MANAJEMEN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN manajemen

I.

LATAR BELAKANG
Sesuai Peraturan Gubernur Akademi Kepolisian Nomor 2 Tahun 2012

Tentang Peraturan Kehidupan Taruna Akademi Kepolisian, Akademi Kepolisian
merupakan lembaga pendidikan kedinasan berwawasan global dan berkualitas
untuk mewujudkan Perwira Polri sebagai pimpinan tingkat pertama dan calon
pimpinan

Polri

yang

memiliki

dan

atau

menguasai


serta

mampu

mengembangkan taktik, teknik, dan mengatur kepolisian dengan memadukan
pengetahuan dan kecakapan akademisi dalam rangka pelaksanaan Tugas
Pokok Polri susuai Undang-Undang.
Akademi Kepolisian atau disingkat Akpol adalah sebuah lembaga
pendidikan untuk mencetak para Perwira Polri, merupakan unsur pelaksana
pendidikan pembentukan Perwira Polri yang berada di bawah Lembaga
Pendidikan Polri (Lemdikpol)1. Berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 21 Tahun
2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Organisasi Pada
Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, Akademi
Kepolisian bertujuan menyelenggarakan pendidikan pembentukan Perwira Polri
tingkat Akademi dengan lama pendidikan 4 (empat) tahun serta output
berpangkat Inspektur Dua Polisi. Pendekatan pola pendidikan Akademi
Kepolisian yaitu melalui metoda pembelajaran, pelatihan dan pengasuhan bagi
para peserta didiknya yang kemudian disebut sebagai Taruna Akademi
Kepolisian.

Peraturan Gubernur Akademi Kepolisian Nomor 2 Tahun 2013 Tentang
Peraturan Kehidupan Taruna Akademi Kepolisian disebutkan bahwa Taruna
Akademi Kepolisian adalah Warga Negara Republik Indonesia baik pria
maupun wanita yang telah memenuhi syarat dan dinyatakan lulus dalam seleksi
secara resmi diterima dan saat disebut sebagai Taruna adalah setelah dilantik
sebagai peserta didik di Akademi Kepolisian. Para calon peserta didik yang
telah lulus dari seleksi kemudian dilantik serta akan menjalani pendidikan
berbasis kepolisian selama 4 (empat) tahun dan dipersiapkan untuk menjadi
calon pimpinan tingkat pertama pada Institusi Polri. Diharapkan dengan bekal
yang didapat oleh para Taruna selama menjalani proses pendidikan tersebut,
dianggap siap sebagai first line supervisor2 dan mampu merencanakan,

1Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol) merupakan unsur pendukung pelaksana pendidikan pembentukan dan pengembangan
anggota Polri.
(Sumber : lemdik.polri.go.id)

2 manajer pada tingkatan lini garis pertama (first line) dan paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi
tenaga-tenaga operasional dimana tidak membawahi manajer yang lain. (Sumber : https://expressknowledges.wordpress.com)

Tugas Man Wasdal Polda Jateng – Akpol


1

mengorganisasikan,

mengatur,

serta

mengontrol

bawahannya

untuk

menyelenggarakan organisasi kepolisian pada tingkatan pertama.
Peraturan yang sama pun menyebutkan bahwa Pengasuh Akademi
Kepolisian merupakan para Perwira yang bertugas dalam kompartemen
Korbintarsis3 Akademi Kepolisian memiliki peran, tugas, serta tanggungjawab
dalam memberikan pelayanan serta pembinaan sikap perilaku dan karakter

para peserta didik Taruna Akademi Kepolisian.
Sumber
Mata
Anggaran
Akademi

Kepolisian

Nomor

060.01.05.5072.001.003.DV.4.3.5.521119 Tentang Belanja Barang Operasional
berdasarkan Keputusan Gubernur Akademi Kepolisian Nomor : Kep / 09 / I /
2014 Tanggal 24 Januari 2014 tentang Rencana Pendistribusian Anggaran
Akademi

