MULTILEVEL READING PADA KURIKULUM BERBAS

i

KEMENTERIAN KEHUTANAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

BALAI PENELITIAN KEHUTANAN KUPANG
Jln. Untung Surapati No. 7 (Belakang) P.O Box 69 Kupang 85115, Telp (0380) 823357, 833472. Fax. (0380) 831068

Email : aisuli@yahoo.com

PETUNJUK TEKNIS

MULTILEVEL READING PADA KURIKULUM
BERBASIS KOMPETENSI

Oleh:
Rattahpinusa HH
NIP. 19810311200501 1 002

BALAI PENELITIAN KEHUTANAN KUPANG
2008


ii

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul

....................................

i

Lembar Pengesahan

....................................

ii

Daftar Isi


....................................

iii

A. Pengantar

....................................

1

B. Tujuan

....................................

2

....................................

3


A. Model Pengembangan Minat Baca

....................................

4

B. Perpustakaan Sekolah dan Sumber Belajar

....................................

6

BAB IV. PENUTUP

....................................

9

Daftar Pustaka


....................................

10

BAB I. PENDAHULUAN

BAB II. LANDASAN TEORI
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

iii

BAB. I
PENDAHULUAN
A. PENGANTAR.
Membaca merupakan salah satu komponen penilaian indeks pembangunan manusia pada
suatu negara. Hampir 99 % penduduk negara Jepang, Inggris, Jerman dan Amerika telah
melek huruf. Sedangkan angka melek huruf di Indonesia hanya mencapai 65,5 % dari total
jumlah penduduknya. Terlebih laporan Bank Dunia dan Studi Internasional Assosiation for
the Evaluation of Education Achievement di Asia Timur merilis bahwa tingkat membaca dan
keterpahaman baca anak-anak di Indonesia merupakan yang terendah dengan skor 51,7.

Kondisi tersebut muncul karena beberapa faktor antara lain sistem pendidikan, ketersediaan
bahan bacaan serta kemajuan teknologi. Sebuah wacana berkembang tentang rendahnya
minat baca pelajar, yakni: kemajuan teknologi disinyalir menghambat minat baca para
pelajar. Merebaknya penggunaan handphone (Hp) dikalangan pelajar merupakan fenomena
yang menarik dicermati. Hal yang wajar jika penggunaan Hp sebatas alat telekomunikasi.
Namun merupakan penyimpangan jika penggunaanya bertentangan dengan norma–norma
yang berlaku dimasyarakat. Berbagai bentuk penyimpangannya berupa: adegan mesum yang
direkam dengan kamera Hp maupun maraknya istilah “Gaul” semisal: Tq (Terima kasih), Aq
(Aku) pada penggunaan short message. Istilah-istilah tersebut menyalahi kaidah Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). Murahnya tarif layanan bicara turut menyubur budaya tutur.
Kemajuan teknologi menyebabkan “culture shock” pada pelajar. Sebagian besar pelajar
mengidentikkan Hp sebagai simbol sosial bagi komunitasnya. Berdasar kondisi tersebut
maka pelajar menempatkan Hp sebagai kebutuhan primer di banding alat penunjang belajar.
Mereka rela menyisihkan uang sakunya untuk membeli pulsa daripada buku. Jika kondisi
tersebut terus berlarut maka dikhawatirkan lambat laun mereka menjadi pembaca pasif.
Semakin bertambahnya angka pembaca pasif dan buta aksara merupakan ancaman
bagi eksistensi suatu negara. Terlebih jikalau kondisi tersebut menjangkiti para pelajar. Sebab
populasi remaja usia produktif (pelajar) mendominasi piramida populasi penduduk Indonesia.
Buta aksara identik dengan kebodohan dan kebodohan penyebab kemiskinan. Dan
meningkatnya jumlah pembaca pasif menyebabkan rendahnya daya saing sumber daya

manusia. Kebodohan, kemiskinan dan rendahnya daya saing menjadi gerbang masuknya
faham neo-kolonialisme. Yakni menjadikan ekonomi sebagai alat menaklukkan suatu negara
1

