PENGELOLAAN EKOWISATA DI TAMAN WISATA AL

LAPORAN
PRAKTIK PENGELOLAAN EKOWISATA

PENGELOLAAN EKOWISATA DI TAMAN WISATA ALAM SITU
PATENGGANG KECAMATAN RANCABALI KABUPATEN BANDUNG

ANNAS AKBAR PUTRANTO
WILDA PUSPA NALASARI
SITI HALAZAHRA FUTI YAMIN
KADEK SUKASARI

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA
PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

LAPORAN
PRAKTIK UMUM EKOWISATA

PENGELOLAAN EKOWISATA DI TAMAN WISATA ALAM SITU
PATENGGANG KECAMTAN RANCABALI KABUPATEN BANDUNG


Oleh:
Kelompok 6
Annas Akbar Putranto
Wilda Puspa Nalasari
Siti Halazahra Futi Yamin
Kadek Sukasari

J3B114016
J3B114018
J3B114037
J3B214072

Laporan Praktik Umum Ekowisata
Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
pada Program Keahlian Ekowisata
Program Diploma Institut Pertanian Bogor

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA
PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2016

i
Judul Laporan

:

Nama Mahasiswa/ NIM :

Program Keahlian

:

Pengelolaan Ekowisata Di Taman Wisata Alam Situ
Patenggang Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung
Annas Akbar Putranto / J3B114016
Wilda Puspa Nalasari / J3B114018
Siti Halazahra Futi Yamin / J3B11404036
Kadek Sukasari / J3B214072

Ekowisata

Diketahui Oleh,

Disetujui Oleh,

Bedi Mulyana, S.Hut., M.Par.,
M.oT
Koordinator Program Keahlian

Wulandari Dwi Utari, S. Hut.,
M. Si
Dosen Pembimbing

Tanggal Pengesahan :

ii

RINGKASAN


ANNAS A. PUTRANTO, WILDA P. NALASARI, SITI H. F. YAMIN,
KADEK S Pengelolaan Ekowisata di TWA Situ Patenggang Kecamatan Rancabali
Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh Wulandari Dwi Utari.
Waktu pelaksanaan kegiatan pengelolaan dilaksanakan selama 17 (empat
belas) hari efektif dimulai padai tanggal 9 Agustus sampai dengan 25 Agustus 2016.
Lokasi pelaksanaan dilakukan di TWA Situ Patenggang, Kecamatan Rancabali,
Kabupaten Bandung. Data yang diambil selama Praktik Pengelolaan Ekowisata
adalah kondisi umum, kegiatan pengelolaan kawasan, dan kegiatan pengelolaan
pengunjung, dan upaya evaluasi. Data kondisi umum terbagi berdasarkan kondisi
fisik, biotik, sumberdaya wisata, potensi wisata, dan kondisi umum perusahaan yang
mengelola. Data selanjutnya yang diambil pada kegiatan pengelolaan perusahaan
yaitu berupa data pengelolaan SDW, pengelolaan program wisata, pengelolaan
fasilitas, pengelolaan kebersihan dan MCK, pengelolaan tiket, pengelolaan
pengunjung, pengelolaan SDM, pengelolan promosi dan pemasaran, dan pengelolaan
masyarakat di sekitar kawasan.
Metode yang digunakan dalam memperoleh data praktik pengelolaan
ekowisata yaitu dengan studi literatur, observasi ke lapangan untuk identifikasi, dan
wawancara dengan pengelola, masyarakat lokal, serta pengunjung. Seluruh data yang
telah didapat akan dilakukan pengecekkan serta evaluasi untuk melakukan
perbandingan kesesuian antara data yang telah diperoleh dengan kondisi sebenarnya.


iii

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemudahan dan kelancaran kepada penulis, karena berkat izin dan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Pengelolaan dengan judul “Praktik
Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Situ Patenggang”. Praktik
Pengelolaan Ekowisata (PPE) merupakan praktik yang dilakukan oleh mahasiswa
ekowisata tingkat 2 sebagai suatu syarat untuk melaksanakan tugas akhir. Kegiatan
praktik pengelolaan tersebut dilaksanakan selama 16 hari di TWA Situ Patenggang
terhitung mulai tanggal 9-25 Agustus 2016. Informasi yang telah diperoleh dalam
kegiatan tersebut adalah kondisi umum perusahaan dan kawasan wisata, pengelolaan
kawasan, dan data pengunjung. Metode pengambilan data yang telah dilakukan yaitu
dengan studi pustaka atau literatur, wawancara dan diskusi, pembagian kuesioner
serta observasi dan dokumentasi langsung di kawasan.
Praktik Pengelolaan Ekowisata ini berguna untuk mengetahui dan mempelajari
mengenai pengelolaan kawasan ekowisata yang ada pada lokasi tersebut. Latar
belakang kegiatan praktik pengelolaan tersebut adalah karena kawasan TWA Situ
Patenggang memiliki potensi wisata alam yang dapat dikembangkan. Potensi wisata

alam tersebut adalah danau,

hutan hujan tropis, perkebunan teh, dan landcape

sekitar kawasan yang memiliki keunikan dari bentuk fisik serta topografi kawasan.
Laporan Praktik Pengelolaan Ekowisata memberikan informasi mengenai
potensi kawasan, manajemen kawasan, serta kegiatan pengelolaan. Informasi
tersebut penulis harap dapat menjadi suatu pertimbangan dalam perbaikan
pengelolaan wisata alam di TWA Situ Patenggang. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu memberikan informasi, kritik,
serta saran dalam pelaksanaan dan proses penyelesaian serta penyusunan laporan
praktik. Ucapan terima kasih tersebut kami berikan kepada:
1.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat
yang telah memberikan izin untuk melaksanakan kegiatan praktik pengelolaan
di TWA Situ Patenggang;

iv
2.


Kepala BBKSDA Seksi Wilayah III Jawa Barat dan Staf Wilayah III yang
telah memberikan informasi mengenai kawasan TWA Situ Patenggang;

3.

Kepala Resort TWA Situ Patenggang yang telah memberi informasi, masukan,
dan arahan;

4.

Staf Resort TWA Situ Patenggang yang telah memberikan informasi dan
bantuan selama kegiatan praktik pengelolaan berlangsung;

Bogor, Agustus 2016

Penyusun

v


DAFTAR ISI

PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN

Halaman
iii
v
vi
vi
1

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat

2

3
3

II. KONDISI UMUM

5

A. Kawasan/Objek Wisata
B. Perusahaan

5
11

III. METODE PRAKTIK

26

A. Waktu dan Tempat
B. Alat dan Bahan
C. Jenis dan Metode Pengambilan Data


26
27
27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
B.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q.