Kepolisian Tahun Anggaran

2014,

menuliskan


bahwa

Uang

Pengasuhan merupakan kontribusi yang diberikan oleh Gubernur Akademi
Kepolisian (atas nama Lemdikpol Akpol) sejumlah Rp. 200.000,- sebagai dana
dukungan operasional bagi para Pengasuh Akademi Kepolisian dalam
menjalankan tugas serta tanggungjawabnya memberikan pelayanan prima bagi
para Taruna Akademi Kepolisian.
Anggaran sejumlah tersebut diatas jelas sangat minim dan tidak dapat
meng-cover kejadian-kejadian bersifat kontijensi yang dialami oleh para Taruna
asuhan masing-masing Pengasuh Akademi Kepolisian. Pada bulan Januari
2014, akibat terjatuh saat bertanding sepakbola di Stadion Taruna Akademi
Kepolisian, seorang Taruna Tk. III Angkatan 46 bernama Brigadir Taruna
Marvell Stevanus Ansanay mengalami luka robek pada ligamen 4 kakinya.
Terhadap dirinya diperlukan rontgen guna sang dokter membaca kondisi akhir
ligamen kaki Taruna tersebut. Biaya rontgen di RS. Elisabeth Semarang adalah
sebesar Rp. 402.000,-. Jelas merupakan tanggungjawab lembaga (dalam hal
ini Pengasuh) untuk membayarkannya. Uang Pengasuhan yang diberikan oleh

lembaga hanya sebesar Rp. 200.000,-, lalu bagaimana Pengasuh menutup
kekurangan tersebut? Atas dasar analisa inilah penulis membuat tulisan yang
berjudul

“KONTRIBUSI

LEMBAGA

PENDIDIKAN

POLRI

AKADEMI

KEPOLISIAN DALAM BENTUK DANA KONTIJENSI GUNA MENDUKUNG
EFEKTIFITAS KERJA PENGASUH AKPOL DALAM RANGKA PELAYANAN
PRIMA KEPADA TARUNA AKADEMI KEPOLISIAN”.
3Adalah kompartemen yang berada dibawah Direktorat Pembinaan Taruna dan Pelatihan Akademi Kepolisian yang bertugas dan
bertanggungjawab secara operasional dan administrasi pada bidang ketarunaan. (Sumber: akpol.ac.id)


4 Ligamen atau ligamentum adalah pita mengkilap dan fleksibel dari jaringan ikat yang menghubungkan tulang dengan tulang.
(Sumber: http://kamuskesehatan.com/arti/ligamen/)

Tugas Man Wasdal Polda Jateng – Akpol

2

II.

PERMASALAHAN
Bagan 1.
Struktur Organisasi
Detasemen Taruna Tk. III / 46 Anindya Yodha5
KA
KA DENTAR
DENTAR
AKBP RENDRA RADITA. D, S.Ik
WAKA DENTAR
KOMPOL
KOMPOL KHAIRU

KHAIRU NASRUDIN,
NASRUDIN, S.Ik

URMIN
URMIN
AIPTU MESNANTO

KASATTAR
KASATTAR 1
1
AKP
AKP RICKY
RICKY R,
R, S.Ik
S.Ik

KASATTAR
KASATTAR 2
2
AKP

AKP SUDARSONO,
SUDARSONO, S.Ik
S.Ik

KASATTAR
KASATTAR 3
3
AKP M.
AKP
M. SYAFII,
SYAFII, S.Ik
S.Ik

KASATTAR 4
AKP ALI. P, S.Ik

KASATTAR
KASATTAR 5
5
AKP YUSUF,

AKP
YUSUF, S.Ik
S.Ik

KASATTAR
KASATTAR 6
6
AKP FAJAR,
AKP
FAJAR, S.Ik
S.Ik

KASATTAR
KASATTAR 7
7
AKP
AKP NURHADIANSYAH
NURHADIANSYAH S.Ik
S.Ik


KASATTAR
KASATTAR 8
8
AKP TIMUR,
AKP
TIMUR, S.Ik
S.Ik

KASATTAR
KASATTAR 9
9
AKP
AKP NANANG,
NANANG, S.Ik
S.Ik

KASATTAR
KASATTAR 10
10
AKP
AKP BENNY,
BENNY, S.Ik
S.Ik

KASATTAR 11
AKP SETIYADI S.Ik

KASATTAR 12
IPTU SANDHI.W

Sumber :

