IMPLEMENTASI KAFALAH DALAM LEMBAGA KEUAN

IMPLEMENTASI KAFALAH DALAM LEMBAGA
KEUANGAN SYARIAH (LKS)
Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Fiqih Muamalah
Dosen Pengampu : Imam Mustofa, S.H.I., M.SI.

Disusun Oleh :
NAMA / NPM

: DONI PENDRIYA

NPM

: 1502100

JURUSAN

: SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

PRODI


: S1 PERBANKAN SYARIAH

KELAS / SEMESTER : D / III

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO METRO
2015/2016
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia usaha, modal merupakan sesuatu yang penting.Modal
tersebut

dapat

bersifat

material,


atau

immaterial

(skill,

trust,

dan

sebagainya). Untuk memenuhi kebutuhan modal, seorang pengusaha bisa
menggunakan modal sendiri atau meminjam kepada pihak lain seperti bank
dengan akad qardhun. Untuk melakukan pinjaman tersebut biasanya
diperlukan beberapa syarat, di antaranya kelayakan usaha, adanya
kepercayaan (trust), dan adanya jaminan.
Berkaitan dengan jaminan ini, dapat dibedakan dalam jaminan
perorangan

(personal


guarantie)

dan

jaminan

kebendaan.Jaminan

perorangan adalah suatu perjanjian antara seorang yang memberikan
hutang/kreditor (makful lahu) dengan seorang pihak ketiga sebagai penjamin
(kafil) yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si berhutang/debitor
(makful ‘anhu). Jaminan ini bahkan dapat diadakan di luar atau tanpa
sepengetahuan

si berhutang tersebut (debitor). Sedangkan jaminan

kebendaan dapat diadakan antara kreditor (pemberi hutang) dengan
debitornya (Peminjam), tetapi juga dapat diadakan antara kreditor dengan
seorang pihak ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban

orang yang berhutang (debitor). Soal jaminan, sebagaimana tersebut di atas,
di dalam ajaran Islam dikenal dengan konsep kafalah yang termasuk juga di
dalam jenis dhamman (tanggungan). Untuk itu kami disini akan membahas
dan mengupas tentang Kafalah.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi Kafalah ?
2. Implementasi Kafalah dalam LKS ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi Kafalah
2. Mengetahui Implementasi Kafalah dalam LKS

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kafalah
Kafalah mempunyai beberapa sinonim, antara lain hamalah, damanah,
dan za’amanah. Kafalah secara etimologi menurut Ibnu Abidin adalah sama
dengan al-Dammu yang berarti memelihara atau menanggung.1
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau pembagian hasil
keuntungan. Al–kafalah berasal dari kata (menanggung) merupakan jaminan
yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah
juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan
berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. Pada
dasarnya akad kafalah merupakan bentuk pertanggungan yang biasa
dijalankan oleh perusahaan. Menurut sudarsono, kafalah merupakan
jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Menurut Sutedi
kafalah adalah transaksi di mana pihak pertama bersedia menjadi
penanggung atas kegiatan yang dilakukan oleh pihak kedua, sepanjang
sesuai dengan yang diperjanjikan di mana pihak pertama menerima imbalan
berupa fee atau komisi.2 Kafalah adalah akad penjaminan yang diberikan
oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban
pihak kedua atau yang ditanggung (makfuul ‘anhu, ashil)


Objek Tanggungan Kafalah
1 Ibnu Abidin, Hasyiyah Radd al-Mukhtar, (Digital Library, al-Maktabah al-Syamilah alIsdar al-Sani, 2005), V/414, kutipan Imam Mustofa
2 Krismawati, Auliyah dan Rimawati, Kajian Kafalah Pada Operasi Jasa Keuangan
Syariah As–Sakinah Di Kamal Bangkalan, (Jurnal InFestasi Vol.9 No.2, 2013), h.149

3

Menurut Hambali (2013), objek tanggungan kafalah diantaranya yaitu:
1. Tanggungan dengan utang, yaitu kewajiban membayar utang yang
menjadi tanggungan orang lain. Dalam masalah tanggungan utang,
disyaratkan bahwa hendaknya, nilai barang tersebut tetap pada waktu
terjadinya transaksi tanggungan/jaminan dan barangnya diketahui,
karena apabila tidak diketahui, maka dikhawatirkan akan terjadi gharar.
2. Tanggungan dengan materi, yaitu kewajiban menyerahkan materi tertentu
yang berada di tangan orang lain. Jika berbentuk bukan jaminan seperti
'ariyah (pinjaman) atau wadiah (titipan), maka kafalah tidak sah.
3. Kafalah dengan harta, yaitu jaminan yang diberikan oleh seorang penjual
kepada pembeli karena adanya risiko yang mungkin timbul dari barang yang
dijual–belikan.3
Hikmah dan Manfaat Kafalah

