TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN DALAM PERSPEKT

1

TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
By : Lailatul Mahmudah, Khuliqat Nur NM, Laida Nudiana.
Pendidikan anak dan remaja adalah tanggung jawab semua kalangan dan memerlukan
kerja sama semua individu dan lembaga yang terkait. Jika semua kalangan melaksanakan
kewajibannya maka akan tercipta lahan yang kondusif untuk berlangsungnya pendidikan yang
baik dan program-program pendidikan pun akan bergerak maju. Namun, jika tidak ada kerja
sama di antara semua kalangan dapat dipastikan program-program pendidikan tidak dapat
terlaksana dengan baik.
Dalam perspektif pendidikan Islam, tujuan hidup seorang muslim pada hakikatnya adalah
mengabdi kepada Allah. Pengabdian kepada Allah ialah sebagai realisasi dari keimanan yang
diwujudkan dalam amalan dan kepribadian yang dicita-citakan oleh pendidikan islam.
Sedangkan tujuan pendidikan islam adalah terbentuknya insan yang memiliki dimensi religius,
berakhlaqul

karimah,

dan

insan kamil.


Pendidikan

merupakan

usaha

sadar untuk

mengembangkan kepribadian anak baik di luar dan di dalam sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Dan pengertian tersurat suatu pernyataan bahwa pendidikan berlangsung di luar dan di
dalam sekolah. Pendidikan di luar sekolah dapat terjadi dalam keluarga dan di dalam masyarakat.
Jadi pendidikan itu berlangsung seumur hidup dimulai dari keluarga kemudian diteruskan dalam
lingkungan sekolah dan masyarakat.
Manusia sebagai makhluk hidup selalu ingin berkembang. Keinginan ini secara manusia
tidak terbatas, akan tetapi kemampuan manusialah yang membatasi keinginan tersebut. Oleh
karena itu keinginan untuk berkembang berlangsung mulai dan lahir sampai meninggal dunia.
Untuk mengembangkan diri itu manusia memerlukan bantuan yakni pendidikan. Karena
keinginan untuk perkembangan itu berlangsung mulai lahir sampai meninggal, maka kebutuhan
untuk mendapatkan pendidikan itu juga harus berlangsung seumur hidup.

Pendidikan seumur hidup terbagi menjadi tiga bagian yakni pendidikan informal,
pendidikan nonformal, dan pendidikan formal. Penanggung jawab pendidikan informal adalah
orang tua dan keluarga di rumah. Mereka perlu mendidik anak mereka agar menjadi anggota
masyarakat yang berbudi. Penanggung jawab pendidikan nonformal adalah masyarakat kursus

1

2

dan sejenisnya. Mereka perlu mendidik peserta didik sehingga memiliki keterampilan yang
memadai. Dan penanggung jawab pendidikan formal adalah sekolah dan perguruan tinggi.
Peranan dan tanggung jawab pendidikan formal, informal dan nonformal ini sangatlah penting,
ketiganya saling berkaitan dan harus saling menunjang demi terwujudnya tujuan pendidikan
Islam dan tujuan pendidikan Indonesia.
A. Pengertian Tanggung jawab
Tanggung jawab menurut kamus besar Bahasa Indonesia W.J.S. Poerwadarminta adalah
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya artinya jika ada sesuatu hal, boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya. Tanggung jawab ini pula memiliki arti yang lebih
jauh bila memakai imbuhan ber-, bertanggung jawab dalam kamus tersebut diartikan dengan
“suatu sikap seseorang yang secara sadar dan berani mau mengakui apa yang dilakukan,

kemudian ia berani memikul segala resikonya”.
Tanggung jawab untuk mengantarkan peserta didik ke arah tujuan tersebut yaitu dengan
menjadikan sifat-sifat Allah sebagai bagian dari karakteristik kepribadiannya. Tanggung jawab
tersebut mestinya sangat mudah untuk dimengerti oleh setiap orang. Tetapi jika diminta untuk
melakukannya sesuai dengan definisi tanggung jawab tadi maka seringkali masih terasa sulit,
merasa keberatan bahkan banyak orang merasa tidak sanggup jika diberikan suatu tanggung
jawab. Tak jarang banyak orang yang sangat senang dengan melempar tanggung jawabnya,
dengan kata lain suka mencari “kambing hitam” untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari
perbuatannya yang merugikan orang lain. Dari Ibn Umar ra. Berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda:“Semua

kamu

adalah

pemimpin,

dan

setiap


pemimpin

akan

diminta

pertanggungjawabannya atas orang yang dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pemimpin dan
penanggung jawab rakyatnya.Seorang laki-laki adalah pemimpin dan penanggung jawab
keluarganya.Dan seorang wanita adalah pemimpin dan penanggung jawab rumah dan anakanak suaminya.”
Imam Ja`far Shadiq as berkata, “Ada tiga hak yang dimiliki anak atas ayahnya: Memilihkan ibu
yang baik, memberi nama yang baik, dan bersungguh-sungguh dalam mendidiknya.”

