PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH DI KABUPATE

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah- Nya sehingga penyusunan makalah penelitian kecil ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg. selaku dosen mata kuliah Ekonomi Wilayah

2. Ibu Vely Kukinul Siswanto, ST, MT, M.Sc. selaku dosen pembimbing dalam tugas ini

3. Teman-teman yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Makalah dengan judul ”Pengembangan Ekonomi Wilayah Kabupaten Bangli dengan Konsep

Minapolitan ” ini disusun sebagai tugas mata kuliah Ekonomi Wilayah dalam Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Dalam proses penyelesaian makalah ini tentunya banyak kekurangan, baik dari pengambilan referensi data maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi sempurnanya makalah ini.

Demikianlah makalah ini disusun, semoga bermanfaat bagi berbagai pihak dan dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran mata kuliah Pengembangan Wilayah.

Surabaya, Mei 2016

Tim Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam pembangunan negara Indonesia, perekonomian negara perlu dikembangkan secara terencana dan terpadu. Pembangunan yang dilakukan sudah pasti menuju pada suatu perubahan yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Arsyad, 2010:374).

Salah satu indikator kinerja pembangunan ekonomi adalah dengan menggunakan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator dari kesejahteraan masyarakat pada suatu daerah. Indikator yang paling umum digunakan untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat (perekonomian) suatu daerah adalah dengan melihat pendapatan regionalnya.

Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang di dominasi sektor pariwisata tertinggi dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) nya. Selain itu, Provinsi Bali merupakan provinsi yang menjadi primadona para wisatawan baik lokal maupun asing untuk berinvestasi dan berlibur. Provinsi Bali memiliki sembilan (9) kabupaten/kota yang masing-masing memberikan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Bali. Berikut adalah ke sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali, yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli, Karangasem, dan Buleleng. Bila dilihat dari perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bangli pada tahun 2012 dan 2013, terlihat pada Tabel 1.1 dimana nilai PDRB Kabupaten Bangli merupakan yang terendah di antara 8 Kab/Kota lainnya di Provinsi Bali.

Tabel 1. 1 PDRB Bali atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Menurut Kab/Kota (Triliyun Rupiah)

Kabupaten/Kota

PDRB ADHB

PDRB ADHK

Sumber: BPS Prov Bali, 2013

Jika dilihat dari pertumbuhen ekonomi dan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Kabupaten Bangli terletak pada kuadran III seperti dilihat pada bagan berikut.

Gambar 1. 1 Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Peningkatan IPM Tahun 2008-2012

Sumber: BPS, 2012 (diolah)

Pada kuadran III terdapat Kabupaten Bangli, Jembrana dan Tabanan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM di bawah rata-rata Provinsi Bali ( low growth, less pro- human development ). Tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Bangli masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya anggota masyarakat yang hanya mencapai pendidikan Sekolah Dasar (38,2%), dan juga ditunjukkan oleh banyaknya proporsi penduduk yang tidak tamat sekolah dasar (33,7 %). Proporsi penduduk yang sempat memperoleh pendidikan SLTP, SLTA, dan Sarjana berturut-turut: 17,9%, 8,5% dan 2,25% (Sumber: Masterplan Minapolitan Kabupaten Bangli, 2010).

Tidak tamat SD

Lulusan SD

Lulusan SLTP Lulusan SLTA

Lulusan Sarjana

Gambar 1. 2 Diagram Tingkat Pendidikan Penduduk Kab. Bangli

Sumber: Masterplan Minapolitan Kab.Bangli, 2010

Tantangan yang harus diatasi oleh pemerintah daerah adalah menjaga efektivititas dan efisiensi kebijakan dan program mendorong percepatan pembangunan ekonomi dengan prioritas sektor atau kegiatan ekonomi yang punya potensi berkembang seperti pertanian, perkebunan, kelautan dan perikanan, serta perdagangan dan jasa. Selain itu, pemerintah daerah juga harus bekerja keras mendorong seluruh SKPD untuk memacu pembangunan ekonomi dengan meningkatkan produktivitas dan nilai tambah sektor dan kegiatan utama daerah. Di samping nilai PDRB dan pertumbuhan ekonomi, kondisi perekonomian suatu daerah juga dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan hasil survey Kabupaten Bangli dalam angka, jumlah penduduk miskin pada tahun 2012 mencapai 90 orang dan meningkat menjadi 12000 orang pada tahun 2013. Dapat dikaji bahwa penduduk memiliki dominasi pekerjaan pada sektor pertanian yaitu sebanyak 85,5%. Jenis pekerjaan lain meliputi jasa/pemerintah 7,6% berdagang 2,8%, industri 2,2% dan pengangkutan 1,9% (Sumber: Masterplan Minapolitan Kabupaten Bangli, 2010).

Pertanian

Jasa Pemerintah

Pedagang

Industri

Gambar 1. 3 Diagram Jenis Pekerjaan Penduduk Kab. Bangli Sumber: Masterplan Minapolitan Kab.Bangli, 2010

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhannya atas dasar harga konstan (Lili Masli, 2008). Selain itu, pembangunan ekonomi perlu diperhatikan sektor yang potensial dikembangkan supaya memberikan efek multiplier bagi sektor-sektor ekonomi yang lain. Sehingga masing-masing pemerintah daerah dapat melihat sektor yang memiliki keunggulan/kelemahan di wilayahnya maka sektor yang memiliki keunggulan akan mempunyai prospek untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang.

