PERAN POLITIK PADA PEMBUKUAN MUSHAF UTSMĀNI - Institutional Repository of IAIN Tulungagung
BAB III
MUSHAF UTSMĀNI
A.
Pelopor Pembukuan Mushaf Utsmāni
Biografi Utsmān bin Affān
1.
Nama lengkap Utsmān adalah Utsmān bin Affān bin Abil „Ash
bin Umâyyâh bin Abdusy Syam bin Abdu Manāf bin Qusyai bin Kilab
bin Murrah bin Ka‟ab bin Luwa‟i bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin
An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin
Mudhar bin Nizar bin Ma‟addu bin „Adnan. 1
Utsmān masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar al-Ṣ idīq R.A.
Ketika istri dia Ruqayyah binti Rasulillah SAW meninggal, Rasulallāh
menikahkannya dengan adik istrinya, Ummu Kaltsum. Itulah
sebabnya, dia mendapat gelar “Dzū al-Nurraini”. Dia adalah orang
pertama yang Ḥijrah ke negeri Ethiopia, kemudian kembali ke
Makkah dan Ḥijrah ke Madinah. Dia tidak ikut perang Badar karena
ditugaskan menjaga istrinya yang sedang sakit berat, namun pada
peperangan-peperangan berikutnya selalu ikut serta. 2
Setelah Utsmān bin Affān masuk Islam dia menikahi Ruqayyah
anak Rasulallāh, ketika itu umur Ruqayyah belum mencapai 20 tahun
kendati itu bukan putri Rasulallāh saw yang tertua, sementara umur
Abd Allāh Bin Muḥ ammad Bin Abd Azīz al-Baghawi, Mu‟jam al-Ṣ ahābah,
(Kuwait: Maktabah Dār al-Bayan, 2000), hal. 29. dan Ismā‟īl bin Umar bin Kathīr al-Qurshiyi adDimashqi, al-Bidāyah Wa an-Nihāyah.,,, hal. 319
2
Ibid.,,,hal. 29
1
39
40
Utsmān ketika itu sudah hampir 40 tahun, dan di zaman jahiliyah itu
sudah pernah menikah dan mendapat julukan Abu Umar.3
Setelah wafatnya Ruqayyah dia menikahi Umi Kalsum, adik
Ruqayyah. Tetapi Umi Kalsum juga meninggal ketika ayahnya masih
hidup dan alangkah beratnya kesedihan yang harus diderita Utsmān.
Rasulallāh menghiburnya dengan mengatakan: “andaikata ada putri
kami yang ketiga, niscaya kami kawinkan kepada engkau, “Karena
pernikahan Utsmān dengan Ruqayyah dan kemudian dengan Umi
Kalsum itulah, maka kaum muslimin kemudian memberinya gelar
dengan Dzu al-Nurrain.4
Utsmān tidak ikut perang Badar karena sedang merawat
Ruqayyah. Tetapi sesudah tahun berikutnya dan perang Uhud ia juga
terjun bersama-sama dengan Muslimin yang lain. Kemudian
peranannya dan peranan yang lain-lain waktu itu, tetapi Allāh
memaafkan mereka. Sebenarnya pihak muslimin pagi itu sudah
mendapat kemenangan, tetapi kejadiannya kemudian berbalik
menimpa mereka. Pihak Quraish lalu mengumumkan bahwa
Mahammad sudah terbunuh. Berita ini membuat pihak muslimin jadi
porak-poranda dan sebagian mereka ada yang lari, tetapi tak lama
kemudian pihak muslimin tahu bahwa Nabi masih hidup. Mereka
3
hal. 55
Abu Amar Khalīfah bin Khiyaṭ , Kitāb al-Thabaqah, (Libanon: Dār al-Fikr, 2004),
Muḥ ammad bin Abd Allāh al-Ghabban, Fitnah al-Maqtal Utsmān bin Affān Juz I
(t.t.p., Maktabah al-„Abikan, tth), hal. 35.
4
41
segera ke tempat Nabi dan berusaha melindunginya dari serangan
Quraish.5
Utsmān Menjadi Khalīfah
2.
Umar memerintah selama 10 tahun. Masa jabatannya berakhir
dengan kematian, karena dibunuh oleh seorang budak dari Persia
bernama Abu Lu‟lu‟ah.
6
Kebijakan Umar dalam menggantikan
jabatan berbeda dengan jalan yang dilakukan Abu Bakar. Sebelum
Umar wafat, Umar telah memerintahkan dibentuknya majelis syura
yang beranggotakan enam orang, yaitu Ali bin Abi Ṭ ālib r.a., Zubayr
bin al-Awwan r.a., dan Ṭ alḥ ah bin Ubayd Allāh r.a., Abdur Rahman
bin Auf, Sa‟ad bin Abi Waqqash dan Utsmān bin Affān kemudian
ditambahkan kepada enam orang itu, putranya sendiri, Abd Allāh,
agar pendapatnya cenderung pada pemilihan atau penolakan . Setelah
melalui pendekatan dan diskusi yang panjang, suara kaum muslim
ditentukan melalui voting. Sebagian meminta penyerahan jabatan
Khalīfah kepada Ali bin abi Ṭ ālib dan sebagian lain meminta
diserahkan kepada Utsmān. Namun Ali, Sa‟ad, dan Zubayr memilih
Utsmān. Pada hari keempat, setelah wafatnya Umar bin Khatāb r.a.,
Abd al-Rahmān bin Auf pun bergabung bersama mereka. Selanjutnya,
penduduk Madinah keluar rumah umtuk membaiat Utsmān bin Affān
r.a. dengan demikian, hari pertama ke-khalīfah-an Utsmān bertepatan
5
hal. 80.
Akram al-Amr, „Ashra al-Khilāfah Ar-Rāshidah (t.t.p., Maktabah al-„Abikan, tth),
Abd al-Rahmān bin Abi Bakar as-Suyuṭ i, Tarīkh al-Khulafā‟, (Mesir: Matba‟ah asSa‟adah, t.t.,) hal. 120.
6
42
dengan hari pemakaman jenazah Umar. Hal itu terjadi pada awal
Muharram 24 H.7
Abdur Rahman bin Auf mengundurkan diri dan melepaskan
haknya dalam pencalonan supaya suaranya menguatkan apabila
timbul perbedaan. Abdur Rahman memulai mengundurkan diri.
Kemudian al-Zubayr meninggalkan haknya bagi Ali diikuti Sa‟ad bin
Waqqash yang juga mengundurkan diri dari pencalonan. Dengan
demikian pemilihan itu hanya memilih antara Utsmān dan Ali,
sedangkan Abdur Rahman diserahi tugas untuk memilih menentukan
salah satu dari keduanya Ali atau Utsmān.8
Setelah itu Abd al-Rahmān bin Auf naik mimbar Rasulallāh lalu
berdoa dengan doa yang panjang kemudian berkata, “Wahai orangorang, aku telah bertanya kepada kalian secara diam-diam maupun
terang-terangan, maka tidak kudapati bahwa kalian menyamakan
seorangpun dengan Ali dan Utsmān. Datanglah kepadaku hai Ali”. Ali
berdiri dan pergi kepadanya, “Apakah engkau akan membay‟atku
berdasarkan Kitab Allāh dan sunah Nabinya serta perbuatan Abu
Bakar dan Umar? Ali menjawab, “Berdasarkan kitab Allāh dan Sunah
Rasul-Nya serta ijtihad pendapatku. Kemudian Abd al-Rahmān bin
Auf berkata, datanglah hai Utsmān. “Maka Utsmān datang kepada
Abd al-Rahmān dan tangannya dipegang seraya berkata, apakah
Munir Muḥ ammad al-Gadban, Sabab fi al-„Ahd ar-Rāshidi, (Kairo: Dār al-Salam,
2011), hal. 132
8
Ibid.,,, hal. 144
7
43
engkau mau membai‟atku berdasarkan kitab Allāh dan sunah rasūlNya serta perbuatan Abu Bakar dan Umar? Utsmān menjawab “Ya”.9
Tangan kanan yang pertama menjabat tangan kanan Utsmān
untuk membai‟at adalah tangan Ali bin Abi Ṭ ālib, baru kemudian
diikuti oleh seluruh kaum muslimin. Demikianlah Utsmān memikul
beban-beban Khalīfah yang dipikulnya ketika ia hampir mencapai usia
70 tahun.
Utsmān bin Affān seorang yang lemah lembut walaupun ia
mempunyai beberapa kelebihan, tapi dalam hal pemikiran kreatif tidak
muncul. Justru kelemah-lembutannya dipergunakan oleh keluarga
bani Umayyah yang pernah memegang kekuatan politik sebelum
Islam untuk meningkatkan dan mengembalikan kedudukannya sebagai
pemimpin kaum Quraish pada masa Islam. Karena peluang yang dapat
dimanfaatkan oleh keluarga bagi Umayyah untuk menduduki jabatan
penting, namun itu pula yang menyebabkan timbulnya berbagai protes
dan sikap oposisi yang datang hampir dari seluruh daerah. Gerakan itu
berakhir dengan pembunuhan terhadap Khalīfah ketiga, Utsmān bin
Affān.10
B.
Pengertian Mushaf Utsmāni
Kata Mushaf secara bahasa bisa saja dibaca mishaf menurut lagam
bahasa Bani Tamim. Mushaf adalah kata jama‟ dari kata tunggal suhuf yang
Ali Ridho, Dzu al-Nurain Utsmān bin Affān al-Khalīfah al-Tsālis, (Bairut: Dār alKutub al-Ilmiyah, 1982), hal. 223
10
Abd al-Azīz Salim, Adhwa‟ ala Mushaf Utsmān bin Affān wa Rihlatihi wa Gharban,
(Iskandaria: Sabab al-Jami‟ah, 1991), hal. 4
9
44
artinya lembaran. Mushaf adalah sebuah istilah dari kumpulan lembaranlembaran yang di dalamnya terdapat tulisan.11
Secara istilah Mushaf artinya nama dari kumpulan lembaran yang di
dalamnya terdapat tulisan firman Allāh. Jadi, bila mana ada lembaran yang
didalamnya terdapat tulisan kalam Allāh meskipun hanya sedikit sudah
masuk kategori Mushaf.12
Ibn Hājib memaknai Mushaf sebagai segala sesuatu yang didalanya
terdapat tulisan kalam ilahi, meskipun hanya selembar kertas dan di
dalamnya hanya terdapat sebagian ayat, maka sudah tergolong Mushaf. 13
Jadi, definisi ini sangat umum dari pada definisi yang dipaparkan para
pemikir lainya.
Ketika menyebut Mushaf Utsmāni tentu yang di maksud adalah
Mushaf yang dikumpulkan dan ditulis oleh perintah Khalīfah Utsmān bin
Affān. Atau biasa disebut dengan al-Mushaf al-Imām. 14 Namun, istilah
Mushaf Utsmāni bukan hanya satu Kitab saja, melainkan seluruh Mushaf
yang memang terbentuk atas perintah Khalīfah Utsmān bin Affān.15
Mayoritas Ulama‟ terutama para ahli Fiqh mengharuskan mengikuti
model Mushaf Utsmāni. Para ahli Fiqh mengambil kesimpulan bahwa
Mushaf Utsmāni sebagai kesepakatan para sahabat (mujma‟ alaih). Oleh
Ulama kuwait, al-Mausu‟ah al-Fiqhiyah al-Quwaitiyah .,,, hal. 34
Muḥ ammad bin Aḥ mad ad-Dasūqī, Hasyiah ad-Dasūqī Ala Syarhil Kabīr, (Bairut:
Dār al-Kutub, 2011) hal. 35
13
Syihabuddin al-Qulyūbi dan Aḥ mad al-Barsali „Umairah, Hasyiyah al-Qulyūbi wa
„Umairoh, (Bairut: Dār al-Kutub, 2011) hal. 35
14
Muḥ ammad Ṭ āhir al-Qurdi, Tarīkh Al-Qur‟ān.,,, hal. 23
15
Ghanim Qadwuri, Rasm al-Mushaf, (Bagdad: al-Lajnah al-Waṭ aniyah, 1402) hal.
189-190
11
12
45
karena itu, keluar dari Mushaf Utsmāni, misalnya menggunakan Mushafnya
Abd Allāh bin Mas‟ud termasuk hal yang menyimpang. Bahkan bagi
mereka, bacaan al-Qur‟ān di dalam sholat tidak sah bila memakai
Mushafnya Abd Allāh bin Mas‟ud meskipun masih mengikuti riwayat ahli
Qira‟ah yang Ṣ ahīh. 16 Jadi, mayoritas umat Islam, mengikuti Mushaf
Utsmāni adalah sebuah keharusan.
C.
Latar Belakang Pembukuan Mushaf Utsmāni
Sepeninggal Umar bin Khatāb, kekhalīfahan Islam diperebutkan oleh
6 sahabat senior. Mereka adalah Utsmān bin Affān, Ali bin Abi Ṭ ālib,
Ṭ alḥ ah Ṭ alḥ ah bin Ubaydillah, Zubayr bin awAam, Abd al-Rahmān bin
Auf dan Sa‟ad bin Abi Waqas. Pemilihan kursi Khalīfah yang dulu pada
saat Abu Bakar menjadi Umar tidak seruncing masa peralihan Khalīfah
setelah Umar bin Khatāb wafat.
Utsmān Bin Affān menyuruh Zayd untuk memperbanyak Mushaf
yang diperbaruhi menjadi 6 Mushaf, yang lima dikirimkan kewilayah Islam
seperti Mekkah, Kuffah, Basrah dan Suria, yang satu tersisa disimpan
sendiri oleh Utsmān bin Affān dirumahnya. Mushaf ini dinamai al-Imam
yang lebih dikenal Mushaf Utsmāni, demikian terbentuknya Mushaf
Utsmāni dikarenakan adanya pembaruan Mushaf pada masa Utsmān.17
1.
Ide Pengumpulan Al-Qur‟ān
Abu Umar al-Dani, al-Muqni‟ fī Ma‟rifat Rasm al-Maṣ āhif al-Amṣ ār, (Bairut: Dār
al-Kutub, 2011) hal. 9-10.
17
Ali bin Sulaimān al-„Abīd, Jam‟ al-Qur‟ān Ḥ ifḍ an wa Kitābatan (Kairo: Dār as
Sha‟bi, ) hal. 54.
16
46
Latar belakang pengumpulan al-Qur‟ān di masa Utsmān r.a.
adalah karena beberapa faktor lain yang berbeda dengan faktor yang
ada pada masa Abu Bakar. Semakin banyaknya negara yang
ditaklukkan oleh Umar bin Khatāb, semakin beraneragamlah pula
pemeluk agama Islam. Dari faktor banyaknya pemeluk agama Islam
mengakibatkan perbedaan tentang Qira‟ah antara suku yang satu
dengan yang lain, masing-masing suku mengklaim Qira‟ah dirinyalah
yang paling benar. Perbedaan Qira‟ah tersebut terjadi disebabkan
kelonggaran-kelonggaran yang diberikan Nabi kepada Kabilahkabilah Arab dalam membaca al-Qur‟ān menurut dialeknya masingmasing.18
Pada waktu terjadi pertempuran sengit di Armenia dan
Azerbeijan dari penduduk Irak. Dalam kedua pertempuran ini
Hudhaifah bin al-Yamaniy memperhatikan banyak terdapat bentuk
perbedaan dalam masalah qira‟ah. Sebagian orang ada yang salah
dalam membaca, disamping itu tiap-tiap orang berusaha sungguhsungguh
memperbaiki
bacaannya.
Juga
memperbaiki
wakaf-
wakafnya, dari perbedaan itu maka terjadilah perbedaan dikalangan
mereka. Di antara mereka itu timbul perbedaan pendapat. Bagi para
sahabat yang terkemuka malah ini menimbulkan kekhawatiran. Hal ini
18
..., hal. 409
Aḥ mad Ibn Ali Ibn Ḥajar Abu Faḍ al al-Asqalāni, Fath al-Bāri Sharh Shahīh Buḥ āri
47
dengan secara berangsur-angsur akan terjadi
perubahan dan
pertukaran nantinya.19
Artinya: Dari anas bahwa Ḥ udhayfah bin Yaman Telah melihat
perbedaan tentang Qiro‟ah antar satu dengan yang lainnya.
