HABIBIE DALAM PEMERINTAHAN masa TRANSISI

MAKALAH
TOKOH BERPENGARUH DI INDONESIA
“PROF. Dr. ING. B.J. HABIBIE DALAM PEMERINTAHAN TRANSISI”
Diajukan untuk memenuhi nilai Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Kuliah KekuatanKekuatan Politik Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. Firdaus Syam, M.A.

OLEH :
ZAINAL MUTTAQIN
NPM. 16011865030

PROGRAM ILMU POLITIK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2017

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Baharuddin Jusuf Habibie merupakan putera terbaik Bangsa Indonesia yang menempuh
pendidikan tinggi di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (kini ITB) Bandung, sebelum
akhirnya berangkat menempuh studi Diploma Ingenieur dan Doctor Ingeneur di Technische

Hochschule di Aachen, Jerman. Selanjutnya ia bekerja di Messerchmitt Bolkow Blohm
(MBB) Jerman sebagai Vice President.
Di Jerman, ia dikenal sebagai ilmuwan pengembang pesawat terbang terkemuka, untuk
itulah ia dengan mudah menduduki jabatan prestise pada perusahaan pembuatan pesawat
terbang. Pada masa ia lulus sebagai Doktor Ingenieur dengan predikat summa cumlaude tak
mudah baginya untuk dapat mengabdi di negerinya, terbukti dengan ia mengirimkan surat
dari Jerman ke Indonesia yang meminta kepada Presiden Ir. Soekarno agar dapat menerima
dirinya pada perusahaan Industri Pesawat Terbang, mengingat dirinya sudah menyelesaikan
studi dengan predikat summa cumlaude, namun permintaannya tidak direspon oleh
pemerintah.
Awal Perkenalan Habibie dengan Soeharto dimulai dari tahun 1950-an, ketika Soeharto
menjabat sebagai Komandan Brigade Mataram yang bertugas menumpas pemberontakan
Kapten Andi Azis yang menolak bergabung dengan Angkatan Perang Republik Indonesia
Serikat (APRIS) di Sulawesi Selatan. Kemudian setelah sukses belajar di Jerman (telah
bergelar Professor Ingeneur) diminta kembali pulang tahun 1974, disampaikan oleh Soeharto
di kediamannya agar dapat mendampinginya selama 25 tahun kedepan.
Pada saat pemerintahan Orde Baru lah, dirinya baru memiliki panggung, dengan
mengutus Ibnu Sutowo Sebagai Direktur Pertamina saat itu untuk menemui Habibie. Habibie
diminta pulang dengan alasan, pemerintah membutuhkan dirinya agar Industri Pesawat
Terbang terwujud, dan Indonesia memiliki Pesawat sendiri. Ditawarkan tekad kuat

pemerintah untuk mengembangkan teknologi dan ilmu pengetahuan, membuat Habibie mau
kembali pulang. Kedatangannya kembali ke Indonesia pada tanggal 26 Januari 1974 1 di
Bandara Kemayoran.
Atas rasa kecintaannya kepada negeri, ia rela untuk melepaskan jabatan prestisenya di
Jerman sebagai vice president MBB. Habibie berangkat untuk belajar di Jerman ialah karena
mengikuti program belajar dari pemerintah Soekarno, ia masuk kedalam angkatan kedua
1

Pada masa ini terjadi ketegangan akibat tragedi 15 Januari 1974 (dikenal dengan peristiwa malari), dan
diberlakukan jam malam. Lihat R. Toto Sugiharto. 2017. Biografi Politik Habibie. Yogyakarta : Media
Pressindo.