B. Tanggung Jawab Pendidikan Dalam Islam
2

3

1. Orang tua/ Keluarga
1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga mempunyai pengertian suatu sistem kehidupan masyarakat yang terkecil dan
dibatasi oleh adanya keturunan (nasab) atau disebut juga ummah. Pengertian ini dapat terbukti
pada kehidupan sehari-hari umat Islam. Umpamanya dalam hukum waris yang menunjukkan
bahwa hubungan persaudaraan atau keluarga dalam pengertian keturunan tidak terbatas hanya
kepada ayah, ibu, dan anak saja, tetapi lebih jauh dari itu, bahwa kakek, nenek, saudara ayah,
saudara ibu, saudara kandung, saudara sepupu, anak, cucu, semuanya termasuk kepada saudara
atau keluarga yang mempunyai hak untuk mendapatkan warisan. Begitu pula dengan hal
pendidikan hendaknya menjadi tanggung jawab seluruh anggota keluarga tidak hanya
dibebankan kepada orang tua seorang anak semata.
1.2 Peran dan tanggung jawab Keluarga dalam pendidikan
Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan
masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak
yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat
penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupannya
(usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat
membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sesudahnya. Dari sini, keluarga mempunyai
peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi
bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan
personil-personilnya.
Secara psiko-sosiologi keluarga berfungsi sebagai:

1. Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya
2. Member pemenuhan kebutuhan baik fisik maupun psikis
3. Sumber kasih sayang dan penerimaan
4. Model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang
baik
5. Pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara social dianggap tepat
6. Pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka
menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

3

4

7. Pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosil yang
dibutuhkan untuk penyesuain diri
8. Stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di
sekolah maupun di masyarakat
9. Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi
10. Sumber persahabatan atau teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk
mendapatkan teman diluar rumah, atau apabila persahabatn diluar rumah tidak

memungkinkan
Sedangkan dari sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga dapat diklasifikasikan ke dalam
fungsi-fungsi berikut :
a. Fungsi biologis, artinya keluarga merupakan tempat memenuhi semua kebutuhan biologis
keluarga seperti; sandang, pangan dan sebagainya.
b. Fungsi ekonomis, maksudnya dikeluargalah tempat orang tua untuk memenuhi semua
kewajibannya sebagai kepala keluarga
c. Fungsi pendidikan, dimana di keluargalah tempat dimulainya pendidikan semua anggota
keluarga. dijelaskan dalam hadis Rasulullah SAW, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim, yaitu:
Artinya: Bersabda Rasulullah SAW, setiap anak dilahirkan di atas fitrahnya maka kedua
orang tuanya lah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi. (HR.
Bukhari).
d. Fungsi sosialisasi, maksudnya keluarga merupakan buaian atau penyemaian bagi
masyarakat masa depan
e. Fungsi perlndungan, keluarga merupakan tempat perlindungan anggota keluarga dari
gangguan dan ancaman
f. Fungsi rekreatif, keluarga merupakan pusat dari kenyamanan dan hiburan bagi semua
anggota keluarganya.
g. Fungsi agama, maksudnya keluarga merupakan tempat penanaman agama bagi keluarga.

Dasar pendidikan agama yang harus diberikan oleh keluarga berdasarkan QS. Luqman:13

‫شرر ك‬
‫ر ر‬
‫ل َّل ت ر‬
‫ذ َّ ك‬
‫ن َّال ش‬
‫ي َّكل َّت ت ر‬
‫قاِ ك‬
‫وإ إ ر‬
‫ك‬
‫و َّي ك إ‬
‫و ت‬
‫ه َّإ إ ن‬
‫ك َّإباِلل ن إ‬
‫ن َّإلب رن إ إ‬
‫ماِ ت‬
‫عظت ت‬
‫ق ك‬
‫ه ك‬

‫ه َّ ك‬
‫ك‬
‫ه َّكياِ َّب تن ك ن‬
‫ش إ‬
(13)َّ ‫م‬
‫م َّ ك‬
‫ع إ‬
‫ظيِ م‬
‫ل كظتل ر م‬

4

5

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar.(13)
Adapun pendidikan yang harus pertama kali diberikan oleh orang tua/keluarga ialah:
1. Pendidikan agama dan spiritual adalah pondasi utama bagi pendidikan keluarga.
2. Pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, sebab tujuan tertinggi pendidikan islam

adalah mendidik jiwa dan akhlak
3. Pendidikan jasmani, Islam member petunjuk kepada kita tentang pendidikan jasmani agar
anak tumbuh dan berkembang secara sehat dan bersemangat
4. Pendidikan akal adalah meningkatkan kemampuan intelektual anak, ilmu alam, teknologi
dan sains modern sehingga anak mampu menyesuaikan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifahNya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah.
5. Pendidikan sosial adalah pendidikan anak sejak dini agar bergaul di tengah-tengah
masyarakat dengan menerapkan prinsip-prinsip syari’at Islam. Diantara prinsip syariat
Islam yang sangat erat berkaitan dengan pendidikan sosial ini adalah prinsip ukhuwah
Islamiyah.
Sebagian tanggung jawab yang diberikan oleh Islam kepada keluarga terdapat dalam Al-Qur’an:

