KONSTRUKSI KRITIK SOSIAL DALAM IKLAN DJA

KONSTRUKSI ‘KRITIK SOSIAL’ DALAM IKLAN DJARUM 76 DI TELEVISI

(ANALISIS SEMIOTIKA)

Jung Muhammad As’ad Ramlan 1 ), Andi Alimuddin Unde 2 ), Abdul Gaffar 3 )

1 Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Email: jungmuhammad@gmail.com

2 Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Email: undealimuddin@yahoo.co.id

3 Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Email: lovelygafar@yahoo.com

Abstract

This study aims to find signifier that are used to describe the social criticism in the Djarum 76 advertisements, also to know how ideology is represented in the Djarum 76 advertisements. The resea rch was conducted in the city of Makassar for two months, from July to October 2015. The approach used in this study is qualitative-interpretative textual analysis, using the analytical semiotic method by Roland Barthes. The primary data is in the form of video text from Asia Playgroup channel in Youtube in MP4 format files along with a form of soft data that are considered related to advertising. Secondary data is a literature resea rch by collecting the literature related to the object of research. The results showed that in describing social criticism, these ads use some form of signifier, which are audio and visual as well as the use of symbols and metaphor language in describing the social construction on Djarum 76 advertisements. Furthermore, the representation of social criticism in these advertisements are displayed by dividing the meaning of denotation and the connotation of each ad, and then the second stage meaning is the discovery of mythical ideology contained in the connotation.Undeniably all cultivation effort of satire meanings in Djarum 76 ads, in content of 'social criticism', is also an ideological game. Researcher calls this ideological game, because the purpose of advertising is to influence the audience, active target product.While there are other options from signifier such ads trying to actually perform the critical processes in the social conditions of society, it will not be able to release itself from its function as an advertisement.

Keywords : criticisms social, advertisements, television

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penanda yang digunakan untuk menggambarkan kritik sosial dalam iklan Djarum 76 juga untuk mengetahui bagaimana idiologi direpresentasikan dalam iklan Djarum 76. Penelitian ini dilaksanakan di kota Makassar selama dua bulan yaitu pada bulan Juli hingga Oktober 2015. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tekstual kualitatif-interpretatif, dengan menggunakan metode analisis semotika Roland Barthes. Data primer penelitian ini berupa teks vidio bersumber dari saluran Playgroup Asia di Youtube dalam format MP4 yang berbentuk soft file beserta data-data yang dianggap berkaitan dengan iklan. Data sekunder merupakan penelitian pustaka dengan mengumpulkan literatur-literatur yang berkaitan dengan objek penelitian.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menggambarkan kritik sosial, iklan ini menggunakan beberapa bentuk penanda yaitu audio dan visual serta penggunaan simbol-simbol dan bahasa metafora dalam menggambarkan konstruksi sosial pada iklan Djarum 76. Selanjutnya, penggambaran kritik sosial dalam iklan ini ditampilkan dengan membagi makna denotasi dan konotasinya tiap iklan, dan kemudian pemaknaan tahap kedua yaitu konotasinya ditemukan mitos Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penanda yang digunakan untuk menggambarkan kritik sosial dalam iklan Djarum 76 juga untuk mengetahui bagaimana idiologi direpresentasikan dalam iklan Djarum 76. Penelitian ini dilaksanakan di kota Makassar selama dua bulan yaitu pada bulan Juli hingga Oktober 2015. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tekstual kualitatif-interpretatif, dengan menggunakan metode analisis semotika Roland Barthes. Data primer penelitian ini berupa teks vidio bersumber dari saluran Playgroup Asia di Youtube dalam format MP4 yang berbentuk soft file beserta data-data yang dianggap berkaitan dengan iklan. Data sekunder merupakan penelitian pustaka dengan mengumpulkan literatur-literatur yang berkaitan dengan objek penelitian.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menggambarkan kritik sosial, iklan ini menggunakan beberapa bentuk penanda yaitu audio dan visual serta penggunaan simbol-simbol dan bahasa metafora dalam menggambarkan konstruksi sosial pada iklan Djarum 76. Selanjutnya, penggambaran kritik sosial dalam iklan ini ditampilkan dengan membagi makna denotasi dan konotasinya tiap iklan, dan kemudian pemaknaan tahap kedua yaitu konotasinya ditemukan mitos

ideologis, peneliti menyebutnya permainan ideologis, karena tidak lain dan tidak bukan tujuan iklan adalah untuk mempengaruhi khalayak, sasaran aktif produk.Walaupun ada opsi lain dari pembuat iklan sedemikian rupa berusaha untuk benar-benar melakukan proses kritis pada kondisi sosial masyarakat. Namun tidak akan mampu untuk melapaskan diri dari fungsinya sebagai iklan.

Kata Kunci: kritik sosial, iklan, televisi

PENDAHULUAN

Awalnya manusia menggunakan tanda – tanda hanya di depan toko mereka untuk memperkenalkan dan menawarkan barang yang mereka jual kepada konsumen. Setelah orang orang mulai dapat membaca, maka para pedagang memindahkan simbol – simbol yang dapat dikenali pada batu, tanah liat, atau kayu untuk menyampaikan tanda – tanda yang ingin mereka tunjukkan. Iklan menjadi media begitu popular ketika poster dan gambar digunakan untuk menyampaikan informasi untuk mempromosikan barter, penjualan barang, hingga jasa. Hal tersebut terjadi terus menerus hingga abad ke-15 manusia menemukan mesin cetak untuk membuat flyer dan poster untuk dicetak lalu di pasang di tempat umun atau disisipkan dalam buku, pamflet, surat kabar, dan sebagainya.

Jika diperhatikan dengan baik iklan paling progresif bisa dikatakan salah satunya datang dari perusahan megaindustri rokok ini dikarenakan rokok merupakan komoditas dengan pengahasilan terbesar di Indonesia. Bahkan jika dilihat dari jumlah pendapatan yang begitu besar, industri rokok bahkan bernilai seperti emas, atau hasil-hasil tambang lainnya. Indikasinya adalah dari deretan orang-orang terkaya di Indonesia yang tercatat media asing semisal majalah Forbes, pemilik perusahan rokok terbesar berada pada deretan tertinggi.

Rokok kemudian beberapa abad terakhir telah bermetafora menjadi industri terbesar dunia, dengan nilai kebutuhan terbesar, dan tentu profit bagaikan batu mulia atau minyak

bumi. Rokok kini menjadi semacam “religi” bagi penikmat setianya yang jumlahnya begitu banyak. Di luar, perdebatan berkepanjangan antara industri rokok dan industri kesehatan.

Sebagai sesuatu yang telah mengakar dalam kesehariaan manusia sebagai suatu habitus bahkan sebagai kebudayaan, sekali lagi telah menyatu dengan darah peradaban manusia zaman ini, telah menyokong dengan konsisten perkembangan dan pertumbuhan industri tersebut.

