PERKEMBANGAN PASAR MODAL SYARIAH DI INDO (1)
Dikta
Jurnal Ekonomi Yarsi
PERKEMBANGAN PASAR MODAL SYARIAH DI
INDONESIA
NURUL HUDA
Abstract
The Jakarta Islamic Index (JIT) has been used in Jakarta Stock Exchange since
2000, although Indonesia Islamic Capital market launched officially on march,
14, 2003. The performance of Islamic capital market products in general show a
good enough growth. From the legal aspect, Islamic capital market in Indonesia
still need regulation. The mechanism of capital market have to completed to
prevent the entrance of riba maysir, and ghorar practices
Keyword : Islamic capital market, performance, Mechanism
LATAR BELAKANG
Pasar modal (capital market)
merupakan pasar untuk berbagai
instrument keuangan jangka panjang
yang bisa diperjual belikan, baik
dalam bentuk utang (obligasi)
maupun maupun modal sendiri
(saham). Kegiatan pasar modal
Indonesia diatur dalam UU No. 8
tahun 1995 (Undang-Undang Pasar
Modal /UUPM)
UUPM tidak membedakan
apakah kegiatan pasar modal tersebut
dilakukan dengan prinsip-prinsip
syariah atau tidak. Dengan demikian ,
berdasarkan UUPM, kegiatan pasar
modal Indonesia dapat dilakukan
dengan prinsip-prinsip syariah dan
dapat pula dilakukan tidak sesuai
dengan
prinsip
syariah
(konvensional).
Prinsip pasar modal syariah
tentunya berbeda dengan pasar
modal
konvensional.
Sejumlah
instrumen syariah di pasar modal
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
sudah
diperkenalkan
kepada
masyarakat, misalkan saham Syariah,
obligasi syariah dan reksadana
syariah. Pasar modal syariah pun
sudah diluncurkan pada tanggal 14
Maret
2003.
Banyak
kalangan
meragukan manfaat diluncurkannya
pasar modal syariah ini. Ada yang
mencemaskan nantinya akan ada
dikotomi dengan pasar modal yang
ada. Akan tetapi Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) menjamin
tidak akan ada tumpang tindih
kebijakan yang mengatur, justru
dengan diluncurkannya pasar modal
syariah ini, akan membuka ceruk
baru di lantai bursa.
Menurut
Karim
dalam
Hamidi (2003, 268) peluncuran pasar
modal syariah ini menjadi penting
karena banyak ketentuan baru yang
akan
dikeluarkan
Bapepam.
Sekurang-kurangnya akan ada lima
(5) ketentuan baru yang akan
mengatur perjalanan pasar modal
ISSN 1411 – 0776
63
Dikta
syariah : (1) menyangkut kebijakan
umum, ketentuan ini akan membahas
kedudukan Dewan Syariah Nasional
(DSN) dan Bapepam dalam kaitannya
dengan pengembangan pasar modal
syariah.
(2)Ketentuan
kedua
mengenai proses emisi saham
syariah, regulasi ini akan menjadi
rujukan emiten baru yang ingin
dicatat dalam daftar saham syariah
(3) Menyangkut indeks syariah yang
akan menjadi pedoman penyusunan
emiten-emiten yang layak masuk
syariah (4) Menyangkut instrumen
obligasi syariah (5) Menyangkut
tentang reksadana syariah
Dalam
Perkembangan
terakhir Badan Pengawas Pasar
Modal
(Bapepam)
menetapkan
pengembangan pasar modal syariah
sebagai salah satu prioritas kerja lima
tahun ke depan. Rencana tersebut
dituangkan dalam Master Plan Pasar
Modal Indonesia 2005-2009. Dengan
program ini, pengembangan pasar
modal syariah memiliki arah yang
jelas dan makin membaik. ''Pasar
modal syariah tumbuh sangat baik.
Karena itu, dalam lima tahun ke
depan, Bapepam memprioritaskan
pengembangan pasar modal syariah
sekaligus dengan produk pasar
modal syariah (www.bapepam.go.id)
). Menurut ketua Bapepam
,
berkembangnya produk pasar modal
berbasis syariah juga merupakan
potensi dan sekaligus tantangan
pengembangan pasar modal di
Indonesia. Lebih lanjut dinyatakan
ada dua strategi utama yang
dicanangkan
Bapepam
untuk
mecapai pengembangan pasar modal
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
Jurnal Ekonomi Yarsi
syariah dan produk pasar modal
syariah. Pertama, mengembangkan
kerangka hukum untuk memfasilitasi
pengembangan pasar modal berbasis
syariah. Yang kedua, mendorong
pengembangan produk pasar modal
berbasis syariah. Selanjutnya, dua
strategi utama tersebut dijabarkan
Bapepam menjadi tujuh implementasi
strategi :
mengatur penerapan prinsip
syariah
menyusun standar akuntansi
mengembangkan profesi pelaku
pasar.
sosialisasi prinsip syariah
mengembangkan produk
menciptakan produk baru.
meningkatkan kerja sama dengan
Dewan Syariah Nasional (DSN)
MUI
Harus diakui, jika dilihat dari
sudut regulasinya, perkembangan
Pasar Modal Syariah masih jalan di
tempat. Namun kalau kita melihatnya
dari sisi instrumen dan pelakunya,
rasanya kita boleh berbesar hati.
Tulisan ini mencoba memberikan
gambaran keberadaan Pasar Modal
Syariah Indonesia dalam usianya
yang sudah lebih dari dua tahun.
PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang
maka permasalahan yang akan
dibahas dalam tulisan ini :
1. Bagaimana Kinerja Pasar Modal
Syariah Indonesia ?
2. Bagaimana pengaturan Pasar
Modal Syariah Indonesia ?
3. Bagaimana spekulasi dalam
pasar modal syariah ?
ISSN 1411 – 0776
64
Dikta
Jurnal Ekonomi Yarsi
PEMBAHASAN
Kinerja
Pasar
Modal
Syariah
Indonesia
Dalam melihat kinerja pasar
modal syariah maka indikator yang
dapat digunakan antara lain dengan
melihat perkembangan instrumeninstrumen (produk-produk) yang ada
pada pasar modal syariah, hal ini
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Obligasi Syariah
Diawali dengan gebrakan
Indosat pada akhir 2002 – bahkan
sebelum Pasar Modal Syariah resmi
berdiri -- yang menerbitkan obligasi
syariah mudharabah (skim bagi hasil)
senilai Rp 175 miliar, instrumen ini
mulai menarik perharian pelaku
pasar modal. Maka pada 2003
mulailah
sejumlah
perusahaan
menerbitkan instrumen sejenis, yakni
PT
Ciliandra
Perkasa,
PT
Pembangunan Perumahan, PT Berlian
Laju Tanker, dan PT Sinar Baru
Lampung. Tentu saja tak ketinggalan
sejumlah Lembaga Keuangan Syariah
seperti Bank Muamalat, Bank Syariah
Mandiri dan Bukopin Syariah.
Tabel 1
Obligasi Yang diterbitkan dengan Skema Mudharabah dan Ijarah
Emiten
Rating
Nilai Emisi
Tenor
Indikasi
Return
Indosat
AA+
Rp. 175 milyar
5 tahun
15.75%
Berlian Laju Tanker
A-
Rp. 60 milyar
5 tahun
14.75%
Bank Bukopin
BBB+
Rp. 45 milyar
5 tahun
13.75%
Bank Syariah Mandiri
BBB
Rp. 200 milyar
5 tahun
13.00%
Ciliandra Perkasa
BBB
Rp. 60 milyar
5 tahun
17.70%
Bank Muamalat (Sub)
BBB-
Rp. 200 milyar
7 tahun
17.00%
Perkebunan Nusantara VII
BBB+
Rp. 75 milyar
5 tahun
13.875%
Dan 7 (tujuh) Obligasi Syariah Ijarah yang telah diterbitkan, yaitu:
Emiten
Rating
Nilai Emisi
Tenor
Indikasi
Return
Matahari Putra Prima
A+
Rp. 150 milyar
5 tahun
13.80%
Citra Sari Makmur
BBB/ A- (Kasnic)
Rp. 100 milyar
5 tahun
13.50 - 14.50%
Sona Topas
A+ (Kasnic)
Rp. 52 milyar
5 tahun
13.40 - 15.00%
Indorent
A (Kasnic)
Rp 100 milyar
4 tahun
13.25%
Humpuss Intermoda
A
Rp 122 milyar
5 tahun
14.75%
Berlina
A
Rp 85 milyar
5 Tahun
13.75%
Apexindo Pratama
A-
Rp 240 milyar
5 tahun
12.25%
Indosat IV
AA+
Rp 285 Milyar
12.00%
Ricky Putra Globalindo
BBB+
Rp 60.4 Milyar
15.25%
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
ISSN 1411 – 0776
65
Dikta
Tak kalah menariknya adalah
perkembangan yang terjadi di tahun
2004. Pada bulan Maret PT Matahari
Putra Prima Tbk menerbitkan obligasi
syariah ijarah (sewa menyewa/leasing
bonds). Perusahaan yang bergerak
dalam penjualan barang-barang ritel
itu mengeluarkan obligasi senilai Rp
300 miliar, sebanyak Rp 100 miliar di
antaranya adalah obligasi syariah
dengan skema ijarah. Menyusul
setelah itu, sejumlah perusahaan juga
menerbitkan obligasi syariah baik
dengan skema mudharabah (bagi
hasil) maupun ijarah (sewa).
Dari tabel 2 terlihat indikasi
return berada pada interval 12%-17%.
Sejauh ini skim yang muncul baru
dua jenis yaitu skim ijarah dan
mudharabah.
Bila
kita
coba
bandingkan kedua skim tersebut,
maka pada skim ijarah, investor akan
memperoleh return tetap berupa
pembayaran sewa dari emiten.
Sedangkan pada skim mudharabah,
return investor naik turun, sesuai
dengan naik turunnya pendapatan
dari proyek yang didanai dengan
obligasi itu.
Namun yang menarik adalah,
dari
sejumlah
emiten,
terlihat
keragaman jenis usahanya. Mulai dari
perusahan
telekomunikasi,
perkebunan,
retail,
lembaga
keuangan,
transportasi,
jasa
penyewaan mobil bahkan juga
industri wisata. Itu menunjukkan,
batasan syariah dalam menentukan
jenis usaha, tetap mempunyai
keragaman yang baik pada jenis
usaha yang dibiayai.