29


Manajemen Pengelolaan Kawasan
Pengelolaan Sumberdaya Wisata
Pengelolaan Program Wisata
Pengelolaan Fasilitas Wisata
Pengelolaan Kebersihan dan MCK
Pengelolaan Parkir
Pengelolaan Tiket
Pengelolaan Pengunjung
Pengelolaan Sumberdaya Manusia
Pengelolaan Promosi dan Pemasaran
Pengelolaan Masyarakat Sekitar Kawasan

29
40
51
52
57
59
60
66
74
78
81

V. SIMPULAN DAN SARAN

91

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

91
93
96
98

vi

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

Tabel 1 Alat dan bahan pelaksanaan kegiatan praktik
Tabel 2 Data primer
Tabel 3 Data sekunder
Tabel 4 Karakteristik pengunjung
Tabel 5 Aktivitas dan penilaian kepuasan pengunjung

27
28
28
70
72

DAFTAR GAMBAR

Gambar
gambar
gambar
gambar
gambar
gambar
gambar
gambar
gambar
gambar
gambar
gambar
gambar
gambar
gambar
gambar

Halaman
1 Peta kawasan TWA Situ Patenggang
2 Aliran Sungai Cirengganis
3 Pohon pinus di Kawasan TWA Situ Patenggang
4 Situ Patenggang
5 Perkebunan teh Rancabali
6 Batu Cinta
7 Perahu di Situ Patenggang
8 Bungalow BBKSDA
9 Makam Balakasap
10 Tempat sampah
11 Lahan parkir
12 Sekretariat Kompepar
13 Perahu dayung
14 Villa Bambu
15 Kios Souvenir

6
8
9
43
45
47
49
50
52
61
63
79
88
90
91

vii

1

I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Taman Wisata Alam merupakan kawasan pelestarian alam yang memiliki

gejala keunikan alam, keindahan alam, keanekaragaman flora dan faunanya yang
sangat potensial untuk dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata alam.
Taman Wisata Alam di Kabupaten Bandung Selatan yang mengembangkan objek dan
daya tarik wisata alam yaitu seperti TWA Situ Patenggang. Taman Wisata Alam Situ
Patenggang terletak di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung.
Taman Wisata Alam Situ Patenggang telah dikembangkan sebagai wahana
penelitian, pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, dan destinasi wisata.
Taman Wisata Alam Situ Patenggang memiliki sebuah danau yang dikelilingi oleh
Cagar Alam Patengan dan perkebunan teh PTPN VIII. Danau tersebut menajadi daya
tarik utama karena didalam area danau terdapat Pulau Asmara (Love Island) dan Batu
Cinta. Mitos yang beredar mengenai Batu Cinta tersebut yaitu mengenai kisah
bertemunya Prabu Kiansantang dengan Dewi Rengganis di suatu lokasi yang kini
disebut Batu Cinta. Mitos selanjutnya yaitu setiap orang yang datang ke batu tersebut
bersama pasangannya, maka cintanya akan abadi.
Taman Wisata Alam Situ Patenggang memiliki sumber daya wisata yang perlu
dilakukan pengembangan dan pengelolaan ekowisata. Pengelolaan ekowisata dapat
menjadi sebuah arahan dalam melakukan kegiatan wisata yang memperhatikan aspek
ekonomi dengan tetap menjaga kelestarian alam, sosial, dan budaya. Objek dan daya
tarik wisata dapat dimanfaatkan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan untuk
meminimalisir timbulnya dampak negatif. Taman Wisata Alam Situ Patenggang
memiliki lokasi yang berdekatan dengan Cagar Alam Patengan sehingga dampak
negatif yang muncul akan merugikan keduanya. Tujuan pengelolaan tersebut agar
tercapainya pembangunan berkelanjutan yang berlandaskan wawasan lingkungan
dengan melibatkan seluruh pelaku wisata sehinga tercipta suatu kegiatan ekowisata.
Pengelolaan Taman Wisata Alam Situ Patenggang memberikan dampak positif
baik bagi pengunjung, pengelola, maupun masyarakat sekitar. Pengunjung yang
datang ke Taman Wisata Alam Situ Patenggang dapat menikmati sumber daya wisata
yang ada dengan betanggung jawab. Pengelola dan masyarakat sekitar akan

2
mendapatkan dampak terkait kegiatan wisata yang dilakukan pengunjung. Ketiga
pihak tersebut pada dasarnya saling mempengaruhi sehingga akan timbul suatu
pemahaman yang saling menguntungkan pihak-pihak tersebut. Pemahaman tersebut
berupa pemahaman mengenai pengelolaan ekowisata yang memiliki tiga pilar yaitu
ekologi, ekonomi, dan sosial budaya. Ketiga pilar tersebut menjadi suatu acuan
dalam melakukan perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan pengawasan sehingga
akan tercipta kegiatan wisata yang berkelanjutan.
B.

Tujuan
Kegiatan Praktik Pengelolaan Ekowisata memiliki tujuan sebagai pencapaian

kegiatan praktik. Tujuan Praktikum Pengelolaan Ekowsiata yaitu sebagi berikut :
1.

Mengetahui kondisi umum dari perusahaan dan kawasan objek wisata di TWA

2.

Situ Patenggang
Mempelajari kegiatan pengelolaan perusahaan dan kawasan objek wisata di

3.

TWA Situ Patenggang
Mengidentifikasi kualitas dan penilaian sarana dan prasarana di TWA Situ

4.

Patenggang
Melakukan evaluasi mengenai pengelolaan pelayanan, sarana, dan prasarana di
TWA Situ Patenggang

C.

Manfaat
Manfaat Praktikum Pengelolaan Ekowisata terbagi berdasarkan empat pihak.

Pihak-pihak tersebut yaitu mahasiswa, pengelola, masyarakat sekitar dan pengunjung
atau wisatawan. Manfaat bagi keempat pihak tersebut yaitu sebagai berikut :
1.

Bagi Mahasiswa
Kegiatan PPE diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa sebagai pelaksana.

Manfaat tersebut dalam meingkatkan pengelolaan mahasiswa untuk mengenal,
memahami, serta menganalisa kondisi lapangan khususnya di TWA Situ Patenggang.
Secara khusus kegiatan PPE bermanfaat untuk yaitu :
a.

Mahasiswa mendapat kesempatan mengenal, belajar, dan bekerja pada bidang

b.

pariwista.
Mahasiswa mendapat pengalaman luas dengan membangun jaringan kerja
dalam dunia pariwisata.

3
2.

Bagi Pengelola
Kegiatan PPE memberikan manfaat pula bagi pengelola sebagai penanggung-

jawab pengelolaan. Pengelola mendapatkan informasi terbaru mengenai TWA Situ
Patenggang yang meliputi kondisi umum, sarana dan prasarana dan penilaian
kepuasan dari pengunjung. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan pengelola sebagai
bahan evaluasi demi perbaikan dan kemajuan di masa yang datang.
3.

Bagi Masyarakat Sekitar
Masyarakat sekitar juga mendapatkan manfaat kegiatan PPE walaupun

masyarakat sekitar tidak bertindak sebagai pelaksana. Masyarakat sekitar
mendapatkan informasi mengenai kesempatan membuka peluang usaha di TWA Situ
Patenggang. Masyarakat sekitar juga dapat berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan
bahkan dalam kegiatan wisata.
4.

Bagi Pengunjung/Wisatawan
Pengunjung/wisatawan mendapatkan informasi terbaru mengenai kondisi
TWA Situ Patenggang. Pengunjung/wisatawan tersebut dapat memberikan sarannya
terkait kondisi terbaru TWA Situ Patenggang. Saran dapat menjadi suatu acuan atau
bahan evaluasi pengelola sehingga dalam jangka waktu kedepan akan timbul
kepuasan tersendiri bagi pengunjung/wisatawan yang datang ke TWA Situ
Patenggang.

4

II. KONDISI UMUM

A.

Kawasan/Objek Wisata

1.
a.

