PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH PLASTIK POLIP

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/272743303

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH PLASTIK
POLIPROPILENA SEBAGAI PENGGANTI
AGREGAT PADA CAMPURAN...
Conference Paper · October 2013
CITATIONS

READS

0

740

2 authors:
Anita Rahmawati

Rama Rizana

1 PUBLICATION 0 CITATIONS


3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

Universitas Pendidikan Indonesia

SEE PROFILE

King Fahd University of Petroleum and Miner…

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Rama Rizana on 24 February 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.

Material

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH PLASTIK POLIPROPILENA SEBAGAI
PENGGANTI AGREGAT PADA CAMPURAN LASTON TERHADAP
KARAKTERISTIK MARSHALL

(105M)
Anita Rahmawati1 dan Rama Rizana2
1

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Kasihan, Bantul,
DIY, 55183
Email: [email protected]
21
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Kasihan, Bantul,
DIY, 55183
Email: [email protected]

ABSTRAK
Pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat dalam beberapa dekade terakhir berbanding lurus dengan
peningkatan jumlah konsumsi berbagai sumber daya alam. Hal ini berimplikasi pada timbulnya
permasalahan alam, khususnya penggunaan agregat alam yang semakin lama semakin meningkat,
terlebih di bidang konstruksi bangunan Teknik Sipil. Sudah seharusnya hal ini menjadi perhatian
untuk mencari alternatif material atau bahan pengganti agregat alam tersebut. Salah satu material
yang bisa digunakan adalah limbah plastik yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis
Polipropilena (PP). Limbah plastik banyak dihasilkan setiap tahunnya namun sedikit yang dapat

dimanfaatkan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan PP sebagai
pengganti agregat dalam campuran Lapis Aspal Beton (Laston) ditinjau dari karakteristik Marshall
dengan menggunakan tiga persentase kadar aspal, yakni 5%, 6% dan 7% dan kadar PP yang
digunakan adalah 0%, 2%, 5%, dan 10%. Masing-masing variasi dibuat sebanyak dua sampel
(duplo). Dari pengujian Marshall yang dilakukan didapatkan hasil bahwa penggunaan PP cenderung
meningkatkan nilai stabilitas, kelelehan, VIM, VMA dan Marshall Quotient (MQ). Adapun nilai
VFA cenderung menurun seiring dengan penambahan kadar PP yang digunakan.
Kata kunci: pengaruh, polipropilena, pengganti agregat, Laston, karakteristik Marshall

1.

PENDAHULUAN

Pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat dalam beberapa dekade terakhir berbanding lurus dengan peningkatan
jumlah konsumsi berbagai sumber daya alam. Salah satunya adalah polimer atau plastik. Plastik telah menjadi salah
satu hal yang berperan dalam kehidupan kita. Seperti banyaknya peralatan terbuat dari plastik. Jumlah ini meningkat
sebesar 24,4% selama kurun waktu 4 tahun. PlasticsEurope.com mencatat konsumsi plastik di dunia pada tahun
2010 mencapai angka 562,2 miliar pon atau setara dengan 255 miliar kilogram.
Biasanya limbah plastik itu terbuang percuma atau didaur ulang untuk dibuat berbagai kerajinan. Padahal
sebenarnya ada manfaat lain dari limbah plastik tersebut. Salah satunya untuk konstruksi, seperti perkerasan jalan.

