dengan menyebut nama Allah swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP ANAK DAN HUBUNGANNYA DENGAN SIKAP KEAGAMAAN SISWA KELAS XI SEMESTER I SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA TAHUN AJARAN 2017/2018.

  Tak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Agung Muhammad saw., kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan, yang mana beliaulah yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang seperti saat ini, melalui ajarannya agama Islam.

  Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu dan memberikan dorongan baik moril maupun materiil. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  

ABSTRAK

  Dinanta, Yanwar Ahmad. 2017. Intensitas Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak

  Dan Hubungannya Dengan Sikap Keagamaan Siswa Kelas XI Semester I SMA Islam Sudirman Ambarawa Tahun Ajaran 2017/2018 . Skripsi.

  Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Sutrisna, M.Pd.

  Kata Kunci: Intensitas Komunikasi, Sikap Keagamaan Anak

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas komunikasi orang tua

  

terhadap anak dan hubungannya dengan sikap keagamaan siswa kelas XI

semester 1 SMA Islam Sudirman Ambarawa tahun ajaran 2017/2018. Rumusan

  masalah pada penelitian ini. 1) Bagaimana intensitas komunikasi orang tua siswa kelas XI semester 1 SMA Islam Sudirman Ambarawa tahun ajaran 2017/2018? 2) Bagaimana sikap keagamaan siswa kelas XI semester 1 SMA Islam Sudirman Ambarawa tahun ajaran 2017/2018? 3) Adakah hubungan antara intensitas komunikasi orang tua dengan sikap keagamaan siswa kelas XI semester 1 SMA Islam Sudirman Ambarawa tahun ajaran 2017/2018?

  Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menekankan analisis

  pada data

  . Analisis data menggunakan analisis statistik

  • –data numerikal atau angka

  deskriptif dengan pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi dan angket dengan teknik pengambilan sampel secara acak (random sampling). Sampel penelitian ini 66 siswa kelas XI semester 1 SMA Islam Sudirman Ambarawa tahun ajaran 2017/2018. Yang selanjutnya hasil data diolah dengan rumus prosentase dan korelasi product moment.

  Temuan dalam penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Intensitas komunikasi orang tua siswa kelas XI semester 1 SMA Islam Sudirman Ambarawa tahun ajaran 2017/2018 termasuk dalam kategori baik dengan persentase 81,82%. 2) Sikap keagamaan siswa kelas XI semester 1 SMA Islam Sudirman Ambarawa tahun ajaran 2017/2018 termasuk dalam kategori baik dengan persentase 83,33%. 3) Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus product moment diperoleh hasil

  xy tabel

r (0,722) lebih besar dari nilai r (0,315) dalam taraf signifikasi 1%. Sehingga

  kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara intensitas komunikasi orang tua dengan sikap keagamaan anak, sehingga hipotesis dapat diterima atau dibuktikan.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN BERLOGO .................................................................................. i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................. v

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

ABSTRAK ......................................................................................................... x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 10 D. Kegunaan Penelitian.. .................................................................. 11

  F.

  Kajian Penelitian .......................................................................... 12 G.

  Definisi Operasional .................................................................... 14 H. Uji Coba Instrumen Penelitian ..................................................... 21 I. Metode Penelitian ........................................................................ 22 J.

  Teknik Analisis Data ................................................................... 25 K.

  Sistematika Penulisan Skripsi ...................................................... 27

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Intensitas Komunikasi Orang Tua ............................................... 28 1. Definisi Intensitas Komunikasi ............................................. 28 2. Macam-macam Komunikasi ................................................. 30 3. Keberhasilan Komunikasi. .................................................... 32 4. Definisi Orang Tua. .............................................................. 33 5. Fungsi Komunikasi Orang Tua. ............................................ 34 B. Sikap Keagamaan Anak ............................................................... 35 1. Definisi Sikap Keagamaan. .................................................. 35 2. Jenis-jenis Sikap Keagamaan. .............................................. 37 3. Definisi Remaja. ................................................................... 41 4. Ciri-ciri Keagamaan Remaja. ............................................... 42 5. Faktor Pengaruh Perkembangan Keagamaan Remaja. ......... 44 6. Cara Membentuk Sikap Keagamaan Remaja. ...................... 46 C. Hubungan Intensitas Komunikasi Orang Tua Dan Sikap Keagamaan Anak . .......................................................... 50

  BAB III METODE PENELITIAN Gambaran Umum SMA Islam Sudirman Ambarawa A.

  ......................... 52 1. Lokasi Penelitian. ................................................................. 52

  

Visi dan Misi SMA Islam Sudirman Ambarawa

2.

  ........................ 53 3. Keadaan Guru ....................................................................... 54 4.

  Keadaan Karyawan ............................................................... 55 5. Keadaan Siswa Kelas XI ...................................................... 56

  6. Hasil Belajar PAI Siswa Kelas XI ............................................. 57 7.

  Keadaan Orang Tua Siswa. ................................................... 69 8.

