KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI id. docx
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI
Pengertian kepemimpinan adalah faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta
manajemen. Kepemimpinan adalah entitas yang mengarahkan kerja para anggota organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat,
mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing
secara baik.
Konsep kepemimpinan telah banyak ditawarkan para penulis di bidang organisasi dan
manajemen. Kepemimpinan tentu saja mengkaitkan aspek individual seorang pemimpin
dengan konteks situasi di mana pemimpin tersebut menerapkan kepemimpinan.
Kepemimpinan juga memiliki sifat kolektif dalam arti segala perilaku yang diterapkan
seorang pimpinan akan memiliki dampak luas bukan bagi dirinya sendiri melainkan seluruh
anggota organisasi.
Sebelum memasuki materi kepemimpinan, perlu terlebih dahulu dibedakan konsep
pemimpin (leader) dengan kepemimpinan (leadership). Pemimpin adalah individu yang
mampu mempengaruhi anggota kelompok atau organisasi guna mendorong kelompok atau
organisasi tersebut mencapai tujuan-tujuannya. Pemimpin menunjuk pada personal atau
individu spesifik atau kata benda. Sementara itu, kepemimpinan adalah sifat penerapan
pengaruh oleh seorang anggota kelompok atau organisasi terhadap anggota lainnya guna
mendorong kelompok atau organisasi mencapai tujuan-tujuannya.
Definisi Kepemimpinan
Cukup banyak definisi kepemimpinan yang ditawarkan para ahli di bidang organisasi
dan manajemen. Masing-masing memiliki perspektif dan metodelogi pembuatan definisi
yang cukup berbeda, bergantung pada pendekatan (epistemologi) yang mereka bangun guna
menyelidiki fenomena kepemimpinan.
Stephen Robbins, misalnya mendefinisikan kepemimpinan sebagai “ ... the ability to
influence a group toward the achievement of goals.” Kepemimpinan adalah kemampuan
untuk
mempengaruhi
suatu
kelompok
guna mencapai
serangkaian
tujuan.
Kata
“kemampuan”, “pengaruh” dan “kelompok” adalah konsep kunci dari definisi Robbins.
1
Definsi lain, yang cukup sederhana, diajukan oleh Laurie J. Mullins. Menurut
Mullins, kepemimpinan adalah “ ... a relationship through which one person influences the
behaviour or actions of other people.” Definisi Mullins menekankan pada konsep
“hubungan” yang melaluinya seseorang mempengaruhi perilaku atau tindakan orang lain.
Kepemimpinan dalam definisi yang demikian dapat berlaku baik di organisasi formal,
informal, ataupun nonformal. Asalkan terbentuk kelompok, maka kepemimpinan hadir guna
mengarahkan kelompok tersebut.
Definisi kepemimpinan yang agak berbeda dikemukakan oleh Robert N. Lussier dan
Christopher F. Achua. Menurut mereka, kepemimpinan adalah “... the influencing process of
leaders and followers to achieve organizational objectives through change.” Bagi Lussier and
Achua, proses mempengaruhi tidak hanya dari pemimpin kepada pengikut atau satu arah
melainkan timbal balik atau dua arah. Pengikut yang baik juga dapat saja memunculkan
kepemimpinan dengan mengikuti kepemimpinan yang ada dan pada derajat tertentu
memberikan umpan balik kepada pemimpin. Pengaruh adalah proses pemimpin
mengkomunikasikan gagasan, memperoleh penerimaan atas gagasan, dan memotivasi
pengikut untuk mendukung serta melaksanakan gagasan tersebut lewat “perubahan.”
Definisi kepemimpinan juga diajukan Yukl, yang menurutnya adalah “ ... the process
of influencing others to understand and agree about what needs to be done and how to do it,
and the process of facilitating individual and collective efforts to accomplish shared
objectives.” “... proses mempengaruhi orang lain agar mampu memahami serta menyetujui
apa yang harus dilakukan sekaligus bagaimana melakukannya, termasuk pula proses
memfasilitasi upaya individu atau kelompok dalam memenuhi tujuan bersama.”
Definisi kepemimpinan, cukup singkat, diajukan Peter G. Northouse yaitu “ ... is a
process whereby an individual influences a group of individuals to achieve a common goal.”
“ ... adalah proses dalam mana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu guna
mencapai tujuan bersama.” Lewat definisi singkat ini, Northouse menggarisbawahi sejumlah
konsep penting dalam definisi kepemimpinan yaitu:
1. kepemimpinan merupakan sebuah proses;
2. kepemimpinan melibatkan pengaruh;
3. kepemimpinan muncul di dalam kelompok;
2
4. kepemimpinan melibatkan tujuan bersama.
1. LEVEL KEPEMIMPINAN
John C. Maxwell dalam bukunya “The 360 Degree Leader” mengatakan ada 5 Level
Kepemimpinan. Konsep tentang kepemimpinan sebenarnya begitu kaya dan rumit tetapi
dapat disederhanakan menjadi 5 tingkatan. Dimulai dari :
1. Level 1 – Kepemimpinan dasar (Rights/hak) : Maksudnya adalah orang mau
mengikuti Anda karena mereka memang harus melakukan hal tersebut atau lebih
mudahnya dapat disebut sebagai pemimpin yang hanya mengandalkan jabatannya.
Note : Semakin lama Anda bertahan disini, semakin tinggi perputaran karyawan dan
semakin rendah semangat juangnya.
2. Level 2 – Perkenanan (Relationships/hubungan ) : Orang mau mengikut Anda karena
mereka ingin melakukan hal tersebut.
Note : Orang akan mengikuti Anda hingga melampaui wewenang yang ditetapkan
kepada
Anda.
Di
level
ini,
mungkin
pekerjaan
akan
menjadi
sesuatu
yang menyenangkan. Tetapi semakin lama Anda bertahan disini, Anda dapat membuat
orang-orang disekitar Anda yang bermotivasi tinggi menjadi gelisah.
