BUDAYA KONTEMPORER DAN PERAN PARIWISATA
TINJAUAN
BUDAYA KONTEMPORER DAN PERAN PARIWISATA BERKELANJUTAN
Roby Ardiwidjaja
GAMBARAN UMUM
Di era globalisasi yang menuntut daya saing tinggi, dampak langsung globalisasi yang mencairkan
batas-batas geopolitik suatu negara telah nyata membawa perubahan modernisasi yang besar dalam
berbagai aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya (John Naisbitt, 1994). Prediksi itu
secara gradual juga melanda Indonesia yang ditandai oleh internalisasi paham global seperti
universalisme, humanisme, ideologi politik, sistem ekonomi, dan ekologi, sebagai akibat logis dari
interaksi bahkan invasi antar budaya oleh negara maju . Pada aspek sosial budaya, pengaruh
globalisasi memuculkan budaya masa kini yaitu budaya kontemporer. Budaya pop atau budaya
kontemporer, adalah proses penyatuan yang saling terkait dan saling berhubungan satu budaya
dengan budaya lainnya secara masiv. Adapun beberapa pengaruh budaya kontemporer adalah, untuk
mengubah pola pikir (Mindset) serta mengubah karakteristis budaya lokal: orisinalitas budaya
tergeser. Pengaruh dari luar tersebut diperparah lagi dengan timbulnya berbagai konflik kepentingan,
perbedaan ideologi, serta ketidak seimbangan eksploitasi ekonomi, politik, sosial, dan budaya
(Setyaningrum, 2002).
Globalisasi memunculkan kolonisasi budaya oleh negara-negara maju (kapitalis) sebagai
produsen budaya kontemporer atas negara-negara berkembang termasuk Indonesia.Pengaruh
globalisasi dapat dikatakan sebagai penyebab turunnnya moral bangsa Indonesia saat ini. Pesatnya
perkembangan teknologi saat di era informasi, yang memudahkan orang mendapatkan informasi dari
luar, merupakan salah satu pemicu tumbuh suburnya budaya kontemporer disertai doktrin-doktrin
barat masuk dalam tatanan kehidupan sosial dan budaya masyarakat Indonesia. Timbulnya Trend
perubahan mendasar pada gaya hidup di negara berkembang yang berorientasi pada konsumerisme,
yang bahkan dikaitkan dengan faktor simbolik untuk menandai kelas, status, atau simbol sosial
tertentu. Materialisme dan individualisme tumbuh dengan subur dalam budaya kontemporer,
terlihat dari banyaknya orang lebih tertarik pada gaya hidup mewah tanpa memperdulikan nilai dan
norma yang ada. Hal ini juga disebabkan antara lain karena kurangnya kepedulian dan apresiasi
terhadap jati diri bangsa, serta kurangnya kemampuan masyarakat kita dalam menyaring hal-hal yang
baik untuk memperkuat budayanya. Terbukti ketika kebudayaan kita diakui oleh bangsa lain,
menyebabkan bangsa Indonesia panik.
Beberapa ahli menegaskan bahwa pengaruh budaya kontemporer pada dasarnya di sau sisi dapat
berdampak negatip karena melemahkan identitas, menggeser kebudayaan nasional, dan cenderung
merubah gaya huidup seseorang. Di sisi lain dapat juga berdampak positif apabila kita mampu untuk
memilih dan memilah faktor-faktor berpengaruh menjadi inspirasi seperti semangat dan kerja keras
dalam menyebarkan budaya, serta menjadi sumber kretifitas dalam mengembangkan berbagai
kesenian, kerajinan dan lain sebagainya. Bahkan dalam kesenian baik seni rupa, seni tari ataupun seni
kerajinan, seringkali memunculkan hasil seni kontemporen yang menggabungkan antara seni
tradisional dengan kreatifitas kontemporer. Hal ini menandakan bahwa kesenian yang bersifat
dinamis ini, di era moderen ini masih banyak para seniman terus berupaya menghasilkan kesenian
kontemporer dengan tetap melestarikannya penenaman ciri khas seni tradisional di era sebelumnya.
Bagi pariwisata, keanekaragaman bentuk seni jelas merupakan daya tarik tersendiri yang dapat
dikembangkan sebagai atraksi bagi wisatawan. Namun lebih penting lagi adalah pariwisata
berkelanjutan dapat diposisikan sebagaui alat dalammendukung upaya pelestarian kebudayaa
masyarakat khususnya kesenian tradisional yang ada.
1
TINJAUAN/PENGERTIAN
1.
Kebudayaan. Merupakan hasil karya manusia dalam mempertahankan dan meningkatkan taraf
hidup dan sebagai proses adaptasi dengan lingkungan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
budaya berarti pikiran, akal budi, hasil dan juga kebiasaan. Di sini budaya dibedakan dengan
kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil kegiatan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti
kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, yang erat kaitannya dengan masyarakat dan adat
istiadat dari generasi ke generasi. Sebagai sebuah sistem, kebudayaan perlu dilihat dari
perwujudan kehidupan manusia yang terkait dengan ide, perilaku dan material. Budaya manusia
pada dasarnya memiliki ciri-ciri bawaan yang dapat dikelompokkan secara terstruktur, meliputi
komponen living culture (sosial, ekonomi, politik, bahasa, religi, estetika dan mata
pencaharian), wisdom and technology (mata pencaharian, kedamaian, kesenangan, bahasa,
pendidikan, pengetahuan,dan teknologi), serta culture heritage (artifak, monumen, manuskrip,
tradisi, dan seni). Warisan budaya pada dasarnya mengacu pada beberapa ciri khas suatu
masyarakat dan ini mengarah pada bentuk-bentuk:
a. Pola hidup (peradaban/civilization). SDB bentuk ini akan menyangkut lingkungan alam, sosial
dan binaan, yang terintegrasi secara menyeluruh sebagai satuan pola hidup beserta isinya.
b. Benda-benda budaya (artifact). Pada SDB bentuk ini, adalah peninggalan sejarah (bangunan
kuno, kompleks bangunan kuno, kota tua, candi yang sudah tidak dimanfaatkan untuk
ibadah, kereta api, museum dsb.) yang ada pada masyarakat.
c. Kesukubangsaan dan tradisi (custom and ethnic group). Pada bentuk SDB ini adalah
kebudayaan masyarakat yang pada dasarnya sudah menjadi bagian dari pranata seni.
Dari hal tersebutr jelas bahwa budaya tidak hanya kesenian atau hal-hal yang berkaitan dengan
intelektual, namun mencakup seluruh pola kehidupan tatanan masyarakat. Contohnya, cara
berbicara, cara makan, atau kebiasaan berpikir dan lainnya (Rika, 2009).
2.
Budaya Kontemporer. Adalah budaya yang terpengaruh oleh dampak perkembangan teknologi
yang pesat. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang
sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini; jadi budaya kontemporer adalah budaya
yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang.
Lukisan kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang
dilalui. Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance, serta tarian kreatif dan
modern (Irwan, 2009).
Budaya kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang
dilalui (Setyaningrum, 2002). Lebih jauh dapat dijelaskan bahwa budaya kontemporer yang lebih
mencerminkan berasal dari, untuk semua yang disukai oleh kalangan bawah. Jadi, secara lebih
simplifikatif, budaya kontemporer yang bersifat spontanitas, kasar, serta dianggap berselera
rendah, adalah hasil budaya yang berasal dari, untuk dan oleh kalangan kelas bawah misalnya
kaum buruh, golongan marginal, serta siapa pun yang termasuk dalam strata atau kelas bawah
(lower class). Ciri budaya sebenarnya tidak jauh berbeda dengan folk culture. Namun folk
culture yang lebih kepada produk budaya tradisional dengan konsep yang sederhana dan sopan
namun mencirikan selera budaya kalangan atas (kerajaan, bangsawan).
Oleh beberapa ahli budaya kontemporer, yang memiliki hubungan erat dengan masa kini,
seringkali disebut sebagai budaya populer atau budaya pop. Menurut Piliang dalam rika (2009),
salah satu karakteristik dari budaya populer adalah budaya massa (mass culture) dengan tujuan
utamanya menjadikan lebih komersial. Akibatnya adalah berdampak pada perkembangan budaya
khususnya gaya hidup yang lebih konsumtif untuk tujuan menggapai simbol sosial yang lebih
tinggi. Pada budaya massa sudah tidak ada lagi batas antara budaya tinggi dan budaya rendah.
2
Sebenamya budaya massa terbentuk oleh kebutuhan masyarakat akan hiburan. Melalui
industrialisasi dan perkembangan teknologi, produsen budaya pop menciptakan produk-produk
untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya meruntut keefektifan (percepatan) dan keefisienan
(kemudahan). Negara maju sebagai produsen budaya kontemporer berupaya menanamkan
produk budaya populer di negara berkembang hingga memunculkan komoditas budaya populer
yang diminati. Beberapa Pemahaman Budaya kontemporer atau budaya pop atau budaya
populer:
a. Budaya Kontemporer adalah budaya masa kini yang dikenal dan diakui oleh banyak massa.
Umumnya sesuatu yang populer menjadi budaya pada saat ini, sehingga budaya populer
atau budaya pop selalu dihubungkan dengan budaya kontemporer.
b. Budaya yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, serta semua hal yang disukai oleh rakyat (low
culture).
c. Budaya pop dianggap karya kultural yang rendah (pseudo art) karena lemahnya dalam nilai
estetik
d. Budaya pop diciptakan dalam rangka melepas dari dominasi budaya penguasa (high culture)
e. Budaya dianggap karya kultural yang rendah (pseudo art) karena lemahnya dalam nilai
estetik
f.