Setelah pulang dari peperangan, Ḥ udhayfah menceritakan
adanya perbedaan qiro‟ah kepada Utsmān Bin Affān, “wahai
amirul mukminin! Satukanlah umat ini sebelum mereka
berselisih dalam al-Qur‟ān seperti perselisihan yahudi dan
nasrani.” Maksudnya, Ḥ udhayfah bin Yaman khawatir akan
terjadi perpecahan dikalangan ummat Islam tentang Kitab suci,
seperti perbedaan yang terjadi dikalangan orang yahudi dan
Nasrani yang mempermasalahkan perbedaan antara Kitab injil
dan taurat. Setelah Utsmān bin Affān beristihoroh, ia
mengirimkan utusan kepada Ḥ afṣ ah binti Umar bi Khatāb.
sembari membawa pesan “pinjamkanlah Mushaf al-Qur‟ān
kepada kami untuk kami menyalinnya dalam beberapa Mushaf
setelah itu akan kami kembalikan kepada anda.”.20
Penduduk Sham membaca al-Qur‟ān mengikuti bacaan Ubay
Ibn Ka‟ab, penduduk Kuffah mengikuti bacaan Abd Allāh Ibn
Mas‟ud, dan sebagian yang lain mengikuti bacaan Abu Musa al„Asy‟ari. Diantara mereka terdapat perbedaan tentang bunyi huruf dan
bentuk bacaan. Masalah ini membawa mereka kepada pintu pertikaian
Abu Umar ad-Dāni, al-Muqni‟ fī Ma‟rifati Rasm al-Maṣ āhif al-Amṣ ār...., hal. 44
Aḥ mad bin Ali bin Muthanna Abu Ya‟la at-Tamimi, Musnad Abi Ya‟la, (Damaskus:
Dār al-Ma‟mūn lī al-Turāth, 1984), hal. 66 dan Muḥ ammad bin Ismā‟īl bin Ibrāhīm bin alMughirah al-Buḥ āri, al-Jami‟ as-Shahīh (Kairo: Dār as-Sa‟bi, 1987). hal. 44
19
20
48
dan perpecahan sesamanya. Hampir satu sama lainnya saling kufurmengkufurkan karena berbeda pendapat dalam bacaan.
Artinya: Diriwayatkan dari Abi Qilabah bahwasanya ia
berkata: “Pada masa pemerintahan Utsmān guru-pengajar
menyampaikan kepada anak didiknya, guru yang lain juga
menyampaikan kepada anak didiknya. Dua kelompok murid
tersebut bertemu dan bacaannya berbeda, akhirnya masalah
tersebut sampai kepada guru/pengajar sehingga satu sama lain
saling mengkufurkan. Berita tersebut sampai kepada Utsmān.
Utsmān berpidato dan seraya mengatakan: “Kalian yang ada di
hadapanku berbeda pendapat, apalagi orang-orang yang
bertempat tinggal jauh dariku pasti lebih-lebih lagi
perbedaannya” maka berkumpullah waha para sahabat
Muḥ ammad dan tulislah al-Qur‟ān sebagai imam para
umat”21.
Karena latar belakang dari kejadian tersebut, Utsmān dengan
kehebatan pendapatnya dan kebenaran pandangannya ia berpendapat
untuk melakukan tindakan prefentip menambal pakaian yang sobek
sebelum sobeknya meluas dan mencegah penyakit sebelum sulit
mendapat pengobatannya. Ia mengumpulkan sahabat-sababat yang
Muḥ ammad bin Ismā‟īl bin Ibrāhīm bin al-Mughirah al-Buḥ āri, al-Jami‟ asShahīh..., hal. 87dan Muḥ ammad Abdu al-Adīm al-Razzāqi, Manāhil al-Irfan fī Ulūm al-Qur‟ān,
(Kairo: Dār as-Sa‟bi, 1987) hal. 44
21
49
terkemuka dan cerdik cendekiawan untuk bermusyawarah dalam
menanggulangi perpecahan dan perselisihan.
Sebagai Khalīfah yang ketiga Utsmān tidak lagi menginginkan
adanya variasi tersebut dan memerintahkan dituliskannya sebuah versi
tunggal dalam bentuk bahasa Quraish, dan Utsmān menyerahkan
tugas baru ini kepada Zayd bin Thabīt untuk memimpin pembakuan
al-Qur‟ān dalam satu bahasa agar keragaman dialek tidak menjadi
sebab diharmonisnya dalam komunitas muslim.22
Mereka semua sependapat agar Amirul Mu'minin menyalin dan
memperbanyak Mushaf kemudian mengirimkannya ke segenap daerah
dan kota dan selanjutnya menginstruksikan agar orang-orang
memBakar Mushaf yang lainnya sehingga tidak ada lagi jalan yang
membawa kepada pertikaian dan perselisihan dalam hal bacaan alQur‟ān.
2.
Pembentukan Komisi pengumpul al-Qur‟ān
Sahabat Utsmān melaksanakan keputusan yang sungguh
bijaksana tadi, ia menugaskan kepada empat orang sahabat pilihan,
lagi pula hafalannya dapat diandalkan. Mereka tersebut adalab Zayd
bin Thabīt, Abd Allāh bin Zubayr, Sa‟id Ibn al-'Ash dan Abd alRahmān Ibn Ḥishām. Mereka semua dari suku Quraish golongan
muhajirin kecuali Zayd Ibn Thabīt, dimana ia adalah dari kaum
22
Ibid, hal. 45
50
Anṣ ār. Adapun Pelaksanaan gagasan yang mulia ini adalah pada
tahun 24 H. Utsmān berkata kepada mereka yaitu:
Artinya: Bila kamu berselisih pendapat dengan Zayd bin Thabīt
tentag sesuatu dari al-Qur‟ān, maka tulislah dengan logat
Quraish, karena al-Qur‟ān diturunkan dalam bahasa
Quraish..23
Tugas panitia ini adalah membukukan al-Qur‟ān, yakni
menyalin
lembaran-lembaran
tersebut
menjadi
buku.
Dalam
pelaksanaan tugas ini Utsmān menasihatkan supaya mengambil
pedoman kepada bacaan mereka yang hafal al-Qur‟ān. Dan kalau ada
pertikaian antara mereka tentang bahasa bacaan maka haruslah
dituliskan menurut dialek suku Quraish, sebab al-Qur‟ān itu
diturunkan menurut dialek mereka.
Maka dikerjakanlah oleh panitia sebagai yang ditugaskan
kepada mereka, dan setelah tugas itu selesai, maka lembaran-lembaran
al-Qur‟ān yang dipinjam dari Hafshah itu dikembalikan kepadanya.
Selanjutnya Utsmān mengirim ke setiap wilayah Mushaf baru tersebut
dan memerintahkan agar semua al-Qur‟ān atau Mushaf lainnya
dibakar. Zayd berkata: “Ketika kami menyalin Mushaf saya teringat
akan satu ayat dari surat al-Ahzab yang pernah aku dengar dibacakan
oleh Rasulallāh, maka kami mencarinya dan kami dapatkan pada
Khuzaimah bin Thabīt al-Anshāri”.
23
Muḥ ammad bin Ḥibbān bin Aḥ mad bin Ḥibbān bin Mu‟adz at-Tamimi, Shahīh Ibn
Ḥ ibbān, (Bairut: Dār al-Ihya‟ al-Ṭ urāth al-Arabi, t.t.,) hal. 344
51
Artinya :Dari kharijah bin Thabīt bahwa Zayd berkata: “ketika
kami menyalin Mushaf saya teringat akan satu ayat dari surat
al-Ahzab lantas kami pernah mendengar langsung dari
Rasulallāh lantas Nabi membaca, “Di antara orang-orang
mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah
mereka janjikan kepada Allāh24”.
Pengumpulan al-Qur‟ān
3.
Dengan ditugaskannya empat orang sahabat pilihan tersebut,
maka hal itu merupakan sebuah langkah konkret untuk mengatasi
kenyataan pahit yang terjadi. Apabila masa-masa dua Khalīfah
sebelumnya, “Mushaf Abu Bakar” hanya disimpan di rumah, maka
Utsmān melihat perlunya memasyarakatkan Mushaf itu.
Langkah
Utsmān
memang
lebih
tepat
dianggap
memasyarakatkan Mushaf Abu Bakar sekaligus menyatukan bacaan.
Alasannya yaitu karena Utsmān tetap menyertakan Zayd bin Thabīt di
dalam panitia. Zayd yang sejak zaman Rasulallāh dan Abu Bakar
terlibat langsung dalam penulisan dan penghimpunan al-Qur‟ān,
dapat dipastikan di dalam panitia ini lebih banyak bereperan
ketimbang tiga anggota panitia lainnya. Sehingga kemungkinan
terjadinya perubahan, penambahan atau hilangnya kalimat tertentu
Muḥ ammad bin Isa Abu Isa at-Tirmidhi, al-Jami‟ as-Shahīh al-Sunan al-Tirmidhi,
(Bairut: Dār al-Ihya‟ al-Ṭ urāth al-Arabi, t.t.,) hal. 43
24
52
dapat ditekan sampai pada titik nol dan keaslian al-Qur‟ān tetap
terjamin.25
Zayd pun juga mengumpulkan bahan al-Qur‟ān yang terdapat
pada daun kering, dan hafalan para sahabat Rasulallāh. Caranya
adalah dia mendengarkan dari orang-orang yang hafal, kemudian
dicocokannya dengan yang telah dituliskan pada bahan-bahan
tersebut. Dia tidak mencukupkan dari sumber yang didengarnya saja,
tapi juga mencocokkan kepada yang ditulis.26
Dia hanya menerima catatan yang mempunya dua syahid, yaitu
dua saksi. Cara itu lebih menjamin daripada hanya hafalan belaka.
Disamping itu Zayd sendiri termasuk orang yang hafal al-Qur‟ān.
Ketentuan dua saksi ini ditetapkan berdasarkan keputusan Khalīfah
Abu Bakar, dalam pesannya kepada Zayd bin Thabīt dan Umar, Abu
Bakar mengatakan:
Artinya: Abu Bakar mengatakan, ”Duduklah kalian dipintu
masjid. Siapa saja yang datanag kepada kalian membawa
catatan al-Qur‟ān dengan dua saksi maka catatlah”.27
Fahd Ibn Abd al-Rahmān Ibn Sulaimān Ar-Rummy, Jam‟ Al-Qur‟ān al-Karīm fi
„Ahd Khulafā‟ Ar-Rashidīn (Libanon: Dār Al-Fikr, 2009) Hal. 29
26
Muḥ ammad Abdu al-Adīm ar-Razzāqi, Manāhil al-Irfan fi Ulūm al-Qur‟ān.,,, hal.
44
27
Ibrāhīm al-„Ibyari, al-Mausu‟ah al-Qur‟āniyah, (Saudi Arabi: Mu‟asis al-Sijl alArabi, 1405), hal. 88
25
53
Menurut tokoh hadis yang dimaksud dua saksi atau Syahidayn
disini tidak harus keduanya dalam bentuk hafalan, atau keduanya
dalam bentuk tulisan. Sahabat tertentu yang membawa ayat tertentu
itu, sudah diterima ayatmnya apabila ayat yang disodorkan kepada tim
didukung oleh dua hafalan dan atau tulisan sahabat lainnya. Demikian
juga suatu hafalan ayat tertentu yang dibawa oleh sahabat tertentu
baru bisa diterima bila dikuatkan oleh dua catatan dan atau hafalan
sahabat lainnya. Pengertian Ibn Hajar tentang syahidain ini sedikit
berbeda, yaitu catatan sahabat tertentu mengenai ayat tertentu seorang
sahabat sudah dapat diterima bila memiliki dua saksi yang
memberikan kesaksian bahwa catatan itu memang ditulis di hadapan
Rasulallāh.28
Al-Qur‟ān yang telah dibukukan itu dinamai dengan al-Mushaf.
Empat buah diantaranya dikirim ke Mekah, Syiria, Basrah dan Kufah,
agar di tempat-tempat itu disalin pula masing-masing Mushaf itu, dan
satu buah ditinggalkan di Madinah, untuk Utsmān sendiri dinamai
dengan “Mushaf al-Imam”.
Sesudah itu Utsmān memerintahkan mengumpulkan semua
lembaran-lembaran yang bertuliskan al-Qur‟ān yang ditulis sebelum
itu dan memBakarnya. Ia khawatir kalau Mushaf yang bukan salinan
Panitia Empat itu beredar. Padahal pada Mushaf-mushaf yang
peredarannya dikhawatirkan itu terdapat kalimat yang bukan alSihabuddin Abd al-Rahmān bin Ismā‟īl bin Ibrāhīm al-Dimashqi, al-Murshīd alWājiz ila Ulūm Tata‟alaqu bi al-Kitāb al-Azīz, (Bairut: Dār al-Ṣ adir, 1975) hal. 55
28
54
Qur‟ān. Karena merupakan catatan khusus sahabat-sahabat tertentu.
Di situ terdapat juga beberapa kalimat yang merupakan tafsiran dan
bukan Kalam Allāh.
Umar bin Shabba meriwayatkan melalui Sawwar bin Shabib:
saya masuk ke kelompok kecil untuk bertemu dengan Ibn al-Zubayr,
lalu saya menanyakan kepadanya kenapa Utsmān memusnahkan
semua naskah kuno al-Qur‟ān?. Dia menjawab “pada zaman
pemerintahan Umar ada pembual bicara yang telah mendekati
Khalīfah memberitahukan kepadanya bahwa orang-orang telah
berbeda dalam membaca al-Qur‟ān. Umar menyelesaikan masalah ini
dengan mengumpulkan semua salinan naskah al-Qur‟ān dan
menyamakan bacaan mereka, tetapi menderita yang sangat fatal
sebelum dia dapat melakukan upaya lebih lanjut. Pada zaman
pemerintahan
Utsmān,
orang
yang
sama
datang
untuk
mengingatkannya masalah yang sama dimana kemudian Utsmān
memerintahkan untuk membuat Mushaf tersendiri. Lalu dia mengutus
saya menemui bekas istri Nabi Muḥ ammad SAW, Aisah, agar
mengambil kertas kulit (suhf) yang Nabi Muḥ ammad SAW. sendiri
telah mendiktekan keseluruhan al-Qur‟ān. Mushaf yang dikumpulkan
secara independen kemudian dibandingkan dengan suhf ini, dan
setelah melakukan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang ada,
55
kemudian ia menyuruh agar semua salinan naskah al-Qur‟ān itu
dimusnahkan29.
Walaupun riwayat ini dianggap lemah menurut ukuran pada ahli
hadis, tapi ada gunanya dalam menyebutkan riwayat ini yang
menerangkan pengambilan suhf yang ada dibawah pengawasan atau
penjagaan Aisah. Riwayat dibawah ini bagaimanapun menguatkan
riwayat-riwayat sebelumnya.
Ibn Shabba meriwayatkan dari Harun bin Umar, yang
mengaitkan bahwa: “Ketika Utsmān hendak membuat salinan naskah
resmi, dia meminta Aisah agar mengirimkannya kepada kertas kulit
suhf yang dibacakan oleh Nabi Muḥ ammad yang disimpan di
rumahnya. Kemudian dia menyuruh Zayd bin Thabīt membetulkan
sebagaimana mestinya, pada waktu itu dia merasa sibuk dan ingin
mencurahkan waktunya mengurus masyarakat dan membuat ketentuan
hukum sesama mereka”.30
Maka dari Mushaf yang ditulis di zaman Utsmān itulah kaum
muslimin di seluruh pelosok menyalin al-Qur‟ān itu. Adapun kelainan
bacaan, sampai sekarang masih ada karena bacaan-bacaan yang
dirawikan dengan mutawatir dari Nabi terus dipakai oleh kaum
muslimin dan bacaan-bacaan tersebut tidaklah berlawanan dengan apa
yang ditulis dalam mushaf-mushaf yang ditulis di masa Utsmān itu.
Fahd Ibn Abd al-Rahmān Ibn Sulaimān al-Rummy, Jam‟u Al-Qur‟ān al-Karīm fi
„Ahd Khulafā‟ Ar-Rashidīn (Libanon: Dār Al-Fikr, 2009) Hal. 29
30
Ibid, hal. 75
29
56
Dengan demikian keistimewaan pembukuan al-Qur‟ān pada
masa Utsmān itu adalah:
a.
Adanya penyerdahanaan dialek dari tujuh dialek menjadi satu
dialek. Ibn Qayyim al-Jauziyah berkata: Utsmān mengumpulkan
manusia diatas satu dialek dari yang semula tujuh dialek, yang
oleh Rasul telah dimutlakkan sebagai bacaan umatnya, ketika hal
itu masih merupakan maslahah.
b.
Mengembalikan bacaan yang telah dihapus. Utsmān bermaksud
menyatukan Mushaf umat. Bacaanya tidak ada yang dihapus,
ditulis dengan bentuk yang kokoh, dan mewajibkan umat
membaca dan menghafalnya, lantaran karena dikhawatirkan
masuknya kerusakan dan kesamaran pada generasi selanjutnya .
c.
Peringkasan terhadap apa yang ditetapkan pada pemeriksaan
terakhir dan membuang selain hal tersebut. Sesungguhnya Ibn
Daudi telah meriwayatkan tentang mushaf-mushaf dari Muhid bin
Sairi, dari Kutsair bin Aflah: Ketika Utsmān menginginkan agar
mushaf-mushaf ditulis, ia mengumpilkan dua belas orang dari
golongan Anṣ ār dan Quraish. Diantara mereka terdapat Ubay bin
Ka‟ab dan Zayd Bin Thabīt. Rawi berkata: “Lalu mereka diutus
keruangan dirumah Umar dan dibawalah Mushafnya. Saat itu
Utsmān mengadakan perjanjian dengan mereka, yakni apa bila
diantara mereka berselisih dalam sesuatu, maka ia harus
mengakhirkannya.” Muhd berkata: “Lalu ku katakan kepada
57
orang-orang banyak tersebut, diantara mereka ada yang menulis
wahyu.
