BERPIKIR KRITIS DALAM MEMBACA Patrisius

BERPIKIR KRITIS DALAM MEMBACA
Patrisius Istiarto Djiwandono
Universitas Ma Chung

Di jaman dimana wacana yang kita baca lewat media sosial dibanjiri oleh berita-berita
palsu (hoax), sangat penting untuk berpikir kritis. Pikiran kritis diperlukan agar kita
terhindar dari provokasi atau bujuk rayu pihak-pihak yang pada akhirnya menggiring
kita ke perpecahan, permusuhan, atau kerugian. Di bawah ini adalah intisari
kemampuan berpikir kritis.

Dalam berpikir kritis, ada beberapa faktor penting yang harus dilakukan:

KEJELASAN INFORMASI: Apakah info cukup jelas? Apakah ada contoh/kasus yg
diberikan? Apakah semua kata-katanya tidak ambigu/bermakna ganda?

Contoh: Sebuah artikel yang mengabarkan bahwa pembangunan sebuah pabrik akan
menimbulkan kerugian bagi masyakarat sekitar tanpa menjelaskan kerugian itu dalam
hal apa adalah contoh yang tidak jelas.

AKURASI: Ketepatan informasi. Apakah info tersebut benar? Apakah info tersebut
didukung data/bukti?


Sebuah berita yang mengatakan bahwa perekonomian akan turun dalam tiga bulan ke
depan tanpa mengemukakan bukti-bukti penyebabnya adalah tidak akurat.

Sebuah foto perkelahian yang menyertai sebuah berita tentang kerusuhan ternyata
diambil dari lokasi lain, di waktu yang lain, dan dalam peristiwa yang lain. Berita
tersebut jelas tidak akurat karena buktinya tidak valid.

RELEVANSI: Apakah info tersebut relevan/terkait dengan bagian-bagian yang lainnya
secara masuk akal?

Contoh: sebuah berita dengan judul bombastis “pendekatan baru menjadi kaya dalam
waktu singkat” ternyata memuat spesifikasi sebuah produk pelangsing badan yang bisa
dibeli dengan harga diskon.

KEDALAMAN: Apakah info tersebut cukup terperinci/mendalam?

Contoh: sebuah artikel tentang banjir di jalan hanya membahas curah hujan yang tinggi
sebagai penyebabnya. Jika dikemukakan juga kondisi gorong-gorong di bawah jalan,
selokan yang tersumbat, dan habisnya daerah hijau, ulasan itu akan menjadi makin

dalam.

KELUASAN: Apakah info/argumen tersebut juga memasukkan pendapat dari pihak lain
atau fakta dari sumber lain?

Contoh: sebuah berita tentang kekerasan seorang majikan terhadap pembantunya
ternyata hanya bersumber dari keterangan tetangga depan rumah. Tidak ada pihak lain
yang diwawancara untuk mendapatkan wawasan lebih luas tentang kasus tersebut.

LOGIKA: Apakah info tersebut disajikan atau dirangkai secara logis? Apakah tidak ada
bagian yang aneh atau tidak masuk akal?

Contoh: sebuah berita yang menyatakan bahwa banyaknya siswa di daerah pinggiran
yang gagal ujian adalah karena ada sebuah mall di pusat kota adalah alur logika yang
perlu dipertanyakan.

Malang, Desember 2016