Ada banyak aturan yang berusaha mengatur iklan rokok, bahkan untuk menyikapi dampak dari iklan dan promosi rokok ini, pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) No 109 Tahun 2012 tentang “Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan”. PP tersebut kini diperkuat dengan terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan No 28 Tahun 2013 tentang “Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Keseha tan pada Kemasan Produk Tembakau”. Permenkes No 28 Tahun 2013 tersebut mulai berlaku efektif pada pertengahan 2014”.

Belakangan muncul iklan kreatif dengan mumunculkan nilai-nilai satir bernuansa kritik sosial dengan penggambaran sederhana dan sarat makna. Iklan tersebut muncul dari anak perusahaan rokok terbesar di Indonesia, yakni Djarum 76. Djarum sendiri secara

brand telah menjadi “religi” bagi penikmat setianya. Praktis iklan brand utama PT. Djarum

Tbk, mengurangi bentuk iklan-iklan bercerita dan tergantikan dengan iklan-iklan sebagai sponsorship pelbagai event olahraga dan bidang-bidang pendidikan dan CSR. Kemudian giliran Djarum 76 yang mendapatkan iklan tv yang lebih banyak. Hal ini dikarenakan Djarum 76 masih bisa dikatakan baru dalam persaingan pasar rokok. Ditambah lagi persaingan ini semakin menantang di tengah banyaknya kompetitor dari brand rokok mild dengan segmen anak muda.

Iklan Djarum 76 dengan konsisten menunjukkan keseharian kehidupan Indonesia dan berusaha mengolok-ngolok perilaku masyarakat Indonesia yang merupakan representasi kehidupan sosial masyarakat dalam media televisi sehari-hari seperti perilaku korup, nilai kesetian, materialitas, moralitas, dan nilai-nilai kemanusiaan yang tersentimeni dalam keseharian masyarakat. Oleh karena hal tersebut, penulis sekaligus peneliti tertarik dan merasa penting untuk menjadikan iklan Djarum 76 ini sebagai objek untuk diteliti lebih dalam makna apa yang coba dibentuk dan ditampilkan didalamnya, dengan judul

penelitian; “Konstruksi ‘Kritik Sosial’ dalam Iklan Djarum 76 di Televisi” ( Analisis Semiotika).

KAJIAN LITERATUR Komunikasi Massa Hingga Kreativitas Iklan TV

Komunikasi massa mengambil posisi signifikan dalam kompleksitas perkembangan teknologi komunikasi dan aplikasi komunikasi. Kajiannya mencakup posisi komunikasi sebagai penyebab perkembangan dan juga akibat dari perkembangan teknologi komunikasi. Dalam komunikasi, media massa menjadi bagian dari kajian penting, yakni untuk mengetahui bagaimana media komunikasi massa bekerja. Dalam hal ini juga bagaimana media muncul dalam berbagai bentuk, juga konten media yang dibangun atau konstruk. Pula bagaimana pengaruh media massa dan isi media itu terhadap khlayak atau manusia pada sisi lain. Pada tahapan dan bentuk selanjutnya iklan menemukan peranan dan bentuk lebih konkret sebagai varian dari media massa itu sendiri.

Pada sistem media/komunikasi massa yang sifatnya teknis dan mekanis, sistem komunikasi massa mempunyai/menyebabkan karakteristik psikologi yang khas pada komponen komunikasinya dibanding sistem komunikasi interpersonal pada umumnya. Pada sisi komunikasi massa ini tampak pengendaliaan arus informasi, umpan balik, stimulasi alat indra, dan proposisi unsur isi dan hubungan. (Rakhmat, 2003;189). Namun pada sisi lain terdapat khalayak (heterogen) yang merupakan individu (sebagai manusia interpertan) penerima pesan media tersebut. Dengan demikian kondisi psikologis penerima pesan akan menjadi kompleks dan dinamis, sangat sesuai dengan kecenderungannya pada bagaimana seseorang (khalayak), dengan kebudayaannya dan pengetahuaannya, membaca dan memaknai sebuah pesan media. Hal inilah yang kemudian lebih lanjut di tawarkan dalam mashab kedua komunikasi yakni mazhab penandaan (signifikansi/semiotika).

Kritik Sosial dan Fungsi Kritik Sosial

Teori sosial kritis tentang industri budaya dan kritik budaya massa yang diperkenalkan para pemikir Madzhab Frankfurt, dipandang sebagai teori pertama yang secara sistematik menganalisis dan mengkritik budaya yang dimediakan secara massa dan Teori sosial kritis tentang industri budaya dan kritik budaya massa yang diperkenalkan para pemikir Madzhab Frankfurt, dipandang sebagai teori pertama yang secara sistematik menganalisis dan mengkritik budaya yang dimediakan secara massa dan

dikenal sebagai budaya massa dan komunikasi massa berada di pusat aktivitas waktu luang, yang menjadi agen sosialisasi yang penting, mediator realitas politik dan dengan demikian harus dipandang sebagai institusi utama masyarakat kontemporer dengan berbagai efek sosial, budaya, politik dan ekonomi. Di lain pihak, kini orang pun juga tidak lagi bisa membatasi wilayah-wilayah teori kritis hanya pada pemikiran Madzhab Frankfurt. Sebab dalam perkembangannya, teori kritis kini lebih merupakan hasil perkawinan silang antara sejumlah pemikiran yang bersifat kritis terhadap dominasi dan ketidakadilan dalam kehidupan sosial (Eriyanto, 2001:xxi).

Metode kritik berdiri diantara ilmu pengetahuan dan filsafat, dan juga bahwa kritik berkaitan dengan kesadaran akan krisis sosial dalam kondisi historis tertentu (Hardiman, 2009: 20). Hardiman menunjukkan bahwa masyarakat komunikatif bukanlah masyarakat yang melakukan kritik dengan melalui revolusi atau kekerasan, melainkan lewat argumentasi. Habermas sendiri membedakan dua macam argumentasi, yaitu perbincangan atau diskursus ( discourse ) dan kritik.

Analisis Semiotika Iklan

Dalam runtutan analisis semiotika, sebelum sampai pada pemakanan lebih jauh pada pemaknaan idiologis pesan iklan, semiotika secara struktural juga menunjukan tahapan pemaknaan mulai dengan makna denotasi dan konotasi sebuah iklan. Hal ini dilakukan dengan cara memperhatikan unsur-unsur tanda seperti ikon, simbol, dan indeks. Penting sebagai referensi untuk memahami kondisi dialekstis dalam interpretasi semantis sebagai teori dan metode.