3. Level 3 – Produktivitas (Results/hasil) : Orang mau mengikuti Anda karena apa yang
telah Anda lakukan untuk organisasi tersebut.
Note : Di level ini biasanya kesuksesan sudah bisa dirasakan oleh sebagian besar
orang. Mereka menyukai Anda dan mereka juga menyukai apa yang telah Anda
lakukan.
4. Level 4 – Mengembangkan orang lain (Reproduction/reproduksi) : Disini orang mau
mengikuti Anda karena apa yang telah Anda lakukan untuk mereka.
Note : Disini tempat pertumbuhan jangka panjang terjadi. Hal ini disebabkan karena
komitmen Anda untuk mengembangkan para pemimpin yang akan menjamin
pertumbuhan yang berkelanjutan bagi suatu organisasi dan manusia didalamnya.
3
5. Level 5 – Puncak kepemimpinan (Respect/rasa hormat) : Orang mau mengikuti Anda
karena siapa Anda dan apa yang Anda representasikan.
Note : Di level ini biasanya pemimpin sudah menghabiskan waktunya bertahun-tahun
untuk mengembangkan orang lain dan organisasi. Hanya sedikit yang berhasil, tetapi
mereka yang berhasil adalah orang-orang yang mengagumkan.
2. PERILAKU KEPEMIMPINAN
Teori-Teori Perilaku Kepemimpinan
Sulitnya mendefinisikan kepemimpinan efektif hanya berdasarkan karakter memicu minat
untuk melihat perilaku pemimpin dan bagaimana perilaku tersebut dapat menentukan
kesuksesan atau kegagalan mereka dilakukan dengan beberapa metode penelitian antara lain:
A.
Studi Universitas Iowa
Salah satu eksplorasi formal yang pertama dari kedua gaya dilakukan oleh Kurt Lewin dan
koleganya di University of Iowa, pada 1930-an - saat teori sifat masih didominasi 'peneliti
perhatian yang besar. Lewin menggunakan istilah:
1. Otokratis - di mana staf yang hanya melakukan seperti yang diperintahkan.
Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau
wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan
pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya
serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui
ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai
manfaat antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada
pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu,
orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas.
2. Demokratis - di mana staf memiliki beberapa mengatakan atas apa yang terjadi di
tempat kerja mereka.
Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau
wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi
dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha
mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si
pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya.
Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.
B. Studi Universitas Michigan
4
Teori kepemimpinan perilaku benar-benar datang ke dalam tahun 1940, dan 1950-an ketika
dua kelompok terpisah peneliti dari University of Michigan, dan Ohio State University mulai
sistematis melihat perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin yang efektif.
Pekerjaan yang dilakukan oleh University of Michigan, di bawah pengawasan Rensis Likert,
yang disebut gaya kepemimpinan seorang manajer sebagai salah satu:
1. Produksi berorientasi - dengan memungkinkan hanya mendapatkan pekerjaan yang
dilakukan dan dilakukan dengan baik sikap.
2. Karyawan berorientasi - mengambil kepentingan pribadi dalam staf mereka dan
secara aktif mencari untuk memelihara comerarderie kuat.
Kesimpulan dari para peneliti asli karyawan yang berorientasi pemimpin mencapai tingkat
yang lebih tinggi dari produktivitas kerja, dan memiliki staf yang lebih puas daripada
pemimpin berorientasi produksi. Namun, lain berpendapat
[6]
bahwa upaya penelitian untuk
mengidentifikasi satu universal gaya terbaik, telah lemah yang terbaik - peneliti terkemuka
untuk menemukan pentingnya situasi dalam menentukan gaya yang akan bekerja terbaik.
3.
Ohio State Univerity Studi
Studi Ohio, yang dilakukan pada waktu yang sama seperti yang di Michigan di bawah arahan
Ralph Stogdill, disebut dua cara utama sebagai:
1. Memulai struktur - di mana manajer menentukan dan ketat struktur pekerjaan staf.
2. Pertimbangan - mana manajer memelihara rasa saling percaya dan hubungan
intepersonal kuat.
Namun, penelitian ini unik karena mereka tidak melihat dua dimensi kepemimpinan untuk
menjadi eksklusif gaya bersama, di mana seorang manajer adalah tugas baik atau hubungan
terfokus.
4.
Model Leadership Continuum
Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pemimpin
mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi
ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi
ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.
Menurut teori kontinuun ada tujuh tingkatan hubungan peminpin dengan bawahan :
1. Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).
2. Pemimpin menjual dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).
3. Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.
4. Pemimpin memberikan keputusan tentative, dan keputusan masih dapat diubah.
5. Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan
(consulting).
6. Pemimpin menentukan batasan – batasan dan minta kelompok untuk membuat
peputusan.
5
7. Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas – batas yang ditentukan
(joining).
Jadi, berdasarkan teori continuum, perilaku pemimpin pada dasarnya bertitik tolak dari dua
pandangan dasar :
1.
2.
Berorientasi kepada pemimpin.
Berorientasi kepada bawahan.
3. MODEL KEPEMIMPINAN
1.
Model Kepemimpinan Kontingensi (Fiedler)
Model kontingensi diciptakan oleh E. Fiedler. Model ini menjelaskan bahwa pemimpin akan
berhasil menjalankan kepemimpinannya apabila menerapkan gaya kepemimpinan yang
berbeda dalam menghadapi situasi yang berbeda. Tidak ada pemimpin yang berhasil dengan
hanya menerapkan satu macam gaya untuk segala situasi.
Terdapat 3 ( tiga ) sifat situasi yang berpengaruh terhadap efektifitas kepemimpinan, yaitu:
a. Hubungan antara pemimpin dan anggota merupakan variabel yang sangat kritis dalam
menentukan situasi yang menguntungkan.
b. Derajat susunan tugas, merupakan masukan kedua yang sangat penting untuk situasi yang
menguntungkan.
c. Kedudukan kekuasaan pemimpin yang diperoleh melaui wewenang formal, adalah
dimensi sangat kritis yang ketiga dari situasi.