3.
Budaya pop adalah karya kultural bersifat masal karena adanya komersialisasi industri
budaya
Pariwisata berkelanjutan. Didasarkan hasil rumusan di Yohannesburg tahun 2002, pariwisata
berkelanjutan dicirikan oleh terciptanya social wellfare, economic dan environment
sustainability melalui pemberdayaan penduduk lokal. Konsep ini telah dijadikan landasan
pariwisata budaya dan ekowisata yang bukan lagi dipahami dalam konteks kegiatan massal,
terstandar dan terorganisir, melainkan berpusat pada fleksibilitas, segmentasi, dan integrasi
diagonal guna menfasilitasi pengalaman akan warisan asli bagi para wisatawan. Deklarasi
Piagam Pariwisata berkelanjutan menjelaskan: “Pengembangan pariwisata didasarkan pada
kriteria keberlanjutan yang secara ekologis harus dikelola dalam jangka panjang, dengan tetap
memperhatikan aspek ekonomi, etika dan sosial masyarakat.” (1995).
Kepariwisataan itu sendiri sering diasosiasikan dengan suatu kegiatan usaha melayani serta
memenuhi keinginan dan kebutuhan orang yang sedang melakukan perjalanan. Wujudnya
berupa penyediaan dan pelayanan sejumlah fasilitas promosi, perencanaan perjalanan,
transportasi dan penyediaan daerah tujuan wisata yang menarik dan menyenangkan.
Kepariwisataan juga merupakan sarana pembelajaran mandiri, pengembangan sikap toleransi,
dan menumbuhkan sikap untuk memahami hakekat perbedaan masyarakat, kebudayaan serta
kebhinekaannya. Pariwisata pada dasarnya merupakan fenomena budaya yang menggambarkan
perilaku melakukan perjalanan untuk kesenangan/hiburan di tempat yang berbeda dari tempat
asalnya baik dalam cakupan antar kota hingga antar Negara. Sebagai suatu system yang multi
sektor dan disiplin, pariwisata tidak terlepas keterkaitannya dengan sub system pelaku dalam
menjual pariwisata seperti menjual impian atau fantasi kepada wisatawan yang masing-masing
menginginkan untuk memperoleh pengalaman dan harapan yang berbeda (Christie dan
Morrison, 1985). Beberapa pengertian terkait dengan kepariwisataan
a. pariwisata sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan wisata yang
dilakukan wisatawan termasuk kegiatan untuk memenuhi kebutuhan psiko-sosial
wisatawan yang dikaitkan dengan berbagai jenis usaha (industri)yang terkait/mendukung
(UU No. 10 tahun 2009)
3
b. ‘’Tourism is the temporary moment of people to destinations outside their normal place
of work and residence, the activities undertaken during their stay in those destinations
and the facilities created to cater to their needs.’’ (Gunn, 1993 : 5)
c. Mc.Intosh/Goeldner (1990), melihat tourism sebagai industri yang harus dilihat dari 4
perspektif yaitu dari segi wisatawan yang mencari pengalaman dan kepuasan psikis dan
fisik; dari segi usaha/pengusaha yang menyediakan barang dan jasa untuk konsumsi
wisatawan; dari segi pemerintah yang biasanya melihat sebagai unsur/faktor kekayaan
dalam wilayahnya; serta dari segi masyarakat tuan rumah yang melihatnya sebagai faktor
budaya dan lapangan kerja
d. Menurut Cooper dan kawan-kawan (1996), sifat alamiah dari pariwisata adalah
mencakup pergerakan manusia dari tempat tinggalnya ke tempat lain dan kembali lagi
tempat tinggalnya, perjalanan bersifat sementara dan dilakukan untuk berbagai tujuan
kecuali menetap dan bekerja.
e. Menurut World Tourism Organization (WTO, 1984) Wisatawan adalah orang yang
bepergian ke luar dari tempat tinggalnya menuju suatu tempat dengan tujuan tertentu
dan bersifat sementara kecuali untuk menetap dan mencari nafkah.
PERKEMBANGAN BUDAYA KONTEMPORER
Banyak orang bicara tentang kebudayaan, tetapi pengertian yang digunakannya hanya mengacu pada
hasil karya manusia yang indah-indah atau kesenian disamping untuk menyatakan tingkat kemajuan
teknologi yang didukung tradisi tertentu. Kebudayaan merupakan hasil karya manusia
mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup dalam beradaptasi dengan lingkungan. Sebagai
sebuah sistem, kebudayaan perlu dilihat dari perwujudan kehidupan manusia yang terkait dengan
ide, perilaku dan material dengan ciri-ciri bawaan yang dapat dikelompokkan secara terstruktur,
meliputi komponen living culture (sosial, ekonomi, politik, bahasa, religi, estetika dan mata
pencaharian), wisdom and technology (mata pencaharian, kedamaian, kesenangan, bahasa,
pendidikan, pengetahuan,dan teknologi), serta culture heritage (artifak, monumen, manuskrip,
tradisi, dan seni)
Mengacu pada kondisi di era globalisasi saat ini, identitas budaya Indonesia yang cenderung
memudar berada pada kondisi mengkhawatirkan dan perlu segera diselamatkan. Tumbuh
kembangnya ketidak pastian jati diri dan karakter bangsa yang berawal dari minimnya penghayatan
filosofi dan nilai-nilai esensi ideologi bangsa, dikhawatirkan menyebabkan di satu sisi tumbuhnya
budaya kontemporer dan disisi lain semakin bergesernya nilai etika dan nilai budaya dalam
kehidupan berbangsa, melemahnya kreatifitas dan kemandirian bangsa, dan paling ekstrim adalah
disintegrasi bangsa. Budaya kontemporer memunculkan gaya hidup yang sudah tidak jelas lagi batasbatasnya karena mudah ditiru, dijiplak, dipakai sesuka hati dan sudah tidak dimonopoli oleh satu
kelas (Chaney,1996). Artinya sesorang dinilai bukan dari kepribadiannya, tetapi oleh kemampuannya
mencontoh gaya hidup.
Maraknya budaya luar yang masuk melalui kemajuan teknologi dan informasi telah menciptakan
budaya yang bersifat massal di masyarakat kita. Banyak agen berupaya membawa produk budaya
negara maju guna menjaring lebih banyak masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia.
Akibatnya produk budaya tersebut mampu merambah hingga ke pelosok dan berbagai macam
kalangan dan menyebakan perubahan dalam hal gaya hidup dan kebiasaan. Kondisi ini jelas bahwa
identitas telah diletakkan pada kebendaan yang bila dipakai akan menunjukkan status dan identitas
yang didambakan. (Diyan dalam Rika, 2009). Beberapa ahli menegaskan bahwa Pengaruh dari budaya
kontemporer pada dasarnya dapat berdampak negatip karena melemahkan identitas, menggeser
kebudayaan nasional, dan menuntut sesorang untuk memiliki gaya huidup seperti orang lain. Namun
dapat juga berdampak positif apabila kita mampu untuk memilih dan memilah faktor-faktor yang
4
memberikan inspirasi semangat dan kerja keras kepada bangsa untuk maju di bidang ekonomi,
kesenian dan sebagainya.
Oleh karena itu dalam memperkuat kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya ke depan, sebagai
warga negara Indonesia harus bertanggung jawab menjaga dan melestarikan karakter dan jati diri
bangsa Indonesia, serta menanggapi dengan arif pengaruh nilai-nilai budaya kontemporer sebagai
peluang mengembangkan dan memperkaya kebudayaan nasional. Dalam kondisi kemajemukan di
Indonesia, seharusnya budaya lokal memiliki posisi, peran, sekaligus objek yang sangat kuat dalam
menjaga dinamika pengaruh modernisasi. Dengan budaya lokal, kemajemukan dapat menjadi ukuran
sebagai identitas bangsa yang mampu memilah dan memilih setiap pengaruh budaya masa kini
khususnya dari luar untuk menuju lebih baik. Salah satu upaya pelestarian nilai-nilai luhur budaya
tradisi Indonesia baik dalam skala nasional maupun regional dari pengaruh budaya kontemporer,
adalah dengan menggunakan pendekatan pariwisata berkelanjutan.
PERAN PARIWISATA
Di satu sisi Pariwisata Budaya adalah perpaduan dua unsur baik sebagai industri maupun sebagai
sistem berkelanjutan yang memberikan peluang bagi Indonesia dalam pembangunan ke depan.
Pariwisata sangat tergantung terhadap sumberdaya alam dan budaya sebagai atraksi. Pariwisata ada
hanya bila ada atraksi yang saratnya adalah unik. Keunikan suatu atraksi pariwisata pada dasarnya
hanya bisa diperoleh dari sumberdaya budaya (tradisional maupun kontemporer) serta sumberdaya
alam seperti bentang dan gejala alam serta flora fauna endemik. Mengingat bahwa atraksi tersebut
adalah aset sumber daya utama pariwisata khususnya sumber daya budaya, maka peran pariwisata
adalah mempertahankan keberadaan aset dimaksud, sekaligus menjadikannya sebagai daya tarik
yang diminati wisatawan melalui pariwisata budaya. Artinya, Sebagai aset bangsa yang
menggambarkan kesejarahan dan peradaban budaya bangsa di satu sisi, dan disisi lain sebagai daya
tarik pariwisata, keanekaragaman sumberdaya tersebut perlu dikelola dengan baik agar tetap
memberikan manfaat secara berkelanjutan.