Barthes dalam Piliang (2010: 304) mengembangkan dua tingkat penandaan ( staggered systems ), yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu tingkat denotasi ( denotation ) dan konotasi ( connotation ).

Tahap Pertama Tahap Kedua

ISI Petanda MITOS

GAMBAR 2. 3. Model Dua Tahap Signifikasi Barthes

Sumber : John Fiske, Cultural and Communication Studies . 1990 hal 122

METODE

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga Oktober 2015 dengan dengan objek penelitian adalah iklan Djarum 76 yang dibuat oleh biro periklanan Playgroup Asia yang ditayangkan di televisi dan youtube.

Peneliti menggunakan perangkat analisis semiotika model Roland Barthes, inti gagasan Barthes menyangkut dua tingkatan signifikasi/pemaknaan. Tingkatan pertama, menguraikan makna linguistik yaitu denotasi-relasi antara penanda dengan petanda dalam sebuah tanda, serta tanda sebagai acuan realitas eksternal. Tingkatan dua, makna adalah sebuah bahasa mitis yang terdiri atas konotasi dan mitos.

Deskripsi makna denotatif, yakni menguraikan dan memahami makna denotatif yang coba disampaikan oleh sesuatu yang tampak secara nyata atau materil dari tanda. Disini, Iklan Djarum 76 dideskripsikan dengan penekanan pada kedalaman untuk menceritakan ulang isi pesan iklan dan identifikasi sistem hubungan tanda dan corak gejala budaya yang dihasilkan oleh masing-masing tanda tersebut. Ada tiga bentuk hubungan tanda yang dianalisis, yakni hubungan simbolik ( Intertekstualitas ), hubungan paradigmatic , dan hubungan sintagmatic . (Rakhmani, 2007;18-19)

Analisis mitos dalam sebuah iklan menciptakan mitologi atau ideologi sebagai sistem konotasi. Apabila dalam denotasi mereka menunjukkan ideological atau secondary meaning, semiotika berusaha menganalisis teks iklan sebagai keseluruhan struktur dan memahami makna yang konotatif serta tersembunyi. Konsep mitos Barthes inilah yang kemudian diadopsi oleh penulis untuk menunjukkan dan menjelaskan fenomena “kritik sosial” dalam iklan Djarum 76.

HASIL PENELITIAN

Membedah Mitos: Menemukan Ideologi dalam Mitos

Pada bagian ini peneliti akan masuk pada tahap lebih lanjut dari usaha mengangkat makna ke-tahap kedua, yakni makna konotasi. Pada akhirnya mitos (menurut pengertian Barthes) yang mengandung ideologi, akan peneliti analisis untuk menunjukan sistem ideoligi yang bekerja.

a. Awan: Ilusi dan Angan-angan (delusi).

Awan adalah tanda yang mewakili harapan, angan-angan dan hasrat manusia, adalah konotifikasi yang akan selalu membuka iklan Dja rum 76 ‘Yang penting Happiii”. Maknanya, semua kisah-kisah dalam kehidupan yang direpresentasikan melalui iklan adalah tentang ‘harapan’, tentang ‘tujuan’, tentang ‘tantangan’, tentang ‘usaha’, tentang ‘gerak’ pada diri manusia. Manusia adalah makhluk yang cenderung unik, keinginan

manusia, semakin dewasa, bukannya semakin konkret malahan semakin abstrak, rumit, kompleks. Awan mewakili apa yang disebut dalam istilah psikologi dan ilmu sosial pasca- modern sebagai delusi. Keinginan manusia tidak lagi berlandas pada realitas, namun terbang tinggi mengawang-ngawang tinggi di awan dan tidak berpijak.

b. Jin

Jin adalah simbol dari delusi manusia, yang menggambarkan kelemahannya pada angan-angan, hasrat tak terbatas. Seperti kata- kata Ghandi, “Bumi ini cukup untuk Jin adalah simbol dari delusi manusia, yang menggambarkan kelemahannya pada angan-angan, hasrat tak terbatas. Seperti kata- kata Ghandi, “Bumi ini cukup untuk

Jin juga punya posisi lain, sebagai seorang parodian, komedian, atau seorang yang memberi ujian, atau lebih jelasnya seorang kritikus. Jin adalah sebuah sarana untuk menunjukan kedalaman diri seseorang dengan ‘permintaan’ yang diajukan. Jiwa, hasrat,

seseorang kemudian tercermin dari apa permintaan yang diajukan. Permohonan yang diajukan, sebagai kritikus, Jin kemudian membongkar struktur nilai yang diterima umum ( common sence ) namun jauh dari realita lewat sindiran satir, suatu yang digambarkan sebagai ‘pengabulan permohonan’.

Kritikus juga tersemat erat pada pakaiaan kelas menegah jawa, batik, dan blankon. Menunjukan gambaran seorang terdidik, kelas menengah atas terdidik masyrakat jawa. Kritisisme tidak lahir tanpa dunia pendidikan, tanpa pembelajaran, tanpa ilmu pengetahuan, dan Jin mewakili masyrakat terdidik tersebut.

c. Bocor: Kepoisme, ‘Kritisisme’ ala Modren

Mahasiswa atau para terdidik yang merupakan konotifikasi dari pemuda berkemeja dengan banyak pertanyaan dalam Iklan berjudul bocor, mencoba menunjukan KEPO-isme (pengganti kritisisme) atau Knowing Every Particular Object. Jika kritisisme mencoba mempertanyakan sesutau untuk menjawab esensi hingga eksistensi sesuatu (universalitas), KEPO modern mencoba menjawab segala hal yang bersifat partikular (bagian-bagian). Partikular maupun Universal keduanya merupakan hal penting dalam diri manusia. Sayangnya KEPO-isme kemudian dibanding memberikan jawaban yang meyakinkan pada diri manusia malahan membawanya pada sesuatu yang bahkan melampaui relativitas, yakni nihilitas. Pertanyaan terus diajaukan tertapi tidak membuat manusia menjadi bergerak. Karena secara filosofis ujung dari kepartikularan sesuatu adalah kekosongan, yang digambarkan dalam iklan ini dengan mulut yang ditutup.

d. Conned (Jin Ketipu)

Ketertipuan dalam iklan ini merupakan ketertipuaan palsu yang menggerogoti kemanusiaan. Hal ini juga berarti sikap serakah dan tidak puas dari manusia, untuk memenuhinya jalan-jalan licik nan cerdas digunakan. Banyak ditemukan dalam masyarakat kaum cerdik pandai yang memanfaatkan kepandaiannya untuk menipu dan memperdaya. Dan hal yang paling muda di perdaya dalam diri manusia adalah tabiat buruk ego.