Apakah
kalian
mengerti
kenapa
mereka
mengakhirkannya?” ia mejawab: ”Tidak”. Muhd berkata: “Aku
mengira, mereka mengakhirkannya karena terjadi perselisihan.
Sedangkan yang lain melihat orang berselisih, padahal diantara
mereka ada yang menulis tentang perjanjian lalu mereka menulis
atas dasar perkataan orang itu31.
d.
Peringkasan terhadap bacaan-bacaan yang telah kuat dan dikenal
dari Rasulallāh dan pembatalan hal-hal yang belum kuat.
e.
Susunan ayat dan surat sama seperti yang dikenal saat ini.
Kaum muslimin sepakat bahwa seluruh Mushaf yang dibagikan
Utsmān ke berbagai penjuru negeri, berapapun jumlahnya adalah
mushaf yang sama dan mencakup semua isi al-Qur‟ān, yang diterima
dari Nabi Muḥ ammad. Mushaf tersebut berisi 114 surat, naskah
tersebut tidak memiliki titik dan syakal (harakat), dan tidak pula
memiliki tanda-tanda lain yang kita kenal dimasa ini. Bahkan menurut
pendapat yang populer, ia tidak pula memiliki nama-nama surat dan
bagian-bagian yang memisahkannya satu sama lain.
Kendati nasib semua Mushaf tersebut tidak diketahui secara
pasti, namun Ibn Katsir pernah melihat Mushaf Utsmāniy yang ada di
Syam. Ibn Katsir mengatakan sebagai berikut : adapun Mushaf
Utsmāniyah yang diakui sebagai Mushaf Imam maka yang termasyhur
Fahd Ibn Abd al-Rahmān Ibn Sulaimān al-Rummy, Jam‟ al-Qur‟ān al-Karīm fī „Ahd
Khulafā‟ Ar-Rashidīn.,,, hal. 29
31
58
sekarang ini adalah yang terdapat di Syam dan tersimpan di Masjid
Jami‟ Damaskus. Dulu Mushaf tersebut disimpan di kota Thibriyyah,
kemudian dipindahkan ke Damaskus pada akhir tahun 518 H. sungguh
saya telah menyaksikan sendiri Kitab agung dan mulia dengan tulisan
tangan yang indah, jelas dan kuat, yang menggunakan tinta yang tahan
luntur, dan ditulis di atas lembaran-lembaran yang saya duga adalah
kulit unta. 32
Perlu diketahui bahwa sebelum masa Utsmān, telah terjadi
perselisihan mengenai bacaan al-Qur‟ān, baik di daerah-daerah
maupun di Madinah, setiap guru mempunyai bacaan tersendiri
sehinggah anak-anak yang menerima pelajaran pun menjadi berselisih.
Perselisihan
ini
berlanjut
hingga
masa
Utsmān
kemudian
disampaikanlah kasus itu oleh Hudzayfah kepada Utsmān. Karena
itulah ia sangat khawatir, kemudian menyampaikan amanatnya di
depan jama‟ah sebagai berikut:
“Kamu sekalian yang dekat dengan sayapun berselisih mengenai
bacaan al-Qur‟ān dan salah bacaan, apalagi orang-orang yang
berada di daerah-daerah. Saya yakin, mereka lebih hebat
perselisihannya dan lebih besar kesalahannya dalam membaca
al-Qur‟ān. Untuk itulah wahai sahabat-sahabat Muḥ ammad
tulislah sebuah Imam untuk manusia”.
Karena itulah Mushaf Utsmān dinamakan Al-Imam, Utsmān
telah mengirimkan naskah Mushaf ini ke beberapa daerah dan
memerintahkan agar memBakar semua Mushaf selain Mushaf
Utsmān. Ibn Fadhli al „Umariy dalam Kitabnya Masālik aI-‟Abrar
Fahd Ibn Abd al-Rahmān Ibn Sulaimān ar-Rummy, Jam‟ al-Qur‟ān al-Karīm fī „Ahd
Khulafā‟ ar-Rashidīn.,,, hal. 29
32
59
ketika menerangkan sifat masjid Damaskus, berkata: ”Disebelah
kirinya terdapat Mushaf Utsmāni yang ditulis Amirul Mu‟minin.
Mushaf Utsmāni ini berada di masjid Damaskus abad 8 H. Para
peneliti peninggalan bangsa Arab menegaskan, Mushaf inilah yang
dipelihara di perpustakaan Leningrad, kemudian dipindahkan ke
Inggris dan tetap disana hingga sekarang.33
Pembakuan teks al-Qur‟ān pada masa Utsmān dapat diberi
penanggalan pada suatu saat antara 650 hingga wafatnya Utsmān pada
656. Masa ini merupakan titik utama dalam apa yang biasanya disebut
sebagai pembentukan naskah resmi al-Qur‟ān. Bagaimanapun bentuk
al-Qur‟ān sebelumnya, sudah jelas bahwa kitab yang di tangan kita
sekarang merupakan al-Qur‟ān Utsmāni. OrgaNisā‟si yang dibentuk
Utsmān menentukan apa-apa yang mesti dimasukkan dan apa yang
mesti dikeluarkan, orgaNisā‟si mengatur nomor dan susunan surat,
serta kerangka konsonantal namun bentuk teks ketika titik-titik huruf
tertentu dihilangkan. Jika kita berpendapat bahwa pemeliharaan setiap
bagian terkecil dari wahyu merupakan suatu syarat mutlak, maka Zayd
harus dikukuhkan karena telah menghasilkan suatu karya yang sangat
mengagumkan.
Periode Khulafā‟‟ ar-Rāshidīn diakhiri dengan sebuah tragedi.
Keluarga Utsmān mempertahankan kekuasannya atas masyarakat
melalui suatu keturunan Utsmān yang bernama Muawwiyah,
33
44
Muḥ ammad Abdu al-Adīm ar-Razzāqi, Manāhil al-Irfan fi Ulūm al-Qur‟ān.,,, hal.
60
sementara Ali sebagai menantu Nabi dan sahabat Nabi terkemuka,
juga menginginkan posisi sebagai Khalīfah. Persaingan dalam
merebut kekuasaan tersebut akhirnya mengakibatkan peperangan
antara kedua belah pihak dan Muawiyah berhasil merebut kekuasaan
tersebut, meskipun dia tidak pernah mengalahkan Ali secara total.
Akan tetapi secara politik, masyaarakat mengalami perpecahan, dan
lahirlah dua kelompok Islam.
D. Undang-Undang Pembukuan Mushaf Utsmāni
Utsmān memberikan pedoman yang harus ditaati tatkala proses
pembukuan Mushaf Utsmān. Bunyi pasal-pasalnya adalah:
1.
Tidak ditulis sebelum ada penelitian mendalam bahwasanya hal tersebut
adalah al-Qur‟ān.
2.
Tidak ditulis sebelum ada penelitian mendalam bahwasanya hal tersebut
3.
adalah “al-‟Arḍ ah al-Ahirah”34
Tidak ditulis sebelum ada penelitian mendalam bahwasanya hal tersebut
bukan ayat yang dihapus (Mansūkh bih).
4.
Tidak ditulis sebelum ada penelitian mendalam bahwa sanya hal tersebut
telah menjadi kesepakatan para sahabat besar.
5.
Bila ada perselisihan bahasa yang dipakai al-Qur‟ān maka dipakailah
bahasa Kabilah Quraish.
“al-‟Arḍ ah al-Ahirah” adalah pembacaan keseluruhan al-Qur‟ān nabi Muḥ ammad pada
periode terahir sebelum nabi wafat. Pembacaan ini terjadi 4 kali. 2 kali pembacaan nabi
didengarkan langsung oleh malaikat jibril dan dua kali nabi mendengarkan pembacaan Malaikat
Jibril.menurut kesepakatan para sahabat, diantara sahabat yang hadir pada waktu al-‟Arḍ ah alAhirah dan paling tahu tetntang bacaan al-‟Arḍ ah al-Ahirah ini adalah Zayd bin Thabīt dan
Abd Allāh bin Mas‟ud. Muḥ ammad Ṭ āhir al-Qurdi, Tarīkh Al-Qur‟ān (Jedah: Muthob‟atu AlFath, 1365) hal. 433
34
61
6.
Harus dengan menggunakan Qira‟ah Mutawatir.
7.
Bila tak terjadi berbedaan Qira‟ah maka ditulis dengan satu warna
Qira‟ah.
8.
Bila ada perbedaan Qira‟ah namun masih memungkinkan untuk
membenarkan keduanya sebab adanya persamaan maksud maka ditulis
dengan satu qiroaah.
9.
Bila ada perbedaan Qira‟ah dan tidak mungkin dicocokkan keduanya
maka keduanya ditulis.
E.
Perbedaan Mushaf Utsmāni dengan Mushaf Lain
Pada awalnya bentuk Mushaf al-Qur‟ān beragam atau bermacammacam. Namun pada era Khalīfah Utsmān Mushaf yang beragam itu
diseragamkan menjadi satu Mushaf, yang sampai saat ini dikenal sebagai
Mushaf Utsmāni. Ketika standarisasi Mushaf terjadi, maka dampaknya tidak
sebatas penyeragaman bentuk, tetapi juga berpengaruh terhadap pembatasan
dalam pemahaman dan keleluasaan dalam mengungkapkan bacaan alQur‟ān.35
Adapun mushaf-mushaf yang muncul pada generasi awal Islam dapat
dibagi menjadi dua bagian primer dan skunder. Mushaf primer atau Mushaf
independen artinya Mushaf yang
dikumpulkan secara individual oleh
sejumlah Sahabat Nabi. Mushaf skunder artinya adalah Mushaf generasi
selanjutnya yang sangat bergantung atau didasarkan pada Mushaf primer
35
Muḥ ammad Abd al-Adīm ar-Razzāqi, Manāhil al-Irfan fi Ulūm al-Qur‟ān.,,, hal. 44
62
serta mencerminkan tradisi bacaan kota-kota besar Islam. Adapaun Mushaf
tersebut adalah:36
a.
Mushaf Independen atau primer.
1) Mushaf Sālim bin Ma‟qil
2) Mushaf Umar bin Khatāb
3) Mushaf Ubay bin Ka‟ab
4) Mushaf Ibn Mas‟ud
5) Mushaf Ali bin Abi Ṭ ālib
6) Mushaf Abu Musa al-As‟ari
7) Mushaf Ḥafṣ ah bin Umar
8) Mushaf Zayd bin Thabīt
9) Mushaf Aisah binti Abu Bakar
10) Mushaf Ummu Salamah
11) Mushaf Abd Allāh bin Amr
12) Mushaf Ibn Abbās
13) Mushaf Ibn Zubayr
14) Mushaf Ubay bin Umar
15) Mushaf Anas bin Malik
b.
Mushaf Skunder
1) Mushaf al-Qama Ibn Qais
2) Mushaf ar-Robi‟ Ibn Qutaym
3) Mushaf Harīs Ibn Sa‟id
36
Taufiq Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur‟ān, .,, hal.287
63
4) Mushaf al-Aswad bin Yazīd
5) Mushaf Khitan
6) Mushaf al-Amasi
7) Mushaf Said Ibn Zubayr
8) Mushaf Mujahid bin Ikrimah
9) Mushaf Atha‟ Ibn Abi Rābbah
10) Mushaf Shalih Ibn Kaisan
11) Mushaf Ja‟far as-Shādiq
Empat Mushaf itu adalah:
a. Mushaf Ali bin Abi Ṭ ālib37
Ali bin abi Ṭ ālib Khalīfah ke-4 adalah anak dari Abu Ṭ ālib
pemimpin Bani Hasyim
yang secara gigih melindungi Nabi
ketika di Makkah. Ali bin abi Ṭ ālib menjadi skretaris Nabi dalam
usia muda dan termasuk as-sābiqūn al-awaalūna para sahabat
yang pertama masuk Islam. Dikatakan bahwa Ali bin abi Ṭ ālib
merupakan orang pertama kali masuk Islam setelah Hadijah.
Riwayat lain bahwa ia adalah orang kedua yang masuk Islam
setelah Abu Bakar. Kedekatan dengan Nabi bisa dilihat dari
bahwa ia memepersunting Fatimah, putri Nabi Muḥ ammad.
Bukti kedekatan Ali bin abi Ṭ ālib dengan Nabi perihal
pencatatn al-Qur‟ān Nabi pernah bersabda kepadanya:
Abu Bakar Ibn Abi Dawūd Abd Allāh Ibn Sulaimān al-shashi, al-Mashāhif Lī Ibn
Abi Dawūd ..., hal. 65
37
64
Hai ali, al-Qur‟ān ada dibelakang tempat tidurku (tertulis
diatas sutra dan kertas) ambil dan kumpulkanlah. Jangan
sia-siakan seperti orang yahudi yang telah menyia-nyiakan
Kitab taurat.38
Kemudian Ali bin abi Ṭ ālib menju ke tempat itu dan
membungkus bahan-bahan tersebut dengan kain kuning dan
kemudian disegel.
Riwayat lain yang beredar dikalangan syi‟ah, Ali bin abi
Ṭ ālib adalah sebagai orang pertama yang mengumpulkan al-
Qur‟ān setelah wafatanya Nabi. Dan sumber-sumber sunni bahwa
Ali bin abi Ṭ ālib memang mempunyai sejumlah kumpulan alQur‟ān. bentuk riwayat yang dieterima secara luas, mengenai
pengumpulan Ali bin abi Ṭ ālib adalah, bahwa setelah wafatnya
Nabi, ketika para sahabat tengah sibuk memilih pengganti Nabi,
Ali bin abi Ṭ ālib malah mengurung diri di rumah dan bersumpah
tidak akan keluar rumah sebelum mengumpulkan bahan-bhan alQur‟ān kedalam sebuah Mushaf.39
Hal ini menimbulkan isu bahwa Ali bin abi Ṭ ālib tidak
keluar karena tidak setuju dengan bay‟ah Abu Bakar sebagai
Khalīfah terpilih. Akirnya Ali bin abi Ṭ ālib mengklarifikasi
perbuatanya atas ketidak hadiran tersebut. Tepatnya setelah
pengumpulan wahyu selsai digarabnya. Ali bin abi Ṭ ālib
mengepaknya diatas punggung Unta. Dan membawa kedepan
Jalal al-Dīn Abd al-Rahmān Rahmān Ibn Abi Bakar as-Suyuṭ i, Al-Itqān Fi Ulūm alQur‟ān .,, hal. 57
39
Taufiq Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur‟ān.,, hal. 271-277
38
65
para sahabat Nabi sembari berkata, “inilah al-Qur‟ān yang telah
saya kumpulkan”.
Kaisah yang semacam riwayat diatas sangat banyak.
Misalnya Ali bin abi Ṭ ālib telah mengumpulkan naskahnya
selama enam bulan setelah wafatnya Nabi. Riwayat lain, bahwa
segera setelah Nabi wafat ia mengurung diri selama 3 hari dan
menulis al-Qur‟ān secara kronologis dari hafalanya. Dikalangan
syi‟ah beredar bahwa laporan tentang al-Qur‟ān Ali bin abi Ṭ ālib
mendahulukan ayat yang Mansūkh dari pada yang Nāsikh, serta
menyertakan takwīl dan tafsir yang rinci. Dalam al-Itqān, as-Suyti
mengungkpakan 6 surat pertama dari Mushaf Ali bin abi Ṭ ālib
yang tersusun secara kronologis surat. al-Alaq, al-Mudathir, alQalam, al-Muzammil, al-Masd, al-Takwir. Tetapi, kisah –kisah
Ali bin abi Ṭ ālib selalu ditafsirkan para pemikir Islam awal
sebagai upaya pengumpulan dalam hafalan bukan dalam tulisan.
Penafsiran seperti ini tentu saja sangat bertentangan dengan
riwayat-riwayat diatas. Yang menekankan bentuk penulisan alQur‟ān.40
Riwayat lagi yang senada, adalah ketika Nabi menjelang
wafat memenggil Ali bin abi Ṭ ālib dan menyampaikan rahasia
tempat penyimpanan al-Qur‟ān di belakang tempat tidurnya,
kemudian berwasiat kepada Ali bin abi Ṭ ālib dan menyuruh
40
Ibid, hal 271-174
66
mengeditnya. Disebutkan bahwa al-Qur‟ān yang di simpan Ali
bin Abi Ṭ ālib kini dibawa oleh imam Ja‟far Ibn Abi Ṭ ālib Atau
Jakfar as-Shadiq.41
Jadi, Mushaf simpan Ali bin Abi Ṭ ālib memiliki ciri
khusus yang tidak dimiliki oleh Mushaf lainnya. Karakter khusus
Mushaf ini adalah:
1)
Ayat dan surat tersusun rapi sesuai dengan urutan turunnya,
maka ayat-ayat Makkiyah diletakkan sebelum ayat-ayat
Madaniyah, ayat-ayat yang turun masa awal diletakkan lebih
dahulu dari pada ayat-ayat yang turun belakangan.
2)
Mushaf Ali bin Abi Ṭ ālib mendahulukan ayat yang Mansūkh
dari pada yang Nāsikh
3)
Bacaan yang tercantum dalam Mushaf ini lebih mendekati
keaslian sehingga lebih sesuai dengan bacaan Rasul.