Fisik
Letak dan Luas
TWA Situ Patenggang terletak di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali,

Kabupatn Bandung. TWA Situ Patenggang secara geografis terletak di 107
15’0’’107 20’2’’BT dan 7 11’10’’-7 15’0’’LS. TWA Situ Patenggang memiliki
batas-batas wilayah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Barat
Selatan
Utara
Timur

: berbatasan dengan perkebunan teh Rancabali milik PTPN VIII
: berbatasan dengan Cagar Alam Patengan
: berbatasan dengan perkebunan teh Rancabali milik PTPN VIII
: berbatasan dengan Cagar Alam Patengan

Kawasan Situ PAtenggang pada mulanya merupakan suatu kawasan Cagar
Alam Patengan yang memiliki luas 150 Ha. Berdasarkan SK Menteri Pertanian
No. 660/KPTS/Um/8/1981 tanggal 11 Agustus 1981 sebagian luas Cagar Alam
dinyatakan sebagai TWA Situ Pateggang. Luas TWA Situ Patenggan yaitu 65 Ha
yang terdiri dari 48 Ha luas telaga dan sisanya merupakan luas daratan yang
mencakup perkebunan teh, dll.

gambar 1 Peta kawasan TWA Situ Patenggang
b.

Topografi

5
TWA

Situ

Patenggang

memiliki

topografi

yang

seperti

landai,

bergelombang, hingga berbukit. Bukit-bukit yang berada di sekitar TWA Situ
Patenggang memiliki ukuran yang sedang bahkan besar. TWA Situ Patenggang
terletak pada ketinggian 1600-1700 mdpl dan memiliki sudut kemiringan antara
150-400 sehingga terdapat bukit-bukit yang terlihat agak curam.
c.

Aksesibilitas
TWA Situ Patenggang dapat diakses mengunakan kendaraan pribadi

maupun kendaraan umum. Rute perjalanan yang dapat dilalui menggunakan
kendaraan pribadi dari arah Jakarta adalah sebagai berikut :
1.

Jakarta - Tol Cipularang – Pintu tol Kopo – Soreang – Ciwidey – Situ

2.

Patenggang
Jakarta - Tol Cipularang – Tol Buah Batu - Banjaran – Soreang – Ciwidey –

3.

Situ Patenggang
Jakarta - Tol Cipularang – Leuwi Gajah – Soreang – Ciwidey – Situ
Patenggang
Kendaraan umum yang digunakan untuk menuju TWA Situ patenggang

adalah menggunakan angkot ataupun L300. Rute kendaraan umum yang dapat
digunakan untuk menuju TWA Situ Patenggang adalah sebagai berikut :
1.

Dari Terminal Leuwi Panjang menggunakan kendaraan L300/Elf menuju
Ciwidey dengan tarif kurang lebih Rp 25.000/orang. Perjalanan dilanjutkan
menggunakan angkot berwarna kuning jurusan Situ Patenggang dengan

2.

tariff Rp 10.000/orang
Dari Terminal Leuwi Panjang menggunakan kendaraan angkot menuju
Soreang dengan tarif kurang lebih Rp 10.000/orang. Perjalanan dilanjutkan
menggunakan angkot menuju Ciwidey dengaln tarif Rp 10.000. Perjalanan
selanjutnya yaitu menggunakan angkot daerah berwarna kuning jurusan Situ

d.

Patenggang.
Iklim
TWA Situ Patenggang memiliki dua musim pada setiap tahunnya. Musim

hujan pada Kawasan TWA Situ Patenggang terjadi antara bulan September hingga
bulan Januari sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Mei higga bulan

6
Juli. TWA Situ Patenggang memiliki suhu rata-rata perharinya yaitu 17 0C sampai
dengan 310C.
Iklim di TWA Situ Patenggang termasuk iklim tipe B menurut klasifikasi
klim Schmidt dan Ferguson. TWA Situ Patengang memiliki curah hujan rata-rata
pertahun 3.556 mm. Kelembaban rata-rata di TWA Situ Patenggang yaitu sebesar
88%.
e.
Tanah dan Hidrologi
TWA Situ Patenggang merupakan sebuah danau yang alami yang terbentuk
akibat terjadinya letusan Gunung Patuha. Gunung Patuha meletus beberapa puluh
tahun yang lalu sehingga menimbulkan sebuah cekungan pada danau yang pada
dasarnya terdapat bebatuan. Jenis Tanah yang mendominasi di TWA Situ
Patenggang adalah tanah andosol. Tanah andosol memiliki ciri-ciri yaitu berwarna
coklat agak kekuning-kuningan.
TWA Situ Patenggang merupakan sebuah danau yang teraliri air yang
berasal dari mata air Gunung Patuha. Mata air Gunung Patuha mengalirkan air
menuju TWA Situ Patenggang melalui aliran Sungai Cihideung dan Sungai
Rengganis. TWA Situ Patengang memiliki tiga blok aliran sungai lainnya yaitu
Blok Cirengganis, Blok Balakasap, dan Blok Legok Meong.
a.

Blok Sungai Cirengganis
Blok ini selalu mengalirkan air namun dengan debit air yang tidak tetap di

setiap musimnya. Hulu sungai pada blok ini berasal dari Blok Cihideung dan
sebagian dari Cirengganis hulu lalu mengalirkan air menuju Situ Patenggang.
b.

Blok Makam Balakasap
Blok ini merupakan Sungai Cirengganis yang kedua. Hulu Sungai

Cirengganis dua berasal dari sumber mata air yang berada di area kebun teh. Area
kebun teh tersebut disebut Blok Batuan Perkebunan Rancabali PTPN VIII.
c.

Blok Legok Meong
Blok Legok Leong merupakan Sungai Cirengganis yang ketiga. Sungai

Cirengganis tiga memiliki sumber-sumber mata air yang berasal dari sekitar lokasi
sungai berada. Sumber-sumber mata air tersebut langsung menuju Blok Legok
Meong yang kemudian mengalirkan airnya ke Situ Patenggang.

7

gambar 2 Aliran Sungai Cirengganis
2.
a.

Biotik
Flora
Kawasan TWA Situ Patenggang termasuk kedalam jenis hutan hujan tropis.

TWA Situ Patenggang memiliki keanekaragaman flora yang dapat dimanfaatkan
sebagai suatu daya tarik wisata. Keanekaragaman jenis flora tersebut diantaranya
pinus (pinus merkusii jungh), kina (Cinchona ledgeriana), jamuju (Dacrycarpus
imbricatus), huru (Macaranga rizhinoides), saninten (Castanopsis javanica),
rasamala (Altingia excelsa), sulibra (adiantum capillus-venesis), dan stroberi
(fragaria). Mayoritas flora berada di perbatasan antara TWA Situ Patengang dan
Cagar Alam Patengan kecuali pinus. Mayoritas flora tersebut tumbuh di
perbatasan TWA Situ Patenggang tepatnya di area untuk menaiki perahu. Stroberi
di TWA Situ Patenggang mayoritas ditanam oleh masyarakat setempat. Area
daratan TWA Situ Patenggang juga dikelilingi oleh perkebunan teh yang sudah
berada sejak zaman penjajahan Belanda.

gambar 3 Pohon pinus di Kawasan TWA Situ Patenggang
b.

Fauna

8
TWA Situ Patenggang memiliki kawasan yang berbatasan langsung dengan
Cagar Alam Patengan di arah selatan dan timur. Terdapat berbagai macam satwa
yang ada di TWA Situ Patanggang. Satwa-satwa yang berada di TWA Situ
Patenggang diantaranya ikan mas (cypinus caprio), ikan tawes (barbonymus
gonionotus bleeker), ikan nila (oreochromis niloticus), ikan gurame (osphronemus
gouramy), ikan lele (clarias sp), macan kumbang (Panthera pardus), bajing kelapa
(Callosciurus notatus), lutung (Presbytis cristat), surili (Presbytis comata), babi
hutan (Sus scrofa), burung gereja eurasia ( Passer montanus ), burung walet linchi
( Colocalia linchi), perkutut (Geopelia striata), burung pleci ( Zosteropes sp).
Satwa-satwa tersebut berada di TWA Situ Patenggang karena terdapat beberapa
faktor yaitu untuk menjadi habitat satwa tersebut, sebagai tempat tinggal, atau
hanya sebagai perlintasan saja.
3.
a.