Jin merasa ditipu kemudian menghardik. Bermakna saat orang-orang pada akhirnya jatuh dalam tipu muslihat apa yang bisa dilakukan oleh seseorang hanyalah mempersalahkan kondisi, atau menghardik penipu. Pada realitanya manusia tidak seperti Jin yang bisa menciptakan keajaiban-keajaiban, tak mampu merubah orang menjadi katak, mengutuk, atau mengunci mulut orang lain sebagai hukuman seperti pada iklan. Makna lainnya dari mingkemnya kedua pemuda adalah akhir dari tipu muslihat yang mereka lakukan adalah kegagalan total dan mereka hanya bisa terdiam. Tipu daya pasti kalah demikian pesannya.

e. Corruption (Pungli dan Sogokan): Idealisme dan Korupsi-isme

Sosok Gayus Tambunan pegawai pemerintahan kementrian pajak Negara yang menjadi miliarder akibat kasus korupsi yang dilakukannya, kini Gayus Tambunan menjadi Ikon korupsi itu sendiri. Gambaran ini pula berarti sebuah skeptisitas masyarakat Sosok Gayus Tambunan pegawai pemerintahan kementrian pajak Negara yang menjadi miliarder akibat kasus korupsi yang dilakukannya, kini Gayus Tambunan menjadi Ikon korupsi itu sendiri. Gambaran ini pula berarti sebuah skeptisitas masyarakat

Kecurangan dan ketidakadilan disebabkan pegawai pemerintahan yang korup, berarti harapan ideal yang terbentur dengan kontra dari apa yang diharapkan. Idealisme, sesuatu yang bermanfaaat bagi semua orang, adalah hal yang ideal di muka bumi jika keadilan dan kkn bisa dihapuskan. Namun harapan harus pupus, bahkan yang “gaib” pun tidak bisa berbuat apa-apa. KKN benar-benar menjangkiti seluruh kehidupan. Bahkan untuk membangun harapanpun tidak bisa lepas dari kegiatan yang korup. Juga bermakna yang ideal di dunia ini mestilah ditertawakan saja karena tidak mungkin untuk terwujutkan.

f. Eksist: Pasca “Merekok membunuhmu”

Sebuah sindiran kepada ‘rival’, perusahaan kesehatan’, bagaimanapun perusahaan rokok dicoba untuk dilemahkan, rokok akan tetap eksis. Dan perusahaan kesehatan yang mencoba untuk eksis dalam persaingan industri, tidak akan mengoyahkan kedikdayaan perusahaan rokok, yang sudah menjadi brand religion di masyarakat. Pada gambar 4.13, terlihat Jin yang menertawakan foto ‘eksis’ dan teks “Merokok dapat membunuhmu 18+”, pada akhirnya perusaha rokok hanya ‘menertawakan’ usaha pelemahan dengan gambar- gambar yang berusaha ‘menakut-nakuti’ pasar rokok dengan aturan periklanan. Sedangkan kreatifitas iklan rokok bahkan mampu memanfaatkan kondisi ‘tidak menguntungkan’ tersebut.

g. Gennie Contest (Kontes Jin ): “Korupsi sebagai brand religion ”

Korupsi yang dilakuakan oleh aparat Negara, sebenarnya tidak bisa digunakan untuk mengeneralisir kebanggan dari bangsa ini. Dari sisi kebangsaan, Indonesia adalah bangsa yang memiliki begitu banyak asas kebudayaan, tradisi, semangat, yang patut dijadikan contoh bagi bangsa lain. Sebut saja budaya gotong-royong, tenggang rasa, pluralitas, dan nilai-nilai luhur lainnya yang dapat diteladani, dan dibanggakan bangsa ini. Hanya saja Negara tidak melihat hal ini sebagai sesuatu yang penting dilestarikan, dan tidak duganakan sebagai penghayatan dalam bernegara. Maka dari itu budaya korupsi di negara ini menjadi merajalela.

h. Handsome (Pingin Sugih, Pingin Ganteng ): “Kekufuran”

Menjadi ganteng bermakna suatu permintaan irasional dari manusia. Petir menyambar menandai permintaan yang tidak kodrati pada diri manusia. Manusia lahir dengan kondisi fisiknya masing-masing, konsep ganteng-tampan-cantik telah memaksa orang-orang dengan berbagai cara berusaha mengikuti standard ke-gantengan yang ada walapun bukan hal yang esensial bagi kemanusiaan. Ganteng, tampan, cantik hanya merupakan mimpi-mimpi atau ilusi manusia. Manusia seakan berhalusinasi dengan sebuah konsep delusif tentang tubuh.

i. Ho nest (Jujur): “Panggung Sandiwara/Dramaturgi”

Menurut Erving Gofman manusia dalam menjalani karakternya selalu dalam kondisi yang disebutnya kondisi dramaturgi . Bahwa manusia memiliki dua panggung besar, ruangnnya menunjukan karakter pribadinya. Pertama adalah panggung depan, panggung tempat seorang menunjukan hasil ‘akting’ yang terbaik tergantung peranan apa yang dilakoni dihadapan orang banyak/khlayak/penonton. Kedua adalah panggung belakang atau aspek psikologis seseorang yang melatarbelakangi tindak tanduk seseorang Menurut Erving Gofman manusia dalam menjalani karakternya selalu dalam kondisi yang disebutnya kondisi dramaturgi . Bahwa manusia memiliki dua panggung besar, ruangnnya menunjukan karakter pribadinya. Pertama adalah panggung depan, panggung tempat seorang menunjukan hasil ‘akting’ yang terbaik tergantung peranan apa yang dilakoni dihadapan orang banyak/khlayak/penonton. Kedua adalah panggung belakang atau aspek psikologis seseorang yang melatarbelakangi tindak tanduk seseorang

Kejujuran adalah kunci terbongkarnya panggung belakang seseorang. Selip lidah (slip of tongue) dalam psikologi merupakan kejujuran yang simbolik. “ Saya pengen kaya raya, punya puluhan rumah dan mobil mewah, selingkuhan dimana manaaaaaa .” Adalah kejujuran dari panggung belakang yang coba diatribusikan merupakan karakter banyak calon pemimpin dewasa ini.

j. Jangkrik: “Galau-isme”

Kesempatan selalu ada namun tidak terulang begitu kata pepatah. Ketika manusia tidak mampu menentukan sikapnya waktu akan terus berjalan, kesempatan akan hilang, berganti kesempatan yang lain. Kadang manusia banyak mengeluh kehilangan kesempatan, mempersalahkan diri, kecewa, mengumpat, marah, dll. Salah satu penghalang manusia menetakan pilihanya karena apa yang dewasa ini disebut dengan galau, kondisi tidak mampu menentukan dua pilihan atau lebih dan menentukan sikapnya. Sederhananya kegalauaan muncul karena ketidaktahuan, maka untuk dapat keluar dari kegalauaan adalah dengan berpengetahuan.