Globalisasi merupakan perkembangan kontemporer yangmempunyai pengaruh dalam mendorong
munculnya berbagai kemungkinan tentang perubahan dunia yang akan berlangsung. Pengaruh
globalisasi dapat menghilangkan berbagai halangan di rintangan menjadikan dunia semakin terbuka
dan saling bergantung satu sama lain. Berkembangnya atus globalisasi jelas memberikan dampak
pada kebudayaan manusia. Banyak yang terlihat jelas dalam perubahan dan pegeseran pola hidup
masyarakat Indonesia, yaitu:
1. Pengaruh globalisasi berdampak positip
a. Kehidupan yang bergantung apda alam menjadi kehidupan yang menguasai alam
b. Kehidupan lamban menjadi kehidupan serba cepat;
c. Tumbuh kembangnya inovasi dan kreatifitas
2. Pengaruh Globalisasi berdampak negatip
a. Dari masyarakat agraris tradisional menjadi masyarakat industri moderen
b. Kehidupan berasaskan kebersamaan menjadi kehidupan individualis
c. Kehidupan berasaskan nilai sosial menjadi konsumeris menjadi materialis
d. Masuknya Pola gaya Hidup budaya barat
Menurut Selo Sumardjan, perubahan budaya yang cepat dan saling menyusul mengakibatkan
suasana yang berkepanjangan dimana masyarakat yang sedang mengalami perubahan budaya tidak
mngetahui secara jelas nilai-nilai budaya mana yang perlu diambil dan mana yang harus
dikembangkan.http://kiteklik.blogspot.com/2011/01/dampak-globalisasi-terhadap-bangsa).
5
Dalam kondisi demikian, salah satu solusi adalah dengan menggunakan pendekatan konsep
pembangunan pariwisata budaya. Konsep ini memiliki peran strategis sebagai alat dalam
melestarikan keanekaragaman budaya yang ada dimasyarakat dengan cara mengatur penyediaan,
pengembangan, pemanfaatan dan pemiliharaan sumber daya tarik budaya sebagai atraksi wisata
secara berkelanjutan. Menurut Inskeep (1991), atraksi dapat dikelompokkan dalam atraksi wisata
berbasis pada lingkungan alam, atraksi wisata berbasis pada aktifitas manusia dan warisan budaya,
serta atraksi wisata berbasis pada lingkungan buatan/binaan (artificial). Lebih jauh lagi terkait
warisan budaya, Fletcher (1996) melaui konsep pariwisata budaya (Cultural Tourism),
mengelompokkan pada atraksi non benda (intangible) meliputi kehidupan sosial budaya, adat
istiadat, kesenian dan lingkungannya (lansekap Budaya) seperti Kampung Naga dan Suku Baduy;
serta atraksi kebendaan (tangible) meliputi benda arkeologi atau purbakala seperti bangunan
bersejarah Candi Borobudur dan Gedung Perjuangan, situs Arkeologi seperti Kota Tua Jakarta dan
Situs Trowulan.
Kesenian sebagai satu contoh kekayaan dan keanekaragaman dari lebih dari 700 suku bangsa di
Indonesia, adalah yang lebih mudah dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri tetangga di Asia
bahkan pengaruh barat yang diserap melalui kolonialisasi. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki
berbagai kesenian tradisional khasnya sendiri. Tradisi kesenian tersebut dilestarikan (dilindungi,
dikembangkan, dan dimanfaatkan) di berbagai sanggar dan sekolah seni tari yang dilindungi oleh
Gambar 1: Sistem Unsur Kebudayaan
pihak kerajaan pada masa lalu, atau oleh masyarakat pendukungnya bersama pemerintah. Dari upaya
ini munculah istilah penggolongan terhadap kesenian yaitu kesenian tradisional dan kesenian
kontemporer. Bagi pariwisata budaya, ke dua golongan kesenian tersebut adalah potensi daya tarik
yang berpeluang menjadi atraksi pariwisata. Devdan Show sebagai salah satu contoh atraksi budaya
kontemporer di Bali yang diperuntukan bagi wisatawan. Merupakan stage peformance yang
menampilkan percampuran aktivitas dan keragaman budaya Indonesia mulai dari Bali, Sumatra,
6
Jawa, Kalimantan, hingga Papua dengan berbagai special effect, atraksi akrobatic, dan tari tradisional,
kostum dan musik dari Indonesia. Semuanya berkolaborasi menjadi sebuah atraksi pertunjukan
kontemporer.
Pariwisata adalah pergerakan manusia bersifat sementara dari satu tempat (wilayah rutinitas) ke
tempat lain (wilayah baru) untuk berbagai tujuan mulai dari rekreasi, edukasi, bisnis hingga spiritual,
yang melibatkan berbagai aktivitas ekonomi. Globalisasi saat ini telah menyebabkan perubahan
paradigma dan trend pariwisata saat ini yaitu dari yang bersifat eksploitasi ke keberlanjutan, dari
yang bersifat masal ke minat khusus, dari industrialisasi ke pemberdayaan masyarakat, dari hiburan
ke komersialisasi pengalaman, serta dari artificial ke keunikan yang otentik. Demikian juga trend
motivasi wisatawan untuk berkunjung ke suatu destinasi wisata adalah untuk mendapatkan
pengalaman, pemahaman, pengetahuan serta ide dan gagasan yang terinspirasi dari suatu yang
dilihat, diamati, dirasakan dan dilakukan di destinasi wisata.
Dalam hal ini pariwisata sangat dimungkinkan untuk di posisikan melindungi dampak negatif
mordernisasi terhadap gaya hidup ke Indonesiaan (timur), dan sekaligus memanfaatkan dampak
positif budaya masa kini terhadap perkembangan berbagai unsur budaya termasuk kesenian
kontemporer yang tetap berbasis pada keseharian akar budaya masyarakat Indonesia. Posisi tersebut
tentunya akan membuka peran pariwisata dalam berbagai upaya yang diperlukan dalam
memanfaatkan budaya kontemporer sebagai bagian dari pariwisata budaya mencakup:
1.
Pelestarian. Pelestarian dengan tiga pilarnya yaitu perlindungan, pengembangan dan
pemanfaatan, memiliki lingkup yang luas. Pelestarian mencakup upaya-upaya pengelolaan dan
mengangkat nilai-nilai penting warisan budaya. Nilai-nilai penting warisan budaya meliputi nilai
penting bagi ilmu pengetahuan, edukasi, kebudayaan, sejarah dan nilai ekonomi yang
terkandung dalam warisan budaya. Oleh karena itu pengelolaan warisan budaya tidak pernah
lepas dari pelestarian. Dengan kata lain, pelestarian adalah kata kunci utama dalam melakukan
pengelolaan warisan budaya melalui konsep kekinian.
Pengelolaan warisan budaya pada hakekatnya adalah melestarikan warisan budaya agar tetap
ada dalam konteks system yang berguna bagi kehidupan masyarakat sekarang. Pelestarian
warisan budaya bertujuan untuk merekonstruksi nilai-nilai kesejarahan warisan budaya itu,
apakah sebagai identitas atau jatidiri, ilmu pengetahuan ataupun untuk daya tarik wisata. Oleh
karena itu jika pemaknaan nilai tidak dapat dirasakan oleh masyarakat sekarang, upaya
pengelolaan warisan budaya akan terasa sulit atau bahkan tidak akan mencapai sasaran
(Tanudirjo 2006: 14).
2.
Pemberdayaan . Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu proses peningkatan kekuatan
masyarakat untuk memiliki akses terhadap sumberdaya yang ada agar secara mandiri dapat
melakukan pembangunan bagi kehidupan yang sejahtera. Pemberdayaan masyarakat
merupakan suatu proses perbaikan yang ditujukan untuk memberikan kemampuan kepada
siapapun untuk mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat. Dalam proses ini masyarakat,
dibantu untuk mengetahui dengan jelas segala kebutuhan, masalah dan peluang dalam
pembangunan sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki di lingkungan sosial ekonomi budayanya.
Salah satu upaya untuk mempercepat proses pemberdayaan dimaksud, perlu diupayakan
berbagai pendampingan bagi masyarakat dalam mengembangkan potensi yang dimiliki,
termasuk juga dalam mengelola warisan budaya melalui konsep kekinian. Adapun tujuan
kegiatan pendampingan antara lain adalah untuk memperkuat kelembagaan masyarakat
setempat, hingga dapat menjadi penggerak ekonomi, usaha alternatif, serta penggerak
pengambilan keputusan. Keterlibatan aktif masyarakat melalui pendampingan, diharapkan
dapat mewujudkan penguatan pelestarian terhadap warisan budaya di masa kini, sekaligus
menumbuh kembangkan wirausahawan profesional dimasyarakat yang mampu memanfaatkan
7
warisan budaya sebagai sumber kreatifitas dan melalui proses kekinian menjadi produk budaya
kontemporer yang berbasis akar budaya.
3.
Edukasi dan Interpretasi. Dalam upaya meningkatkan kepedulian, pemahaman dan kesadaran
stakeholder khususnya pengunjung maupun masyarakat termasuk para pelaku industri
setempat terhadap keberlanjutan warisan budaya, diperlukan program edukasi melalui berbagai
kegiatan seperti interpretasi (story telling), pelatihan, pameran, seminar dan sebagainya. Untuk
memahami terhadap upaya pelestarian warisan budaya, interpretasi nilai-nilai yang terkandung
pada benda warisan budaya massa lalu menjadi media edukasi penting dalam memudahkan
penggambaran pengetahuan budaya yang tercermin pada benda warisan budaya sebagai atraksi
pariwisata budaya.