2.
Model 3 Dimensi Kepemimpinan (Reddin)
Model 3 Dimensi Kepemimpinan atau yang juga dikenal dengan sebutan 3-D model karena
menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan, yaitu:
a. Kelompok gaya dasar, terdiri dari gaya pemisah, pengabdi, penghubung, dan terpadu.
b. Kelompok gaya efektif, terdiri dari gaya birokrat, otokrat bijak, pengembang, dan
eksekutif.
c. Kelompok gaya tak efektif, terdiri dari gaya pelari, otokrat, penganjur, dan
kompromis.
6
3.
Model Kontinum Kepemimpinan (Tannenbaum dan Schmidt)
Model ini berpendapat bahwa ada tiga factor yang harus dipertimbangkan oleh pemimpin
dalam memilh gaya kepemimpinan yang akan dilakukan. Ketiga factor tersebut, yaitu:
a. Kekuatan pimpinan, misalnya latar belakang pendidikan, pengetahuan, latar belakang
kehidupan pribadi, pengalaman, kecerdasan, dsb.
b. Kekuatan bawahan, hal ini menyebabkan pimpinan memilih gaya demokratis apabila
bawahan sangat membutuhkan ketidaktergantungan dan kebebasan bertindak, ingin
memiliki tanggung jawab dalam pembuatan keputusan.
c. Kekuatan situasi, hal ini mempengaruhi pemilihan gaya kepemimpinan seperti
suasana organisasi, tekanan waktu, kelompok kerja khusus, dan faktor lingkungan
lainnya.
4.
Model Kontinum Kepemimpinan Berdasarkan Banyaknya Peran Serta Bawahan dalam
Pembuatan Keputusan (Vroom-Yetton)
Dalam model ini terdapat dua macam kondisi utama yang dapat dijadikan dasar bagi
pemimpin untuk mengikutsertakan bawahan atau tidak mengikutsertakan bawahan dalam
pembuatan keputusan, antara lain :
a. Tingkat efektivitas teknis diantara para bawahan
b. Tingkat motivasi serta dukungan para bawahan
5.
Model Kontingensi Lima Faktor (Farris)
Dalam model ini, pengaruh terhadap perilaku pemimpin dapat datang dari pemimpin itu
sendiri atau dari bawahan dan dapat disalurkan secara berbeda antara kedua pihak tersebut.
Ketepatan jenis perilaku pemimpin tergantung pada 5 faktor, yaitu:
a. Wewenang pengawasan terhadap masalah yang ada
b. Wewenang anggota kelompok terhadap masalah
c. Pentingnya penerimaan dari pemberian keputusan terhadap pimpinan
d. Pentingnya penerimaan keputusan terhadap anggota kelompok
e. Tekanan waktu
6.
Model Kepemimpinan Dinamika Kelompok (Dorwin Cartwright & Alvin Zander)
Menurut model ini, terdapat dua macam perilaku kepemimpinan, yaitu :
7
a. Pencapaian beberapa sasaran kelompok khusus, identik dengan perilaku pemimpin
yang mengutamakan tugas.
b. Pemeliharaan dan penguatan kelompok itu sendiri, identik dengan perilaku pemimpin
yang mengutamakan hubungan antar orang.
7.
Model Kepemimpinan “path-goal” (Evans dan House)
Pendekatan model kepemimpinan “path-goal” berdasarkan pada model pengharapan yang
menyatakan bahwa motivasi individu berdasarkan pada pengharapannya atas imbalan yang
menarik. Pendekatan ini menitikberatkan pada pemimpin sebagai sumber imbalan dan
mencoba
memprediksi
bagaimana
perbedaan
tipe
imbalan
dan
perbedaan
gaya
kepemimpinan mempengaruhi motivasi, prestasi, dan kepuasan bawahan.
8.
Model Kepemimpinan “Vertical Dyad Linkage” (Graen)
Model kepemimpinan “Vertical Dyad Linkage” ini disebut juga dengan model “Vertical
Dyadic Theory” oleh Martin J. Gannon. Model kepemimpinan jenis ini menitikberatkan pada
“dyad” yaitu hubungan antara pemimpin dengan tiap bawahannya secara bebas. Pendekatan
ini berusaha memanfaatkan kelebihan ataupun kekurangan yang ada pada tiap bawahan. Tiap
pemimpin harus memperhatikan perbedaan-perbedaan yang ada pada bawahannya.
9.
Model Kepemimpinan Sistem (Bass)
Model Kepemimpinan Sistem terdiri dari:
1. Input
a.
Organisasi yang meliputi batasan, kehangatan, kejelasan, entrope, dan lingkungan luar.
b.
Kelompok kerja yang meliputi pertentangan didalam, saling tergantung, dan tanggung
jawab pada kelompok.
c.
Tugas yang meliputi umpan balik, rutin, memilih kesempatan, kerumitan, ciri-ciri
manajerial.
d.
Kepribadian bawahan yang meliputi kerjasama, kekuasaan, otoriter, dan memusatkan
perhatian dan pikiran pada diri sendiri.
2. Hubungan
a.
Pembagian kekuasaan antara pimpinan dan bawahan
b.
Penyebaran informasi antara atasan dan bawahan
c.
Struktur ketat dan struktur longgar
8
d.
Tujuan jangka pendek dan jangka panjang
3. Perilaku Pemimpin
a.
Direktif, pemimpin memberitahukan kepada bawahannya apa yang mereka inginkan.
b.
Manipulatif, pemimpin berbaik hati pada bawahan, merubah perilaku untuk memastikan
kesempatan, keyakinan, harapan, membuat mereka berlomba satu sama lain, menentukan
kembali tugas-tugas untuk menyeimbangkan beban kerja.
c.