k. Killer Ladis (Jin Takut Istri ): “Maskulin Vs Feminim”

Kelemahan pada laki-laki yang tak mampu menguasai perempuannya. Persepsi keliru dibanding untuk saling membina dan mendidik sesama. Dimana relasi kuasa digantikan dengan relasi komunikasi dialogis. Pada bagian ini, berusaha untuk menujukan bahwa perempuan setidaknya bukan untuk di kuasai namun diterima apa adanya. Bukan menjadi matriarki atau patriarki, juga bukan feminim atau maskulin namun berdialog sebagi manusia, menghargai kemanusiaan.

l. Matrialistik (Matre ): “Materalisme”

Dalam pertemuan manusia berusaha melibatkan perasaannya kepada sesama manusia, ada nilai yang lebih dari sekedar materi. Pada bagian ini ditunjukan bagaimana dibanding menagkapkan perasaan-perasaan ketika sedang berkomunikasi, kebanyakan orang lebih menunjukan sisi material komunikasi, di wakili dengan permintaan-permintaan yang bersifat bendawi.

m. Pony (Iki Salah, Iku Salah ): “Fatalisme”

Kesempatan adalah apa diharapkan seseorang. Tentu kesempatan tersebut merupakan dambaan yang muncul dan berharap terkabul oleh manusia. Namun rasa tidak perna puas membuat seseorang akan kecewa dengan apapun yang akan didapatkannnya. Kekecewaan pada apa yang didapatkan akan menyebabkan apapun itu yang dituju, tidak akan membawa seseorang pada rasa puas atau cukup. Semuanya menjadi kurang bernilai, dan akan semakin menjauhkan dari apa yang di inginkan. Keinginan kadang telah terkabul, namun karena rasa kurang puas, keinginan yang terwujud itu dianggap tidak berarti.

n. Promotion (Naik Pangkat) : “Abuse of power”

Ruang persidangan yang digunakan dalam setting tempat pada iklan ini menunjukkan konotasi bahwa dalam sebuah persidangan ada praktek-praktek yang mengarah pada kenaikan jabatan melalui jalur yang tidak semestinya dilalui (jalur belakang) serta bentuk pembenaran dan kritik atas adanya praktek-praktek ilegal yang terjadi dalam sebuah proses persidangan. Sosok Wakil Ketua dan Wakil Rakyat Miskin Ruang persidangan yang digunakan dalam setting tempat pada iklan ini menunjukkan konotasi bahwa dalam sebuah persidangan ada praktek-praktek yang mengarah pada kenaikan jabatan melalui jalur yang tidak semestinya dilalui (jalur belakang) serta bentuk pembenaran dan kritik atas adanya praktek-praktek ilegal yang terjadi dalam sebuah proses persidangan. Sosok Wakil Ketua dan Wakil Rakyat Miskin

Sosok Jin yang dapat memenuhi segala permintaan yang ada dalam iklan tersebut merepresentasikan jalur praktek-praktek ilegal yang sering dilakukan oleh para pejabat publik khususnya pejabat yang bekerja dalam lingkup peradilan. Seperti yang kita ketahui, proses-proses peradilan yang ada di negeri ini sarat akan praktek penyuapan dan manipulasi hukum yang mengakibatkan adanya ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat.

o. Rose (Mawar Kembang Desa ): “Empirisme Vs Metafora (esensi)”

Keinginan untuk menikah atau berkeluarga misalkan, merupakan kebutuhan mendasar dari manusia, tentu sebagia makhluk sosial, keluarga diperlukan untuk mengukuhkan cita-cita. Namun pernikahan kemudian terhalang oleh syarat rumit seperti ekspektasi pada kecantikan (empiris) tertentu.

Pada akhirnya walupun dengan keajaiban sekalipun ekpektasi irasional hanya menjadi imajinasi yang jauh dari realitas. Manusia terlalu jauh berpatokan pada angan- angannya, terpana pada tampakan luar, dan tidak melihat esensi dari sesuatu. Perempuan di simbolkan dengan mawar, hal lucu menikahkan seorang dengan bunga mawar, maknanya sarkastik, mawar itu berduri kecantikannya kadang melukai. Walapun mungkin benar menikah dengan perempuan cantik, namun cantik bukan hal yang menjamin pernikahan. Kecantikan, ketampanan akan hilang, dan ekspektasi hanya akan meninggalkan duka.

p. Stranded (Terdampar): “ego sosial”

Pertemanan adalah hal penting bagi kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain, demikian kata para ahli dibidang sosiologi. Namun di dunia modern nilai sosial kemudia bergeser pada ‘ego’ pribadi masing-masing manusia, hanya pada saat mereka kesusahan mereka saling mengingat, namun pada kemudahan mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri. Namun bagaimanapun manusia hanya cocok pada kondisi dimana ego itu tidak dinisbatkan pada kediriannya. Manusia adalah makhluk yang egonya dipertemukan dalam keterpisahan diri masing-masing, dan dipertemukan dalam segala kekurangannya, kebutuhannya pada yang lain, atau dimensi sosial. Demikian ego manusia adalah ego sosial, yang menyebabkan mereka saling berempati satu-sama-lain.

q. Soulmate (Teman Hidup): “Dehumanisme”

Maka dengan akal manusia membawa manusia mampu melampaui kebinatangannya, menjadi makhluk yang memiliki nilai lebih kompleks. ”Aku pengen teman h idup yang baik, pengertian, sabar, penurut dan yang paling penting adalah setia”, demikian permohonan yang diajukan perempuan, namun kemudian mendapatkan ‘seeokor anjing di pangkuaannya’. Apa yang diharapkan oleh perempuan itu adalah suatu nilai yang dimiliki oleh seorang manusia yang idela. Namun sangat disayangkan bahwa kondisi masyrakat manusia hari ini telah dipandang skeptis, nilai-nilai dan sikap-sikap khas manusiawi sekarang sulit untuk ditemukan, sekarang lebih mudah menemukan sikap seperti kesetiaa n pada hewan ‘anjing’ dari pada ‘manusia’. Dehumanisasi adalah apa yang Maka dengan akal manusia membawa manusia mampu melampaui kebinatangannya, menjadi makhluk yang memiliki nilai lebih kompleks. ”Aku pengen teman h idup yang baik, pengertian, sabar, penurut dan yang paling penting adalah setia”, demikian permohonan yang diajukan perempuan, namun kemudian mendapatkan ‘seeokor anjing di pangkuaannya’. Apa yang diharapkan oleh perempuan itu adalah suatu nilai yang dimiliki oleh seorang manusia yang idela. Namun sangat disayangkan bahwa kondisi masyrakat manusia hari ini telah dipandang skeptis, nilai-nilai dan sikap-sikap khas manusiawi sekarang sulit untuk ditemukan, sekarang lebih mudah menemukan sikap seperti kesetiaa n pada hewan ‘anjing’ dari pada ‘manusia’. Dehumanisasi adalah apa yang

Representasi “Kritik Sosial” sebagai Mitos Dalam

Bagimanpun iklan Djarum 76 “Yang Penting Happii” pada dasarnya mengandung unsur-unsur kritis, dimensi kritisnya pun beranekaragam, menyentuh berbagai aspek.