atau dengan kata lain menjadikan suatu negara bergantung pada negara lain secara ekonomi,
sosial dan politik.
Membudayakan minat baca merupakan tanggung jawab seluruh elemen bangsa tak
terkecuali perpustakaan. Membaca indentik dengan buku dan tugas perpustakaan adalah
memberikan literasi informasi. Sedikit disinggung tentang kendala-kendala menumbuhkan
minat baca khususnya dikalangan pelajar. Pada prinsipnya bahwa rendahnya minat baca
berkaitan dengan motivasi. Hal inilah yang menggerakkan seseorang melakukan sesuatu.
Motivasi dalam dirilah yang mampu mendorong keingintahuan untuk mencari informasi.
Demikian halnya dengan motivasi untuk membaca. Dawson dan Bamman (1960) dalam
Fundamentals of Basic Reading Instruction menyatakan bahwa: “Seseorang dapat
menemukan kebutuhan dasarnya lewat bahan-bahan bacaan jika topik, isi, pokok persoalan,
tingkat kesulitan dan cara penyajiannya sesuai dengan kenyataan individunya“. Konsepsi
tersebut dapat dipakai oleh pihak terkait untuk menumbuhkan minat baca pada pelajar.
Literasi informasi pada pelajar menjadi merupakan lahan garapan perpustakaan sekolah. Hal
tersebut berdasarkan pertimbangan efektivitas perpustakaan sekolah dalam meliterasi
informasi. Usaha tersebut dapat disinkronkan dengan kegiatan belajar mengajar disekolah.

B. TUJUAN
1. Memberikan alternatif pembinaan minat baca pada siswa melalui konsep
pembelajaran kelompok.
2. Menjelaskan fungsi perpustakaan sekolah dalam pembinaan minat baca siswa.

2

BAB. II
LANDASAN TEORI
KURIKULUM 2004 (KBK) DAN KETRAMPILAN MEMBACA.
Penerapan kurikulum 2004 atau disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
yang merupakan penyempurnaan kurikulum 1994 (Cara Belajar Siswa Aktif), diharapkan
membawa perubahan pada sistem pendidikan di Indonesia. KBK bertujuan membekali
pelajar dengan kecakapan hidup dan belajar sepanjang hayat melalui pengalaman belajar.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu strategi pembelajaran yang tepat. Dan
pembelajaran tematik mampu menunjang penerapan KBK. Sebab pembelajaran ini
memberdayakan kualitas pembelajaran KBK dengan metode pembelajaran yang inovatif dan
berdaya guna dengan berorientasi pada siswa. Konsep pembelajaran tematik adalah kegiatan
mengajar dan memadukan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap pembelajaran serta
pemikiran kreatif dengan menggunakan tema (Sutirjo: 2005). Pembelajaran terpadu ini yang

menekankan pada keterlibatan pelajar dalam kegiatan belajar mengajar sehingga membuat
pelajar aktif dalam proses belajar, mampu memberdayakan sumber daya yang ada serta
memecahkan masalah berdasarkan kreativitas para pelajar. Sehingga guru dan pelajar
terkondisikan dengan suasana yang serba inovatif.
Membaca berperan penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Proses ini akan
menemui hambatan jika guru dan murid sama-sama melalaikan aktivitas baca. Sebab
membaca bermanfaat untuk mengetahui informasi, menimbulkan ide serta membentuk suatu
pola pikir terhadap sesuatu hal. Selain itu, membaca merupakan bagian dari bahasa
sedangkan bahasa adalah ketrampilan. “Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya.
Semakin terampil seseorang berbahasa maka semakin jelas jalan pikirannya. Ketrampilan
hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih
ketrampilan berbahasa berarti melatih ketrampilan berpikir” (Tarigan, 1980: 1, 1981: 2,
Dawson (et.all), 1963: 27).