  B.

  Penyajian Data ............................................................................. 72 1.

  Daftar Nama Responden. ...................................................... 72 2. Hasil Angket Penelitian ........................................................ 75

  BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif ............................... ........................................83 1. Analisis Intensitas Komunikasi Orang Tua. ......................... 91 2. Analisis Sikap Keagamaan Anak .......................................... 93 B. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 95 C. Pembahasan. .............................................................................. 100 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan........................................................... ... ................. 101 B. Saran .......................................................................................... 102

  

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 105

LAMPIRAN-LAMPIRAN DOKUMENTASI

  DAFTAR TABEL

  72 TABEL XII : Hasil Angket Intensitas Komunikasi Orang Tua...... …

  94 TABEL XX : Korelasi Intensitas Komunikasi Orang tua (x) terhadap Sikap Keagamaan Anak (y) ….......................

  93 TABEL XIX : Prosentase Sikap Keagamaan anak....... ……………..

  92 TABEL XVIII : Interval Sikap Keagamaan anak……..........................

  91 TABEL XVII : Prosentase Intensitas Komunikasi Orang Tua.............

  87 TABEL XVI : Interval Intensitas Komunikasi Orang Tua..................

  83 TABEL XV : Penilaian angket sikap keagamaan anak......................

  79 TABEL XIV : Penilaian angket Intensitas Komunikasi Orang Tua....

  76 TABEL XIII : Hasil Angket Sikap Keagamaan Anak……..…….......

  71 TABEL XI : Daftar Nama Responden ……………………………..

  TABEL I : Instrumen Penelitian........………………………….... 17

  70 TABEL X : Sarana dan Prasarana................ ……............................

  70 TABEL IX : Pendidikan Orang Tua..................................................

  69 TABEL VIII : Penghasilan Orang Tua ........... …......………………….

  57 TABEL VII : Pekerjaan Orang Tua............... ………………..............

  56 TABEL VI : Raport PAI Siswa Kelas XI ............................ ……........

  55 TABEL V : Jumlah Siswa Kelas XI ……….......…………….........

  54 TABEL IV : Jumlah Karyawan............................ ………………….

  52 TABEL III : Jumlah Guru...................... …………………...............

  TABEL II : Profil Sekolah......................................……….........…

  96

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi menjadi suatu keharusan yang wajib dilakukan manusia

  untuk kelangsungan hidupnya. Melalui komunikasi manusia akan mampu memahami sesuatu yang baru. Komunikasi digunakan untuk saling bertukar ide dan juga sebagai alat untuk memahami sifat dan karakter seseorang. Manusia dengan berbagai macam karakternya, tentu memiliki banyak pengalaman yang berbeda antara satu dengan lainnya. Sebagaimana pendapat (Mulyana, 2013: 46) tentang komunikasi, dikatakan bahwa komunikasi sebagai sarana berbagi pengalaman. Sebuah pengalaman sangat dibutuhkan, dalam rangka untuk memahami keadaan diri dan lingkungannya. Sehingga benarlah bahwa kebutuhan pokok manusia sebagai makhluk sosial adalah berkomunikasi. Selain pengalaman baru yang akan diperoleh, komunikasi juga dapat memberikan efek bahagia bagi seseorang. Yang hal tersebut menjadi tujuan hidup setiap manusia. Namun kebahagiaan tidak serta merta dapat dicapai dengan mudah. Manusia harus berusaha untuk mencapainya dengan proses dan langkah yang tepat.

  Komunikasi juga dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Seseorang akan dihadapkan pada berbagai ujian maupun cobaan. Hal tersebut kerap kali muncul tanpa disadari, baik kecil maupun menimbulkan masalah yang lebih besar. Namun sebaliknya apabila seseorang mau memahami dan belajar bagaimana penyelesaiannya, tentu ujian tersebut dapat dilewati dengan baik. Salah satu penyelesaian terebut yakni ditentukan bagaimana cara seseorang dalam berkomunikasi.

  Bentuk komunikasi bisa berupa bahasa verbal atau ucapan lisan, maupun nonverbal atau sikap dan perilaku. Sehingga komunikasi dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan untuk saling menyampaikan pesan, pemikiran atau perasaan dan berbagi pengalaman, baik dalam bentuk ucapan lisan maupun sikap. Dalam prosesnya, komunikasi manusia dimulai sejak ia lahir ke dunia yakni seorang bayi kepada orang tuanya dan sebaliknya orang tua kepada bayinya, namun lebih tepatnya yakni ketika manusia berada dalam kandungan atau rahim. Sebagaimana dikatakan dalam Al-

  Qur’an surat Al-A’raf ayat 172;

             

           

     

  Artinya:

  “Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-

anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa

mereka (seraya berfirman): “Bukanlah Aku ini Tuhanmu?” Mereka

menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami

lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:

“Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (KEMENAG, 2010: 173) Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa manusia telah melakukan komunikasi terhadap Allah swt. sebagai Penciptanya. Sehingga benarlah bahwa komunikasi manusia tidak hanya dimulai setelah kelahirannya, namun ketika dalam kandungan manusia telah melakukannya. Mereka mampu merasakan dan mendengar, sehingga adanya pendidikan dalam kandungan menjadi hal yang memang harus diperhatikan. Bagi orang tua yang paham akan hal tersebut, tentu akan berusaha menjaga dengan baik komunikasi, sikap atau perilakunya. Hal ini dilakukan untuk memberikan dampak positif bagi bayinya kelak.