Berbagi aspek tersebut telah peneliti bedah satu persatu pada bagian sebelumnya. Ada yang menyentil masalah hasrat, hingga masalah figur yang korup, bahkan menyentil aturan periklanan tentang rokok.

Walhasil peneliti menyimpu lkan bahwa konten iklan yang bernuansa “kritik sosial” tersebut sebagai mitos. Dimaksudkan bahwa kritik sosial tersebut dikonstruksi

sedemikian rupah oleh pembuat iklan demi kebutuhan periklanan, pemasaran, dan tentunya feedback profit yang besar dari kondisi terpengaruhnya penonton iklan dan peningkatan daya beli. Pada akhirnya tidak dapat lagi dipungkiri semua konten “kritik sosial” berujung

sebagai sebuah usaha advertaising. Walaupun ada opsi lain dari pembuat iklan sedemikian rupa berusaha untuk benar-benar melakukan proses kritis pada kondisi sosial masyarakat. Namun tidak akan mampu untuk melapaskan diri dari fungsinya sebagai iklan.

Dalam pengertian Barthes terhadap mitos sebagai tanda sebagai cara wicara yang mengandung ideologi dan mengandung usaha dominasi, maka konten dalam “Kritik sosial” dalam iklan Djarum 76 ‘yang penting happiii’ adalah usaha dominasi idologi secara halus, peneliti mengkategorisasikan sebagai usaha dominasi idologi, karena pembuatan iklan ini tentu bertujuan untuk membuat khlayak penonton terpengaruhi, bahkan mengunakan cara

yang tidak biasa, dengan mengkomodifiaksi “Kritik Sosial”.

PEMBAHASAN

a. Awan

Makna Denotasi Awan yang muncul bervariasi terkadang muncul sebagai, awan mendung, awan biru, langit cerah dengan matahari, langit cerah tanpa matahari, awan mendung dengan matahari, awan mendung menyembunyikan matahari. Makna Konotasi

Awan dalam iklan Djarum 76 bermakna sesuatu yang datang dari langit tinggi, sebuah anugerah, harapan yang besar, suatu cita-cita, sumber inspirasi, penerangan, tapi juga mengawang-ngawang, tidak jelas, rahasia. Manusia adalah makhluk dengan hasrat dan cita-cita yang begitu tinggi sehingga bumi dan tak mampu memenuhinya, seakan hanya langit yang dapat mengabulkan semua harapan itu.

b. Om Jin

Makna Denotasi Om Jin dalam penggambaran umum adalah makhluk gaib yang digambarkan mirip dengan manusia pada umumnya. Namun Jin adalah makhluk gaib yang dipercaya mampu mengabulkan macam-macam permohonan bahkan yang tidak masuk akal sekalipun. Karena pakaian yang digunakan oleh Jin dapat dipastikan bahwa tokoh Jin pada Iklan

Djarum 76 dengan simbol blangkon dan indeks mendok khas jawa timur, Jin tersebut diatribusikan berasal dari pulau jawa. Makna Konotasi

Lebih jauh Om Jin pada tanda yang di sajikan dalam iklan Djarum 76 adalah pertandaan akan adanya kemampuan adimanusia, sebuah kekuatan yang mampu mengabulkan cita-cita di luar nalar dan harapan besar manusia. Harapan besar sekarang akan terkabulkan namun hanya sebuah ilusi, celaan, atau sekedar guyonan saja. Separti salah satu dialog dalam Iklan, “Mimpii”. Harapan yang terwujud dengan bantuan Jin, hanya sebuah mimpi-mimpi belaka.Blangkon sendiri adalah simbol yang mengandung makna filosofis mendalam bagi masyarakat jawa, yakni merujuk pada kemanusiaan.

c. Bocor

Makna Denotasi Langit jingga dengan matahari, pemuda dengan kemeja terbuka, sepatu di atas poji emas jin, jin memberi permintaan untuk diwujudkan, pemuda bertanya: “tiga bisa?”, “Cara Gimana? ”, “Kok bisa sakti?”, “Dari sono mana?” “Moyangmu siapa? kok gak ikut? ada pin BB nya? ”, jin membungkam pemuda berkemeja itu. Makna Konotasi

Langit jingga menggambarkan ketercerahan dan matahri menggambarkan terwujudnya cita-cita. Seorang pemuda berkemeja merupakan gaya khas seorang mahasiswa atau setidaknya kalangan terpelajar di kota-kota besar. Pemuda berkemaja membuka poci dengan menggunakan kaki, setidaknya terlihat sikap pemuda yang menggampangkan sesuatu, menggap enteng, mengangap remeh, percaya diri, bersikap sombong. Saat pemuda bertanya menimpali setiap pernyataan Jin adalah sikap “kepo” si pemuda KEPO. Kepo merupakan akronim populer salah-satunya Knowing Every Particular Object atau rasa ingin tahu terhadap hal-hal mendetail. KEPO jika demikian lebih mirip pada sebuah praktek kritis. Dalam iklan ini KEPO digambarkan menggantikan kritisisme dari mahasiswa. Kritisisme yang merupakan afeksi dari pendidikan kampus kini tergantikan dengan sikap kepo yang tidak esensial, mengetahui untuk sekedar menguji, merendahkan orang lain, sikap yang bertentangan dengan kritisisme.Pada akhirnya pemuda (mahasisiwa/terpelajar) itu dibungkam (mingkem) oleh Jin adalah solusi paling tepat bagi pemuda KEPO dengan pengertian menganggap enteng, bertanya hanya untuk menguji orang lain, dan merendahkan orang lain. Mingkem atau diam menjadi satu solusi untuk

seorang KEPO yang sikapnya merendahkan. Satu kata bijak, “Bicaralah yang baik atau diam sama sekali.” Tepat menggambarkan masa dewasa ini, banyak tanya namun tidak

kritis bahkan empatik sama sekali.

d. Conned (Jin Ketipu)

Makna Denotasi Tangan pemuda membuka poci (lampu Jin) menggosoknya dengan tangan kiri perlahan, jin memberikan permintaan, pemuda perpakaian mirip Jin (palsu) menantang, “Aku Bisa Lima”. Hingga Jin menimpali, “10”. Pemuda jin, “20”. Jin, “100”. Pemuda “200”, hingga Jin menawarkan, “1000” permintaan. Pemuda saling tos merayakan keberhasilan, “Bagi dua, 500-500.” Jin mersa ditipu dan menghardik kedua pemuda.

