PERAN BRI DALAM MEMBANGUN EKONOMI BERBAS

PERAN BRI DALAM MEMBANGUN EKONOMI
BERBASIS AGRIBISNIS YANG TANGGUH & KOMPETITIF
Oleh :
Aviliani1

PENDAHULUAN
Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu perbankan terbaik yang mampu
bersaing dalam industri perbankan nasional. BRI sebagai lembaga pembiayaan
mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang
peningkatan ekonomi masyarakat. BRI juga mampu memberikan pelayanan prima kepada
nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas di Indonesia dan memiliki sasaran ke
depan dalam pengembangan agribisnis nasional. Kantor BRI unit berjumlah 4.251 yang
melayani jasa perbankan di rural area dan pulau terpencil untuk micro banking dan total
jaringan online realtime BRI berkisar 3.450. BRI unit yang telah online pun dimaksudkan
untuk pelayanan masyarakat urban area dan sub urban. Kondisi ini memperlihatkan
bahwa BRI adalah bank komersial yang selalu mengutamakan kepuasaan nasabah dari
seluruh tingkatan status.
BRI yang dikenal sebagai salah satu perbankan tangguh nasional tidak terlepas dari
bidang pengembangan bisnis yang diterapkannya dalam mewujudkan corporate
performance excellence untuk menghadapi persaingan global. Bidang pengembangan
bisnis BRI terdiri dari tiga bidang, antara lain, pertama, pengembangan bisnis di bidang

kredit yang fokus pada pembiayaan UMKM dan kredit usaha besar yang diutamakan
untuk BUMN dan sektor swasta khususnya agribisnis, infrastruktur, dan sektor-sektor
usaha lain yang produktif (ESDM, minyak dan gas, telekomunikasi). Hal ini sesuai
dengan corporate plan BRI yang fokus bisnisnya terletak pada segmen UMKM sebesar
80% dan secara sektoral fokus pembiayaan sebesar 40% pada sektor pertanian/agribisnis.
BRI pun berencana untuk masuk kepada pembiayaan BUMN dengan porsi yang lebih
besar. Dengan demikian, pembiayaan kepada BUMN tersebut harus diarahkan kepada
pembiayaan yang mempunyai keterkaitan dengan UMKM ataupun sektor agribisnis
dengan tetap mengedepankan profesionalisme, selektifitas, pertimbangan bank teknis,
serta harus terbebas dari segala bentuk intervensi dari pihak manapun.

1

Komisaris Independen PT. Bank Indonesia (Persero) Tbk

Penyaluran kredit BRI mengutamakan pembiayaan pola inti-plasma yang akan sejalan
dengan kebijakan ekonomi pemerintah yaitu, kegiatan ekonomi yang berpihak pada
rakyat miskin (pro poor), membuka lapangan kerja (pro job) serta meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita (pro growth). Pengembangan bisnis
BRI dalam bidang perkreditan pun tetap memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian

(prudential principles). Pengembangan bisnis di bidang kredit ini menunjukkan bahwa
kebijakan BRI mampu mendukung program nasional yang pada gilirannya akan
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

Pro Poor

Kebijakan
Kebijakan
Kredit
Kredit BRI
BRI

CSR
CSR BRI
BRI

Kebijakan
Ekonomi
Pro
Growth


Pro Job

Cash
Cash
Management
Management

Pengembangan bisnis kedua adalah di bidang mobilisasi dana untuk meningkatkan
kualitas layangan yang didukung Teknologi Informasi (TI) yang handal sehingga mampu
meningkatkan perolehan DPK dengan tingkat pertumbuhan minimal sama atau diatas
rata-rata pertumbuhan dana perbankan nasional, serta tetap mempertahankan komposisi
dana murah (low-cost funding) sebagai sasaran pertumbuhan. Ketiga, pengembangan
produk untuk menciptakan produk dan aktivitas baru guna menunjang pertumbuhan
bisnis dengan menerapkan bancassurance, private banking, priority banking dan unit link
corporate dengan perusahaan asuransi, kredit pengembangan energi nabati dan
revitalisasi perkebunan.
Persaingan global yang semakin ketat menuntut BRI tidak hanya fokus dalam
mengembangkan bisnis semata. BRI terus mengembangkan fitur-fitur baru di bisnis
mikro, ritel, consumer banking, treasury dan internasional untuk memenuhi kebutuhan