1.2 TUJUAN

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Menentukan sektor basis di Kabupaten Bangli.

2. Menentukan sub sektor prioritas di Kabupaten Bangli

3. Memberikan konsep pengembangan yang sesuai terhadap permasalahan ekonomi di Kabupaten Bangli

1.3 SIETEMATIKA LAPORAN

Pada lapora ini terdiri atas 6 bab, dengan penjelasan masing-masing bab sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, pada bab ini menjelsakan mengenai latarbelakang permasalahan yang akan dibahas pada laporan ini, tujuan penulisan laporan, serta sistematika laporan Bab II Tinjauan Pustaka dan Kebijakan, pada bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan ekonomi wilayah, seperti LQ dan Shift Share. Selain itu pada bab ini juga menjabarkan menegnaikebijakan-kebijakan yang berhubungan masalah perkembangan ekonomi Kabupaten Bangli, seperti RTRW, RPJM, dll. Bab III Gambaran Umum Wilayah, pada bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum wilayah Kabupaten Bangli, serta menjelaskan mengenai gamabran umum perekonomian Kabupaten Bangli yang dijabarkan berdasarkan sektor pada PDRB Bab III Analisis, pada bab ini menjelskan mengenai proses analisi yang digunakan yang bertujuan untuk mendapatkan arahan yang tepat dalam pengembangan ekonomi Kabupaten Bangli Bab IV Konsep Pengembangan, pada bab ini menjelskan mengenai konsep pengembangan yang digunakan untuk mengembangan ekonomi wilayah Kabupaten Bangli, yang diawali berdasarkan analisis SWOT Bab V Kesimpulan, pada bab ini berisi kesimpulan dari bab pembahasan sebelumnya

BAB II

TINJAUAN TEORI DAN TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1 Tinjauan teori

2.1.1 Konsep Pembangunan Ekonomi

Menurut Adam Smith dalam Suryana (2000:55), pembangunan ekonomi adalah proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Bertambahnya penduduk suatu negara harus diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam produksi untuk memenuhi permintaan kebutuhan dalam negeri.

Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006:251) pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis dan gradual, tetapi merupakan proses yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Berdasarkan pengertian tersebut pembangunan ekonomi terjadi secara berkelanjutan dari waktu ke waktu dan selalu mengarah positif untuk perbaikan segala sesuatu menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Pembangunan ekonomi berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua aspek penting yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk (Sukirno, 1996:13).

Dalam Sukirno (2006:10), pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan. Arti dari pernyataan tersebut adalah pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak hanya diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun tetapi juga perlu diukur dari perubahan lain yang berlaku dalam kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam pendapatan dan kemakmuran masyarakat.

2.1.2 Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Konsep Pertumbuhan Ekonomi Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2004:4), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk.

Menurut Simon Kuznets dalam M.L Jhingan (2004:57) pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan barang-barang ekonomi bagi Menurut Simon Kuznets dalam M.L Jhingan (2004:57) pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan barang-barang ekonomi bagi

Pertumbuhan ekonomi dalam Sukirno (2006:9) sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRB t-1).

Menurut Arsyad (2010:270) Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor sebagai berikut:

a. Akumulasi modal, termasuk investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal dan sumberdaya manusia (human resources), akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang akan ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang. Akumulasi modal akan menambah sumberdaya-sumberdaya yang baru dan meningkatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada.

b. Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi, namun kemampuan merangsang tergantung kepada kemampuan sistem ekonomi yang berlaku dalam menyerap dan memperkerjakan tenaga kerja secara produktif.

c. Kemajuan teknologi, merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan tradisional.

2.1.3 Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah

Setiap pembangunan daerah memiliki tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah dengan partisipasi masyarakatnya dengan memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya- sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.

Pembangunan daerah dapat dilihat dari berbagai segi. Pertama, dari segi pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan nasional dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilakukan di daerah. Pembangunan sektoral disesuaikan dengan kondisi dan potensi daerah. Kedua, dari segi pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan Pembangunan daerah dapat dilihat dari berbagai segi. Pertama, dari segi pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan nasional dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilakukan di daerah. Pembangunan sektoral disesuaikan dengan kondisi dan potensi daerah. Kedua, dari segi pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan

Tujuan pembangunan daerah hanya dapat dicapai apabila pemerintahan daerah dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu pembangunan daerah merupakan suatu usaha mengembangkan dan memperkuat pemerintahan daerah dalam rangka makin mantapnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab (Sjafrizal, 2008:10).

Pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu daerah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di daerah tersebut. Perhitungan pendapatan daerah pada awalnya dibuat pada harga berlaku, namun agar dapat melihat dari kurun waktu ke waktu berikutnya harus dinyatakan dengan nilai riil, artinya dinyatakan dalam nilai konstan. (Tarigan, 2005:49).

Pendapatan daerah secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu daerah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di daerah tersebut oleh seberapa besar terjadinya transfer payment , yaitu bagian pendapatan yang mengalir keluar daerah atau mendapat aliran dari luar daerah. (Dini, 2007:20).

2.1.4 Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

Menurut Badan Pusat Statistik (2002:3) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau yang lebih dikenal dengan istilah pendapatan regional (Regional Income) merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah dari kegiatan ekonomi disuatu wilayah.

PDRB disajikan dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan, PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahunnya. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar), dalam penelitian ini, penghitungan yang digunakan adalah tahun 2000 sebagai tahun dasar.

2.1.5 Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh), pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan (Tarigan, 2007:55).

