PERANAN HUMAS DALAM MEMBANGUN CITRA PERU

PERANAN HUMAS DALAM MEMBANGUN CITRA
PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)
JAYAPURA
Oleh :
YERNI MONITA KASENDA
Email: monita.kasenda@yahoo.com
ABSTRAK
Public Relations yang ada dan dikenal pada saat sekarang ini, secara
sederhana
disebut Hubungan Masyrakat atau disingkat dengan Humas. Public relations
muncul karena adanya tuntutan kebutuhan. Artinya menjadi hal yang utama
bagi
public relations untuk mampu menjalankan salah satu fungsi dan tugasnya
yaitu
membina hubungan yang harmonis antara pimpinan manajemen dengan
para
karyawan dan antara pimpinan dengan pemilik perusahaan atau sebaliknya.
Begitu
juga kemampuannya untuk menjembatani atau membangun komunikasi
dengan
masyarakat luar sebagai publik yang pada akhirnya dapat menentukan

sukses
atau tidaknya tujuan dan citra yang hendak dicapai oleh perusahaan.
PDAM Jayapura sebagai salah satu perusahaan potensial negara yang juga
merupakan perusahaan besar yang bergerak dalam bidang jasa dan
pelayanan yang
memberikan jasa air bersih. Tapi pada kenyataannya masih terdapat
masalah yang
dilatarbelakangi oleh adanya saluran air yang tidak lancar bahkan tidak
sama sekali,
kualitas air berkurang, penyalahgunaan pemanfaatan air yang tidak baik.
Untuk itu
bagi peneliti masalah ini perlu diangkat dan dikaji lebih dalam, sehingga
ditarik judul “
Peran Humas Dalam Membangun Citra PDAM Jayapura.” Dengan tujuan
mengetahui sejauh mana peran humas dalam membangun citra
perusahaan.
Penelitian ini menggunakan teori Model/Citra yakni serangkaian
pengetahuan, pengalaman, perasaan, (emosi) dan penilaian yang
diorganisasikan


manusia atau pengetahuan pribadi yang sangat diyakini kebenarannya.
Metode
yang digunakan adalah deskriptif dengan memaparkan situasi dan peristiwa.
Hasil penelitian menyatakan bahwa peran humas PDAM mampu
mengangkat citra perusahaan dengan cara menanamkan kepercayaan
kepada
pelanggan melalui memberian pelayanan yang profesional.
Key words: human relations, citra
2
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Public Relations yang ada dan dikenal pada saat sekarang ini, secara
sederhana
disebut Hubungan Masyrakat atau disingkat dengan Humas. Public relations
muncul
karena adanya tuntutan kebutuhan. Artinya menjadi hal yang utama bagi
public
relations untuk mampu menjalankan salah satu fungsi dan tugasnya yaitu
membina hubungan yang harmonis antara pimpinan manajemen dengan
para

karyawan dan antara pimpinan dengan pemilik perusahaan atau sebaliknya.
Begitu
juga kemampuannya untuk menjembatani atau membangun komunikasi
dengan
masyarakat luar sebagai publik yang pada akhirnya dapat menentukan
sukses
atau tidaknya tujuan dan citra yang hendak dicapai oleh perusahaan.
Cita-cita yang telah dirumuskan dalam UUD 1945 dan Visi Indonesia 2020,
penggalangan segala potensi patut kita berdayakan. Salah satu diantaranya
mengoptimalkan penggunaan air sesuai dengan amanat psal 33 UUD 1945
ayat (3)
yaitu ” Bumi dan air kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Perangkat
hukum lainnya yang mengatur pemanfaatan air juga dituangkan dalam UU
No.32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, UU No.5 Tahun1962 Tentang
BUMD
(PDAM), Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 1987 Tentang Desentralisasi