Di beberapa negara maju, seperti negara-negara benua Eropa dan Amerika, jumlah plastik yang didaur ulang masih
sangat sedikit. Sebagai contoh, Jerman yang mempunyai persentase jumlah plastik yang didaur ulang terbesar di
Eropa Barat saja hanya sebesar 27,1%. Sedangkan negara lainnya mempunyai persentase berkisar antara 0 hingga
15%. (Harper, 2003)
Di sisi lain, masalah yang timbul terkait dengan konstruksi adalah menipisnya persediaan agregat, seperti batu
kerikil dan pasir. Agregat tersebut tidak hanya digunakan untuk perkarasan jalan saja, tetapi juga untuk proyek
konstruksi lain, seperti pembuatan gedung-gedung bertingkat, perumahan dan bendungan.
Pemanfaatan limbah plastik untuk perkerasan jalan yang sering dilakukan di antaranya limbah plastik sebagai bahan
untuk meningkatkan kualitas aspal (asphalt modifier) seperti yang dilakukan oleh Al-Hadidy dan Qiu (2008). Dalam
penelitian tersebut, digunakan low density polyethylene (LDPE) yang dicampurkan dalam aspal dengan komposisi
0%, 1%, 3%, 5% dan 7%. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penambahan LDPE dapat meningkatkan angka
stabilitas campuran perkerasan jalan.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

M - 81

Material


Al-Hadidiy (2009) melakukan penelitian tentang evaluasi perkerasan jalan dengan memodifikasi aspal yang
ditambahkan polipropilena. Salah satu kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan penambahan polipropilena pada
aspal dapat meningkatkan stabilitas campuran bahan perkerasan jalan.
Tapkin (2006) telah melakukan studi tentang pengaruh serat polipropilena terhadap performa aspal. Dari studi
tersebut didapatkan penambahan serat polipropilena terhadap aspal dapat meningkatkan angka stabilitas.

2.

LINGKUP PENELITIAN

Limbah plastik yang digunakan dalam penelitian ini berfungsi sebagai pengganti sebagian aggregate alam yang
digunakan. Limbah plastik yang digunakan adalah jenis Polipropilena yang berasal dari sebuah pabrik di Solo.
Komposisi limbah plastik Polipropilena yang digunakan adalah 0%; 2%; 5% dan 10% dari berat total campuran
agregat, yakni sebesar 1200 gram, sedangkan variasi aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 5%;
6%; dan 7% dari berat total campuran, yakni sebesar 1200 gram.
Pengujian aspal dan agregat yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pedoman dari Bina Marga yang
merujuk pada standar yang dikeluarkan oleh American Society for Testing and Materials (ASTM), meliputi
pengujian berat jenis, keausan agregat dan penyerapan air.

3.


HASIL PENGUJIAN

Karakteristik agregat alam
Hasil dari pengujian terhadap sifat-sifat fisik agregat ditunjukkan dalam Tabel 1. berikut ini.

No.

Jenis Pemeriksaan

1
2
3
4
5

Berat Jenis Bulk
Berat jenis Apparent
Berat jenis efektif
Penyerapan

Pengujian Abrasi

1
2
3
4

Berat Jenis Bulk
Berat jenis Apparent
Berat jenis efektif
Penyerapan

Tabel 1. Hasil pengujian sifat-sifat fisik agregat
Spesifikasi Pengujian
Satuan
Hasil
Minimal
Maksimal
I. Agregat Kasar
2,329

2,501
2,5
2,398
%
2,95
3
%
29
40
II. Agregat Halus
2,432
2,507
2,5
2,462
%
1,330
3

Standar
SNI 03-1969-1990

SNI 03-1969-1990
SNI 03-1969-1990
SNI 03-1969-1990
SNI 03-2417-1991
SNI 03-1979-1990
SNI 03-1979-1990
SNI 03-1979-1990
SNI 03-1979-1990

Pada Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa agregat yang digunakan pada penelitian ini, memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh Bina Marga, sehingga agregat tersebut dapat digunakan sebagai bahan dasar campuran aspal dari
penelitian ini.

Karakteristik limbah plastik polipropilena
Berdasarkan pengujian titik leleh, kepadatan dan kehilangan berat pada limbah plastik jenis Polipropilena yang
dilakukan didapatkan hasil seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.

No.
1.
2.

3.