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
Jurnal Ekonomi Yarsi
Instrumen Sukuk
Pada prinsipnya sukuk atau
obligasi syariah adalah surat berharga
sebagai instrumen investasi yang
diterbitkan
berdasarkan
suatu
transaksi atau akad syariah yang
melandasinya (underlying transaction).
Sukuk dapat berupa ijarah (sewa),
mudharabah (bagi-hasil), musyarakah atau yang lain. Sukuk yang
sekarang sudah banyak diterbitkan
adalah berdasar akad sewa (sukuk alijarah), dimana hasil investasi berasal
dan
dikaitkan
dengan
arus
pembayaran sewa aset tersebut.
Meskipun demikian, sukuk dapat
pula diterbitkan berdasar akad
syariah yang lain.
Penerbitan
instrumen
investasi ini dapat dipandang sebagai
inovasi baru dalam keuangan syariah
Sukuk bukan instrumen utang
piutang dengan bunga (riba), seperti
obligasi yang kita kenal dalam
keuangan
konvensional,
tetapi
sebagai instrumen investasi. Sukuk
diterbitkan dengan suatu underlying
asset dengan prinsip syariah yang
jelas.
Pada bulan Maret 2004
Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama
Indonesia
(DSN
MUI)
mengeluarkan fatwa baru tentang
obligasi syariah. Lembaga tersebut
membolehkan
Pemerintah
RI
maupun perusahaan-perusahaan bila
ingin menerbitkan obligasi syariah
dengan skim ijarah.
ISSN 1411 – 0776
66
Dikta
Pemerintah
Indonesia,
disarankan
beberapa
lembaga
keuangan
internasional,
untuk
menerbitkan sukuk atau obligasi
syariah, dan dijual kepada para
investor khususnya di Timur Tengah.
Ini menarik karena sukuk dipandang
dari sisi produk baru investasi
syariah, mulai banyak diterbitkan di
sejumlah negara dan diminati
investor Timur Tengah.
Jika
sampai
saat
ini
Pemerintah belum juga menerbitkan
sukuk
lebih
disebabkan
ada
hambatan teknis untuk menerbitkan
obligasi negara. Hambatan utama
adalah
masih
adanya
kendala
perundang-undangan.
Mudahmudahan
di
tahun
2005
ini
pemerintah dapat menerbitkan sukuk
karena beberapa negara Asia seperti
Malaysia, Philiphina dan pada
Januari lalu Pakistan pun telah
menerbitkan sukuk
Saham Syariah
Produk syariah lain di BEJ,
yang juga muncul sebelum hadirnya
pasar Modal Syariah adalah Jakarta
Islamic Index (JII). JII merupakan
pengelompokkan saham-saham 30
emiten yang dipandang paling
mendekati kriteria syariah. Mulai
diluncurkan pada tahun 2000, seleksi
yang dilakukan terhadap sahamsaham yang dimasukkan dalam
kelompok JII meliputi seleksi yang
bersifat normatif dan finansial.
Jurnal Ekonomi Yarsi
bertentangan dengan prinsip syariah,
yang meliputi :
Sedangkan seleksi finasial meliputi :
1.
2.
3.
4.
Seleksi normatif meliputi
kegiatan
usaha
emiten
yang
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
Usaha perjudian dan permainan
yang
tergolong
judi
atau
perdagangan yang dilarang
Usaha
lembaga
keuangan
konvensional (ribawi) termasuk
perbankan
dan
asuransi
konvensional
Usaha
yang
memproduksi,
mendisrtibusi
serta
memperdagangkan makanan dan
minuman yang tegolong haram
Usaha
yang
memproduksi,
mendistribusi serta menyediakan
barang-barang atau jasa yang
merusak moral dan bersifat
mudarat
Memilih
kumpulan
saham
dengan jenis usaha utama yang
tidak
bertentangan
dengan
prinsip hukum islam dan sudah
tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali
bila termasuk dalam sahamsaham 10 berkapitalisasi besar)
Memilih saham berdasarkan
laporan tahunan atau tengah
tahunan berakhir yang memiliki
kewajiban
terhadap
aktiva
maksimal sebesar 90 %
Memilih 60 saham dari susunan
di atas berdasarkan urutan ratarata kapitalisasi pasar ( market
capitalization)terbesar
selama
satu tahun terakhir
Memilih 30 saham dengan urutan
berdasarkan tingkat likuiditas
ISSN 1411 – 0776
67
Dikta
Jurnal Ekonomi Yarsi
rata-rata
nilai
perdagangan
selama satu tahun terakhir
Dengan
mengacu
pada
proses seleksi yang dilakukan
terhadap saham-saham yang tercatat
pada JII, terlihat bahwa saham-saham
JII tidak hanya sesuai dengan kriteria
syariah tetapi juga merupakan
saham-saham pilihan dalam hal
kapitalisasi pasar tertinggi serta
volume perdagangan juga tertinggi.
Pada negara Malaysia proses skrining
dapat dilihat pada gambar 1 berikut :
Gambar 1
SCREENING PROCESS OF SAC, SECURITIES COMMISION (SC)
MALAYSIA
STAGE I
Company
Activity
Operations based
on riba
Operations
involving
gambling
Manufacture and
or sale of haram
products
Operations
containing
element of gharar
(uncertainty)
STAGE II
N
O
Additional Criteria
Haram elements
is small compared
to core activities
Public
image
good
of
the
company is good
Core activities of
the company have
importance and
maslahah to the
muslimummah
and Country
Ye
Yes
Permissible
No
s
DROP
Penelitian
Rachmayanti
(2003), menarik untuk dicermati. Ia
menemukan juga bahwa proses
skrining
berdasarkan
syariah
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
DROP
memberikan
pengaruh
positif
terhadap kinerja portofolio saham
syariah.
Dari
penelitian
yang
mengambil rentang waktu tahun 2001
ISSN 1411 – 0776
68
Dikta
sampai tahun 2002, terlihat bahwa
pada tahun 2001 kinerja portofolio
saham syariah
bisa mengungguli
kinerja portfolio saham konvensional
untuk kriteria Sharpe Index dan
Treynor Index. Portofolio saham
konvensional hanya unggul pada
pengukuran dengan Jensen’s Alpha.
Dalam hal ini portofolio saham
syariah unggul pada kriteria return
dan risk (level total risiko dan risiko
pasar).
Selain itu penelitian Huda
(2003) yang membandingkan indeks
LQ-45 dengan Jakarta Islamic Index
(JII) memberikan hasil bahwa secara
rata-rata return saham kelompok JII
lebih besar dibandingkan dengan LQ45 begitupula dengan tingkat risiko.
Nilai beta saham-saham yang tercatat
pada kelompok JII secara rata-rata
untuk periode tahun 2002 dan tahun
2003
memiliki nilai beta saham
kurang dari 1 (< 1) , hal ini berarti
secara
rata-rata
risiko
saham
kelompok
JII
rendah
bila
dibandingkan dengan risiko saham
dalam
kelompok
LQ-45
yang
memiliki beta lebih besar dari satu ( >
1)
Perhitungan
lain
memperlihatkan, selama akhir tahun
2004 hingga awal Januari 2005
diperoleh return kelompok JII pada
bulan Desember sebesar 1,23 %
sedangkan return IHSG 1,92%.
Memasuki tahun 2005 (bulan Januari
) return JII sudah melewati return
IHSG.
Memang tak selamanya JII
menunjukkan keunggulan, namun
ada baiknya penelitian semacam itu
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
Jurnal Ekonomi Yarsi
terus dilakukan untuk melihat sejauh
mana skrining berdasarkan kriteria
syariah memberikan pengaruh pada
kinerja portofolio saham.
Tabel 2
Perbandingan Return JII dan
IHSG
Bulan
IHSG
JII
November
2004
Desember
2004
Januari
2005
981
162
1000
1045
Sumber
diolah)
:
www.
Return
IHSG
Return
JII
164
1,92 %
1,23 %
174
4,40%
5,92%
Jsx.co.id
(data
Reksadana Syariah
Selain obligasi dan saham,
maka produk pasar modal syariah
yang lain yaitu reksadana syariah.
Beberapa reksadana syariah yang
diluncurkan pada tahun 2004 sebagai
berikut : Pada Januari 2004 PT
Permodalan
Nasional
Madani
Investment Management (PNM-IM)
melakukan kerja sama dengan Bank
Internasional Indonesia (BII) Syariah
Platinum Access untuk memasarkan
reksadana syariah. BII Syariah
Platinum Access, dalam hal ini,
berperan sebagai agen penjual
sekaligus bank penerima pembayaran
reksadana PNM Syariah yang
dikelola PNM-IM. Saat ini dana
kelolaan reksadana syariah PNM-IM
hanya sekitar Rp 48 miliar dari
keseluruhan
kelolaan
reksadana
sekitar Rp 78 miliar.
Agustus
2004
Manajer
investasi
PT
Andalan
Artha
ISSN 1411 – 0776
69
Dikta
Advisindo (AAA) Sekuritas bekerja
sama dengan unit usaha syariah Bank
Danamon
meluncurkan
produk
reksadana syariah. Produk reksadana
yang diberi nama AAA Syariah Fund
tersebut
dimaksudkan
untuk
melayani
nasabah
yang
membutuhkan layanan pengelolaan
investasi berprinsip syariah.
September
2004
PT
Permodalan
Nasional
Madani
Investment Management (PNM-IM)
meluncurkan dua produk reksadana
terbarunya, yaitu reksadana PNM
Amanah Syariah dan reksadana PNM
PUAS (Pasar Uang Andalan Saya).
Kedua jenis reksadana ini melengkapi
produk reksadana PNM-IM yang
sudah lebih dulu dipasarkan.
November
2004,
Bank
Syariah
Mandiri
meluncurkan
produk reksadana syariah. bekerja
sama dengan Mandiri Sekuritas
selaku manajer investasi dan Deutche
Bank sebagai bank kustodian, produk
reksadana syariah ini menawarkan
pilihan investasi dengan return yang
lebih menarik kepada nasabah BSM.
Desember 2004 Manajemen
PT Bhakti Asset Management (BAM)
mengeluarkan produk reksadana
baru yang diberi nama BIG Dana
Syariah. Reksadana ini merupakan
reksa dana terbuka berbentuk
Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
dengan hasil investasi yang bersih
dari unsur riba dan gharar.