Interpretasi pengetahuan budaya disini menjadi penting dalam mengkomunikasikan norma,
moral, nilai dan aturan sebagai bentuk kearifan lokal (etika) menjalankan kehidupan yang masih
berlaku pada masyarakat . Artinya dari kearifan lokal, dimungkinkan untuk melihat adanya
hubungan pengetahuan budaya masyarakat masa lalu dengan pengetahuan budaya masyarakat
sekarang.
Walaupun etika serta sanksi-sanksi sosial yang berlaku di masyarakat lokal pada dasarnya tidak
mengikat untuk para pendatang (wisatawan), peran edukasi melalui interpretasi menjadi sangat
penting dalam kehidupan di era globalisasi. Terutama dalam mengkomunikasikan pemahaman
bahwa kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat setempat dan hubungannya dengan nilai
yang terkandung pada warisan budaya masa lalu, menjadi satu prinsip yang tetap harus
dihormati dan dijaga agar degradasi terhadap etika yang sudah mapan dapat dicegah. Tujuan
edukasi dan interpretasi adalah:
1. Mendorong tumbuh kembangnya pemahaman dan pengetahuan dari para pemangku
dalam melakukan perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan secara bijak warisan
budaya.
2. meningkatkan kepedulian, kesadaran dan apresiasi khususnya wisatawan dan
masyarakat setempat tentang pentingnya warisan budaya sebagai bagian dari jati diri
dan identitas masyarkat setempat
3. merubah pola perilaku dari pengunjung dan masyarakat lokal yang dapat membawa
dampak terhadap keberadaan dan keberlanjutan dinamika perubahan warisan budaya
secara alamiah.
4.
Keberlanjutan. Keberlanjutan (sustainability) disini tidak hanya memandang masa sekarang,
akan tetapi juga memberikan kesempatan kepada generasi mendatang untuk dapat
mengembangkan pengetahuan budaya tradisional dan kontemporer dalam rangka mamahami
jati diri dan lingkungan hidupnya di masa mendatang. Dalam upaya mewariskan keberlanjutan
warisan budaya kepada masyarakat generasi berikutnya, budaya kontemporer memiliki
kemampuan untuk memperkaya khasanah budaya apabila pengelolaan diarahkan pada upaya
menjadikan pengaruh modernisasi sebagai bagian dari dinamika kehidupan sosial masyarakat
setempat. Artinya dengan menempatkan atau memposisikan pariwisata sebagai bagian dari
pranata sosial yang berlaku di masyarakat dalam pengelolaan warisan budaya, dengan
sendirinya budaya kontemporer yang tercipta akan tetap berbasis pada akar budaya dan mampu
berlanjut sebagai bagian dalam kebudayaan masyarakat dari generasi ke generasi secara estafet.
Dalam mengupayakan keberadaan warisan budaya yang dipengaruhi modernisasi masa kini,
perlu diperhatikan:
8
a. kebudayaan suatu masyarakat dapat berubah tergantung dari bagaimana masyarakatnya
mengelola pengaruh globalisasikarena. Demikian juga dengan pariwisata yang berorientasi
pada bentuk pola hidup masyarakat, dapat berperan menggeser atau memperkuat
pengetahuan dan pola pikir masyarakat terhadap pengaruh budaya wisatawan yang
berkunjung.
b. Pariwisata bila mengacu pada sumberdayanya adalah sumberdaya umum (common
resources). Pariwisata dalam hal ini memiliki peran untuk mengelola berbagai kepentingan
yang mungkin dapat saling bertentangan dan menimbulkan konflik satu sama lain terhadap
tiga bentuk kepemilikan sumber daya umum yang meliputi :
a. pemerintah (state property) yang dalam perwujudannya bisa berupa taman nasional,
dimana komunitas setempat tidak dapat mewujudkan akses mereka di dalamnya
meskipun daerah tersebut adalah bagian dari wilayah komunitas lokal yang
bersangkutan;
b. swasta (private property) yang dalam perwujudannya bisa berupa Hak Pengelolaan
Hutan, Kepemilikan Daerah Wisata dsb.;
c. komunitas (common property) berupa hak ulayat,.
PENUTUP
Budaya adalah pikiran, akal budi, hasil dan juga kebiasaan manusia seperti kepercayaan, kesenian,
dan adat istiadat. Dengan demikian, budaya erat kaitannya dengan masyarakat dan adat istiadat dari
generasi ke generasi. Budaya tidak hanya kesenian atau hal-hal yang berkaitan dengan intelektual,
namun mencakup seluruh pola kehidupan tatanan masyarakat.
Budaya kontemporer pada masa sekarang ini muncul karena adanya perkembangan yang hebat
dalam bidang teknologi informasi, seperti televisi, telepon,dan internet yang menggeser konsepsi
ruang dan waktu yang seharusnya serempak menjadi tidak lagi sistematis. Kata kontemporer
mempunyai arti bersifat kekinian atau merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Maka, dapat
dikatakan, bahwa budaya kontemporer merupakan budaya di masa moderen, yang sering disebut
juga sebagai budaya populer atau budaya pop. Budaya kontemporer tidak bersifat tetap dan
cenderung mengalami perubahan namun tidak lepas dari pengaruh budaya masa lalu.
Budaya kontemporer yang diproduksi dan dibawa oleh negara maju memiliki dampak baik positip
seperti meningkatkan kreativitas dan inovasi di setiap sendi kehidupan masyarakatnya, juga dampak
negatip seperti berubahnya gaya hidup yang lebih berorientasi pada sifat individualistis dan
materialistis, serta menyebabkan degradasi identitas budaya setempat.
Salah satu upaya dalam mengantisipasi dampak budaya kontemporer dalam kehidupan masyarakat
Indonesia yang pluralisme, perlu menggunakan cara salah satunya melalui pendekatan
pembangunan pariwisata berkelanjutan dengan konsep pariwisata budaya. Dengan memposisikan
pariwisata sebagai alat, cara atau wahana, dimungkinkan melindungi dampak negatif mordernisasi
terhadap gaya hidup ke Indonesiaan (timur), dan sekaligus memanfaatkan dampak positif budaya
masa kini terhadap perkembangan berbagai unsur budaya termasuk kesenian kontemporer yang
tetap berbasis pada keseharian akar budaya masyarakat Indonesia. Posisi tersebut tentunya akan
membuka peran pariwisata dalam berbagai upaya yang diperlukan dalam memanfaatkan budaya
kontemporer sebagai bagian dari pariwisata budaya.
SUMBER BACAAN
9
AHC (Arizona Humanities Council) 2000, Cultural Heritage Tourism: Practical Application, Phoenic,
Arizona,
Alan Ewert, 1997. Resource-based tourism: an emerging trend in tourism experiences, Parks &
Recreation Look Smart, Sept, 1997
Arie Setyaningrum, 2002. Kajian Budaya Kontemporer. Jurna Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Volume 6, Nomor 2, November 2002 (229-244)
Cabrini Luigi, Trend of International Tourism, 13th Central European Trade Fair, WTO, 2004
Chris Cooper, John Fletcher, David Gilbert and Stephen Wanhill. 1996. Tourism Principles and
Practice. Longman Group Limited, Malaysia,
Clare A. Gunn, 1998. Tourism Planning, Basic Concepts Cases.
Cleere, H. F. (1989). Archaeological Heritage Management in the Modern World. London : Unwin
Hyman.
Fakultas Ilmu Budaya, 2006. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Budaya: Bahan Diskusi untuk
Pelatihan Pengelolaan Sumberdaya Budaya di Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta..
http://kiteklik.blogspot.com/2011/01/dampak-globalisasi-terhadap-bangsa-dan.html#sthash.
WTPnGTVH.dpu. diunduh tanggal 1 Maret 2014
Inskeep. Edward, Tourism Planning: An Integrated and Sustainable Development Approach, Van
Nostrand Reinhold, New York, USA. 1991.
Irwan Abdulah dan Wening Udasmoro, 2009. Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Kontemporer
John Naisbitt, 1994. Global Paradox: Semakin Besar Ekonomi Dunia, Semakin Kuat Perusahaan Kecil
KLH, 2001, Indicators of Sustainable Development: Guidebook for Sustainable Development
Planning. Sectoral Agenda 21 Project
LORD Cultural Planning and Management, Knoxville Cultural Heritage Tourism Initiative Phase 1
Report, East Tennessee 2003
M. Amir Sutaarga, Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Benda warisan budaya masa lalu ,
Cetakan ke empat, DEPDIKBUD, 1998.
Penerbit: Binarupa Aksara, Jakarta, Tahun: Cetakan Pertama, 1994
Pustaka Pelajar Daerah Istimewa Yogyakarta kode pos 55167
Rika Ristinawati 2009. Identitas manusia Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia,
Roby Ardiwidjaja. Pengembangan Pariwisata Budaya : Satu Upaya Menggapai Indonesia Ultimete
Diversity. JKP. Jurnal Kebudayaan dan Pariwisata Volume XII Tahun 2005. ISSN 1410-2463.
Roby Ardiwijaya. (2005). Pemberdayaan Masyarakat : Satu model dalam Pembangunan Pariwisata
Berkelanjutan. JKP. Jurnal Kebudyaaan dan Pariwisata Volume XI 2005. ISSN 1410-2463. Pusat
Riset dan pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata.
Swarbrooke. John, The Development & Management of Visitor Attraction, Butterworth-Heinemann,
Oxford, 1995Keller Peter, Prof, Management of Cultural Change in Tourism Regions and
Communities, 2001
Tanudirjo, Daud Aris. (2004). Pengelolaan Sumberdaya Arkeologi : Sebuah Pengantar. Jurusan
Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UGM. Yogyakarta. Bahan Diskusi untuk Pelatihan Pengelolaan
Sumber Daya Arkeologi di Trowulan.