Page | 1

yang berangkat 2. Berangkat di era pemerintahan Ir. Soekarno dan kembali untuk membantu
Orde Baru. Kembalinya ia ke Indonesia merupakan optimisme untuk membangun, tanpa
pikiran untuk berada dalam lingkar politik, kerena memang sosok yang biasa dipanggil Mr.
Crack3 ini menginginkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta Industri Pesawat Terbang
yang dirancangnya dapat berhasil dan diakui dunia.
Awal mula Habibie masuk di Indonesia sebagai Kepala Divisi Advanced Teknologi di

PT. Pertamina, kemudian selanjutnya dari sini melahirkan Badan Pengkaji dan Penerapan
Teknologi (BPPT) sambil merencanakan dan melaksanakan pembangunan industri pesawat
terbang di Bandung.4 Masa-masa selanjutnya Habibie banyak melahirkan lembaga-lembaga
dan perusahaan-perusahaan yang mengandalkan teknologi, seperti PT. PAL, PINDAD,
BPPT, BPIS dan lain sebagainya. Namun memasuki era 1980-1990an Habibie diminta oleh
Soeharto untuk menjadi menterinya yang akan membidangi Riset dan Teknologi. Disanalah
akhirnya Habibie berpusar kedalam politik, terbukti dengan ia dijadikan ketua harian Golkar
oleh rezim.

2. Rumusan Masalah
Habibie datang ke Indonesia pada masa sedang bergejolak. Sebelumnya ia pernah
melamar pada komando perindustrian pesawat terbang di era Ir. Soekarno, namun ditolak.
Akan tetapi ia kembali pada Rezim yang berbeda, ketika Soeharto memimpin Orde Baru.
Kemudian kita akan dihadapkan kepada pertanyaan, mengapa pemerintah Orde Baru kala itu
menginginkan Habibie membangun IPTEK di Indonesia? Kita juga akan dihadapkan,
mengapa Habibie mau kembali ke Indonesia, setelah ditolak pada rezim sebelumnya?
Mengingat pula ia merupakan delegasi yang dikirim oleh pemerintahan Soekarno untuk
belajar di luar negeri.
Di masa-masa selanjutnya Habibie berhasil mencatat, sebagai cendikiawan yang
memiliki kedudukan strategis dalam pembangunan teknologi di Indonesia, tak kurang dari 46

Jabatan strategis untuk membangun Ilmu Pengetahuan dan teknologi di dalam negeri,
pantaskah seorang memimpin begitu banyak posisi secara bersamaan dalam kurun waktu
yang begitu lama, tidak kah ini merupakan monopoli kekuasaan? Lantas mengapa pada era
setelah berada di jalur professional, Habibie ingin terjun secara praktis ke dalam dunia
politik?
2

Makmur Makka. 2008. The True Life of Habibie : Ceita dibalik kesuksesan. Depok : Pustaka Iman.
Panggilan untuk Habibie, dikarenakan penemuan-penemuannya di bidang Teknologi, ada 46 Hak patennya di
bidang teknologi pesawat terbang, yang tidak tertandingi di dunia, dan satu-satunya hingga kini, membuat
dirinya dijuluki Mr. Crack. Ibid.
4
R. Toto Sugiharto. 2017. Biografi Politik Habibie. Yogyakarta : Media Pressindo.
3

Page | 2

TINJAUAN TEORITIS

1. Teori Oligarki

Secara konseptual, istilah Oligarki telah lama dikenal dalam studi politik. Istilah ini
sudah muncul sejak jaman Yunani Kuno hingga era sekarang. Menurut Jeffrey A. Winters 5,
oligarki menekankan keunggulan sumber daya material sebagai kekuatan politik maupun
kekuatan ekonomi. Karya-karya tersebut secara teoretis berbeda dengan konseptualisasi
oligarki yang muncul dari tradisi teori kekuasaan elite dan teori elite dalam ilmu politik dan
sosiologi.
Hadiz dan Robison menulis tema oligarki untuk menjelaskan fenomena ekonomipolitik di Indonesia pasca-Soeharto. Teori oligarki digunakan untuk menggambarkan
kekuatan-kekuatan yang menjadi lingkar inti kekuasaan di Indonesia, yang mendominasi
struktur ekonomi dan struktur politik Indonesia pasca-Orde Baru.6

2. Teori Pembangunan.
Pada era Orde baru, Indonesia dengan ketersediaan sumberdaya dalam industrialisasi
berniat untuk tinggal landas dalam pembangunan, sebagaimana teori pembangunan menurut
Rostow dalam Arif Budiman7 bahwa untuk tinggal landas dibutuhkan tiga syarat, antara lain :
1) Harus ada kenaikan tingkat investasi yang produktif dari 5 persen atau kurang menjadi 10
persen atau lebih dari pendapatan nasional (net national product), 2) Munculnya satu atau
lebih cabang industri yang kuat dengan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi, 3) Tatanan
politik, social dan kelembagaan telah berkembang dengan baik sehingga mampu mendorong
perluasan ekonomi modern dan efek-efek ekonomi eksternal yang berpotensial dari kegiatan
lepas landas menuju pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.