4)
Ada catatan tanzil dan takwīl di tepi Mushaf yang
menjelaskan situasi dan kondisi serta latar belakang ayat-ayat
al-Qur‟ān diturunkan. Penjelasan ini sangat berguna dalam
menggali maksud ayat-ayat al-Qur‟ān diturunkan serta
menyingkap makna-makna ayat yang masih samar.42
Itqān:
Daftar isi serta urutan Mushaf Ali bin Abi Ṭ ālib versi alBagian Pertama
41
42
Ibid, hal 271-174
Ibid, hal. 66
67
No
Nama Surat
No Surat
No.
Nama Surat
No. Surat
1
al-Baqarah
2
9
al-Sajadah
32
2
Yūsuf
12
10
al-Nāzi‟āt
79
3
al-‟Ankabūt
29
11
al-Taqwīr
81
4
al-Rūm
30
12
al-Infiṭ ār
82
5
Luqmān
31
13
al-Inshiqāq
84
6
Fussilat
41
14
al-A‟alā
87
7
al-Dāriyāt
51
15
al-Bayyinah
98
8
al-Insān
76
Bagian Pertama
1
Āli „Imrān
3
9
al-Ma‟arif
70
2
Hūd
11
10
Abasa
80
3
Yūsuf
12
11
al-Syams
91
4
al-Ḥijr
15
12
al-Qadr
97
5
al-Aḥ zāb
33
13
al-Zalzalah
99
6
al-Ḍ uhā
44
14
al-Lumazah
104
7
al-Rahmān
55
15
al-Fīl
105
8
al-Haqqah
69
16
al-Quraish
106
Bagian Pertama
1
al-Nisā‟
4
10
al-Lahb
111
2
al-Nahl
16
11
al-Ihlās
112
3
al-Mukminūn
23
12
al-Asr
103
4
Yāsīn
36
13
al-Qāri‟ah
101
5
al-Shurā
42
14
al-Burūj
85
6
al-Wāqi‟ah
56
15
al-Ṭ īn
95
7
al-Mulk
67
16
al-Naml
27
8
al-Muddathir
74
9
al-Mā‟ūn
107
Bagian Pertama
1
al-Māidah
5
10
al-Mumtahanah
60
2
Yūnus
10
11
al-Ṭ āriq
86
3
Maryam
19
12
al-Mālad
90
68
4
al-Shu‟arā‟
26
13
al-„Insirah
94
5
al-Zuhruf
43
14
al-„Adiâh
100
6
al-Ḥujarct
49
15
al-Kauthar
108
7
Qaf
50
16
al-Kāfirūn
109
8
al-Qamar
54
Bagian Pertama
1
al-An‟ām
6
9
al-Jum‟ah
62
2
al-Ishrā‟
17
10
al-Munafiqūn
63
3
al-Anbiyā‟
21
11
al-Qalam
68
4
al-Furqān
25
12
Nūh
71
5
al-Qaṣ aṣ
28
13
al-Jin
72
6
al-Mukmin
40
14
al-Mursalāt
77
7
al-Mujādalah
58
15
al-Ḍ uhā
93
8
al-‟Aṣ r
59
16
al-Takāthur
102
Bagian Pertama
1
al-‟A‟rāf
7
9
al-Ḥadīd
57
2
Ibrāhīm
14
10
al-Muzammil
73
3
al-Kahf
18
11
al-Qiyāmah
75
4
al-Nūr
24
12
al-Nabā‟
78
5
38
13
al-Asyiah
88
6
Ṣ ād
al-Zumr
39
14
al-Fajr
89
7
al-Ghāshiyah
45
15
al-Layl
92
8
Muḥ ammad
47
16
al-Nasr
110
Bagian Pertama
1
al-Anfāl
8
9
al-Najm
53
2
al-Taubah
9
10
al-Shāf
61
3
20
11
al-Ṭ aghabūn
64
4
Ṭ ahā
Fāṭ ir
35
12
al-Ṭ alaq
65
5
al-Ṣ affa
37
13
al-Muţafifîn
83
6
al-„Ahqāf
46
14
al-Falq
113
7
al-Fath
48
15
al-Nās
114
8
al-Ṭ ūr
52
69
b. Mushaf Abd Allāh Ibn Mas‟ud 43
Abd Allāh Ibn Mas‟ud adalah salah seorang sahabat Nabi
yang berasal dari strata bawah masyarakat Mekkah. Setelah Abd
Allāh Ibn Mas‟ud masuk Islam, ia mengikuti Nabi dan membantu
pribadi Nabi, setelah ia pergi untuk Ḥijrah ke Absimi. Kemudian,
setelah Ḥijrah ke Madinah dia tinggal dibelakang Masjid Nabawi
dan berpartisipasi dalam sejumlah peperangan, seperti perang
Badar, Uhud dan perang Yarmuk. Pada masa pemerintahan umar,
Abd Allāh Ibn Mas‟ud diangkat sebagai Qāḍ i atau hakim di kota
Kuffah serta menjadi kepala keuangan di Kuffah. Pada masa
pemerintahan Utsmān ia di pecat oleh Utsmān di Kuffah akhirnya
dia kembali lagi ke Madinah serta meninggal di kota Madinah.
Tidak ada informasi yang jelas kapan Abd Allāh Ibn
Mas‟ud mengawali pengumpulan Mushafnya. Yang pasti, Abd
Allāh Ibn Mas‟ud mulai mengumpulkan wahyu-wahyu pada masa
Nabi dan melanjutkan sepeninggal Nabi. Setelah ditempatkan di
Kuffah, ia berhasil memapankan pengaruh Mushafnya di kalangan
penduduk kota tersebut. Ketika Utsmān mengirim salinan resmi
teks al-Qur‟ān standar ke Kuffah dengan perintah untuk
memusnahkan teks-teks lainya, dikabarkan bahwa Abd Allāh Ibn
Mas‟ud menolak menyerahkan Mushafnya, jengkel karena sebuah
teks yang disusun seorang pemula seperti Zayd Ibn Thabīt lebih
Abu Bakar Ibn Abi Dawūd Abd Allāh Ibn Sulaimān al-Asy‟asy, al-Mashāhif lī Ibn
Abi Dawūd ..., hal.88
43
70
utamakan dari Mushafnya. Padahal, ia telah menjadi Muslim
tatkala Zayd masih tenggelam dalam alam kekafiran.44
Mushaf Abd Allāh Ibn Mas‟ud memiliki ciri yang juga
berbeda dari Mushaf lainnya, yaitu:45
1)
Hanya memuat 111 Surat.46
2)
Tambahan ayat :
a) Pada surat al-Zumr ayat 23:
Dan orang-orang yang membatu hatinya guna mengingat
tuhan, maka sesungguhnya Allāh akan menyesatkan
orang yang Dia kehendaki.
b) Pada surat al-Najm ayat 60:
Dan apabila datang kepadamu rasul dari kami,kalian
menertawakan dan kalian tidak percaya.
c) Surat Sabā‟ ayat 44
Artinya: dan orang-orang yang membatu hatinya, untuk
mengingat tuhan maka sesungguhnya Allāh akan
menyesatkan orang-orang yang Dia kehendaki
44
45
143
Taufiq Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur‟ān, .,, hal.211
Ridwan bin Muḥ ammad, Sharh al-Mukhallat (t.t.p.: Shabkah al-Islāmiyah, 2011) hal.
Ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa jumlah surat Mushaf Abd Allāh bin
Mas‟ud berjumlah 111. Ada lagi yang berpendapat seperti al-Dailami mengatakan, “Ibnu Mas‟ud
meninggalkan al-Mu‟awwizatain (surat al-Falaq dan an-Nas) Nabi mendo‟akan Hasan dan
Husain dengan al-Mu‟awwizatain (surat al-Falaq dan an-Nas)”. Jalal al-Dīn Abd al-Rahmān
Rahmān Ibn Abi Bakar as-Suyuṭ i, Al-Itqān Fi Ulūm al-Qur‟ān .,, hal. 60
46
71
Artinya; Dan tidaklah Aku utus rasul dan aku turunkan
Kitab-Kitab, kecuali dengan bahasa kaumnya, agar para
rasul itu membacakan kepada kaunya dan menjelaskan
kepada mereka kutamaan dari Allāh.
d) Sementara dalam surat 53, setelah ayat 60, ditambahkan
ayat berikut ini:
3)
Artinya: Dan apabila datang kepada kalian rasul dari
kami, kalian menertawakannya dan tidak percaya.
Tidak ada surat al-Fātihah dan al-Mu‟awwidzatain (surat alFalaq dan al-Nās).
4)
Kata-kata dalam ayatnya banyak berbeda, karena menurut
Abd Allāh bin Mas‟ud kata-kata al-Qur‟ān boleh diganti
dengan sinonimnya, baik untuk lebih menjelaskan maknanya,
atau agar mudah dibaca orang suku tertentu.
5)
Sebagian kata dalam ayat diganti dengan kata lain dengan
maksud agar lebih jelas. Misalnya kata Ṣ auman dalam surat
Maryam ayat 26 diganti Ṣ amtan, karena meksud ayat
tersebut adalah nazar berpuasa untuk diam tidak berkata-kata.
c. Mushaf Ubay Ibn Ka‟ab:47
Abu Bakar Ibn Abi Dawūd Abd Allāh Ibn Sulaimān al-Asy‟asy, al-Mashāhif lī Ibn
Abi Dawūd ..., hal. dan Muḥ ammad Shar‟i Abu Zayd, Kitāb al-Jam‟i fi Marāhilihi al-Tarīkhiyyah
al-„Asri al-Nabawi, (Kuwait: Maktabah al-Kuwaitiyah, t.t.,) hal. 177
47
72
Ubay bin Ka‟ab adalah sahabat Anṣ ār dari Bani Najr yang
masuk Islam pada masa awal dan turut serta dalam dakwah Nabi
Muḥ ammad SAW. Pengetahuannya dalam tulis menulis sudah
sangat baik sebelum dia masuk Islam, hal itu yang membuat Nabi
Muḥ ammad menunjuknya sebagai sekretaris pencatat wahyu.
Dan salah seorang yang menkhususkan diri dalam mengumpulkan
wahyu serta orang yang diperintah langsung oleh Nabi untuk
belajar al-Qur‟ān.48
Mushaf Ubay dikabarkan turut dimusnahkan oleh Utsmān
paska standarisasi teks al-Qur‟ān Mushaf Utsmāni, Abi Daud
memberikan informasi bahwa beberapa orang datang ke Iraq
guna menemui Ubay bin Ka‟ab. Guna mencari keterangan
Mushaf Ubay bin Ka‟ab. Namun, ia mengatakan Mushafnya
Ubay bin Ka‟ab telah disita Utsmān.49
Mushaf ubay bin kaab terdapat 116 surat namun ada yang
mengatakan
102
surat.
Sementara
al-Suyuṭ y
Suyuṭ y
menuturkan dua riwayat perihal jumlah Mushaf yang berada di
Mushaf ubay.
1)
NO
48
Urutan surat berbeda dengan urutan Mushaf Utsmāni.
Susunan Surah
Susunan Kitab al-Itqān50
Taufiq Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur‟ān, .,, hal.186
Ibid, hal. 187
50
Jalal al-Dīn Abd al-Rahmān Rahmān Ibn Abi Bakar as-Suyuṭ i, Al-Itqān Fi Ulūm alQur‟ān .,,, hal. 55
49
73
Nama surat
no
Nama surat
no
1.
al-Baqarah
2
al-Baqarah
3
2.
an-Nisā‟‟
4
an-Nisā‟‟
4
3.
Ali „Imrān
3
Ali „Imrān
5
4.
al-A‟rāf
7
al-A‟rāf
6
5.
al-An‟ām
6
al-An‟ām
7
6.
al-Māidah
5
al-Māidah
8
7.
Yūnus
10
Yūnus
9
8.
al-Taubah
9
al-Taubah
2
9.
al-Nahl
16
al-Nahl
1
10.
Hūd
11
Hūd
13
11.
Yūsuf
12
Yūsuf
11
12.
al-Is‟ra‟
17
al-Kahfi
12
13.
al-Anbiyā‟
21
al-Is‟ro‟
14
14.
al-Mu‟minūn
23
al-Anbiyā‟
15
15.
al-Su‟ara‟
26
16
16.
al-Ṣ affa
37
Ṭ ahā
al-Mu‟minūn
17
17.
al-Aḥ zāb
33
al-Su‟ara‟
19
18.
al-Qaṣ aṣ
28
al-Ṣ affa
18
al-Nūr
24
al- Aḥ zāb
20
20.
al-„Anfāl
8
al-Ḥadīd
21
21.
Maryam
19
24
22.
al-‟Ankabūt
29
al-Qaṣ aṣ
an-Naml
23
23.
al-Rūm
30
al-Nūr
25
24.
Yāsīn
36
al-Anfāl
26
25.
al-Furqan
25
Maryam
27
26.
al-Haj
22
al-„Ankabūt
35
27.
al-Ra‟d
13
ar-Rūm
28
28.
Sabā‟
34
Yāsīn
29
29.
al-Fāṭ ir
35
al-Furqan
30
Ibrāhīm
14
al-Haj
31
Ṣ ād
38
al-Rad‟
32
19.
30.
31.
74
32.
Muḥ ammad
47
Saba‟
33
33.
Luqmān
31
al-Fāṭ ir
34
34.
al-Zumar
39
Ibrāhīm
36
35.
al-Mukmīn
40
38
36.
al-Zuhruf
43
Ṣ ād
Muḥ ammad
39
37.
Fuṣ ilat
41
Luqmān
40
al-Ahqaf
46
al-Zumar
4
39.
al-Ghasiah
45
al-Mukmin
42
40.
ad-Ḍ uhā
44
al-Zuhruf
46
41.
al-Fath
48
Fusilat
42
42.
al-Hadīd
57
al-Ahqāf
43
43.
al-Hasr
59
al-Ghāsiyah
44
44.
al-Sajdah
32
ad-Ḍ uhā
45
45.
Qāf
50
al-Fath
48
46.
al-Ṭ alāq
65
al-„Asr
47
47.
al-Hujarat
49
al-Sajadah
49
48.
al-Mulk
67
al-Ṭ alāq
2
49.
al-Taghābun
64
al-Qalam
50
50.
al-Munafiqūn
63
al-Hujarat
51
51.
al-Jum‟ah
62
al-Mulk
57
52.
al-Shāf
61
al-Tagabun
52
53.
al-Jin
72
al-Munafiqūn
53
54.
Nūh
71
al-Jum‟ah
54
55.
al-Mujādalah
58
al-Shāf
55
56.
al-Mumtahanah
60
al-Jin
56
57.
al-Tahrîm
66
Nūh
57
58.
al-Rahmān
55
al-Mujādalah
58
59.
al-Najm
53
al-Mumtahanah
59
60.
al-Dhāriyāt
51
al-Tahrim
51
61.
al-Thûr
52
al-Rahmān
61
62.
al-Qamar
54
an-Najm
69
63.
al-Haqah
69
al-Thur
63
38.
75
64.
al-Wāqi‟ah
56
al-Dhāriyāt
88
65.
al-Qalam
68
al-Qamar
96
66.
al-Nazi‟ah
79
al-Wāqi‟ah
67.
al-Ma‟arif
70
al-Nazi‟ah
112
68.
al-Mudassir
74
al-Ma‟arif
101
69.
al-Muzamil
73
al-Mudassir
89
70.
al-Muthafifin
83
al-Muzamil
77
71.
Abasa
80
al-Muthafifin
71
72.
al-Insān
76
Abasa
64
73.
al-Qiyāmah
75
al-Insân
65
74.
al-Mursalāt
77
al-Mursalāt
66
75.
an-Nabā‟
78
al-Qiyāmah
69
76.
al-Taqwīr
81
al-Nabā‟
68
77.
al-Infithar
82
at-Taqwīr
99
78.
al-Ghasiyah
88
al-Infithar
9
79.
al-A‟la
87
al-Ghasiyah
91
80.
al-Lail
92
al-A‟la
92
81.
al-Fajr
89
al-Lail
83
82.
al-Burj
85
al-Fajr
87
83.
al-Inshiqāq
84
al-Burj
60
84.
al-A‟laq
96
al-Inshiqāq
71
85.
al-Balad
90
al-A‟laq
113
86.
ad-Ḍ uhā
93
al-Balad
112
87.
al-Insirah
94
ad-Ḍ uhā
108
88.
al-Ṭ āriq
86
al-Insirah
107
89.
al-„Adiyāt
100
al-Ṭ āriq
106
90.
al-Mā‟ūn
107
al-„Adiyāt
105
91.
al-Qāriah
101
al-Mā‟ūn
103
92.
al-Bayyinah
98
al-Qāriah
104
93.
al-Syams
91
al-Bayyinah
96
94.
al-Tīn
95
al-Syams
94
95.
al-Lumazah
104
al-Tīn
95
96.
al-Fīl
105
al-Lumazah
11
76
97.
al-Quraish
106
al-Fīl
32
98.
al-Takāthur
102
al-Quraish
88
99.
al-Qadr
107
al-Takāthur
104
100.
al-„Asr
103
al-Qadr
94
101.
al-Nasr
110
al-Zalzalah
81
102.
al-Kauthar
108
MUSHAF UTSMĀNI
A.