10
BUDAYA KONTEMPORER DAN PERAN PARIWISATA BERKELANJUTAN
Roby Ardiwidjaja
GAMBARAN UMUM
Di era globalisasi yang menuntut daya saing tinggi, dampak langsung globalisasi yang mencairkan
batas-batas geopolitik suatu negara telah nyata membawa perubahan modernisasi yang besar dalam
berbagai aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya (John Naisbitt, 1994). Prediksi itu
secara gradual juga melanda Indonesia yang ditandai oleh internalisasi paham global seperti
universalisme, humanisme, ideologi politik, sistem ekonomi, dan ekologi, sebagai akibat logis dari
interaksi bahkan invasi antar budaya oleh negara maju . Pada aspek sosial budaya, pengaruh
globalisasi memuculkan budaya masa kini yaitu budaya kontemporer. Budaya pop atau budaya
kontemporer, adalah proses penyatuan yang saling terkait dan saling berhubungan satu budaya
dengan budaya lainnya secara masiv. Adapun beberapa pengaruh budaya kontemporer adalah, untuk
mengubah pola pikir (Mindset) serta mengubah karakteristis budaya lokal: orisinalitas budaya
tergeser. Pengaruh dari luar tersebut diperparah lagi dengan timbulnya berbagai konflik kepentingan,
perbedaan ideologi, serta ketidak seimbangan eksploitasi ekonomi, politik, sosial, dan budaya
(Setyaningrum, 2002).
Globalisasi memunculkan kolonisasi budaya oleh negara-negara maju (kapitalis) sebagai
produsen budaya kontemporer atas negara-negara berkembang termasuk Indonesia.Pengaruh
globalisasi dapat dikatakan sebagai penyebab turunnnya moral bangsa Indonesia saat ini. Pesatnya
perkembangan teknologi saat di era informasi, yang memudahkan orang mendapatkan informasi dari
luar, merupakan salah satu pemicu tumbuh suburnya budaya kontemporer disertai doktrin-doktrin
barat masuk dalam tatanan kehidupan sosial dan budaya masyarakat Indonesia. Timbulnya Trend
perubahan mendasar pada gaya hidup di negara berkembang yang berorientasi pada konsumerisme,
yang bahkan dikaitkan dengan faktor simbolik untuk menandai kelas, status, atau simbol sosial
tertentu. Materialisme dan individualisme tumbuh dengan subur dalam budaya kontemporer,
terlihat dari banyaknya orang lebih tertarik pada gaya hidup mewah tanpa memperdulikan nilai dan
norma yang ada. Hal ini juga disebabkan antara lain karena kurangnya kepedulian dan apresiasi
terhadap jati diri bangsa, serta kurangnya kemampuan masyarakat kita dalam menyaring hal-hal yang
baik untuk memperkuat budayanya. Terbukti ketika kebudayaan kita diakui oleh bangsa lain,
menyebabkan bangsa Indonesia panik.
Beberapa ahli menegaskan bahwa pengaruh budaya kontemporer pada dasarnya di sau sisi dapat
berdampak negatip karena melemahkan identitas, menggeser kebudayaan nasional, dan cenderung
merubah gaya huidup seseorang. Di sisi lain dapat juga berdampak positif apabila kita mampu untuk
memilih dan memilah faktor-faktor berpengaruh menjadi inspirasi seperti semangat dan kerja keras
dalam menyebarkan budaya, serta menjadi sumber kretifitas dalam mengembangkan berbagai
kesenian, kerajinan dan lain sebagainya. Bahkan dalam kesenian baik seni rupa, seni tari ataupun seni
kerajinan, seringkali memunculkan hasil seni kontemporen yang menggabungkan antara seni
tradisional dengan kreatifitas kontemporer. Hal ini menandakan bahwa kesenian yang bersifat
dinamis ini, di era moderen ini masih banyak para seniman terus berupaya menghasilkan kesenian
kontemporer dengan tetap melestarikannya penenaman ciri khas seni tradisional di era sebelumnya.
Bagi pariwisata, keanekaragaman bentuk seni jelas merupakan daya tarik tersendiri yang dapat
dikembangkan sebagai atraksi bagi wisatawan. Namun lebih penting lagi adalah pariwisata
berkelanjutan dapat diposisikan sebagaui alat dalammendukung upaya pelestarian kebudayaa
masyarakat khususnya kesenian tradisional yang ada.
1
TINJAUAN/PENGERTIAN
1.
Kebudayaan. Merupakan hasil karya manusia dalam mempertahankan dan meningkatkan taraf
hidup dan sebagai proses adaptasi dengan lingkungan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
budaya berarti pikiran, akal budi, hasil dan juga kebiasaan. Di sini budaya dibedakan dengan
kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil kegiatan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti
kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, yang erat kaitannya dengan masyarakat dan adat
istiadat dari generasi ke generasi. Sebagai sebuah sistem, kebudayaan perlu dilihat dari
perwujudan kehidupan manusia yang terkait dengan ide, perilaku dan material. Budaya manusia
pada dasarnya memiliki ciri-ciri bawaan yang dapat dikelompokkan secara terstruktur, meliputi
komponen living culture (sosial, ekonomi, politik, bahasa, religi, estetika dan mata
pencaharian), wisdom and technology (mata pencaharian, kedamaian, kesenangan, bahasa,
pendidikan, pengetahuan,dan teknologi), serta culture heritage (artifak, monumen, manuskrip,
tradisi, dan seni). Warisan budaya pada dasarnya mengacu pada beberapa ciri khas suatu
masyarakat dan ini mengarah pada bentuk-bentuk:
a. Pola hidup (peradaban/civilization). SDB bentuk ini akan menyangkut lingkungan alam, sosial
dan binaan, yang terintegrasi secara menyeluruh sebagai satuan pola hidup beserta isinya.
b. Benda-benda budaya (artifact). Pada SDB bentuk ini, adalah peninggalan sejarah (bangunan
kuno, kompleks bangunan kuno, kota tua, candi yang sudah tidak dimanfaatkan untuk
ibadah, kereta api, museum dsb.) yang ada pada masyarakat.
c. Kesukubangsaan dan tradisi (custom and ethnic group). Pada bentuk SDB ini adalah
kebudayaan masyarakat yang pada dasarnya sudah menjadi bagian dari pranata seni.
Dari hal tersebutr jelas bahwa budaya tidak hanya kesenian atau hal-hal yang berkaitan dengan
intelektual, namun mencakup seluruh pola kehidupan tatanan masyarakat. Contohnya, cara
berbicara, cara makan, atau kebiasaan berpikir dan lainnya (Rika, 2009).
2.
Budaya Kontemporer. Adalah budaya yang terpengaruh oleh dampak perkembangan teknologi
yang pesat. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang
sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini; jadi budaya kontemporer adalah budaya
yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang.
Lukisan kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang
dilalui. Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance, serta tarian kreatif dan
modern (Irwan, 2009).
Budaya kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang
dilalui (Setyaningrum, 2002). Lebih jauh dapat dijelaskan bahwa budaya kontemporer yang lebih
mencerminkan berasal dari, untuk semua yang disukai oleh kalangan bawah. Jadi, secara lebih
simplifikatif, budaya kontemporer yang bersifat spontanitas, kasar, serta dianggap berselera
rendah, adalah hasil budaya yang berasal dari, untuk dan oleh kalangan kelas bawah misalnya
kaum buruh, golongan marginal, serta siapa pun yang termasuk dalam strata atau kelas bawah
(lower class). Ciri budaya sebenarnya tidak jauh berbeda dengan folk culture. Namun folk
culture yang lebih kepada produk budaya tradisional dengan konsep yang sederhana dan sopan
namun mencirikan selera budaya kalangan atas (kerajaan, bangsawan).
Oleh beberapa ahli budaya kontemporer, yang memiliki hubungan erat dengan masa kini,
seringkali disebut sebagai budaya populer atau budaya pop. Menurut Piliang dalam rika (2009),
salah satu karakteristik dari budaya populer adalah budaya massa (mass culture) dengan tujuan
utamanya menjadikan lebih komersial. Akibatnya adalah berdampak pada perkembangan budaya
khususnya gaya hidup yang lebih konsumtif untuk tujuan menggapai simbol sosial yang lebih
tinggi. Pada budaya massa sudah tidak ada lagi batas antara budaya tinggi dan budaya rendah.
2
Sebenamya budaya massa terbentuk oleh kebutuhan masyarakat akan hiburan. Melalui
industrialisasi dan perkembangan teknologi, produsen budaya pop menciptakan produk-produk
untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya meruntut keefektifan (percepatan) dan keefisienan
(kemudahan). Negara maju sebagai produsen budaya kontemporer berupaya menanamkan
produk budaya populer di negara berkembang hingga memunculkan komoditas budaya populer
yang diminati. Beberapa Pemahaman Budaya kontemporer atau budaya pop atau budaya
populer:
a. Budaya Kontemporer adalah budaya masa kini yang dikenal dan diakui oleh banyak massa.
Umumnya sesuatu yang populer menjadi budaya pada saat ini, sehingga budaya populer
atau budaya pop selalu dihubungkan dengan budaya kontemporer.
b. Budaya yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, serta semua hal yang disukai oleh rakyat (low
culture).
c. Budaya pop dianggap karya kultural yang rendah (pseudo art) karena lemahnya dalam nilai
estetik
d. Budaya pop diciptakan dalam rangka melepas dari dominasi budaya penguasa (high culture)
e. Budaya dianggap karya kultural yang rendah (pseudo art) karena lemahnya dalam nilai
estetik
f.