‫ك‬
‫و ت‬
‫قوا َّأ كن ر ت‬
‫متنوا َّ ت‬
‫جاِكرةت‬
‫وال ر إ‬
‫قودت ك‬
‫وأ ك ر‬

‫هاِ َّال ن إ‬
‫ح ك‬
‫ف ك‬
‫كياِ َّأي ي ك‬
‫ذي ك‬
‫هإليِك ت ر‬
‫سك ت ر‬
‫ن َّآ ك‬
‫هاِ َّالنناِ ت‬
‫س َّ ك‬
‫م َّكناِررا َّ ك‬
‫م َّ ك‬
‫ك‬
‫غكل م‬
‫وي ك ر‬
‫ماِ َّي ت ر‬
‫ن‬
‫ك‬
‫مكلئ إك ك م‬
‫مكر ت‬
‫ة َّ إ‬
‫مترو ك‬
‫عتلو ك‬
‫صو ك‬
‫ظ َّ إ‬
‫ف ك‬
‫د َّكل َّي ك ر‬
‫دا م‬
‫ش ك‬
‫عل كيِ ر ك‬
‫ؤ ك‬
‫ن َّ ك‬
‫ه ر‬
‫ماِ َّأ ك‬
‫ه َّ ك‬
‫ن َّالل ن ك‬
‫هاِ َّ ك‬
‫ع ت‬
‫م َّ ك‬
(6)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim: 6)
Oleh karena itu, mendidik dan mengajar anak merupakan salah satu kewajiban yang sangat
penting dan berat yang diletakkan di atas pundak kedua orangtua. Masa kanak-kanak, terutama
pada dua tahun pertama dari usia seorang anak adalah masa yang sangat menentukan. Pada masa
itu kepribadian anak belum terbentuk dan ia siap menerima segala macam bentuk pendidikan.
Kebetulan, pada periode ini seorang anak berada dalam pelukan kasih sayang ibu dan
5

6

pengawasan ayah, dan berbagai potensinya berkembang di bawah pengaruh perilaku dan
perkataan keduanya, begitu juga kepribadian masa depannya.
Oleh karena itu, nasib seorang anak sampai batas tertentu berada di tangan kedua
orangtuanya, dan ini terkait dengan tingkat pendidikan keduanya, dan sampai sejauh mana
perhatian yang diberikan keduanya dalam mendidik dan mengajar anak-anaknya. Jika seorang
ayah dan ibu benar-benar menunaikan kewajibannya maka ia telah melakukan pelayanan terbesar
kepada anak-anaknya dan telah menjamin kebahagiaan dan masa depan yang cerah bagi mereka.
Di samping itu, mereka juga akan memperoleh keuntungan dengan memiliki anak-anak yang
seperti ini, dan dengan itu berarti mereka telah melakukan pelayanan yang besar kepada
masyarakat, karena mereka telah mendidik individu-individu yang berkualitas dan berguna, dan
mempersembahkannya kepada masyarakat. Dengan demikian, orangtua yang semacam ini akan
mendapat kemuliaan di dunia dan di akhirat.
Sebaliknya, jika mereka bersikap lalai dan masa bodoh dalam menunaikan tanggung jawab
besar ini, berarti mereka telah melakukan pengkhianatan dan tindak kejahatan besar kepada
anak-anaknya, karena dengan memberikan pendidikan yang salah berarti mereka telah
menyiapkan berbagai kesengsaraan bagi anak-anaknya, dan pengkhianatan yang seperti ini tidak
akan dibiarkan tanpa balasan pada hari akhirat. Di samping itu, akibat dari pendidikan yang
buruk terhadap anak akan dirasakan juga oleh kedua orangtua di dunia ini.
Berbagai problema yang dihadapi para pemuda, seperti penyimpangan seksual, tidak
disiplin dan tidak taat pada peraturan, kecanduan narkotika, pengangguran, tindak pencurian,
tindak kejahatan, bunuh diri, lari dari rumah, putus asa, resah dan gelisah, tidak mempunyai
semangat hidup, mementingkan diri sendiri, tidak percaya diri, lemah kemauan, egois,
merendahkan diri sendiri, dan berpuluh-puluh problema akhlak lainnya yang menimpa para
pemuda, secara langsung bersumber dari pendidikan yang salah dari kedua orangtua atau
setidaknya hal ini mempunyai peranan yang besar dalam masalah ini.
Seorang anak yang buruk akan menghancurkan kehormatan ayah dan ibunya dan
meruntuhkan nama baik moyangnya. Pekerjaan mendidik anak tidak boleh dianggap sebagai
perkara sepele yang dapat dilakukan dengan sambil lalu, justru ia merupakan kewajiban yang
sangat penting yang harus mendapat perhatian besar dari ayah dan ibu. Rosseau berkeyakinan,
6

7

“Memperbaiki masyarakat bukan dimulai dari pemerintah melainkan harus dimulai dari
keluarga. Jika ingin memperbaiki perilaku dan kebiasaan umum masyarakat maka harus dimulai
dengan memperbaiki perilaku dan kebiasaan keluarga, dan ini mutlak merupakan kewajiban ayah
dan ibu.”
Perlu diingatkan, bahwa kewajiban mendidik anak bukan hanya berlangsung pada masa
kanak-kanak tetapi terus berlanjut hingga anak memasuki usia remaja, bahkan masa remaja dan
masa muda adalah masa yang sangat sensitif yang perlu mendapat perhatian yang sangat besar
dari kedua orangtua. Pada masa ini orangtua harus benar-benar mengawasi anaknya, namun cara
pengawasan yang dilakukan pada masa ini berbeda dengan cara pengawasan yang dilakukan
pada saat anak masih kanak-kanak.
2. Guru/Sekolah
2.1 Pengertian guru
Dalam perspektif pendidikan Islam, guru disebut sebagai abu al-ruh, yaitu orang tua
spiritual. Artinya setiap guru, khususnya yang beragama Islam terlepas apakah dia guru bidang
studi agama atau tidak bertugas dan memiliki tanggung jawab dalam membimbing dan mendidik
dimensi spiritual peserta didik sehingga melahirkan akhlakul karimah. Guru membawa misi
penyempurnaan akhlak, sebagaimana misi diutusnya
Rasulullah SAW.
‫بعثت لتمم مكارم الخلق اانما‬
Artinya: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.
Dalam paradigma Jawa , pendidik diidentikan dengan (gu dan ru) yang berarti “digugu dan
ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru mempunyai seperangkat ilmu yang memadai,
yang karenanya ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini.
Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru mempunyai kepribadian yang utuh, yang karenanya segala
tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri tauladan oleh peserta didiknya.