Pelopor Pembukuan Mushaf Utsmāni
Biografi Utsmān bin Affān
1.
Nama lengkap Utsmān adalah Utsmān bin Affān bin Abil „Ash
bin Umâyyâh bin Abdusy Syam bin Abdu Manāf bin Qusyai bin Kilab
bin Murrah bin Ka‟ab bin Luwa‟i bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin
An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin
Mudhar bin Nizar bin Ma‟addu bin „Adnan. 1
Utsmān masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar al-Ṣ idīq R.A.
Ketika istri dia Ruqayyah binti Rasulillah SAW meninggal, Rasulallāh
menikahkannya dengan adik istrinya, Ummu Kaltsum. Itulah
sebabnya, dia mendapat gelar “Dzū al-Nurraini”. Dia adalah orang
pertama yang Ḥijrah ke negeri Ethiopia, kemudian kembali ke
Makkah dan Ḥijrah ke Madinah. Dia tidak ikut perang Badar karena
ditugaskan menjaga istrinya yang sedang sakit berat, namun pada
peperangan-peperangan berikutnya selalu ikut serta. 2
Setelah Utsmān bin Affān masuk Islam dia menikahi Ruqayyah
anak Rasulallāh, ketika itu umur Ruqayyah belum mencapai 20 tahun
kendati itu bukan putri Rasulallāh saw yang tertua, sementara umur
Abd Allāh Bin Muḥ ammad Bin Abd Azīz al-Baghawi, Mu‟jam al-Ṣ ahābah,
(Kuwait: Maktabah Dār al-Bayan, 2000), hal. 29. dan Ismā‟īl bin Umar bin Kathīr al-Qurshiyi adDimashqi, al-Bidāyah Wa an-Nihāyah.,,, hal. 319
2
Ibid.,,,hal. 29
1
39
40
Utsmān ketika itu sudah hampir 40 tahun, dan di zaman jahiliyah itu
sudah pernah menikah dan mendapat julukan Abu Umar.3
Setelah wafatnya Ruqayyah dia menikahi Umi Kalsum, adik
Ruqayyah. Tetapi Umi Kalsum juga meninggal ketika ayahnya masih
hidup dan alangkah beratnya kesedihan yang harus diderita Utsmān.
Rasulallāh menghiburnya dengan mengatakan: “andaikata ada putri
kami yang ketiga, niscaya kami kawinkan kepada engkau, “Karena
pernikahan Utsmān dengan Ruqayyah dan kemudian dengan Umi
Kalsum itulah, maka kaum muslimin kemudian memberinya gelar
dengan Dzu al-Nurrain.4
Utsmān tidak ikut perang Badar karena sedang merawat
Ruqayyah. Tetapi sesudah tahun berikutnya dan perang Uhud ia juga
terjun bersama-sama dengan Muslimin yang lain. Kemudian
peranannya dan peranan yang lain-lain waktu itu, tetapi Allāh
memaafkan mereka. Sebenarnya pihak muslimin pagi itu sudah
mendapat kemenangan, tetapi kejadiannya kemudian berbalik
menimpa mereka. Pihak Quraish lalu mengumumkan bahwa
Mahammad sudah terbunuh. Berita ini membuat pihak muslimin jadi
porak-poranda dan sebagian mereka ada yang lari, tetapi tak lama
kemudian pihak muslimin tahu bahwa Nabi masih hidup. Mereka
3
hal. 55
Abu Amar Khalīfah bin Khiyaṭ , Kitāb al-Thabaqah, (Libanon: Dār al-Fikr, 2004),
Muḥ ammad bin Abd Allāh al-Ghabban, Fitnah al-Maqtal Utsmān bin Affān Juz I
(t.t.p., Maktabah al-„Abikan, tth), hal. 35.
4
41
segera ke tempat Nabi dan berusaha melindunginya dari serangan
Quraish.5
Utsmān Menjadi Khalīfah
2.
Umar memerintah selama 10 tahun. Masa jabatannya berakhir
dengan kematian, karena dibunuh oleh seorang budak dari Persia
bernama Abu Lu‟lu‟ah.
6
Kebijakan Umar dalam menggantikan
jabatan berbeda dengan jalan yang dilakukan Abu Bakar. Sebelum
Umar wafat, Umar telah memerintahkan dibentuknya majelis syura
yang beranggotakan enam orang, yaitu Ali bin Abi Ṭ ālib r.a., Zubayr
bin al-Awwan r.a., dan Ṭ alḥ ah bin Ubayd Allāh r.a., Abdur Rahman
bin Auf, Sa‟ad bin Abi Waqqash dan Utsmān bin Affān kemudian
ditambahkan kepada enam orang itu, putranya sendiri, Abd Allāh,
agar pendapatnya cenderung pada pemilihan atau penolakan . Setelah
melalui pendekatan dan diskusi yang panjang, suara kaum muslim
ditentukan melalui voting. Sebagian meminta penyerahan jabatan
Khalīfah kepada Ali bin abi Ṭ ālib dan sebagian lain meminta
diserahkan kepada Utsmān. Namun Ali, Sa‟ad, dan Zubayr memilih
Utsmān. Pada hari keempat, setelah wafatnya Umar bin Khatāb r.a.,
Abd al-Rahmān bin Auf pun bergabung bersama mereka. Selanjutnya,
penduduk Madinah keluar rumah umtuk membaiat Utsmān bin Affān
r.a. dengan demikian, hari pertama ke-khalīfah-an Utsmān bertepatan
5
hal. 80.
Akram al-Amr, „Ashra al-Khilāfah Ar-Rāshidah (t.t.p., Maktabah al-„Abikan, tth),
Abd al-Rahmān bin Abi Bakar as-Suyuṭ i, Tarīkh al-Khulafā‟, (Mesir: Matba‟ah asSa‟adah, t.t.,) hal. 120.
6
42
dengan hari pemakaman jenazah Umar. Hal itu terjadi pada awal
Muharram 24 H.7
Abdur Rahman bin Auf mengundurkan diri dan melepaskan
haknya dalam pencalonan supaya suaranya menguatkan apabila
timbul perbedaan. Abdur Rahman memulai mengundurkan diri.
Kemudian al-Zubayr meninggalkan haknya bagi Ali diikuti Sa‟ad bin
Waqqash yang juga mengundurkan diri dari pencalonan. Dengan
demikian pemilihan itu hanya memilih antara Utsmān dan Ali,
sedangkan Abdur Rahman diserahi tugas untuk memilih menentukan
salah satu dari keduanya Ali atau Utsmān.8
Setelah itu Abd al-Rahmān bin Auf naik mimbar Rasulallāh lalu
berdoa dengan doa yang panjang kemudian berkata, “Wahai orangorang, aku telah bertanya kepada kalian secara diam-diam maupun
terang-terangan, maka tidak kudapati bahwa kalian menyamakan
seorangpun dengan Ali dan Utsmān. Datanglah kepadaku hai Ali”. Ali
berdiri dan pergi kepadanya, “Apakah engkau akan membay‟atku
berdasarkan Kitab Allāh dan sunah Nabinya serta perbuatan Abu
Bakar dan Umar? Ali menjawab, “Berdasarkan kitab Allāh dan Sunah
Rasul-Nya serta ijtihad pendapatku. Kemudian Abd al-Rahmān bin
Auf berkata, datanglah hai Utsmān. “Maka Utsmān datang kepada
Abd al-Rahmān dan tangannya dipegang seraya berkata, apakah
Munir Muḥ ammad al-Gadban, Sabab fi al-„Ahd ar-Rāshidi, (Kairo: Dār al-Salam,
2011), hal. 132
8
Ibid.,,, hal. 144
7
43
engkau mau membai‟atku berdasarkan kitab Allāh dan sunah rasūlNya serta perbuatan Abu Bakar dan Umar? Utsmān menjawab “Ya”.9
Tangan kanan yang pertama menjabat tangan kanan Utsmān
untuk membai‟at adalah tangan Ali bin Abi Ṭ ālib, baru kemudian
diikuti oleh seluruh kaum muslimin. Demikianlah Utsmān memikul
beban-beban Khalīfah yang dipikulnya ketika ia hampir mencapai usia
70 tahun.
Utsmān bin Affān seorang yang lemah lembut walaupun ia
mempunyai beberapa kelebihan, tapi dalam hal pemikiran kreatif tidak
muncul. Justru kelemah-lembutannya dipergunakan oleh keluarga
bani Umayyah yang pernah memegang kekuatan politik sebelum
Islam untuk meningkatkan dan mengembalikan kedudukannya sebagai
pemimpin kaum Quraish pada masa Islam. Karena peluang yang dapat
dimanfaatkan oleh keluarga bagi Umayyah untuk menduduki jabatan
penting, namun itu pula yang menyebabkan timbulnya berbagai protes
dan sikap oposisi yang datang hampir dari seluruh daerah. Gerakan itu
berakhir dengan pembunuhan terhadap Khalīfah ketiga, Utsmān bin
Affān.10
B.
Pengertian Mushaf Utsmāni
Kata Mushaf secara bahasa bisa saja dibaca mishaf menurut lagam
bahasa Bani Tamim. Mushaf adalah kata jama‟ dari kata tunggal suhuf yang
Ali Ridho, Dzu al-Nurain Utsmān bin Affān al-Khalīfah al-Tsālis, (Bairut: Dār alKutub al-Ilmiyah, 1982), hal. 223
10
Abd al-Azīz Salim, Adhwa‟ ala Mushaf Utsmān bin Affān wa Rihlatihi wa Gharban,
(Iskandaria: Sabab al-Jami‟ah, 1991), hal. 4
9
44
artinya lembaran. Mushaf adalah sebuah istilah dari kumpulan lembaranlembaran yang di dalamnya terdapat tulisan.11
Secara istilah Mushaf artinya nama dari kumpulan lembaran yang di
dalamnya terdapat tulisan firman Allāh. Jadi, bila mana ada lembaran yang
didalamnya terdapat tulisan kalam Allāh meskipun hanya sedikit sudah
masuk kategori Mushaf.12
Ibn Hājib memaknai Mushaf sebagai segala sesuatu yang didalanya
terdapat tulisan kalam ilahi, meskipun hanya selembar kertas dan di
dalamnya hanya terdapat sebagian ayat, maka sudah tergolong Mushaf. 13
Jadi, definisi ini sangat umum dari pada definisi yang dipaparkan para
pemikir lainya.
Ketika menyebut Mushaf Utsmāni tentu yang di maksud adalah
Mushaf yang dikumpulkan dan ditulis oleh perintah Khalīfah Utsmān bin
Affān. Atau biasa disebut dengan al-Mushaf al-Imām. 14 Namun, istilah
Mushaf Utsmāni bukan hanya satu Kitab saja, melainkan seluruh Mushaf
yang memang terbentuk atas perintah Khalīfah Utsmān bin Affān.15
Mayoritas Ulama‟ terutama para ahli Fiqh mengharuskan mengikuti
model Mushaf Utsmāni. Para ahli Fiqh mengambil kesimpulan bahwa
Mushaf Utsmāni sebagai kesepakatan para sahabat (mujma‟ alaih). Oleh
Ulama kuwait, al-Mausu‟ah al-Fiqhiyah al-Quwaitiyah .,,, hal. 34
Muḥ ammad bin Aḥ mad ad-Dasūqī, Hasyiah ad-Dasūqī Ala Syarhil Kabīr, (Bairut:
Dār al-Kutub, 2011) hal. 35
13
Syihabuddin al-Qulyūbi dan Aḥ mad al-Barsali „Umairah, Hasyiyah al-Qulyūbi wa
„Umairoh, (Bairut: Dār al-Kutub, 2011) hal. 35
14
Muḥ ammad Ṭ āhir al-Qurdi, Tarīkh Al-Qur‟ān.,,, hal. 23
15
Ghanim Qadwuri, Rasm al-Mushaf, (Bagdad: al-Lajnah al-Waṭ aniyah, 1402) hal.
189-190
11
12
45
karena itu, keluar dari Mushaf Utsmāni, misalnya menggunakan Mushafnya
Abd Allāh bin Mas‟ud termasuk hal yang menyimpang. Bahkan bagi
mereka, bacaan al-Qur‟ān di dalam sholat tidak sah bila memakai
Mushafnya Abd Allāh bin Mas‟ud meskipun masih mengikuti riwayat ahli
Qira‟ah yang Ṣ ahīh. 16 Jadi, mayoritas umat Islam, mengikuti Mushaf
Utsmāni adalah sebuah keharusan.
C.
Latar Belakang Pembukuan Mushaf Utsmāni
Sepeninggal Umar bin Khatāb, kekhalīfahan Islam diperebutkan oleh
6 sahabat senior. Mereka adalah Utsmān bin Affān, Ali bin Abi Ṭ ālib,
Ṭ alḥ ah Ṭ alḥ ah bin Ubaydillah, Zubayr bin awAam, Abd al-Rahmān bin
Auf dan Sa‟ad bin Abi Waqas. Pemilihan kursi Khalīfah yang dulu pada
saat Abu Bakar menjadi Umar tidak seruncing masa peralihan Khalīfah
setelah Umar bin Khatāb wafat.
Utsmān Bin Affān menyuruh Zayd untuk memperbanyak Mushaf
yang diperbaruhi menjadi 6 Mushaf, yang lima dikirimkan kewilayah Islam
seperti Mekkah, Kuffah, Basrah dan Suria, yang satu tersisa disimpan
sendiri oleh Utsmān bin Affān dirumahnya. Mushaf ini dinamai al-Imam
yang lebih dikenal Mushaf Utsmāni, demikian terbentuknya Mushaf
Utsmāni dikarenakan adanya pembaruan Mushaf pada masa Utsmān.17
1.
Ide Pengumpulan Al-Qur‟ān
Abu Umar al-Dani, al-Muqni‟ fī Ma‟rifat Rasm al-Maṣ āhif al-Amṣ ār, (Bairut: Dār
al-Kutub, 2011) hal. 9-10.
17
Ali bin Sulaimān al-„Abīd, Jam‟ al-Qur‟ān Ḥ ifḍ an wa Kitābatan (Kairo: Dār as
Sha‟bi, ) hal. 54.
16
46
Latar belakang pengumpulan al-Qur‟ān di masa Utsmān r.a.
adalah karena beberapa faktor lain yang berbeda dengan faktor yang
ada pada masa Abu Bakar. Semakin banyaknya negara yang
ditaklukkan oleh Umar bin Khatāb, semakin beraneragamlah pula
pemeluk agama Islam. Dari faktor banyaknya pemeluk agama Islam
mengakibatkan perbedaan tentang Qira‟ah antara suku yang satu
dengan yang lain, masing-masing suku mengklaim Qira‟ah dirinyalah
yang paling benar. Perbedaan Qira‟ah tersebut terjadi disebabkan
kelonggaran-kelonggaran yang diberikan Nabi kepada Kabilahkabilah Arab dalam membaca al-Qur‟ān menurut dialeknya masingmasing.18
Pada waktu terjadi pertempuran sengit di Armenia dan
Azerbeijan dari penduduk Irak. Dalam kedua pertempuran ini
Hudhaifah bin al-Yamaniy memperhatikan banyak terdapat bentuk
perbedaan dalam masalah qira‟ah. Sebagian orang ada yang salah
dalam membaca, disamping itu tiap-tiap orang berusaha sungguhsungguh
memperbaiki
bacaannya.
Juga
memperbaiki
wakaf-
wakafnya, dari perbedaan itu maka terjadilah perbedaan dikalangan
mereka. Di antara mereka itu timbul perbedaan pendapat. Bagi para
sahabat yang terkemuka malah ini menimbulkan kekhawatiran. Hal ini
18
..., hal. 409
Aḥ mad Ibn Ali Ibn Ḥajar Abu Faḍ al al-Asqalāni, Fath al-Bāri Sharh Shahīh Buḥ āri
47
dengan secara berangsur-angsur akan terjadi
perubahan dan
pertukaran nantinya.19
Artinya: Dari anas bahwa Ḥ udhayfah bin Yaman Telah melihat
perbedaan tentang Qiro‟ah antar satu dengan yang lainnya.