3

BAB. III
PEMBAHASAN
A. MODEL PENGEMBANGAN MINAT BACA
Rendahnya motivasi baca pelajar dan strategi pembelajaran yang tidak tepat menjadi

hambatan proses pengajaran. Hal pertama muncul akibat persepsi yang salah tentang
membaca. Membaca identik dengan aktivitas individu yang membosankan. Menilik kondisi
tersebut maka guru bidang studi Bahasa Indonesia pada jenjang sekolah menengah dapat
memanfaatkan KBK untuk merangsang dan meningkatkan ketrampilan membaca para
pelajar. Strategi pembelajaran yang sesuai untuk memotivasi pelajar untuk gemar membaca
adalah pendekatan pembelajaran kelompok.
Ide pembentukan kelompok belajar (Kejar) ini berdasar atas sifat manusia yang homo
social. Manusia saling membutuhkan satu dengan lainnya untuk mencukupi kebutuhannya.
Demikian pula dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM), guru akan menghadapi
berbagai jenis sifat, karakter, kemampuan serta minat siswa-siswi yang berbeda. KBM
menjadi semakin tidak ideal jika melihat rasio antara guru dan siwa-siswi yang tidak
berimbang. Kelompok belajar merupakan strategi guru untuk mengelola KBM secara efektif.
Pengelompokkan anggota Kelompok Belajar berdasar atas kesamaan minat dan kemampuan.
Setelah kelompok belajar terbentuk maka guru menerapkan pembelajaran tematik dengan
memberikan serangkaian tugas secara kontinyu, terarah dan terukur. Tugas tersebut dapat
berupa permasalahan lintas bidang studi yang tengah terjadi dilingkungan sekitar siswa. Hal
tersebut dimaksudkan memotivasi kelompok belajar untuk menemukan akar permasalahan
dan solusinya melalui penelusuran pada sumber-sumber informasi dan diskusi. Diharapkan
dalam proses tersebut terjadi dinamika kelompok yang merangsang anggota-anggotanya
untuk berpikir kritis dan melahirkan ide-ide inovatif. Proses tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut:

4

A

A

B
P

A

B

B

(Gambar 1. Proses Dinamika kelompok. Sumber: A.Surjadi: 1989)
Peran pemimpin dalam proses tersebut sebagai berikut :
1.


Membagi kelompok kedalam sub-sub kelompok dan mengarahkan mereka kepada
sumber-sumber material baik berupa buku, majalah atau koleksi audio visual.

2.

Membantu menentukan bidang-bidang perhatian yang berhubungan dengan masalah
atau isu itu yang dapat menolong kelompok untuk memahami masalah itu lebih baik
atau untuk melakukan fungsi yang berhubungan dengannya.

3.

Menjelaskan kepada sub-sub kelompok tentang penyelesaian tugas-tugas mereka.

4. Mempersilahkan sub-sub kelompok untuk melaporkan tahap penyelesaian tugas
mereka.
5. Menyarankan tindak lanjut, penelitian lebih lanjut atau cara untuk memanfaatkan
pengalaman sebagai dasar kegiatan dimasa depan.
6. Mengevaluasi kelompok belajar.
Peran anggota kelompok belajar sebagai berikut :
1. Mendengarkan baik-baik penjelasan tentang proyek penugasan yang akan dikerjakan
secara berkelompok
2. Ikut secara aktif mengerjakan tugas yang dipercayakan atau yang mereka pilih itu
dengan mempergunakan sumber-sumber yang tersedia
3. Melaporkan penemuan-penemuan daripada tugas-tugas yang telah diselesaikan.
4. Ikut menanggapi penemuan-penemuan kelompok lain
Presentasi merupakan bentuk umpan balik dari penugasan tersebut. Presentasi
merupakan interaksi antara kelompok belajar satu dengan lainnya dan kelompok belajar
dengan guru.