3. Teori Komunikasi
Dalam ilmu komunikasi, perspektif interaksional dikenal sebagai bentuk baru yang
merupakan reaksi dari kedua model lainnya (mekanistis dan psikologi). Dalam perspektif ini,
menurut Fisher8 komunikasi dikonseptualisasikan sebagai interaksi manusiawi pada masingmasing individu. Walaupun interaksi itu sering juga disamakan dengan komunikasi terutama
5

Jeffrey A Winters. 2011. Oligarki. Jakarta : Gramedia
Richard Robison dan Vedi R Hadiz. Ekonomi Politik Oligarki dan Pengorganisasian Kembali Kekuasaan di
Indonesia. Prisma, Vol. 33 No. 1 tahun 2014. hlm. 37
7
Arif Budiman. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
8
Aurbey Fisher. 1990. Teroi Komunikasi : Perspektif Mekanistis, Psikologis, Interaksional dan Pragmatis.
Bandung : Remaja Rosdakarya
6

Page | 3

komunikasi dua arah. Dalam perspetif ini, komunika ini dipahami sebagai sistem perilaku.

Eksistensi empirisnya lokusnya berada pada perilaku yang berurutan, sehingga komponennya
meliputi pola, interaksi sistem, struktur, dan fungsi.
Menurut Arifin9, karakteristik utama paradigma interaksional ialah penonjolan nilai
individu di atas segala pengaruh yang lainnya. Hal itu disebabkan manusia dalam dirinya
memiliki esensi kebudayaan, saling berhubungan, serta mayarakat dan buah pikiran. Justru
itu, setiap bentuk interaksi sosial dimuali dan berakhir dengan mempertimbangkan diri
manusia. Itulah sebabnya perspektif ini, dipandang paling manusiawi di antara semua
perspektif komunikasi yang ada.

4. Teori Pemisahan Kekuasaan
Teori pemisahan kekuasaan yaitu teori yang membagi kekuasaan di suatu negara
menjadi 3 (tiga) agar tidak terpusat pada satu saja. Pembagian kekuasaan tersebut, antara lain
: 1) Kekuasaan Legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat UU atau kekuasaan untuk
membuat peraturan, 2) Kekuasaan Eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan UU atau
peraturan yang dibuat, 3) Kekuasaan Yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mempertahankan UU
atau peraturan (kekuasaan untuk mengadili)10.

9

Arifin, Anwar. 2003. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar Ringkas. Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada

C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil. 2000. Hukum Tata Negara Republik Indonesia. Penerbit PT Rineka
Cipta : Jakarta.
10

Page | 4

PEMBAHASAN

1. Habibie Dalam Pusaran Orde Baru
Habibie mendarat di Jakarta pada tanggal 26 Januari 1974 setelah ditemui oleh Ibnu
Sutowo yang bertindak sebagai Direktur Pertamina atas perintah Soeharto. Habibie tiba di
Jakarta pada masa-masa tegagang pasca tragedi Malari (15 Januari 1974), ketika itu
diberlakukan jam malam, setiap sudut dijaga oleh pengamanan ketat tentara. Dia dapat
melenggang bebas pada kedatangannya di malam hari, tepatnya 19.00 dengan pengawalan
aparat keamanan.
Saat itu Habibie dijanjikan mengendalikan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, selama lembaga yang dijanjikan belum terbentuk, sementara ia diberikan porsi
untuk memimpin Divisi Advanced Teknologi di PT. Pertamina, selanjutnya dengan konsepkonsep yang disediakan kemudian ia membentuk BPPT dengan sokongan dana dari
Pertamina. Sambil mempersiapkan industri penerbangan yang akan ia pimpin. Pada akhirnya
duduk sebagai Direktur Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) pada tahun 1976.