Konsultatif, pemimpin terus terang dan memberi kesempatan bertanya, mendengarkan
bawahan, mencoba ide mereka, memberikan perhatian kemajuan pada perubahan.
d.
Partisipatif, pemimpin membuat keputusan bersama, menyusun pertemuan, memasukan
saran kelompok ke dalam operasi, memperlakukan bawahan sama, mudah didekati dan
bersahabat.
e.
Delegatif, pemimpin menunjukkan kepercayaan pada bawahan, memberikan kebebasan
kepada bawahan untuk mengikuti arah mereka sendiri, mengizinkan mereka membuat
keputusan sendiri.
4. Output
a.
Prestasi
b.
Kepuasan yang meliputi pekerjaan dan pengawas
10. Model Kepemimpinan Situasional (Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard)
Dalam model ini, berdasarkan pendekatan situasional tiada satu jalan terbaik untuk
mempengaruhi seseorang atau tiada satu jalan terbaik untuk memimpin. Pendekatan
berdasarkan atas hubungan antara perilaku tugas, perilaku hubungan, serta tingkat
kematangan bawahan. Kepemimpinan situasional berdasarkan saling pengaruh antara:
1.
sejumlah petunjuk dan pengarahan (perilaku tugas) yang pemimpin berikan
2.
sejumlah pendukungan emosional (perilaku hubungan) yang pemimpin berikan
3.
tingkat kematangan yang ditunjukan oleh bawahan dalam melaksanakan tugas khusus,
fungsi, atau sasaran.
4. KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF
Teori Kepemimpinan yang Efektif merupakan pola tingkahlaku pemimpin tergantung dari
hasil yang ditentukan oleh situasi tertentu. Pemimpin yang memiliki orientasi kerja
cenderung lebih efektif dalam berbagai situasi. Semakin sosiabel interaksi kesesuaian
pemimpin, tingkat efektivitas kepemimpinan makin tinggi.
9
Dalam dunia bisnis yang cepat berubah, maka ada beberapa faktor yang berimplikasi
tehadap kepemimpinan efektif, diantaranya seorang pemimpin dituntut untuk:
1. Selalu memperbaharui pengetahuannya
2. Memiliki informasi yang terbaru, cepat dan akurat
3. Memiliki kemampuan untuk meneropong dan memperkirakan apa yang akan terjadi
di masa datang
4. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dengan cepat
5. Memiliki kemampuan untuk menempatkan orang yang tepat pada tempatnya
6. Memiliki kemampuan menggerakkan dan mempengaruhi bawahan dalam bentuk tim
7. Mampu menyesuaikan gaya kepemimpinannya sesuai dengan kondisi dimana dia
berada (kontingensi)
Dalam hubungannya dengan faktor-faktor di atas Kouzes dan Posner 1995) meyakini bahwa
suatu kinerja yang memiliki kualitas unggul berupa barang atau pun jasa, hanya dapat
dihasilkan oleh para pemimpin yang memiliki kualitas prima. Dikemukakan, kualitas
kepemimpinan manajerial adalah suatu cara hidup yang dihasilkan dari "mutu pribadi total"
ditambah "kendali mutu total" ditambah "mutu kepemimpinan". Berdasarkan penelitiannya,
ditemukan bahwa terdapat 5 (lima) praktek mendasar pemimpin yang memiliki kualitas
kepemimpinan unggul, yaitu; (1) pemimpin yang menantang proses, (2) memberikan
inspirasi wawasan bersama, (3) memungkinkan orang lain dapat bertindak dan berpartisipasi,
(4) mampu menjadi penunjuk jalan, dan (5) memotivasi bawahan.
Adapun ciri khas manajer yang dikagumi sehingga para bawahan bersedia mengikuti
perilakunya adalah, apabila manajer memiliki sifat jujur, memandang masa depan,
memberikan inspirasi, dan memiliki kecakapan teknikal maupun manajerial. Sedangkan
Burwash
(1996)
dalam
hubungannya
dengan
kualitas
kepemimpinan
manajer
mengemukakan, kunci dari kualitas kepemimpinan yang unggul adalah kepemimpinan yang
memiliki paling tidak 8 sampai dengan 9 dari 25 kualitas kepemimpinan yang terbaik.
Dinyatakan, pemimpin yang berkualitas tidak puas dengan "status quo" dan memiliki
keinginan untuk terus mengembangkan dirinya. Beberapa kriteria kualitas kepemimpinan
10
manajer yang baik antara lain, memiliki komitmen organisasional yang kuat, visionary,
disiplin diri yang tinggi, tidak melakukan kesalahan yang sama, antusias, berwawasan luas,
kemampuan komunikasi yang tinggi, manajemen waktu, mampu menangani setiap tekanan,
mampu sebagai pendidik atau guru bagi bawahannya, empati, berpikir positif, memiliki dasar
spiritual yang kuat, dan selalu siap melayani.
Komitment emosional sangat berharga bagi manajemen. Untuk mendapatkan komitmen
terhadap suatu strategi baru, dapat ditempuh dengan melibatkan orang-orang dalam
penyusunan startegi tersebut, dan dengan mengurangi jangka waktu antara konseptualisasi
strategi dan pelaksanaannya. Sedangkan mengenai believe, dikemukakan bahwa “That
should be the 21st century leader’s watchword”; dan ada perbedaan mendasar antara
memerima (accepting) dan mempercayai (believing). Bertalian denga kompetensi multi skill,
Chowdury memandang bahwa “twenty first century leaders will become more multi-skilled
than their 20th”…”One of the important characteristics of multi-skill leader is the abality to
encourage diversity”. Sebab, tantangan organisasional sesungguhnya pada Abad sekarang
bukanlah jarak geograpikal, melainkan diversitas kultural. Mengenai next mentality, yang
dipandang sebagai kunci keberhasilan organisasi Abad ini, meliputi hard working, never
satisfied, idea-centric, curious, dan persistent. Kompetensi lain menurut Chowdury adalah
sentuhan emosional (emotion) dan kepercayaan (belief).