Sumber Daya Wisata
Amenitas
TWA Situ Patenggang memiliki sarana dan prasarana untuk menunjang

adanya kegiatan wisata. Sarana dan prasarana yang terdapat di TWA Situ
Patenggang yaitu Kantor Resort Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam
(BBKSD), 2 buah pos keamanan, 1 buah pusat informasi, 3 buah vila, 1 buah
jalan utama,

20 buah lampu jalan, 3 buah lahan parkir, 16 buah shelter, 2

bangunan toilet, 30 buah tempat sampah, 2 buah papan interpretasi, 15 buah
sepeda air, dan 36 perahu. TWA Situ Patenggang juga memiliki fasilitas-fasilitas
penunjang yang digunakan agar dapat memenuhi kebutuhan makan, minum, oleholeh, ataupun kebutuhan rohani. Fasilitas penunjang tersebut yaitu 126 kios dan 2
buah musholla.
b.

Atraksi Wisata
Atraksi wisata yang dapat dilakukan di TWA Situ Patenggang yaitu

memancing ikan, menghirup udara yang sejuk, dan menikmati pemandangan.
Pengunjung yang memancing pada umumnya hanya memancing di tepian danau
saja. Pengunjung juga dapat melakukan tracking untuk melihat flora maupun
fauna yang ada karena TWA Situ Patenggang berdekatan dengan Cagar Alam
Patengan. Kegiatan lainnya pengunjung yaitu menaiki perahu atau sepeda air

9
menuju Pulau Asmara untuk melihat batu cinta. Pengunjung yang menaiki perahu
atau sepeda air ke tengah danau dapat melihat pemandangan yang indah sehingga
banyak pengunjung yang berfoto saat di tengah danau.
Atraksi wisata lainnya yang dapat dilakukan di TWA Situ Patenggang
adalah berziarah. TWA Situ Patenggang memiliki sebuah makam yang
dikeramatkan masyarakat sekitar Pengunjung yang ingin berziarah harus menaiki
perahu terlebih dahulu dan selanjutnya melanjutkan perjalanan dengan berjalan
kaki.
4.
a.

Potensi Wisata
Daya Tarik Unggulan dan Potensial
TWA Situ Patenggang memiliki daya tarik unggulan berupa danau dan

perkebunan teh. Danau tersebut menjadi daya tarik unggulan karena didalam area
danau terdapat Pulau Asmara dan Batu Cinta. Pulau Asmara dan Batu Cinta
tersebut memiliki mitos yaitu siapa saja yang datang ke Batu Cinta bersama
kekasih maka hubungan cinta mereka akan langgeng (abadi). Batu Cinta
merupakan sebuah batu yang mengisahkan sebagai lokasi bertemunya Prabu Kian
Santang dengan Dewi Rengganis yang telah lama terpisahkan. Pertemuan tersebut
membuat keharuan antara keduanya sehingga menyebabkan air mata Prabu Kian
Santang dan Dewi Rengganis menetes. Air mata yang menetes tersebut konon
berubah menjadi sebuah situ yang disebut Situ Patenggang. Dewi Rengganis yang
terharu dengan kejadian tersebut, meminta dibuatkan kapal oleh Prabu Kian
Santang. Kapal yang telah dibuat Prabu Kian Santang, menurut mitos telah
berubah menjadi pulau asmara.
b.

Kualitas Estetika
TWA Situ Patenggang memiliki sebuah pemandangan yang sangat indah.

Pemandangan tersebut berupa hutan hujan tropis, perkebunan teh, dan danau.
Pemandangan tersebut pun memiliki bentuk yang beragam yaitu datar dan
berbukit. Pemandangan lainnya yaitu langit yang terlihat indah jika cuaca sedang
cerah.
c.
Jalur Wisata dan Interpretasi
Peta lokasi kawasan terletak di gerbang masuk TWA Situ Patenggang. Jalur
wisata tersebut memiliki tujuan utama yaitu menuju Situ Patenggang. Jalur utama

10
TWA Situ Patenggang tersebut melewati perkebunan teh, beberpa shelter dan
kios-kios warga, villa, dan berakhir di Situ Patenggang. TWA Situ Patenggang
juga memiliki sirkulasi pengunjung. Pengunjung yang datang akan melalui
gerbang utama TWA Situ Patenggang dan dapat keluar pula melalui gerbang
tersebut. TWA Situ Patenggang juga memiliki sirkulasi jalur dengan satu arah.
Sirkulasi tersebut dilakukan jika pengunjung yang datang ke TWA Situ
Patenggang sangat ramai. Sirkulasi jalur dengan satu arah tersebut memiliki jalur
masuk melalui gerbang utama dan keluar melalui daerah Cidaun.
B.

Perusahaan

1.
a.

Sejarah Perusahaan
BBKSDA
Setiap organisasi harus dapat mencapai tujuannya dengan berbagai cara

yang telah ditentukan seperti dengan menampung perkembangan tugas dan
kegiatan yang telah terjadi. Sub sektor kehutanan dalam PELITA III dengan SK.
No. 453/Kpts/Org/6/1980, Menteri Pertanian mengadakan pemantapan kembali
organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Kehutanan. Berdasarkan keputusan
tersebut, ditetapkan susunan organisasi Direktorat Jenderal Kehutanan adalah
sebagai berikut :
1.
Sekretariat Jenderal Kehutanan
2.
Direktorat Bina Program Kehutanan
3.
Direktorat Bina Produksi Bidang Kehutanan
4.
Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi
5.
Direktorat Tertib Pengusahaan Hutan
6.
Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam
Perangkat tingkat pusat berfungsi sebagai unsur pembantu bidang
administrasi dan teknis. Unsur pelaksana teknis Direktorat Jenderal Kehutanan
yang terdiri dari :
1.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
Pembentukan BKSDA berdasarkan SK. Menteri

Pertanian

No.

429/Kpts/Org/7/1978 sebagai unit pelaksanaan teknis di bidang perlindungan dan
pengawetan alam.
2.
Balai Planologi Kehutanan (BPK)
Pembentukan BPK berdasarkan

SK.

Menteri

Kehutanan

No.

430/Kpts/Org/7/1978 sebagai unit pelaksana tenis bimbingan dan pengamanan
sumber serta modal kehutanan.

11
b.