Tabel 2. Hasil pengujian limbah plastik polipropilena
Hasil
Jenis Pengujian
I
II
Titik Leleh (Melting Point)
160
Kepadatan (Density)
0,817
0,797
Kehilangan Berat (LoH)
1,601
-

Satuan
°C
gr/mL
%wt


Karakteristik aspal
Aspal merupakan hasil produksi dari bahan-bahan alam sehingga sifat-sifat aspal harus selalu diperiksa di
laboratorium dan aspal yang memenuhi syarat dapat dipergunakan sebagai bahan pengikat perkerasan. Hasil-hasil
pemeriksaan aspal diberikan dalam Tabel 3 berikut ini. Dari tabel dapat dilihat bahwa aspal yang digunakan dalam
studi ini memenuhi spesifikasi pengujian.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

M - 82

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Material

No
1
2
3
4
5
6

Jenis Pemeriksaan
Penetrasi (25º, 5
dt, 100 gr)
Titik Lembek
Titik Nyala
Daktilitas
Berat Jenis
Kehilangan Berat

Tabel 3. Hasil pengujian aspal
Spesifikasi
Hasil rataPengujian
Satuan
rata
Min
Maks

Standar

0,1 mm

65,5

60

79

SNI 06-2456-1991

ºC
ºC
cm
gr/cm3
% berat

42,25
250
116
1,011
0,67

48
200
100
1
-

58
0,8

SNI 06-2434-1991
SNI 06-2433-1991
SNI 06-2432-1991
SNI 06-2441-1991
SNI 06-2440-1991

Hubungan antara kadar aspal dan stabilitas
Nilai stabilitas digunakan sebagai parameter untuk mengukur ketahanan terhadap kelelehan plastis dari suatu
campuran aspal atau kemampuan campuran untuk menahan deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas. Nilai
stabilitas untuk masing-masing variasi campuran dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 1..
Tabel 4. Nilai stabilitas untuk masing-masing campuran
Kadar Aspal
Stabilitas (kg)
(%)
0% PP
2% PP
5% PP
10% PP
1051,15
1184,59
3133,43
4900,77
5
994,289
1194,14
3318,04
5870,61
6
1066,40
1377,83
3076,32
5288,13
7


)A./696A.@84








74&1 




74&1 




74&1 













&&
Gambar 1. Hubungan kadar PP dengan stabilitas
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa semua variasi yang menggunakan campuran PP memenuhi spesifikasi. Dari
berbagai variasi kadar aspal dapat dilihat bahwa dengan peningkatan Persentase penggunaan PP mempunyai
kecenderungan nilai stabilitas juga akan meningkat. Hal ini bisa terjadi karena PP pada saat pencampuran dan
pemadatan sebagian ada yang mengalami kelelehan, sehingga ikatan antar agregatnya menjadi semakin kuat hal ini
mengakibatkan campuran mempunyai nilai stabilitas yang tinggi. Stabilitas tertinggi dicapai oleh campuran dengan
kadar aspal 6% dan PP 10%., yakni sebesar 5870,61 kg, sedangkan nilai stabilitas terendah pada campuran dengan
kadar aspal 6% dan PP 0% sebesar 994,289 kg.

Hubungan antara kadar aspal dan kelelehan (flow)
Nilai kelelehan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain gradasi, kadar aspal, bentuk dan permukaan agregat.
Kelelehan yang ditunjukkan oleh arloji kelelehan merupakan sifat yang menyatakan besarnya deformasi vertikal
benda uji. Hasil kelelehan ditunjukkan dalam Tabel 5 dan Gambar 2.
Tabel 5. Nilai kelelehan untuk masing-masing campuran
Kadar Aspal
Kelelehan (mm)
(%)
0% PP
2% PP
5% PP
10% PP
3,0
3,4
4,175
3,95
5
2,7
3,5
5,35
4,4
6
2,7
4,2
4,675
4,4
7

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

M - 83

Material

!292925.;::