11
Pengertian kepemimpinan adalah faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta
manajemen. Kepemimpinan adalah entitas yang mengarahkan kerja para anggota organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat,
mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing
secara baik.
Konsep kepemimpinan telah banyak ditawarkan para penulis di bidang organisasi dan
manajemen. Kepemimpinan tentu saja mengkaitkan aspek individual seorang pemimpin
dengan konteks situasi di mana pemimpin tersebut menerapkan kepemimpinan.
Kepemimpinan juga memiliki sifat kolektif dalam arti segala perilaku yang diterapkan
seorang pimpinan akan memiliki dampak luas bukan bagi dirinya sendiri melainkan seluruh
anggota organisasi.
Sebelum memasuki materi kepemimpinan, perlu terlebih dahulu dibedakan konsep
pemimpin (leader) dengan kepemimpinan (leadership). Pemimpin adalah individu yang
mampu mempengaruhi anggota kelompok atau organisasi guna mendorong kelompok atau
organisasi tersebut mencapai tujuan-tujuannya. Pemimpin menunjuk pada personal atau
individu spesifik atau kata benda. Sementara itu, kepemimpinan adalah sifat penerapan
pengaruh oleh seorang anggota kelompok atau organisasi terhadap anggota lainnya guna
mendorong kelompok atau organisasi mencapai tujuan-tujuannya.
Definisi Kepemimpinan
Cukup banyak definisi kepemimpinan yang ditawarkan para ahli di bidang organisasi
dan manajemen. Masing-masing memiliki perspektif dan metodelogi pembuatan definisi
yang cukup berbeda, bergantung pada pendekatan (epistemologi) yang mereka bangun guna
menyelidiki fenomena kepemimpinan.
Stephen Robbins, misalnya mendefinisikan kepemimpinan sebagai “ ... the ability to
influence a group toward the achievement of goals.” Kepemimpinan adalah kemampuan
untuk
mempengaruhi
suatu
kelompok
guna mencapai
serangkaian
tujuan.
Kata
“kemampuan”, “pengaruh” dan “kelompok” adalah konsep kunci dari definisi Robbins.
1
Definsi lain, yang cukup sederhana, diajukan oleh Laurie J. Mullins. Menurut
Mullins, kepemimpinan adalah “ ... a relationship through which one person influences the
behaviour or actions of other people.” Definisi Mullins menekankan pada konsep
“hubungan” yang melaluinya seseorang mempengaruhi perilaku atau tindakan orang lain.
Kepemimpinan dalam definisi yang demikian dapat berlaku baik di organisasi formal,
informal, ataupun nonformal. Asalkan terbentuk kelompok, maka kepemimpinan hadir guna
mengarahkan kelompok tersebut.
Definisi kepemimpinan yang agak berbeda dikemukakan oleh Robert N. Lussier dan
Christopher F. Achua. Menurut mereka, kepemimpinan adalah “... the influencing process of
leaders and followers to achieve organizational objectives through change.” Bagi Lussier and
Achua, proses mempengaruhi tidak hanya dari pemimpin kepada pengikut atau satu arah
melainkan timbal balik atau dua arah. Pengikut yang baik juga dapat saja memunculkan
kepemimpinan dengan mengikuti kepemimpinan yang ada dan pada derajat tertentu
memberikan umpan balik kepada pemimpin. Pengaruh adalah proses pemimpin
mengkomunikasikan gagasan, memperoleh penerimaan atas gagasan, dan memotivasi
pengikut untuk mendukung serta melaksanakan gagasan tersebut lewat “perubahan.”
Definisi kepemimpinan juga diajukan Yukl, yang menurutnya adalah “ ... the process
of influencing others to understand and agree about what needs to be done and how to do it,
and the process of facilitating individual and collective efforts to accomplish shared
objectives.” “... proses mempengaruhi orang lain agar mampu memahami serta menyetujui
apa yang harus dilakukan sekaligus bagaimana melakukannya, termasuk pula proses
memfasilitasi upaya individu atau kelompok dalam memenuhi tujuan bersama.”
Definisi kepemimpinan, cukup singkat, diajukan Peter G. Northouse yaitu “ ... is a
process whereby an individual influences a group of individuals to achieve a common goal.”
“ ... adalah proses dalam mana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu guna
mencapai tujuan bersama.” Lewat definisi singkat ini, Northouse menggarisbawahi sejumlah
konsep penting dalam definisi kepemimpinan yaitu:
1. kepemimpinan merupakan sebuah proses;
2. kepemimpinan melibatkan pengaruh;
3. kepemimpinan muncul di dalam kelompok;
2
4. kepemimpinan melibatkan tujuan bersama.
1. LEVEL KEPEMIMPINAN
John C. Maxwell dalam bukunya “The 360 Degree Leader” mengatakan ada 5 Level
Kepemimpinan. Konsep tentang kepemimpinan sebenarnya begitu kaya dan rumit tetapi
dapat disederhanakan menjadi 5 tingkatan. Dimulai dari :
1. Level 1 – Kepemimpinan dasar (Rights/hak) : Maksudnya adalah orang mau
mengikuti Anda karena mereka memang harus melakukan hal tersebut atau lebih
mudahnya dapat disebut sebagai pemimpin yang hanya mengandalkan jabatannya.
Note : Semakin lama Anda bertahan disini, semakin tinggi perputaran karyawan dan
semakin rendah semangat juangnya.
2. Level 2 – Perkenanan (Relationships/hubungan ) : Orang mau mengikut Anda karena
mereka ingin melakukan hal tersebut.
Note : Orang akan mengikuti Anda hingga melampaui wewenang yang ditetapkan
kepada
Anda.
Di
level
ini,
mungkin
pekerjaan
akan
menjadi
sesuatu
yang menyenangkan. Tetapi semakin lama Anda bertahan disini, Anda dapat membuat
orang-orang disekitar Anda yang bermotivasi tinggi menjadi gelisah.