Agrowisata PTPN VIII
Perusahaan perkebunan milik negara di Jawa Barat dan Banten berasal dari

perusahaan perkebunan milik pemerintah Belanda, yang ketika penyerahan
kedaulatan secara otomatis menjadi milik pemerintah Republik Indonesia, yang
kemudian dikenal dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Lama.
Antara tahun 1957 – 1960 dalam rangka nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan
perkebunan eks milik swasta Belanda/Asing (antara lain : Inggris, Perancis dan
Belgia) dibentuk PPN-Baru cabang Jawa Barat.
Dalam periode 1960 – 1963 terjadi penggabungan perusahaan dalam
lingkup PPN-Lama dan PPN-Baru menjadi : PPN Kesatuan Jawa Barat I, PPN
Kesatuan Jawa Barat II, PPN Kesatuan Jawa Barat III, PPN Kesatuan Jawa Barat
IV dan PPN Kesatuan Jawa Barat V.
Selanjutnya selama periode 1963 – 1968 diadakan reorganisasi dengan
tujuan agar pengelolaan perkebunan lebih tepat guna, dibentuk PPN Aneka
Tanaman VII, PPN Aneka Tanaman VIII, PPN Aneka Tanaman IX dan PPN
Aneka Tanaman X, yang mengelola tanaman teh dan kina, serta PPN Aneka
Tanaman XI dan PPN Aneka Tanaman XII yang mengelola tanaman karet. Dalam
rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan, pada periode 1968 –
1971, PPN yang ada di Jawa Barat diciutkan menjadi tiga Perusahaan Negara
Perkebunan (PNP) meliputi 68 kebun, yaitu :


PNP XI berkedudukan di Jakarta (24 perkebunan), meliputi perkebunan-

perkebunan eks PPN Aneka Tanaman X, dan PPN Aneka Tanaman XI;


PNP XII berkedudukan di Bandung (24 perkebunan), meliputi beberapa
perkebunan eks PPN Aneka Tanaman XI, PPN Aneka Tanaman XII,
sebagian eks PPN Aneka Tanaman VII, dan PPN Aneka Tanaman VIII;



PNP XIII berkedudukan di Bandung (20 perkebunan), meliputi beberapa
perkebunan eks PPN Aneka Tanaman XII, eks PPN Aneka Tanaman IX, dan
PPN Aneka Tanaman X.



Sejak tahun 1971, PNP XI, PNP XII dan PNP XIII berubah status menjadi
Perseroan Terbatas Perkebunan (Persero).



Dalam rangka Restrukturisasi BUMN Perkebunan mulai 1 April 1994
sampai dengan tanggal 10 Maret 1996, pengelolaan PT Perkebunan XI, PT

12
Perkebunan XII, dan PT Perkebunan XIII digabungkan di bawah
manajemen PTP Group Jabar.


Selanjutnya sejak tanggal 11 Maret 1996, PT Perkebunan XI, PT
Perkebunan XII, dan PT Perkebunan XIII dilebur menjadi PT Perkebunan
Nusantara VIII (Persero).

2.
a.

Kebijakan dan Peraturan Perusahaan
BBKSDA
Balai Besar Konservasi Sumber Daya AlAm (BBKSDA) memiliki sebuah

dasar hukum yang mengatur pengenai pariwisata alam. Dasar hukum tersebut
ditetapkan sebagai acuan perusahaan-perusahaan dalam membangun pariwisata
alam. Dasar hukum yang telah diatur oleh BBKSDA adalah sebagai berikut :
1.


Dasar Hukum Pariwisata Alam
UU No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam hayati dan




ekosistemnya.
UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1998 tentang pengusahaan pariwisata
alam di zona pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman



Wisata Alam.
Peraturan Pemeintah No. 59 Tahun 1998 tentang tarif jenis Penerimaan



Negara Bukan Pajak yang berlaku pada DEPHUTBUN
Kepmenhut No. 446/KPTS-II/1996 tentang tata cara permohonan,
pemberian dan pencabutan izin pengusaha pariwisata alam.

2.


Persyaratan Pengusahaan Pariwisata Alam (pasal 4 PP 18/1998)
Luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana




pariwisata alam max 10% dari luas zona pemanfaatan
Bentuk bangunan bergaya arsitektur budaya setempat
Tidak mengubah bentang alam yang ada

b.

Agrowisata PTPN VIII
Agrowisata PTPN VIII merupakan perusahaan persero yang memiliki

sebuah kebijakan maupun dasar hukum. Kebijakan maupun dasar hukum tersebut
menjadi suatu acuan dalam meningkatkan perkembangan maupun kemajuan
perusahaan. Kebijakan dan dasar hukum Agrowisata PTPN VIII adalah sebagai
berikut :

13
1.

Kebijakan Umum
Agrowisata PTPN VIII memiliki kebijakan umum sebanyak lima butir

kebijakan. Butir-butir kebijakan tersebut yaitu sebagai berikut :
a.

Memperhatikan 6 (enam) tepat yaitu tepat kualitas, tepat jumlah, tepat

b.

harga, tepat waktu, tepat tempat, dan tepat prosedur.
Mendukung operasi perusahaan melalui pengadaan barang dan atau jasa

c.

sesuai dengan kebutuhan.
Mencegah kerugian yang timbul akibat adanya persediaan barang yang tidak

d.

dapat dimanfatkan.
Mengembangkan kebijakan dan tata cara pengadaan barang dan atau jasa,

e.

sehingga biaya operasi menjadi seefisien mungkin.
Mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun

2.

kelancaraanpelaksanaan tugas perusahaan.
Landasan atau Dasar Hukum

manfaat

bagi

Agrowsiata PTPN VIII memiliki dasar hukum yang telah dijadikan sebagai
acuan dalam melaksanakan kegiatan perusahaan seperti dalam pedoman
pengadaan barang dan jasa. Pedoman pengadaan barang dan atau jasa PTPN VIII
(persero) disusun mengacu kepada Peraturan Menteri BUMN No. PER05/MBU/2008 tanggal3 September 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Pengadaan Barang Dan Jasa BUMN Nomor : PER-15/MBU/2012 tanggal 25
September 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri BUMN No. PER05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
BUMN.
3.

Status dan Kepemilikan Perusahaan
Status dan kepemilikan yang terdapat di TWA Situ Patenggang tidak

terlepas dari status dan kepemilikan kawasan tersebut. Kawasan TWA Situ
Patenggang terbagi menjadi dua zona dengan masing-masing zona dikelola oleh
Departemen yang berbeda. Kedua zona tersebut antara lain adalah zona air yaitu
berupa danau dan zona daratan berupa agrowisata. Zona air yang berupa situ,
status dan kepemilikannya dikelola oleh BBKSDA Jawa Barat sedangkan zona
daratan berupa kebun teh di kelola oleh PTPN VIII. Adapun Keputusan atas

14
kepemilikan kawasan tersebut terdapat dalam Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintahan seperti dibawah ini.


Keputusan Menteri Kehutanan No. S.220 /Menhut-II/2011 tanggal 09 Mei
2011 tentang Pemberian Persetujuan Prinsip Izin Usaha Penyediaan Sarana
Wisata Alam (IUPSWA) di TWA Patenggang Kabupaten Bandung di
Provinsi Jawa Barat seluas 20,0 Hektar atas nama CV. Amanah 19.



Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.



Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.



Peraturan Pemerintah No.36 tahun 2010 tanggal 12 Februari 2010 tentang
Pengusahaan Pariwisata alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional,
Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.



Keputusan Menteri Kehutanan No. P.48/Menhut-II/2010 tanggal 3
Desember 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata alam di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam



Keputusan Menteri Kehutanan No. 167/Kpts-II/1994 tentang Sarana dan
Prasarana Pengusahaan Pariwisata Alam.