Kemudian tahun 1985 perusahaan itu berubah nama menjadi Industri Pesawat Terbang
Nasional.
Sepuluh tahun setelah bulan Januari 1974, pasca pertemuan pertama dengan Soeharto,
Habibie berjanji akan menerbangkan pesawat pertamanya. Ketika memimpin perusahaan
pesawat terbang tersebut, Habibie berhasil menghasilkan pesawat pertama produksi IPTN,
yaitu pesawat CN-235 pada tahun 1983.
Ternyata dengan adanya Habibie pada komposisi pemerintahan Orde Baru, menjadi
daya tarik tersendiri, dikarenakan pada Industri pesawat terbang, nama Habibie sudah dikenal
luas karena sebelumnya ia mengendalikan perusahaan MBB di Jerman (perusahaan yang
bergerak dalam industri pesawat terbang). Dengan kemampuannya, ia dipercaya untuk
mengembangkan sayapnya, selain menjadi arsitek pesawat terbang Indoenesia, ia juga
mengembangkan teknologi

persenjataan untuk militer Indonesia, maka PINDAD

dipercayakan kepada Habibie. Dibawah kepemimpinan Habibie di PINDAD, berhasil
menciptakan senjata dengan jarak tembak 1.000 meter dengan hasil akurat.11
Berikutnya, Habibie mengembangkan IPTN di Bandung dan Pabrik Kapal (PAL) di
Surabaya menjadi pusat pendidikan, riset dan teknologi bidang kedirgantaraan dan
perkapalan, sedangkan penyediaan SDM bidang IPTEK didukung oleh ITB dan ITS. Dengan

11

Saat itu senjata buatan Barat hanya mampu mencapai sasaran tembak dengan akurat maksimum 750 meter.
Ibid : Hal. 425.

Page | 5

kemampuannya Habibie juga mampu menciptakan Air Bus 600 yang tercepat di Dunia. Di
tahun 1990an ia mengumumkan penciptaan pesawat tercepat, waktu Jakarta-New York hanya
empat jam. Padahal lazimnya waktu tempuh pesawat terbang Jakarta-New York mencapai
antara 25-30 jam.
Dalam pemerintahan Orde Baru, memang Habibie concern pada pembentukan IPTEK
yang unggul demi tinggal landasnya pembangunan yang sudah digagas. Namun di samping
itu, karena pengaruh dirinya diberikan banyak kepercayaan oleh Soeharto selaku Presiden
kala itu, akhirnya Habibie pun bermanuver. Mulai dari jabatan sebagai ketua Harian di
Golkar sampai kepada jabatan-jabatan strategis yang diberikan kepadanya. Terdapat sekitar
46 jabatan strategis yang ia duduki pada eta Tahun 1980an sampai 1990an.
Habibie bahkan menyebutkan Soeharto sebagai guru besar politiknya. Mengingat hanya
dirinya yang mampu berkomunikasi secara aktif dengan Soeharto terkait gagasangagasannya, yang akhirnya secara khusus Habibie juga selain Professional, juga diminta
berperan aktif dalam mengambil keputusan dalam Golkar. Kita tahu bersama Politik Orde

Baru tertumpu pada kekuatan Golkar dan militer.
Tahun 1990an merupakan tahun emas bagi Habibie dan pemerintahan Orde Baru,
dimana beberapa produk telah berhasil di buat pada Industri persenjataan, pesawat terbang,
helikopter dan perkapalan. Bersamaan dengan itu, melalui dorongan mahasiswa di Malang
akhirnya ia berhasil mendeklarasikan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) setelah
mendapatkan restu dari Soeharto, sekaligus menjadi ketua umum selama delapan tahun.
Soeharto melihat dengan didirikannya ICMI sama dengan menguatkan posisinya
sebagai penguasa, maka Soeharto merestui gagasan tersebut dan meminta Habibie menjadi
ketuanya.12 Dengan kepemimpinan Habibie di ICMI, dianggap sebagian kalangan elit sebagai
manuver politik untuk menduduki tampuk kekuasaan, namun hal tersebut ditampik secara
langsung oleh Habibie. Ia mengatakan bahwa organisasi cendikiawan tersebut tak lebih untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Empat tahun berjalan kepemimpinannya di ICMI, pada tahun 1995 beberapa
pengurusnya