Suplai Air
Bersih, Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1979 Tentang PDAM.
Salah satu upaya untuk mempengaruhi percepatan kesejahteraan
masyarakat
di republik ini tersedianya air bersih. Sebab air adalah urat nadi dan sumber
kehidupan atau materi yang paling essential didalam kehidupan umat
manusia.
Tegasnya, tidak ada satupun mahluk hidup yang berada diplanet bumi ini
yang tak
membutuhkan air.
Pertumbuhan penduduk dan industri mempertinggi kesenjangan antara
permintaan dan penawaran air, khususnya terhadap air bersih. Dengan
bertambahnya penduduk konsumsi terhadap air bersihpun akan semakin
meningkat.
Dimasa lalu manusia membutuhkan air bersih hanya untuk keperluan mandi,
minum
dan pertanian. Akan tetapi saat ini kebutuhan air sudah mencakup untuk
kebutuhan
industri. Konsumsi air bersih rata-rata disebuah kota besar yang modern

diperkirakan
sekitar 2000 liter perkapita per hari, yang meliputi konsumsi untuk keperluan
publik
dan keperluan industry.
Sejak digulirkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang sumber Daya
Air dan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 Tentang Sistem Penyediaan
Air
Minum. Pada pasal 46 ayat (3) dalam PP ini secara tegas dikatakan “Bahwa
partisipasi
swasta bisa dilakukan dalam keseluruhan tahapan penyediaan air minum”,
artinya
privatisasi air minum di Indonesia semakin terbuka. Kebijakan regulator ini
merupakan peluang sekaligus ancaman untuk berkompetisi. Penyediaan air
bersih
terutama yang memenuhi syarat higienis akan dapat memperbaiki
kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat. Penyediaan air bersih umumnya dilakasanakan
oleh
pemerintah. Perusahaan penyediaan air minum memerlukan biaya yang
cukup besar,

sehingga tingkat efisiensi baru dapat dicapai bila skala produksinya besar

(Large Scale
of Production).
3
PDAM Papua Jayapura sebagai salah satu perusahaan potensial negara yang
juga merupakan perusahaan besar yang bergerak dalam bidang jasa dan
pelayanan
yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura yang memberikan jasa
air
bersih. Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih ini tentu
termasuk
kedalam salah satu usaha Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura
dalam
meningkatkan citra perusahaannya di mata masyarakat.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Jayapura merupakan salah
satu badan usaha milik Daerah yang bergerak dibidang pelayanan dan jasa
air bersih,
sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan dan jasa,
perusahaan tersebut dituntut untuk menjaga mutu pelayanan dan kualitas

jasa
kepada pengguna jasa perusahaan tersebut yang bertujuan agar citra
perusahaan
tetap terjaga, sehingga kepercayaan pengguna jasa perusahaan tersebut
tetap
terjaga pula. PDAM mengambil pasokan air bersih tersebut dari pegunungan,
sungai
dan danau. Dengan menggunakan alat-alat laboraturium sehingga air
tersebut dapat
di konsumsi oleh warga atau hiegenis.
Berdasarkan definisi di atas, apabila dikaitkan dengan peran dan fungsi
Humas
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura adalah mengadakan upaya
pelayanan yang baik, berencana dan berkesinambungan untuk menciptakan
dan
membina pengertian bersama antara organisasi dengan khalayak dengan
selalu
membina hubungan yang harmonis serta menciptakan komunikasi dua arah
timbal
balik dengan menyebarkan informasi kepada publik eksternal, sehingga

terwujud
publik yang favorable untuk mendukung kebijaksanaan perusahaan.

Peranan humas kadangkala tidak dipakai oleh suatu instansi. Didalam suatu
instansi terkadang ada yang masih melekatkan profesi humas atau suatu
badan
humas dengan badan atau bagian struktur perusahaan yang lain. Seringkali
peranan
humas juga tidak dipakai oleh suatu instansi. Peranan humas belum berjalan
dengan
baik apabila tidak mempunyai struktur tersendiri.
Publik sasaran didalam humas terbagi menjadi dua, yaitu : Publik internal
dan
publik eksternal. Publik Internal adalah khalayak yang bergiat didalam
organisasi yang
ada pada umumnya merupakan karyawan, sedangkan public eksternal
adalah mereka
yang berada di luar organisasi, tetapi ada hubungannya dengan organiasai.
Bertolak
dari tugas pokok Humas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura

diatas,
pada penelitian ini juga ada hubungan Hubungan Masyarakat dengan publik
eksternal yaitu masyarakat pelanggan yang ada di Jayapura sebagai suatu
bukti
fenomena permasalahan perusahaan yang terjadi.
Peran dan fungsi humas dalam sebuah perusahaan sangatlah penting demi
kemajuan perusahaan. Selain itu ditunjukan pula dengan tugas seorang
humas yang
harus mengabdi pada kepentingan publik, memelihara komunikasi yang baik
antara
publik intern maupun ekstern serta menjalankan fungsinya yang dititik
beratkan
kepada moral dan tingkah laku yang baik sehingga akan memberikan citra
yang
positif terhadap perusahaan.
Penilaian masyarakat terhadap sebuah perusahaan tentu tidak muncul
secara
otomatis, hal ini membutuhkan waktu dan proses yang cukup lama. Salah
satu
contoh perusahaan yang bergerak di bidang jasa misalnya, tentu akan

mendapat
penilaian langsung, apakah pelayanan mereka sudah sesuai atau belum
dengan apa

4
yang di butuhkan oleh masyarakat, apakah air sudah mengalir sampai
kerumah
warga, apakah air PDAM itu tercemar dan apakah masih ada pencurian air.
Tentunya
masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang harus di jawab oleh
perusahaanperusahaan atau intansi-intansi di Indonesia.
Citra Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Jayapura dimata
masyarakat Jayapura dimana saat peneliti melakukan pra penelitian
memang tidak
dapat disimpulkan selalu baik, masyarakat Jayapura sering mengeluh
terhadap
pelayanan yang diberikan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten
Jayapura.
Dari berbagai fenomena saat peneliti melakukan pra penelitian dapat
diketahui bahwa banyak permasalahan yang berhubungan dengan kesediaan

air
bersih yang merupakan keluhan dari masyarakat Jayapura, diantaranya :
1. Adanya saluran air yang tidak lancar bahkan tidak berjalan sama sekali,
2. Sering air tercemar pada saat disalurkan pada pengguna.
3. Air yang disalurkan terasa kaporit dan tidak enak diminum.
4. Masih terdapat pencurian air, karena pipa yang disalurkan pada
masyarakat sering
macet, dan masyarakat melakukan penyambungan liar dari pipa induk
penyaluran
air bersih .
5. Tagihan air tidak sesuai dengan meter.
Dengan masalah tersebut maka sedikitnya mempengaruhi citra perusahaan
tersebut, sehingga menjadi kurang baik citra PDAM Papua di mata
masyarakat.
Untuk mengatasi masalah-masalah dengan pihak eksternal, salah satunya
meningkatkan citra perusahaan agar dapat terus terpelihara. Di instansi
pemerintah
maupun swasta memiliki bagian khusus yang bertugas menangani masalah
tersebut,
yaitu bagian Humas. Demikian juga dengan Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM)
Jayapura agar perusahaannya tetap terjaga, Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM)
Jayapura mempunyai bagian Humas.