74&1 



74&1 

74&1 








&&
Gambar 2. Hubungan antara kadar PP dan nilai kelelehan (flow)
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa penggunaan PP dalam campuran Laston dapat meningkatkan nilai kelelehan.
Semakin banyak PP yang digunakan sebagai pengganti agregat, maka kelelehan campuran tersebut semakin tinggi
nilainya (Tabel 5). Nilai kelelehan tertinggi terjadi pada campuran yang menggunakan 5% PP dan kadar aspal
6%,yakni sebesar 5,35 mm, sedangkan nilai terendah terjadi pada campuran tanpa menggunakan PP dan kadar aspal
6% dan 7%, yaitu sebesar 2,7 mm Semakin banyak kadar PP yang ditambahkan, semakin tinggi nilai kelelehan yang
dihasilkan. Hal ini disebabkan karena ada sebagian PP yang meleleh pada saat pencampuran dan pemadatan,
sehingga ada sebagian PP yang mengisi rongga-rongga antar agregat yang mengakibatkan rongga udaranya semakin
kecil, dan kerapatan campuran semakin meningkat. Peningkatan nilai kelelehan terjadi hingga pada kadar PP 5%,
kemudian mengalami penurunan pada penggunaan PP sebanyak 10%.

Hubungan antara kadar aspal dan void filled with aspalt (VFA)
Nilai VFA ditentukan dari jumlah VMA dan rongga udara di dalam campuran.VFA adalah persentase dari VMA
yang terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang diserap oleh agregat. Nilai VFA meningkat dengan penambahan
kadar aspal (Sukirman,1999).
Rongga dalam campuran terjadi akibat adanya ruang sisa antar butiran penyusun campuran. Rongga ini dalam
kondisi kering akan diisi oleh udara dan dalam kondisi basah akan diisi oleh air. Karena bersifat alkalis, udara dan
air akan mempercepat oksidasi dan pelarutan aspal residu dalam campuran. Akibatnya dalam jangka panjang,
campuran akan mengalami defisit kandungan aspal residu. Hasil nilai VFA dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 3
berikut.

,

Tabel 6. Nilai VFA untuk masing-masing campuran
Kadar Aspal
VFA (%)
(%)
0% PP
2% PP
5% PP
10% PP
64,067
55,527
53,254
49,508
5
67,135
65,630
61,602
60,234
6
74,455
72,315
64,440
50,827
7



















74&1 
74&1 
74&1 









&&
Gambar 3. Hubungan antara kadar PP dan VFA

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

M - 84

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Material

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa nilai VFA cenderung mengalami penurunan seiring dengan penambahan PP
dalam campuran Laston. Penurunan VFA yang terjadi, dimungkinkan karena dengan penambahan PP akan
mengakibatkan semakin banyaknya PP yang mengalami kelelehan dan masuk ke rongga yang ada sehingga aspal
yang digunakan menjadi berlebih dan mengakibatkan terjadinya bleeding. Nilai VFA tertinggi pada campuran
dengan menggunakan 0% PP dan kadar aspal 7% yakni sebesar 74,455%, sedangkan nilai VFA terendah pada
campuran dengan 10% PP dan kadar aspal 5%, yakni sebesar 49,508%.

Hubungan antara kadar aspal dan void in the mix (VIM)
Nilai VIM menunjukkan presentase volume rongga terhadap volume total campuran setelah dipadatkan. VIM
digunakan untuk mengetahui besarnya rongga campuran, sedemikian sehingga rongga tidak terlalu kecil
(menimbulkan bleeding) atau terlalu besar (menimbulkan oksidasi/ penuaan aspal dengan masuknya udara). Nilai
VIM mengalami penurunan dengan penambahan kadar aspal hingga mencapai rongga udara dalam campuran
minimum (Lavin,2003). Hasil nilai VIM dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 4.