Dari segi return reksadana
syariah masih lebih kecil dari
reksadana konvensional. Hal ini
disebabkan portofolio reksadana
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
Jurnal Ekonomi Yarsi
syariah
masih
sangat
terbatas
(misalnya tidak boleh investasi pada
pasar valuta asing kecuali spot
market, tidak boleh menginvestasikan
dana pada sektor usaha yang tidak
halal seperti perbankan konvensional,
rokok,
atau
perusahaan
yang
memproduksi minuman keras) . Hasil
penelitian Karim Business Consulting
(KBC) rata-rata reksadana syariah
untuk kategori pendapatan tetap (fix
income) memberikan return 11,60.
Sedangkan, reksadana konvensional
memberikan return rata-rata 13,89.
Untuk kategori campuran pun,
reksadana syariah memberi return di
bawah
reksadana
konvensional.
Rekdasana
syariah
memberikan
return rata-rata 23,62 dan reksadana
campuran konvensional memberikan
return 64,31. Dari hasil ini jelas
reksadana dengan fix income masih
kompetitif jika dibandingkan dengan
reksadana konvensional.
Jika kita coba bandingkan
return untuk masing-masing produk
yang ada pada portofolio reksadana
misalnya deposito maka return
syariah lebih tinggi dibandingkan
dengan return konvensional ataupun
untuk produk obligasi (bonds). Jadi
return konvensional besar karena
portofolio reksadananya lebih banyak
pada produk-produk yang bersifat
spekulatif (valuta asing).
Namun reksadana syariah
juga memiliki kelebihan. Salah
satunya adalah adanya Peraturan
Bank Indonesia tentang Kualitas
Aktiva Produktif
bagi Bank
ISSN 1411 – 0776
70
Dikta
Jurnal Ekonomi Yarsi
Syariah yang dikeluarkan pada 2003.
Antara lain, aturan itu menyebutkan,
“Reksadana berdasarkan prinsip
syariah dikategorikan sebagai Aktiva
Produktif Lancar, dengan tiga syarat,
yaitu: memiliki Nilai Aktiva Bersih
/NAB lebih besar daripada nilai
investasi awal.; memiliki likuiditas
tinggi sehingga dapat dicairkan
dalam waktu tujuh hari; dan memiliki
tingkat
risiko
yang
rendah.
Sedangkan yang dimaksud tingkat
risiko rendah, apabila reksadana
syariah tersebut tidak masuk ke
instrumen saham, ataupun jika
masuk ke instrumen saham minimal
memegang 10 macam saham.”
Peraturan ini jelas sangat
membantu,
karena
aturan
sebelumnya menyebutkan perbankan
syariah harus mencadangkan 100
persen atas penempatan investasi di
reksadana syariah, terutama yang
masuk ke instrumen saham.Dengan
aturan baru itu bisa disimpulkan, bila
perbankan
syariah
melakukan
investasi di reksadana syariah, bank
itu hanya memerlukan pencadangan
Aktiva Produktif Lancar, yakni
sebesar 1 persen, untuk memenuhi
peraturan Bank Indonesia.
Regulasi lain yang tidak
kalah menariknya adalah Peraturan
Bank Indonesia tentang Fasilitas
Pembiayaan Jangka Pendek Syariah
(FPJPS) Bagi Bank Syariah. Dalam
aturan itu, antara lain disebutkan,
“Reksadana Syariah merupakan salah
satu surat berharga yang bisa
digunakan bank syariah sebagai
agunan untuk mendapatkan FPJPS
dari Bank Indonesia”.
Tabel 3
Reksadana Syariah
Nama Reksa Dana
Jenis
Manajer Investasi Peluncuran
NAB(28/12/05)
BNI Dana Syariah
Dompet Dhuafa Batasa Sy.
I Haji Syariah Fund
PNM Amanah Syariah
Lautandhana Syariah Fund
Pend. Tetap
Pend. Tetap
Pend. Tetap
Pend. Tetap
Pend. Tetap
BNI Securities
Batasa Capital
Insight Investment
PNM Investment
Lautandhana
23-Apr-04
26-Jul-04
17-Jan-05
01-Sep-04
09-Sep-05
IDR
IDR
IDR
IDR
IDR
10.44 bio
20.32 bio
18.74 bio
33.68 bio
14.65 bio
AAA Syariah Fund
AAA Amanah Syariah Fund
Batasa Syariah
BNI Dana Plus Syariah
BSM Investa Syariah
Danareksa Sy. Berimbang
PNM Syariah
IPB Syariah
Rifan Capital Syariah Flexi
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
AAA Sekuritas
28-Des-04
AAA Sekuritas
21-Jun-05
Batasa Capital
22-Jul-03
BNI Securities
23-Apr-04
Mandiri MI
25-Jun-04
Danareksa
01-Des-00
PNM Investment
25-Mei-00
Kresna Graha Sek. 15-Des-05
Recapital Asset Mgt 10-Aug-05
IDR
IDR
IDR
IDR
IDR
IDR
IDR
IDR
IDR
10.79 bio
22.14 bio
87.64 bio
4.69 bio
12.21 bio
11.70 bio
44.07 bio
9.11 bio
48.93 bio
Total NAB
IDR 349.11 bio
*) NAB Reksa Dana Syariah 1 Agustus 2005 (pra-redemption) = IDR 1,081.76 bio
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
ISSN 1411 – 0776
71
Dikta
Jurnal Ekonomi Yarsi
Hingga saat ini terdapat 3 (tiga) reksa dana syariah yang ditutup, yaitu
:
Nama Reksa Dana
BIG Dana Syariah
Rifan Syariah
Danareksa Syariah
Jenis
Manajer Investasi
Pend. Tetap
Campuran
Campuran
Bhakti Asset Mgt
Rifan Asset Mgt
Danareksa Inv Mgt
Selain kinerja di atas Ketua
Bapepam juga memberikan penilaian
terhadap pasar modal syariah yang
dapat diringkas sebagai berikut :
Sampai dengan Juli 2005, kinerja
produk pasar modal berbasis
syariah cukup menggembirakan.
Saham perusahaan yang tercatat
pada Jakarta Islamic Index (JII)
menunjukkan kinerja baik dan
meningkat 20,9 persen dari 164
poin menjadi 198,2 poin pada
akhir Juli lalu. Kapitalisasi
pasarnya juga naik 47,9 persen
dari Rp 263,8 triliun di 2004
menjadi Rp 390,2 triliun, Juli
2005.
Sementara dari pasar obligasi,
Bapepam telah mengeluarkan
pernyataan efektif untuk tiga
emiten
yang
menawarkan
obligasi berbasis syariah mereka
ke pasar. Tiga emiten ini
membukukan total nilai emisi
sebesar Rp 585 miliar. Sehingga
sampai dengan Juli 2005, telah
tercatat secara kumulatif ada 16
emiten
yang
menawarkan
obligasi syariah mereka dengan
total nilai emisi Rp 2 triliun.
''Obligasi syariah tumbuh 23
persen
dan
nilai
emisinya
tumbuh
143
persen
jika
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
Penutupan
14-Sep-05
30-Apr-04
12-Mei-03
dibanding akhir tahun lalu,.
Sedangkan di sisi reksa dana,
telah ada tiga reksa dana syariah
yang diluncurkan sejak awal
Januari sampai Juli 2005. Secara
kumulatif telah terdaftar 12 reksa
dana syariah, di mana telah
terjadi peningkatan 20 persen
dari tahun lalu.
Dana yang dikelola fund manager
juga menunjukkan pertumbuhan
yang cukup signifikan. Pada
akhir 2004 tercatat ada Rp 413,9
miliar dana kelola reksa dana
syariah. Sedangkan, posisi akhir
Juli mencatatkan pertumbuhan
166,6 persen dengan total dana
kelola
reksa
dana
syariah
mencapai Rp 1,1 triliun.
Pengaturan Pasar Modal Syariah
Indonesia
Dari gambaran kinerja pasar
modal syariah di atas, maka bisa
dinyatakan secara umum kinerja dan
perkembangannya
cukup
mengembirakan, tentunya kita tidak
boleh puas dengan kondisi tersebut.
Karena dari sudut pengaturan pada
pasar modal syariah belum terlihat
adanya progres yang cukup berarti.
Menurut metwally (1995, 177) fungsi
dari keberadaan pasar modal syariah
:
ISSN 1411 – 0776
72
Dikta
Jurnal Ekonomi Yarsi
1) Memungkinkan bagi masyarakat
berpartispasi dalam kegiatan
bisnis
dengan
memperoleh
bagian dari keuntungan dan
risikonya.
2) Mmungkinkan para pemegang
saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas
3) Memungkinkan
perusahaan
meningkatkan modal dari luar
untuk
membangun
dan
mengembangkan
lini
produksinya
4) Memisahkan operasi kegiatan
bisnis dari fluktuasi jangka
pendek pada harga saham yang
merupakan ciri umum pada
pasar modal konvensional
5) Memungkinkan investasi pada
ekonomi itu ditentukan oleh
kinerja
kegiatan
bisnis
sebagaimana tercermin pada
harga saham.
Sedangkan
karakteristik
yang
diperlukan dalam membentuk pasar
modal syariah (Metwally, 1995, 178179) adalah sebagai berikut :
1) Semua
saham
harus
diperjualbelikan pada bursa efek
2) Bursa
perlu
mempersiapkan
pasca
perdagangan
dimana
saham dapat diperjualbelikan
melalui pialang
3) Semua
perusahaan
yang
mempunyai saham yang dapat
diperjualbelikan di Bursa efek
diminta
menyampaikan
informasi tentang perhitungan
(account)
keuntungan
dan
kerugian serta neraca keuntungan
kepada komite manajemen bursa
efek, dengan jarak tidak lebih dari
3 bulan
4) Komite manajemen menerapkan
harga saham tertinggi (HST) tiaptiap perusahaan dengan interval
tidak lebih dari 3 bulan sekali
5) Saham tidak boleh diperjual
belikan dengan harga lebih tinggi
dari HST
6) Saham dapat dijual dengan harga
dibawah HST
7) HST ditetapkan dengan rumus
sebagai berikut :
HST = Jumlah Kekayaan bersih perusahaan
Jumlah saham yang diterbitkan
Komite
manajemen
harus
memastikan
bahwa
semua
perusahaan yang terlibat dalam
bursa efek itu mengikuti standar
akuntansi syariah
8) Perdagangan saham mestinya
hanya berlangsung dalam satu
minggu periode perdagangan
setelah menentukan HST
9) Perusahaan
hanya
dapat
menerbitkan saham baru dalam
periode
perdagangan,
dan
dengan harga HST
Spekulasi Di Pasar Modal
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
ISSN 1411 – 0776
73
Dikta
Kegiatan spekulasi tidak
berbeda dengan kegiatan mengambil
risiko (risk taking action) yang biasa
dilakukan oleh pelaku bisnis atau
investor. Ada yang membedakan
spekulan dengan pelaku bisnis
(investor) dari derjat ketidak pastian
yang dihadapinya. Spekulan berani
menghadapi sesuatu yang derajat
ketidakpastiannya
tinggi
tanpa
perhitungan, sedangkan pelaku bisnis
(investor) senantiasa menghitunghitung risiko dengan return yang
diterimanya. Spekulan adalah game of
chance sedangkan bisnis game of skill.