Surat Perintah Kakorbintarsis
No. Pol : Sprin / 19 / II / 2014 /
KTS Tanggal 20 Januari 2014

KASATTAR 13
AKP RETNO, SH

KASATTAR 14
AKP ROSLINDA

Bagan diatas merupakan struktur organisasi kepengasuhan Taruna
Akademi Kepolisian sesuai dasar hukum Peraturan Akademi Kepolisian yang
dijabarkan dalam bentuk Surat Perintah Kepala Korps Pembinaan Taruna dan
Siswa yang diterbitkan pada tahun 2014 silam. Literatur hukum Peraturan
Gubernur Akademi Kepolisian Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Peraturan
Kehidupan Taruna Akademi Kepolisian menyebutkan bahwa Pengasuh
Akademi

Kepolisian

merupakan

para

Perwira

yang

bertugas

dalam

5Merupakan nama Angkatan yang berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti “Prajurit Tanpa Cela” untuk para Taruna Akpol
lulusan tahun 2015

Tugas Man Wasdal Polda Jateng – Akpol

3

kompartemen Korbintarsis Akademi Kepolisian memiliki peran, tugas, serta
tanggungjawab dalam memberikan pelayanan serta pembinaan sikap perilaku
dan karakter para peserta didik Taruna Akademi Kepolisian.
Penjelasan

akan

ketentuan

tersebut

diatas

merupakan

pertanggungjawaban hukum para Pengasuh Akademi Kepolsian dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawab kerja dalam memerikan pelayanan
prima bagi para Taruna Akademi Kepolisian dengan bentuk pembinaan dan
arahan serta membentuk karakter dan berbagai doktrin kepolisian. Pengasuh
Taruna Akademi Kepolsian bertanggungjawab atas segala hal yang terjadi pada
Taruna yang mereka pimpin, baik mengetahui segala perkembangan para
Taruna hingga hal-hal yang dialami oleh para Taruna selama menjalankan
proses pendidikan di Akademi Kepolisian.
Sekitar bulan Januari 2014 pada saat sedang berlangsung kegiatan
Porsimaptar6, akibat terjatuh saat bertanding sepakbola di Stadion Taruna
Akademi Kepolisian, seorang Taruna Tk. III Satuan 12 Angkatan 46 bernama
Brigadir Taruna Marvell Stevanus Ansanay mengalami luka robek pada ligamen
kakinya. Pada awalnya sang Taruna tidak mengalami hambatan atas
permasalahan

tersebut.

Namun

lambat

laun,

kaki

sang

Taruna

itu

membengkak. Melihat kondisinya tersebut, Kepala Satuan Taruna 12 Angkatan
46 Detasemen Anindya Yodha IPTU Sandhi Wiedyanoe berinisiatif melaporkan
kejadian tersebut kepada Kepala Detasemen Taruna Tk. III Angkatan 46
Detasemen Anindya Yodha AKBP Rendra Radita Dewayana, S.Ik. Beliau
memerintahkan Kasattar 12 untuk membawa sang Taruna ke Rumah Sakit
Akpol. Di Rumah Sakit Akpol, dokter menyarankan agar Taruna dirujuk ke RS.
Elisabeth Semarang setelah melihat kondisinya, mengingat fasilitas pengobatan
yang terdapat di Rumah Sakit Akpol tidak mendukung untuk mendeteksi gejala
serta akibat dari kecelakaan yang diderita Taruna saat bertanding sepakbola.
Mendengar penjelasan dari dokter Rumah Sakit Akpol, Kasattar 12
melaporkan perkembangan tadi pada Kadentar serta membawa sang Taruna ke
RS. Elisabeth untuk penanganan yang lebih intensif. Ketika berada di RS.
Elisabeth, dokter mengatakan bahwa ada kemungkinan ligamen kaki Taruna itu
sobek akibat

benturan

saat bermain

sepakbola.