berhasil

masuk

kedalam

perlemen

dan

menduduki

jabatan

di

departemen/kementerian. Hal tersebut mengakibatkan kegusaran dalam tubuh Golkar, karena
menganggap Habibie memanfaatkan ICMI untuk meraih kedudukan, ditambah pada tahun
yang sama, adiknya Fannie Habibie dan anaknya Ilham Habibie mendapatkan kedudukan
yang cukup penting pada BUMN. Yang mencolok ialah Ilham Habibie yang menduduki
bangku Direksi di IPTN, namun Habibie menanggapinya dengan jawaban bukanlah
12

Ibid

Page | 6

kemauannya Ilham menjadi Direktur IPTN, melainkan kemauan Soeharto, mengingat ia
memang memiliki kompetensi dibidangnya. Pada tahun ini pula IPTN ditutup atas
permintaan dari Amerika Serikat melalui IMF, karena Indonesia dianggap memiliki hutang
besar yang belum dilunasi, padahal hutang tersebut merupakan hutang swasta yang harusnya
tidak mempengaruhi IPTN sebagai BUMN. Disini Habibie menganggap ada yang tidak beres
dengan Amerika, karena IPTN sedang maju-majunya dan diakui oleh seluruh dunia.
Pada tahun yang sama juga, Habibie mengendalikan secara total semua yang berurusan
dengan pengembangan industri teknologi, salah satu yang menjadi geger ialah upaya Habibie
mengimpor Kapal perang bekas dari Jerman, kemudian diberitakan oleh Tempo, Editor dan
deTIK. Lantas saja mebuat Habibie berang, akhirnya ketiga media tersebut dibredel dengan
dicabut izin terbitnya.
Tahun 1990an menjadi tahun yang teramat penting bagi Habibie, karena pada masa itu
ia duduk pada jabatan Menristek, kemudian naik tahta menjadi wakil presiden pada tahun
1997, dimana merupakan masa krisis bagi pemerintahan Orde Baru. Posisi Habibie pun
mengalami ketidakenakan. Pada akhirnya ia meminta kepada Soeharto untuk mundur dari
jabatannya, namun permintaan Habibie hanya dijawab lihat saja nanti oleh Soeharto.
Akhirnya puncak dari segala kecamuk berada pada tahun 1998, dimana kondisi ibu kota
diriuhkan oleh aksi-aksi mahasiswa, mulai dari aksi di dalam kampus sampai kepada aksiaksi massa di jalanan. Pada tanggal 9 Mei 1998, dalam keadaan ketegangan di ibu kota,
Soeharto pergi ke Kairo, Mesir untuk menghadiri KTT G-15 dan menyerahkan keamanan ibu
kota sepenuhnya kepada Menhan/Pangab Jendral Wiranto. Namun kondisi semakin tidak
stabil, terjadi kerusuhan dan penjarahan. Habibie sebagai wakil Presiden kala itu
kebingungan dalam mengambil sikap, akhirnya ia didesak oleh Sintong Panjaitan sebagai
penasehat kepresidenan agar Habibie mengabil sikap, kemudian Habibie berargumen, dirinya
tidak berhak mengambil keputsan tanpa restu Presiden.
Keadaan Istana makin kacau, Habibie tak mau bertindak. Ia cenderung menunggu
signal dari Soeharto sebagai Presiden saat itu. Sintong tetap mendesak agar Habibie
mengambil keputusan, dengan mengatakan entah intruksi Presiden maupun Wakil Presiden
yang penting berada pada struktur tertinggi pemerintahan, akhirnya Habibie menyarankan
Sintong agar konsep penyampaian dilaksanakan oleh Presiden. Pada pukul 19.00 tanggal 14
Mei 1998 akhirnya konsep penyampaian keadaan dari Presiden dapat disiarkan secara
langsung dari Kairo, Mesir.
Masa-masa ini merupakan masa-masa krusial bagi pemerintahan Soeharto-habibie,
karena pengendalian keamanan sudah tidak kondusif dan beberapa mahasiswa gugur

