PERAN AGAMA DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN (1)

PERAN AGAMA DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN
HIDUP
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup yang dibina oleh Dr. M. Syahri, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 3

1.
2.
3.
4.

Mitra Permatasari
Dea Kantri Nurcahya
Siti Hajar
Chusnul Chotimah

(201510090311012)
(201510090311016)
(201510090311017)

(201510090311019)

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
NOVEMBER 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya lah
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Disini kami akan membahas
tentang Peran Agama dalam Pelestarian Lingkungan Hidup. Di kesempatan kali
ini pula kami ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini. Harapan kami, kiranya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca untuk dijadikan sebagai bahan referensi dalam
mempelajari bahasan ini.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami dengan senang
hati akan menerima kritik dan saran yang membangun.


Malang, 04 November 2017

Penyusun

1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................i
Daftar Isi ..........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.

Latar Belakang ....................................................................................1
Rumusan Masalah ...............................................................................2
Tujuan .................................................................................................2
Manfaat ...............................................................................................3


BAB II Pembahasan
1. Ancaman Kerusakan Lingkungan ..................................................4
2. Aturan Agama dalam Pengelolaan Lingkungan ............................5
3. Kedudukan Agama dalam Mengejar Pertumbuhan Ekonomi .......10
BAB III Penutup
1. Kesimpulan ....................................................................................12
2. Saran ..............................................................................................12
Daftar Pustaka ..................................................................................................13

2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Allah SWT menciptakan alam lingkungan di dunia ini pada dasarnya
digunakan untuk memenuhi hajat kebutuhan hidup manusia. Agar alam
lingkungan terus menerus memberikan manfaat bagi manusia, maka sudah
sepantasnyalah manusia dikenakan suatu kewajiban untuk memelihara lingkungan
tersebut. Akan tetapi seiring dengan semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan

teknologi yang disertai pula dengan sifat keserakahan atau ketamakan manusia
dalam mengeksploitasi sumberdaya alam telah membuat alam lingkungan ini
menjadi rusak tak terkendali, alhasil bencana lingkungan pun terus mengalir tiada
henti. Lalu apakah bencana ini akan akan terus terulang kembali akibat prilaku
manusia yang tidak mengindahkan lagi

kaidah-kaidah atau nilai-nilai

lingkungan?.
Sudah banyak informasi atau berita yang kita dapatkan mengenai terjadinya
kerusakan alam yang disertai dengan bencana lingkungan yang terjadi di seluruh
pelosok nusantara bahkan dunia. Banjir, tanah longsor, pencemaran (air, tanah dan
udara), erosi, meningkatnya kadar CO2 di udara, kepunahan jenis spesies,
masalah sampah, menipisnya lapisan ozon serta kasus yang masih hangat perihal
ilegal logging dan pembakaran hutan adalah contoh bencana lingkungan yang
kerap terjadi sekaligus bukti suatu keniscayaan bahwa manusia telah
memperlakukan

alam


dengan

sewenang-wenang.

Tindakan

filosofi

antroposentrisme telah menjadikan alam kian rusak, karena alam terus menerus
dieksploitasi oleh manusia akan manfaat yang terkandung di dalamnya tanpa
diimbangi dengan kesadaran manusia untuk memperbaiki atau merehabilitasi
alam lingkungan sekitar. Hal ini sangatlah selaras dengan firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an yang artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar). (Q S Ar Ruum : 41)