  Ketika seorang bayi tersebut lahir, maka komunikasi yang pertama kali muncul adalah tangisan. Dalam keadaan ini, bentuk komunikasi digolongkan dalam komunikasi nonverbal yakni berupa isyarat atau kode dari si bayi. Selanjutnya orang tua akan mencoba memahami keinginan bayinya secara intensif, sehingga maksud atau keinginannya dapat dipahami. Semakin lama seiring bertambahnya usia serta pertumbuhannya, bentuk komunikasi tersebut akan semakin berubah hingga bayi tersebut tumbuh dan mampu mengucapkan kata-kata.

  Sebagaimana halnya di atas, bahwa proses pendidikan akan diperoleh melalui komunikasi. Sehingga komunikasi menjadi alat satu- satunya untuk proses kelangsungan hidup manusia dalam upayanya belajar dan mengajar. Manusia akan memperoleh dampak baik atau buruk, tergantung bagaimana keadaan lingkungannya yang dimulai dari lingkungan

   ِه. ِه ِه , ْوَأ ُ يْوَأ ٍدْوُلْوَم ُّلُك ِناَسِ جَُيُ ِناَرِ َِّنَ ِناَدِ وَهُ ي ُهاَوَ بَأَف ِةَرْطِفْلا ىَلَعُدَلْوُ ي ) يراخبلا هاور(

  Artinya

  : ”Setiap anak dilahirkan dalam keagaan fitrah (suci), maka kedua

orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani atau

Ulwan, 2007: 171)

  Majusi. ” (

  Peran serta orang tua dalam proses mendidik sangatlah urgent dalam proses perkembangan atau pembentukan sikap serta kepribadian anak, terutama dalam hal agama. Salah satu peran serta orang tua yang dapat dilihat, yakni ketika seorang anak mulai memasuki lingkungan sekolah.

  Lingkungan sekolah menjadi pengalaman baru bagi anak. Pada keadaan ini, daya fikir anak akan mengalami perkembangan. Selain bertambahnya ilmu pengetahuan, sikap serta karakter anak kian lama juga akan berkembang sesuai apa yang ia lihat dan peroleh di lingkungan tersebut.

  Terlebih ketika anak memasuki usia remaja atau berada pada masa pubertas. Dimana pada usia ini merupakan masa dimana mereka cenderung mencari kenyamanan dalam berkomunikasi dan sangat senang mencari serta mencoba berbagai hal baru. Biasanya masa tersebut berlangsung ketika anak telah memasuki jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) sampai jenjang perkuliahan.

  Masa remaja merupakan masa penentu bagi perkembangan hidup serta kepribadiannya. (Uhbiyati, 2009: 95) Keadaan tersebut membuat anak sering mengalami banyak gejolak dalam berfikir atau menentukan sebuah pilihan, sebab pada keadaan ini pemikiran anak masih berupa konsep serta teori dan belum banyak berhadapan langsung dengan realita yang ada. Sehingga butuh sebuah arahan serta dukungan penuh secara intensif. Dan dukungan yang paling efektif muncul dari orang terdekatnya yakni orang tua. Orang tua harus memposisikan diri sebagai seseorang yang mampu mengayomi secara bijak dalam proses penentuan tersebut, agar anak tidak salah jalan dan mampu berkembang dengan baik di lingkungan barunya tersebut sesuai yang diharapkan.

  Berbicara tentang pengetahuan, maka salah satu mata pelajaran yang dianggap siswa mudah adalah pendidikan Agama Islam. Secara umum dapat diketahui bahwa 90% siswa memperoleh nilai sangat baik pada mata pelajaran tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa seorang anak sebenarnya memiliki kecerdasan yang luar biasa dalam bidang keagamaan. Namun kecerdasan tersebut seakan kurang disadari secara mendalam oleh mereka.

  Ilmu Pendidikan Agama Islam hanya dijadikan sebagai mata pelajaran bersyarat saja, tanpa penghayatan dan penerapan dalam kehidupan sehari- harinya.