Setelah pulang dari peperangan, Ḥ udhayfah menceritakan
adanya perbedaan qiro‟ah kepada Utsmān Bin Affān, “wahai
amirul mukminin! Satukanlah umat ini sebelum mereka
berselisih dalam al-Qur‟ān seperti perselisihan yahudi dan
nasrani.” Maksudnya, Ḥ udhayfah bin Yaman khawatir akan
terjadi perpecahan dikalangan ummat Islam tentang Kitab suci,
seperti perbedaan yang terjadi dikalangan orang yahudi dan
Nasrani yang mempermasalahkan perbedaan antara Kitab injil
dan taurat. Setelah Utsmān bin Affān beristihoroh, ia
mengirimkan utusan kepada Ḥ afṣ ah binti Umar bi Khatāb.
sembari membawa pesan “pinjamkanlah Mushaf al-Qur‟ān
kepada kami untuk kami menyalinnya dalam beberapa Mushaf
setelah itu akan kami kembalikan kepada anda.”.20
Penduduk Sham membaca al-Qur‟ān mengikuti bacaan Ubay
Ibn Ka‟ab, penduduk Kuffah mengikuti bacaan Abd Allāh Ibn
Mas‟ud, dan sebagian yang lain mengikuti bacaan Abu Musa al„Asy‟ari. Diantara mereka terdapat perbedaan tentang bunyi huruf dan
bentuk bacaan. Masalah ini membawa mereka kepada pintu pertikaian
Abu Umar ad-Dāni, al-Muqni‟ fī Ma‟rifati Rasm al-Maṣ āhif al-Amṣ ār...., hal. 44
Aḥ mad bin Ali bin Muthanna Abu Ya‟la at-Tamimi, Musnad Abi Ya‟la, (Damaskus:
Dār al-Ma‟mūn lī al-Turāth, 1984), hal. 66 dan Muḥ ammad bin Ismā‟īl bin Ibrāhīm bin alMughirah al-Buḥ āri, al-Jami‟ as-Shahīh (Kairo: Dār as-Sa‟bi, 1987). hal. 44
19
20
48
dan perpecahan sesamanya. Hampir satu sama lainnya saling kufurmengkufurkan karena berbeda pendapat dalam bacaan.
Artinya: Diriwayatkan dari Abi Qilabah bahwasanya ia
berkata: “Pada masa pemerintahan Utsmān guru-pengajar
menyampaikan kepada anak didiknya, guru yang lain juga
menyampaikan kepada anak didiknya. Dua kelompok murid
tersebut bertemu dan bacaannya berbeda, akhirnya masalah
tersebut sampai kepada guru/pengajar sehingga satu sama lain
saling mengkufurkan. Berita tersebut sampai kepada Utsmān.
Utsmān berpidato dan seraya mengatakan: “Kalian yang ada di
hadapanku berbeda pendapat, apalagi orang-orang yang
bertempat tinggal jauh dariku pasti lebih-lebih lagi
perbedaannya” maka berkumpullah waha para sahabat
Muḥ ammad dan tulislah al-Qur‟ān sebagai imam para
umat”21.
Karena latar belakang dari kejadian tersebut, Utsmān dengan
kehebatan pendapatnya dan kebenaran pandangannya ia berpendapat
untuk melakukan tindakan prefentip menambal pakaian yang sobek
sebelum sobeknya meluas dan mencegah penyakit sebelum sulit
mendapat pengobatannya. Ia mengumpulkan sahabat-sababat yang
Muḥ ammad bin Ismā‟īl bin Ibrāhīm bin al-Mughirah al-Buḥ āri, al-Jami‟ asShahīh..., hal. 87dan Muḥ ammad Abdu al-Adīm al-Razzāqi, Manāhil al-Irfan fī Ulūm al-Qur‟ān,
(Kairo: Dār as-Sa‟bi, 1987) hal. 44
21
49
terkemuka dan cerdik cendekiawan untuk bermusyawarah dalam
menanggulangi perpecahan dan perselisihan.
Sebagai Khalīfah yang ketiga Utsmān tidak lagi menginginkan
adanya variasi tersebut dan memerintahkan dituliskannya sebuah versi
tunggal dalam bentuk bahasa Quraish, dan Utsmān menyerahkan
tugas baru ini kepada Zayd bin Thabīt untuk memimpin pembakuan
al-Qur‟ān dalam satu bahasa agar keragaman dialek tidak menjadi
sebab diharmonisnya dalam komunitas muslim.22
Mereka semua sependapat agar Amirul Mu'minin menyalin dan
memperbanyak Mushaf kemudian mengirimkannya ke segenap daerah
dan kota dan selanjutnya menginstruksikan agar orang-orang
memBakar Mushaf yang lainnya sehingga tidak ada lagi jalan yang
membawa kepada pertikaian dan perselisihan dalam hal bacaan alQur‟ān.
2.
Pembentukan Komisi pengumpul al-Qur‟ān
Sahabat Utsmān melaksanakan keputusan yang sungguh
bijaksana tadi, ia menugaskan kepada empat orang sahabat pilihan,
lagi pula hafalannya dapat diandalkan. Mereka tersebut adalab Zayd
bin Thabīt, Abd Allāh bin Zubayr, Sa‟id Ibn al-'Ash dan Abd alRahmān Ibn Ḥishām. Mereka semua dari suku Quraish golongan
muhajirin kecuali Zayd Ibn Thabīt, dimana ia adalah dari kaum
22
Ibid, hal. 45
50
Anṣ ār. Adapun Pelaksanaan gagasan yang mulia ini adalah pada
tahun 24 H. Utsmān berkata kepada mereka yaitu:
Artinya: Bila kamu berselisih pendapat dengan Zayd bin Thabīt
tentag sesuatu dari al-Qur‟ān, maka tulislah dengan logat
Quraish, karena al-Qur‟ān diturunkan dalam bahasa
Quraish..23
Tugas panitia ini adalah membukukan al-Qur‟ān, yakni
menyalin
lembaran-lembaran
tersebut
menjadi
buku.
Dalam
pelaksanaan tugas ini Utsmān menasihatkan supaya mengambil
pedoman kepada bacaan mereka yang hafal al-Qur‟ān. Dan kalau ada
pertikaian antara mereka tentang bahasa bacaan maka haruslah
dituliskan menurut dialek suku Quraish, sebab al-Qur‟ān itu
diturunkan menurut dialek mereka.
Maka dikerjakanlah oleh panitia sebagai yang ditugaskan
kepada mereka, dan setelah tugas itu selesai, maka lembaran-lembaran
al-Qur‟ān yang dipinjam dari Hafshah itu dikembalikan kepadanya.
Selanjutnya Utsmān mengirim ke setiap wilayah Mushaf baru tersebut
dan memerintahkan agar semua al-Qur‟ān atau Mushaf lainnya
dibakar. Zayd berkata: “Ketika kami menyalin Mushaf saya teringat
akan satu ayat dari surat al-Ahzab yang pernah aku dengar dibacakan
oleh Rasulallāh, maka kami mencarinya dan kami dapatkan pada
Khuzaimah bin Thabīt al-Anshāri”.
23
Muḥ ammad bin Ḥibbān bin Aḥ mad bin Ḥibbān bin Mu‟adz at-Tamimi, Shahīh Ibn
Ḥ ibbān, (Bairut: Dār al-Ihya‟ al-Ṭ urāth al-Arabi, t.t.,) hal. 344
51
Artinya :Dari kharijah bin Thabīt bahwa Zayd berkata: “ketika
kami menyalin Mushaf saya teringat akan satu ayat dari surat
al-Ahzab lantas kami pernah mendengar langsung dari
Rasulallāh lantas Nabi membaca, “Di antara orang-orang
mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah
mereka janjikan kepada Allāh24”.
Pengumpulan al-Qur‟ān
3.
Dengan ditugaskannya empat orang sahabat pilihan tersebut,
maka hal itu merupakan sebuah langkah konkret untuk mengatasi
kenyataan pahit yang terjadi. Apabila masa-masa dua Khalīfah
sebelumnya, “Mushaf Abu Bakar” hanya disimpan di rumah, maka
Utsmān melihat perlunya memasyarakatkan Mushaf itu.
Langkah
Utsmān
memang
lebih
tepat
dianggap
memasyarakatkan Mushaf Abu Bakar sekaligus menyatukan bacaan.
Alasannya yaitu karena Utsmān tetap menyertakan Zayd bin Thabīt di
dalam panitia. Zayd yang sejak zaman Rasulallāh dan Abu Bakar
terlibat langsung dalam penulisan dan penghimpunan al-Qur‟ān,
dapat dipastikan di dalam panitia ini lebih banyak bereperan
ketimbang tiga anggota panitia lainnya. Sehingga kemungkinan
terjadinya perubahan, penambahan atau hilangnya kalimat tertentu
Muḥ ammad bin Isa Abu Isa at-Tirmidhi, al-Jami‟ as-Shahīh al-Sunan al-Tirmidhi,
(Bairut: Dār al-Ihya‟ al-Ṭ urāth al-Arabi, t.t.,) hal. 43
24
52
dapat ditekan sampai pada titik nol dan keaslian al-Qur‟ān tetap
terjamin.25
Zayd pun juga mengumpulkan bahan al-Qur‟ān yang terdapat
pada daun kering, dan hafalan para sahabat Rasulallāh. Caranya
adalah dia mendengarkan dari orang-orang yang hafal, kemudian
dicocokannya dengan yang telah dituliskan pada bahan-bahan
tersebut. Dia tidak mencukupkan dari sumber yang didengarnya saja,
tapi juga mencocokkan kepada yang ditulis.26
Dia hanya menerima catatan yang mempunya dua syahid, yaitu
dua saksi. Cara itu lebih menjamin daripada hanya hafalan belaka.
Disamping itu Zayd sendiri termasuk orang yang hafal al-Qur‟ān.
Ketentuan dua saksi ini ditetapkan berdasarkan keputusan Khalīfah
Abu Bakar, dalam pesannya kepada Zayd bin Thabīt dan Umar, Abu
Bakar mengatakan:
Artinya: Abu Bakar mengatakan, ”Duduklah kalian dipintu
masjid. Siapa saja yang datanag kepada kalian membawa
catatan al-Qur‟ān dengan dua saksi maka catatlah”.27
Fahd Ibn Abd al-Rahmān Ibn Sulaimān Ar-Rummy, Jam‟ Al-Qur‟ān al-Karīm fi
„Ahd Khulafā‟ Ar-Rashidīn (Libanon: Dār Al-Fikr, 2009) Hal. 29
26
Muḥ ammad Abdu al-Adīm ar-Razzāqi, Manāhil al-Irfan fi Ulūm al-Qur‟ān.,,, hal.
44
27
Ibrāhīm al-„Ibyari, al-Mausu‟ah al-Qur‟āniyah, (Saudi Arabi: Mu‟asis al-Sijl alArabi, 1405), hal. 88
25
53
Menurut tokoh hadis yang dimaksud dua saksi atau Syahidayn
disini tidak harus keduanya dalam bentuk hafalan, atau keduanya
dalam bentuk tulisan. Sahabat tertentu yang membawa ayat tertentu
itu, sudah diterima ayatmnya apabila ayat yang disodorkan kepada tim
didukung oleh dua hafalan dan atau tulisan sahabat lainnya. Demikian
juga suatu hafalan ayat tertentu yang dibawa oleh sahabat tertentu
baru bisa diterima bila dikuatkan oleh dua catatan dan atau hafalan
sahabat lainnya. Pengertian Ibn Hajar tentang syahidain ini sedikit
berbeda, yaitu catatan sahabat tertentu mengenai ayat tertentu seorang
sahabat sudah dapat diterima bila memiliki dua saksi yang
memberikan kesaksian bahwa catatan itu memang ditulis di hadapan
Rasulallāh.28
Al-Qur‟ān yang telah dibukukan itu dinamai dengan al-Mushaf.
Empat buah diantaranya dikirim ke Mekah, Syiria, Basrah dan Kufah,
agar di tempat-tempat itu disalin pula masing-masing Mushaf itu, dan
satu buah ditinggalkan di Madinah, untuk Utsmān sendiri dinamai
dengan “Mushaf al-Imam”.
Sesudah itu Utsmān memerintahkan mengumpulkan semua
lembaran-lembaran yang bertuliskan al-Qur‟ān yang ditulis sebelum
itu dan memBakarnya. Ia khawatir kalau Mushaf yang bukan salinan
Panitia Empat itu beredar. Padahal pada Mushaf-mushaf yang
peredarannya dikhawatirkan itu terdapat kalimat yang bukan alSihabuddin Abd al-Rahmān bin Ismā‟īl bin Ibrāhīm al-Dimashqi, al-Murshīd alWājiz ila Ulūm Tata‟alaqu bi al-Kitāb al-Azīz, (Bairut: Dār al-Ṣ adir, 1975) hal. 55
28
54
Qur‟ān. Karena merupakan catatan khusus sahabat-sahabat tertentu.
Di situ terdapat juga beberapa kalimat yang merupakan tafsiran dan
bukan Kalam Allāh.
Umar bin Shabba meriwayatkan melalui Sawwar bin Shabib:
saya masuk ke kelompok kecil untuk bertemu dengan Ibn al-Zubayr,
lalu saya menanyakan kepadanya kenapa Utsmān memusnahkan
semua naskah kuno al-Qur‟ān?. Dia menjawab “pada zaman
pemerintahan Umar ada pembual bicara yang telah mendekati
Khalīfah memberitahukan kepadanya bahwa orang-orang telah
berbeda dalam membaca al-Qur‟ān. Umar menyelesaikan masalah ini
dengan mengumpulkan semua salinan naskah al-Qur‟ān dan
menyamakan bacaan mereka, tetapi menderita yang sangat fatal
sebelum dia dapat melakukan upaya lebih lanjut. Pada zaman
pemerintahan
Utsmān,
orang
yang
sama
datang
untuk
mengingatkannya masalah yang sama dimana kemudian Utsmān
memerintahkan untuk membuat Mushaf tersendiri. Lalu dia mengutus
saya menemui bekas istri Nabi Muḥ ammad SAW, Aisah, agar
mengambil kertas kulit (suhf) yang Nabi Muḥ ammad SAW. sendiri
telah mendiktekan keseluruhan al-Qur‟ān. Mushaf yang dikumpulkan
secara independen kemudian dibandingkan dengan suhf ini, dan
setelah melakukan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang ada,
55
kemudian ia menyuruh agar semua salinan naskah al-Qur‟ān itu
dimusnahkan29.
Walaupun riwayat ini dianggap lemah menurut ukuran pada ahli
hadis, tapi ada gunanya dalam menyebutkan riwayat ini yang
menerangkan pengambilan suhf yang ada dibawah pengawasan atau
penjagaan Aisah. Riwayat dibawah ini bagaimanapun menguatkan
riwayat-riwayat sebelumnya.
Ibn Shabba meriwayatkan dari Harun bin Umar, yang
mengaitkan bahwa: “Ketika Utsmān hendak membuat salinan naskah
resmi, dia meminta Aisah agar mengirimkannya kepada kertas kulit
suhf yang dibacakan oleh Nabi Muḥ ammad yang disimpan di
rumahnya. Kemudian dia menyuruh Zayd bin Thabīt membetulkan
sebagaimana mestinya, pada waktu itu dia merasa sibuk dan ingin
mencurahkan waktunya mengurus masyarakat dan membuat ketentuan
hukum sesama mereka”.30
Maka dari Mushaf yang ditulis di zaman Utsmān itulah kaum
muslimin di seluruh pelosok menyalin al-Qur‟ān itu. Adapun kelainan
bacaan, sampai sekarang masih ada karena bacaan-bacaan yang
dirawikan dengan mutawatir dari Nabi terus dipakai oleh kaum
muslimin dan bacaan-bacaan tersebut tidaklah berlawanan dengan apa
yang ditulis dalam mushaf-mushaf yang ditulis di masa Utsmān itu.
Fahd Ibn Abd al-Rahmān Ibn Sulaimān al-Rummy, Jam‟u Al-Qur‟ān al-Karīm fi
„Ahd Khulafā‟ Ar-Rashidīn (Libanon: Dār Al-Fikr, 2009) Hal. 29
30
Ibid, hal. 75
29
56
Dengan demikian keistimewaan pembukuan al-Qur‟ān pada
masa Utsmān itu adalah:
a.
Adanya penyerdahanaan dialek dari tujuh dialek menjadi satu
dialek. Ibn Qayyim al-Jauziyah berkata: Utsmān mengumpulkan
manusia diatas satu dialek dari yang semula tujuh dialek, yang
oleh Rasul telah dimutlakkan sebagai bacaan umatnya, ketika hal
itu masih merupakan maslahah.
b.
Mengembalikan bacaan yang telah dihapus. Utsmān bermaksud
menyatukan Mushaf umat. Bacaanya tidak ada yang dihapus,
ditulis dengan bentuk yang kokoh, dan mewajibkan umat
membaca dan menghafalnya, lantaran karena dikhawatirkan
masuknya kerusakan dan kesamaran pada generasi selanjutnya .
c.
Peringkasan terhadap apa yang ditetapkan pada pemeriksaan
terakhir dan membuang selain hal tersebut. Sesungguhnya Ibn
Daudi telah meriwayatkan tentang mushaf-mushaf dari Muhid bin
Sairi, dari Kutsair bin Aflah: Ketika Utsmān menginginkan agar
mushaf-mushaf ditulis, ia mengumpilkan dua belas orang dari
golongan Anṣ ār dan Quraish. Diantara mereka terdapat Ubay bin
Ka‟ab dan Zayd Bin Thabīt. Rawi berkata: “Lalu mereka diutus
keruangan dirumah Umar dan dibawalah Mushafnya. Saat itu
Utsmān mengadakan perjanjian dengan mereka, yakni apa bila
diantara mereka berselisih dalam sesuatu, maka ia harus
mengakhirkannya.” Muhd berkata: “Lalu ku katakan kepada
57
orang-orang banyak tersebut, diantara mereka ada yang menulis
wahyu.
Apakah
kalian
mengerti
kenapa
mereka
mengakhirkannya?” ia mejawab: ”Tidak”. Muhd berkata: “Aku
mengira, mereka mengakhirkannya karena terjadi perselisihan.