2.2 Peranan dan tanggung jawab Guru dalam pendidikan
Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai
berikut:
7

8

1. Beriltizam dengan amanah ilmiah.
2. Mengamalkan dan mengembangkan ilmu yang dipelajari.
3. Senantiasa mengikuti perkembangan teknologi terbaru dalam pengajaran ilmu yang
berkaitan.
4. Dari masa ke masa guru hendaklah menelusuri sudut atau dimensi spirituality Islam
dalam berbagai lapangan ilmu pengetahuan.
5. Senantiasa memanfaatkan ilmu untuk tujuan kemanusiaan, kesejahteraan dan keamanan
umat manusia.
6. Haruslah mendidik dan mengambil tindakan secara adil terhadap semua pelajar.
2.3. Peran dan tanggung jawab sekolah dalam pendidikan
Sebagai lembaga pendidikan formal, tanggung jawab sekolah didasarkan atas tiga faktor, yaitu :
1. Tanggung jawab formal, yaitu tanggung jawab sekolah sebagai kelembagaan formal
kependidikan sesuai dengan fungsi, tugas, dan tujuan yang hendak dicapai. Misalnya,
pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta
memberikan pengetahuan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam
masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk
mengikuti pendidikan menengah. Demikian pula pada pendidikan menengah,
diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan
hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat
mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja.
2. Tanggung jawab keilmuan, yaitu tanggung jawab yang berdasarkan bentuk, isi, dan
tujuan, serta tingkat pendidikan yang dipercayakan masyarakat kepadanya.
3. Tanggung jawab fungsional, adalah bentuk tanggung jawab yang diterima sebagai
pengelola fungsional dalam melaksanakan pendidikan oleh para pendidik yang diserahi
kepercayaan dan tanggung jawab melaksanakannya berdasarkan ketentuan yang berlaku
sebagai pelimpahan wewenang dan kepercayaan serta tanggung jawab yang diberikan
oleh orang tua peserta didik. Pelaksanaan tugas tanggung jawab yang dilakukan oleh
peserta didik profesional ini didasarkan atas program yang telah terstruktur yang tertuang
dalam kurikulum.
8

9

Allah SWT berfirman:

‫م َّ ك‬
‫فتروا َّ ك‬
‫ماِ َّ ك‬
‫طاِئ إ ك‬
‫فرر ك‬
‫وكل َّن ك ك‬
‫ة َّ ك‬
‫كاِ ن‬
‫م ر‬
‫ن َّك ت ش‬
‫ة‬
‫ف م‬
‫ف ر‬
‫ل َّ إ‬
‫ن َّل إيِ كن ر إ‬
‫ة َّ إ‬
‫ق ة‬
‫فكر َّ إ‬
‫متنو ك‬
‫ؤ إ‬
‫كاِ ك‬
‫من ر ت‬
‫م ر‬
‫ه ر‬
‫ن َّال ر ت‬
‫و ك‬
‫فل ك ر‬
‫ك‬
‫ن‬
‫ك‬
‫ك‬
‫ك‬
‫ن‬
‫ك‬
‫ك‬
)َّ ‫ن‬
‫ه‬
‫ل‬
‫ع‬
‫ل‬
َّ ‫م‬
‫ه‬
ِ‫ي‬
‫ل‬
‫إ‬
َّ ‫عوا‬
‫ج‬
‫ر‬
َّ ‫ذا‬
‫إ‬
َّ ‫م‬
‫ه‬
‫م‬
‫و‬
‫ق‬
َّ ‫روا‬
‫ذ‬
‫ن‬
ِ‫ي‬
‫ل‬
‫و‬
َّ ‫ن‬
‫دي‬
‫في َّال‬
َّ ‫هوا‬
‫ق‬
‫ف‬
‫ت‬
ِ‫ي‬
‫إ‬
‫إ‬
‫لإ‬
‫ر‬
‫ك‬
‫حذكترو ك‬
‫إ‬
‫م َّي ك ر‬
‫ك‬
‫ر‬
‫ت‬
‫ك‬
‫ت‬
‫ش‬
‫ك‬
‫ت‬
‫ت ر‬
‫إ إ ر‬
‫ك‬
‫ت‬
‫إ ك‬
‫ر ك ت ر إ‬
َّ (122
Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (Q.S. AtTaubah:122)
Dari ayat di atas Allah SWT memerintahkan kepada kita umat Nabi Muhammad saw untuk
memperdalam ilmu pengetahuan terutama ilmu agama. Dalam hal ini sekolah konvensional,
pesantren maupun perguruan tinggi dapat dijadikan salah satu wadah yang berperan dalam
memajukan kehidupan dan akhlak manusia.
3. Radio dan Televisi
Sekarang ini, radio dan televisi bisa dihitung sebagai media publik yang dapat dijumpai
pada hampir seluruh keluarga.Terutama radio, bisa dikatakan tidak ada satu pun pada zaman
sekarang ini rumah yang tidak memiliki radio. Di keluarga kaya maupun keluarga miskin, di
kalangan berpendidikan maupun yang buta huruf, di kota-kota maupun di desa-desa, di pabrikpabrik maupun di kantor-kantor, di warung-warung maupun di supermarket-supermarket, di
kendaraan-kendaraan umum maupun di kendaraan-kendaraan pribadi, di persawahan maupun di
pegunungan, di mesjid-mesjid maupun di majelis-majelis pengajian, di hotel-hotel maupun di
warung-warung kopi, alhasil di semua tempat radio dapat dijumpai. Radio adalah media publik
yang mengudara siang dan malam, yang kapan saja kita kehendaki dengan mudah kita dapat
menggunakannya.
Radio telah menjadi salah satu kebutuhan pokok, telah menjadi sarana hiburan, telah
menjadi pembimbing, guru, teman dekat, yang menjawab berbagai masalah yang dihadapi.Oleh
karena itu, radio termasuk salah satu sarana terpenting untuk mendidik dan mengajar masyarakat,
dan dapat memainkan peranan yang sangat penting dalam pendidikan kebudayaan Islam.