Dari hasil umpan balik tersebut maka guru dapat memberikan penilaian
5

seberapa jauh efektivitas penyampaian sebuah materi dan berapa besar pengayaan materi dari
masing-masing kelompok. Belajar kelompok merupakan metode efektif untuk menumbuhkan
minat baca. Karena pada metode tersebut akan terbangun suasana kompetisi antar anggota
dalam hal menelaah berbagai sumber informasi termasuk buku.
B. PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN SUMBER BELAJAR.
Belajar mengajar merupakan proses transfer informasi yang bermuatan nilai-nilai kepada
peserta didik. Dan pola umum interaksi kegiatan belajar mengajar melibatkan unsur tenaga
kependidikan, bahan dan alat didik serta siswa. Ketiganya merupakan unsur yang integral.
Proses KBM kurang efektif jika tanpa tersedianya sumber belajar yang memadai. Yang
menjadi pertanyaan adalah apa itu sumber belajar? Sebenarnya sumber belajar terdapat
disekeliling kita. Semisal guru bidang studi biologi hendak menerangkan struktur daun maka
guru dapat membawa dedaunan asli. Sehingga daun dapat digolongkan sebagai alat bantu dan
pohon sebagai sumber belajar. Sumber belajar dikelompokkan menjadi lima menurut Udin
Saripudin Winata Putra (199; 65) dalam Syaiful Bahri Djmarah (2002), yakni: manusia;
buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan dan media pendidikan. Sehingga sumber
belajar dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk bahan ajar.
Perpustakaan sekolah merupakan sumber belajar untuk mendukung efektivitas
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) disekolah. Dalam penerapan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) maupun Kurikulum berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah maka pengajaran diarahkan pada pembekalan keterampilan pada siswa
dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Sehingga siswa tidak terjebak dalam hutan literasi
informasi. Pengelola perpustakaan harus tanggap terhadap hal tersebut. Karena kemampuan
siswa dalam mengenali informasi yang dibutuhkan, mencari, menseleksi, mengevaluasi dan
menyampaikannya kepada orang lain merupakan kemampuan yang dibutuhkan seumur
hidup. Kemampuan tersebut akan mempermudah anak meningkatkan pengetahuannya baik
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun pada saat ia bekerja. Untuk dapat
melaksanakan program tersebut perlu ditunjang oleh:


Pertama,kebijakan kepala sekolah dalam mengkaitkan perpustakaan sekolah dengan
program kurikuler maupun ekstra kurikuler.



Kedua, kompetensi pengelola perpustakaan sekolah.



Ketiga, koleksi perpustakaan yang memadai.

6



Keempat, sarana dan prasarana perpustakaanyang menunjang layanan perpustakaan
sekolah termasuk sarana teknologi informasi.
Masalah yang dihadapi oleh sebagian besar perpustakaan sekolah di Indonesia adalah

kurang/tiadaannya tenaga perpustakaan sekolah yang memadai baik jumlah maupun
kompetensinya, kurangnya koleksi sarana dan prasarana, tidak adanya sarana teknlogi
informasi di sekolah. Untuk mengatasi hal itu, sudah ada upaya yang dilakukan pemerintah,
diantaranya memberikan pelatihan, block grant dalam pengadaan ruangan perpustakaan,
pembelian buku, penyusunan berbagai pedoman dan standar untuk perpustakaan sekolah,
serta pengembangan sistem layanan terpadu perpustakaan sekolah.
Terlepas dari segala masalah yang membelit perpustakaan sekolah maka pengelola
perpustakaan haruslah inovatif dalam pengembangan literasi informasi. Berkaitan pada
pembahasan diatas yakni: metode pembelajaran kelompok sebagai sarana menumbuhkan
minat baca maka pengelola perpustakaan dapat memodifikasi konsep multilevel marketing
(penjualan berjaringan) dalam menunjang program tersebut. Penjelasan teknisnya sebagai
berikut: Guru bidang studi Bahasa Indonesia menugaskan kelompok belajar yang telah
terbentuk untuk mendalami sebuah tema tertentu. Guru turut mengarahkan siswa untuk
mencari sumber-sumber material pendukungnya diperpustakaan sekolah. Selanjutnya terjadi
serah terima antara guru dan pengelola perpustakaan sekolah yang bertugas membimbing
kelompok-kelompok tersebut dalam hal literasi informasi yang meliputi: mencari,
menseleksi, mengevaluasi dan menyampaikannya. Selama proses ini, pengelola perpustakaan
turut menyediakan bahan ajar yang menunjang dan berkoordinasi dengan guru yang
bersangkutan untuk menentukan strategi pengayaan. Tiap-tiap anggota kelompok dibebani
kewajiban meresume satu buku yang berlainan judul dengan anggota lain. Namun buku-buku
tersebut mempunyai kesesuaian topik penugasan. Hasil resume tersebut didiskusikan terlebih
dahulu pada tingkat kelompok. Jika diskusi telah selesai maka antar anggota kelompok saling
menukarkan buku yang telah dibacanya dan begitu seterusnya. Jika satu kelompok
beranggotakan 10 orang maka kesepuluh orang tersebut telah membaca sepuluh buku dengan
judul yang berbeda. Selanjutnya hasil diskusi tingkat kelompok tersebut dipresentasikan
dalam forum pada waktu yang telah ditentukan. Konsep tersebut disebut juga multilevel
reading atau membaca berjaringan. Konsep tersebut dapat dijalankan jika terjalin koordinasi
antara guru, murid dan pustakawan. Serta penerapan konsep multilevel reading terintegrasi
dengan konsep belajar kelompok.