Makna Konotasi

Tangan membuka poci perlahan berarti tindakan yang didasari pengetahuan dan didasari kesadaran, pemuda membuka tutup poci dengan tujuan tertentu. Jin pemberi permintaan bermakana tujuan dari tindakan sadar pemuda menggosok lampu Jin. Berarti juga harapan, harapan untuk mewujudkannya segala sesuatu dengan instan. Jin palsu melakukan tawar menawar dengan Jin pemberi permintaan, merupakan siasat, persengkongkolan, untuk mendapatkan jatah permintaan lebih dengan memperdaya Jin. Hal ini juga menandai tidak dalam hal apapun manusia digambarkan memiliki hasrat pada sesuatu yang lebih. Kedua pemuda berhasrat pada ‘permintaan’ dari Jin dan Jin berhasrat menjadi yang paling mampu sebagai pengabul permohonan. Ketika Jin palsu menawarkan permintaan lebih, Jin terusik keakuannya karena tidak ingin terlihat lemah, sikap ini juga merupakan sikap orang-orang kebanyakan, terusik dan merespon terhadap sesatu yang merendahkan dirinya. Keterperdayaan Jin karena karakternya dan kemenangan persekongkolan kedua pemuda adalah dengan memanfaatkan karakter dasar manusia yang di simbolkan lewat Jin. Hal ini juga berarti sikap serakah dan tidak puas dari manusia, untuk memenuhinya jalan-jalan licik nan cerdar di gunakan. Banyak ditemukan dalam masyarakat kaum cerdik dan pandai yang memanfaatkan kepandaiannya untuk menipu dan memperdaya. Dan hal yang paling muda di perdaya dalam diri manusi adalah tabiat buruk ego. Jin merasa ditipu kemudian menghardik. Bermakna saat orang-orang pada akhirnya jatuh dalam tipu muslihat apa yang bisa dilakukan oleh seseorang hanyalah mempersalahkan kondisi, atau menghardik penipu. Pada realitanya manusia tidak seperti Jin yang bisa menciptakan keajaiban-keajaiban, tak mampu merubah orang menjadi katak, mengutuk, atau menginci mulut orang lain sebagai hukuman seperti pada iklan. Makna lainnya dari mingkemnya kedua pemuda adalah akhir dari tipu muslihat yang mereka lakukan adalah kegagalan total dan mereka hanya bisa terdiam. Tipu daya pasti kalah demikian pesannya.

e. Corruption (Pungli dan Sogokan)

Makna Denotasi Awan tebal gelap biru. Seorang pemuda seorang warga yang datang mengurus admnistrasi di kantor instansi pemerintah. Seorang pria dengan kode dan isyarat jari, sosok mirip Gayus itu pun digambarkan meminta uang sogokan atau pungli (pungutan liar).

Melihat tindakan sosok mirip Gayus itu, si warga pun mengumpat, “ CUK, DASAR RAMPOK!!” umpatnya dengan muka diliputi ekspresi geram. Pemuda berjalan keluar

meninggalkan kantor. Saat berjalan, ia kemudian tersandung Poci. Poci itu berisi Jin Jawa yang siap mengabulkan SATU permintaan. Pemuda meminta, “Mau korupsi, pungli, sogokan ilaaaang dari muka bumi. Isoh Jin (bisa nggak)?” Sambil mengelus dada dan pasang muka sok bijak, si Jin pun menjawab, “Bisa diatur…” kata si Jin poci. Namun ia menambahkan kalimatnya, “Wani piro (terj: berani bayar berapa?)?” Makna Konotasi

Awan tebal bermakna harapan yang tinggi, harapan yang muskil namun tiba-tiba saja seakan-akan bisa terwujud. Seorang pemuda bisa saja berarti orang yang memiliki harapan dan pandangan terhadap masa depan. Kemudian berhadapan dengan adminstrasi sebagai sebuah keoptimisan dan kepercayaan diri mengahadapi tantangan masa depan. Masih teringat sosok Gayus Tambunan pegawai pemerintahan kementrian pajak Negara Awan tebal bermakna harapan yang tinggi, harapan yang muskil namun tiba-tiba saja seakan-akan bisa terwujud. Seorang pemuda bisa saja berarti orang yang memiliki harapan dan pandangan terhadap masa depan. Kemudian berhadapan dengan adminstrasi sebagai sebuah keoptimisan dan kepercayaan diri mengahadapi tantangan masa depan. Masih teringat sosok Gayus Tambunan pegawai pemerintahan kementrian pajak Negara

bermakna munculnya harapan lagi. Satu harapan yang magis, instan terwujud. Pemuda meminta, “Mau korupsi, pungli, sogokan ilaaaang dari muka bumi”. Bermakna idealisme dari sang pemuda, bisa saja pemuda itu memahon permintaan lain yang menguntungkan dirinya, lebih dari itu pemuda itu meminta sesuatu yang bermanfaaat bagi semua orang. Adalah hal yang ideal dimuka bumi jika keadilan dan kkn bisa dihapuskan, sebuah harapan manusia ideal. Jin memberikan permintaan, harapan seakan-akan segera akan terkabulkan, juga permintaan sudah diutarakan, Jin berkata “bisa diatur!”, namun yang terjadi selanjutnya Jin berkata, “Wani piro (terj: berani bayar berapa?)?” Bermakna bahwa harapan harus pupus lagi, bahkan yang “gaib”pun tidak berbeda dengan manusia, mereka

sama-sama korup. Juga berarti KKN yang benar-benar menjangkiti seluruh kehidupan. Bahkan untuk membangun harapanpun tidak bisa lepas dari kegiatan yang korup. Juga bermakana yang ideal didunia ini mestilah ditertawakan saja karena tidak mungkin untuk terhapuskan.

f. Eksist

Makna Denotasi Scene Awan, mengambarkan awan Jingga tanpa matahari. Seorang pria berwajah ceria. Dengan kaos polos abu-abu, rambut acak-acak dan wajah cumal. Menemukan poci (lampu Jin). Jin muncul dan memberikan satu permintaan. Pemuda meminta, “ nah jin, aku mau terkenal se-indonesia. Fotoku eksis dimana- mana.” Jin memframe dengan jarinya pemuda tersebut lalu sekan-aman memotretnya, “oke! Foto dulu ya. (sambil tertawa) wes yo, eksis dimana- mana (tertawa).” Makna Konotasi