Seorang dianggap spekulatif apabila
ia
ditenggarai
memiliki
motif
memanfaatkan
ketidak
pastian
tersebut untuk keuntungan jangka
pendek.
Dengan
karakteristik
tersebut, maka investor yang terjun di
pasar perdana dengan motivasi
mendapatkan capital gain sematamata ketika saham dilepas di pasar
sekunder, bisa masuk ke dalam
golongan spekulan (Sapta, 2002).
Dipasar sekunder pun kita
bisa membedakan antara spekulan
dan investor. Investor di pasar modal
adalah mereka yang memanfaatkan
pasar modal sebagai sarana untuk
berinvestasi
di
perusahaanperusahaan Tbk yang diyakininya
baik dan menguntungkan. Mereka
mendasari keputusan investasinya
pada informasi yang terpercaya
tentang faktor-faktor fundamental
ekonomi dan perusahaan itu sendiri
melalui
kajian
yang
seksama.
Kegiatan investor seperti ini disebut
rational speculation. Para spekulan
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
Jurnal Ekonomi Yarsi
rasional
ini
sesungguhnya
mendorong terciptanya akumulasi
kapital
yang
mendorong
perekonomian secara makro, karena
investasi setiap orang didasari pada
pencapaian performa perusahaa.
Perusahaan Tbk dituntut efisien,
profitable dan prosfektif jika ingin
menarik hati investor di pasar modal.
Berlawanan
dengan
kelompok
investor di atas adalah mereka yang
dikenal
dengan
nama
blind
speculation . Investor-investor buta
tersebut menimbulkan gejala-gejala
negatif
di
pasar
modal
dan
perekonomian seperti perjudian, short
selling, insider trading sampai dengan
isu-isu yang dimaksudkan untuk
menggoreng
harga
saham
perusahaan di pasar.
Pertanyaannya
sekarang
bagaimana pasar modal syariah bisa
meredam spekulasi ? spekulasi
dilarang bukan karena ketidakpastian
yang ada dihadapannya, melainkan
cara orang mempergunakan ketidak
pastian
tersebut.
Manakala
Ia
meninggalkan sense of responsibility
dan rule of law nya untuk memperoleh
keuntungan semata dari adanya
ketidakpastian, itulah yang dilarang
dalam konsep gharar dan maysir
dalam Islam . Al gharar dan maysir
sendiri adalah konsep yang sangat
berkaitan dengan mudharat, negative
result, atau bahaya (hazard).
Di pasar modal, larangan
syariah
di
atas
mesti
dimplementasikan dalam bentuk
ISSN 1411 – 0776
74
Dikta
aturan main yang mencegah praktek
spekulasi, riba, gharar dan maysir.
Salah
satunya
adalah
dengan
menetapkan
minimum
holding
period atau jangka waktu memegang
saham minimum. Dengan aturan ini,
saham tidak bisa diperjualkan setiap
saat, sehingga meredam motivasi
mencar untung dari pergerakan harga
saham semata. Masalahnya, berapa
lama minimum holding period yang
masuk akal ? pembatasan itu
memang meredam spekulasi, akan
tetapi juga membuat investasi di
pasar modal menjadi tidak likuid.
Padahal bukan tidak mungkin
seorang investor yang rasional betulbetul
membutuhkan
likuiditas
mendadak
sehingga
harus
mencairkan saham yang dipeganya,
sedangkan ia terhalang karena belum
lewat
masa
minimum
holding
periodnya. Metwally, seorang pakar
ekonomi
Islam
dan
modelling
economics mengusulkan minum holding
period setidaknya satu pekan. Selain
itu Ia juga memandang perlu adanya
celling price berdasarkan nilai pasar
perusahaan. Lebih lanjut Akram
Khan melengkapi, untuk mencegah
spekulasi di pasar modal maka jual
beli saham harus diikuti dengan serah
terima bukti kepemilikan fisik saham
yang diperjual belikan.
Mengenai
kekhawatiran
bahwa penjualan saham di tengah
masa usaha, akan menimbulkan
kemungkinan gharar, seperti halnya
jual beli ikan di dalam laut dapat
diatasi dengan praktek akuntasi
modern dan adanya kewajiban
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
Jurnal Ekonomi Yarsi
disclosure laporan keuangan kepada
pemilik saham.
Dengan
berbagai
model
penilaian modern saat ini, investor
dan pasar secara luas akan dapat
memiliki pengetahuan tentang nilai
sebuah perusahaan, sehingga sahamsaham dapat diperjual belikan secara
wajar dengan harga pasar yang
rasional. Dalam hal ini, market value
tampaknya lebih mencerminkan nilai
yang lebih wajar dibandingkan
dengan book value. Dengan demikian
dapat ditarik kjesimpulan bahwa
sekuritas –sekuritas dapat diperjual
belikan
dengan
menggunakan
mekanisme pasar sebagai penentu
harga, sehingga capital gain maupun
profit sharing dari dividen dapat
diperoleh.
Mekanisme pasar modal
masih perlu terus disempurnakan
untuk mencegah terbukanya pintu
praktek riba, maysir dan gharar.
Sesuai dengan Wasiat Rasulullah
Muhammad SAW dalam salah satu
sabda beliau :
” Segala sesuatu yang halal dan haram
telah jelas, tetapi diantara keduanya
terdapat hal-hal-hal yang samar dan tidak
diketahui oleh kebanyakan orang. Barng
siapa berhati-hati terhadap hal-hal yang
meragukan, berarti telah menjaga agama
dan kehormatan dirinya... ” (HR :
Bukhari-Muslim)
Kendala
Dan
Strategi
Pengembangan Pasar Modal Syariah
ISSN 1411 – 0776
75
Dikta
Berdasarkan Uraian pada
bagian sebelumnya, terlihat ada
beberapa
kendala
untuk
mengembangkan
pasar
modal
syariah, kendala-kendala tersebut
(Sudarsono : 2003, 194-195) antara
lain :
1.
2.
3.
Belum ada ketentuan yang
menjadi legitimisi pasar modal
syariah dari Bapepam atau
pemerintah, misalnya UndangUndang.
Perkembangan
keberadaan pasar modal syariah
saat ini merupakan gambaran
bagaimana
legalitas
yang
diberikan
Bapepam
dan
pemerintah lebih tergantung dari
permintaan pelaku pasar yang
menginginkan keberadaan pasar
modal syariah
Selama ini pasar modal syariah
lebih populer sebagai sebuah
wacana dimana banyak bicara
tentang bagaimana pasar yang
disyariahkan. Dimana selama ini
praktek pasar modal tidak bisa
dipisahkan dari riba, maysir dan
gharar,
dan
bagaimana
memisahkan ketiganya dari pasar
modal
Sosialisasi instrumen syariah di
pasar modal perlu dukungan dari
berbagai pihak. Karena ternyata
perkembangan pasar modal perlu
dukungan
berbagai
pihak.
Karena ternyata perkembangan
Jakarta
Islamic
Index
dan
reksadana
syariah
kurang
tersosialisasi
dengan
baik
sehingga perlu dukungan dari
berbagai
pihak,
khususnya
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
Jurnal Ekonomi Yarsi
praktisi dan akademisi. Praktisi
dapat menjelaskan keberadaan
pasar modal secara pragmatis
sedangkan
akademisi
bisa
menjelaskan secara ilmiah
Beradasarkan pada kendala –
kendala di atas maka strategi yang
perlu dikembangkan :
1) Keluarnya Undang-Undang Pasar
modal syariah diperlukan untuk
mendukung keberadaan pasar
modal syariah atau minimal
menyempurnakan UUPM No 8
Tahun 1995, sehingga dengan hal
ini
diharapkan
semakin
mendorong perkembangan pasar
modal syariah.
2) Perlu keaktifan dari pelaku bisnis
(pengusaha)
muslim
untuk
membentuk kehidupan ekonomi
yang islami. Hal ini guna
memotivasi meningkatkan image
pelaku
pasar
terhadap
keberadaan instrumen
pasar
modal yang sesuai dengan
syariah
3) Diperlukan
rencana
jangka
pendek dan jangka panjang oleh
Bapepam untuk mengakomodir
perkembangan
instrumeninstrumen syariah dalam pasar
modal. Sekaligus merencanakan
keberadaan pasar modal syariah
di tanah air.
4) Perlu
kajian-kajian
ilmiah
mengenai pasar modal syariah,
oleh karena itu dukungan
akadmisi sangat diperlukan guna
memahamkan
perlunya
keberadaan pasar modal syariah.
ISSN 1411 – 0776
76
Dikta
Jurnal Ekonomi Yarsi
KESIMPULAN
Berdasarkan pada uraian di
atas maka beberapa kesimpulan
dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.
2.
3.
kinerja produk pasar modal
berbasis
syariah
cukup
menggembirakan.
Saham
perusahaan yang tercatat pada
Jakarta
Islamic
Index
(JII)
menunjukkan kinerja baik dan
meningkat 20,9 persen dari 164
poin menjadi 198,2 poin pada
akhir Juli lalu. Kapitalisasi
pasarnya juga naik 47,9 persen
dari Rp 263,8 triliun di 2004
menjadi Rp 390,2 triliun, Juli 2005
Sedangkan
'Obligasi
syariah
tumbuh 23 persen dan nilai
emisinya tumbuh 143 persen jika
dibanding akhir tahun lalu,.