Keputusan Menteri Kehutanan No. 447/Kpts-II/1996 tentang Pembinaan
Pengusahaan Pariwisata Alam.
Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII adalah salah satu

diantara perkebunan milik Negara yang didirikan berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 13 tahun 1996, seperti yang dinyatakan dalam akta Notaris Harun
Kamil, S.H., No. 41 tanggal 11 Maret 1996 dan telah memperoleh pengesahan
dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan C28336.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996. Akta pendirian ini selanjutnya
mengalami perubahan sesuai dengan akta Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, SH.,
No. 05 tanggal 17 September 2002 dan telah mendapat persetujuan Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan
No. C-20857 HT.01.04.TH.2002 tanggal 25 Oktober 2002.
Perusahaan ini didirikan dengan maksud dan

tujuan

untuk

menyelenggarakan usaha di bidang agro bisnis dan agro industri, serta

15
optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk menghasilkan barang dan/
atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar keuntungan
guna meningkatkan nilai perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan
Terbatas.
4.
a.

Sistem Pengelolaan Perusahaan
BBKSDA
Sistem pengelolaan BKSDA yaitu Pengelolaan kawasan konservasi

menghadapi berbagai macam tantangan, baik eksternal berupa perambahan, illegal
logging, perburuan satwa liar, kebakaran hutan, tetapi juga yang internal seperti:
sistem perencanaan, tata batas dan pemangkuan kawasan, leadership dan
manajemen. Terkait permasalahan dan upaya pengelolaan yang telah dilakukan
oleh BKSDA perlu dilakukan penilaian efektivitas pengelolaan kawasan
konservasi. Penelitian ini berlokasi di kawasan konservasi yang dikelola BKSDA
yaitu 1) Cagar Alam (CA)/Taman Wisata Alam (TWA); 2) Cagar Alam (CA); 3)
Cagar Alam Bukit (CA); 4) Suaka Margasatwa (SM); 5) Taman Wisata Alam
(TWA). Penelitian dilaksanakan pada Bulan Juni 2012 s/d Desember 2012. Tujuan
penelitian ini adalah mengkaji efektivitas pengelolaan kawasan konservasi pada
setiap siklus pengelolaan yaitu perencanaan, masukan, proses dan keluaran
sehingga dapat rekomendasi strategis yang efektif untuk kawasan konservasi yang
dikelola oleh BKSDA. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode RAPPAM,
dengan responden berjumlah 80 responden yang terdiri dari staf BSKDA, tenaga
resort, dan mitra. Nilai efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dinilai pada
setiap siklus pengelolaan yaitu perencanaan, masukan, proses dan keluaran.
Data yang telah diperoleh telah diolah dengan menggunakan Analisis
Multidimensional Scaling (MDS) untuk memetakan atau mencari konfigurasi dari
sejumlah obyek dalam ruang dimensi rendah berdasarkan ukuran kedekatan antar
obyek yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan nilai efektivitas pengelolaan
tertinggi dimiliki oleh Cagar Alam, kemudian diikuti oleh Suaka Margasatwa,
TWA. Hal ini dapat dikarenakannya pengelolaan CA Sapat Hawung belum
berbasis manajemen resort.
b.

Agrowisata PTPN VIII

16
Agrowisata PTPN VIII memiliki satuan pengawasan intern (SPI) yang
keberadaannya sesuai dengan pasal 67 UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN,
bahwa disetiap BUMN wajib dibentuk satuan pengawasan intern yang merupakan
aparat pengawasan internal perusahaan. Satuan pengawasan intern dipimpin oleh
seorang ketua yang bertanggung jawab kepada direktur utama. Satuan
pengawasan intern adalah organ pendukung good corporate govermance yang
dibentuk dengan tujuan untuk memastikan bahwa sistem pengendalian intern telah
dilaksanakan dan dipatuhi dengan baik serta menjadi partner strategis bagi
manajemen dalam meningkatkan dan atau memperbaiki proses bisnis.
Agrowisata PTPN VIII memiliki sebuah pengendalian intern dalam
melakukan kegiatan perusahaan. Pengendalian intern adalah sebuah proses yang
digerakan oleh Dewan Komisaris, Direksi, manajemen dan karyawan yang
didesain untuk menyediakan jaminan yang memadai, berkaitan dengan efektivitas
dan efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, dan ketaatan kepada hukum
dan perundang-undangan. Terkait hal tersebut Agrowisata PTPN VIII memiliki
komitmen untuk membangun suatu sistem pengendalian intern yang efektif
meliputi :
1.




Lingkungan pengendalian yang kondusif
Sosialisasi pedoman perilaku
Model kompetensi untuk seluruh jabatan dan karyawan perusahaan
Rekruitmen karyawan dilaksanakan secara transparan dan melibatkan



pihak ketiga
Melakukan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan

2.

Pengkaijan dan pengelolaan resiko usaha, yaitu suatu proses untuk
mengidentifikasi, menganalisis,

menilai, dan mengelola resiko usaha

3.



relevan
Aktivitas pengendalian, antara lain mencakup :
Pemisahan fungsi berdasarkan tugas dan tanggung jawab
Otoritas transaksi dan pembayaran telah diramcang dan dilakukan secara




secara berjenjang berdasarkan ketentuan yang berlaku
Pencatatan transaksi keuangan
Pengamanan harta perusahaan

4.

Sistem informasi dan komunikasi yaitu suatu proses penyajian laporan
mengenai kegiatan operasional, keuangan, dan ketaatan atas ketentuan dan

17
peraturan yang berlaku pada PTPN VIII sesuai dengan sistem dan prosedur
5.

yang telah dtetapkan
Monitoring yang dilakukan oleh seluruh tingkatan manajemen degan cara
melakukan pengawasan melekat sehingga dapat mendeteksi jika terdapt

5.
a.

penyimpangan yang berpotensi merugikan perusahaan
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran
BBKSDA
Terciptanya perusahaan yang berbasis kehutanan tidak terlepas dari visi

yang direncanakan. Visi yang direncanakan oleh perusahaan BBKSDA yaitu
terciptanya pengembangan pengelolaan kawasan Taman Wisata Alam sebagai
kawasan rekreasi dan konservasi melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara
lestari, efisien dan professional dan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di sekitar areal Taman Wisata Alam.
Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan BBKSDA terait degan misi
adalah sebagai berikut :
1.

Mengembangkan TWA sebagai salah satu kawasan ekowisata terpadu dalam
skala nasional dan internasional serta menjadi obyek wisata alam andalan di

2.

Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat;
Menyelenggarakan kegiatan pariwisata alam, baik sarana prasarana maupun
jasa, dengan mendapatkan keuntungan yang berkelanjutan dan tetap

3.

memperhatikan aspek konservasi;
Mengupayakan seoptimal mungkin keikutsertaan masyarakat sekitar dalam
kegiatan pengusahaan baik untuk mengisi kesempatan kerja yang ada
maupun kesempatan usaha yang dapat dilakukan.
Tujuan dari dibentuknya BBKSDA adalah sebagai berikut :

1.
2.
3.
4.

Meningkatkan produktifitas
Mendukung aspek kepariwisataan
Meningkatkan pemanfaatan objek wisata
Mengembangkan upaya penguatan kelembagaan dan kemitraan dalam
rangka pengelolaan, perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya
Perusahan BBKSDA mempunyai sasaran sebagai berikut :

1.

Meningkan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi dan mendorong

2.

kawasan konservasi baru
Mengembangkan kegiatan fasilitasi pengelolaan ekosistem esensial

18
3.