  Tidak dapat dipungkiri bahwa permasalahan seperti: sikap individualisme atau memikirkan diri sendiri, hedonisme atau memikirkan kesenangan semata, ketidaksalingpercayaan antar sesama, kemalasan, dan adanya ketegangan hubungan sosial masyarakat, telah menjadi pemandangan setiap hari. Kepedulian terhadap lingkungan sekitar menjadi sangat lemah, terlebih lagi dalam masalah keagamaan. Kebanyakan menuruti nafsunya, tanpa memikirkan kemaslahatan agama. Ditambah kehadiran berbagai teknologi jejaring sosial dan internet yang canggih, telah menjadi dunia baru bagi mereka yang menjadikan kesibukan mereka telah beralih ke dunia barunya tersebut. Sehingga mereka cenderung menghabiskan waktunya di depan layar komputer, laptop, dan gadgetnya, daripada memilih berinteraksi langsung dengan orang lain. Keadaan ini seakan telah mengubah konsep komunikasi itu sendiri.

  Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang canggih maupun akses internet yang super cepat saat ini, memberikan banyak sekali kemudahan. Namun tidak semua yang ditawarkan memiliki kemanfaatan positif. Sebab melalui internet, seseorang dapat dengan bebas mencari segala hal, sesuai apa yang diinginkan tanpa adanya larangan. Semua informasi mulai dari yang terbaik hingga yang terburuk, dengan sekejap dapat diperoleh. Dengan melihat hal tersebut, yang menjadi kekhawatiran adalah dampak buruk yang terjadi, terutama bagi para remaja. Telah banyak kejahatan melalui media sosial dan internet, seperti; penipuan, pencurian, pemerkosaan dan tindak kriminal lainnya. Tentunya itu semua menyebabkan ketidaknyaman bagi para pengguna internet. Meski saat ini terdapat pengamanan internet atau istilah lain disebut cyber crime, namun kenyataannya tidaklah cukup apabila seseorang hanya mengandalkan hal tersebut. Karena yang demikian itu belum dapat mengubah sikap seseorang menjadi baik.

  Remaja adalah orang yang memiliki rasa penasaran yang tinggi. Potensi yang dimiliki ini, menjadi modal berharga bagi masa depannya kelak. Potensi tersebut bisa berakibat baik atau buruk tergantung bagaimana cara pengarahannya. Dalam keadaan yang serba cepat dan canggih saat ini, jika remaja dibiarkan tanpa bimbingan dan arahan yang jelas, besar kemungkinan mereka akan terjerumus kedalam keburukan. Mereka akan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang tidak selayaknya mereka ikuti.

  Sebagaimana telah dijelaskan pada hadist di atas, bahwa orang tua dikatakan sebagai penentu bagi anaknya, ditunjukkan melalui pendidik dan teladan yang diberikan. (Abdullah, 2009: 217) maka menjadi tantangan besar bagi orang tua selaku orang terdekat, yang mana keterlibatannya sangat dibutuhkan guna mempengaruhi kecerdasan dan perkembangan sikap anak dalam menghadapi situasi tersebut.

  Seorang anak akan menunjukkan sikapnya, sesuai hasil pendidikan yang ia peroleh sehari-harinya. Sehingga muncul pribahasa yang mengatakan, “buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya.” Hal ini menjelaskan bahwa kedekatan orang tua terhadap anak menjadi tolok ukur bagaimana proses keteladanan tersebut dapat terjadi. Baiknya hubungan dalam keluarga, menjadikan proses pendidikan dan keteladanan akan mudah untuk ditularkan kepada anak. Tujuannya adalah agar anak mampu menimbang dengan benar mana yang baik dan buruk, terutama menyangkut dalam hal agamanya. Sehingga mereka mampu bersikap bijak dan cerdas

  Sebagai seorang muslim maka wajib hukumnya untuk mengetahui bagaimana bentuk sikap yang harus ditunjukan dalam beragama sebagai hamba Allah swt.. Agama Islam telah mengajarkan secara sempurna bagaimana cara menjalaninya selama proses hidup di dunia ini, baik dalam hal ibadah maupun muamalah. Sehingga harapan untuk masuk surga dapat benar-benar terwujud.

  Terkait dengan komunikasi di atas, untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka perlu mengetahui lebih jelas hubungannya terhadap sikap keagamaan. Untuk mencapai sikap keagamaan yang diinginkan, perlu adanya suasana lingkungan yang kondusif, dimulai dari lingkungan keluarga yakni menciptakan hubungan yang baik dalam keluarga melalui intensitas komunikasi orang tua terhadap anak. Dengan adanya hal tersebut, diharapkan anak akan merasakan kenyamanan dalam berkomunikasi terhadap keluarga. Jika intensitas komunikasi orang tua berlangsung baik, maka kemungkinan besar sikap keagamaan anak dapat terwujud baik pula.

  SMA Islam Sudirman Ambarawa merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas yang berbasis Islam. Melihat intensitas komunikasi orang tua siswa di sekolah tersebut, secara umum terjalin dengan baik. Hal ini terlihat bahwa secara umum para siswa memiliki sikap keagamaan yang baik. Salah satu contoh aktifitas keagamaan yang terlihat adalah ibadah sunnah shalat Duha. Banyak dari mereka ketika istirahat tiba, menyempatkan waktu menuju masjid untuk menunaikannya. Selain itu memberikan semangat baru bagi mereka. Terlihat tidak sedikit dari mereka yang ikut berkecimpung dan berperan di dalamnya.