Analisis basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi pendapatan basis, Richardson (1978:14). Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan menambah arus Analisis basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi pendapatan basis, Richardson (1978:14). Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan menambah arus

Teori basis ekonomi dalam Arsyad (2010:367) merupakan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk kemudian diekspor, sehingga akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja. Asumsi tersebut memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor.

Untuk menganalisis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim adalah (Location Quotient) disingkat LQ. Pada LQ dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan. Dalam tekhnik LQ berbagai peubah (faktor) dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Terdapat beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah, sebagai berikut:

a. Analisis Location Quotient (LQ)

Dalam Tarigan (2007:60) Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim digunakan adalah Location Quotient (LQ). LQ digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan (leading sektors). Dalam analisis ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: (1) Sektor Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun diluar daerah yang bersangkutan. (2) Sektor Non Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri. Dasar pemikiran analisis ini adalah teori economic base yang intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkanterjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut, danpada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru. (Tarigan, 2005:60)

Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga menaikan permintaan akan sektor non basis. Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investasi pada sektor yang bersangkutan sehingga investasi modal dalam sektor non basis merupakan investasi yang didorong sebagai akibat dari kenaikan sektor basis. Teknik analisis

LQ dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ).

1. Static Location Quotient (SLQ) merupakan metode LQ yang sering digunakan. Kelemahan SLQ adalah bahwa kriteria ini bersifat statis, artinya hanya memberikan gambaran pada satu titik waktu tertentu saja. Rumus untuk menghitung SLQ adalah sebagai berikut:

Keterangan:  SLQ :Koefisien Static Location Quotient  qi

: Nilai produksi subsektor i pada kabupaten/kota  Qi

: PDRB total semua sektor di kabupaten/kota  qr

: Nilai produksi sub sektor i pada provinsi  Qn : PDRB total semua sektor di provinsi

NB:

- Data PDRB yang digunakan tidak hanya terpaut pada data PDRB kabupaten/kota yang dibandingkan dengan PDRB provinsi, tetepi bias menggunakan data PDRB kecamatan yang diabndingkan dengan data PDRB setingkat di atasnya yaitu PDRB kabupaten/kota. - Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien dapat menggunakan satuan jumlah buruh atau hasil produksi atau satuan lainnya yang dapat digunakan sebagai kriteria

Interpretasi Hasil

Hasil perhitungan LQ menghasilkantiga (3) kriteria, yaitu:  LQ > 1 : artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan.

Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor keluar wilayah.

 LQ = 1 : komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor.

 LQ < 1 : komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi komoditas di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor daril uar.

2. Dynamic Location Quotient (DLQ) sebenarnya memiliki prinsip yang sama dengan LQ statis, hanya untuk mengintroduksikan laju pertumbuhan digunakan asumsi bahwa nilai tambah sektoral maupun PDRB mempunyai rata-rata laju pertumbuhan sendiri-sendiri selama kurun waktu antara tahun (0) sampai tahun (t).

Keterangan:  DLQ

: Indeks Dynamic Location Quotient

 gi

: Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sektor (i) di Kabupaten x

 gj : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB seluruh sektor Kabupaten x  Gi

: Rata-rata laju pertumbuhan sektor (i) Propinsi s

 Gj

: Rata-rata laju pertumbuhan PDRB seluruh sektor Propinsi s

: Jumlah tahun teknis

Interpretasi Hasil  DLQ lebih besar atau sama dengan 1, sektor i masih dapat diharapkan untuk unggul

dimasa yang akan dating  DLQ lebih kecil 1, sektor i tidak dapat diharapkan untuk unggul di masa yang akan datang. Tabel 2. 1 Matriks analisis gabungan SLQ dan DLQ

Sektor unggulan

Sektor Andalan

DLQ<1

Sektor prospektif

Sektor tertinggal

Sumber: Kuncoro (2-12:136) Keterangan:

- Sektor unggulan (DLQ > 1 & SLQ > 1) sektor yang pada saat ini merupakan sektor unggulan dan tetap berpotensi unggul pada beberapa tahun ke depan.

- Sektor andalan (DLQ > 1 & SLQ < 1) sektor yang pada saat ini belum unggul tapi dalam beberapa waktu ke depan berpotensi unggul.

- Sektor prospektif (SLQ > & DLQ < 1) sektor yang pada saat ini merupakan sektor unggulan tetapi tidak berpotensi unggul pada beberapa waktu ke depan.

- Sektor tertinggal (SLQ < 1 & DLQ < 1) sektor yang dinyatakan tidak unggul untuk saat ini dan pada beberapa waktu ke depanpun belum berpotensi untuk menjadi sektor unggulan

b. Analisis Shift Share Analisis Shift Share merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini sendiri adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkanya dengan daerah yang lebih besar (region/nasional). Berikut adalah rumus perhitungan Shift Share:

PE = KPN + KPP + KPPW

PB = KPP + KPPW

• KPN

Ns i,t+m =E r,i,t (E N,t+m /E N,t ) –E r,i,t

• KPP P r,i,t = {(E N,i,t /E N,i,t-n ) – (E N,t /E N,t-n )}xE r,i,t,n • KPPW

D r,i,t+m = E r,i,t (E N,i,t+m /E N,i,t )

Keterangan: PE = Pertumbuhan Ekonomi PB = Pendapatan Bersih Wilayah ∆ = Pertambahan angka akhir (tahun t) dikurangi dengan angka awal (tahun t-n) N = National atau wilayah nasional/wilayah yang lebih tinggi jenjangnya r