Sedangkan di sisi reksa dana,
telah ada tiga reksa dana syariah
yang diluncurkan sejak awal
Januari sampai Juli 2005. Secara
kumulatif telah terdaftar 12 reksa
dana syariah, di mana telah
terjadi peningkatan 20 persen
dari tahun lalu.
pengaturan pada pasar modal
syariah Indonesia belum terlihat
adanya progres yang cukup
berarti. Hukum positip khusus
pasar modal syariah Indonesia
belum ada, yang ada bar sebatas
Fatwa dari DSN
Mekanisme pasar modal masih
perlu terus disempurnakan untuk
mencegah
terbukanya
pintu
praktek riba, maysir dan gharar
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
DAFTAR PUSTAKA
Achsien
, Iggi (2000), Investasi
Syariah di Pasar Modal,
Menggagas
Konsep
dan
Praktek Manajemen Portfolio
Syariah, Gramedia , Jakarta
Darmadji Tjipto, Hendry (2001), Pasar
Modal di Indonesia, Salemba Empat,
Jakarta
Gunawan, Mohammad Yasni, (2002)
Pasar Modal Syariah, Modal
No. I/I November, Jakarta
Hamidi, Luthfi,(2003), Jejak-Jejak
Ekonomi Syariah, Senayan Abadi
Publishing, Jakarta
Herwidyatmono, (2003), PrinsipPrinsip Pengaturan Pasar
Modal Syariah di Indonesia
(makalah), Peluncuran Pasar
Modal Syariah, Jakarta
Metwally (1995), Teori dan Praktek
Ekonomi Islam, Bangkita Daya Insani,
Jakarta
Sudarsono, Heri (2003), Bank dan
Lembaga Keuangan Syariah,
edisi 2 , Ekonisia, FE-UII,
Yogyakarta
Vogel,
Frank and Samue Hayes
(1998), Islamic Law and
Finance : Religion, Risk and
Return,
Kluwer
Law
International, The Hague,
New York.
ISSN 1411 – 0776
77
Jurnal Ekonomi Yarsi
PERKEMBANGAN PASAR MODAL SYARIAH DI
INDONESIA
NURUL HUDA
Abstract
The Jakarta Islamic Index (JIT) has been used in Jakarta Stock Exchange since
2000, although Indonesia Islamic Capital market launched officially on march,
14, 2003. The performance of Islamic capital market products in general show a
good enough growth. From the legal aspect, Islamic capital market in Indonesia
still need regulation. The mechanism of capital market have to completed to
prevent the entrance of riba maysir, and ghorar practices
Keyword : Islamic capital market, performance, Mechanism
LATAR BELAKANG
Pasar modal (capital market)
merupakan pasar untuk berbagai
instrument keuangan jangka panjang
yang bisa diperjual belikan, baik
dalam bentuk utang (obligasi)
maupun maupun modal sendiri
(saham). Kegiatan pasar modal
Indonesia diatur dalam UU No. 8
tahun 1995 (Undang-Undang Pasar
Modal /UUPM)
UUPM tidak membedakan
apakah kegiatan pasar modal tersebut
dilakukan dengan prinsip-prinsip
syariah atau tidak. Dengan demikian ,
berdasarkan UUPM, kegiatan pasar
modal Indonesia dapat dilakukan
dengan prinsip-prinsip syariah dan
dapat pula dilakukan tidak sesuai
dengan
prinsip
syariah
(konvensional).
Prinsip pasar modal syariah
tentunya berbeda dengan pasar
modal
konvensional.
Sejumlah
instrumen syariah di pasar modal
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
sudah
diperkenalkan
kepada
masyarakat, misalkan saham Syariah,
obligasi syariah dan reksadana
syariah. Pasar modal syariah pun
sudah diluncurkan pada tanggal 14
Maret
2003.
Banyak
kalangan
meragukan manfaat diluncurkannya
pasar modal syariah ini. Ada yang
mencemaskan nantinya akan ada
dikotomi dengan pasar modal yang
ada. Akan tetapi Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) menjamin
tidak akan ada tumpang tindih
kebijakan yang mengatur, justru
dengan diluncurkannya pasar modal
syariah ini, akan membuka ceruk
baru di lantai bursa.
Menurut
Karim
dalam
Hamidi (2003, 268) peluncuran pasar
modal syariah ini menjadi penting
karena banyak ketentuan baru yang
akan
dikeluarkan
Bapepam.
Sekurang-kurangnya akan ada lima
(5) ketentuan baru yang akan
mengatur perjalanan pasar modal
ISSN 1411 – 0776
63
Dikta
syariah : (1) menyangkut kebijakan
umum, ketentuan ini akan membahas
kedudukan Dewan Syariah Nasional
(DSN) dan Bapepam dalam kaitannya
dengan pengembangan pasar modal
syariah.
(2)Ketentuan
kedua
mengenai proses emisi saham
syariah, regulasi ini akan menjadi
rujukan emiten baru yang ingin
dicatat dalam daftar saham syariah
(3) Menyangkut indeks syariah yang
akan menjadi pedoman penyusunan
emiten-emiten yang layak masuk
syariah (4) Menyangkut instrumen
obligasi syariah (5) Menyangkut
tentang reksadana syariah
Dalam
Perkembangan
terakhir Badan Pengawas Pasar
Modal
(Bapepam)
menetapkan
pengembangan pasar modal syariah
sebagai salah satu prioritas kerja lima
tahun ke depan. Rencana tersebut
dituangkan dalam Master Plan Pasar
Modal Indonesia 2005-2009. Dengan
program ini, pengembangan pasar
modal syariah memiliki arah yang
jelas dan makin membaik. ''Pasar
modal syariah tumbuh sangat baik.
Karena itu, dalam lima tahun ke
depan, Bapepam memprioritaskan
pengembangan pasar modal syariah
sekaligus dengan produk pasar
modal syariah (www.bapepam.go.id)
). Menurut ketua Bapepam
,
berkembangnya produk pasar modal
berbasis syariah juga merupakan
potensi dan sekaligus tantangan
pengembangan pasar modal di
Indonesia. Lebih lanjut dinyatakan
ada dua strategi utama yang
dicanangkan
Bapepam
untuk
mecapai pengembangan pasar modal
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
Jurnal Ekonomi Yarsi
syariah dan produk pasar modal
syariah. Pertama, mengembangkan
kerangka hukum untuk memfasilitasi
pengembangan pasar modal berbasis
syariah. Yang kedua, mendorong
pengembangan produk pasar modal
berbasis syariah. Selanjutnya, dua
strategi utama tersebut dijabarkan
Bapepam menjadi tujuh implementasi
strategi :
mengatur penerapan prinsip
syariah
menyusun standar akuntansi
mengembangkan profesi pelaku
pasar.
sosialisasi prinsip syariah
mengembangkan produk
menciptakan produk baru.
meningkatkan kerja sama dengan
Dewan Syariah Nasional (DSN)
MUI
Harus diakui, jika dilihat dari
sudut regulasinya, perkembangan
Pasar Modal Syariah masih jalan di
tempat. Namun kalau kita melihatnya
dari sisi instrumen dan pelakunya,
rasanya kita boleh berbesar hati.
Tulisan ini mencoba memberikan
gambaran keberadaan Pasar Modal
Syariah Indonesia dalam usianya
yang sudah lebih dari dua tahun.
PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang
maka permasalahan yang akan
dibahas dalam tulisan ini :
1. Bagaimana Kinerja Pasar Modal
Syariah Indonesia ?
2. Bagaimana pengaturan Pasar
Modal Syariah Indonesia ?
3. Bagaimana spekulasi dalam
pasar modal syariah ?
ISSN 1411 – 0776
64
Dikta
Jurnal Ekonomi Yarsi
PEMBAHASAN
Kinerja
Pasar
Modal
Syariah
Indonesia
Dalam melihat kinerja pasar
modal syariah maka indikator yang
dapat digunakan antara lain dengan
melihat perkembangan instrumeninstrumen (produk-produk) yang ada
pada pasar modal syariah, hal ini
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Obligasi Syariah
Diawali dengan gebrakan
Indosat pada akhir 2002 – bahkan
sebelum Pasar Modal Syariah resmi
berdiri -- yang menerbitkan obligasi
syariah mudharabah (skim bagi hasil)
senilai Rp 175 miliar, instrumen ini
mulai menarik perharian pelaku
pasar modal. Maka pada 2003
mulailah
sejumlah
perusahaan
menerbitkan instrumen sejenis, yakni
PT
Ciliandra
Perkasa,
PT
Pembangunan Perumahan, PT Berlian
Laju Tanker, dan PT Sinar Baru
Lampung. Tentu saja tak ketinggalan
sejumlah Lembaga Keuangan Syariah
seperti Bank Muamalat, Bank Syariah
Mandiri dan Bukopin Syariah.
Tabel 1
Obligasi Yang diterbitkan dengan Skema Mudharabah dan Ijarah
Emiten
Rating
Nilai Emisi
Tenor
Indikasi
Return
Indosat
AA+
Rp. 175 milyar
5 tahun
15.75%
Berlian Laju Tanker
A-
Rp. 60 milyar
5 tahun
14.75%
Bank Bukopin
BBB+
Rp. 45 milyar
5 tahun
13.75%
Bank Syariah Mandiri
BBB
Rp. 200 milyar
5 tahun
13.00%
Ciliandra Perkasa
BBB
Rp. 60 milyar
5 tahun
17.70%
Bank Muamalat (Sub)
BBB-
Rp. 200 milyar
7 tahun
17.00%
Perkebunan Nusantara VII
BBB+
Rp. 75 milyar
5 tahun
13.875%
Dan 7 (tujuh) Obligasi Syariah Ijarah yang telah diterbitkan, yaitu:
Emiten
Rating
Nilai Emisi
Tenor
Indikasi
Return
Matahari Putra Prima
A+
Rp. 150 milyar
5 tahun
13.80%
Citra Sari Makmur
BBB/ A- (Kasnic)
Rp. 100 milyar
5 tahun
13.50 - 14.50%
Sona Topas
A+ (Kasnic)
Rp. 52 milyar
5 tahun
13.40 - 15.00%
Indorent
A (Kasnic)
Rp 100 milyar
4 tahun
13.25%
Humpuss Intermoda
A
Rp 122 milyar
5 tahun
14.75%
Berlina
A
Rp 85 milyar
5 Tahun
13.75%
Apexindo Pratama
A-
Rp 240 milyar
5 tahun
12.25%
Indosat IV
AA+
Rp 285 Milyar
12.00%
Ricky Putra Globalindo
BBB+
Rp 60.4 Milyar
15.25%
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
ISSN 1411 – 0776
65
Dikta
Tak kalah menariknya adalah
perkembangan yang terjadi di tahun
2004. Pada bulan Maret PT Matahari
Putra Prima Tbk menerbitkan obligasi
syariah ijarah (sewa menyewa/leasing
bonds). Perusahaan yang bergerak
dalam penjualan barang-barang ritel
itu mengeluarkan obligasi senilai Rp
300 miliar, sebanyak Rp 100 miliar di
antaranya adalah obligasi syariah
dengan skema ijarah. Menyusul
setelah itu, sejumlah perusahaan juga
menerbitkan obligasi syariah baik
dengan skema mudharabah (bagi
hasil) maupun ijarah (sewa).