Namun

untuk lebih

memastikan, dokter RS. Elisabeth menyarankan agar dilakukan tindakan
rontgen terhadap sang Taruna. Ketika mengajukan permohonan rontgen, biaya
6Porsimaptar merupakan singkatan dari Pekan Olahraga Seni dan Kesamaptaan Taruna, (Sumber: Perduptar Akpol)
Tugas Man Wasdal Polda Jateng – Akpol

4

yang harus dibayarkan adalah Rp. 402.000,-. Mengetahui hal tersebut
merupakan tanggungjawab dinas dari Kasattar 12 selaku pemimpin Taruna
Marvell Stevanus Ansanay, Kasattar keesokan harinya membayarkan biaya
tersebut dengan menggunakan Uang Pengasuhan yang telah ia terima dari
lembaga sejumlah Rp. 200.000,-, untuk kekurangannya ditambah sebesar Rp.
202.000,- oleh Kepala Detasemen Taruna Tk. III Angkatan 46 Detasemen
Anindya Yodha.
Akibat kurangnya jumlah Uang Pengasuhan yang diterima oleh Kasattar
selaku pengasuh langsung Taruna Marvel Stevanus Ansanay, Taruna tersebut
terpaksa menunda 1 (satu) hari pelaksanaan rontgen pada kakinya. Tentu saja
hal itu menyebabkan penundaan terhadap ‘penanganan segera’ Taruna yang
sakit oleh dokter di RS. Elisabeth Semarang. Permasalahan yang coba dikupas
oleh penulis adalah belum adanya dana kontijensi yang sedianya dapat
dipergunakan

untuk

keperluan

bersifat

insidentil

dan

segera

demi

memperlancar Proses Belajar Mengajar (PBM) para Taruna Akademi Kepolisian
selama menjalankan pendidikan di Akademi Kepolisian.
… Meski demikian, Kapolda Babel Budi H Untung berinisiatif
melaksanakan pengamanan awal secara internal dengan menggunakan
dana kontijensi milik Polda Babel. Hal ini dilakukan untuk menyikapi
maraknya penambangan di lokasi tersebut dan belum dicairkannya dana
pengamanan terpadu oleh PT Timah. ..
Demikian diungkapkan Kabid Humas Polda Babel AKBP Riza Yulianto
kepada Radar Bangka, kemarin (5/12). "Berdasarkan laporan, di kiri kanan
kapal keruk sudah banyak TI Rajuk. Padahal kan lahan tersebut masih
dalam “status quo”. Siapapun tidak boleh menambang. Karena masih di
wilayah Babel, Kapolda berhak menganalisa kondisi daerahnya sendiri
dan mengadakan pengamanan awal ini," paparnya.
"Pertimbangannya memakai dana kontijensi milik Polda, karena dana
tersebut belum terpakai untuk tahun 2013 ini. Kan tidak ada kejadian luar
biasa selama ini di Babel seperti banjir ataupun bencana alam lainnya,
makanya kami beranggapan adalah tepat kalau dana tersebut dipakai
untuk pam lahan eks PT Kobatin. Tetapi, tentunya kami akan
berkoordinasi ke Mabes Polri, apakah dana ini boleh atau tidak dipakai
untuk pam ini. Mengenai besarnya dana, masih dianggarkan," kata Riza.

http://www.radarbangka.co.id/berita/detail/kamtibmas/18837/mankan-lahan-eks-kobatin-polda-babel-gunakan-danakontijensi.html

Portal

pemberitaan

diatas

dikutip

oleh

penulis

dari

laman

radarbangka.co.id, menuliskan tentang penggunaan dana kontijensi terhadap
kegiatan operasional Polda Bangka Belitung dalam hal pengamanan terhadap
kemungkinan terjadinya konflik ditengah-tengah masyarakat yang dapat
Tugas Man Wasdal Polda Jateng – Akpol