= Region atau wilayah analisis

E = Employment atau banyaknya lapangan kerja i

= Sektor industri t

= Tahun t-n = Tahun awal t+m= Tahun Proyeksi Ns = National Share P = Proportional Shift

D = Differential Shift Tabel 2. 2 Matriks Analisis Gabungan PB dan LQ

LQ < 0 - Merupakan sektor non basis

Merupakan sektor non basis

- Pertumbuhan cepat

Pertumbuhan lambat

LQ > 0 - Merupakan sektor basis

Merupakan sektor basis

- Pertumbuhan cepat

Pertumbuhan lambat

2.2 TINJAUAN KEBIJAKAN

2.2.1 RPJMD Kabupaten Bangli 2010-2015

 Isu strategis Provinsi Bali Mengembangkan pertanian yang tangguh dalam arti luas menuju kemandirian dan ketahanan pangan, meningkatkan akses petani terhadap permodalan, pemasaran, dan penunjang lainnya

 Isu strategis Kabupaten Bangli Pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan yang inovatif, kreatif, produktif, dan unggul berbasis pada pertanian, pariwisata, industri kecil, dan koperasi

2.2.2 Perda Kabupaten Bangli No. 9 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangli tahun 2013-2033

Telah ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan (Danau Batur) oleh Kementerian terkait yang memiliki luas 6,05 km 2 dengan kedalaman 60-70 m untuk pengembangan ikan nila dengan

sasaran produksi 750 ton/tahun. Kawasan peruntukan perikanan meliputi:

a. Kawasan peruntukan perikanan tangkap meliputi perairan Danau Batur seluas kurang lebih 1.640 Ha atau 3.15% dari luas wilayah, perikanan tangkap sungai dan pemantapan prasarana pendukung kegiatan perikanan tangkap berupa pangkalan perahu tersebar beberapa tempat di pesisir Danau Batur

b. Kawasan peruntukan perikanan budidaya Meliputi KJA di Danau Batur dengan potensipengembangan seluas kurang lebih 82 Ha atau 5% dari luas Danau Batur, perikanan budidaya di kolam dan saluran irigasi dengan prioritas pengembangan di Kecamatan Susut, Kecamatan Bangli, dan Kecamatan Tembuku, pemantapan prasarana pendukung penyediaan benih kegiatan budidaya perikanan, berupa UPT Balai Benih di Kelurahan Cempaga, Kecamatan Bangli

c. Kawasan peruntukan pengolahan dan pemasaran ikan Meliputi sentra pengolahan dan pemasaran hasil perikanan budidaya diarahkan di kawasan minapolitan dan kawasan industri tertentu Kayuamba, sentra pengolahan dan pemasaran hasil perikanan budidaya skala rumah tangga tersebar

2.2.3 Keputusan Bupati Bangli Nomor 523/171/2010

Kabupaten Bangli menjadi lokasi pengembangan kawasan minapolitan di Provinsi Bali. Lokasi kawasan minapolitan di Kabupaten Bangli yaitu Kecamatan Kintamani sebagai kawasan inti (minapolis) serta Kecamatan Susut, Kecamatan Bangli, dan Kecamatan Tembuku sebagai kawasan penyangga (hinterland) dengan komoditas unggulan ikan nila.

2.2.4 Masterplan Kawasan Minapolitan Danau Batur Kabupaten Bangli Tahun 2010

Orientasi lokasi pelayanan minapolitan Kawasan Minapolitan Danau Batur terletak di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Lokasi pengembangan dan perencanaan terletak di posisi yang strategis sehingga memudahkan kegiatan pengembangan dan perencanaan Kawasan

Minapolitan di Danau Batur, dengan tersedianya akses prasarana yang lengkap dan dilalui oleh jalan kolektor primer yang menghubungkan antar kecamatan.

Arahan strategi pengembangan kawasan yang meliputi sarana utama, penunjang dan pelengkap diantaranya:

1. Jumlah KJA yang ada di Danau Batur terdapat 15 blok (seluas 4 Ha) atau 0,25% dari luas Danau Batur ( 1631 Ha). Sedangkan potensi KJA di Danau Batur seluas 21 Ha Sehingga masih memungkinkan untuk di kembangkan lagi seluas 1,04 % (17 Ha)

2. Lokasi Habitat konservasi terdapat di sekitar Desa Songan A dan B, Buahan dan Abang Batu Dinding yang memiliki vegetasi tumbuhan air (Tigeh-tigeh dan Talang-talang)

3. Balai Benih Ikan (BBI) yang terdapat di Desa Kedisan, di kembangkan pendederannya oleh Unit Pembenihan Rakyat (UPR) pada lokasi-lokasi KJA yang dipusatkan di Toya Bungkah, demikian juga untuk lokasi Laboratorium, percontohan Budidaya, pengolahan pakan ikan dan Pengolahan Hasil Perikanan.