Sedangkan yang lain melihat orang berselisih, padahal diantara
mereka ada yang menulis tentang perjanjian lalu mereka menulis
atas dasar perkataan orang itu31.
d.
Peringkasan terhadap bacaan-bacaan yang telah kuat dan dikenal
dari Rasulallāh dan pembatalan hal-hal yang belum kuat.
e.
Susunan ayat dan surat sama seperti yang dikenal saat ini.
Kaum muslimin sepakat bahwa seluruh Mushaf yang dibagikan
Utsmān ke berbagai penjuru negeri, berapapun jumlahnya adalah
mushaf yang sama dan mencakup semua isi al-Qur‟ān, yang diterima
dari Nabi Muḥ ammad. Mushaf tersebut berisi 114 surat, naskah
tersebut tidak memiliki titik dan syakal (harakat), dan tidak pula
memiliki tanda-tanda lain yang kita kenal dimasa ini. Bahkan menurut
pendapat yang populer, ia tidak pula memiliki nama-nama surat dan
bagian-bagian yang memisahkannya satu sama lain.
Kendati nasib semua Mushaf tersebut tidak diketahui secara
pasti, namun Ibn Katsir pernah melihat Mushaf Utsmāniy yang ada di
Syam. Ibn Katsir mengatakan sebagai berikut : adapun Mushaf
Utsmāniyah yang diakui sebagai Mushaf Imam maka yang termasyhur
Fahd Ibn Abd al-Rahmān Ibn Sulaimān al-Rummy, Jam‟ al-Qur‟ān al-Karīm fī „Ahd
Khulafā‟ Ar-Rashidīn.,,, hal. 29
31
58
sekarang ini adalah yang terdapat di Syam dan tersimpan di Masjid
Jami‟ Damaskus. Dulu Mushaf tersebut disimpan di kota Thibriyyah,
kemudian dipindahkan ke Damaskus pada akhir tahun 518 H. sungguh
saya telah menyaksikan sendiri Kitab agung dan mulia dengan tulisan
tangan yang indah, jelas dan kuat, yang menggunakan tinta yang tahan
luntur, dan ditulis di atas lembaran-lembaran yang saya duga adalah
kulit unta. 32
Perlu diketahui bahwa sebelum masa Utsmān, telah terjadi
perselisihan mengenai bacaan al-Qur‟ān, baik di daerah-daerah
maupun di Madinah, setiap guru mempunyai bacaan tersendiri
sehinggah anak-anak yang menerima pelajaran pun menjadi berselisih.
Perselisihan
ini
berlanjut
hingga
masa
Utsmān
kemudian
disampaikanlah kasus itu oleh Hudzayfah kepada Utsmān. Karena
itulah ia sangat khawatir, kemudian menyampaikan amanatnya di
depan jama‟ah sebagai berikut:
“Kamu sekalian yang dekat dengan sayapun berselisih mengenai
bacaan al-Qur‟ān dan salah bacaan, apalagi orang-orang yang
berada di daerah-daerah. Saya yakin, mereka lebih hebat
perselisihannya dan lebih besar kesalahannya dalam membaca
al-Qur‟ān. Untuk itulah wahai sahabat-sahabat Muḥ ammad
tulislah sebuah Imam untuk manusia”.
Karena itulah Mushaf Utsmān dinamakan Al-Imam, Utsmān
telah mengirimkan naskah Mushaf ini ke beberapa daerah dan
memerintahkan agar memBakar semua Mushaf selain Mushaf
Utsmān. Ibn Fadhli al „Umariy dalam Kitabnya Masālik aI-‟Abrar
Fahd Ibn Abd al-Rahmān Ibn Sulaimān ar-Rummy, Jam‟ al-Qur‟ān al-Karīm fī „Ahd
Khulafā‟ ar-Rashidīn.,,, hal. 29
32
59
ketika menerangkan sifat masjid Damaskus, berkata: ”Disebelah
kirinya terdapat Mushaf Utsmāni yang ditulis Amirul Mu‟minin.
Mushaf Utsmāni ini berada di masjid Damaskus abad 8 H. Para
peneliti peninggalan bangsa Arab menegaskan, Mushaf inilah yang
dipelihara di perpustakaan Leningrad, kemudian dipindahkan ke
Inggris dan tetap disana hingga sekarang.33
Pembakuan teks al-Qur‟ān pada masa Utsmān dapat diberi
penanggalan pada suatu saat antara 650 hingga wafatnya Utsmān pada
656. Masa ini merupakan titik utama dalam apa yang biasanya disebut
sebagai pembentukan naskah resmi al-Qur‟ān. Bagaimanapun bentuk
al-Qur‟ān sebelumnya, sudah jelas bahwa kitab yang di tangan kita
sekarang merupakan al-Qur‟ān Utsmāni. OrgaNisā‟si yang dibentuk
Utsmān menentukan apa-apa yang mesti dimasukkan dan apa yang
mesti dikeluarkan, orgaNisā‟si mengatur nomor dan susunan surat,
serta kerangka konsonantal namun bentuk teks ketika titik-titik huruf
tertentu dihilangkan. Jika kita berpendapat bahwa pemeliharaan setiap
bagian terkecil dari wahyu merupakan suatu syarat mutlak, maka Zayd
harus dikukuhkan karena telah menghasilkan suatu karya yang sangat
mengagumkan.
Periode Khulafā‟‟ ar-Rāshidīn diakhiri dengan sebuah tragedi.
Keluarga Utsmān mempertahankan kekuasannya atas masyarakat
melalui suatu keturunan Utsmān yang bernama Muawwiyah,
33
44
Muḥ ammad Abdu al-Adīm ar-Razzāqi, Manāhil al-Irfan fi Ulūm al-Qur‟ān.,,, hal.
60
sementara Ali sebagai menantu Nabi dan sahabat Nabi terkemuka,
juga menginginkan posisi sebagai Khalīfah. Persaingan dalam
merebut kekuasaan tersebut akhirnya mengakibatkan peperangan
antara kedua belah pihak dan Muawiyah berhasil merebut kekuasaan
tersebut, meskipun dia tidak pernah mengalahkan Ali secara total.
Akan tetapi secara politik, masyaarakat mengalami perpecahan, dan
lahirlah dua kelompok Islam.
D. Undang-Undang Pembukuan Mushaf Utsmāni
Utsmān memberikan pedoman yang harus ditaati tatkala proses
pembukuan Mushaf Utsmān. Bunyi pasal-pasalnya adalah:
1.
Tidak ditulis sebelum ada penelitian mendalam bahwasanya hal tersebut
adalah al-Qur‟ān.
2.
Tidak ditulis sebelum ada penelitian mendalam bahwasanya hal tersebut
3.
adalah “al-‟Arḍ ah al-Ahirah”34
Tidak ditulis sebelum ada penelitian mendalam bahwasanya hal tersebut
bukan ayat yang dihapus (Mansūkh bih).
4.
Tidak ditulis sebelum ada penelitian mendalam bahwa sanya hal tersebut
telah menjadi kesepakatan para sahabat besar.
5.
Bila ada perselisihan bahasa yang dipakai al-Qur‟ān maka dipakailah
bahasa Kabilah Quraish.
“al-‟Arḍ ah al-Ahirah” adalah pembacaan keseluruhan al-Qur‟ān nabi Muḥ ammad pada
periode terahir sebelum nabi wafat. Pembacaan ini terjadi 4 kali. 2 kali pembacaan nabi
didengarkan langsung oleh malaikat jibril dan dua kali nabi mendengarkan pembacaan Malaikat
Jibril.menurut kesepakatan para sahabat, diantara sahabat yang hadir pada waktu al-‟Arḍ ah alAhirah dan paling tahu tetntang bacaan al-‟Arḍ ah al-Ahirah ini adalah Zayd bin Thabīt dan
Abd Allāh bin Mas‟ud. Muḥ ammad Ṭ āhir al-Qurdi, Tarīkh Al-Qur‟ān (Jedah: Muthob‟atu AlFath, 1365) hal. 433
34
61
6.
Harus dengan menggunakan Qira‟ah Mutawatir.
7.
Bila tak terjadi berbedaan Qira‟ah maka ditulis dengan satu warna
Qira‟ah.
8.
Bila ada perbedaan Qira‟ah namun masih memungkinkan untuk
membenarkan keduanya sebab adanya persamaan maksud maka ditulis
dengan satu qiroaah.
9.
Bila ada perbedaan Qira‟ah dan tidak mungkin dicocokkan keduanya
maka keduanya ditulis.
E.
Perbedaan Mushaf Utsmāni dengan Mushaf Lain
Pada awalnya bentuk Mushaf al-Qur‟ān beragam atau bermacammacam. Namun pada era Khalīfah Utsmān Mushaf yang beragam itu
diseragamkan menjadi satu Mushaf, yang sampai saat ini dikenal sebagai
Mushaf Utsmāni. Ketika standarisasi Mushaf terjadi, maka dampaknya tidak
sebatas penyeragaman bentuk, tetapi juga berpengaruh terhadap pembatasan
dalam pemahaman dan keleluasaan dalam mengungkapkan bacaan alQur‟ān.35
Adapun mushaf-mushaf yang muncul pada generasi awal Islam dapat
dibagi menjadi dua bagian primer dan skunder. Mushaf primer atau Mushaf
independen artinya Mushaf yang
dikumpulkan secara individual oleh
sejumlah Sahabat Nabi. Mushaf skunder artinya adalah Mushaf generasi
selanjutnya yang sangat bergantung atau didasarkan pada Mushaf primer
35
Muḥ ammad Abd al-Adīm ar-Razzāqi, Manāhil al-Irfan fi Ulūm al-Qur‟ān.,,, hal. 44
62
serta mencerminkan tradisi bacaan kota-kota besar Islam. Adapaun Mushaf
tersebut adalah:36
a.
Mushaf Independen atau primer.
1) Mushaf Sālim bin Ma‟qil
2) Mushaf Umar bin Khatāb
3) Mushaf Ubay bin Ka‟ab
4) Mushaf Ibn Mas‟ud
5) Mushaf Ali bin Abi Ṭ ālib
6) Mushaf Abu Musa al-As‟ari
7) Mushaf Ḥafṣ ah bin Umar
8) Mushaf Zayd bin Thabīt
9) Mushaf Aisah binti Abu Bakar
10) Mushaf Ummu Salamah
11) Mushaf Abd Allāh bin Amr
12) Mushaf Ibn Abbās
13) Mushaf Ibn Zubayr
14) Mushaf Ubay bin Umar
15) Mushaf Anas bin Malik
b.
Mushaf Skunder
1) Mushaf al-Qama Ibn Qais
2) Mushaf ar-Robi‟ Ibn Qutaym
3) Mushaf Harīs Ibn Sa‟id
36
Taufiq Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur‟ān, .,, hal.287
63
4) Mushaf al-Aswad bin Yazīd
5) Mushaf Khitan
6) Mushaf al-Amasi
7) Mushaf Said Ibn Zubayr
8) Mushaf Mujahid bin Ikrimah
9) Mushaf Atha‟ Ibn Abi Rābbah
10) Mushaf Shalih Ibn Kaisan
11) Mushaf Ja‟far as-Shādiq
Empat Mushaf itu adalah:
a. Mushaf Ali bin Abi Ṭ ālib37
Ali bin abi Ṭ ālib Khalīfah ke-4 adalah anak dari Abu Ṭ ālib
pemimpin Bani Hasyim
yang secara gigih melindungi Nabi
ketika di Makkah. Ali bin abi Ṭ ālib menjadi skretaris Nabi dalam
usia muda dan termasuk as-sābiqūn al-awaalūna para sahabat
yang pertama masuk Islam. Dikatakan bahwa Ali bin abi Ṭ ālib
merupakan orang pertama kali masuk Islam setelah Hadijah.
Riwayat lain bahwa ia adalah orang kedua yang masuk Islam
setelah Abu Bakar. Kedekatan dengan Nabi bisa dilihat dari
bahwa ia memepersunting Fatimah, putri Nabi Muḥ ammad.
Bukti kedekatan Ali bin abi Ṭ ālib dengan Nabi perihal
pencatatn al-Qur‟ān Nabi pernah bersabda kepadanya:
Abu Bakar Ibn Abi Dawūd Abd Allāh Ibn Sulaimān al-shashi, al-Mashāhif Lī Ibn
Abi Dawūd ..., hal. 65
37
64
Hai ali, al-Qur‟ān ada dibelakang tempat tidurku (tertulis
diatas sutra dan kertas) ambil dan kumpulkanlah. Jangan
sia-siakan seperti orang yahudi yang telah menyia-nyiakan
Kitab taurat.38
Kemudian Ali bin abi Ṭ ālib menju ke tempat itu dan
membungkus bahan-bahan tersebut dengan kain kuning dan
kemudian disegel.
Riwayat lain yang beredar dikalangan syi‟ah, Ali bin abi
Ṭ ālib adalah sebagai orang pertama yang mengumpulkan al-
Qur‟ān setelah wafatanya Nabi. Dan sumber-sumber sunni bahwa
Ali bin abi Ṭ ālib memang mempunyai sejumlah kumpulan alQur‟ān. bentuk riwayat yang dieterima secara luas, mengenai
pengumpulan Ali bin abi Ṭ ālib adalah, bahwa setelah wafatnya
Nabi, ketika para sahabat tengah sibuk memilih pengganti Nabi,
Ali bin abi Ṭ ālib malah mengurung diri di rumah dan bersumpah
tidak akan keluar rumah sebelum mengumpulkan bahan-bhan alQur‟ān kedalam sebuah Mushaf.39
Hal ini menimbulkan isu bahwa Ali bin abi Ṭ ālib tidak
keluar karena tidak setuju dengan bay‟ah Abu Bakar sebagai
Khalīfah terpilih. Akirnya Ali bin abi Ṭ ālib mengklarifikasi
perbuatanya atas ketidak hadiran tersebut. Tepatnya setelah
pengumpulan wahyu selsai digarabnya. Ali bin abi Ṭ ālib
mengepaknya diatas punggung Unta. Dan membawa kedepan
Jalal al-Dīn Abd al-Rahmān Rahmān Ibn Abi Bakar as-Suyuṭ i, Al-Itqān Fi Ulūm alQur‟ān .,, hal. 57
39
Taufiq Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur‟ān.,, hal. 271-277
38
65
para sahabat Nabi sembari berkata, “inilah al-Qur‟ān yang telah
saya kumpulkan”.
Kaisah yang semacam riwayat diatas sangat banyak.
Misalnya Ali bin abi Ṭ ālib telah mengumpulkan naskahnya
selama enam bulan setelah wafatnya Nabi. Riwayat lain, bahwa
segera setelah Nabi wafat ia mengurung diri selama 3 hari dan
menulis al-Qur‟ān secara kronologis dari hafalanya. Dikalangan
syi‟ah beredar bahwa laporan tentang al-Qur‟ān Ali bin abi Ṭ ālib
mendahulukan ayat yang Mansūkh dari pada yang Nāsikh, serta
menyertakan takwīl dan tafsir yang rinci. Dalam al-Itqān, as-Suyti
mengungkpakan 6 surat pertama dari Mushaf Ali bin abi Ṭ ālib
yang tersusun secara kronologis surat. al-Alaq, al-Mudathir, alQalam, al-Muzammil, al-Masd, al-Takwir. Tetapi, kisah –kisah
Ali bin abi Ṭ ālib selalu ditafsirkan para pemikir Islam awal
sebagai upaya pengumpulan dalam hafalan bukan dalam tulisan.
Penafsiran seperti ini tentu saja sangat bertentangan dengan
riwayat-riwayat diatas. Yang menekankan bentuk penulisan alQur‟ān.40
Riwayat lagi yang senada, adalah ketika Nabi menjelang
wafat memenggil Ali bin abi Ṭ ālib dan menyampaikan rahasia
tempat penyimpanan al-Qur‟ān di belakang tempat tidurnya,
kemudian berwasiat kepada Ali bin abi Ṭ ālib dan menyuruh
40
Ibid, hal 271-174
66
mengeditnya. Disebutkan bahwa al-Qur‟ān yang di simpan Ali
bin Abi Ṭ ālib kini dibawa oleh imam Ja‟far Ibn Abi Ṭ ālib Atau
Jakfar as-Shadiq.41
Jadi, Mushaf simpan Ali bin Abi Ṭ ālib memiliki ciri
khusus yang tidak dimiliki oleh Mushaf lainnya. Karakter khusus
Mushaf ini adalah:
1)
Ayat dan surat tersusun rapi sesuai dengan urutan turunnya,
maka ayat-ayat Makkiyah diletakkan sebelum ayat-ayat
Madaniyah, ayat-ayat yang turun masa awal diletakkan lebih
dahulu dari pada ayat-ayat yang turun belakangan.
2)
Mushaf Ali bin Abi Ṭ ālib mendahulukan ayat yang Mansūkh
dari pada yang Nāsikh
3)
Bacaan yang tercantum dalam Mushaf ini lebih mendekati
keaslian sehingga lebih sesuai dengan bacaan Rasul.