5

mengganggu stabilitas keamanan wilayah setempat. Peraturan Kapolri Nomor 4
Tahun 2014 tertulis pada Pasal (1) huruf h bahwa dukungan dana kontijensi
dapat digunakan untuk ; 1. Pengamanan bencana ; 2. Pengamanan gangguan /
konflik sosial ; dan 3. Penanganan gangguan kemanan.
Berkaca pada kasus robek ligamen kaki yang dialami oleh Taruna diatas,
Pimpinan mungkin dapat menggunakan dana kontijensi atas dasar alasan yang
tertera dalam klausa sub-rincian nomor “3. Penanganan gangguan keamanan.”
Penulis mencoba menjelaskan bahwa dengan robeknya ligamen kaki sang
Taruna, hal tersebut dapat mengancam keamanan Taruna dalam menjalankan
proses pendidikan di Akademi Kepolisan. Kebijakan penggunaan dana
kontijensi dalam hal ini dapat diwujudkan oleh Pimpinan Akpol guna
mendukung baik secara operasional maupun administratif demi kelancaran
berlangsungnya Proses Belajar Mengajar (PBM) bagi para Taruna Akademi
Kepolisian. Penulis beranggapan bahwa dengan tersedianya dana kontijensi
tadi, Pengasuh dapat dengan mudah membayarkan biaya rontgen bagi sang
Taruna sehingga akibat yang timbul dari kecelakaan tadi dapat segera
dieliminir.
Hal tersebut adalah merupakan sebuah tanggungjawab dinas akan
keselamatan para Taruna Akademi Kepolisian sebagai peserta didik di
Lembaga Pendidikan Akademi Kepolisian. Karena semenjak seseorang
dinyatakan lulus oleh Institusi Polri sebagai Taruna Akademi Kepolisian, pada
nya merupakan tanggungjawab negara (dalam hal ini Lemdikpol Akpol) dalam
hal keamanan serta keselamatan selama dirinya menjalankan proses
pendidikan

di

Akademi

Kepolisian.

Anggapan

tersebut

didasari

atas

kesepakatan bahwa para Taruna merupakan aset Polri dimasa yang akan
datang guna menjadi Pimpinan Polri yang harus selalu memelihara kamtibmas,
menegakkan hukum, serta memberikan pelindungan, pengayoman, dan
pelayanan terhadap masyarakat.7
Dana kontijensi tadi dapat diserahkan kepada para Kepala Detasemen
Taruna (Kadentar) sebagai pengampu serta penanggungjawab para Taruna di
masing-masing angkatan. Harapan akan adanya dana kontijensi tadi tentu saja
demi memangkas proses birokrasi yang berbelit-belit dalam mengatasi
permasalahan para Taruna yang bersifat insidentil dan perlunya kesegeraan.

7Tugas Pokok Polri sesuai isi Pasal 13 dan 14 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
Tugas Man Wasdal Polda Jateng – Akpol