4. Penataan tempat KJA minimum 50 meter dari pinggir/tepi Danau dengan tujuan untuk menghindari kegagalan usaha budidaya akibat kurangnya arus air,penumpukan sisa pakan yang dapat mengakibatkan pertumbuhan lambat dan kematian ikan

5. Lokasi sarana penunjang dan pelengkap yang terdiri dari dua lokasi sentra yaitu di Desa Toyabungkah dan Desa Kedisan. Lokasi sentra yang terdapat di Toya bungkah meliputi: dermaga

kios kuliner, pengembangan jalan setapak (tracking bersepeda), Rest area, dan gardu pandang. Sedangkan sentra lokasi yang terdapat di Kedisan meliputi: Dermaga dan parkir, tempat pemancingan, Tourism information centre, lembaga perbankan, LSM keamanan, pengembangan jalan setapak, Gardu pandang, MCK dan fasilitas penunjang

dan

parkir,pasar/pelelangan

ikan,tempat

pemancingan,

6. Multifungsi barier disamping sebagai pembatas ekspansi pertanian holtikultura kearah danau, menghambat laju sedimentasi, abrasi danau, tempat perbaikan kualitas air (bioremidiasi) juga sebagai jalur wisata jalan setapak/bersepeda (tracking). Jalan setapak/bersepeda ini direncanakan di sepanjang bibir pantai Kedisan-Toya Bungkah 7 Km dan Kedisan Terunyan 6,9 Km, dan tempat pemancingan ikan

Gambar 2. 1 Peta Orientasi Pelaksanaan Minapolitan Kabupaten Bangli Sumber: Masterplan Minapolitan Kabupaten Bangli, 2010

2.3 KONSEP PENGEMBANGAN

2.3.1 Pengertian Minapolitan

Minapolitan terdiri dari kata mina dan kata politan (polis). Mina berarti ikan dan Politan berarti kota, sehingga Minapolitan dapat diartikan sebagai kota perikanan atau kota di daerah lahan perikanan atau di daerah kota. Dalam pedoman ini, yang dimaksud dengan minapolitan adalah kota perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha perikanan serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan ekonomi daerah sekitarnya.

Kota perikanan dapat merupakan kota menengah, atau kota kecil atau kota kecamatan atau kota perdesaan atau kota nagari yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang Kota perikanan dapat merupakan kota menengah, atau kota kecil atau kota kecamatan atau kota perdesaan atau kota nagari yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang

Kota perikanan (minapolitan) berada dalam kawasan pemasok hasil perikanan (sentra produksi perikanan) yang mana kawasan tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya.Selanjutnya kawasan perikanan tersebut (termasuk kotanya) disebut dengan kawasan minapolitan.

2.3.2 Persyaratan Kawasan Minapolitan

Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan minapolitan dengan persyaratan sebagai berikut:

1. Memiliki sumberdaya lahan/perairan yang sesuai untuk pengembangan komoditas perikanan yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar (komuditas unggulan), serta berpotensi atau telah berkembang diversifikasi usaha dari komoditas unggulannya. Pengembangan kawasan tersebut tidak saja menyangkut kegiatan budidaya perikanan (on farm) tetapi juga kegiatan off farmnya; yaitu mulai pengadaan sarana dan prasarana perikanan (benih, pakan, obat-obatan dsb) kegiatan pengelolahan hasil perikanan sapai dengan pemasaran hasil perikanan serta kegiatan penunjang (pasar hasil, industri pengelolahan, minawisata dsb);

2. Memiliki berbagai sarana dan prasarana minabisnis yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha minabisnis yaitu:

 Pasar, baik pasar untuk hasil-hasil perikanan, pasar sarana perikanan (pakan, obat- obatan dsb), maupun pasar jasa pelayanan termasuk pasar lelang, cold storage dan prosessing hasil perikanan sebelum dipasarkan;

 Lembaga keuangan (perbankan dan non perbankan) sebagai sumber modal untuk kegiatanminabisnis;  Memiliki kelembagaan pembudidaya ikan (kelompok, UPP) yang dinamis dan terbuka

pada inovasi baru, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai Sentra Pembelajaran Dan Pengembangan Minabisnis (SPPM). Kelembagaan pembudidaya disamping sebagai pusat pembelajaran (pelatihan), juga diharapkan kelembagaan pembudidaya ikan dengan pembudidaya ikan disekitarnya merupakan inti-plasma dalam usaha bisnis;

 Balai Benih Ikan (BBI), Unit Perbenihan Rakyat (UPR), dsb yang berfungsi sebagai penyuplai induk dan penyedia benih untuk kelangsungan kegiatan budidaya ikan;  Penyuluhan dan bimbingan teknologi minabisnis, untuk mengembangkan teknologi tepat guna yang cocok untuk daerah kawasan minapolitan;

 Jaringan yang memadai dan aksesbilitas dengan daerah lainnya serta saran irigasi, yang kesemuanya untuk mendukung usaha perikanan yang effisien.

3. Memiliki sarana dan prasarana umum yang memadai seperti transportasi, jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih,dll;

4. Memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosial/masyarakat yang memadai seperti kesehatan, pendidikan, kesenian, rekreasi, perpustakaan, swalayan dll;

5. Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun keharmonisan hubungan kota dan desa terjamin

2.3.3 Batasan Kawasan Minapolitan

Batasan suatu kawasan minapolitan tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintah (Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, dsb) tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan ecomonic of scale dan economic of scope.Karena itu, penetapan kawasan minapolitan hendaknya dirancang secara lokal dengan memperhatikan realitas perkembangan minabisnis yang ada di setiap daerah. Dengan demikian bentuk dan luasan kawasan minapolitan dapat meliputi suatu satu wilayah Desa/Kelurahan atau Kecamatan atau beberapa Kecamatan dalam Kabupaten/Kota atau dapat juga meliputi wilayah yang dapat menembus wialyah Kabupaten/Kota lain berbatasan.Kotanya dapat berupa Kota Desa atau Kota Nagari atau Kota Kecamatan atau Kota Kecil atau Kota Menengah.