nasabah. Dengan inovasi tersebut akan mampu meningkatkan jumlah transaksi dan rasio
penggunaan produk per nasabah sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan fee-based
income.
Era globalisasi yang semakin deras menuntut pula performance exellence dari sebuah
perusahaan tidak terkecuali perbankan nasional. Dalam menghadapi persaingan global,
sistem perbankan BUMN termasuk BRI seharusnya menerapkan Single Presence Policy
atau kepemilikan tunggal pada perbankan Indonesia dengan dua model yang disajikan
pada Gambar 2. Namun, Pemerintah masih memproses kajian blue print pembentukan
holding company dan super holding company bagi bank-bank BUMN sebagai
pelaksanaan kebijakan kepemilikan tunggal ini dan diharapkan pemerintah dapat segera
menyelesaikan blue print dimaksud sebagai landasan perbankan dalam melaksanakan
fungsi intermediary di masa mendatang. Perbankan dalam menghadapi dinamika pasar
global sudah semestinya era kooperatif bukan lagi era kompetisi.
Model-1 : Skenario PBI No.8/16/2006
Indonesian Bank Holding Company
Supervisory

Operational
Mandiri


BNI

BRI

BTN

BEI

Independent Business Units

Model-2 : Investment Holding (modifikasi)

Non Production

Finance

Indonesian Bank Holding Company

Marketing


Purchasing

Audit & IT

Lain-lain

Production
Mandiri
BNI
BRI
BTN
PERAN
BRI DALAM MEMBANGUN
AGRIBISNIS
NASIONAL
Independent Business Units

Gambar 2. Model Sistem Perbankan BUMN


BEI

BRI sebagai lembaga pembiayaan yang dikenal dekat dengan masyarakat, khususnya di
pedesaan juga memiliki kontribusi dalam mendorong pengembangan pertanian dengan
menerapkan kebijakan pembiayaan di sektor agribisnis. BRI di tingkat unit desa memiliki
porsi yang relatif besar pada kredit mikro pertanian. Peran BRI dalam membangun
agribisnis nasional ini tidak terlepas dari keprihatinan kondisi di lapangan, dimana secara
mikro sebagian pelaku usaha pertanian masih memiliki tingkat aksesibilitas yang rendah
terhadap sumber-sumber permodalan. Hal ini terkait dengan berbagai faktor di antaranya
tidak dapat menyediakan agunan fisik ataupun pihak-pihak lain yang dapat menjamin di
samping biaya transaksi pinjaman yang dinilai sangat tinggi. Oleh karena itu, selama
kurun waktu tertentu alokasi kredit yang disalurkan untuk sektor pertanian sangat rendah
dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Sistem perbankan konvensional yang berlaku
saat ini seolah-olah tidak tertarik terhadap sektor pertanian.

Gambar 3. Pertumbuhan Kredit Agribisnis dan Non-Agribisnis
BRI sebagai lembaga pembiayaan nasional tergerak untuk langsung berkontribusi
memajukan agribisnis nasional. Hal ini didasarkan juga pada fungsi perbankan sebagai
penunjang pertumbuhan sektor agribisnis dengan memberikan pendanaan di tingkat hulu
(bio-technology), pertanian (on-farm/agriculture), hilir (industry) maupun di sektor

penunjang (support). Adapun kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh BRI dalam
mendukung agribisnis nasional yaitu dengan mengembangkan seluruh sub sistem
agribisnis, yaitu dari hulu, pertanian, hilir dan sektor penunjangnya. Pembiayaan pada
seluruh sub sistem agribisnis tersebut dengan menggunakan pembiayaan dengan closed
system, meliputi 1) Up-stream (hulu) yang terdiri dari pembibitan, agrokimia, pupuk,

pestisida dan alat pertanian, 2) On-farm (usaha tani) yang terdiri dari budidaya tani,
budidaya hutan, perkebunan, peternakan dan perikanan, 3) Down-stream (hilir) dengan
pengolahan produk primer menjadi produk antara maupun produk akhir dan 4) Support
(penunjang) dengan mendukung kegiatan agribisnis secara keseluruhan. Dengan
berkembangnya sektor hulu, hilir dan penunjang maka diharapkan on-farm akan tumbuh
dengan baik.