6

Penulis menyadari bahwa perwujudan anggaran dengan menggunakan
DIPA tidak serta-merta dapat dilaksanakan tanpa adanya perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan yang terstruktur demi
keefektifan serta memenuhi efisiensi penggunaan anggaran. Oleh karena itu
dalam tulisan ini, penulis berusaha memberikan saran masukan kepada
pimpinan guna mempertimbangkan akan kebijakan menghadirkan dana
kontijensi yang dapat digunakan sewaktu-waktu oleh pejabat pengguna
anggaran demi kepentingan operasional maupun administratif bagi para Taruna
Akademi Kepolisian, dengan tentu saja dapat dipertanggungjawabkan untuk
setiap rupiah biaya yang dikeluarkan.
Gubernur Akademi Kepolisian selaku pejabat Satuan Kerja Lembaga
Pendidkan Polri Akademi Kepolisian yang memiliki kuasa penuh atas
penggunaan DIPA8 Anggaran Akpol, dalam hal ini dapat mewujudkan dana
kontijensi atas alasan kemudahan tindakan pelayanan prima terhadap para
Taruna Akademi Kepolisian dalam segi operasional maupun administratif. Hal
ini demi mempercepat proses pelaksanaan tugas yang membutuhkan
ketanggapsegeraan serta bersifat mendesak dalam hal administrasi keuangan
yang dibutuhkan untuk kepentingan para Taruna Akademi Kepolisian.
Benar bahwa faktor kesehatan, keselamatan, sarana dan prasarana bagi
para Taruna selama menjalankan pendidikan di Akademi Kepolisian adalah
merupakan tanggungjawab lembaga dalam penanganannya. Namun metoda
pembayaran dengan sistem penalangan dana sementara, dianggap kurang
efektif bila diterapkan bagi para Taruna Akademi Kepolisian bilamana terjadi
hal-hal yang bersifat insidentil, mendesak, serta dibutuhkan kesegeraan dalam
penangannya. Studi kasus Taruna Marvell Stevanus Ansanay yang coba
diungkapkan oleh penulis adalah contoh ketidak efektif dan efisiennan moteda
penalangan dana sementara tadi yang dapat menghambat proses tindakan
medis akibat terhambat masalah biaya yang harus dibayarkan oleh lembaga
pada pihak rumah sakit.

III.

TEMUAN DAN ANALISA
III.1 TEMUAN

8 DIPA adalah Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran. Sumber: kemenkeu.go.id
Tugas Man Wasdal Polda Jateng – Akpol

7

Kegiatan operasional maupun administratif pada Lembaga
Pendidikan

Akademi

Kepolisian

terkadang

terhambat

oleh

keterbatasan anggaran yang harus dibayarkan terhadap kebutuhan
tertentu bilamana menggunakan metoda pembayaran dengan
penalangan dana sementara oleh Pengasuh. Proses pencairan
anggaran dengan metoda penalangan diawal dianggap kurang
efektif dalam mendukung kegiatan pendidikan bagi para Taruna
Akademi Kepolisian. Proses pencairan tersebut terkadang harus
disertai dengan kebijakan birokrasi yang rumit dan terkesan berbelitbelit. Tentu saja hal ini merugikan para Taruna Akademi Kepolisan
yang dalam beberapa kejadian bersifat insidentil memerlukan
kesegeraan tindakan oleh Lembaga Pendidkan Akademi Kepolisian.
III.2 ANALISIS
III.2.A. ANALISIS S.W.O.T
Menurut Rangkuti (1997:18) analisis SWOT adalah
suatu metoda analisis yang digunakan untuk menentukan
dan

mengevaluasi,

mengklarifikasi

dan

memvalidasi

perencanaan yang telah disusun, sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Analisis ini merupakan suatu metoda untuk
menggali aspek-aspek kondisi yang terdapat di suatu
wilayah yang direncanakan maupun untuk menguraikan
berbagai potensi dan tantangan yang akan dihadapi dalam
pengembangan wilayah tersebut.

Kata SWOT itu sendiri

merupakan kependekan dari variabel-variabel penilaian,
yaitu : S merupakan kependekan dari Strengths, yang berarti
potensi

dan

kekuatan

pembangunan;

W

merupakan

kependekan dari Weaknesses, yang berarti masalah dan
tantangan pembangunan yang dihadapi; O merupakan
kependekan

dari

Opportunities,

yang

berarti

peluang

pembangunan yang dapat; dan T merupakan kependekan
dari Threats, yang merupakan faktor eksternal yang
berpengaruh dalam pembangunan.
Analisis

SWOT

bertujuan

untuk

mengidentifikasi

berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan suatu
Tugas Man Wasdal Polda Jateng – Akpol