  Namun di situasi tertentu seperti ketika tiba waktu sholat berjamaah di sekolah, terlihat beberapa siswa yang bersikap seenaknya dan menyepelekan arahan dari guru maupun kakak seniornya. Hal ini mungkin diakibatkan kebiasaan kurang baik yang terjadi dalam lingkungan keluarganya, yakni kurang adanya komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. Sebab kurangnya komunikasi ini, berkemungkinan besar memicu munculnya sikap yang buruk bagi anak. Namun berbeda dengan adanya komunikasi yang baik dalam keluarga, anak akan cenderung terlihat lebih sopan dan tenang.

  Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik ingin mengkaji lebih mendalam melalui kegiatan penelitian ini berkaitan dengan masalah

  INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP ANAK DAN HUBUNGANNYA TERHADAP SIKAP KEAGAMAAN SISWA KELAS

  XI SEMESTER I SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA TAHUN AJARAN 2017/2018).

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi diri untuk mengkaji variabel-variabel yang menjadi fokus dan inti perhatian pada penelitian ini. Adapun rumusan masalah terdiri dari 3 hal, antara lain:

  1. Bagaimana intensitas komunikasi orang tua siswa kelas XI semester I tahun ajaran 2017/2018 SMA Islam Sudirman Ambarawa?

  2. Bagaimana sikap keagamaan siswa kelas XI semester I tahun ajaran 2017/2018 SMA Islam Sudirman Ambarawa?

  3. Adakah hubungan intensitas komunikasi orang tua terhadap sikap keagamaan siswa kelas XI semester I tahun ajaran 2017/2018 SMA Islam Sudirman Ambarawa? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui intensitas komunikasi orang tua siswa kelas XI semester I SMA Islam Sudirman Ambarawa.

  2. Untuk mengetahui sikap keagamaan siswa kelas XI semester I SMA Islam Sudirman Ambarawa.

  3. Untuk mengetahui besarnya hubungan intensitas komunikasi orang tua terhadap sikap keagamaan siswa kelas XI semester I SMA Islam Sudirman Ambarawa.

  D. Kegunaan Penelitian

  Adapun manfaat yang akan diperoleh melalui penelitian ini yaitu:

  1. Manfaat Teoretis Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini sebagai sumbangsih pemikiran dalam pengembangan ilmu agama Islam dalam rangka mencetak pribadi yang berakhlak mulia.

  2. Manfaat Praktis Apabila terdapat hubungan yang signifikan, maka pihak orang tua dapat memperoleh pemahaman tentang pentingnya melakukan intensitas komunikasi yang ternyata mempunyai hubungan yang besar terhadap sikap keagamaan anak. Orang tua dapat senantiasa menjalin hubungan yang harmonis melalui intensitas komunikasi yang ditunjukkan kepada anak dalam upayanya membentuk sikap keagamaan yang baik bagi anaknya. Dan bagi pihak sekolah akan memudahkan dalam memberikan pola pengajaran yang sesuai dengan keadaan diri siswa.

  E. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis ialah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris melalui pengumpulan data. Maka hipotesis adalah jawaban teoritis

  Pada umumnya hipotesis dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu suatu hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel bebas atau independen dan terikat atau dependen yang dilambangkan dengan (Ho) dan suatu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel bebas atau independen yakni intensitas komunikasi orang tua, terhadap varibel terikat atau dependen yakni sikap keagamaan anak, yang dilambangkan dengan (Ha). (Darmawan, 2014: 120) Dalam penelitian ini penulis menggunakan hipotesis positif (Ha), yang artinya terdapat hubungan antara intensitas komunikasi orang tua terhadap sikap keagamaan siswa kelas XI semester I SMA Islam Sudirman Ambarawa.

F. Kajian Penelitian

  Terdapat hasil kajian lalu yang berhubungan dengan topik penelitian ini yakni penelitian tentang komunikasi oleh Daryanto dan Rohmiyatul.

  Penelitiaan pertama, dilakukan oleh Daryanto dengan judul “Pengaruh Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Sikap T awadhu’ Pada Remaja”. (Daryanto, 2010) Dalam penelitian ini mencoba untuk menghubungkan antara pengaruh pola komunikasi orang tua dan terhadap sikap tawadhu’ remaja, yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa pola komunikasi orang tua berpengaruh penting dengan terbentuknya sikap tawadu’ remaja.

  Penelitian kedua dilakukan oleh Rohmiyatul Hidayah dengan judul MTs Miftahul Falah Betahwalang .” (Rohmiyatul, 2010) Dalam penelitian ini dibahas tentang bagaimana pengaruh intensitas komunikasi orang tua terhadap kedisplinan siswa. Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah

  hitung

  dilakukan tersebut, telah menghasilkan perolehan data r = 0,622 yang bila dikonsultasikan dengan r tabel ternyata r hitung lebih besar daripada r tabel yaitu 0,622 > 0,330 atau taraf signifikasi 1% untuk 62 responden, yang artinya terdapat hubungan dan pengaruh yang cukup besar dari kedua variabel, yakni adanya pengaruh positif antara intensitas komunikasi orang tua dengan kedisiplinan siswa.