Bermakna konotasi suatu harapan yang cerah dan bisa terkabul karena kurangnnya halangan sinar yang sampai ke bumi. Seorang pemuda optimis yang percaya diri, dengan apa yang dimilikinya, berkeinginan kuat, berkehendak bebas, dan bukan pemuda yang bisa diatur keinginannya. Bermakna kesempatan yang muncul tiba-tiba untuk mewujudkan cita- cita, harapan, atapun ambisi. Bermakna hasrat untuk terkenal punya popularitas. Tanda ini juga beratribusi pada rival perusahan rokok yakni perusahaan kesehatan yang diuntungkan dengan pemasangan gambar- gambar “ danger ” di kemasan dan iklan rokok. Juga berhubungan dengan tanda sebelumnya ‘pemuda ceria’ identik dengan pemuda yang sehat, bercita-cita, dan masa depan yang cerah. Harapan pemuda terpenuhi menjadi ‘model’ di kemasan rokok di samping teks, “Merokok dapat membunuhmu 18+”. Bermakna sindiran kepada ‘rival’, perusahaan kesehatan’, bagaimanapun perusahaan rokok dicoba untuk

dilemahkan, rokok akan tetap eksis. Dan perusahaan kesehatan yang mencoba untuk eksis dalam persaingan industri, tidak akan mengoyahkan kedikdayaan perusahaan rokok, yang sudah menjadi brand religion di masyarakat. Pada gambar 4.13, terlihat Jin yang dilemahkan, rokok akan tetap eksis. Dan perusahaan kesehatan yang mencoba untuk eksis dalam persaingan industri, tidak akan mengoyahkan kedikdayaan perusahaan rokok, yang sudah menjadi brand religion di masyarakat. Pada gambar 4.13, terlihat Jin yang

g. Gennie Contest (Kontes Jin)

Makna Denotasi Iklan ini bercerita tentang kontes jin internasional yang diikuti jin dari Timur Tengah, jin dari Jepang dan sang jin yang mewakili Indonesia. Jin dari Timur Tengah beraksi dengan menghilangkan piramid, yang lalu diikuti oleh tepuk tangan penonton. Giliran jin dari Jepang yang beraksi menghilangkan Gunung Fujiyama, yang lalu diikuti tepuk tangan yang lebih meriah dari penonton. Giliran sang jin beraksi. Dia naik kepanggung dengan membawa kardus berisi tumpukan berkas-berkas yang banyak. Dua jin lain tertawa melihat hal tersebut. Tak lama kemudian jin tersebut menghilangkan berkas- berkas tersebut dan berkata, “Kasus korupsi, hilang!” Dua jin lain pun takjub, dan para penonton, yang ternyata terdiri dari para pejabat, berdiri dan bergembira sambil bertepuk tangan. Makna Konotasi

Kontes Jin internasional bermakna kontestasi negara di dunia internasional, bagaimana dunia memandang sebuah negara, bagimana image, dan nilai lebih dari sebuah negara terhadap negara lain. Jin Jepang mewakili negara industri yang kuat, Mesir mewakili negara dengan sejarah, peradaban pra-sejarah yang kuat. Dan Indonesia mewakili negara dengan kebudayaan kuat dan banyak. Jin Mesir menghilangkan Piramida. Piramida adalah simbol kekuasaan ribuan tahun yang dibangun oleh penguasa, Firaun. Hilangnya piramida melambangkan hilangnya kekuasaan yang sangat besar, keuasaan despotik yang menjajah kemanusiaan, walhasil sejarah menunjukan bahwa kekuasaan yang tidak manusiawi itu akhirnya ditelan oleh sejarah. Jin Jepang menghilangkan gunung Fujiyama. Fujiyama merupakan simbol dari tekat orang - orang jepang, bagaimana masyarakat jepan yang terpuruk dan hancur setelah perang dunia ke-dua, dalam waktu singkat bangkit. Gambaran ini juga merujuk pada filosfi hidup masyarakat Jepang yang tidak mudah menyerah terus maju, walau perlahan, bahkan kokohnya gunung Fujiyama akan kalah dari tekat orang Jepang. Jin Indionesia menghilangkan kardus berisi berkas korupsi. Hilangnnya kasus korupsi merupakan atribusi yang kuat pada budaya korup di Indonesia. Korupsi dipemerintahan yang merupakan sistem administrasi, memiliki pola pendataan, alat bukti adminstrasi kuat setingkat negara, kehilangan jejak atas kasus korupsi dalam banyak lembaga pemerintahan dan dewan. Bahkan dengan bukti kasus korupsi yang kuat sekalipun, di Indonesia kasus korupsi bisa hilang begitu saja.

h. Handsome (Pingin Sugih, Pingin Ganteng)

Makna Denotasi Menceritakan seorang pemuda yang sedang menggembala kambing. Tanpa sengaja dia tersandung sebuah lampu ajaib dan kemudian muncul sang jin yang menawarkan dua permintaan. Sang pemuda yang berwajah jelek tersebut meminta untuk kaya dan permintaanpun dikabulkan. Selanjutnya dia meminta untuk menjadi ganteng, lalu sang jin pun tertawa dan mengatakan “Ngimpi” tanpa mengabulkan permintaan tersebut.

Makna Konotasi

Bermakna kesempatan yang muncul tiba-tiba untuk mengubah nasib. Dua permintaan artinya dua hasrat mendasar seorang laki-laki yang penting dan mendasar. Hasrat manusia pada harta adalah sebuah kebutuhan yang begitu keras diusahakan manusia untuk dimiliki dengan berbagai cara. Dan pada dasarnya tanpa lampu Jin manusia manusia bisa merubah nasibnya dengan usaha dan kerja keras. Menjadi ganteng bermakna suatu permintaan irasional dari manusia. Petir menyambar menandai permintaan yang tidak kodrati pada diri manusia. Manusia lahir dengan kondisi fisiknya masing-masing, konsep ganteng-tampan- cantik telah memaksa orang-orang dengan berbagai cara berusaha mengikuti standard ke- gantengan yang ada walapun bukan hal yang esensial bagi kemanusiaan. Ganteng, Tampan, Canti hanya merupakan mimpi-mimpi atau ilusi manusia. Manusia sekan berhalusinasi dengan sebuah konsep delusif tentang tubuh.

i. Honest (Jujur)

Makna Denotasi Seorang calon pemimpin sengaja menggosok lampu Jin kemudian mendapatkan kesempatan permintaan. Calon pemimpin meminta, “jadikan aku pemimpin tegas,dipercaya,jujur, bisa jin?? Dan Jin mengabulkan. Saat berorasi Calon Pemimpin berkata: “pilih lah saya! saya pengen kaya raya! punya puluhan rumah dan mobil mewah! selingkuhan dimana manaaaaaa! Calon pemimpin mengkonfirmasi, “kok bablas jin?” Jin menegaskan, “jujur kan? Hahahahahaha.” Makna Konotasi