3.
Budaya pop adalah karya kultural bersifat masal karena adanya komersialisasi industri
budaya
Pariwisata berkelanjutan. Didasarkan hasil rumusan di Yohannesburg tahun 2002, pariwisata
berkelanjutan dicirikan oleh terciptanya social wellfare, economic dan environment
sustainability melalui pemberdayaan penduduk lokal. Konsep ini telah dijadikan landasan
pariwisata budaya dan ekowisata yang bukan lagi dipahami dalam konteks kegiatan massal,
terstandar dan terorganisir, melainkan berpusat pada fleksibilitas, segmentasi, dan integrasi
diagonal guna menfasilitasi pengalaman akan warisan asli bagi para wisatawan. Deklarasi
Piagam Pariwisata berkelanjutan menjelaskan: “Pengembangan pariwisata didasarkan pada
kriteria keberlanjutan yang secara ekologis harus dikelola dalam jangka panjang, dengan tetap
memperhatikan aspek ekonomi, etika dan sosial masyarakat.” (1995).
Kepariwisataan itu sendiri sering diasosiasikan dengan suatu kegiatan usaha melayani serta
memenuhi keinginan dan kebutuhan orang yang sedang melakukan perjalanan. Wujudnya
berupa penyediaan dan pelayanan sejumlah fasilitas promosi, perencanaan perjalanan,
transportasi dan penyediaan daerah tujuan wisata yang menarik dan menyenangkan.
Kepariwisataan juga merupakan sarana pembelajaran mandiri, pengembangan sikap toleransi,
dan menumbuhkan sikap untuk memahami hakekat perbedaan masyarakat, kebudayaan serta
kebhinekaannya. Pariwisata pada dasarnya merupakan fenomena budaya yang menggambarkan
perilaku melakukan perjalanan untuk kesenangan/hiburan di tempat yang berbeda dari tempat
asalnya baik dalam cakupan antar kota hingga antar Negara. Sebagai suatu system yang multi
sektor dan disiplin, pariwisata tidak terlepas keterkaitannya dengan sub system pelaku dalam
menjual pariwisata seperti menjual impian atau fantasi kepada wisatawan yang masing-masing
menginginkan untuk memperoleh pengalaman dan harapan yang berbeda (Christie dan
Morrison, 1985). Beberapa pengertian terkait dengan kepariwisataan
a. pariwisata sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan wisata yang
dilakukan wisatawan termasuk kegiatan untuk memenuhi kebutuhan psiko-sosial
wisatawan yang dikaitkan dengan berbagai jenis usaha (industri)yang terkait/mendukung
(UU No. 10 tahun 2009)
3
b. ‘’Tourism is the temporary moment of people to destinations outside their normal place
of work and residence, the activities undertaken during their stay in those destinations
and the facilities created to cater to their needs.’’ (Gunn, 1993 : 5)
c. Mc.Intosh/Goeldner (1990), melihat tourism sebagai industri yang harus dilihat dari 4
perspektif yaitu dari segi wisatawan yang mencari pengalaman dan kepuasan psikis dan
fisik; dari segi usaha/pengusaha yang menyediakan barang dan jasa untuk konsumsi
wisatawan; dari segi pemerintah yang biasanya melihat sebagai unsur/faktor kekayaan
dalam wilayahnya; serta dari segi masyarakat tuan rumah yang melihatnya sebagai faktor
budaya dan lapangan kerja
d. Menurut Cooper dan kawan-kawan (1996), sifat alamiah dari pariwisata adalah
mencakup pergerakan manusia dari tempat tinggalnya ke tempat lain dan kembali lagi
tempat tinggalnya, perjalanan bersifat sementara dan dilakukan untuk berbagai tujuan
kecuali menetap dan bekerja.
e. Menurut World Tourism Organization (WTO, 1984) Wisatawan adalah orang yang
bepergian ke luar dari tempat tinggalnya menuju suatu tempat dengan tujuan tertentu
dan bersifat sementara kecuali untuk menetap dan mencari nafkah.
PERKEMBANGAN BUDAYA KONTEMPORER
Banyak orang bicara tentang kebudayaan, tetapi pengertian yang digunakannya hanya mengacu pada
hasil karya manusia yang indah-indah atau kesenian disamping untuk menyatakan tingkat kemajuan
teknologi yang didukung tradisi tertentu. Kebudayaan merupakan hasil karya manusia
mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup dalam beradaptasi dengan lingkungan. Sebagai
sebuah sistem, kebudayaan perlu dilihat dari perwujudan kehidupan manusia yang terkait dengan
ide, perilaku dan material dengan ciri-ciri bawaan yang dapat dikelompokkan secara terstruktur,
meliputi komponen living culture (sosial, ekonomi, politik, bahasa, religi, estetika dan mata
pencaharian), wisdom and technology (mata pencaharian, kedamaian, kesenangan, bahasa,
pendidikan, pengetahuan,dan teknologi), serta culture heritage (artifak, monumen, manuskrip,
tradisi, dan seni)
Mengacu pada kondisi di era globalisasi saat ini, identitas budaya Indonesia yang cenderung
memudar berada pada kondisi mengkhawatirkan dan perlu segera diselamatkan. Tumbuh
kembangnya ketidak pastian jati diri dan karakter bangsa yang berawal dari minimnya penghayatan
filosofi dan nilai-nilai esensi ideologi bangsa, dikhawatirkan menyebabkan di satu sisi tumbuhnya
budaya kontemporer dan disisi lain semakin bergesernya nilai etika dan nilai budaya dalam
kehidupan berbangsa, melemahnya kreatifitas dan kemandirian bangsa, dan paling ekstrim adalah
disintegrasi bangsa. Budaya kontemporer memunculkan gaya hidup yang sudah tidak jelas lagi batasbatasnya karena mudah ditiru, dijiplak, dipakai sesuka hati dan sudah tidak dimonopoli oleh satu
kelas (Chaney,1996). Artinya sesorang dinilai bukan dari kepribadiannya, tetapi oleh kemampuannya
mencontoh gaya hidup.
Maraknya budaya luar yang masuk melalui kemajuan teknologi dan informasi telah menciptakan
budaya yang bersifat massal di masyarakat kita. Banyak agen berupaya membawa produk budaya
negara maju guna menjaring lebih banyak masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia.
Akibatnya produk budaya tersebut mampu merambah hingga ke pelosok dan berbagai macam
kalangan dan menyebakan perubahan dalam hal gaya hidup dan kebiasaan. Kondisi ini jelas bahwa
identitas telah diletakkan pada kebendaan yang bila dipakai akan menunjukkan status dan identitas
yang didambakan. (Diyan dalam Rika, 2009). Beberapa ahli menegaskan bahwa Pengaruh dari budaya
kontemporer pada dasarnya dapat berdampak negatip karena melemahkan identitas, menggeser
kebudayaan nasional, dan menuntut sesorang untuk memiliki gaya huidup seperti orang lain. Namun
dapat juga berdampak positif apabila kita mampu untuk memilih dan memilah faktor-faktor yang
4
memberikan inspirasi semangat dan kerja keras kepada bangsa untuk maju di bidang ekonomi,
kesenian dan sebagainya.
Oleh karena itu dalam memperkuat kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya ke depan, sebagai
warga negara Indonesia harus bertanggung jawab menjaga dan melestarikan karakter dan jati diri
bangsa Indonesia, serta menanggapi dengan arif pengaruh nilai-nilai budaya kontemporer sebagai
peluang mengembangkan dan memperkaya kebudayaan nasional. Dalam kondisi kemajemukan di
Indonesia, seharusnya budaya lokal memiliki posisi, peran, sekaligus objek yang sangat kuat dalam
menjaga dinamika pengaruh modernisasi. Dengan budaya lokal, kemajemukan dapat menjadi ukuran
sebagai identitas bangsa yang mampu memilah dan memilih setiap pengaruh budaya masa kini
khususnya dari luar untuk menuju lebih baik. Salah satu upaya pelestarian nilai-nilai luhur budaya
tradisi Indonesia baik dalam skala nasional maupun regional dari pengaruh budaya kontemporer,
adalah dengan menggunakan pendekatan pariwisata berkelanjutan.
PERAN PARIWISATA
Di satu sisi Pariwisata Budaya adalah perpaduan dua unsur baik sebagai industri maupun sebagai
sistem berkelanjutan yang memberikan peluang bagi Indonesia dalam pembangunan ke depan.
Pariwisata sangat tergantung terhadap sumberdaya alam dan budaya sebagai atraksi. Pariwisata ada
hanya bila ada atraksi yang saratnya adalah unik. Keunikan suatu atraksi pariwisata pada dasarnya
hanya bisa diperoleh dari sumberdaya budaya (tradisional maupun kontemporer) serta sumberdaya
alam seperti bentang dan gejala alam serta flora fauna endemik. Mengingat bahwa atraksi tersebut
adalah aset sumber daya utama pariwisata khususnya sumber daya budaya, maka peran pariwisata
adalah mempertahankan keberadaan aset dimaksud, sekaligus menjadikannya sebagai daya tarik
yang diminati wisatawan melalui pariwisata budaya. Artinya, Sebagai aset bangsa yang
menggambarkan kesejarahan dan peradaban budaya bangsa di satu sisi, dan disisi lain sebagai daya
tarik pariwisata, keanekaragaman sumberdaya tersebut perlu dikelola dengan baik agar tetap
memberikan manfaat secara berkelanjutan.