8

strategi pembangunan daerah. Sebagai sebuah konsep
dalam

manajemen

strategik,

teknik

ini

menekankan

mengenai perlunya penilaian lingkungan eksternal dan
internal, serta kecenderungan perkembangan/perubahan di
masa depan sebelum menetapkan sebuah strategi. Analisis
ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun
secara

bersamaan

dapat

meminimalkan

kelemahan

(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Sebagai salah satu
alat untuk formulasi strategi, tentunya analisis SWOT tidak
dapat dipisahkan dari proses perencanaan strategik secara
keseluruhan. Secara umum penyusunan rencana strategis
melalui tiga tahapan, yaitu : (a) Tahap pengumpulan data; (b)
Tahap analisis; dan (c) Tahap pengambilan keputusan.
Teknik SWOT akan Penulis gunakan dalam menganalisa
faktor-faktor yang mempengaruhi mempengaruhi kualitas
dalam tujuan meningkatkan mutu pendidikan bagi para
Taruna Akademi Kepolisian. Dengan mengetahui faktorfaktor tersebut, penulis dapat menganalisa dan merumuskan
suatu strategi yang sesuai guna meningkatkan kualitas
pendidikan tadi serta mempermudah dan menggaransi para
Taruna Akademi Kepolisian sebagai peserta didik pada
Lembaga Pendidikan Taruna Akademi Kepolisian.
III.2.B ANALISIS P.O.A.C
Teori manajemen menurut George R. Terry terdiri dari :
1)

Perencanaan

(Planning),

mencakup

penetapan

tujuan,

penegasan strategi, dan pengembangan rencana untuk
mengkoordinir kegiatan.
2)

Pengorganisasian (Organizing), mencakup tugas-tugas yang
dikerjakan, siapa yang mengerjakan, bagaimana tugas-tugas
itu dikelompokkan, bagaimana memenuhi kepuasan atas
pelayanan terhadap Taruna baik dalam segi pembinaan fisik,

Tugas Man Wasdal Polda Jateng – Akpol

9

mental, maupun ilmu pengetahuan demi tercapainya tujuan
pendidikan.
3)

Mengarahkan (Actuating), mencakup memotivasi bawahan,
mengarahkan

orang

lain,

menyeleksi

saluran-saluran

komunikasi, dan memecahkan konflik.
4)

Pengendalian (Controlling), meliputi memantau kegiatankegiatan untuk memastikan kegiatan itu sesuai dengan yang
direncanakan dan mengoreksi penyimpangannya (Robbin,
2003:5)

III.2.C ANALISIS UMUM
Dengan menggabungkan kedua teori S.W.A.T dan teori
P.O.A.C, manajemen anggaran keuangan pada Lembaga
Pendidikan

Polri

Akademi

Kepolisian

dirasa

mampu

memanfaatkan DIPA secara optimal guna mendukung
pelaksanaan kegiatan bagi para Taruna Akademi Kepolisian
baik secara operasional maupun administratif. Pemanfaatan
metoda Pengawasan dan Pengendalian oleh Pimpinan Akpol
yang dalam hal ini dapat didelegasikan kewenangannya
pada

Kepala

Korps

Pembinaan

Taruna

dan

Siswa

(Kakorbintarsis) bertujuan demi memenuhi asas efektif dan
efisien

dalam

penggunaan

DIPA

anggaran

Lembaga

Pendidikan Polri Akademi Kepolisian. Penggunaan anggaran
harus

secara

transparan,

akuntabel,

serta

dapat

dipertanggungjawabkan.
Kepala Detasemen Taruna (Kadentar) sebagai pejabat
yang bertanggungjawab atas pengguna anggaran wajib
melaporkan

Laporan

Pertanggungjawaban

Penggunaan

Anggaran tadi kepada Kepala Korps Pembinaan Taruna dan
Siswa (Kakorbintarsis) dengan menyusun secara tertib
administrasi penggunaan anggaran serta melampirkan buktibukti pembayaran. Kepala Detasemen Taruna (Kadentar)
dalam

hal

Administrasi

ini
(Pa

dapat
Urmin)

menugaskan
pada

Perwira

Detasemennya

Urusan
dalam

Tugas Man Wasdal Polda Jateng – Akpol

10

menyusun administrasi keuangan tadi, dengan maksud
mempermudah

proses

pelaporan

pertanggungjawaban

keuangan Kadentar kepada Kakorbintarsis. Birokrasi HTCK 9
ini dapat diterapkan sesuai peran dan fungsi masing-masing
Pejabat dengan maksud dan tujuan percepatan dalam
mencapai