Bertolak dari latar belakang masalah diatas, dan dalam menangani masalah
tersebut pasti akan menemukan hambatan dalam proses menyelesaikan
masalah.
Oleh karena itu perlu diadakan penelitian tentang PERANAN HUMAS DALAM
MEMBANGUN CITRA PDAM JAYAPURA. Penulis memilih judul ini dimaksudkan
untuk
mengetahui sejauh mana peranan humas dalam membangun citra
perusahaan.
DVI. Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitian untuk Public Relations.
Simbiosa,
Bandung.
Arifin Anwar, 1998, Strategi Komunikasi, Armico, Bandung.
Alston, Margareth and Wendy Bowles. 1998. Research for social workers : An
introduction to methods. Australia: Allen and Unwin.
Hadari, Nawawi, 1998, Metode Penelitian Sosial, Gadjah Mada University
Press,
Yogyakarta.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Cet. Ke-3. Citra
Aditya Bakti: Bandung. 2003.
Jefkins Frank, 2003. Public Relations 2003. Erlangga. Jakarta.
Kustadi Suhandang, 2004, Public Relations Perusahaan (Kajian Program
Implementasi), Nuansa. Bandung.
Liliweri Alo, 1991, Komunikasi Antar Pribadi, Citra Aditya Bhakti, Bandung.
May Rudy, Teuku. 2005, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat
Internasional, PT. Refika Aditama, Bandung.
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Martini Hadari. 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta: UGM Press.
Nova, Firsan. 2011. Crisis Public Relations : Strategi Public Relations
Menghadapi
Krisis, Mengelola Isu, Membangun Citra, dan Reputasi
Perusahaan. Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.
Rakhmat , Jalaludin. 2000. Metode Penelitian Komunikasi (Dilengkapi dengan
contoh dan analisis statistic). PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Ruslan Rosady, 1999. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Teguh Meinanda, 1981, Pengantar Ilmu Komunikasi dan Jurnalistik, Armico,
Bandung.

Widjaja. W. A., 1986, Komunikasi: dan Hubungan Masyarakat, Bina Aksara,
Jakarta.
Sumber data lain :
UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, UU No.5 Tahun1962
Tentang
BUMD (PDAM)
Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 1987 Tentang Desentralisasi Suplai Air
Bersih,
Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1979 Tentang PDAM.
Undang Undang No. 7 Tahun 2004 tentang sumber Daya Air dan Peraturan
Pemerintah
No. 16 Tahun 2005 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum
UUD No.207/Tahun 2002 tentang Keputusan Menteri Kesehatan.
A. MASALAH
Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk
itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan oleh
Emory ( 1985 ) bahwa, baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya
untuk penelitian terapan hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan.
Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa
memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian ( Tuckman,
198 ).
Masalah adalah kesenjangan (discrepancy) antara apa yang seharusnya (harapan) dengan apa yang ada
dalam kenyataan sekarang. Kesenjangan tersebut dapat mengacu ke ilmu pengetahuan dan teknologi,
ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Penelitian diharapkan mampu
mengantisipasi kesenjangan-kesenjangan tersebut. Masalah yang perlu dijawab melalui penelitian cukup
banyak dan bervariasi misalnya masalah dalam bidang pendidikan saja dapat dikategorikan menjadi
beberapa sudut tinjauan yaitu masalah kualitas, pemerataan, relevansi dan efisiensi pendidikan (Riyanto,
2001:1) Salah satu jenis penelitian dalam bidang pendidikan adalah peneltian tindakan, yang dilakukan
dengan menerapkan metode-metode pengajaran ketika proses belajar berlangsung di kelas dengan
harapan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Peneliti dalam penelitian tindakan ialah melakukan identifikasi dan membuat perumusan masalah yang
memungkinkan diteliti lewat penelitian tindakan (Depdikbud, 1999:11). Lebih lanjut dikemukakan bahwa
kedudukan perumusan atau formulasi masalah penelitian merupakan suatu langkah awal yang
menentukan keberhasilan langkah-langkah selanjutnya. Orang menyatakan bahwa jika peneliti berhasil
merumuskan masalah penelitian dengan baik dan benar, berarti ia telah melampaui separo jalan.
Dengan rumusan masalah yang jelas dan tajam, maka peneliti akan mampu meletakkan dasar teori dan
atau kerangka konseptual pemecahan masalah, hipotesis tindakan akan dapat dirumuskan karena
berdasarkan rumusan masalah dapat diidentifikasi dan ditetapkan alternatif solusinya atau tindakan
tepat yang perlu dilakukan. Demikian pula data apa yang harus dikumpulkan untuk mengkaji atau