Meningkatkan upaya pengawetan keanekaragaman sumberdaya alam hayati

4.

dan ekosistemnya
Meningkatkan upaya perlindungan kawasan, perlindungan sumberdaya alam
hayati, dan pengendalian/enanggulangan kebakaran hutan, serta penegak

5.

hukum
Meningkatkan

b.

ekositemnya berdasarkan prinsip kelestarian
Agrowisata PTPN VIII

upaya

pemanfaatan

sumber

daya

alam

hayatidan

Terciptanya perusahaan yang berbasis perkebunan tidak terlepas dari visi
yang direncanakan. Visi yang direncanakan oleh perusahaan Agrowisata PTPN
VIII

yaitu

menjadi

peusahaan

agribisnis

terkemuka

dan

terpercaya,

mengutamakan kepuasan pelanggan dan kepedulian lingkingan dengan didukunh
oleh SDM yang profesional.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan Agrowisata PTPN VIII untuk
mencapai visi yaitu:
1.

Menghasilkan produk bermutu dan ramah lingkungan yang dibutuhkan oleh

2.

pesar dan mempunya nilai tambah tinggi
Mengelola perusahaan dengan menerapkan good governance dan strong
leadership, memposisikan sumber daya manusia sebagai mitra utama, serta

3.

mengedepankan kesejahteraan karyawan melalui kesehatan perusahaan
Mengoptimalkan seluruh sumber daya untuk dapar meraih peluang-peluang

4.

mengembangan bisnis, secara mendiri maupun bersama-sama mitra strategis
Mengedepankan Corporate Social Responsibility seiring dengan kemajuan
perusahaan.
Tujuan dari perusahaan Agrowisata PTPN VIII adalah sebagai berikut :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Meningkatkan efisiensi
Mendukung penciptaan nilai tambah
Menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan
Meningkatkan kemandirian tanggung jawab dan profesionalisme
Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri
Meningkatkan sinergi antar BUMN dan atau anak perusahaan
Sasaran Agrowisata PTPN VIII adalah:

1.
2.
6.

Menjaga kelestarian lingkunga dengan zero waste
Meningkatkan sistem layanan pada konsumen
Struktur Organisasi

19
Struktur organisasi Resort BBKSDA TWA Situ Patenggang dan Agrowisata
TPN VIII ditetapkan berdasakan kebutuhan unitnya Kepala Resort berhak
menentukan struktur organisasi dan bertanggung jawab langsung kepada
atasannya. Struktur organisasi Resort BBKSDA TWA Situ Patenggang dan
Agrowisata PTPN VIII dapat dilihat pada lampiran.
7.
a.

Tugas dan Pokok Organisasi
BBKSDA
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan nomor : 6187Kpts-11 2002

tanggal 10 juni 2002 tentang Organisasi dan tata kerja Balai Konservasi
Sumberdaya Alam, dua aspek tugas pokok Organisasi BKSDA :
1.

Melaksanakan pengelolaan kawasan konservasi, yaitu kawasan hutan

Cagar Alam (CA), dan kawasan hutan Taman Wisata Alam (TWA)
2.
Melaksanakan upaya konservasi tumbuhan dan satwa liar, baik di dalam
habitatnya (konservasi in-situ) maupun di luar habitatnya (koservasi ex-situ).
b.
Agrowisata PTPN VIII
Sesuai dengan Organisasi dan tugas pokok Agrowisata PTPN N8 terdiri
dari :
1.
Memperkukuh rasa persatuan dan persaudaraan antar anggota
2.
Membina anggota, baik secara mental maupun spiritual,

untuk

lebih meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
3.

kepribadian dan budi pekerti yang luhur.
Melaksanakan pembinaan, pendidikan dan pelatihan bagi para anggota guna

4.

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan berorganisasi
Menjalin hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan organisasi sejenis
lainnya, antara lain dengan Badan Olah Raga dan Kesenian (BAPORAK),
Serikat Pekerja Perkebunan (SP-BUN), Himpunan Putra Putri Perkebunan

5.

(HP2BUN) dan lainnya.
Membantu Perusahaan dalam membina, memantau dan mengevaluasi
kegiatan di bidang sosial kemasyarakatan demi tercapainya peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan anggota dan keluarganya, yang meliputi antara
lain Taman Kanak-kanak (TK), Tempat Penitipan Anak (TPA), Madrasah,
Posyandu, Panti Jompo dan lain sebagainya yang ada di bawah naungan PT
Perkebunan Nusantara VIII (Persero).

20
8.

Ketenagakerjaan dan SDM

a.

BBKSDA
Kawasan wisata membutuhkan pengelolaan yang baik, maka dari itu untuk

menciptakan suatu pengelolaan yang baik dibutuhkan sumberdaya manusia yang
berkompeten

dalam

bidangnya.

Sumberdaya

manusia

tersebut

tentunya

membutuhkan kesatuan prinsip dan tujuan yang sesuai dengan pengelolaan
kawasan. Kawasan TWA Situ Patenggang lebih mengutamakan masyarakat sekitar
untuk bekerja di kawasan dalam beberapa bagian pengelolaan terutama dalam
bagian pengelolaan di lapangan. Taman Wisata Alam Situ Patenggang dikelola
oleh dua instansi yang berbeda yaitu BBKSDA Jawa Barat dan Agrowisata.
Sumberdaya manusia yang bekerja di TWA Situ Patenggang berasal dari kedua
instansi tersebut selain itu, terdapat beberapa masyarakat sekitar Situ Patenggang
yang menjadi SDM di TWA Situ Patenggang.
Sumber daya manusia yang berasal dari BBKSDA diposisikan di beberapa
bagian pengelolaan yang diantaranya adalah pengelolaan tiket bagian kantor
(user), pengelolaan perahu yang memiliki posisi sebagai penanggungjawab atau
kepala bagian perahu dan pengelolaan villa yang disewakan. Sedangkan SDM
yang berasal dari Agrowisata diposisikan di bagian pengelolaan tiket bagian
lapang. Untuk masyarakat sekitar TWA Situ Patenggang yang menjadi SDM
berada di bagian pengelolaan keamanan dan keselamatan, pengelolaan parkir,
pengelolaan MCK, dan pengelolaan kebersihan kawasan atau objek wisata
9.

Infrastruktur Perusahaan
Kawasan wisata TWA Situ Patenggang dikelola oleh dua departemen yaitu

BBKSDA Jawa Batar dan PT. Perkebunan Nusantara VIII. Kedua departemen
tersebut memeiliki dua kantor pusat yang berbeda lokasi. Kantor pusat BBKSDA
Jawa Barat beralamat di Jalan Rancabolang Nomor 117, Kecamatan Gedebage,
Kota Bandung. Adapun infrastruktur yang terdapat di kantor BBKSDA tersebut
seperti adanya pos keamanan, kantor tempat bekerja, mushola, kantin dan toilet.
Kantor pusat dari PT. Perkebunan Nusantara VIII Kantor Direksi berada di Jl.
Sindangsirna No. 4 Bandung, Jawa Barat. Adapun infrastruktur yang terdapat di
kantor tersebut seperti adanya bangunan untuk ruang bekerja, gedung rapat, pos
keamanan, mushola, kantin dan toilet. Kantor pusat tersebut bertugas mengawasi