9

10

Setelah radio, televisi menduduki peringkat berikutnya sebagai sarana yang sangat
penting dalam pendidikan dan pengajaran. Meskipun televisi belum seperti radio dalam luas
jangkauan cakupannya, dan tidak semua keluarga memilikinya, serta program-programnya
belum berlangsung hingga 24 jam, namun ia mempunyai penggemar yang lebih banyak, dan
secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan pengaruh yang lebih dalam kepada
para pemirsa, karena program-program televisi biasanya ditayangkan dalam bentuk film, seni
dan gambar, sehingga mempunyai daya tarik tersendiri, dan dari sisi ini televisi lebih unggul dari
radio. Oleh karena itu, televisi pun dapat memainkan peranan yang sangat penting dalam
menyebarluaskan kebudayaan Islam dan dalam mendidik dan mengajar masyarakat.
Radio dan televisi, di samping dapat digunakan untuk memberikan pelayanan kepada
Islam dan masyarakat, yaitu dengan cara menyusun dan menampilkan program-program yang
menarik, bermanfaat dan sejalan dengan Islam, sehingga dapat memainkan peranan yang penting
dalam menyucikan dan menyempurnakan jiwa manusia, mendidik dan mengembangkan akhlak
yang baik, mencegah akhlak yang buruk, dan memajukan negara, ia juga dapat menjadi sarana
hiburan semata yang kurang bermanfaat, yang bukan hanya tidak memainkan peranannya dalam
pengembangan akhlak yang baik melainkan sebaliknya karena ketidakpedulian dan penayangan
acara-cara yang salah malah menjadi sarana penyebaran berbagai penyimpangan dan akhlak
yang buruk. Oleh karena itu, sangat penting untuk diperhatikan program-program apa yang mesti
ditayangkan dan bagaimana cara mengemasnya.
Untuk itu, para penanggung jawab radio televisi harus memperhatikan beberapa poin
berikut:
Pekerjaan mereka secara langsung atau tidak langsung adalah pekerjaan budaya yang sangat
erat kaitannya dengan masalah pendidikan dan pengajaran masyarakat.Sehingga, dengan
memilih pekerjaan ini berarti mereka telah siap memikul tanggung jawab penting, yaitu
pendidikan dan pengajaran masyarakat.Jika mereka menunaikan kewajiban ini dengan benar
maka mereka berhak mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt, tetapi sebaliknya jika
mereka melalaikan kewajiban ini maka mereka berhak mendapat siksa dari-Nya.
Pendidikan adalah sebuah seni yang rumit dan sensitif dan memerlukan pengetahuan yang
cukup. Para seniman, para aktor dan para presenter harus sadar bahwa di sana terdapat berjuta10

11

juta manusia, dengan tingkat usia yang berbeda-beda, pola pikir yang beraneka ragam dan
kondisi sosial yang bermacam-macam, sedang memperhatikan omongan dan gerak-gerik tingkah
laku mereka, menyerap pengaruh darinya dan kemudian menirunya. Para pemirsa, biasanya tidak
begitu menaruh perhatian kepada tujuan para pelaku peran, dari keseluruhan acara mereka hanya
menangkap

poin-poin

yang

sesuai

dengan

kemampuan

daya

tangkap

mereka.

Sebagian besar anggaran biaya media massa ini dibiayai dari anggaran negara, yang tentunya
berasal dari uang rakyat. Oleh karena itu, ia harus digunakan untuk melayani kepentingan
masyarakat, menyebarluaskan pendidikan dan pengajaran yang benar.

Republik Islam Iran

adalah sebuah pemerintahan Islam, ia harus menjadikan penyebarluasan Islam dan nilai-nilai
akhlak yang utama sebagai program utama. Oleh karena itu, seluruh program televisi dan radio
Republik

Islam

Iran

harus

bersumber

dari

nilai-nilai

dan

budaya

Islam.