sebagai bahan refleksi atas tindakan yang telah dan sedang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan
dan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan apa yang diharapkannya dalam
penelitian tindakan.
Perlu disadari bahwa masalah penelitian tindakan mempunyai ciri atau karakteristik yang berbeda
dengan penelitian konvensional yang biasa dilakukan para peneliti pendidikan di perguruan tinggi.
Peneliti tidak berada di luar apa yang diteliti, tetapi berada di dalamnya (as an inquiry on practice from
within), di mana guru sebagai peneliti terlibat langsung dalam pelaksanaan penelitian tindakan. Oleh
karena itu, diharapkan dengan memilih masalah yang tepat, guru sebagai peneliti selain dapat
melakukan perbaikan, peningkatan dan atau perubahan proses pembelajaran yang lebih baik,
berdampak pula terhadap diri guru, yaitu menumbuhkan sikap dan kemauan untuk selalu berupaya
memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan atau timbulnya budaya berdinamika dan
menimbulkan budaya untuk meneliti atau menjadikan dirinya sebagai guru peneliti (teacher as
researcher in his/ her classroom).
B. SUMBER MASALAH
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan
apa yang benar – benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara
rencana dengan pelaksanaan. Stonner ( 1982 ) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui
atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang
direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetensi.
Jika masalah penelitian konvensional peneliti dapat diperoleh dari bahan bacaan, laporan penelitian,
makalah, diskusi dan lain sebagainya, dan pencarian dilakukan secara induktif-deduktif, maka masalah
penelitian tindakan harus bersumber dari guru sendiri. Harus merupakan hasil refleksi atau masalahnya
sendiri dan bukan berasal dan orang lain, misalnya lembaga riset.
Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2007:80), mengemukakan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk
menolong mencari fokus permasalahan.
• Apa yang sekarang sedang terjadi?
• Apakah yang sedang berlangsung itu mengandung permasalahan?
• Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya?
• Saya ingin memperbaiki . . .
• Saya mempunyai gagasan yang ingin saya cobakan di kelas . ..
• Apa yang dapat saya lakukan dengan hal semacam itu?
Apabila pertanyaan-pertanyaan di atas diperhatikan, dan guru atau dosen menemukan pertanyaan
tentang apa yang sebenarnya terjadi di kelas, maka benarlah guru atau dosen telah menemukan fokus
permasalahan untuk penelitian kelas. Bersiap-siaplah untuk melakukan langkah-langkah selanjutnya.
Sebagai contoh, ada beberapa kemungkinan dalam permasalahan yang ditemukan terjadi dalam aspekaspek pembelajaran seperti:
• Suasana kelas yang kurang mendukung kelancaran proses belajar mengajar.
• Metode pembelajaran yang kurang tepat untuk membahas pokok kajian.
• Buku teks yang tidak mendukung.
• Media pembelajaran yang tidak ada atau kurang.