  Ketiga penelitian tentang sikap keagamaan oleh Arpinda yang berjudul “Hubungan Antara Sikap Keberagamaan dengan Kesiapan Mental Kerja Siswa kelas XII SMK YAPPI Wonosari Program Studi Keahlian Teknik Otomotif.” (Arpinda, 2015) Penelitian ini menunjukkan: 1) sikap keagamaan siswa dalam kategori cukup baik dengan nilai rata-ratanya mencapai 126, 49 dari nilai tertinggi 160. 2) Kesiapan mental kerja siswa dalam katergori cukup baik dengan nilai rata-ratanya mencapai 136, 22 dari nilai tertinggi 160. 3) Ada hubungan signifikan antara sikap keberagaman dengan kesiapan mental kerja siwa. Ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,678 yang artinya terdapat hubungan antara sikap keberagaman terhadap kesiapan mental siswa.

  Dari hasil penelitian tersebut, maka penulis ingin mencoba meneliti mengenai intensitas komunikasi orang tua, akan tetapi dalam hal ini penulis kelas XI di SMA Islam Sudirman Ambarawa tahun ajaran 2017/1018. Melihat hasil dari beberapa penelitian di atas menunjukkan kesimpulan yang positif, maka harapannya bahwa hasil akhir dari penelitian nantinya juga menghasilkan kesimpulan yang sama, yakni adanya hubungan yang signifikan antara intensitas komunikasi orang tua terhadap sikap keagamaan siswa.

G. Definisi Operasional

  Untuk memudahkan agar tidak terjadi kesalahpahaman, maka langkah awal penyatuan persepsi terhadap pembahasan ini perlu diberikan batasan serta penegasan istilah agar lebih jelas, diantaranya:

  1. Intensitas komunikasi orang tua Dalam kamus umum bahasa Indonesia, intensitas berasal dari kata intens yang mengandung arti kuat, hebat, giat. (Poerwadarminto,

  1986: 384). Sedangkan komunikasi menurut Widjaja dari Edward Depari, bahwa komunikasi dikatakan sebagai proses penyampaian gagasan, pesan dan harapan yang disampaikan melalui lambang- lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan yang ditujukan kepada penerima pesan, dengan maksud mencapai kesepakatan bersama. (Widjaja, 2001: 13) Sedangkan dalam proses interaksinya, maka lingkungan keluarga yakni orang tua memiliki tingkat komunikasi lebih besar terhadap anak, dibandingkan ketika

  Berdasarkan hal tersebut, maka maksud intensitas komunikasi di sini adalah suatu tindakan atau langkah yang dilakukan orang tua secara giat, rutin dan sungguh-sungguh, dalam rangka untuk menyampaikan pesan atau gagasan kepada anak, untuk mencapai kesepakatan dan tujuan yang diinginkan.

  Untuk mengukur tingkat intensitas komunikasi orang tua terhadap anak, menurut Marhaeni terdapat beberapa hal sebagai penunjang keberhasilan dalam komunikasi. Kemudian hal tersebut digunakan sebagai indikator pada intensitas komunikasi orang tua, diantaranya: a. Waktu komunikasi dalam keluarga.

  b. Adanya keterbukaan dalam komunikasi.

  c. Memunculkan rasa empati.

  d. Adanya perilaku suportif.

  e. Adanya kesamaan dalam komunikasi. (Marhaeni, 2009: 141- 143)

  2. Sikap keagamaan remaja Sikap atau perilaku diartikan sebagai tindakan atau aktivitas sebagai akibat atau reaksi. (Surayin, 2008: 168) Maka dapat dipahami bahwa sikap, merupakan segala bentuk aktivitas seseorang yang muncul akibat adanya suatu hal yang mempengaruhinya atau mendorongnya untuk beraktivitas.

  Keagamaan menurut Harun Nasution, diartikan sebagai suatu ikatan yang harus dipegang oleh manusia kepada Penciptanya.

  (Jalaludin, 2012: 12) Sehingga dapat diketahui bahwa dalam beragama, manusia butuh sebuah bimbingan dan arahan untuk menguatkan ikatan atau keyakinan tersebut. Dengan adanya berbagai masalah yang akan dihadapinya nanti, apabila manusia lengah, tentu ikatan tersebut bisa rapuh dan akan berbahaya bagi dirinya.