1

Berbagai kerusakan lingkungan di dunia telah menunjukan kecendrungan

peningkatan yang sangat memprihatinkan banyak ilmuwan. Sebagian mereka
telah membuat model prediksi kerusakan lingkungan yang berujung kepada
hancurnya sisitem kehidupan di dunia ini. Lebih lanjut, Muh Aris Marfai ( 2005:
41) mengemukakan bahwa sampai dengan tataran ini maka sebetulnya
permasalahan lingkungan mempunyai korelasi yang sangat positif dengan tujuan
hidup manusia (materialisme, hedonisme, developmentalisme). Ditambah lagi
semangat kapitalisme dan liberalisme yang kian membara dan merajalela demi
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya membuat alam ini semakin rusak
binasa.
Keadaan ini sangatlah bertentangan dengan eksistensi manusia sebagai
khalifah (pemimpin) di muka bumi ini yang mempunyai tugas dan peranan
sebagai pengatur atau pengelola alam lingkungan. Tentunya, sebagai khalifah
manusia dituntut berlaku adil dan mampu untuk melakukan pengelolaan terhadap
seluruh aspek kehidupan dan faktor-faktor yang terkait dengannya. Dalam
konteks pengelolaan lingkungan hidup, manusia mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemeliharaan dan memberikan hormatnya terhadap sesama komponen
lingkungan (Muh Aris Marfai, 2005: 41). Namun sifat-sifat keduniawian yang
berorientasi kepada keuntungan materi semata ditambah dengan adanya sifat
nafsu serakah yang tak terkendali telah menutupi hati nurani dan fitrah manusia,
sehingga lupa akan kewajibaannya sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi

ini.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, kami memiliki beberapa rumusan masalah
yaitu:
1. Apa ancaman kerusakan terhadap lingkungan?
2. Bagaimana aturan agama dalam pengelolaan lingkungan?
3. Bagaimana kedudukan agama dalam mengejar pertumbuhan ekonomi?

1.3 Tujuan
Dalam penulisan makalah ini, kami memiliki beberapa tujuan yaitu:

2

1. Untuk menjelaskan ancaman kerusakan terhadap lingkungan.
2. Untuk menjelaskan aturan agama dalam pengelolaan lingkungan.
3. Untuk menjelaskan kedudukan agama dalam mengejar pertumbuhan
ekonomi.

1.4 Manfaat
Dalam penulisan makalah ini, memiliki beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Mengetahui ancaman kerusakan terhadap lingkungan.
2. Mengetahui aturan agama dalam pengelolaan lingkungan.
3. Mengetahui kedudukan agama dalam mengejar pertumbuhan ekonomi.

3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ancaman Kerusakan Lingkungan
Krisis lingkungan di dunia tengah terjadi, degradasi lingkungan tengah
dirasakan semakim memburuk dan terpurui dalam dekade terakhir. Keruskan
hutan, Pemanasan global, kepunahan jenis, kekeringan yang panjang, kelangkaan
air bersih, pencemaran lingkungan dan polusi udara, serta ancaman senjata
biologis, merupakan sederet permasalahan lingkungan di dunia yang bisa
menghancurkan peradaban umat manusia. Oleh karenanya perlu upaya baik
pemekiran ataupun tidakan yang dapat mengatasi krisis tersebut.
Meningkatnya kadar CO2 sangat terkait dengan berkurangnya luas hutan
dunia baik secara alami maupun ulah manusia. Di Indonesia yang dikenal sebagai
paru-paru dunia karena nmemiliki 10 % luas hutan tropis di dunia telah
mengalami keruskan hutan yang mengkhawatirkan. Hal ini terjadi pada tahun

1980 bahwa kerusakan hutan di Indoensia mencapai satu juta hektar per tahun dan
pada tahun 2005 kerusakan hutan Indonesia mencapai dua juta hektar pertahun.
Diperparah lagi terjadi pada periode tahun 1997-2000 mengalami keruskan hutan
tertingii mencapai 3,8 juta per tahun (Iwan Setiawan, 2005).
Keruskan lingkungan juga terjadi pada wilayah perairan. World Water
Development Report (WWDR) sebuah lapran PBB tetnatng ketersediaan air
bersih dunia (dalam Maryoto, 2003) mengemukakan bahwa setiap harinya sekitar
2 juta ton sampah mencemari wilayah perairan dan produksi limbah cair
mencapai 1500 meter kubik. Apabila satu litr limbah cair mencemari delapan liter
air bersih, maka setidaknya 12.000 km kubik air bersih terpolusi di dunia.
Kerusakan lingkungan lainnya semakin banyaknya species yang terancam
punah atau punah sama sekali. Indoenessia sebagai salah satu negara dengan
kekayaan flora dan fauna yang sangat besar merupakan negara yang memiliki
daftar spesies yang ternacam punah paling banyak yaitu 126 burung, 63 mamlia
dan 21 reptil (MoF?FAO,1991). Berkurangnya keragaman jenis (biodeversitas)
selain mengakibatkan kerugian ekonomi juga dapat mengganggu kestabilan suatu
ekosistem