Untuk bisa mencapai tujuan besar ini maka seluruh penanggung jawab radio dan televisi harus
terus senantiasa melakukan kontak dengan para ahli Islam dan para ahli pendidikan dan
pengajaran Islam. Dengan terjalinnya kerja sama di antara kelompok ini maka akan dapat
dihasilkan program-program yang mendidik dan sekaligus menarik, sehingga budaya Islam tidak
hanya dapat disebarluaskan di Iran tetapi juga di seluruh penjuru dunia, dan pada saat yang sama
dapat menangkal berbagai dekadensi moral.
4. Para Ahli Agama
Dalam masalah pendidikan dan pengajaran para ulama mempunyai tanggung jawab yang
lebih besar dari yang lain, bahkan mereka yang pertama kali harus disorot dalam masalah ini.
Karena, manakala seseorang telah memilih menjadi ulama berarti dia telah siap memikul
tanggung jawab untuk menyebarluaskan agama dan nilai-nilai Islam. Para ulama adalah
pengganti Nabi saw dan ahli ilmu-ilmu Islam, mereka mempunyai kewajiban melaksanakan
pekerjaan Nabi saw dan Ahlulbaitnya as, yaitu mengajar dan menyucikan jiwa-jiwa manusia.
Mereka memperoleh nafkah dari baitulmal dan melalui agama, oleh karena itu mereka harus
bersungguh-sungguh di dalam menyebarluaskan nilai-nilai agama dan mendidik jiwa manusia.
Sedemikian besar pujian dan penghargaan yang diberikan kepada para ulama di dalam hadishadis Nabi saw, hingga pada hari kiamat mereka diberi hak untuk memberikan syafaat kepada
para pengikutnya.

11

12

Imam Ja`far Shadiq as berkata, “Kelak pada hari kiamat Allah membangkitkan ahli ilmu
dan ahli ibadah. Manakala keduanya telah berdiri di hadapan Allah Swt, Allah Swt berkata
kepada ahli ibadah, ‘Pergilah engkau ke surga,’ sementara kepada ahli ilmu Allah Swt berkata,
‘Berhenti, dan berikanlah syafaat kepada orang-orang yang telah engkau didik dengan
baik.’”[117]
Jika kedua orangtua adalah penanggung jawab pendidikan bagi anak-anaknya, maka para
ulama―sebagai ahli pendidikan dan pengajaran Islam―mempunyai kewajiban memberitahukan
materi dan metode pendidikan dan pengajaran Islam kepada para orangtua. Jika para guru
mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan mengajar anak-anak dan para pemuda, maka
para ulama pun mempunyai kewajiban untuk menjelaskan pandangan-pandangan Islam
berkenaan dengan masalah pendidikan dan pengajaran kepada orang yang memerlukan. Para
ulama, di samping harus berusaha mendidik dan mengajar anak-anak, para pemuda dan yang
lainnya dengan tulisan, ucapan dan tingkah laku mereka, mereka juga harus membantu dan
bekerja sama dengan pihak radio dan televisi.
Para guru dan pelajar agama tidak boleh bersikap acuh terhadap pengajaran program dan
metode pendidikan dan pengajaran Islam dan bersikap seolah-olah Islam tidak mempunyai
pandangan berkenaan dengan masalah pendidikan dan pengajaran.
5. Para Penulis
Sarana lain yang sangat penting dan efektif dalam pendidikan dan pengajaran adalah
buku, majalah dan suratkabar.
Dapat dikatakan suratkabar dan majalah dapat ditemukan hampir pada setiap rumah, dan
sebagian orang menghabiskan sebagian waktu luangnya dengan membacanya.Sebagian orang
yang senang membaca sedikit banyaknya tentu membaca buku, sementara orang-orang yang
berilmu senantiasa tidak lepas dari buku, majalah dan suratkabar, yang dengan itu mereka bisa
menambah pengetahuan mereka.
Alhasil, kegiatan membaca buku, majalah dan surat kabar telah mengambil sebagian
waktu anggota masyarakat, yang dengan begitu tentunya akan memberikan pengaruh kepada
jiwa mereka baik pengaruh positif ataupun pengaruh negatif.
12

13

Atas dasar ini, kegiatan penerbitan harus dianggap sebagai salah satu sarana penting bagi
pendidikan dan pengajaran masyarakat.Oleh karena itu, para penulis dan para penerbit, dalam
kaitan ini mempunyai tanggung jawab yang sangat penting. Karena, nilai dan budaya apa saja
yang mereka sebarkan, masyarakat akan terdidik dengan itu. Kalangan pegiat yang bergerak di
bidang penerbitan dapat menjadi para penyebar budaya cinta ilmu, budaya sadar kewajiban,
budaya kebajikan, kebebasan, cinta keadilan, senang membantu orang, suka berkorban, menjaga
kesucian diri, budaya kerja keras, budaya tahan banting dan nilai-nilai kebajikan lainnya; namun
mereka juga dapat menjadi penyebar budaya cinta materi, budaya mengejar keuntungan semata,
egoisme, budaya konsumtif, hedonisme, tidak taat hukum, pikiran picik, lemah dan tidak tahan
banting, suka ingkar janji dan sifat-sifat tercela lainnya.
Para penulis harus menyadari bahwa dengan tulisan-tulisan mereka, novel-novel mereka,
analisa, pujian, kritikan dan bahkan kata-kata mereka telah memberikan pengaruh kepada
berbagai lapisan masyarakat, baik pengaruh positif atau pengaruh negatif. Seorang penulis kelak
akan mempertanggungjawabkan apa-apa yang ditulisnya di hadapan Allah Swt. Jika ia
menjalankan kewajibannya dengan benar ia akan memperoleh ganjaran namun jika ia menulis
karya-karya yang memberikan pengaruh yang negatif ia akan mendapat siksa dari Allah Swt.
Oleh karena itu, menulis bukan sebuah pekerjaan yang mudah melainkan sebuah
pekerjaan yang sulit dan penuh tanggung jawab. Seorang penulis harus benar-benar teliti pada
materi yang ditulis sehingga tidak bertentangan dengan kebenaran, dan ia harus benar-benar
memperhatikan jangan sampai ia menulis sesuatu yang memberikan pengaruh yang negatif
kepada masyarakat.
6. Masyarakat
6.1 Pengertian masyarakat sebagai pusat pendidikan
Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan
kebudayaan.
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu:
1. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan maupun yang
tidak dilembagakan