Ada beberapa hikmah dan manfaat kafalah (Hambali, 2013), yaitu:
1. Sebagai salah satu akad dalam fiqh muamalahyang mengatur secara adil
dan memiliki maqashid untuk terciptanya kesejahteraan dan kenyamanan
sesama manusia dalam melakukan transaksi perdagangan (perbankan).
2. Dengan adanya kafalah, pihak yang dijamin atau disebut madhmun anhu
dapat menyelesaikan proyek atau usaha bisnisnya dengan pengerjaanya
dan dapat selesai dengan tepat waktu atau efisien dengan jaminan pihak
ketiga yang menjamin pengerjaannya.
3. Adanya kafalah, pihak yang terjamin (fiqh mua’amalah) disebut sebagai
madhmun lahu menerima jaminan oleh penjamin (bank), bahwa proyek yang
diselesaikan oleh nasabah tadi dapat selesai dengan tepat waktunya dan
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya.4

B. Implementasi Kafalah dalam Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
3 Ibid.
4 Ibid.,h.150

4

Khafalah diterapkan di Lembaga Keuangan Syariah, khusus nya Bank

Syariah di mana bank bertindak sebagai penjamin (kafil) dan nasabah
sebagai pihak yang di jamin (makful alaih). Dalam hal ini bank mendapat fee
atas jaminan yang di berikan kepada nasabah. Dalam pandangan BMI (Bank
Muamalat Indonesia), ada beberapa penerapan konsep khafalah, pertama
kafalah bi al-nafas, merupakan akad memberikan jaminan atas diri. Sebagai
contoh, seorang nasabah yang mendapatkan pembiayaan dengan jaminan
nama baik dan ketokohan seseorang atau pemuka masyarakat. Walaupun
bank secara fisik tidak memegang barang apapun, tetapi bank berharap
tokoh tersebut dapat mengusahakan pembayaran ketika nasabah yang
dibiayai mengalami kesulitan. Kedua, kafalah bi al-taslim. Jenis kafalah ini
bisa dilakukan untuk menjamin pengembalian barang yang disewa ada
waktu masa sewa berakhir. Jenis pemberian jaminan ini dapat di laksanakan
bank untuk kepentingan nasabahnya dalam bentuk kerjasama perusahaan
penyewaan (leasing comanpy). Jaminan pembayaran bagi bank dapat
berupa deposit/tabungan dan bank dapat membebankan uang jasa (fee)
kepada nasabah itu. Ketiga, kafalah al-munjazah, yaitu jaminan mutlak yang
tidak di batasi jangka waktu dan untuk kepentingan dan tujuan tertentu.
Salah satu bentuk kafalah ini adalah jaminan dalam bentuk performance
bonds (jaminan prestasi).5
Produk al-kafalah yang diberikan oleh bank syariah dalam bentuk

garansi. Garansi bank adalah sejumlah uang yang disimpan oleh bank
sebagai jaminan bagi seseorang atau nasabah yang akan menjadi
persyaratan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu. Penyimpanan uang
di maksud, maka pihak bank mendapatkan jasa sebagai pertanggungan
terhadap nasabah yang melakukan pekerjaan.6

Berkaitan dengan adanya produk jaminan atau garansi dari bank, maka
ada bank garansi. Bank garansi merupakan jasa yang diberikan oleh bank
5 M. Nur Yasin, Hukum Ekonomi Islam, (Malang:UIN-Malang Press, 2009), h.209. dikutip
oleh Imam Mustofa, h.228
6 Zainudin Ali, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika,2008), h.30. dikutip
oleh Imam Mustofa, h.229

5

dalam rangka memberikan jaminan kepada nasabah. Jaminan ini dapat di
berikan oleh bank kepada nasabah dalam mengikuti tender atas penawaran
pekerjaan dari pemberi kerja, serta untuk mengerjakan sesuatu untuk
kepentingan pihak lain, dan berbagai jaminan bank lainnya, bank garansi
timbul karena adanya kebutuhan nasabah untuk memenuhi kewajiban yang

di minta oleh pihak lain. Salah satu kewajiban yang di perlukan oleh pihak
pemberi kerja yaitu adanya penjamin (bank) kepada nasabah. Bank penerbit
garansi akan mendapat fee dari nasabah.7
Dalam mekanisme bank garansi terdapat tiga pihak yang terkait, yaitu
bank sebagai penjamin, terjamin ( nasabah peminta jaminan), dan penerima
jaminan. Dalam pemberian garansi bank meminta setoran jaminan besar,
misal nya 10-30% dari total nilai objek yang dijamin. Disamping itu, bank
memungut provisi dan mengenakan bunga atas jumlah nilai jaminan. 8
Sebagai contoh, skema berikut dapat menjadi gambaran implementasi
akad kafalah dalam lembaga keuangan syariah (LKS).9
1.

Nasabah mengajukan permohonan penjaminan kepada bank syariah
atas suatu pekerjaan yang di laksanankan, dan bank syariah
memberikan penjaminan/ garansi kepada pemberi kerja atas pekerjaan
nasabah.

2.