• Sistem penilaian yang tidak sesuai, dan aspek lain yang mungkin dinilai kurang.
Sebagai contoh, salah satu masalah yang disebutkan di atas ialah sistem penilaian yang kurang tepat
sehingga mengganggu proses belajar peserta didik. Hal ini perlu dipikirkan sebagai suatu permasalahan
yang mungkin dapat diperiksa melalui tindakan karena memang hal itu tercakup dalam bidang Penelitian
Tindakan Kelas, dan guru berpendapat juga bahwa sistem penilaian itu perlu diperbaiki.
Untuk lebih menjelaskan bagaimana mengidentifikasi dan mencari permasalahan dan kemudian dipilih
guru atau dosen sebagai fokus masalah yang akan dijadikan bidang penelitian, berikut ini beberapa
contoh:
1. Pengembangan model teknik non-tes bentuk inkuiri dalam evaluasi hasilbelajar bahasa Indonesia di
kelas 5 SD.
2. Upaya meningkatkan keterampilan menulis paragraf induktuf melalui pendekatan cooperative learning
3. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam berbicara melalui pembelajaran isu-isu
kontroversial
4. Pendekatan inkuiri dalam pembelajaran membaca pemahaman sebagai upaya untuk menigkatkan
proses belajar mengajar dan prestasi akademik mahasiswa
Banyak hal dalam aspek-aspek yang disebut di atas yang dapat secara terinci terus dikembangkan
menjadi fokus permasalahan.
Sumber masalahnya dari mana datangnya? Sumber masalah penelitian bisa muncul dari tiga hal (Ranjit
Kumar, 1996):
1. Masalah Yang Ada di Manusianya Sendiri (People and Problem)
Kita harus hati-hati supaya tidak terjebak ke masalah di sekitar manusia yang bukan penelitian. Tapi juga
jangan "saklek”, karena masalah manusia yang tadinya bukan masalah penelitian bisa kita "goyang
sedikit" menjadi masalah penelitian. Contoh, mahasiswa punya masalah pokok yaitu "kekurangan uang".
Ini bisa kita "konversi" menjadi masalah penelitian misalnya menjadi :
• Mendeteksi raut muka mahasiswa bokek dengan face recognition system
• Model bisnis di Internet dengan modal kecil untuk mahasiswa
2. Masalah di Cara, Teknik dan Struktur Kerja (Program)
Teknik dan struktur kerja yang bermasalah tentu juga bisa menjadi masalah penelitian. Contoh, dosendosen saking sibuknya ternyata kesulitan menemukan satu waktu yang pas untuk meeting bulanan di
universitas. Nah ini jadi masalah penelitian, approachnya nanti kita bisa kembangkan satu aplikasi
scheduling dengan sedikit sistem pakar didalamnya yang secara otomatis memberikan beberapa
alternatif waktu meeting yang pas untuk semua. Masalah lain misalnya, sistem informasi manajemen di
universitas kita ada masalah. Nggak bisa online bekerjanya dan nggak sesuai dengan business process
sebenarnya yang dilakukan oleh para staff dalam mengelola administrasi sekolah. Nah software dan
sistem ini kita perbaiki supaya sesuai dengan yang dibutuhkan. Sistem parkir di Mal yang tidak bisa
mendeteksi mana area parkir yang kosong, bisa jadi masalah penelitian yang menarik juga.
3. Fenomena yang Terjadi (Phenomenon)
Fenomena yang ada di sekitar kita juga bisa menjadi masalah penelitian yang menarik. Contoh,
fenomena bahwa situs portal yang dikembangkan di perusahaan-perusahaan ternyata sepi pengunjung.
Nah ini adalah sebuah fenomena, untuk meningkatkan traffic, misalnya bisa dengan memainkan bebrapa