Globalisasi merupakan perkembangan kontemporer yangmempunyai pengaruh dalam mendorong
munculnya berbagai kemungkinan tentang perubahan dunia yang akan berlangsung. Pengaruh
globalisasi dapat menghilangkan berbagai halangan di rintangan menjadikan dunia semakin terbuka
dan saling bergantung satu sama lain. Berkembangnya atus globalisasi jelas memberikan dampak
pada kebudayaan manusia. Banyak yang terlihat jelas dalam perubahan dan pegeseran pola hidup
masyarakat Indonesia, yaitu:
1. Pengaruh globalisasi berdampak positip
a. Kehidupan yang bergantung apda alam menjadi kehidupan yang menguasai alam
b. Kehidupan lamban menjadi kehidupan serba cepat;
c. Tumbuh kembangnya inovasi dan kreatifitas
2. Pengaruh Globalisasi berdampak negatip
a. Dari masyarakat agraris tradisional menjadi masyarakat industri moderen
b. Kehidupan berasaskan kebersamaan menjadi kehidupan individualis
c. Kehidupan berasaskan nilai sosial menjadi konsumeris menjadi materialis
d. Masuknya Pola gaya Hidup budaya barat
Menurut Selo Sumardjan, perubahan budaya yang cepat dan saling menyusul mengakibatkan
suasana yang berkepanjangan dimana masyarakat yang sedang mengalami perubahan budaya tidak
mngetahui secara jelas nilai-nilai budaya mana yang perlu diambil dan mana yang harus
dikembangkan.http://kiteklik.blogspot.com/2011/01/dampak-globalisasi-terhadap-bangsa).
5
Dalam kondisi demikian, salah satu solusi adalah dengan menggunakan pendekatan konsep
pembangunan pariwisata budaya. Konsep ini memiliki peran strategis sebagai alat dalam
melestarikan keanekaragaman budaya yang ada dimasyarakat dengan cara mengatur penyediaan,
pengembangan, pemanfaatan dan pemiliharaan sumber daya tarik budaya sebagai atraksi wisata
secara berkelanjutan. Menurut Inskeep (1991), atraksi dapat dikelompokkan dalam atraksi wisata
berbasis pada lingkungan alam, atraksi wisata berbasis pada aktifitas manusia dan warisan budaya,
serta atraksi wisata berbasis pada lingkungan buatan/binaan (artificial). Lebih jauh lagi terkait
warisan budaya, Fletcher (1996) melaui konsep pariwisata budaya (Cultural Tourism),
mengelompokkan pada atraksi non benda (intangible) meliputi kehidupan sosial budaya, adat
istiadat, kesenian dan lingkungannya (lansekap Budaya) seperti Kampung Naga dan Suku Baduy;
serta atraksi kebendaan (tangible) meliputi benda arkeologi atau purbakala seperti bangunan
bersejarah Candi Borobudur dan Gedung Perjuangan, situs Arkeologi seperti Kota Tua Jakarta dan
Situs Trowulan.
Kesenian sebagai satu contoh kekayaan dan keanekaragaman dari lebih dari 700 suku bangsa di
Indonesia, adalah yang lebih mudah dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri tetangga di Asia
bahkan pengaruh barat yang diserap melalui kolonialisasi. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki
berbagai kesenian tradisional khasnya sendiri. Tradisi kesenian tersebut dilestarikan (dilindungi,
dikembangkan, dan dimanfaatkan) di berbagai sanggar dan sekolah seni tari yang dilindungi oleh
Gambar 1: Sistem Unsur Kebudayaan
pihak kerajaan pada masa lalu, atau oleh masyarakat pendukungnya bersama pemerintah. Dari upaya
ini munculah istilah penggolongan terhadap kesenian yaitu kesenian tradisional dan kesenian
kontemporer. Bagi pariwisata budaya, ke dua golongan kesenian tersebut adalah potensi daya tarik
yang berpeluang menjadi atraksi pariwisata. Devdan Show sebagai salah satu contoh atraksi budaya
kontemporer di Bali yang diperuntukan bagi wisatawan. Merupakan stage peformance yang
menampilkan percampuran aktivitas dan keragaman budaya Indonesia mulai dari Bali, Sumatra,
6
Jawa, Kalimantan, hingga Papua dengan berbagai special effect, atraksi akrobatic, dan tari tradisional,
kostum dan musik dari Indonesia. Semuanya berkolaborasi menjadi sebuah atraksi pertunjukan
kontemporer.
Pariwisata adalah pergerakan manusia bersifat sementara dari satu tempat (wilayah rutinitas) ke
tempat lain (wilayah baru) untuk berbagai tujuan mulai dari rekreasi, edukasi, bisnis hingga spiritual,
yang melibatkan berbagai aktivitas ekonomi. Globalisasi saat ini telah menyebabkan perubahan
paradigma dan trend pariwisata saat ini yaitu dari yang bersifat eksploitasi ke keberlanjutan, dari
yang bersifat masal ke minat khusus, dari industrialisasi ke pemberdayaan masyarakat, dari hiburan
ke komersialisasi pengalaman, serta dari artificial ke keunikan yang otentik. Demikian juga trend
motivasi wisatawan untuk berkunjung ke suatu destinasi wisata adalah untuk mendapatkan
pengalaman, pemahaman, pengetahuan serta ide dan gagasan yang terinspirasi dari suatu yang
dilihat, diamati, dirasakan dan dilakukan di destinasi wisata.
Dalam hal ini pariwisata sangat dimungkinkan untuk di posisikan melindungi dampak negatif
mordernisasi terhadap gaya hidup ke Indonesiaan (timur), dan sekaligus memanfaatkan dampak
positif budaya masa kini terhadap perkembangan berbagai unsur budaya termasuk kesenian
kontemporer yang tetap berbasis pada keseharian akar budaya masyarakat Indonesia. Posisi tersebut
tentunya akan membuka peran pariwisata dalam berbagai upaya yang diperlukan dalam
memanfaatkan budaya kontemporer sebagai bagian dari pariwisata budaya mencakup:
1.
Pelestarian. Pelestarian dengan tiga pilarnya yaitu perlindungan, pengembangan dan
pemanfaatan, memiliki lingkup yang luas. Pelestarian mencakup upaya-upaya pengelolaan dan
mengangkat nilai-nilai penting warisan budaya. Nilai-nilai penting warisan budaya meliputi nilai
penting bagi ilmu pengetahuan, edukasi, kebudayaan, sejarah dan nilai ekonomi yang
terkandung dalam warisan budaya. Oleh karena itu pengelolaan warisan budaya tidak pernah
lepas dari pelestarian. Dengan kata lain, pelestarian adalah kata kunci utama dalam melakukan
pengelolaan warisan budaya melalui konsep kekinian.
Pengelolaan warisan budaya pada hakekatnya adalah melestarikan warisan budaya agar tetap
ada dalam konteks system yang berguna bagi kehidupan masyarakat sekarang. Pelestarian
warisan budaya bertujuan untuk merekonstruksi nilai-nilai kesejarahan warisan budaya itu,
apakah sebagai identitas atau jatidiri, ilmu pengetahuan ataupun untuk daya tarik wisata. Oleh
karena itu jika pemaknaan nilai tidak dapat dirasakan oleh masyarakat sekarang, upaya
pengelolaan warisan budaya akan terasa sulit atau bahkan tidak akan mencapai sasaran
(Tanudirjo 2006: 14).
2.
Pemberdayaan . Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu proses peningkatan kekuatan
masyarakat untuk memiliki akses terhadap sumberdaya yang ada agar secara mandiri dapat
melakukan pembangunan bagi kehidupan yang sejahtera. Pemberdayaan masyarakat
merupakan suatu proses perbaikan yang ditujukan untuk memberikan kemampuan kepada
siapapun untuk mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat. Dalam proses ini masyarakat,
dibantu untuk mengetahui dengan jelas segala kebutuhan, masalah dan peluang dalam
pembangunan sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki di lingkungan sosial ekonomi budayanya.
Salah satu upaya untuk mempercepat proses pemberdayaan dimaksud, perlu diupayakan
berbagai pendampingan bagi masyarakat dalam mengembangkan potensi yang dimiliki,
termasuk juga dalam mengelola warisan budaya melalui konsep kekinian. Adapun tujuan
kegiatan pendampingan antara lain adalah untuk memperkuat kelembagaan masyarakat
setempat, hingga dapat menjadi penggerak ekonomi, usaha alternatif, serta penggerak
pengambilan keputusan. Keterlibatan aktif masyarakat melalui pendampingan, diharapkan
dapat mewujudkan penguatan pelestarian terhadap warisan budaya di masa kini, sekaligus
menumbuh kembangkan wirausahawan profesional dimasyarakat yang mampu memanfaatkan
7
warisan budaya sebagai sumber kreatifitas dan melalui proses kekinian menjadi produk budaya
kontemporer yang berbasis akar budaya.
3.
Edukasi dan Interpretasi. Dalam upaya meningkatkan kepedulian, pemahaman dan kesadaran
stakeholder khususnya pengunjung maupun masyarakat termasuk para pelaku industri
setempat terhadap keberlanjutan warisan budaya, diperlukan program edukasi melalui berbagai
kegiatan seperti interpretasi (story telling), pelatihan, pameran, seminar dan sebagainya. Untuk
memahami terhadap upaya pelestarian warisan budaya, interpretasi nilai-nilai yang terkandung
pada benda warisan budaya massa lalu menjadi media edukasi penting dalam memudahkan
penggambaran pengetahuan budaya yang tercermin pada benda warisan budaya sebagai atraksi
pariwisata budaya.