Atas garansi yang diberikan oleh bank syariah, maka bank syariah

meminta agunan kepada tertanggung/nasabah.

3.

Nasabah wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kontrak antara
nasabah dan pemberi kerja.

4.

Bila nasabah tidak melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kontrak,
maka bank syariah akan menanggung kerugian10

7 Ibid., h.229
8 M. Nur Yasin, Hukum Ekonomi..., h. 210
9 Ismail, Perbankan Syariah, Ed. 1 Cet. 1 (Jakarta: Kencana, 2011), h.202. dikutip oleh
Imam Mustofa, h.299
10 Ibid.

6

Kafalah, bank garansi di gubakan untuk menjamin pembayaran suatu
kewajiban pembayaran. Bank dapat mempersyaratkan nasabah untuk
menempatkan sejumlah dana fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat pula
menerima dana tersebut dengan prinsip wadiah. Bank dapat ganti biaya
atas jasa yang di berikan.11
Jasa Objek

Bank

(tertanggun
g)

(penanggun
g)

Nasabah
(ditanggung
)

Jaminan

Kewajiban

Skema Kerja Prinsip al-Kafalah12

Implementasi Prosedur Kafalah Di KJKS AS-Sakinah Kamal Bangkalan
Ketentuan kafalah dalam

transaksi

lembaga

keuangan termasuk

perbankan syari’ah, secara rinci diatur dalam Fatwa Dewan Syari’ah
Nasional No. II/DSNMUI/IV/2000 di mana ketentuan kafalah tersebut
ditetapkan dengan pertimbangan sebagai berkut :
a.Bahwa dalam rangka menjalankan usahanya, seseorang sering
memerlukan penjaminan dari pihak lain melalui akad kafalah, yaitu
jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggungkan
(makful‟anhu, ashil)
b.Bahwa

untuk

memenuhi

kebutuhan

usaha

tersebut,

Lembaga

Keuangan Syari’ah (LKS) berkewajiban untuk menyediakan satu skema
penjaminan (kafalah) berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah.

11 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), 103.
Dikutip oleh imam Imam Mustofa, h.231
12 Ibid.

7

c.Bahwa agar kegiatan kafalah tersebut dilakukan sesuai dengan ajaran
Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang kafalah untuk
dijadikan pedoman oleh Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS).
Mengacu dari fatwa DSN di atas pelayanan kafalah di KJKS AS-Sakinah
merupakan respon positif terhadap kebutuhan masyarakat di lingkungan
Desa Kamal pada khususnya dan masyarakat di luar Kamal pada umumnya,
maka untuk memenuhi kebutuhan bertransaksi berdasarkan syari’ah.
Kafalah adalah salah satu bentuk jasa layanan yang diberikan KJKS AS.
Sakinah merupakan bentuk jasa layanan berupa jaminan yang diberikan
kepada nasabah untuk kepentingan tertentu.13

13 Krismawati, Auliyah dan Rimawati, Kajian Kafalah….,h.149

8

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kafalah mempunyai beberapa sinonim, antara lain hamalah, damanah,
dan za’amanah. Kafalah secara etimologi menurut Ibnu Abidin adalah sama
dengan al-Dammu yang berarti memelihara atau menanggung. Kafalah
adalah akad penjaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung
(makfuul ‘anhu, ashil)
Khafalah diterapkan di Lembaga Keuangan Syariah, khusus nya Bank
Syariah di mana bank bertindak sebagai penjamin (kafil) dan nasabah
sebagai pihak yang di jamin (makful alaih) Produk al-kafalah yang diberikan
oleh bank syariah dalam bentuk garansi. Garansi bank adalah sejumlah
uang yang disimpan oleh bank sebagai jaminan bagi seseorang atau
nasabah yang akan menjadi persyaratan untuk melakukan suatu pekerjaan
tertentu. Penyimpanan uang di maksud, maka pihak bank mendapatkan jasa
sebagai pertanggungan terhadap nasabah yang melakukan pekerjaan.

9

DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Abidin, 2005, Hasyiyah Radd al-Mukhtar, Digital Library, al-Maktabah alSyamilah al-Isdar al-Sani, V/414, kutipan Imam Mustofa
Krismawati, Auliyah dan Rimawati, 2013, Kajian Kafalah Pada Operasi Jasa
Keuangan Syariah As–Sakinah Di Kamal Bangkalan, Jurnal InFestasi Vol.9 No.2
M. Nur Yasin, 2009, Hukum Ekonomi Islam, malang:UIN-Malang Press, , h.209.
dikutip oleh Imam Mustofa
Zainudin Ali, 2008, Hukum Perbankan Syariah, jakarta: Sinar Grafika, h.30.
dikutip oleh Imam Mustofa
Ismail, 2011, Perbankan Syariah, Ed. 1 Cet. 1 Jakarta: Kencana, , h.202. dikutip
oleh Imam Mustofa
Muhammad, 2002, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 103.
Dikutip oleh imam Imam Mustofa

10