Page | 7

tertembak peluru petugas. Kondisi Pemerintahan mulai ditinggalkan, Harmoko selaku ketua
DPR/MPR tidak lagi mendukukung pemerintahan dengan meminta agar Soeharto mundur
dengan arif dan bijaksana. ABRI yang digawangi oleh Wiranto juga perlahan mulai menarik
dukungan, bahkan tuntutan reformasi yang mulai diakomodir oleh Soeharto dengan
dibentuknya kabinet Reformasi pun, sebelum dilantik serempak mengundurkan diri. Sekitar
ada 14 Menteri yang mundur dari posisinya.
Di masa-masa sulit ini, Soeharto jelas ditinggalkan oleh pendukung setianya, akhirnya
pada malam 20 Mei 1998 Soeharto memutuskan untuk mundur dari jabatannya, yang akan
diumumkan esok harinya. Dengan berberat hati Soeharto mundur dari jabatannya, dengan
menyiratkan kepada Habibie apakah dirinya juga akan ikut mundur. Habibie dengan jawaban
diplomatisnya mengatakan andaisaja hal tersebut dikehendaki oleh konstitusi maka dirinya
lebih baik mundur.13 Akhirnya Habibie resmi dilantik menjadi Presiden setelah surat
pengunduran diri Soeharto dibacakan. Maka kabinet Reformasi pun dibentuk ulang.

2. Habibie Pasca Orde Baru
Setelah dilantiknya Habibie menjadi Presiden, kemudian ia membentuk kembali
kabinet reformasi yang sebelumnya digagas oleh Dewan Reformasi. Pemerintahan Habibie
yang baru saja dibentuk langsung mendapatkan perlawanan dari aksi masa prodemokrasi.
Namun berbeda gaya dengan Soeharto, Habibie lebih menunjukan sikap demokratisnya
dibandingan pendahulunya.
Dalam Posisinya sebagai Presiden, Habibie menunjukkan sikap egaliternya, dibawah
kepemimpinannya dilahirkan undang-undang kebebasan pers, desentralisasi dan otonomi
daerah, kepartaian, pemilu dan pembatasan kekuasaan presiden dengan periodisasi terbatas.
Ketika diwawancara oleh wartawan, Habibie mengatakan bahwa peralihan dari otoriter ke
sistem demokrasi harus dilaksanakan dengan efektif, karena menurutnya kekuasaan hanyalah
sarana perjuangan dalam pengabdian kepada bangsa dan negara. 14
Habibie memanglah bukan pemain politik yang piawai, dikarenakan selama karirnya ia
berfokus kepada pengembangan IPTEK, tak terpikirkan sama sekali untuk mengemban
amanat rakyat yang lebih tinggi. Pada pemerintahannya yang dapat dikatakan baru saja
berkecambah, dari segi ekonomi disambut positif oleh pasar Internasional, dimana pada
pemerintahannya nilai rupiah menguat dibandingkan akhir masa orde baru. Namun
disamping itu semua, rintangan politik mengahdangnya dengan nyata.
13

Dalam konstitusi, bahwa apabila Presiden mengundurkan diri karena sudah tidak sanggup mengemban
jabatannya, maka harus digantikan oleh wakil Presiden.
14
Ibid : Hal. 224.