  Remaja merupakan seseorang yang telah beranjak dan melewati fase anak-anak, yakni berusia antara 13-21 tahun. (Hasan, 2017: 270)

  Jadi sikap keagamaan yang dimaksud di sini adalah segala tindakan atau aktifitas yang dilakukan seorang remaja muslim atau muslimah yang sedang menempuh pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI semester I, baik berupa aktifitas verbal maupun nonverbal dan berkaitan dengan keagamaan, yang mencakup berbagai hal tentang tauhid, syariat dan juga ibadah.

  Terdapat pedoman atau acuan untuk mengukur atau menilai sikap keagamaan pada remaja sebagai indikator dalam penelitian ini, antara lain: a. Meyakini akan kasih sayang Allah swt.

  b. Menjalankan kewajiban agama dengan benar.

  c. Sopan terhadap siapapun, baik yang lebih tua maupun muda. e. Ikut berperan dalam kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan.

  (Assegaf, 2014: 38-53)

  TABEL I Variabel, Indikator dan Angket Penelitian No Variabel Indikator Angket

  1. Komunikasi orang tua 1.

  a. orang Waktu Apakah komunikasi tua meluangkan dalam keluarga. waktu untuk duduk bersantai atau makan bersama saudara/i ketika selesai kerja atau aktifitas lain?

  b. waktu Ketika luang, apakah orang tua mengajak saudara/i berdiskusi secara santai, tentang masalah keagamaan?

  c. orang Apakah tua menghubungi saudara/i ketika tidak pulang tepat waktu? 2.

  a. Adanya Apakah orang tua keterbukaan berbagi cerita dalam tentang komunikasi. pengalaman positif atau hal menarik yang pernah dialaminya kepada saudara/i? b.

  Apakah orang tua c.

  Apakah orang tua meminta pendapat atau gagasan tentang suatu hal kepada saudara/i?

  3.

  a. Memunculkan Ketika saudara/i sikap empati. sedang bercerita, menyampaikan ide atau perasaan, apakah orang tua mendengarkan dengan penuh perhatian?

  b. orang Apakah tua memberikan senyuman manis kepada saudara/i?

  c. orang Apakah tua memberikan pelukan hangat, baik ketika saudara/i sedang dalam kondisi sedih maupun ketika senang?

  4.

  a. Memunculkan Ketika sikap suportif. menasehati, apakah orang tua menggunakan nada yang lembut dan tidak membentak kepada saudara/i?

  b. orang Apakah tua memberikan fasilitas sesuai kebutuhan saudara/i sebagai seorang pelajar? c.

  Apakah dalam mengalah terhadap pilihan atau keputusan yang saudara/i ambil? 5. Adanya kesamaan dalam komunikasi.

  a.

  Apakah orang tua menghargai ide, gagasan atau pendapat saudara/i? b.

  Apakah orang tua sependapat dengan saudara/i? c. Apakah orang tua bersenda gurau dengan saudara/i layaknya seorang teman?

  2. Sikap Keagamaan siswa

  1. Meyakini akan kasih sayang Allah swt.

  a.

  Apakah saudara/i mensyukuri keadaan yang ada saat ini? b. Apakah setiap hari saudara/i berdo’a untuk kebaikan orang tua dan juga diri saudara/i sendiri? c. Apakah saudara/i berfikir positif dan ikhlas ketika dihadapkan dalam situasi yang sulit?

  2. Melaksanakan kewajiban agama dengan benar.

  a.

  Apakah saudara/i sholat tepat waktu ketika telah tiba saudara/i membaca Al- Qur’an? c. Apakah saudara/i melaksanakan ibadah puasa sunnah? 3.

  a. Sopan terhadap Apakah orang lain, baik saudara/i yang lebih tua mendengarkan maupuan yang nasehat dan lebih muda. arahan guru dengan baik.

  b.

  Apakah saudara/i berbicara dengan baik dan tidak menyinggung perasaan, terhadap siapapun di sekolah? c.

  Apakah saudara/i memberikan bantuan kepada seseorang yang membutuhkan?

  4. dan a.

  Merawat Apakah menjaga saudara/i lingkungan membersihkan sekitar. rumah maupun halaman rumah? b.

  Apakah saudara/i segera membuang sampah pada tempatnya? c. Apabila memiliki hewan peliharaan atau saudara/i selalu merawatnya dengan baik?

  5. dalam a.

  Aktif Apakah organisasi saudara/i keagamaan di berpartisipasi sekolah. dalam kegiatan keagamaan di lingkungan masyarakat? b. Apakah saudara/i mengikuti perkumpulan organisasi remaja masjid? c.

  Apakah saudara/i menghargai pendapat teman ketika berada dalam diskusi keorganisasian di sekolah?