Interpretasi pengetahuan budaya disini menjadi penting dalam mengkomunikasikan norma,
moral, nilai dan aturan sebagai bentuk kearifan lokal (etika) menjalankan kehidupan yang masih
berlaku pada masyarakat . Artinya dari kearifan lokal, dimungkinkan untuk melihat adanya
hubungan pengetahuan budaya masyarakat masa lalu dengan pengetahuan budaya masyarakat
sekarang.
Walaupun etika serta sanksi-sanksi sosial yang berlaku di masyarakat lokal pada dasarnya tidak
mengikat untuk para pendatang (wisatawan), peran edukasi melalui interpretasi menjadi sangat
penting dalam kehidupan di era globalisasi. Terutama dalam mengkomunikasikan pemahaman
bahwa kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat setempat dan hubungannya dengan nilai
yang terkandung pada warisan budaya masa lalu, menjadi satu prinsip yang tetap harus
dihormati dan dijaga agar degradasi terhadap etika yang sudah mapan dapat dicegah. Tujuan
edukasi dan interpretasi adalah:
1. Mendorong tumbuh kembangnya pemahaman dan pengetahuan dari para pemangku
dalam melakukan perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan secara bijak warisan
budaya.
2. meningkatkan kepedulian, kesadaran dan apresiasi khususnya wisatawan dan
masyarakat setempat tentang pentingnya warisan budaya sebagai bagian dari jati diri
dan identitas masyarkat setempat
3. merubah pola perilaku dari pengunjung dan masyarakat lokal yang dapat membawa
dampak terhadap keberadaan dan keberlanjutan dinamika perubahan warisan budaya
secara alamiah.
4.
Keberlanjutan. Keberlanjutan (sustainability) disini tidak hanya memandang masa sekarang,
akan tetapi juga memberikan kesempatan kepada generasi mendatang untuk dapat
mengembangkan pengetahuan budaya tradisional dan kontemporer dalam rangka mamahami
jati diri dan lingkungan hidupnya di masa mendatang. Dalam upaya mewariskan keberlanjutan
warisan budaya kepada masyarakat generasi berikutnya, budaya kontemporer memiliki
kemampuan untuk memperkaya khasanah budaya apabila pengelolaan diarahkan pada upaya
menjadikan pengaruh modernisasi sebagai bagian dari dinamika kehidupan sosial masyarakat
setempat. Artinya dengan menempatkan atau memposisikan pariwisata sebagai bagian dari
pranata sosial yang berlaku di masyarakat dalam pengelolaan warisan budaya, dengan
sendirinya budaya kontemporer yang tercipta akan tetap berbasis pada akar budaya dan mampu
berlanjut sebagai bagian dalam kebudayaan masyarakat dari generasi ke generasi secara estafet.
Dalam mengupayakan keberadaan warisan budaya yang dipengaruhi modernisasi masa kini,
perlu diperhatikan:
8
a. kebudayaan suatu masyarakat dapat berubah tergantung dari bagaimana masyarakatnya
mengelola pengaruh globalisasikarena. Demikian juga dengan pariwisata yang berorientasi
pada bentuk pola hidup masyarakat, dapat berperan menggeser atau memperkuat
pengetahuan dan pola pikir masyarakat terhadap pengaruh budaya wisatawan yang
berkunjung.
b. Pariwisata bila mengacu pada sumberdayanya adalah sumberdaya umum (common
resources). Pariwisata dalam hal ini memiliki peran untuk mengelola berbagai kepentingan
yang mungkin dapat saling bertentangan dan menimbulkan konflik satu sama lain terhadap
tiga bentuk kepemilikan sumber daya umum yang meliputi :
a. pemerintah (state property) yang dalam perwujudannya bisa berupa taman nasional,
dimana komunitas setempat tidak dapat mewujudkan akses mereka di dalamnya
meskipun daerah tersebut adalah bagian dari wilayah komunitas lokal yang
bersangkutan;
b. swasta (private property) yang dalam perwujudannya bisa berupa Hak Pengelolaan
Hutan, Kepemilikan Daerah Wisata dsb.;
c. komunitas (common property) berupa hak ulayat,.
PENUTUP
Budaya adalah pikiran, akal budi, hasil dan juga kebiasaan manusia seperti kepercayaan, kesenian,
dan adat istiadat. Dengan demikian, budaya erat kaitannya dengan masyarakat dan adat istiadat dari
generasi ke generasi. Budaya tidak hanya kesenian atau hal-hal yang berkaitan dengan intelektual,
namun mencakup seluruh pola kehidupan tatanan masyarakat.
Budaya kontemporer pada masa sekarang ini muncul karena adanya perkembangan yang hebat
dalam bidang teknologi informasi, seperti televisi, telepon,dan internet yang menggeser konsepsi
ruang dan waktu yang seharusnya serempak menjadi tidak lagi sistematis. Kata kontemporer
mempunyai arti bersifat kekinian atau merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Maka, dapat
dikatakan, bahwa budaya kontemporer merupakan budaya di masa moderen, yang sering disebut
juga sebagai budaya populer atau budaya pop. Budaya kontemporer tidak bersifat tetap dan
cenderung mengalami perubahan namun tidak lepas dari pengaruh budaya masa lalu.
Budaya kontemporer yang diproduksi dan dibawa oleh negara maju memiliki dampak baik positip
seperti meningkatkan kreativitas dan inovasi di setiap sendi kehidupan masyarakatnya, juga dampak
negatip seperti berubahnya gaya hidup yang lebih berorientasi pada sifat individualistis dan
materialistis, serta menyebabkan degradasi identitas budaya setempat.
Salah satu upaya dalam mengantisipasi dampak budaya kontemporer dalam kehidupan masyarakat
Indonesia yang pluralisme, perlu menggunakan cara salah satunya melalui pendekatan
pembangunan pariwisata berkelanjutan dengan konsep pariwisata budaya. Dengan memposisikan
pariwisata sebagai alat, cara atau wahana, dimungkinkan melindungi dampak negatif mordernisasi
terhadap gaya hidup ke Indonesiaan (timur), dan sekaligus memanfaatkan dampak positif budaya
masa kini terhadap perkembangan berbagai unsur budaya termasuk kesenian kontemporer yang
tetap berbasis pada keseharian akar budaya masyarakat Indonesia. Posisi tersebut tentunya akan
membuka peran pariwisata dalam berbagai upaya yang diperlukan dalam memanfaatkan budaya
kontemporer sebagai bagian dari pariwisata budaya.
SUMBER BACAAN
9
AHC (Arizona Humanities Council) 2000, Cultural Heritage Tourism: Practical Application, Phoenic,
Arizona,
Alan Ewert, 1997. Resource-based tourism: an emerging trend in tourism experiences, Parks &
Recreation Look Smart, Sept, 1997
Arie Setyaningrum, 2002. Kajian Budaya Kontemporer. Jurna Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Volume 6, Nomor 2, November 2002 (229-244)
Cabrini Luigi, Trend of International Tourism, 13th Central European Trade Fair, WTO, 2004
Chris Cooper, John Fletcher, David Gilbert and Stephen Wanhill. 1996. Tourism Principles and
Practice. Longman Group Limited, Malaysia,
Clare A. Gunn, 1998. Tourism Planning, Basic Concepts Cases.
Cleere, H. F. (1989). Archaeological Heritage Management in the Modern World. London : Unwin
Hyman.
Fakultas Ilmu Budaya, 2006. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Budaya: Bahan Diskusi untuk
Pelatihan Pengelolaan Sumberdaya Budaya di Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta..
http://kiteklik.blogspot.com/2011/01/dampak-globalisasi-terhadap-bangsa-dan.html#sthash.
WTPnGTVH.dpu. diunduh tanggal 1 Maret 2014
Inskeep. Edward, Tourism Planning: An Integrated and Sustainable Development Approach, Van
Nostrand Reinhold, New York, USA. 1991.
Irwan Abdulah dan Wening Udasmoro, 2009. Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Kontemporer
John Naisbitt, 1994. Global Paradox: Semakin Besar Ekonomi Dunia, Semakin Kuat Perusahaan Kecil
KLH, 2001, Indicators of Sustainable Development: Guidebook for Sustainable Development
Planning. Sectoral Agenda 21 Project
LORD Cultural Planning and Management, Knoxville Cultural Heritage Tourism Initiative Phase 1
Report, East Tennessee 2003
M. Amir Sutaarga, Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Benda warisan budaya masa lalu ,
Cetakan ke empat, DEPDIKBUD, 1998.
Penerbit: Binarupa Aksara, Jakarta, Tahun: Cetakan Pertama, 1994
Pustaka Pelajar Daerah Istimewa Yogyakarta kode pos 55167
Rika Ristinawati 2009. Identitas manusia Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia,
Roby Ardiwidjaja. Pengembangan Pariwisata Budaya : Satu Upaya Menggapai Indonesia Ultimete
Diversity. JKP. Jurnal Kebudayaan dan Pariwisata Volume XII Tahun 2005. ISSN 1410-2463.
Roby Ardiwijaya. (2005). Pemberdayaan Masyarakat : Satu model dalam Pembangunan Pariwisata
Berkelanjutan. JKP. Jurnal Kebudyaaan dan Pariwisata Volume XI 2005. ISSN 1410-2463. Pusat
Riset dan pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata.
Swarbrooke. John, The Development & Management of Visitor Attraction, Butterworth-Heinemann,
Oxford, 1995Keller Peter, Prof, Management of Cultural Change in Tourism Regions and
Communities, 2001
Tanudirjo, Daud Aris. (2004). Pengelolaan Sumberdaya Arkeologi : Sebuah Pengantar. Jurusan
Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UGM. Yogyakarta. Bahan Diskusi untuk Pelatihan Pengelolaan
Sumber Daya Arkeologi di Trowulan.
10