teknik supaya search engine mau menengok situs kita, ini sering disebut dengan Search Engine
Optimization. Nah dari sini kita sudah dapat judul: "Mengembangkan situs portal traffic tinggi dengan
teknik Search Engine Optimization (SEO)”. Fenomena lain lagi, proses pendeteksian golongan darah
untuk skala besar (massal) misalnya untuk seluruh mahasiswa universitas yang mencapai 5000 orang
ternyata memakan waktu yang sangat lama. Ini sebuah fenomena, kita beri solusi dengan software
sistem yang menggunakan beberapa teknik artificial intelligence yang memungkinkan pendeteksian
golongan darah ini. Sehingga 5000 orang bisa kita proses dalam beberapa jam misalnya.
C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah merupakan kesenjangan antara yang di
harapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan
dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah
dengan rumusan masalah, karean setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah.
Sebelum diuraikan bagaimana merumuskan masalah penelitian, terlebih dahulu akan dibahas apa yang
dimaksud dengan masalah. Masalah adalah kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan, antara
apa yang diinginkan atau yang dituju dengan apa yang terjadi atau faktanya. Kembali kepada contoh
judul penelitian tersebut diatas, itu bersumber kepada masalah penelitian yang ada, yakni kesenjangan
antara harapan (imunisasi polio pada anak akan selalu berkesinambungan memperoleh imunisasi polio I,
polio II dan polio III), tetapi kenyataannya atau yang terjadi tidak demikian (sebagian besar dari anak
balita hanya memperoleh imunisasi polio I saja). Contoh lain adalah penyuluhan dan kampanye tentang
posyandu di Indonesia telah meluas. Berbagai media dan cara telah dilakukan baik oleh instansi
kesehatan maupun diluar kesehatan, baik oleh petugas maupun masyarakat sendiri.
Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan posyandu menjadi milik masyarakat dan dimanfaatkan,
dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat. Tetapi dari hasil penelitian Jurusan Pendidikan Kesehatan
dan Ilmu Perilaku FKM-UI pada tahun 1990, baru sekitar 40% masyarakat mengembangkan, memelihara
dan memanfaatkan posyandu. Disinilah adanya kesenjangan atau gap dan inilah masalah penelitian.
Mengenai bagaimana memilih masalah penelitian yang baik, pada uraian-uraian sebelumnya telah
dijelaskan. Memilih masalah penelitian yang baik dan yang akan digunakan untuk kepentingan program
maupun untuk kepentingan penulisan ilmiah dapat digunakan kriteria-kriteria yang akan diuraikan dalam
bab lain. Merumuskan masalah penelitaian ini dapat dilakukan dalam bentuk pernyataan (problema
statement) dan juga dalam bentuk pertanyaan (research question). Contoh : Posyandu di wilayah
Kabupaten Bogor sudah merata, hampir tiap RW telah mempunyai posyandu. Penyuluhan-penyuluhan
tentang imunisasi telah berjalan dengan baik di posyandu-posyandu. Namun angka drop out imunisasi
polio masih tinggi, sekitar 75%. Hal ini berarti, kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di
Kabupaten Bogor tersebut rendah.
Dari pernyataan penelitian ini kemudian dapat dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian : a. Mengapa
kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor rendah (mengapa angka drop out
imunisasi polio tinggi) ?
b. Faktor-faktor apa yang menyebabkan atau mempengaruhi ketidaksinambungan
imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor ?

D. BENTUK-BENTUK RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Seperti telah dikemukakan bahwa rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan
dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini di
kembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi. Bentuk masalah dapat dikelompokkan
kedalam bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
a. Rumusan masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan
terhadap keberadaan variable atau lebih ( variable yang berdiri sendiri ). Jadi dalam penelitian ini
penelitian tidak membuat pernamdingan variable itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan
variable itu dengan variable yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian
deskriptif.
Contoh rumusan masalah deskriptif :
1. Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional ?
2. Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negri Berbadan Hukum ?
3. Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia ?
4. Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah di bidang
pendidikan ?
5. Seberapa tinggi tingkat produktivitas dan keuntungan financial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah
Kejuruan ?
6. Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia ?
Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu
variable atau lebih secara mandiri ( bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif ).
Peneliti yang bermaksud mengetahui kinerja Departemen Pendidikan Nasional, sikap masyarakat
terhadap perguruan tinggi berbadan hokum, efektifitas kebijakan MBS, tingkat produktivitas dan
keuntungan financial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan, minat baca dan lama belajar ratarata per hari murid-murid sekolah di Indonesia adalah contoh penelitian deskriptif.
b. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan suatu
variable atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.
Contoh rumusan masalah komparatif :
1. Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta ? ( variable penelitian
adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu sekolah negeri dan swasta )
2. Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Deasa ?
( satu variable dua sampel )
3. Adakah perbedaan, motivasi belajar dan hasil belajar antar murid yang berasal dari keluarga Guru,
Pegawai Swasta, dan Pedagang ? ( dua variable tiga sampel )