3. Level 3 – Produktivitas (Results/hasil) : Orang mau mengikuti Anda karena apa yang
telah Anda lakukan untuk organisasi tersebut.
Note : Di level ini biasanya kesuksesan sudah bisa dirasakan oleh sebagian besar
orang. Mereka menyukai Anda dan mereka juga menyukai apa yang telah Anda
lakukan.
4. Level 4 – Mengembangkan orang lain (Reproduction/reproduksi) : Disini orang mau
mengikuti Anda karena apa yang telah Anda lakukan untuk mereka.
Note : Disini tempat pertumbuhan jangka panjang terjadi. Hal ini disebabkan karena
komitmen Anda untuk mengembangkan para pemimpin yang akan menjamin
pertumbuhan yang berkelanjutan bagi suatu organisasi dan manusia didalamnya.
3
5. Level 5 – Puncak kepemimpinan (Respect/rasa hormat) : Orang mau mengikuti Anda
karena siapa Anda dan apa yang Anda representasikan.
Note : Di level ini biasanya pemimpin sudah menghabiskan waktunya bertahun-tahun
untuk mengembangkan orang lain dan organisasi. Hanya sedikit yang berhasil, tetapi
mereka yang berhasil adalah orang-orang yang mengagumkan.
2. PERILAKU KEPEMIMPINAN
Teori-Teori Perilaku Kepemimpinan
Sulitnya mendefinisikan kepemimpinan efektif hanya berdasarkan karakter memicu minat
untuk melihat perilaku pemimpin dan bagaimana perilaku tersebut dapat menentukan
kesuksesan atau kegagalan mereka dilakukan dengan beberapa metode penelitian antara lain:
A.
Studi Universitas Iowa
Salah satu eksplorasi formal yang pertama dari kedua gaya dilakukan oleh Kurt Lewin dan
koleganya di University of Iowa, pada 1930-an - saat teori sifat masih didominasi 'peneliti
perhatian yang besar. Lewin menggunakan istilah:
1. Otokratis - di mana staf yang hanya melakukan seperti yang diperintahkan.
Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau
wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan
pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya
serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui
ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai
manfaat antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada
pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu,
orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas.
2. Demokratis - di mana staf memiliki beberapa mengatakan atas apa yang terjadi di
tempat kerja mereka.
Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau
wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi
dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha
mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si
pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya.
Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.
B. Studi Universitas Michigan
4
Teori kepemimpinan perilaku benar-benar datang ke dalam tahun 1940, dan 1950-an ketika
dua kelompok terpisah peneliti dari University of Michigan, dan Ohio State University mulai
sistematis melihat perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin yang efektif.
Pekerjaan yang dilakukan oleh University of Michigan, di bawah pengawasan Rensis Likert,
yang disebut gaya kepemimpinan seorang manajer sebagai salah satu:
1. Produksi berorientasi - dengan memungkinkan hanya mendapatkan pekerjaan yang
dilakukan dan dilakukan dengan baik sikap.
2. Karyawan berorientasi - mengambil kepentingan pribadi dalam staf mereka dan
secara aktif mencari untuk memelihara comerarderie kuat.
Kesimpulan dari para peneliti asli karyawan yang berorientasi pemimpin mencapai tingkat
yang lebih tinggi dari produktivitas kerja, dan memiliki staf yang lebih puas daripada
pemimpin berorientasi produksi. Namun, lain berpendapat
[6]
bahwa upaya penelitian untuk
mengidentifikasi satu universal gaya terbaik, telah lemah yang terbaik - peneliti terkemuka
untuk menemukan pentingnya situasi dalam menentukan gaya yang akan bekerja terbaik.
3.
Ohio State Univerity Studi
Studi Ohio, yang dilakukan pada waktu yang sama seperti yang di Michigan di bawah arahan
Ralph Stogdill, disebut dua cara utama sebagai:
1. Memulai struktur - di mana manajer menentukan dan ketat struktur pekerjaan staf.
2. Pertimbangan - mana manajer memelihara rasa saling percaya dan hubungan
intepersonal kuat.
Namun, penelitian ini unik karena mereka tidak melihat dua dimensi kepemimpinan untuk
menjadi eksklusif gaya bersama, di mana seorang manajer adalah tugas baik atau hubungan
terfokus.
4.
Model Leadership Continuum
Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pemimpin
mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi
ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi
ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.
Menurut teori kontinuun ada tujuh tingkatan hubungan peminpin dengan bawahan :
1. Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).
2. Pemimpin menjual dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).
3. Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.
4. Pemimpin memberikan keputusan tentative, dan keputusan masih dapat diubah.
5. Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan
(consulting).
6. Pemimpin menentukan batasan – batasan dan minta kelompok untuk membuat
peputusan.
5
7. Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas – batas yang ditentukan
(joining).
Jadi, berdasarkan teori continuum, perilaku pemimpin pada dasarnya bertitik tolak dari dua
pandangan dasar :
1.
2.
Berorientasi kepada pemimpin.
Berorientasi kepada bawahan.
3. MODEL KEPEMIMPINAN
1.
Model Kepemimpinan Kontingensi (Fiedler)
Model kontingensi diciptakan oleh E. Fiedler. Model ini menjelaskan bahwa pemimpin akan
berhasil menjalankan kepemimpinannya apabila menerapkan gaya kepemimpinan yang
berbeda dalam menghadapi situasi yang berbeda. Tidak ada pemimpin yang berhasil dengan
hanya menerapkan satu macam gaya untuk segala situasi.
Terdapat 3 ( tiga ) sifat situasi yang berpengaruh terhadap efektifitas kepemimpinan, yaitu:
a. Hubungan antara pemimpin dan anggota merupakan variabel yang sangat kritis dalam
menentukan situasi yang menguntungkan.
b. Derajat susunan tugas, merupakan masukan kedua yang sangat penting untuk situasi yang
menguntungkan.
c. Kedudukan kekuasaan pemimpin yang diperoleh melaui wewenang formal, adalah
dimensi sangat kritis yang ketiga dari situasi.