13

14

2. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan atau kelompok sosial di masyarakat, baik
langsung maupun tak langsung ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif
3. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang maupun yang
dimanfaatkan (utility).
Perlu diingat bahwa manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya
memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata
lain, manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar
yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul, dan sebagainya.
6.2 Macam-macam kelompok sosial dan pendidikan masyarakat serta Peranannya dalam
pendidikan
Terdapat sejumlah lembaga kemasyarakatan atau kelompok sosial yang mempunyai peranan dan
fungsi edukatif yang besar, diantaranya:
1. Kelompok Sebaya
Yang dimaksud kelompok sebaya (peers group) adalah suatu kelompok yang terdiri dari orang –
orang yang bersamaan usianya. Terdapat beberapa fungsi kelompok sebaya terhadap anggotanya,
antara lain:
a. Mengajarkan berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain
b. Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas
c. Menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat orang
dewasa
d. Memberikan pengetahuan yang tidak bias diberikan oleh keluarga secara memuaskan
(pengetahuan mengenai cara citarasa berpakaian, music jenis tingkah laku tertentu, dll.)
e. Memperluas cakrawala pengalaman anak sehingga ia menjadi orang yang lebih kompleks
2. Organisasi kepemudaan
Organisasi kepemudaan pada umumnya mempunyai prinsip dasar yang sama yakni menyalurkan
hasrat berkelompok dari pemuda kepada hal-hal yang berguna. Disamping penambahan
pengetahuan dan keterampilan, organisasi kepemudaan tersebut terutama sangat bermanfaat
dalam membantu proses sosialisasi serta mengembangkan aspek afektif dari kepribadian
(kejujuran, disiplin, tanggung jawab dan kemandirian)

14

15

3. Organisasi keagamaan
Peranan organisasi keagamaan pada umumnya sangat penting karena berkaitan dengan
keyakinan agama. Karena semua organisasi keagamaan mempunyai keinginan untuk
melestarikan keyakinan agama anggotaanggotanya, maka organisasi tersebut menyediakan
program pendidikan bagi anak-anaknya, seperti:
-

Mengajarkan keyakinan serta praktek-praktek keagamaan dengan cara memberikan
pengalaman-pengalaman yang menyenangkan bagi mereka.

-

Mengajarkan tingkah laku dan prinsip-prinsip moral yang sesuai dengan keyakinankeyakinan agamanya.

Pendidikan dari masyarakat artinya pendidikan harus memberikan jawaban bagi kebutuhan
masyarakat itu sendiri. Pendidikan oleh masyarakat artinya bahwa masyarakat bukanlah
merupakan objek pendidikan, untuk melaksanakan kemauan negara atau suatu kelompok sematamata, tetapi partisipasi yang aktif dari masyarakat, dimana masyarakat mempunyai peranan di
dalam setiap langkah program pendidikannya. Hal ini berarti masyarakat bukan sekedar
penerima belas kasih dari pemerintah, tetapi suatu sistem yang percaya kepada kemampuan
masyarakat untuk bertanggungjawab atas pendidikan generasi mudanya. Masyarakat Islam
merupakan masyarakat yang menjunjung nilai-nilai di antaranya adalah nilai Ketuhanan,
Persaudaraan, Keadilan, Amar ma’ruf nahi munkar, dan Solidaritas.
7. PEMERINTAH
7.1 Landasan tanggung jawab pemerintah dalam pendidikan
Pasal 31 Amandemen UUD 1945 Ayat (1) menyatakan, “Setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan”, dan Ayat (2) “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya”. Janji pemerintah ini dikukuhkan lagi dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional yang disahkan DPR 11 Juni 2003, ditandatangani Presiden 8 Juli
2003.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) antara lain disebutkan:
Pertama, “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu” (Pasal 5 Ayat 1). Kedua, “setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima
belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar” (Pasal 6 Ayat 1). Ketiga, “pemerintah dan
pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya
15

16

pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi” (Pasal 11 Ayat 1).
Keempat, “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya anggaran guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima
belas tahun” (Pasal 11 Ayat 2).
Mengacu Pasal 31 Amandemen UUD 1945, dan UU SPN No 20/2003, pemerintah wajib
menyediakan pendidikan bermutu secara gratis kepada setiap warga negara. Secara rinci, Pasal
49 UU SPN No 20/2003 menyatakan, “Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD)”.
Rasulullah SAW bersabda, bahwa pemimpin (pemerintah) adalah pengabdi atau pelayan
masyarakat sehingga pemerintah bertanggung jawab dalam menyediakan fasilitas, sarana dan
prasarana khususnya dunia pendidikan di wilayahnya.
Sabda Rasulullah SAW:
Pemimpin suatu kaum adalah pengabdi (pelayan) mereka. (HR. Abu Na’im)
7.2 Peranan pemerintah dalam pendidikan
Pemerintah dalam hal ini mempunyai fungsi dan peranan untuk memimpin, mengatur,
membimbing dan menunjukkan arah proses pendidikan yang harus terjadi di dalam keseluruhan
lembaga yang terdapat di dalam masyarakat, sehingga penyimpangan dan salah didik tidak akan
terjadi. Kewajiban utama pemerintah agar masyarakatnya berkualitas, berakhlak dan bermoral
melalui pendidikan adalah :
a. Melakukan pelayanan pendidikan
b. Meningkatkan akses pendidikan.
c. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan
d. Memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh masyarakat untuk dapat menimba
ilmu.
7.3 Konsep Pendidikan pada zaman khalifah ar-Rosyidin
Dalam Islam, tujuan pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian Islam
(syakhshiyah Islamiyah) peserta didik serta membekalinya dengan berbagai ilmu dan
16