Dari tabel 2 terlihat indikasi
return berada pada interval 12%-17%.
Sejauh ini skim yang muncul baru
dua jenis yaitu skim ijarah dan
mudharabah.
Bila
kita
coba
bandingkan kedua skim tersebut,
maka pada skim ijarah, investor akan
memperoleh return tetap berupa
pembayaran sewa dari emiten.
Sedangkan pada skim mudharabah,
return investor naik turun, sesuai
dengan naik turunnya pendapatan
dari proyek yang didanai dengan
obligasi itu.
Namun yang menarik adalah,
dari
sejumlah
emiten,
terlihat
keragaman jenis usahanya. Mulai dari
perusahan
telekomunikasi,
perkebunan,
retail,
lembaga
keuangan,
transportasi,
jasa
penyewaan mobil bahkan juga
industri wisata. Itu menunjukkan,
batasan syariah dalam menentukan
jenis usaha, tetap mempunyai
keragaman yang baik pada jenis
usaha yang dibiayai.
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
Jurnal Ekonomi Yarsi
Instrumen Sukuk
Pada prinsipnya sukuk atau
obligasi syariah adalah surat berharga
sebagai instrumen investasi yang
diterbitkan
berdasarkan
suatu
transaksi atau akad syariah yang
melandasinya (underlying transaction).
Sukuk dapat berupa ijarah (sewa),
mudharabah (bagi-hasil), musyarakah atau yang lain. Sukuk yang
sekarang sudah banyak diterbitkan
adalah berdasar akad sewa (sukuk alijarah), dimana hasil investasi berasal
dan
dikaitkan
dengan
arus
pembayaran sewa aset tersebut.
Meskipun demikian, sukuk dapat
pula diterbitkan berdasar akad
syariah yang lain.
Penerbitan
instrumen
investasi ini dapat dipandang sebagai
inovasi baru dalam keuangan syariah
Sukuk bukan instrumen utang
piutang dengan bunga (riba), seperti
obligasi yang kita kenal dalam
keuangan
konvensional,
tetapi
sebagai instrumen investasi. Sukuk
diterbitkan dengan suatu underlying
asset dengan prinsip syariah yang
jelas.
Pada bulan Maret 2004
Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama
Indonesia
(DSN
MUI)
mengeluarkan fatwa baru tentang
obligasi syariah. Lembaga tersebut
membolehkan
Pemerintah
RI
maupun perusahaan-perusahaan bila
ingin menerbitkan obligasi syariah
dengan skim ijarah.
ISSN 1411 – 0776
66
Dikta
Pemerintah
Indonesia,
disarankan
beberapa
lembaga
keuangan
internasional,
untuk
menerbitkan sukuk atau obligasi
syariah, dan dijual kepada para
investor khususnya di Timur Tengah.
Ini menarik karena sukuk dipandang
dari sisi produk baru investasi
syariah, mulai banyak diterbitkan di
sejumlah negara dan diminati
investor Timur Tengah.
Jika
sampai
saat
ini
Pemerintah belum juga menerbitkan
sukuk
lebih
disebabkan
ada
hambatan teknis untuk menerbitkan
obligasi negara. Hambatan utama
adalah
masih
adanya
kendala
perundang-undangan.
Mudahmudahan
di
tahun
2005
ini
pemerintah dapat menerbitkan sukuk
karena beberapa negara Asia seperti
Malaysia, Philiphina dan pada
Januari lalu Pakistan pun telah
menerbitkan sukuk
Saham Syariah
Produk syariah lain di BEJ,
yang juga muncul sebelum hadirnya
pasar Modal Syariah adalah Jakarta
Islamic Index (JII). JII merupakan
pengelompokkan saham-saham 30
emiten yang dipandang paling
mendekati kriteria syariah. Mulai
diluncurkan pada tahun 2000, seleksi
yang dilakukan terhadap sahamsaham yang dimasukkan dalam
kelompok JII meliputi seleksi yang
bersifat normatif dan finansial.
Jurnal Ekonomi Yarsi
bertentangan dengan prinsip syariah,
yang meliputi :
Sedangkan seleksi finasial meliputi :
1.
2.
3.
4.
Seleksi normatif meliputi
kegiatan
usaha
emiten
yang
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
Usaha perjudian dan permainan
yang
tergolong
judi
atau
perdagangan yang dilarang
Usaha
lembaga
keuangan
konvensional (ribawi) termasuk
perbankan
dan
asuransi
konvensional
Usaha
yang
memproduksi,
mendisrtibusi
serta
memperdagangkan makanan dan
minuman yang tegolong haram
Usaha
yang
memproduksi,
mendistribusi serta menyediakan
barang-barang atau jasa yang
merusak moral dan bersifat
mudarat
Memilih
kumpulan
saham
dengan jenis usaha utama yang
tidak
bertentangan
dengan
prinsip hukum islam dan sudah
tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali
bila termasuk dalam sahamsaham 10 berkapitalisasi besar)
Memilih saham berdasarkan
laporan tahunan atau tengah
tahunan berakhir yang memiliki
kewajiban
terhadap
aktiva
maksimal sebesar 90 %
Memilih 60 saham dari susunan
di atas berdasarkan urutan ratarata kapitalisasi pasar ( market
capitalization)terbesar
selama
satu tahun terakhir
Memilih 30 saham dengan urutan
berdasarkan tingkat likuiditas
ISSN 1411 – 0776
67
Dikta
Jurnal Ekonomi Yarsi
rata-rata
nilai
perdagangan
selama satu tahun terakhir
Dengan
mengacu
pada
proses seleksi yang dilakukan
terhadap saham-saham yang tercatat
pada JII, terlihat bahwa saham-saham
JII tidak hanya sesuai dengan kriteria
syariah tetapi juga merupakan
saham-saham pilihan dalam hal
kapitalisasi pasar tertinggi serta
volume perdagangan juga tertinggi.
Pada negara Malaysia proses skrining
dapat dilihat pada gambar 1 berikut :
Gambar 1
SCREENING PROCESS OF SAC, SECURITIES COMMISION (SC)
MALAYSIA
STAGE I
Company
Activity
Operations based
on riba
Operations
involving
gambling
Manufacture and
or sale of haram
products
Operations
containing
element of gharar
(uncertainty)
STAGE II
N
O
Additional Criteria
Haram elements
is small compared
to core activities
Public
image
good
of
the
company is good
Core activities of
the company have
importance and
maslahah to the
muslimummah
and Country
Ye
Yes
Permissible
No
s
DROP
Penelitian
Rachmayanti
(2003), menarik untuk dicermati. Ia
menemukan juga bahwa proses
skrining
berdasarkan
syariah
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
DROP
memberikan
pengaruh
positif
terhadap kinerja portofolio saham
syariah.
Dari
penelitian
yang
mengambil rentang waktu tahun 2001
ISSN 1411 – 0776
68
Dikta
sampai tahun 2002, terlihat bahwa
pada tahun 2001 kinerja portofolio
saham syariah
bisa mengungguli
kinerja portfolio saham konvensional
untuk kriteria Sharpe Index dan
Treynor Index. Portofolio saham
konvensional hanya unggul pada
pengukuran dengan Jensen’s Alpha.
Dalam hal ini portofolio saham
syariah unggul pada kriteria return
dan risk (level total risiko dan risiko
pasar).
Selain itu penelitian Huda
(2003) yang membandingkan indeks
LQ-45 dengan Jakarta Islamic Index
(JII) memberikan hasil bahwa secara
rata-rata return saham kelompok JII
lebih besar dibandingkan dengan LQ45 begitupula dengan tingkat risiko.
Nilai beta saham-saham yang tercatat
pada kelompok JII secara rata-rata
untuk periode tahun 2002 dan tahun
2003
memiliki nilai beta saham
kurang dari 1 (< 1) , hal ini berarti
secara
rata-rata
risiko
saham
kelompok
JII
rendah
bila
dibandingkan dengan risiko saham
dalam
kelompok
LQ-45
yang
memiliki beta lebih besar dari satu ( >
1)
Perhitungan
lain
memperlihatkan, selama akhir tahun
2004 hingga awal Januari 2005
diperoleh return kelompok JII pada
bulan Desember sebesar 1,23 %
sedangkan return IHSG 1,92%.
Memasuki tahun 2005 (bulan Januari
) return JII sudah melewati return
IHSG.
Memang tak selamanya JII
menunjukkan keunggulan, namun
ada baiknya penelitian semacam itu
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
Jurnal Ekonomi Yarsi
terus dilakukan untuk melihat sejauh
mana skrining berdasarkan kriteria
syariah memberikan pengaruh pada
kinerja portofolio saham.
Tabel 2
Perbandingan Return JII dan
IHSG
Bulan
IHSG
JII
November
2004
Desember
2004
Januari
2005
981
162
1000
1045
Sumber
diolah)
:
www.
Return
IHSG
Return
JII
164
1,92 %
1,23 %
174
4,40%
5,92%
Jsx.co.id
(data
Reksadana Syariah
Selain obligasi dan saham,
maka produk pasar modal syariah
yang lain yaitu reksadana syariah.
Beberapa reksadana syariah yang
diluncurkan pada tahun 2004 sebagai
berikut : Pada Januari 2004 PT
Permodalan
Nasional
Madani
Investment Management (PNM-IM)
melakukan kerja sama dengan Bank
Internasional Indonesia (BII) Syariah
Platinum Access untuk memasarkan
reksadana syariah. BII Syariah
Platinum Access, dalam hal ini,
berperan sebagai agen penjual
sekaligus bank penerima pembayaran
reksadana PNM Syariah yang
dikelola PNM-IM. Saat ini dana
kelolaan reksadana syariah PNM-IM
hanya sekitar Rp 48 miliar dari
keseluruhan
kelolaan
reksadana
sekitar Rp 78 miliar.