4


Pencemaran udara juga mengalami suatu hal yang mengkhawatirkan. Di
daerah perkotaan, beberapa unsur pencemar seperti SO2, CO, NO2, HC,
partikulat dan oksidan fotokimia telah melampaui batas. Sementara 70 %
penduduk dunia hidup di koat-kota dengan kandungan partikulat melebihi
ambang batas WHO ((Iwan Setiawan, 2005).
2.2 Aturan Agama dalam Pengelolaan Lingkungan
Agama memiliki aturan dalam mengelola lingkungan hidup yaitu antara lain:
Kapatuhan Terhadap Syari’at
Sains dan teknologi memang diperlukan, tetapi itu saja tidak cukup, kita
memerlukan suatu pendekatan yang berbasis agama untuk terlibat dalam keluar
dari krisis lingkungan. Pada dasarnya dalam mengatasi permasalahan krisis
lingkungan berkelanjutan tidak hanya saja cukup dengan mengandalkan dan
mengembangkan kekuatan dari sisi IPTEK saja, melainkan terlebih dari pada itu
reaktualisasi atau pengamalan nilai-nilai religiusitas/keberagamaan menjadi
agenda penting dan tidak boleh terlupakan dan menjadi “roh” yang menjadi
landasan dan memberikan daya atau kekuatan dalam mengatasi krisis lingkungan
berkelanjutan tersebut. Dengan demikian, metode ini akan mendorong manusia
untuk senantiasa memelihara kualitas lingkungan bukan hanya didasarkan atas
etika lingkungan saja, melainkan terlebih dari itu pelaksananan menjaga kualaitas
lingkungan di letakan dalam konteks ibadah yakni kepatuhan terhadap syariat

yang akan dinilai suatu catatan kebaikan atau pahala di sisi Allah SWT.
Sebaliknya barang siapa yang mengabaikan kaidah atau nilai lingkungan sehingga
menyebabkan kerusakan dan bencana di muka bumi dan menelan banyak
korban, maka akan mendapat dosa dan siksa karena telah melakukan suatu
kedzaliman terhadap lingkungan sekitar. Firman Allah SWT dalam surat Al
Qashash ayat 77 yang artinya “….dan Janganlah kamu berbuat kerusakan di
muka bumi sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan “.
Penghayatan keagamaan baru terfokus kepada pelaksanaan fikih ibadah
mahdloh seperti salat, saum, zakat, dan haji, sementara fikih-fikih lainnya seperti
fikih politik, ekonomi atau lingkungan

tentunya masih terabaikan. Oleh
5

karenanya menjadi agenda tugas para ulama dan para pemuka agama untuk
menggagas serta memasyarakatkan fikih lingkungan pada masyarakat. Perlu
ditanamkan kepada masyarakat sebuah keyakinan bahwa membuang sehelai
sampah ke tempatnya atau membuang duri dari jalanan itu adalah ibadah
Menempatkan Alam Sesuai Fungsinya
Bencana lingkungan yang terjadi saat ini diakibatkan oleh akumalasi beban
yang terlalau berat sehingga keauatan penahan dilampaui (Hendrajaya, 2005).
Penyebab bencana lingkungan dapat dikabatkan oleh alam dan ulah manusia.
Penyebab bencana oleh manusia dalam menempatkan sebidang lahan sesuai
dengan fungsi dan kemampuanya serta kesalahan manusia dalam mengeksploitasi
dan mengolah sumberdaya alam yang tersedia, seperti longsor, banjir, kekeringan,
intrusi air laut, kebakaran, pencemaran (air, tanah dan udara), sampah hujan asam,
erosi dan kelaparan (Darsiharjo, 2005). Hal ini sesuai dengan aturan Islam,
sebagaimana tercantum dalam Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang artinya
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gununggunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.” ( QS
Al Hijr : 19).
Oleh karenanya dapat kita menarik kesimpulan bahwa terjadinya bencana
lingkungan yang kerap terjadi adalah tidak pandainya bahkan kecerobohan
manusia didalam memanfaatkan alam sekitar secara berlebihan yang tidak
memperhitungkan ukuran kemampuannya
Konsep Amanah dan Tanggung Jawab
Ajaran Islam sebagai agama yang sempurna dan memberikan rahmat bagi
keseluruhan alam memberikan kesempatan kepada manusia untuk mempelajari
dan memahami Sunatullah berupa kaidah-kaidah alam yang terjadi di alam sekitra
serta menegaskan tanggung jawab manusia, baik kepada sesama manusia maupun
kepada lingkungan alam. Ajaran Islam tidak hanya mengajarkan untuk mengambil
manfaat dari sumber daya alam yang telah dsediakan, tetapi terlebih dari pada itu
manusia diberikan tanggung jawab dan amanah berupa aturan main dalam
pengelolaan dan pemanfaatannya demi kesejahteraan bersama yang berkelanjutan
sebagai hasil keseluruhan yang diinginkan.
6