17

pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan. Pendidikan dalam Islam merupakan
kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi sebagaimana kebutuhan makan, minum, pakaian, rumah,
kesehatan, dan sebagainya. Program wajib belajar berlaku atas seluruh rakyat pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah. Negara wajib menjamin pendidikan bagi seluruh warga dengan
murah/gratis. Negara juga harus memberikan kesempatan kepada warganya untuk melanjutkan
pendidikan tinggi secara murah/gratis dengan fasilitas sebaik mungkin (An-Nabhani, Ad-Dawlah
al-Islâmiyyah, hlm. 283- 284).
Konsep pendidikan murah/gratis telah diterapkan oleh Khilafah Islam selama kurang
lebih 1400 tahun, yaitu sejak Daulah didirikan di Madinah oleh Rasulullah saw. hingga Khilafah
Ustmaniyah di Turki diruntuhkan oleh imperialis kafir pada tahun 1924 M. Selama kurun itu
pendidikan Islam telah mampu mencetak SDM unggul yang bertaraf internasional dalam
berbagai bidang. Di antaranya adalah Imam Malik bin Anas, Imam Syafii, Imam Ahmad bin
Hanbal, dan Imam Bukhari sebagai ahli al-Quran, hadis, fikih, dan sejarah; Jabir bin Hayyan
sebagai ahli kimia termasyhur; al-Khawarizmi sebagai ahli matematika dan astronomi; al-Battani
sebagai ahli astronomi dan matematika; ar-Razi sebagai pakar kedokteran, dan kimia; Tsabit bin
Qurrah sebagai ahli kedokteran dan teknik; Ibnu al-Bairar sebagai ahli pertanian khususnya
botani, dan masih banyak lagi.
Dalam sistem Islam, hubungan Pemerintah dengan rakyat adalah hubungan pengurusan
dan tanggung jawab. Penguasa Islam, Khalifah, bertanggung jawab penuh dalam memelihara
urusan rakyatnya. Setiap warga Negara harus dijamin pemenuhan kebutuhan dasarnya oleh
negara, termasuk dalam pendidikan. Hal ini disandarkan pada sabda Rasulullah saw.:
Artinya: Imam (Khalifah/kepala negara) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai
pertanggungjawabanya atas rakyat yang diurusnya. (HR Bukhari dan Muslim).
Darimana Khalifah mendapatkan sumber dana untuk menjalankan pendidikan gratis dan
bermutu? Sumber dana untuk pendidikan bisa diambil dari hasil-hasil kekayaan alam milik
rakyat. Dalam pandangan syariah Islam, air (kekayaan sungai, laut), padang rumput (hutan),
migas, dan barang tambang yang jumlahnya sangat banyak adalah milik umum/rakyat.
Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya:Kaum Muslim bersekutu dalam tiga hal: air, hutan dan energi. (HR. Ibn Majah).
Khalifah

bertugas

untuk

mengatur

pengelolaan

sumberdaya

alam

tersebut

dan

mendistribusikannya kepada rakyat, misalnya untuk pendidikan gratis, pelayanan kesehatan
17

18

gratis, dan sebagainya. Semua ini hanya mungkin terjadi jika sistem ekonomi Islam diterapkan
oleh negara, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam milik rakyat.
8. Mensinergikan Pendidikan di Rumah – Sekolah – Masyarakat - Pemerintah
Point terpenting yang menjadi rahasia suksesnya pendidikan yang dilakukan Rasulullah
adalah keberhasilan beliau dalam mensinergikan pendidikan di rumah (oleh orang tua), di
masyarakat (yakni dengan budaya di masyarakat yang telah berubah menjadi Islami,
keamanahan birokrasi, keadilan pemimpin, dan keteladanan Rasulullah dan pemimpin publik
lainnya) serta Negara (Rasulullah sebagai kepala negara yang mengatur setiap aspek kehidupan
dengan Islam). Inilah yang menjadi kendala saat ini dan menuntut peran kita semuanya untuk
mengubahnya.
Bagaimana tidak, di sekolah siswa diajari harus jujur (walaupun ada oknum yang
mengajarkan tidak jujur, semisal membolehkan curang dalam ujian, atau justru sebagian gurunya
yang curang), namun di masyarakat kecurangan dibiarkan merajalela. Di Sekolah diajarkan
shalat, namun di rumah orang tuanya tidak shalat dan di masyarakat banyak orang juga
meninggalkan shalat. Di sekolah di ajarkan bahwa suap adalah haram, namun fakta di
masyarakat menunjukkan bahwa hampir setiap kehidupan telah terjangkiti penyakit suap ini. Di
sekolah diajarkan bahwa aurat wajib di tutup, namun di masyarakat pornografi dibiarkan
merajalela. Di sekolah diajarkan bahwa aturan Allah adalah aturan yang paling baik dan paling
Adil karena dibuat oleh Yang Maha Mengetahui dan Maha Adil, namun di masyarakat aturanaturan ini diinjak-injak dan yang dipakai justru aturan peninggalan penjajah. Faktor inilah yang
memberikan andil besar dalam rusaknya generasi Islam Indonesia.

18