4)
Ada catatan tanzil dan takwīl di tepi Mushaf yang
menjelaskan situasi dan kondisi serta latar belakang ayat-ayat
al-Qur‟ān diturunkan. Penjelasan ini sangat berguna dalam
menggali maksud ayat-ayat al-Qur‟ān diturunkan serta
menyingkap makna-makna ayat yang masih samar.42
Itqān:
Daftar isi serta urutan Mushaf Ali bin Abi Ṭ ālib versi alBagian Pertama
41
42
Ibid, hal 271-174
Ibid, hal. 66
67
No
Nama Surat
No Surat
No.
Nama Surat
No. Surat
1
al-Baqarah
2
9
al-Sajadah
32
2
Yūsuf
12
10
al-Nāzi‟āt
79
3
al-‟Ankabūt
29
11
al-Taqwīr
81
4
al-Rūm
30
12
al-Infiṭ ār
82
5
Luqmān
31
13
al-Inshiqāq
84
6
Fussilat
41
14
al-A‟alā
87
7
al-Dāriyāt
51
15
al-Bayyinah
98
8
al-Insān
76
Bagian Pertama
1
Āli „Imrān
3
9
al-Ma‟arif
70
2
Hūd
11
10
Abasa
80
3
Yūsuf
12
11
al-Syams
91
4
al-Ḥijr
15
12
al-Qadr
97
5
al-Aḥ zāb
33
13
al-Zalzalah
99
6
al-Ḍ uhā
44
14
al-Lumazah
104
7
al-Rahmān
55
15
al-Fīl
105
8
al-Haqqah
69
16
al-Quraish
106
Bagian Pertama
1
al-Nisā‟
4
10
al-Lahb
111
2
al-Nahl
16
11
al-Ihlās
112
3
al-Mukminūn
23
12
al-Asr
103
4
Yāsīn
36
13
al-Qāri‟ah
101
5
al-Shurā
42
14
al-Burūj
85
6
al-Wāqi‟ah
56
15
al-Ṭ īn
95
7
al-Mulk
67
16
al-Naml
27
8
al-Muddathir
74
9
al-Mā‟ūn
107
Bagian Pertama
1
al-Māidah
5
10
al-Mumtahanah
60
2
Yūnus
10
11
al-Ṭ āriq
86
3
Maryam
19
12
al-Mālad
90
68
4
al-Shu‟arā‟
26
13
al-„Insirah
94
5
al-Zuhruf
43
14
al-„Adiâh
100
6
al-Ḥujarct
49
15
al-Kauthar
108
7
Qaf
50
16
al-Kāfirūn
109
8
al-Qamar
54
Bagian Pertama
1
al-An‟ām
6
9
al-Jum‟ah
62
2
al-Ishrā‟
17
10
al-Munafiqūn
63
3
al-Anbiyā‟
21
11
al-Qalam
68
4
al-Furqān
25
12
Nūh
71
5
al-Qaṣ aṣ
28
13
al-Jin
72
6
al-Mukmin
40
14
al-Mursalāt
77
7
al-Mujādalah
58
15
al-Ḍ uhā
93
8
al-‟Aṣ r
59
16
al-Takāthur
102
Bagian Pertama
1
al-‟A‟rāf
7
9
al-Ḥadīd
57
2
Ibrāhīm
14
10
al-Muzammil
73
3
al-Kahf
18
11
al-Qiyāmah
75
4
al-Nūr
24
12
al-Nabā‟
78
5
38
13
al-Asyiah
88
6
Ṣ ād
al-Zumr
39
14
al-Fajr
89
7
al-Ghāshiyah
45
15
al-Layl
92
8
Muḥ ammad
47
16
al-Nasr
110
Bagian Pertama
1
al-Anfāl
8
9
al-Najm
53
2
al-Taubah
9
10
al-Shāf
61
3
20
11
al-Ṭ aghabūn
64
4
Ṭ ahā
Fāṭ ir
35
12
al-Ṭ alaq
65
5
al-Ṣ affa
37
13
al-Muţafifîn
83
6
al-„Ahqāf
46
14
al-Falq
113
7
al-Fath
48
15
al-Nās
114
8
al-Ṭ ūr
52
69
b. Mushaf Abd Allāh Ibn Mas‟ud 43
Abd Allāh Ibn Mas‟ud adalah salah seorang sahabat Nabi
yang berasal dari strata bawah masyarakat Mekkah. Setelah Abd
Allāh Ibn Mas‟ud masuk Islam, ia mengikuti Nabi dan membantu
pribadi Nabi, setelah ia pergi untuk Ḥijrah ke Absimi. Kemudian,
setelah Ḥijrah ke Madinah dia tinggal dibelakang Masjid Nabawi
dan berpartisipasi dalam sejumlah peperangan, seperti perang
Badar, Uhud dan perang Yarmuk. Pada masa pemerintahan umar,
Abd Allāh Ibn Mas‟ud diangkat sebagai Qāḍ i atau hakim di kota
Kuffah serta menjadi kepala keuangan di Kuffah. Pada masa
pemerintahan Utsmān ia di pecat oleh Utsmān di Kuffah akhirnya
dia kembali lagi ke Madinah serta meninggal di kota Madinah.
Tidak ada informasi yang jelas kapan Abd Allāh Ibn
Mas‟ud mengawali pengumpulan Mushafnya. Yang pasti, Abd
Allāh Ibn Mas‟ud mulai mengumpulkan wahyu-wahyu pada masa
Nabi dan melanjutkan sepeninggal Nabi. Setelah ditempatkan di
Kuffah, ia berhasil memapankan pengaruh Mushafnya di kalangan
penduduk kota tersebut. Ketika Utsmān mengirim salinan resmi
teks al-Qur‟ān standar ke Kuffah dengan perintah untuk
memusnahkan teks-teks lainya, dikabarkan bahwa Abd Allāh Ibn
Mas‟ud menolak menyerahkan Mushafnya, jengkel karena sebuah
teks yang disusun seorang pemula seperti Zayd Ibn Thabīt lebih
Abu Bakar Ibn Abi Dawūd Abd Allāh Ibn Sulaimān al-Asy‟asy, al-Mashāhif lī Ibn
Abi Dawūd ..., hal.88
43
70
utamakan dari Mushafnya. Padahal, ia telah menjadi Muslim
tatkala Zayd masih tenggelam dalam alam kekafiran.44
Mushaf Abd Allāh Ibn Mas‟ud memiliki ciri yang juga
berbeda dari Mushaf lainnya, yaitu:45
1)
Hanya memuat 111 Surat.46
2)
Tambahan ayat :
a) Pada surat al-Zumr ayat 23:
Dan orang-orang yang membatu hatinya guna mengingat
tuhan, maka sesungguhnya Allāh akan menyesatkan
orang yang Dia kehendaki.
b) Pada surat al-Najm ayat 60:
Dan apabila datang kepadamu rasul dari kami,kalian
menertawakan dan kalian tidak percaya.
c) Surat Sabā‟ ayat 44
Artinya: dan orang-orang yang membatu hatinya, untuk
mengingat tuhan maka sesungguhnya Allāh akan
menyesatkan orang-orang yang Dia kehendaki
44
45
143
Taufiq Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur‟ān, .,, hal.211
Ridwan bin Muḥ ammad, Sharh al-Mukhallat (t.t.p.: Shabkah al-Islāmiyah, 2011) hal.
Ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa jumlah surat Mushaf Abd Allāh bin
Mas‟ud berjumlah 111. Ada lagi yang berpendapat seperti al-Dailami mengatakan, “Ibnu Mas‟ud
meninggalkan al-Mu‟awwizatain (surat al-Falaq dan an-Nas) Nabi mendo‟akan Hasan dan
Husain dengan al-Mu‟awwizatain (surat al-Falaq dan an-Nas)”. Jalal al-Dīn Abd al-Rahmān
Rahmān Ibn Abi Bakar as-Suyuṭ i, Al-Itqān Fi Ulūm al-Qur‟ān .,, hal. 60
46
71
Artinya; Dan tidaklah Aku utus rasul dan aku turunkan
Kitab-Kitab, kecuali dengan bahasa kaumnya, agar para
rasul itu membacakan kepada kaunya dan menjelaskan
kepada mereka kutamaan dari Allāh.
d) Sementara dalam surat 53, setelah ayat 60, ditambahkan
ayat berikut ini:
3)
Artinya: Dan apabila datang kepada kalian rasul dari
kami, kalian menertawakannya dan tidak percaya.
Tidak ada surat al-Fātihah dan al-Mu‟awwidzatain (surat alFalaq dan al-Nās).
4)
Kata-kata dalam ayatnya banyak berbeda, karena menurut
Abd Allāh bin Mas‟ud kata-kata al-Qur‟ān boleh diganti
dengan sinonimnya, baik untuk lebih menjelaskan maknanya,
atau agar mudah dibaca orang suku tertentu.
5)
Sebagian kata dalam ayat diganti dengan kata lain dengan
maksud agar lebih jelas. Misalnya kata Ṣ auman dalam surat
Maryam ayat 26 diganti Ṣ amtan, karena meksud ayat
tersebut adalah nazar berpuasa untuk diam tidak berkata-kata.
c. Mushaf Ubay Ibn Ka‟ab:47
Abu Bakar Ibn Abi Dawūd Abd Allāh Ibn Sulaimān al-Asy‟asy, al-Mashāhif lī Ibn
Abi Dawūd ..., hal. dan Muḥ ammad Shar‟i Abu Zayd, Kitāb al-Jam‟i fi Marāhilihi al-Tarīkhiyyah
al-„Asri al-Nabawi, (Kuwait: Maktabah al-Kuwaitiyah, t.t.,) hal. 177
47
72
Ubay bin Ka‟ab adalah sahabat Anṣ ār dari Bani Najr yang
masuk Islam pada masa awal dan turut serta dalam dakwah Nabi
Muḥ ammad SAW. Pengetahuannya dalam tulis menulis sudah
sangat baik sebelum dia masuk Islam, hal itu yang membuat Nabi
Muḥ ammad menunjuknya sebagai sekretaris pencatat wahyu.
Dan salah seorang yang menkhususkan diri dalam mengumpulkan
wahyu serta orang yang diperintah langsung oleh Nabi untuk
belajar al-Qur‟ān.48
Mushaf Ubay dikabarkan turut dimusnahkan oleh Utsmān
paska standarisasi teks al-Qur‟ān Mushaf Utsmāni, Abi Daud
memberikan informasi bahwa beberapa orang datang ke Iraq
guna menemui Ubay bin Ka‟ab. Guna mencari keterangan
Mushaf Ubay bin Ka‟ab. Namun, ia mengatakan Mushafnya
Ubay bin Ka‟ab telah disita Utsmān.49
Mushaf ubay bin kaab terdapat 116 surat namun ada yang
mengatakan
102
surat.
Sementara
al-Suyuṭ y
Suyuṭ y
menuturkan dua riwayat perihal jumlah Mushaf yang berada di
Mushaf ubay.
1)
NO
48
Urutan surat berbeda dengan urutan Mushaf Utsmāni.
Susunan Surah
Susunan Kitab al-Itqān50
Taufiq Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur‟ān, .,, hal.186
Ibid, hal. 187
50
Jalal al-Dīn Abd al-Rahmān Rahmān Ibn Abi Bakar as-Suyuṭ i, Al-Itqān Fi Ulūm alQur‟ān .,,, hal. 55
49
73
Nama surat
no
Nama surat
no
1.
al-Baqarah
2
al-Baqarah
3
2.
an-Nisā‟‟
4
an-Nisā‟‟
4
3.
Ali „Imrān
3
Ali „Imrān
5
4.
al-A‟rāf
7
al-A‟rāf
6
5.
al-An‟ām
6
al-An‟ām
7
6.
al-Māidah
5
al-Māidah
8
7.
Yūnus
10
Yūnus
9
8.
al-Taubah
9
al-Taubah
2
9.
al-Nahl
16
al-Nahl
1
10.
Hūd
11
Hūd
13
11.
Yūsuf
12
Yūsuf
11
12.
al-Is‟ra‟
17
al-Kahfi
12
13.
al-Anbiyā‟
21
al-Is‟ro‟
14
14.
al-Mu‟minūn
23
al-Anbiyā‟
15
15.
al-Su‟ara‟
26
16
16.
al-Ṣ affa
37
Ṭ ahā
al-Mu‟minūn
17
17.
al-Aḥ zāb
33
al-Su‟ara‟
19
18.
al-Qaṣ aṣ
28
al-Ṣ affa
18
al-Nūr
24
al- Aḥ zāb
20
20.
al-„Anfāl
8
al-Ḥadīd
21
21.
Maryam
19
24
22.
al-‟Ankabūt
29
al-Qaṣ aṣ
an-Naml
23
23.
al-Rūm
30
al-Nūr
25
24.
Yāsīn
36
al-Anfāl
26
25.
al-Furqan
25
Maryam
27
26.
al-Haj
22
al-„Ankabūt
35
27.
al-Ra‟d
13
ar-Rūm
28
28.
Sabā‟
34
Yāsīn
29
29.
al-Fāṭ ir
35
al-Furqan
30
Ibrāhīm
14
al-Haj
31
Ṣ ād
38
al-Rad‟
32
19.
30.
31.
74
32.
Muḥ ammad
47
Saba‟
33
33.
Luqmān
31
al-Fāṭ ir
34
34.
al-Zumar
39
Ibrāhīm
36
35.
al-Mukmīn
40
38
36.
al-Zuhruf
43
Ṣ ād
Muḥ ammad
39
37.
Fuṣ ilat
41
Luqmān
40
al-Ahqaf
46
al-Zumar
4
39.
al-Ghasiah
45
al-Mukmin
42
40.
ad-Ḍ uhā
44
al-Zuhruf
46
41.
al-Fath
48
Fusilat
42
42.
al-Hadīd
57
al-Ahqāf
43
43.
al-Hasr
59
al-Ghāsiyah
44
44.
al-Sajdah
32
ad-Ḍ uhā
45
45.
Qāf
50
al-Fath
48
46.
al-Ṭ alāq
65
al-„Asr
47
47.
al-Hujarat
49
al-Sajadah
49
48.
al-Mulk
67
al-Ṭ alāq
2
49.
al-Taghābun
64
al-Qalam
50
50.
al-Munafiqūn
63
al-Hujarat
51
51.
al-Jum‟ah
62
al-Mulk
57
52.
al-Shāf
61
al-Tagabun
52
53.
al-Jin
72
al-Munafiqūn
53
54.
Nūh
71
al-Jum‟ah
54
55.
al-Mujādalah
58
al-Shāf
55
56.
al-Mumtahanah
60
al-Jin
56
57.
al-Tahrîm
66
Nūh
57
58.
al-Rahmān
55
al-Mujādalah
58
59.
al-Najm
53
al-Mumtahanah
59
60.
al-Dhāriyāt
51
al-Tahrim
51
61.
al-Thûr
52
al-Rahmān
61
62.
al-Qamar
54
an-Najm
69
63.
al-Haqah
69
al-Thur
63
38.
75
64.
al-Wāqi‟ah
56
al-Dhāriyāt
88
65.
al-Qalam
68
al-Qamar
96
66.
al-Nazi‟ah
79
al-Wāqi‟ah
67.
al-Ma‟arif
70
al-Nazi‟ah
112
68.
al-Mudassir
74
al-Ma‟arif
101
69.
al-Muzamil
73
al-Mudassir
89
70.
al-Muthafifin
83
al-Muzamil
77
71.
Abasa
80
al-Muthafifin
71
72.
al-Insān
76
Abasa
64
73.
al-Qiyāmah
75
al-Insân
65
74.
al-Mursalāt
77
al-Mursalāt
66
75.
an-Nabā‟
78
al-Qiyāmah
69
76.
al-Taqwīr
81
al-Nabā‟
68
77.
al-Infithar
82
at-Taqwīr
99
78.
al-Ghasiyah
88
al-Infithar
9
79.
al-A‟la
87
al-Ghasiyah
91
80.
al-Lail
92
al-A‟la
92
81.
al-Fajr
89
al-Lail
83
82.
al-Burj
85
al-Fajr
87
83.
al-Inshiqāq
84
al-Burj
60
84.
al-A‟laq
96
al-Inshiqāq
71
85.
al-Balad
90
al-A‟laq
113
86.
ad-Ḍ uhā
93
al-Balad
112
87.
al-Insirah
94
ad-Ḍ uhā
108
88.
al-Ṭ āriq
86
al-Insirah
107
89.
al-„Adiyāt
100
al-Ṭ āriq
106
90.
al-Mā‟ūn
107
al-„Adiyāt
105
91.
al-Qāriah
101
al-Mā‟ūn
103
92.
al-Bayyinah
98
al-Qāriah
104
93.
al-Syams
91
al-Bayyinah
96
94.
al-Tīn
95
al-Syams
94
95.
al-Lumazah
104
al-Tīn
95
96.
al-Fīl
105
al-Lumazah
11
76
97.
al-Quraish
106
al-Fīl
32
98.
al-Takāthur
102
al-Quraish
88
99.
al-Qadr
107
al-Takāthur
104
100.
al-„Asr
103
al-Qadr
94
101.
al-Nasr
110
al-Zalzalah
81
102.
al-Kauthar
108