BAB III GAMBARAN UMUM

3.1 Letak Geografis dan Wilayah Administrasi

Kabupaten Bangli terletak di Provinsi Bali yang terkenal dengan potensi pariwsata terbaik di dunia. Adapun Kabupaten Bangli memiliki luas sebesar 520,82 km2 dan penduduk yang berjumlah 197.210 jiwa pada tahun 2013. Dilihat dari potensi topografisnya, Kabupaten ini memiliki daya tari danau yang luar biasa, dimana merupakan daya tarik pariwsata. Selain itu tanah yang subur juga merupakan potensi perekonomian yang besar di bidang pertanian. Kabupaten Bangli sendiri memiliki 4 kecamatan, 4 kelurahan dan 56 Desa. Kabupaten Bangli memiliki batas administratif sebagai berikut:

Sebelah utara

:Kabupaten Buleleng

Sebelah selatan

:Kabupaten Gianyar

Sebelah timur

:Kaupaten Karangasem

Sebelah barat

: Kabupaten Badung dan Gianyar

Gambar 3. 1 Peta Kabupaten Bangli

Sumber: Masterplan Minapolitan Bangli

3.2 Kondisi Topografi

Kawasan Kintamani merupakan pegunungan berelief kasar dengan kemiringan lereng sebagian besar antara 30-70%, setempat dengan kemiringan > 70% terutama pada tebing-tebing kaldera dengan ketinggian tempat 1031-1717 meter dari permukaan laut. Titik tertinggi berada pada puncak Gunung Batur (1717 meter Dpl) dan titik terendah sama dengan air danau, rata-rata yaitu 1.031 meter Dpl. Daerahnya meliputi tubuh bagian puncak dari Gunung Batur dan tempat- tempat bagian tengah dari Gunung Abang dan Gunung Penulisan.

3.3 Kondisi dan Potensi Pemanfaatan Ruang

Penggunaan lahan di wilayah perencanaan didominasi oleh jenis penggunaan kebun/tegalan yang meliputi 8513,85 Ha (47,52%) jenis tanaman perkebunan/tegalan yang Penggunaan lahan di wilayah perencanaan didominasi oleh jenis penggunaan kebun/tegalan yang meliputi 8513,85 Ha (47,52%) jenis tanaman perkebunan/tegalan yang

Tanaman pangan lahan kering berupa tanaman holtikultura banyak terdapat diwilayah dekat Danau Batur yang luasnya 815,10 Ha (4,55%). Kawasan permukiman yang meliputi perumahan penduduk dengan berbagai fasilitas ekonomi dan fasilitas sosial budaya (termasuk fasilitas pariwisata) cenderung terpusat pada kota Kintamani dan pusat-pusat desa. Peta penggunaan lahan di Kabupaten Bangli dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3. 2 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bangli

Sumber: Masterplan Minapolitan Kabupaten Bangli

3.4 Ekonomi wilayah Kabupaten Bangli

Pada Kabupaten Bangli PDRB dikelompokkan dalam tiga sektor utama (primer, sekunder, dan tersier). Sektor primer mencakup sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian, sektor sekunder meliputi kegiatan industri, listrik, gas dan air, serta konstruksi. Sedangkan sektor tersier meliputi kegiatan perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan , serta kegiatan jasa-jasa. Motor penggerak perekonomian Bangli adalah sektor tersier (sektor PHR, Pengangkutan, Keuangan dan Jasa-jasa).

3.4.1 Sektor Pertanian

Berdasarkan tabel PDRB, sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki nilai PDRB tertinggi, Peran sektor pertanian menjadi vital karena kegiatan pertanian adalah penghasil pangan utama sekaligus pemasok bahan baku bagi industri turunannya. Dalam PDRB Kabupaten Bangli, sektor ini menyumbang hingga 36,39% dan satu satunya sektor yang mengalami peningkatan pesat dan stabil dari 5 tahun terakhir yaitu hingga 5 persen lebih (31,94% pada tahun 2009) Penggunaan lahan di bangli yaitu 69,83 persen yaitu untuk pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibagi menjadi dua yaitu lahan sawah sebanyak 8,02 persen lahan bukan sawah sebesar 91,98 persen. Lahan bukan sawah digunakan sebagai tegal/kebun sebesar 55,55 persen, perkebunan 25,63 persen, ditanami pohon /hutan rakyat 10,77 persen dan penggunaan lainnya (tambak,kolam,empang, hutan negara, dan lainnya) sebesar 0,03 persen. Adapun subsektor yang diunggulkan dalam sektor pertanian ini adalah Tanaman bahan makanan dan tanaman kehutanan .

Tabel 3. 1 PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2013 Sektor

413266,72 Pertambangan dan

Industry pengelolaan

95206,26 Listrik, gas, air

59963,03 Perdagangan, hotel, restoran

344030,56 Pengangkutan dan

Lembaga keuangan, real estet, persewaan, dan jasa

44856,09 perusahaan

Jasa-jasa

300512,14 PDRB

Gambar 3. 3 Pertumbuhan PDRB KAb. Bangli

3.4.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Kategori pertambangan dan penggalian menyumbang sebesar 2,59 persen dari total PDRB Kabupaten Bangli. Kategori pertambangan dan penggalian yangada berupa pertambambangan dan penggalian berupa galian C. Laju pertumbuhan di sektor pertambangan dan penggalian cenerung menurun setiap tahunnya, hal ini merupkaan akibat dari adanya konservasi kawasan Gunung Batur yang ditetapkan sebagai salah satu situs Global Geopark oleh UNESCO sejak November 2012.