,#

Tabel 7. Nilai VIM untuk masing-masing campuran
Kadar Aspal
VIM (%)
(%)
0% PP
2% PP
5% PP
10% PP
5,737
7,996
8,699
10,093
5
5,874
6,293
7,361
7,845
6
4,758
5,293
7,479
12,413
7

















74&1 
74&1 
74&1 





&&





Gambar 4. Hubungan antara kadar PP dan VIM
Dari Gambar 4 nilai VIM cenderung meningkat seiring dengan penambahan PP yang digunakan. Nilai VIM
berpengaruh terhadap nilai dari durabilitas, dimana semakin besar nilai VIM menunjukan campuran bersifat keropos
(porous). Proses ini mengakibatkan udara dan air mudah masuk ke dalam lapis perkerasan sehingga berakibat
meningkatkan proses oksidasi yang dapat mempercepat penuaan aspal. Nilai VIM yang terlalu kecil akan sangat
mempengaruhi perkerasan jalan mengalami kegemukan (bleeding) jika temperatur meningkat. Spesifikasi dari VIM
berkisar antara 3 % - 6 %. Nilai VIM tertinggi pada campuran dengan kadar aspal 7% dan 10% PP, yakni sebesar
12,413%, sedangkan nilai terendah pada campuran dengan kadar aspal 5% dan 0% PP sebesar 4,758%.

Hubungan antara kadar aspal dan void in the mineral asphalt (VMA)
VMA adalah ruang di antara partikel agregat pada suatu perkerasan beraspal, termasuk rongga udara dan volume
aspal efektif (tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat). Volume rongga yang terdapat di antara partikel
agregat suatu campuran beraspal yang telah dipadatkan, yaitu rongga udara dan volume kadar aspal efektif, yang
dinyatakan dalam persentase terhadap volume total benda uji. Peran VMA penting di dalamnya untuk membuat
ruang yang cukup bagi aspal untuk membuat campuran mempunyai durabilitas yang baik. Jika nilai VMA terlalu
besar, akan dibutuhkan aspal dalam jumlah yang berlebihan untuk mengurangi rongga udara sehingga sesuai standar
yang disyaratkan. Jumlah aspal yang berlebihan di dalam campuran juga dapat membuat stabilitas campuran
terganggu (Lavin, 2003).
VMA atau yang lebih dikenal dengan rongga dalam agregat merupakan salah satu parameter penting dalam
perancangan campuran aspal, karena pengaruhnya terhadap ketahanan dari campuran aspal. VMA menunjukkan
banyaknya aspal dari rongga yang terisi aspal (dalam persen). Nilai hasil pengujian VMA ditunjukkan pada Tabel 8
dan Gambar 5.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

M - 85

Material

Tabel 8. Nilai VMA untuk masing-masing campuran
Kadar Aspal
(%)
5
6
7

VMA (%)
2% PP
5% PP
17,978
18,605
18,238
19,171
19,082
20,950

0% PP
15,964
17,873
18,625

10% PP
19,848
19,593
25,165




,#





74&1 




74&1 


74&1 










&&
Gambar 5. Hubungan antara kadar PP dan VMA
Nilai minimum VMA adalah untuk menghindari banyaknya rongga udara yang menyebabkan material menjadi
berpori. Rongga pori dalam mineral agregat tergantung pada ukuran butir, susunan, bentuk dan metode pemadatan.
Nilai VMA mengalami kenaikan yang cukup signifikan akibat dari penambahan dan penggantian bahan pengisi
ASP. Dari Tabel 8 dan Gambar 4 dapat dilihat bahwa untuk nilai dari keseluruhan sampel nilai VMA cenderung
mengalami peningkatan seiring dengan penambahan PP. Nilai VMA tertinggi dicapai pada campuran menggunakan
aspal 7% dan 10% PP, yakni sebesar 25,165%, sedangkan nilai terendah pada campuran dengan aspal 5% dan 0%
PP sebesar 15,964%.