Salah satu Sunnah Rasullullah SAW menjelaskan bahwa setiap warga masyarakat
berhak untuk mendapatkan manfaat dari suatu sumberdaya alam milik bersama
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya sepanjang dia tidak melanggar,
menyalahi atau menghalangi hak-hak yang sama yang juga dimiliki oleh orang
lain sebagai warga masyarakat. Penggunaan sumberdaya alam yang langka atau
terbatas harus diawasi dan dilindung, dalam hal ini perlindungan suatu usaha
konservasi (perlindungan) dan rehabilitasi (pembaharuan). Ini semua bisa tercapai
apabila manusia sadar akan amanah sebagai pemelihara bumi.
Konsep Manfaat dan Madharat
Selain itu dalam ajaran islam terdapat nilai manfaat/kebaikan dan
mudharat/kerusakan yang menjadi landasan suatu pijakan manusia dalam
melakukan amaliyah atau perbuatan sehari-hari. Nilai manfaat harus jauh lebih
besar daripada nilai mudharat di dalam melakukan aktivitas kehidupan dimanapun
kita berada Kaitannya dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan maka
aspek manfaat dan madharat menjadi suatu acuan yang tidak boleh diabaikan.
Sebagai contoh kegiatan eksplorasi bahan tambang pada dasarnya hukumnya
“mubah/boleh”, karena pada dasarnya dipergunakan untuk kemashalatan umat
manusia, Dalam perspektif fiqih lingkungan, eksplorasi termasuk minyak bumi,
diperkenankan secara syar’i, asalkan Li Ajli al-Manfa’ah wa al-Mashlahah (untuk
kemanfaatan dan kebaikan) bagi manusia, serta tidak menimbulkan kerugian besar
dalam jangka panjang. Akan tetapi kegiatan eksplorasi bahan tambang tersebut
menjadi “haram” apabila nilai madharatnya lebih besar daripada nilai manfaatnya,
semisal j selama kegiatan eksplorasi bahan tambang banyak aspek-aspek lain yang
dirugikan seperti pencemaran air, tanah dan udara yang sudah melebihi ambang
batas . Kaidah fiqihnya, Lâ Dhara Wa Lâ Dhirâr (tidak menimbulkan kerugian
kepada orang lain dan membahayakan diri sendiri). Moch Eksan (2006)
menambahkan walaupun manusia oleh Allah SWT diberi kebebasan dan
keleluasaan mengeksplorasi dan mengeksploitasi bumi dengan segala isinya,
tetapi manusia mendapatkan amanah untuk memakmurkannya, dan tidak
membuat kerusakan di muka bumi. Sebab, hal itu termasuk al-Fasâd Fî al-Ard
(perusakan di bumi) yang tergolong perbuatan maksiat, mungkar serta