Gambar 3. 4 Grafik pertumbuhan dan kontribusi kategori pertambangan dan penggalian terhadap PDRB

Sumber :PDRB Kab Bangli Tahun 2010-2014

3.4.3 Industri Pengelolaan

Industri merupakan suatu kegiatan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik. Sehingga pembangunan industri tidak hanya mencapai kegiatan mandiri saja, tetapi mempunyai tujuan pokok untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Selain itu industri dapat dikatakan sebagai sektor pemimpin (leading sector), yaitu dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sektor perdagangan, pertanian ataupun sektof jasa.

Kategori industry pngelolaan menyumbangkan 9,55 persen terhadap PDRB Kabupaten Bangli pada tahun 2014. Lapangan usaha yang memberikan share terbesar terhadap kategori industry pengelolaan adalah industry kayu, barang dari kayu dan gabus, dan barang anyaman dari bamboo, rotan, dan sejeninya. Industri lain yang juga memberikan kontribusi yang cukup besar adalah industry makanan dan minuman. Berikut merupakan laju pertumbuhan Kategori Industri:

Gambar 3. 5 Laju pertumbuhan industry

Sumber :PDRB Kab Bangli Tahun 2010-2014

3.4.4 Pengadaan Listrik,gas, dan air

Kategori pengadaan listrik dan gas berkontribusi sebesar 002 persen terhadap perekonomian Kabupaen Bangli pada tahun 2014. Dari kontribusi tersebut sebagai besar disumbangkan oleh lapangan usaha ketenagalistrikan. Sedangkan kategori pengadaan air mempunyai peranan terhadap perekonomian Kabupaten Bangli sebesar 0,06 persen pada tahun 2014. Kategori pengadaan air diantaranya meliputi pengumpulan, pengelolaan, dan pendistribusikan air melalui berbagai saluran pipa untuk kebutuhan rumah dan industry. Laju pertumbuhan pengadaan air tidak stabil, hal tersebut dikarenakan akibat adanya kesulitan wilayah geografis yang menyebabkan pergerakan industry pengadaan air belum berlangsung secara optimal.

3.4.5 Konstruksi

Pada tahun 2014 kategori konstruksi menyumbang sebesar 7,59 persen terhadap total perekonomian Kabupaten Bangli, hal ini meningkat dibandingkan than 2010 yaitu 6,96. Pertumbuhan konstruksi terbesar terjadi di tahun 2012 yakni mencapai 19,34 persen.

3.4.6 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Selama lima tahun terakhir, kategori ini menyumbang 8 persen terhadap ekonomi Kabupaten Bangli. Pada tahun 2014 perdagangan besar dan eceran menyumbang 9,95 persen. Dari kontribusi tersebut, sebagian besar disumbangkan oleh perdagangan besar dan eceran, bukan mobil dan sepeda motor.

3.4.6 Transportasi dan Pergudangan

Kategori ini di Kabupaten Bangli tersedia angkutan darat dan sungai, danau, dan penyebrangan serta jasa penunjang angkutan. Aktifitas penyebrangan melalui Danau Batur merupakan salah stu pilar penting aktivitas ekonomi di kategori transportasi dan pergudangan. Kategori ini mempunyai sumbangan yang relative sstabil sari tahun 2010-2014 terhadap PDRB Kabupaten Bangli dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 8,55 persen.

3.4.7 Penyedia akomodasi dan makan minum

Kategori ini menyumbang 13,48 persen terhadap total PDRB Kabupaten Bangli. Perubahan pertumbuhan kategori ini dipengarhi oleh jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bangli. Grafik pertumbuhan seta kontribusi kategori penyediaan akomodasi dan makan minum dapat dilihat pada gambar beriut:

Gambar 3. 6 Pertumbuhan dan kontribusi kategori akoodasi dan makan minum

Sumber :PDRB Kab Bangli Tahun 2010-2014

3.4.8 Informasi dan Komunikasi

Kategori ini mempunyai peranan sebagai penunjang aktivitas di setiap bidang ekonomi. Peranan kategori ini di Kabupaten Bangli berkisaran antara 4-5 persen. Jika dilihat dari laju pertumbuhannya, informasi dan komunikasi menunjukan sedikit perlambatan juka dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu dari 6,627 persen menjadi 6,27 persen pada tahun 2014

3.4.9 Jasa Keuangan

Kategori ini memberikan sumbangan sebesar 2,77 persen terhadap PDRB Kabupaten Bangli. Kontribusi kategori ini relative stabil dari tahun ketahun.sebagai besar kontribusi disumbangkan oleh jasa perantara keuangan. Artinya bahwa siklus transaksi keuangan di Bangli tidak memiliki arus yangkencang melalui jasa perantara keuangan. Pertumbuhan dan ontribusi kategori jasa keuangan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3. 7 Pertumbuhan dan kontribusi jasa keuangan

Sumber :PDRB Kab Bangli Tahun 2010-2014

3.4.12 Jasa Lainnya

Kontribusi jasa lainnya terhadap perekonomian Kabupaten Bangli rata-rata 277 persendengan kontribusi yang stabil dan memiliki laju pertumbuhan untuk jasa lainnya 7,00 persen di than 2014