21
jalannya kinerja dari TWA Situ Patenggang dan juga menyetujui adanya
perubahan-perubahan yang diadakan.
Membuka kawasan wisata tentunya harus menjamin kepuasan pengunjung
yang datang ke suatu kawasan wisata. Kepuasan pengunjung bukan saja hanya
menikmati pemandangan pada kawasan wisata alam, tetapi juga dengan
menyediakan fasilitas, sarana dan prasaran berupa infrastukrtur yang dapat
membantu pengunjung selama berada di suatu kawasan wisata. Kondisi
infrastruktur di TWA Situ Patenggang sudah tertata dengan baik, dari berbagai
fasilitas publik hingga akses jalan dan akomodasi yang cukup sudah tersedia.
Sarana dan prasarana yang terdapat di TWA Situ Patenggang adalah segala suatu
yang disiapkan oleh pengelola sebagai fasilitas wisata bagi para pengunjung.
Sarana dan prasarana yang terdapat di TWA Situ Patenggang terdiri dari satu buah
villa milik BBKSDA dan dua buah villa milik PT. Perkebunan Nusantara VIII
yaitu Villa Sasaka dan Villa Bambu. Kemudian terdapat faslitas seperti 20 buah
shelter yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk beristirahat, 4 buah toilet
dengan masing-masing toilet terdapat 4 kamar mandi, dan 2 lahan parkir yang
digunakan untuk bus dan mobil digabungkan dengan tempat parkir sepeda motor.
Sarana dan prasarana lainnya adalah satu buah pusat informasi dan pos
keamanan yang terdapat di depan gerbang masuk TWA Situ Patenggang yang
dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII dan dikelola langsung oleh
Agrowisata. Selain itu ada juga pusat informasi yang dikelola oleh BBKSDA yang
terdapat di dekat danau. Selain sebagai pusat informasi, disana juga terdapat
Organisasi yaitu KOMPEPAR yang bertugas menangani pemungutan dana dari
kios-kios dan juga perahu yang terdapat di TWA Situ Patenggang. Aksesibilitas
untuk menuju TWA Situ Patenggang saat ini sudah bagus. Kondisi jalan dari pintu
gerbang sampai area parkir bawah sudah diaspal sehingga pengunjung tidak perlu
khawatir membawa kendaraannya. Pada area bawah disekitaran danau terdapat
kios-kios pedagang baik yang menjual makann ataupun souvenir. Kios tersebut
mikik penduduk yang tinggal disekitar TWA Situ Patenggang.

10.

Produk Wisata

22
Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VIII selain mengelola kebun teh dan
memproduksi teh PT. Perkebunan Nusantara VIII juga mempunyai produk wisata
lainnya yang tersebar di daerah Rancabali. Adapun produk wisata tersebut seperti
beberapa villa milik PT. Perkebunan Nusantara VIII :
1.

Villa Kidang Kencana
Villa Kidang kencana merupakan bangunan unik berbentuk segitiga yang

terdiri dari dua lantai. Lantai atas dikhususkan untuk 2 kamar yang didalamnya
masing-masing terdapat 5 dan 3 tempat tidur. Lantai bawah dikhususkan untuk
berkumpul atau pertemuan, dilengkapi oleh perapian, ruang makan, dapur, dan
kamar mandi dengan Air Panas Alami. Bangunan Kidang kencana bersebelahan
dengan villa Ciung Wanara yang dilengkapi oleh private swimming pool. Adapun
kapasitas Kidang Kencana maksimal sebanyak 25 orang.
2.

Villa Ciung Wanara
Villa Ciung Wanara memiliki lokasi yang berdektan dengan Villa Kidang

Kencana dan memiliki kapasitas 15 orang. Villa ini terdiri dari 3 kamar yang
dilengkapai dengan kasur. Villa ini dilengkapi dengan kamar mandi, dapur, dan
ruang tengah. Villa ini memiliki private swimming pool yeng berada di halaman
dalam villa.
3.

Cottage Rancabali
Cottage Rancabali berjumlah 4 unit cottage dan memiliki kapasitas setiap

unitnya sebanayak 6 orang. Setiap unit cottage memiliki 2 kamar tidur, kamar
mandi dengan air panas, dapur, dan ruang tengah. Lokasi keempat cottage ini
bersebelahan dan memiliki kolam renang umum bernama walini.
4.

Villa Patengan
Villa patengan dibangun tepat di lokasi yang sudah terkenal yaitu Situ

Patengan. Bangunan ini terdiri dari 3 kamar kapasitas untuk 25 orang, dilengkapi
dengan kasur yang digelar, dapur, perapian di ruang tengah, dan kamar mandi.

5.

Rumah Kayu Kelapa Rancabali

23
Rumah Kayu Kelapa Rancabali berjumlah 8 unit dan memiliki kapasitas
maksimal 7 orang setiap unitnya. Setiap Rumah Kayu Kelapa terdiri dari 2 kamar,
kamar mandi dengan air panas, dapur, dan ruang tengah. Lokasi keempat cottage
ini bersebelahan dan memiliki kolam renang umum bernama walini.
6.

Teh Celup Walini
Teh Celup Walini dibuat dari bahan baku teh pilihan yang diolah tanpa

campuran apapun dengan kombinansi campuran beberapa jenis kualitas ekspor,
dan dikemas secara professional. Kemasan the dibuat sedemikian rupa yang
memebuat keutuhan mututeh terjaga keunggulan Teh CElup Walini dibandingkan
teh lainnya yang sejenis, diantaranya adalah dibuat dari bahan baku yang
berkualitas ekspor dari hasil peraduan atau kombinasi dari beberapa jenis jenis
hasil kreativitas olahan para pakar the di Indonesia. Teh Celup Walini di
distribusikan oleh PT. Atri Distribusindo dan Puskopkar PTPN VIII. The Celup
Walini terdiri dari beberapa jenis produk berupa teh celup dan teh seduh. Berikut
beberapa produk dari Teh Walini :
1.
Teh Celup Hitam Walini
2.
The Celup Lemon Walini
3.
Teh Celup Jahe Walini
4.
Teh Celup Organis Walini
5.
Teh Celup Hijau Jepang
6.
Teh Celup Hitam Walini TB 1
7.
Teh Celup Hitam Walini TB 5
8.
Teh Seduh Hitam Walini
9.
The Seduh Hijau Walini
Produk yang dimiliki oleh BBKSDA adalah bungalow yang terletak di TWA
Situ Patenggang. Bungalow adalah akomodasi yang berbentuk rumah yang terbuat
dari kayu dan bambu. Bungalow tersebut memiliki kelebihan yaitu berada tepat di
tepi situ sehingga pengunjung dapat mengnikmati keindahan pemandangan situ
patenggang dari dalam bungalow. Bungalow tersebut memiliki tarif per malam
yaitu Rp 2.000.000; dengan kapasitas maksimal 60 orang. Bungalow tersebut
dilengkapi dengan kamar tidur, ruang tamu, dapur dan toilet. Bungalow tersebut
memiliki kekurangan yaitu tidak memiliki lahan parkir sehingga pengunjung
harus memarkirkan kendaraannya di tempat parkir umum TWA situ patenggang.

24

25

III. METODE PRAKTIK

A.

Waktu dan Tempat
Lokasi pelaksanaan Praktik Pengelolaan Ekowisata dilakukan di TWA Situ

Patenggang yang berlokasi di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten
Bandung, Provinsi Jawa Barat. Waktu pelaksanaan Praktik Pengelolaan Ekowisata
yaitu pada tanggal 9 Agustus 2016 sampai dengan 25 Agustus 2016.
B.

Alat dan Bahan
Kegiatan Praktik Pengelolaan Ekowisata ini membutuhkan alat sebagai

penunjang dilaksanakannya kegiatan praktik. Alat-alat yang digunakan selama
pelaksanaan kegiatan praktik dapat dilihat pada tabel 1 alat dan bahan pelaksanaan
kegiatan praktik, sebagai berikut :
Tabel 1 Alat dan bahan pelaksanaan kegiatan praktik
No.
1.

Alat
Alat Tulis

2.
3.

Kamera