7

BAB. IV
PENUTUP
Rendahnya motivasi membaca dan strategi pembelajaran yang tidak tepat merupakan
hambatan proses KBM. Membaca identik dengan aktivitas individual yang membosankan.
KBK memberikan peluang kepada siswa dan guru bidang studi Bahasa Indonesia untuk
meningkatkan ketrampilan membaca. Strategi pembelajaran yang sesuai adalah pendekatan
pembelajaran kelompok.
Pembentukan kelompok belajar (Kejar) berdasar atas sifat manusia sebagai mahluk sosial.
Selain itu, KBM menjadi tidak ideal jika melihat ketidakseimbangan rasio antara guru dan
murid. Kelompok belajar merupakan strategi guru untuk mengelola KBM secara efektif.
Pengelompokkan anggota kejar dapat berdasar kesamaan minat dan kemampuan. Setelah
kelompok belajar terbentuk maka guru menerapkan pembelajaran tematik dengan
memberikan serangkaian tugas secara kontinyu, terarah dan terukur. Tugas tersebut dapat
berupa permasalahan lintas bidang studi yang tengah terjadi dilingkungan sekitar siswa. Hal
tersebut dimaksudkan memotivasi kelompok belajar untuk menemukan akar permasalahan
dan solusinya melalui penelusuran pada sumber-sumber informasi dan diskusi. Diharapkan
dalam proses tersebut terjadi dinamika kelompok yang merangsang anggota-anggotanya
untuk berpikir kritis dan melahirkan ide-ide inovatif.
Perpustakaan sekolah merupakan sumber belajar untuk mendukung efektivitas (KBM)
disekolah. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Pengelola perpustakaan harus tanggap terhadap hal tersebut dengan cara
membimbing penggunanya untuk mengenali informasi yang dibutuhkan, mencari,
menseleksi, mengevaluasi dan menyampaikannya. Pengelola perpustakaan haruslah inovatif
dalam pengembangan literasi informasi di sekolah. Berkaitan pada pembahasan diatas maka
pengelola perpustakaan dapat berkoordinasi dengan guru Bahasa Indonesia untuk
mengembangkan minat baca dan keterampilan literasi informasi disekolah.
Metode pembelajaran kelompok dapat diintegrasikan dengan multilevel reading sehingga
kedua tujuan tersebut dapat tercapai.

8

DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri; Aswan Zain (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka
Cipta.
Sutirjo; Mamik, Sri Istuti. (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004.
Malang. Bayu Media.
Surjadi, A.(1989.) Membuat siswa aktif Belajar: 65 cara belajar mengajar dalam
kelompok.Bandung. Penerbit Mandar Maju.
Tarigan, Henry Guntur. (1986). Menulis: Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung.
Angkasa

9

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124