2.
Model 3 Dimensi Kepemimpinan (Reddin)
Model 3 Dimensi Kepemimpinan atau yang juga dikenal dengan sebutan 3-D model karena
menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan, yaitu:
a. Kelompok gaya dasar, terdiri dari gaya pemisah, pengabdi, penghubung, dan terpadu.
b. Kelompok gaya efektif, terdiri dari gaya birokrat, otokrat bijak, pengembang, dan
eksekutif.
c. Kelompok gaya tak efektif, terdiri dari gaya pelari, otokrat, penganjur, dan
kompromis.
6
3.
Model Kontinum Kepemimpinan (Tannenbaum dan Schmidt)
Model ini berpendapat bahwa ada tiga factor yang harus dipertimbangkan oleh pemimpin
dalam memilh gaya kepemimpinan yang akan dilakukan. Ketiga factor tersebut, yaitu:
a. Kekuatan pimpinan, misalnya latar belakang pendidikan, pengetahuan, latar belakang
kehidupan pribadi, pengalaman, kecerdasan, dsb.
b. Kekuatan bawahan, hal ini menyebabkan pimpinan memilih gaya demokratis apabila
bawahan sangat membutuhkan ketidaktergantungan dan kebebasan bertindak, ingin
memiliki tanggung jawab dalam pembuatan keputusan.
c. Kekuatan situasi, hal ini mempengaruhi pemilihan gaya kepemimpinan seperti
suasana organisasi, tekanan waktu, kelompok kerja khusus, dan faktor lingkungan
lainnya.
4.
Model Kontinum Kepemimpinan Berdasarkan Banyaknya Peran Serta Bawahan dalam
Pembuatan Keputusan (Vroom-Yetton)
Dalam model ini terdapat dua macam kondisi utama yang dapat dijadikan dasar bagi
pemimpin untuk mengikutsertakan bawahan atau tidak mengikutsertakan bawahan dalam
pembuatan keputusan, antara lain :
a. Tingkat efektivitas teknis diantara para bawahan
b. Tingkat motivasi serta dukungan para bawahan
5.
Model Kontingensi Lima Faktor (Farris)
Dalam model ini, pengaruh terhadap perilaku pemimpin dapat datang dari pemimpin itu
sendiri atau dari bawahan dan dapat disalurkan secara berbeda antara kedua pihak tersebut.
Ketepatan jenis perilaku pemimpin tergantung pada 5 faktor, yaitu:
a. Wewenang pengawasan terhadap masalah yang ada
b. Wewenang anggota kelompok terhadap masalah
c. Pentingnya penerimaan dari pemberian keputusan terhadap pimpinan
d. Pentingnya penerimaan keputusan terhadap anggota kelompok
e. Tekanan waktu
6.
Model Kepemimpinan Dinamika Kelompok (Dorwin Cartwright & Alvin Zander)
Menurut model ini, terdapat dua macam perilaku kepemimpinan, yaitu :
7
a. Pencapaian beberapa sasaran kelompok khusus, identik dengan perilaku pemimpin
yang mengutamakan tugas.
b. Pemeliharaan dan penguatan kelompok itu sendiri, identik dengan perilaku pemimpin
yang mengutamakan hubungan antar orang.
7.
Model Kepemimpinan “path-goal” (Evans dan House)
Pendekatan model kepemimpinan “path-goal” berdasarkan pada model pengharapan yang
menyatakan bahwa motivasi individu berdasarkan pada pengharapannya atas imbalan yang
menarik. Pendekatan ini menitikberatkan pada pemimpin sebagai sumber imbalan dan
mencoba
memprediksi
bagaimana
perbedaan
tipe
imbalan
dan
perbedaan
gaya
kepemimpinan mempengaruhi motivasi, prestasi, dan kepuasan bawahan.
8.
Model Kepemimpinan “Vertical Dyad Linkage” (Graen)
Model kepemimpinan “Vertical Dyad Linkage” ini disebut juga dengan model “Vertical
Dyadic Theory” oleh Martin J. Gannon. Model kepemimpinan jenis ini menitikberatkan pada
“dyad” yaitu hubungan antara pemimpin dengan tiap bawahannya secara bebas. Pendekatan
ini berusaha memanfaatkan kelebihan ataupun kekurangan yang ada pada tiap bawahan. Tiap
pemimpin harus memperhatikan perbedaan-perbedaan yang ada pada bawahannya.
9.
Model Kepemimpinan Sistem (Bass)
Model Kepemimpinan Sistem terdiri dari:
1. Input
a.
Organisasi yang meliputi batasan, kehangatan, kejelasan, entrope, dan lingkungan luar.
b.
Kelompok kerja yang meliputi pertentangan didalam, saling tergantung, dan tanggung
jawab pada kelompok.
c.
Tugas yang meliputi umpan balik, rutin, memilih kesempatan, kerumitan, ciri-ciri
manajerial.
d.
Kepribadian bawahan yang meliputi kerjasama, kekuasaan, otoriter, dan memusatkan
perhatian dan pikiran pada diri sendiri.
2. Hubungan
a.
Pembagian kekuasaan antara pimpinan dan bawahan
b.
Penyebaran informasi antara atasan dan bawahan
c.
Struktur ketat dan struktur longgar
8
d.
Tujuan jangka pendek dan jangka panjang
3. Perilaku Pemimpin
a.
Direktif, pemimpin memberitahukan kepada bawahannya apa yang mereka inginkan.
b.
Manipulatif, pemimpin berbaik hati pada bawahan, merubah perilaku untuk memastikan
kesempatan, keyakinan, harapan, membuat mereka berlomba satu sama lain, menentukan
kembali tugas-tugas untuk menyeimbangkan beban kerja.
c.
Konsultatif, pemimpin terus terang dan memberi kesempatan bertanya, mendengarkan
bawahan, mencoba ide mereka, memberikan perhatian kemajuan pada perubahan.
d.