tujuan

Lembaga

Pendidikan

Polri Akademi

Kepolisian sebagai The World Class Police Academy. Hal
tersebut tentunya sesuai amanat serta pesan dari mantan
Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang
Yudhoyono saat melantik para Perwira Lulusan Akademi
Kepolisian di Akpol, Semarang pada tahun 2010 silam.
Hal ini dinilai efektif guna mempermudah dalam
mengatasi kebutuhan mendesak bagi para Taruna Akademi
Kepolisian saat menjalani proses pendidikan di Akpol. Bahwa
pentingnya

disipakan

dana

kontijensi

adalah

untuk

mengantisipasi kejadian insidentil terhadap para Taruna
Akademi Kepolisian seperti contohnya yang menimpa Taruna
Marvell Stevanus Ansanay diatas. Kesiapan dana kontijensi
adalah merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan
PBM di Akademi Kepolisian.

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

9Hubungan Tata Cara Kerja
Tugas Man Wasdal Polda Jateng – Akpol

11

IV.1. KESIMPULAN
1. Bahwa penulis menganggap dana kontijensi sangat dibutuhkan
demi kelancaran Proses Belajar Mengajar (PBM) para Taruna
Akademi Kepolisian sebagai peserta didik pada Lembaga
Pendidikan Polri Akademi Kepolisian. Hal ini demi mengatasi
kebutuhan insidentil para Taruna yang memerlukan kesegeraan
dalam

penanganan

tindakannya

serta

memangkas

proses

birokrasi pencairan anggaran yang rumit dan berbelit-belit demi
azas ketanggapsegeraan dalam memberikan pelayanan prima
bagi para Taruna Akademi Kepolisian.
2. Dana tersebut dapat dititipkan pada para Kepala Detasemen
Taruna

(Kadentar)

Akademi

Kepolisian

dimana

dalam

penggunannya harus seefektif dan efisien mungkin serta dapat
dipertanggungjawabkan penggunannya untuk kepentingan para
Taruna Akakdemi Kepolisian. Serta Kepala Detasemen Taruna
wajib melaporkan pertanggungjawaban setiap rupiah biaya yang
dikeluarkan secara administratif kepada Kepala Korps Pembinaan
Taruna dan Siswa (Kakorbintarsis).
IV.2. SARAN
1. Berdasarkan pengalaman yang telah diuraikan oleh penulis diatas
maka diharapkan pimpinan bisa mendalami sekaligus memberikan
perhatian yang lebih dan kebijakan penggunaan anggaran yang
dapat

mempermudah

baik

secara

operasional

maupun

administratif terkait penanganan kasus-kasus insidentil yang
dialami oleh para Taruna pada saat Proses Belajar Mengajar serta
Pelatihan sehingga kelak dapat terwujud suatu perencanaan
anggaran terkait dana kontijensi yang mungkin akan dibutuhkan
oleh Pengasuh dalam melaksanakan kegiatan pengasuhan
kepada para Taruna Akademi Kepolisian.
2. Keberadaan dana kontijensi tersebut bisa direncanakan oleh
Bagian

Perencanaan Anggaran

Lembaga

Pendidikan

Polri

Akademi Kepolisian guna diajukan pada rencana penyerapan
V.

DIPA anggaran pada tahun berikutnya.
DAFTAR NAMA KELOMPOK

Tugas Man Wasdal Polda Jateng – Akpol

12

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

NAMA

NIM

FARIS BUDIMAN
WIDYA RAHMAT JAYADI
ADRI SETYAWAN
SANDHI WIEDYANOE
HERMAN EDCO WIJAYA SIMBOLON
EDDWAR MARTUA PANDJAITAN
AGUNG BASUNI

15688832
15688878
15688880
15688890
15688899
15688909
15688934

Kelompok Diskusi Polda Jawa Tengah – Akpol
Semarang, 2015

Tugas Man Wasdal Polda Jateng – Akpol

13