Page | 8

Setelah dilepaskannya tahanan politik orde baru, kondisi politik jauh lebih memanas,
dimana ketika terjadi bentrokan antara demonstran dengan aparat keamnanan pada tragedi
Semanggi II, kemudian di Yogyakarta dan Medan menelan korban, baik dari aparat
keamanan maupun demonstran. Yang paling mencolok ialah tragedi Semanggi II memakan
korban lebih banyak daripada kejadian trisakti Mei 1998. Akhirnya Komnas HAM mendesak
Habibie agar menjawab bahwa pemerintah bertanggung jawab. Namun berbeda dengan
kenyataan, Wiranto selaku Pangab mengatakan tidak bertanggung jawab atas jatuhnya korban
pada tragedi semanggi II, karena sudah sesuai Protap. Tak ayal pemerintahan Habibie pun
mendapat sandungan keras.
Pemerintah Habibie pun akhirnya diterjang masalah keadaan Timor Timur yang
mendapat tekanan keras dari asing, terutama IMF dan PBB.15 Jelas motivasi referendum
menjadi kepentingan Amerika dan Portugal. Akhirnya melalui jajak pendapat yang dilakukan
UNAMET16 kepada rakyat Timor Timur dengan hasil 78,5% menolak dan 21,5% menerima.
Habibie mengetahui jajak pendapat tersebut merupakan intrik politik internasional agar
Timor Timur lepas dari Indonesia, terbukti dengan adanya tekanan dari militer asing
(terutama Australia dan portugal) yang didatangkan kesana.
Ketidakberdayaan Politik Habibie pada akhirnya menghantarkan dirinya untuk
melaksanakan pemilihan umum pada bulan September 1999. Setelah ditemui terlebih dahulu
di penghujung tahun 1998 oleh tokoh reformasi di Istana negara, yang hadir antara lain
adalah Adnan Buyung Nasution, Amien Rais, K.H. Abdurrahman Wahid, dan lain lain. Dari
pembicaraannya Amien Rais mengungkapkan bahwa Pemerintah harus segera menggelar
pemilihan umum yang bebas, jujur dan adil. Dengan argumentasinya Habibie menyetujui
menggelar perhelatan pemilu tersebut setelah enam bulan dari pertemuan, dikarenakan
banyaknya yang harus dipersiapkan dalam Pemilu.17
Dalam kepemimpinan politiknya Habibie hanya menjabat sebagai Presiden tak lebih
dari 517 Hari, atau sekitar 16 bulan saja. Namun dalam kepemimpinannya selama 16 bulan
tersebut, kepemimpinan Habibie dianggap sebagai jembatan atas demokratisasi yang terjadi
di Indoneisa. Bahkan beberapa pendapat, jika saja Habibie melakukan pemerintahan secara
15

IMF meminta Indonesia agar melepaskan Timor Timur menjadi Negara yang merdeka, karena Timor Timur
bukanlah bagian dari wilayah kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Dalam
pembentukan negara Kesatuan Indonesia disebutkan hanya wilayah yang masuk kedalam persamaan nasib yang
sama (yang dijajah Belanda). Di PBB pun menggaung bahwa pemerintah Indonesia harus menyerahkan
kemerdekaan Timor Timur kepada Portugal, selaku negara yang menguasainya sampai pada 1974 (padahal
tahun terakhir tersebut Portugal mengalami kebangkrutan). Ibid : 250-251.
16
Jajak pendapat dilakukan dengan kemungkinan hasil apabila menerima otonomi pemerintahan tetap berada
dalam kekuasaan Republik Indonesia, akan tetapi jika tidak menerima, maka harus dilepaskan menjadi negara
merdeka (terlepas dari NKRI). Ibid : Hal. 256.
17
Ibid

Page | 9

otoriter seperti mentor politiknya adalah sangat mungkin, karena cengkraman kuku politik
Habibie sudah mengakar mulai dari Golkar samapai kepada ICMI. Namun ia tidak
melakukan hal tersebut, karena pemerintahan yang diselenggarakan secara demokratis jauh
lebih baik dan memberikan manfaat luas daripada kepemimpinan politik secara otoriter.
Bahkan setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, ketika ditanya apakah dirinya akan
kembali mencalonkan dalam bursa pemilihan presiden? Dengan tegas ia menjawab tidak,
malah dirinya mengungkapkan ingin mendirikan semacam LSM untuk kepentingan ilmu
pengetahuan18.
Bangku kekuasaan tidak lantas membuat dirinya menjadi rakus jabatan politik, tetapi ia
mampu menjadi negarawan yang berhati luas. Dengan sengaja dia membuka keran agar
penguasa dibatasi kepemimpinannya, agar tidak terjadi oligarki politik dan kecenderungan
KKN. Dalam hal ini Habibie sadar, kemampuan teknologi yang ia miliki tidaklah cukup
untuk membangun bangsa, namun harus diimbangi dengan kepribadian yang memang cakap
dalam hal yang dipimpinnya. Habibie secara gamblang mengakui, bahwa kepiawaiannya
dalam merancang pesawat terbang maupun kapal tempur tidak sama dengan kemampuan
politiknya, karena selama berada dalam lingkar Orde Baru, sangat sedikit dirinya bersentuhan
dengan kebijakan publik yang harus diemban seorang pejabat politik.