Partisipatif, pemimpin membuat keputusan bersama, menyusun pertemuan, memasukan
saran kelompok ke dalam operasi, memperlakukan bawahan sama, mudah didekati dan
bersahabat.
e.
Delegatif, pemimpin menunjukkan kepercayaan pada bawahan, memberikan kebebasan
kepada bawahan untuk mengikuti arah mereka sendiri, mengizinkan mereka membuat
keputusan sendiri.
4. Output
a.
Prestasi
b.
Kepuasan yang meliputi pekerjaan dan pengawas
10. Model Kepemimpinan Situasional (Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard)
Dalam model ini, berdasarkan pendekatan situasional tiada satu jalan terbaik untuk
mempengaruhi seseorang atau tiada satu jalan terbaik untuk memimpin. Pendekatan
berdasarkan atas hubungan antara perilaku tugas, perilaku hubungan, serta tingkat
kematangan bawahan. Kepemimpinan situasional berdasarkan saling pengaruh antara:
1.
sejumlah petunjuk dan pengarahan (perilaku tugas) yang pemimpin berikan
2.
sejumlah pendukungan emosional (perilaku hubungan) yang pemimpin berikan
3.
tingkat kematangan yang ditunjukan oleh bawahan dalam melaksanakan tugas khusus,
fungsi, atau sasaran.
4. KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF
Teori Kepemimpinan yang Efektif merupakan pola tingkahlaku pemimpin tergantung dari
hasil yang ditentukan oleh situasi tertentu. Pemimpin yang memiliki orientasi kerja
cenderung lebih efektif dalam berbagai situasi. Semakin sosiabel interaksi kesesuaian
pemimpin, tingkat efektivitas kepemimpinan makin tinggi.
9
Dalam dunia bisnis yang cepat berubah, maka ada beberapa faktor yang berimplikasi
tehadap kepemimpinan efektif, diantaranya seorang pemimpin dituntut untuk:
1. Selalu memperbaharui pengetahuannya
2. Memiliki informasi yang terbaru, cepat dan akurat
3. Memiliki kemampuan untuk meneropong dan memperkirakan apa yang akan terjadi
di masa datang
4. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dengan cepat
5. Memiliki kemampuan untuk menempatkan orang yang tepat pada tempatnya
6. Memiliki kemampuan menggerakkan dan mempengaruhi bawahan dalam bentuk tim
7. Mampu menyesuaikan gaya kepemimpinannya sesuai dengan kondisi dimana dia
berada (kontingensi)
Dalam hubungannya dengan faktor-faktor di atas Kouzes dan Posner 1995) meyakini bahwa
suatu kinerja yang memiliki kualitas unggul berupa barang atau pun jasa, hanya dapat
dihasilkan oleh para pemimpin yang memiliki kualitas prima. Dikemukakan, kualitas
kepemimpinan manajerial adalah suatu cara hidup yang dihasilkan dari "mutu pribadi total"
ditambah "kendali mutu total" ditambah "mutu kepemimpinan". Berdasarkan penelitiannya,
ditemukan bahwa terdapat 5 (lima) praktek mendasar pemimpin yang memiliki kualitas
kepemimpinan unggul, yaitu; (1) pemimpin yang menantang proses, (2) memberikan
inspirasi wawasan bersama, (3) memungkinkan orang lain dapat bertindak dan berpartisipasi,
(4) mampu menjadi penunjuk jalan, dan (5) memotivasi bawahan.
Adapun ciri khas manajer yang dikagumi sehingga para bawahan bersedia mengikuti
perilakunya adalah, apabila manajer memiliki sifat jujur, memandang masa depan,
memberikan inspirasi, dan memiliki kecakapan teknikal maupun manajerial. Sedangkan
Burwash
(1996)
dalam
hubungannya
dengan
kualitas
kepemimpinan
manajer
mengemukakan, kunci dari kualitas kepemimpinan yang unggul adalah kepemimpinan yang
memiliki paling tidak 8 sampai dengan 9 dari 25 kualitas kepemimpinan yang terbaik.
Dinyatakan, pemimpin yang berkualitas tidak puas dengan "status quo" dan memiliki
keinginan untuk terus mengembangkan dirinya. Beberapa kriteria kualitas kepemimpinan
10
manajer yang baik antara lain, memiliki komitmen organisasional yang kuat, visionary,
disiplin diri yang tinggi, tidak melakukan kesalahan yang sama, antusias, berwawasan luas,
kemampuan komunikasi yang tinggi, manajemen waktu, mampu menangani setiap tekanan,
mampu sebagai pendidik atau guru bagi bawahannya, empati, berpikir positif, memiliki dasar
spiritual yang kuat, dan selalu siap melayani.
Komitment emosional sangat berharga bagi manajemen. Untuk mendapatkan komitmen
terhadap suatu strategi baru, dapat ditempuh dengan melibatkan orang-orang dalam
penyusunan startegi tersebut, dan dengan mengurangi jangka waktu antara konseptualisasi
strategi dan pelaksanaannya. Sedangkan mengenai believe, dikemukakan bahwa “That
should be the 21st century leader’s watchword”; dan ada perbedaan mendasar antara
memerima (accepting) dan mempercayai (believing). Bertalian denga kompetensi multi skill,
Chowdury memandang bahwa “twenty first century leaders will become more multi-skilled
than their 20th”…”One of the important characteristics of multi-skill leader is the abality to
encourage diversity”. Sebab, tantangan organisasional sesungguhnya pada Abad sekarang
bukanlah jarak geograpikal, melainkan diversitas kultural. Mengenai next mentality, yang
dipandang sebagai kunci keberhasilan organisasi Abad ini, meliputi hard working, never
satisfied, idea-centric, curious, dan persistent. Kompetensi lain menurut Chowdury adalah
sentuhan emosional (emotion) dan kepercayaan (belief).
11