Agustus
2004
Manajer
investasi
PT
Andalan
Artha
ISSN 1411 – 0776
69
Dikta
Advisindo (AAA) Sekuritas bekerja
sama dengan unit usaha syariah Bank
Danamon
meluncurkan
produk
reksadana syariah. Produk reksadana
yang diberi nama AAA Syariah Fund
tersebut
dimaksudkan
untuk
melayani
nasabah
yang
membutuhkan layanan pengelolaan
investasi berprinsip syariah.
September
2004
PT
Permodalan
Nasional
Madani
Investment Management (PNM-IM)
meluncurkan dua produk reksadana
terbarunya, yaitu reksadana PNM
Amanah Syariah dan reksadana PNM
PUAS (Pasar Uang Andalan Saya).
Kedua jenis reksadana ini melengkapi
produk reksadana PNM-IM yang
sudah lebih dulu dipasarkan.
November
2004,
Bank
Syariah
Mandiri
meluncurkan
produk reksadana syariah. bekerja
sama dengan Mandiri Sekuritas
selaku manajer investasi dan Deutche
Bank sebagai bank kustodian, produk
reksadana syariah ini menawarkan
pilihan investasi dengan return yang
lebih menarik kepada nasabah BSM.
Desember 2004 Manajemen
PT Bhakti Asset Management (BAM)
mengeluarkan produk reksadana
baru yang diberi nama BIG Dana
Syariah. Reksadana ini merupakan
reksa dana terbuka berbentuk
Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
dengan hasil investasi yang bersih
dari unsur riba dan gharar.
Dari segi return reksadana
syariah masih lebih kecil dari
reksadana konvensional. Hal ini
disebabkan portofolio reksadana
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
Jurnal Ekonomi Yarsi
syariah
masih
sangat
terbatas
(misalnya tidak boleh investasi pada
pasar valuta asing kecuali spot
market, tidak boleh menginvestasikan
dana pada sektor usaha yang tidak
halal seperti perbankan konvensional,
rokok,
atau
perusahaan
yang
memproduksi minuman keras) . Hasil
penelitian Karim Business Consulting
(KBC) rata-rata reksadana syariah
untuk kategori pendapatan tetap (fix
income) memberikan return 11,60.
Sedangkan, reksadana konvensional
memberikan return rata-rata 13,89.
Untuk kategori campuran pun,
reksadana syariah memberi return di
bawah
reksadana
konvensional.
Rekdasana
syariah
memberikan
return rata-rata 23,62 dan reksadana
campuran konvensional memberikan
return 64,31. Dari hasil ini jelas
reksadana dengan fix income masih
kompetitif jika dibandingkan dengan
reksadana konvensional.
Jika kita coba bandingkan
return untuk masing-masing produk
yang ada pada portofolio reksadana
misalnya deposito maka return
syariah lebih tinggi dibandingkan
dengan return konvensional ataupun
untuk produk obligasi (bonds). Jadi
return konvensional besar karena
portofolio reksadananya lebih banyak
pada produk-produk yang bersifat
spekulatif (valuta asing).
Namun reksadana syariah
juga memiliki kelebihan. Salah
satunya adalah adanya Peraturan
Bank Indonesia tentang Kualitas
Aktiva Produktif
bagi Bank
ISSN 1411 – 0776
70
Dikta
Jurnal Ekonomi Yarsi
Syariah yang dikeluarkan pada 2003.
Antara lain, aturan itu menyebutkan,
“Reksadana berdasarkan prinsip
syariah dikategorikan sebagai Aktiva
Produktif Lancar, dengan tiga syarat,
yaitu: memiliki Nilai Aktiva Bersih
/NAB lebih besar daripada nilai
investasi awal.; memiliki likuiditas
tinggi sehingga dapat dicairkan
dalam waktu tujuh hari; dan memiliki
tingkat
risiko
yang
rendah.
Sedangkan yang dimaksud tingkat
risiko rendah, apabila reksadana
syariah tersebut tidak masuk ke
instrumen saham, ataupun jika
masuk ke instrumen saham minimal
memegang 10 macam saham.”
Peraturan ini jelas sangat
membantu,
karena
aturan
sebelumnya menyebutkan perbankan
syariah harus mencadangkan 100
persen atas penempatan investasi di
reksadana syariah, terutama yang
masuk ke instrumen saham.Dengan
aturan baru itu bisa disimpulkan, bila
perbankan
syariah
melakukan
investasi di reksadana syariah, bank
itu hanya memerlukan pencadangan
Aktiva Produktif Lancar, yakni
sebesar 1 persen, untuk memenuhi
peraturan Bank Indonesia.
Regulasi lain yang tidak
kalah menariknya adalah Peraturan
Bank Indonesia tentang Fasilitas
Pembiayaan Jangka Pendek Syariah
(FPJPS) Bagi Bank Syariah. Dalam
aturan itu, antara lain disebutkan,
“Reksadana Syariah merupakan salah
satu surat berharga yang bisa
digunakan bank syariah sebagai
agunan untuk mendapatkan FPJPS
dari Bank Indonesia”.
Tabel 3
Reksadana Syariah
Nama Reksa Dana
Jenis
Manajer Investasi Peluncuran
NAB(28/12/05)
BNI Dana Syariah
Dompet Dhuafa Batasa Sy.
I Haji Syariah Fund
PNM Amanah Syariah
Lautandhana Syariah Fund
Pend. Tetap
Pend. Tetap
Pend. Tetap
Pend. Tetap
Pend. Tetap
BNI Securities
Batasa Capital
Insight Investment
PNM Investment
Lautandhana
23-Apr-04
26-Jul-04
17-Jan-05
01-Sep-04
09-Sep-05
IDR
IDR
IDR
IDR
IDR
10.44 bio
20.32 bio
18.74 bio
33.68 bio
14.65 bio
AAA Syariah Fund
AAA Amanah Syariah Fund
Batasa Syariah
BNI Dana Plus Syariah
BSM Investa Syariah
Danareksa Sy. Berimbang
PNM Syariah
IPB Syariah
Rifan Capital Syariah Flexi
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
AAA Sekuritas
28-Des-04
AAA Sekuritas
21-Jun-05
Batasa Capital
22-Jul-03
BNI Securities
23-Apr-04
Mandiri MI
25-Jun-04
Danareksa
01-Des-00
PNM Investment
25-Mei-00
Kresna Graha Sek. 15-Des-05
Recapital Asset Mgt 10-Aug-05
IDR
IDR
IDR
IDR
IDR
IDR
IDR
IDR
IDR
10.79 bio
22.14 bio
87.64 bio
4.69 bio
12.21 bio
11.70 bio
44.07 bio
9.11 bio
48.93 bio
Total NAB
IDR 349.11 bio
*) NAB Reksa Dana Syariah 1 Agustus 2005 (pra-redemption) = IDR 1,081.76 bio
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
ISSN 1411 – 0776
71
Dikta
Jurnal Ekonomi Yarsi
Hingga saat ini terdapat 3 (tiga) reksa dana syariah yang ditutup, yaitu
:
Nama Reksa Dana
BIG Dana Syariah
Rifan Syariah
Danareksa Syariah
Jenis
Manajer Investasi
Pend. Tetap
Campuran
Campuran
Bhakti Asset Mgt
Rifan Asset Mgt
Danareksa Inv Mgt
Selain kinerja di atas Ketua
Bapepam juga memberikan penilaian
terhadap pasar modal syariah yang
dapat diringkas sebagai berikut :
Sampai dengan Juli 2005, kinerja
produk pasar modal berbasis
syariah cukup menggembirakan.
Saham perusahaan yang tercatat
pada Jakarta Islamic Index (JII)
menunjukkan kinerja baik dan
meningkat 20,9 persen dari 164
poin menjadi 198,2 poin pada
akhir Juli lalu. Kapitalisasi
pasarnya juga naik 47,9 persen
dari Rp 263,8 triliun di 2004
menjadi Rp 390,2 triliun, Juli
2005.
Sementara dari pasar obligasi,
Bapepam telah mengeluarkan
pernyataan efektif untuk tiga
emiten
yang
menawarkan
obligasi berbasis syariah mereka
ke pasar. Tiga emiten ini
membukukan total nilai emisi
sebesar Rp 585 miliar. Sehingga
sampai dengan Juli 2005, telah
tercatat secara kumulatif ada 16
emiten
yang
menawarkan
obligasi syariah mereka dengan
total nilai emisi Rp 2 triliun.
''Obligasi syariah tumbuh 23
persen
dan
nilai
emisinya
tumbuh
143
persen
jika
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
Penutupan
14-Sep-05
30-Apr-04
12-Mei-03
dibanding akhir tahun lalu,.
Sedangkan di sisi reksa dana,
telah ada tiga reksa dana syariah
yang diluncurkan sejak awal
Januari sampai Juli 2005. Secara
kumulatif telah terdaftar 12 reksa
dana syariah, di mana telah
terjadi peningkatan 20 persen
dari tahun lalu.
Dana yang dikelola fund manager
juga menunjukkan pertumbuhan
yang cukup signifikan. Pada
akhir 2004 tercatat ada Rp 413,9
miliar dana kelola reksa dana
syariah. Sedangkan, posisi akhir
Juli mencatatkan pertumbuhan
166,6 persen dengan total dana
kelola
reksa
dana
syariah
mencapai Rp 1,1 triliun.
Pengaturan Pasar Modal Syariah
Indonesia
Dari gambaran kinerja pasar
modal syariah di atas, maka bisa
dinyatakan secara umum kinerja dan
perkembangannya
cukup
mengembirakan, tentunya kita tidak
boleh puas dengan kondisi tersebut.
Karena dari sudut pengaturan pada
pasar modal syariah belum terlihat
adanya progres yang cukup berarti.
Menurut metwally (1995, 177) fungsi
dari keberadaan pasar modal syariah
:
ISSN 1411 – 0776
72
Dikta
Jurnal Ekonomi Yarsi
1) Memungkinkan bagi masyarakat
berpartispasi dalam kegiatan
bisnis
dengan
memperoleh
bagian dari keuntungan dan
risikonya.