18
Baharuddin Jusuf Habibie. 2006. Detik-detik yang menentukan : Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi.
Jakarta : THC Mandiri.

Page | 10

KESIMPULAN

Prof. Ing. B.J. habibie merupakan salah satu putera terbaik bangsa Indonesia yang
berhasil memegang rekor paten dunia terkait teknologi pesawat terbang, sekitar 46 paten
yang dia pegang dan belum ada yang menandingi di dunia.
Duduk sebagai tenaga professional ketika Habibie kembali ke Indonesia dari Jerman,
menghantarkan dirinya duduk pada jabatan politik strategis pada pemerintahan Orde Baru.
Kemudian Hadirnya Habibie sebagai orang yang duduk pada jabatan politik membuat
sebagian politisi Golkar gerah dan ingin menyingkirkan Habibie.
Atas kepercayaan Soeharto kepada Habibie dalam Industri pesawat terbang,
menjadikan Habibie sebagai orang nomor dua di Indoneisa pada tahun 1997 pasca pemilu
diselenggarakan, membuat sebagian orang tidak terima. Bahkan akan dari Soeharto, yaitu Siti
Hardianti Rukmana (Tutut) tidak senang kepadanya, dikarenakan Habibie dikenal keras
kepala dan tidak meu bernegosiasi. Namun Soeharto tetap percaya kepada Habibie.
Pasca pemerintahan Orde Baru, Habibie menunjukkan pengaruhnya dengan tindakan
yang egaliter dan demokratis. Mau menyerap aspirasi masyarakat dengan tuntutan
reformasinya, sehingga ia menggalang perancangan peraturan perundang-undangan yang
disusun oleh akademisi dari berbagai perguruan tinggi untuk menyelesaikan undang-undang
kebebasan pers, pemilihan umum, HAM, Anti KKN, desentraslisasi dan otonomi, dan lain
sebagainya.
Kepemimpinan politiknya jauh sangat singkat dibanding dengan karir professionalnya,
akan tetapi memiliki pengaruh luas terhadap perjalanan reformasi kemudian, ia merupakan
pemerintahan antara/transisi yang berhasil menggelar pemilu secara jujur, adil, lugas dan
bersih setelah pemilu 1955. Kemudian pula menghantarkan dirinya menjadi negarawan yang
dihormati hampir seluruh kalangan.

Page | 11

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. 2003. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar Ringkas. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada
Budiman, Arif. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil. 2000. Hukum Tata Negara Republik Indonesia.
Penerbit PT Rineka Cipta : Jakarta.
Fisher, Aurbey. 1990. Teroi Komunikasi : Perspektif Mekanistis, Psikologis, Interaksional
dan Pragmatis. Bandung : Remaja Rosdakarya
Habibie, Baharuddin Jusuf. 2006. Detik-detik yang menentukan : Jalan Panjang Indonesia
Menuju Demokrasi. Jakarta : THC Mandiri.
Makka, Makmur. 2008. The True Life of Habibie : Ceita dibalik kesuksesan. Depok : Pustaka
Iman
Richard Robison dan Vedi R Hadiz. Ekonomi Politik Oligarki dan Pengorganisasian Kembali
Kekuasaan di Indonesia. Prisma, Vol. 33 No. 1 tahun 2014. hlm. 37
Sugiharto, R Toto. 2017. Biografi Politik Habibie. Yogyakarta : Media Pressindo
Winters, A Jeffrey. 2011. Oligarki. Jakarta : Gramedia

Page | 12