Hubungan antara kadar aspal dan marshall quotient (MQ)
MQ adalah hasil bagi dari stabilitas dengan kelelehan yang dipergunakan untuk pendekatan terhadap tingkat
kekakuan atau kelenturan campuran, dinyatakan dalam kN/mm (Sukirman,1999).
Nilai MQ merupakan pendekatan terhadap tingkat kekakuan dan fleksibel suatu campuran. Campuran dengan nilai
MQ rendah, menunjukkan campuran bersifat fleksibel, namun mempunyai kecenderungan mudah mengalami
deformasi yang besar pada saat menerima beban. Hal sebaliknya terjadi jika nilai MQ campuran terlalu tinggi. Hasil
untuk pengujian MQ tersebut dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 6.

#'84
::

Tabel 9. Nilai MQ untuk masing-masing campuran
Kadar Aspal
Marshall Quotient (kg/mm)
(%)
0% PP
2% PP
5% PP
10% PP
350,383
348,409
750,523 1240,700
5
368,255
341,184
620,195 1334,230
6
394,963
328,054
658,078 1201,848
7










74&1 
74&1 
74&1 





&&





Gambar 6. Hubungan antara kadar PP dan MQ
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

M - 86

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Material

MQ dihitung sebagai rasio dari stabilitas terhadap kelelehan yang digunakan sebagai indikator kekakuan campuran.
Nilai MQ yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, yakni 250 kg/mm. Dari hasil perhitungan (Tabel 5.8)
dan Gambar 6 didapatkan nilai MQ cenderung semakin meningkat dengan bertambahnya PP yang digunakan.

4. KESIMPULAN
Pertumbuhan pesat jumlah penduduk yang diiringi dengan peningkatan jumlah konsumsi berbagai hal, seperti
penggunaan agregat alam dalam bidang konstruksi sudah seharusnya dicarikan solusi untuk mendapatkan agregat
alternatif. Selain itu, konsumsi plastik yang menghasilkan limbah plastik dalam jumlah besar tidak berbanding lurus
dengan pemanfaatan limbah plastik. Penelitian ini mencoba menggunakan limbah plastik jenis Polipropilena (PP)
sebagai pengganti sebagian agregat untuk campuran Lapis Aspal Beton (Laston) dalam kadar 0%, 2%, 5% dan 10%
dengan menggunakan aspal 5%, 6% dan 7%. Penggunaan PP pada jenis ini memberikan pengaruh pada campuran
Laston terhadap berbagai karakteristik Marshall, yakni untuk nilai stabilitas, kelelehan, VIM, VMA, MQ cenderung
mengalami peningkatan, sedangkan nilai VFA cenderung mengalami penurunan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Hadidy, A.I dan Qiu, T.Y., (2008). Effect of polyethylene on life flexible pavements, Construction and Building
Materials, Vol. 23 : 1456-1464.
Al-Hadidy, A.I dan Qiu, T.Y., (2009). Mechanistic approach for polypropylene-modified flexible pavements,
Construction and Building Materials, Vol. 30:1133-1140
ASTM, (2005). Standard Test Method for Concrete and Aggregates. American Society for Testing and Materials
International, Vol. 04 No. 02, West Conshohocken.
ASTM, (2005). Standard Test for Road and Paving Materials. American Society for Testing and Materials
International, Vol. 04 No. 03, West Conshohocken.
Bina Marga (1995). Syarat Gradasi Bahan pengisi Campuran Aspal, Jakarta.
Bina Marga, (1999). Pedoman Campuran Beraspal dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak. Jakarta : Departemen
Pekerjaan Umum
Departemen Pekerjaan Umum (2006). Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) untuk Jalan Raya, Jakarta.
Harper, C.A., (2003). Handbook of Plastics Technologies, New York : Mc. Graw-Hill.
Lavin, P.G., (2003). Asphalt Pavement, New York : Spon Press.
Sukirman, S., (1999). Perkerasan Lentur Jalan Raya, CV. Nova Bandung.
Tapkin, S., (2007). The effect of polypropylene fibers on asphalt performance. Building and Environment, Vol. 43,
No. 6 : 1065-1071

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

View publication stats

M - 87