4. Adakah perbedaan kompetensi professional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan SLTA ? ( satu
variable untuk dua kelompok, pada tiga sampel )
5. Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan took yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan dan
Sekolah Menengah Atas ? ( satu variable dua sampel )
6. Adakah perbedaan produktivitas karya ilmiah antara Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta ? ( satu
variable dua sampel )
c. Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan
antara dua variable atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu :
1. Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variable atau lebih yang kebetulan munculnya
bersamaan. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif.
Contoh rumusan masalah adalah sebagai berikut :
a. Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murud sekolah ?
( variable pertama adalah penjual es dan ke dua adalah kejahatan ). Hal ini berarti yang menyebabkan
jumlah kejahatan bukan karena es yang terjual . mungkin logikanya adalah sebagai berikut : pada saat es
banyak terjual itu pada musim liburan sekolah, pada saat murid-murid banyak yang piknik ke tempat
wisata. Karena banyak murid yang piknik maka di situ banyak kejahatan.
b. Adakah hubungan anatara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak ?
c. Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid sekolah ?
2. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen
t(variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh :
a. Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak ? (pendidikan orang tua
variabel independen dan prestasi belajar variabel dependen)
b. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh
pekerjaan? (kepemimpinan variabel independen dan kecepatan memperoleh pekerjaan variabel
dependen)
c. Seberapa besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi pembelajaran di SMA ?
3. Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel
independen dan dependen. Contoh :
a. Hubungan antara mativasi dan prestasi belajar anak SD di Kecamatan A. Di sini dapat dinyatakan
motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi.
b. Hubungan anatara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian juga
orang yang kaya dengan meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.
E. CARA MERUMUSKAN MASALAH

1. Permasalah adalah kesenjangan (gap) antara das sollen (apa yang seharusnya) dan das sein ( apa yang
ada)
2. Uraikan pendekatan konsep untuk menjawab masalah yang diteliti, hipotesis yang akan diuji atau
dugaan yang akan dibuktikan. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan defenisi, asumsi, dan lingkup
yang menjadi batasan penelitian.
3. Telah memunculkan konsep-konsep tertentu. Misal: attitudes, social distence, effectiveness,
credibility, dll.
4. Sumber permasalahan dapat diperoleh dari :
a. Bacaan : jurnal, laporan hasil penelitian, skripsi, tesis, disertasi, buku teks, internet, dll.
b. Seminar, lokakarya, diskusi, dll.
c. Pernyataan pemegang otoritas
d. Pengamatan
e. Pengalaman
f. Intuisi, dll
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih permasalahan :
1. Masalah harus memberi sumbangan pada pengembangan ilmu atau untuk kepentingan praktis
2. Biaya, waktu, tenaga, sarana dan prasarana yang tersedia
3. Bekal kemampuan teknis
4. Penguasaan metode yang diperlukan

Rumusan masalah disusun dengan memperhatikan :
1. Sebaiknya dalam bentuk kalimat tanya
2. Hendaknya informasi (pada makna)
3. Memberi petunjuk untuk pengumpulan datanya
Dalam memformulasikan atau merumuskan masalah, kiranya peneliti perlu memperhatikan beberapa
ketentuan yang biasanya berlaku yaitu dengan memperhatikan:
1. aspek substansi;
2. aspek formulasi; dan
3. aspek teknis.
Dari sisi aspek substansi atau isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat
pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa/mirip
yang dihadapi guru, kegunaan metodologik dengan diketemukannya model tindakan dan prosedurnya,
serta kegunaan teoritik dalam memperkaya atau mengoreksi teori pembelajaran yang berlaku. Sedang
dari sisi orisinalitas, apakah pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang
belum pernah dilakukan guru sebelumnya. Jika sudah pernah berarti hanya merupakan pengulangan
atau replikasi saja.
Pada aspek formulasi, seyogyanya masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat interogatif (pertanyaan),
meskipun tidak dilarang dirumuskan dalam bentuk deklaratif (pernyataan). Hendaknya dalam rumusan
masalah tidak terkandung masalah dalam masalah, tetapi lugas menyatakan secara eksplisit dan spesifik
tentang apa yang dipermasalahkan.

Dan aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap
masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoritik dan metodologik
pembelajaran, penguasaan materi ajar, kemampuan metodologi penelitian tindakan, kemampuan
fasilitas untuk melakukan penelitian seperti dana, waktu, tenaga, dan perhatian terhadap masalah yang
akan dipecahkan. Oleh karena itu, disarankan untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi
bermakna, guru dapat melakukan di kelasnya dan tidak memerlukan biaya, waktu, dan tenaga yang
besar.