Agri-business

Upstream
Crop production
Plantations
Horticulture
Animal husbandry

Agrichemicals
Aquaculture

Downstream
Processing of raw
products into
intermediate and
final products

Support services
Trading
Transportation
Distribution
Storage and
warehousing

Komitmen BRI dalam mengembangkan agribisnis nasional mendorong BRI harus
mampu melakukan optimalisasi pembiayaan agribisnis tersebut. Sebenarnya pemerintah
secara nasional telah banyak mengintroduksi berbagai skim pembiayaan untuk sektor
pertanian, namun efektivitas dan keberlanjutannya serta peranannya dalam mendorong

pengembangan pertanian, masih jauh dari yang diharapkan. Optimalisasi pemanfaatan
kredit sektor agribisnis yang telah ada, seperti Kredit Ketahanan Pangan (KKP), Kredit
kepada Koperasi untuk Anggotanya (KKPA) dirasakan belum berjalan optimal sehingga
perlu mengembangkan skim baru untuk mendukung sektor agribisnis nasional.
Pengembangan skim baru yang diterapkan BRI tidak hanya dengan pembiayaan pola intiplasma tetapi disertai dengan kemitraan dan kerjasama dengan lembaga asuransi untuk
memperkecil resiko kredit agribisnis. Adapun ideal suatu asas spesialisasi pembiayaan
dapat didasarkan pada proyek dan usaha lembaga keuangannya seperti yang disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Spesialisasi Pembiayaan Berdasarkan Proyek dan Usaha Lembaga
Keuangan

Jenis Kegiatan
1. Infrastruktur
2. Budidaya & teknologi
3. Industri Pengolahan & Pasca
Panen

Lembaga
Pemerintah
Modal Ventura

Bank, Modal Ventura,
Leasing Company

Jenis Pembiayaan
Investasi
Penyertaan
Investasi, modal kerja
dan penyertaan modal

4. Sarana Produksi
5. Transportasi

Bank
Bank, Leasing
company
Bank, KUD

Modal kerja
Investasi

6. Distribusi

Modal kerja

Dengan asas spesialisasi pembiayaan diatas, BRI sebagai salah satu sumber pembiayaan
dalam pengembangan agribisnis nasional mengoptimalkan pembiayaan tersebut dengan
menggunakan model BIMAS (Bimbingan Masyarakat). Hal ini didasarkan oleh
keberhasilan pendekatan pembangunan pertanian terpadu (1968-1984) dalam mencapai
swasembada beras merupakan cikal bakal dalam sistem pembiayaan agribisnis.
Pendekatan pembangunan pertanian terpadu tersebut diterapkan melalui Panca
Karya/Sapta Usaha Pertanian yang meliputi sistem pengairan, penggunaan bibit unggul,
penggunaan pupuk, pemberantasan hama, penggunaan cara bercocok tanam yang tepat,
pengolahan dan pemasaran hasil serta keterpaduan kelembagaan mulai dari Departemen
teknis (Deptan dan Depkop), Badan Pengendali BIMAS dari pusat sampai dengan
kabupaten, koperasi (KUD), PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) hingga Perguruan
Tinggi. Oleh karena itu, ide dasar BIMAS masih relevan untuk dikembangkan saat ini
sebagai suatu model pembiayaan agribisnis. Terlebih rakyat kecil tidak bisa dilepaskan
begitu saja, mereka membutuhkan pendampingan dan pembinaan untuk menciptakan
sustainability.
Dalam penyaluran kredit, BRI konsisten memberikan pembiayaan pada komoditi
unggulan saat ini dan masa datang, antara lain seperti, kelapa sawit, karet, kakao, tebu,
jagung, baik on-farm maupun off-farm dari hilir hingga hulu. Ke depan penyaluran kredit
BRI akan lebih selektif pada produk-produk yang ramah lingkungan yang sesuai dengan
standar internasional. Pembiayaan agribisnis yang optimal masih menemukan banyak
permasalahan-permasalahan,

diantaranya

perusahaan-perusahaan

yang

berbasis

perkebunan masih banyak tersandung masalah mengenai pembebasan lahan sehingga
banyak kredit yang telah disetujui namun terjanggal oleh adanya birokrasi. Oleh karena
itu, birokrasi ataupun stakeholders juga harus bekerjasama untuk mendukung pembiayaan
agribisnis yang optimal.

.