H. Uji Coba Instrumen Penelitian Uji intrumen penelitian disini meliputi: uji validitas dan reliabilitas.

  Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesalahan suatu instrumen. (Arikunto, 2006: 144) Sedangkan reliabilitas menunjukkan pada pengertian instrumen yang mana suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. (Arikunto, 2006: 178)

  Pada uji validitas dan reliabilitas angket penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan perhitungan dalam rumus yang ada pada microsoft

I. Metode Penelitian

  Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan informasi mengenai hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. (Darmawan, 2014: 127) Metode penelitian di sini meliputi:

  1. Pendekatan Dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif Karena menekankan analisis pada data

  • –data numerikal (angka) kemudian diolah menjadi data statistika. Melalui kuantitatif ini, dengan pertimbangan sebagai berikut:

  a. Penelitian ini mengkaji dua variabel yaitu intensitas komunikasi orang tua sebagai variabel bebas dan sikap keagamaan anak sebagai variabel terikat.

  b. Pola penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola penelitian korelasi, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya, apabila ada seberapa erat hubungan serta berarti tidaknya hubungan tersebut. (Nana dan Ibrahim, 2007:77)

  2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi SMA Islam Sudirman Ambarawa, pada tanggal 14 - 18 Agustus 2017.

  3. Populasi dan Sampel Populasi adalah sumber data dalam penelitian tertentu yang memiliki jumlah banyak dan luas. Sedangkan sampel menurut

  (Darmawan, 2014: 137-138) adalah sebagian dari populasi yang terdiri atas subjek penelitian (responden) yang menjadi sumber data yang terpilih dari hasil teknik penyempelan. Sampel juga diartikan sebagian atau wakil populasi yang diteliti dan apabila populasinya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika populasinya besar maka diambil sampel antara 10%-15% atau 20%- 25% atau lebih (Arikunto, 1996: 131).

  Adapun yang menjadi populasi dalam kegiatan penelitan ini adalah siswa kelas XI semester I SMA Islam Sudirman Ambarawa tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 330 siswa. Untuk memudahkan penelitian ini, penulis mengambil sampel 20% dengan jumlah 66 siswa dan diambil secara acak (random sampling). Dengan jumlah tersebut diharapkan sudah mewakili dari jumlah populasi yang ada.

  4. Metode Pengumpulan Data Sedangkan dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa metode. Sebagaimana dijelaskan (Darmawan, 2014: 160-

  163) dalam bukunya metode penelitian kuantitatif, antara lain: a. Wawancara Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai letak geografis SMA Islam Sudirman Ambarawa, kepemimpinan, organisasi kepengurusan sekolah, proses belajar mengajar, sarana prasarana, dan hal-hal yang ada di lembaga tersebut.

  b. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal- hal atau variabel yang berupa buku atau sumber tertulis yang relevan. Dalam penelitian ini untuk menunjang informasi yang diinginkan maka menggunakan data berupa hasil belajar PAI siswa atau sumber lain yang relevan. Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai seberapa besar sikap keagamaan dari para siswa kelas XI semester I SMA Islam Sudirman Ambarawa tahun ajaran 2017/2018, melalui nilai mata pelajaran agama Islam yang dibukukan dalam raport.

  c. Angket Angket atau kuesioner yang merupakan sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi dari para siswa mengenai pemahaman tentang sikap keagamaan

  J. Teknik Analisis Data

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis statistik deskriptif yakni statistik yang digunakan untuk analisa data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul, (Darmawan, 2014: 165) yang disajikan dalam bentuk tabel, perhitungan interval data, persentase dan analisis korelasi antar variabel.

  Setelah data terkumpul dengan lengkap, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Untuk menjawab permasalahan penelitian yang pertama yakni intensitas komunikasi orang tua dan kedua yakni sikap keagamaan anak, menggunakan rumus persentase (Ali, 2003: 123) sebagai berikut:

  P x 100% =

  Keterangan : P = Persentase skor F = Frekuensi N = Jumlah Responden

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA BENTUK KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ORANG TUA DAN ANAK DENGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTEK KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (STUDI PADA SISWA KELAS XI SMAN DI WILAYAH KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2007)

0 25 8

PENGARUH ORIENTASI ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN DUKUNGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 1 KALIREJO LAMPUNG TENGAH TAHUN AJARAN 2011/2012

1 11 137

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN SIKAP SOSIAL KEAGAMAAN SISWA DI SMP NEGERI3 AMBARAWA TAHUN 2008

0 2 126

TINGKAT PEMAHAMAN ILMU AGAMA ISLAM HUBUNGANNYA DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA SLTP ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG

0 2 97

PENGARUH BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA TERHADAP SIKAP ALTRUIS SISWA SMP NEGERI 2 AMPEL TAHUN AJARAN 2014/2015 - Test Repository

0 0 107

HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN SIKAP TAWADHU’ SISWA DI MTS SUDIRMAN JIMBARAN TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

0 0 95

HUBUNGAN INTENSITAS PEMANFAATAN SITUS KEAGAMAAN DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN AJARAN 20142015

0 0 109

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU KEBERAGAMAAN SISWA KELAS VII SMP ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA TAHUN 20152016 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 120

HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER BACA TULIS AL-QUR’AN DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA KELAS XI DI SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20182019 SKRIPSI

0 0 116

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KEMUSU KECAMATAN KEMUSU KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 20172018 SKRIPSI

1 1 200