7

jinayah/kejahatan. Bagi pihak-pihak yang melakukan perusakan dikenankan
kewajiban merehabilitasi dan memberi kompensasi bagi korban. Mereka juga
harus diberi sanksi hukum yang penanganannya diserahkan kepada Ulil Amri
berdasarkan kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya, karena masuk Jarîmah
Ta’zîr.
Integrasi Ilmuwan dan Agamawan
Pada konteks tataran ideal, Islam sebagai agama yang paripurna tidak
mengkotak-kotakan antara ilmu keduniaan dan keagamaan, karena semuannya
bersumber dari Al-khalik Maha Pencipta yang semuanya adalah ilmu yang wajib
dipelajari oleh seoarang muslim serta mengintegrasikannya tanpa terkecuali.
Hanya saja kehidupan sekulerisme dan liberalisme yang mencoba memisahkan
kehidupan dunia dan agama, sehingga persoalan keduninaan termasuk urusan
bagaimana mengatasi kerusakan lingkungan, peran serta ilmu keagaaman tidak
disertakan. Sehingga dalam pemecahan urusan kerusakan kelingkungan hanya
berorientasi pada kepentingan materi sesaat tanpa didasari oleh nilai-nilai luhur
agama yang menjadi “ruh” penggerak dalam melakukan suatu tindakan, alhasil
persoalan lingkungan dapat diatasi dalam waktu yang relatif tidak lama
dikarenakan hanya berorientasi pada kepentingan segelintiran kelompok tertentu
saj (dalam hal ini kepentingan proyek). Berbeda jikalau dalam pelaksanaan
mengatasi persoalan lingkungan disertakan nilai-nilai agama, karena di dalamnya
ada suatu perintah dan larangan yang harus dikerjakan oleh manusia demi
kemashlahatan bersama tanpa terkecuali.
Melihat pentingnya ilmu keduniaan dan keagamaan dalam hal ini, maka
langkah upaya konkret untuk mengintegrasikan ilmu keduniaan dan keagamaan
tersebut, perlu dilakukan suatu forum silaturahmi antara pemuka agama dan
ilmuwan untuk memberikan pemikiran bersama kaitannya dalam mengatasi
kerusakan lingkungan. Para ilmuwan memberikan arahan secara konsep-konsep
ilmiah dalam mengatasi kerusakan lingkungan dan para pemuka agama (ulama)
memberikan semangat spritulaisme yang melandasi itu semua.
Dalam dua dekade terakhir setidaknya ada upaya para ilmuwan dan ahli
agama untuk bersatu dalam menyikapi situasi krisis lingkungan yang melanda

8

dunia. Hal tersebut terlihat sejak sebuah pertemuan pemimpin agama dan sains
yang disebut: ‘Join Apppeal by Religion and Science for the Environment,” yang
diadakan bulan Mai 1992 di Washington, D.C. Para ilmuwan dan pemimpin
agama salah satunya menyatakan: “Kami yakin bahwa sains dan agama dapat
bekerjasama untuk mengurangi dampak yang berarti dan membuat resolusi atas
krisis lingkungan yang terjadi di bumi. Tetapi kami yakin bahwa dimensi krisis
ini sebenarnya tidak sepenuhnya diambil hati oleh para pemimpin kita yang
memimpin lembaga-lembaga penting dan juga pemimpin industri. Namun
demikian kita menerima kewajiban kita untuk membantu memberikan
pengetahuan dan pemahaman terhadap jutaan orang yang kita layani dan ajarkan
mengenai konsekwensinya apabila terjadi krisis lingkungan dan apa yang harus
dilakukan untuk mengatasi hal ini” (Calvin B. DeWitt, The Good in Nature and
Humanity in Stephen R, Kellert dan Timothy J Farnham, Island Press. 2002).
Indonesia

senantiasa

inisiatif

mengadakan

kerjasama

penyelamatan

lingkungan melalui tokoh agama juga telah dilakukan oleh Lembaga Ilmu
Pengetahuan