BAB IV ANALISIS

Analisis yang dilakuakan dalam penelitian ini adalah diawali dengan melakukan analisis LQ untuk mengetahui sektor uanggulan di Kabupaten Bangli. Setelah melakukan analisis sektor unggulan. Kemudian menentukan sektor yang akan dianalisis lebih lanjut, berdasarkan arahan dari RTRW Kabupaten Bangli, RPJM, dan juga berdasarkan hasil analisis. Setelah itu analisis dilanjutkan dengan analisis sub sektor unggulan dari sektor yang telah dipilih. Kemudian dilanjutkan dengan analisis laju perkembangan sub sektor tersebut. Proses analisis dilanjutkan dengan analisis gabungan SLQ dengan DLQ. Dengan analisis gabungan tersebut maka diketahui sub sektor yang termasuk sub sektor unggulan, prospektif, andalan, dan tertinggal. Setelah itu analisis dilanjutkan dengan analisis Shift-Share pada sub sektor. Dari analisis Shift-share tersebut kemudian dilanjutkan dengan analisis gabungan antara KPP dengan KPPW dan juga analisis gabungan LQ dengan PB. Skema analisis dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut:

Gambar 4. 1 Skema Proses analisis

4.1 Analisis sektor unggulan (LQ)

Analisis sektor uanggulan adalah analisi yang berfungsi untuk mengetahui sektor unggulan di suatu wilayah yang salah satunya dapt dilihat dari nilai PDRB wilayah tersebut yang dibandingkan dengan PDRB dari wilayah diatasnya. Untuk mengatasi permasalahan ekonomi di Kabupaten Bangli, maka dilakukan analisis sektor unggulan di Kabupaten Bangli dengan menggunakan rumus LQ. Data yang digunakan dalam analisis LQ ini adalah data PDRB Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013 dan data PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013. Tabel PDRB Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013 dan data PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Tabel

4.1 dan Tabel 4.2. Sedangkan untuk grafik PDRB Kabupaten Bangli dan PDRB Provinsi Bali dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 berikut:

Tabel 4. 1 PDRB Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013

SEKTOR DI BANGLI

413266,72 Pertambangan dan penggalian

2267,36 Industri pengolahan

95206,26 Listrik, gas, dan air bersih

59963,03 Perdagangan, hotel, dan

25925,59 Lembaga keuangan, real estat,

Pengangkutan dan komunikasi

44856,09 perusahaan Jasa-jasa

persewaan, dan jasa

Sumber : PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2011

Pertambangan dan

penggalian

B 250000 Industri Pengolahan

PD 200000

Listrik, gas, air bersih

Perdagangan, hotel, dan restoran

pengangkutan dan komunikasi

TAHUN

Gambar 4. 2 Grafik PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2013 Sumber : PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2011 (BPS Kab. Bangli)

Berdasarkan pada grafik PDRB Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013 diatas dapat dilihat bahwa sektor pertanian mempunyai nilai yang paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya dan sektor pertanian mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sedangan sektor yang mempunyai nilai yang paling kecil adalah sektor pertambangan dan penggaliaan.

Tabel 4. 2 PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013

SEKTOR DI BALI

6155523,43 Pertambangan dan

Industri pengolahan

3427548,31 Listrik, gas, dan air bersih

1558180,90 Perdagangan, hotel, dan

11181366,89 restoran Pengangkutan dan

3854634,85 komunikasi Lembaga keuangan, real

2544369,53 estat, persewaan, dan jasa perusahaan

Sumber : PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013

Pertambangan dan

penggalian Industri Pengolahan

Listrik, gas, air bersih

Bangunan

0 Perdagangan, hotel, dan

Gambar 4. 3 Grafik PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013 Sumber : PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2011 (BPS Provinsi Bali)

Berdasarkan pada grafik PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013 diatas dapat dilihat bahwa sektor perdagangan dan jasa mempunyai nilai yang paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya dan sektor tersebut mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sedangan sektor pertanian ada dibawah sektor perdaganagn, hotel, dan restoran.

Analisis sektor unggulan dilakukan dengan menggunakan rumus SLQ dengan menggunakan data PDRB Kabupaten Bangli dan data PDRB Provinsi Bali. Berikut merupakan Proses analisis sektor uanggulan di Kabupaten Bangli.

Keterangan:

SLQ :Koefisien Static Location Quotient

qi

: Nilai produksi subsektor i pada kabupaten/kota

Qi

: PDRB total semua sektor di kabupaten/kota

qr

: Nilai produksi sub sektor i pada provinsi

Qn

: PDRB total semua sektor di provinsi

Setelah semua data PDRB diproses menggunakan rumus diatas maka didapatkan hasil seperti pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4. 3 hasil analisis SLQ Sektor pada PDRB Kabupaten Bangli

Pertambangan dan penggalian

Industri pengolahan

Listrik, gas, dan air bersih

Perdagangan, hotel, dan restoran

Pengangkutan dan komunikasi

Lembaga keuangan, real estat, persewaan, dan jasa perusahaan

Sumber : Hasil analisis, 2016

Berdasarkan table hasil analisis SLQ diatas, dapat dilihat bahwa sektor pertanian dari tahun 2009 hingga tahun 2013 mempunyai nilai SLQ >1, yang artinya sektor pertanian menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Dimana sektor pertanian di Kabupaten Bangli, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di Kabupaten Bangli saja akan tetapi juga dapat diekspor keluar Kabupaten Bangli. Begitu pula dengan sektor Bangunan dan sektor jasa-jasa yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Bangli selain Pertanian dari tahun 2009 hingga 2013.