Indonesia

(LIPI)

bekerjasama

dengan The World

Bank

mengundang pemuka-pemuka agama mengadakan Conference on Religion and
Conservation pada 18 Desember 2002, yang menghasilkan ‘Kebun Raya Charter’
yang intinya melibatkan peran para pemuka agama dan ulama dalam
menanggulangi permasalah konservasi alam dan lingkungan hidup. Laporan
pertemuan ini dapat dilihat pada publikasi LIPI: Peran Agama dan Etika Dalam
Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (A.A. Arief, E.B. Prasetyo &
A.Kartikasari, LIPI 2003). Pada Bulan Mei 2004, para ulama pesantren yang
difasilitasi oleh Konsorsium INFORM berkumpul untuk merumuskan Fikih
Lingkungan dan menghasilkan dokumen Fiqh al-Biah (A.S. Muhammad dkk
Laporan INFORM 2004; TROPIKA Juli- September 2004 hal 41), aksi serupa
dilakukan lagi oleh CI Indonesia untuk menggalang kesadaran umat Islam
melalui pelatihan santri, lokakarya Islam dan da’wah langsung ke lapangan (lihat
artikel: Merawat Alam Kembali Pada Fitrah Agama; Da’wah Konservasi di
Wakatobi; Pulang Dari Bodogol Menjadi Da’i Leuweng).

9

2.3 Kedudukan Agama dalam Mengejar Pertumbuhan Ekonomi
Berlakunya otonomi daerah membuat daerah membaca peta keuangan hingga
sampai pada upaya peningkatan PAD setinggi-tingginya dengan memicu pertumbuhan
ekonomi. Karena sebagian besar daerah masih bertumpu pada potensi sumber daya alam
tidak pelak sumberdaya alam semakin dikuras. Sayangnya eksploitasi alam seperti
melalui sektor pertambangan di satu sisi mengurangi potensi sumberdaya alam berbasis
pertanian dan kehutanan di sisi lainnya.
Ahli ekonomi menyadari ada trade off (saling dikorbankan) antara pertumbuhan
yang ingin dicapai dan pemerataan yang dapat dirasakan. Dimana hasil atau “kue
pembangunan” tidak bisa dinikmati kelompok miskin sehingga mereka termarginalisasi
hari ini dan hari esok. Atas gejala ini pemerintah dituntut untuk menekan investor untuk
untuk menerapkan tanggung jawab sosial kepada masyarakat melalui mekanisme
Corporate Social Responsibility (CSR) yang mengharuskan swasta membiayai
infrastruktur sosial masyarakat. Tentunya bukan untuk memuluskan rencana eksploitasi
alam di wilayah tersebut tetapi mengupayakan kesejahteraan masyarakat. Karena diantara
harta yang dikumpulkan ada hak orang lain yang harus mereka terima. Islam mengenal
istilah zakat, infag dan sadaqah
Hampir seluruh negara yang memiliki kekayaan alam tak henti-hentinya dilanda
masalah mulai dari perang saudara di Afrika ataupun invasi militer Amerika atas Irak.
Sementara negara-negara industri maju yang harus akan bahan baku terus memproduk
barang-barang yang berkonstribusi terhadap pencemaran lingkungan. KTT Bumi
memprediksi kondisi dunia pada 10 tahun mendatang akan meningkatkan emisi gas
karbondioksida (gas rumah kaca) global lebih dari sembilan persen. Sementara sejak
1990, kawasan hutan menciut 2,2% dan sekitar 27% terumbu karang rusak berat karena
pencemaran, pemanasan air laut, penambangan dan penangkapan ikan. Alasan,
kebijakan, perhitungan dan manfaat ekonomi yang didapat pada akhirnya tidak dapat
berbicara banyak ketika kerusakan lingkungan harus dipertanggungjawabkan. Hingga
saat ini nasib masyarakat Sidoarja yang terkena dampak usaha PT.Lapindo Brantas masih
terkatung-katung.
Pengolahan alam tidak berbeda jauh dengan pengolahan keuangan. Islam
menekankan konsep keadilan terletak pada usaha untuk menempatkan sesuatu pada
tempatnya. Konsep ini semestinya juga berlaku dalam mengelola keunangan negara. Pada
tahun 1992 belanja luar negeri Indonesia mencapai US$ 69 miliar tetapi pada tahun 2000
menciut menjadi US$ 53 miliar tetapi beban hutang negara berkembang. Negara dalam
transisi ekonomi (Eropa Timur) meningkat 34%. Ditengah beban hutan luar negeri yang

10

cukup besar, negeraa di dunia justru meningkatkan belanja militer hingga mencapai lebih
dari US$2 milyar per hari. Ironisnya belanja penyelematan lingkungan seperti yang
digagas oleh UNEP harus berjuang dengan anggaran terbatas yang hanya US$ 100 juta.
Memang ada binatang yang harus diciptakan sebagai pemangsa. Namun predator
alam ini menjaga keseimbangan populasi dan ekosistem. Tetapi tentunya Tuhan
memberikan kesempurnaan manusia agar tidak tidak ikut menjadi predator alam.
Semoga globalisasi pun bukan predator dimasa depan

11

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tindakan manusia yang berlebihan dalam pemanfaatan alam lingkungan
mengakibatkan kerusakan lingkungan yang terus meingkat. Hal ini menandakan
bahwa eksistensi manusia sebagai seorang pemelihara muka bumi sudah mulai
luntur, sehingga perlu suatu pendekatan yang secara fitrah dapat mengembalikan
kesadaran

manusia

tersebut.

Ajaran

Agama

Islam

sebagai

agama

rahmatalil’aalamiin telah memberikan rambu-rambu agar bagaimana manusia
bertindak dalam mengelola alam lingkungan secara arif dan bijaksana, sehingga
kebermanfaatannya dapat dirasakan oleh semua mansia tanpa merusak sedikitpun.
Sikap dan keteladanan pemimpin Agama dalam memelihara lingkungan dan
kelestarian alam perlu kembali dilihat dan diperthankan bahkan harus
ditingkatkan, misalnya dalam Islam banyak sekali Wisdom (kearifan) yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW, dalam menghormati makhluk hidup:sebagaimana
diriwayatkan, bahwa Nabi SAW menegur sahabatnya yang dalam pada saat
perjalanan mereka menangkap anak burung yang berada di sarangnya. Ketika
merasa kehilangan anak, induk burung itu pun mengiringi terbang diatas
rombongan Rasullullah. Ketika menyaksikan hal itu nabi bersabda: “Siapakah
yang menyusahkan burung ini dan mengambil anaknya? Kembalikan anakanaknya padanya.” (hadits riwayat Abu Daud).
3.2 Saran
Akhirnya terselesaikannya makalah ini saya selaku pemakalah menyadari
dalam penyusunan makalah yang membahas tentang Peran Agama dalam
Pelestarian Lingkungan Hidup masih jauh dari kesempurnaan baik dari tata cara
penulisan dan bahasa yang dipergunakan maupun dari segi penyajian materinya.
Untuk itu kritik dan saran dari pembimbing atau dosen yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini yang bersifat kousteuktif dan bersifat komulatif sangat
saya harapkan supaya dalam penugasan makalah yang akan datang lebih baik dan
lebih sempurna.

12

DAFTAR PUSTAKA

AL Qur’an dan Terjemahannya,1990. Departemen Agama Republik Indonesia,
Jakarta.
Bruce Mitchell, dkk. 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan.
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Marfai, Aris (2005). Moralitas Lingkungan. Yogyakarta : Kreasi Wacana
Yogyakarta
Ministry of Forest (MoF), (1991). Tropical Forest Action Plan. Jakarta : Ministry
of Fores
Naim, Mochtar (2001). Kompendium Himpunan Ayat-ayat Al-Qur’an yang
beraitan dengan Fisika dan Geografi. Jakarta : Hasanah
Prasetyo, Arief, E.B. & Kartikasari A.. (2003): Peran Agama dan Etika Dalam
Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakrta : publikasi LIPI
Setiawan, Iwan dan Malik, Yakub (2005). Keruskan Alam dan Ancaman
Lingkungan. Bandung : Jurnal GEA vol 5 no 2 Oktober 2005. ISSN
1412-0313 hal 96-100. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI
Bandung.
Tasir Hadist Sunan al-Baihaqi al-Kubra Juz 6 hal 69 no 11166

13