2) Mmungkinkan para pemegang
saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas
3) Memungkinkan
perusahaan
meningkatkan modal dari luar
untuk
membangun
dan
mengembangkan
lini
produksinya
4) Memisahkan operasi kegiatan
bisnis dari fluktuasi jangka
pendek pada harga saham yang
merupakan ciri umum pada
pasar modal konvensional
5) Memungkinkan investasi pada
ekonomi itu ditentukan oleh
kinerja
kegiatan
bisnis
sebagaimana tercermin pada
harga saham.
Sedangkan
karakteristik
yang
diperlukan dalam membentuk pasar
modal syariah (Metwally, 1995, 178179) adalah sebagai berikut :
1) Semua
saham
harus
diperjualbelikan pada bursa efek
2) Bursa
perlu
mempersiapkan
pasca
perdagangan
dimana
saham dapat diperjualbelikan
melalui pialang
3) Semua
perusahaan
yang
mempunyai saham yang dapat
diperjualbelikan di Bursa efek
diminta
menyampaikan
informasi tentang perhitungan
(account)
keuntungan
dan
kerugian serta neraca keuntungan
kepada komite manajemen bursa
efek, dengan jarak tidak lebih dari
3 bulan
4) Komite manajemen menerapkan
harga saham tertinggi (HST) tiaptiap perusahaan dengan interval
tidak lebih dari 3 bulan sekali
5) Saham tidak boleh diperjual
belikan dengan harga lebih tinggi
dari HST
6) Saham dapat dijual dengan harga
dibawah HST
7) HST ditetapkan dengan rumus
sebagai berikut :
HST = Jumlah Kekayaan bersih perusahaan
Jumlah saham yang diterbitkan
Komite
manajemen
harus
memastikan
bahwa
semua
perusahaan yang terlibat dalam
bursa efek itu mengikuti standar
akuntansi syariah
8) Perdagangan saham mestinya
hanya berlangsung dalam satu
minggu periode perdagangan
setelah menentukan HST
9) Perusahaan
hanya
dapat
menerbitkan saham baru dalam
periode
perdagangan,
dan
dengan harga HST
Spekulasi Di Pasar Modal
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
ISSN 1411 – 0776
73
Dikta
Kegiatan spekulasi tidak
berbeda dengan kegiatan mengambil
risiko (risk taking action) yang biasa
dilakukan oleh pelaku bisnis atau
investor. Ada yang membedakan
spekulan dengan pelaku bisnis
(investor) dari derjat ketidak pastian
yang dihadapinya. Spekulan berani
menghadapi sesuatu yang derajat
ketidakpastiannya
tinggi
tanpa
perhitungan, sedangkan pelaku bisnis
(investor) senantiasa menghitunghitung risiko dengan return yang
diterimanya. Spekulan adalah game of
chance sedangkan bisnis game of skill.
Seorang dianggap spekulatif apabila
ia
ditenggarai
memiliki
motif
memanfaatkan
ketidak
pastian
tersebut untuk keuntungan jangka
pendek.
Dengan
karakteristik
tersebut, maka investor yang terjun di
pasar perdana dengan motivasi
mendapatkan capital gain sematamata ketika saham dilepas di pasar
sekunder, bisa masuk ke dalam
golongan spekulan (Sapta, 2002).
Dipasar sekunder pun kita
bisa membedakan antara spekulan
dan investor. Investor di pasar modal
adalah mereka yang memanfaatkan
pasar modal sebagai sarana untuk
berinvestasi
di
perusahaanperusahaan Tbk yang diyakininya
baik dan menguntungkan. Mereka
mendasari keputusan investasinya
pada informasi yang terpercaya
tentang faktor-faktor fundamental
ekonomi dan perusahaan itu sendiri
melalui
kajian
yang
seksama.
Kegiatan investor seperti ini disebut
rational speculation. Para spekulan
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
Jurnal Ekonomi Yarsi
rasional
ini
sesungguhnya
mendorong terciptanya akumulasi
kapital
yang
mendorong
perekonomian secara makro, karena
investasi setiap orang didasari pada
pencapaian performa perusahaa.
Perusahaan Tbk dituntut efisien,
profitable dan prosfektif jika ingin
menarik hati investor di pasar modal.
Berlawanan
dengan
kelompok
investor di atas adalah mereka yang
dikenal
dengan
nama
blind
speculation . Investor-investor buta
tersebut menimbulkan gejala-gejala
negatif
di
pasar
modal
dan
perekonomian seperti perjudian, short
selling, insider trading sampai dengan
isu-isu yang dimaksudkan untuk
menggoreng
harga
saham
perusahaan di pasar.
Pertanyaannya
sekarang
bagaimana pasar modal syariah bisa
meredam spekulasi ? spekulasi
dilarang bukan karena ketidakpastian
yang ada dihadapannya, melainkan
cara orang mempergunakan ketidak
pastian
tersebut.
Manakala
Ia
meninggalkan sense of responsibility
dan rule of law nya untuk memperoleh
keuntungan semata dari adanya
ketidakpastian, itulah yang dilarang
dalam konsep gharar dan maysir
dalam Islam . Al gharar dan maysir
sendiri adalah konsep yang sangat
berkaitan dengan mudharat, negative
result, atau bahaya (hazard).
Di pasar modal, larangan
syariah
di
atas
mesti
dimplementasikan dalam bentuk
ISSN 1411 – 0776
74
Dikta
aturan main yang mencegah praktek
spekulasi, riba, gharar dan maysir.
Salah
satunya
adalah
dengan
menetapkan
minimum
holding
period atau jangka waktu memegang
saham minimum. Dengan aturan ini,
saham tidak bisa diperjualkan setiap
saat, sehingga meredam motivasi
mencar untung dari pergerakan harga
saham semata. Masalahnya, berapa
lama minimum holding period yang
masuk akal ? pembatasan itu
memang meredam spekulasi, akan
tetapi juga membuat investasi di
pasar modal menjadi tidak likuid.
Padahal bukan tidak mungkin
seorang investor yang rasional betulbetul
membutuhkan
likuiditas
mendadak
sehingga
harus
mencairkan saham yang dipeganya,
sedangkan ia terhalang karena belum
lewat
masa
minimum
holding
periodnya. Metwally, seorang pakar
ekonomi
Islam
dan
modelling
economics mengusulkan minum holding
period setidaknya satu pekan. Selain
itu Ia juga memandang perlu adanya
celling price berdasarkan nilai pasar
perusahaan. Lebih lanjut Akram
Khan melengkapi, untuk mencegah
spekulasi di pasar modal maka jual
beli saham harus diikuti dengan serah
terima bukti kepemilikan fisik saham
yang diperjual belikan.
Mengenai
kekhawatiran
bahwa penjualan saham di tengah
masa usaha, akan menimbulkan
kemungkinan gharar, seperti halnya
jual beli ikan di dalam laut dapat
diatasi dengan praktek akuntasi
modern dan adanya kewajiban
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
Jurnal Ekonomi Yarsi
disclosure laporan keuangan kepada
pemilik saham.
Dengan
berbagai
model
penilaian modern saat ini, investor
dan pasar secara luas akan dapat
memiliki pengetahuan tentang nilai
sebuah perusahaan, sehingga sahamsaham dapat diperjual belikan secara
wajar dengan harga pasar yang
rasional. Dalam hal ini, market value
tampaknya lebih mencerminkan nilai
yang lebih wajar dibandingkan
dengan book value. Dengan demikian
dapat ditarik kjesimpulan bahwa
sekuritas –sekuritas dapat diperjual
belikan
dengan
menggunakan
mekanisme pasar sebagai penentu
harga, sehingga capital gain maupun
profit sharing dari dividen dapat
diperoleh.
Mekanisme pasar modal
masih perlu terus disempurnakan
untuk mencegah terbukanya pintu
praktek riba, maysir dan gharar.
Sesuai dengan Wasiat Rasulullah
Muhammad SAW dalam salah satu
sabda beliau :
” Segala sesuatu yang halal dan haram
telah jelas, tetapi diantara keduanya
terdapat hal-hal-hal yang samar dan tidak
diketahui oleh kebanyakan orang. Barng
siapa berhati-hati terhadap hal-hal yang
meragukan, berarti telah menjaga agama
dan kehormatan dirinya... ” (HR :
Bukhari-Muslim)
Kendala
Dan
Strategi
Pengembangan Pasar Modal Syariah
ISSN 1411 – 0776
75
Dikta
Berdasarkan Uraian pada
bagian sebelumnya, terlihat ada
beberapa
kendala
untuk
mengembangkan
pasar
modal
syariah, kendala-kendala tersebut
(Sudarsono : 2003, 194-195) antara
lain :
1.
2.
3.
Belum ada ketentuan yang
menjadi legitimisi pasar modal
syariah dari Bapepam atau
pemerintah, misalnya UndangUndang.
Perkembangan
keberadaan pasar modal syariah
saat ini merupakan gambaran
bagaimana
legalitas
yang
diberikan
Bapepam
dan
pemerintah lebih tergantung dari
permintaan pelaku pasar yang
menginginkan keberadaan pasar
modal syariah
Selama ini pasar modal syariah
lebih populer sebagai sebuah
wacana dimana banyak bicara
tentang bagaimana pasar yang
disyariahkan. Dimana selama ini
praktek pasar modal tidak bisa
dipisahkan dari riba, maysir dan
gharar,
dan
bagaimana
memisahkan ketiganya dari pasar
modal
Sosialisasi instrumen syariah di
pasar modal perlu dukungan dari
berbagai pihak. Karena ternyata
perkembangan pasar modal perlu
dukungan
berbagai
pihak.
Karena ternyata perkembangan
Jakarta
Islamic
Index
dan
reksadana
syariah
kurang
tersosialisasi
dengan
baik
sehingga perlu dukungan dari
berbagai
pihak,
khususnya
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
Jurnal Ekonomi Yarsi
praktisi dan akademisi. Praktisi
dapat menjelaskan keberadaan
pasar modal secara pragmatis
sedangkan
akademisi
bisa
menjelaskan secara ilmiah
Beradasarkan pada kendala –
kendala di atas maka strategi yang
perlu dikembangkan :
1) Keluarnya Undang-Undang Pasar
modal syariah diperlukan untuk
mendukung keberadaan pasar
modal syariah atau minimal
menyempurnakan UUPM No 8
Tahun 1995, sehingga dengan hal
ini
diharapkan
semakin
mendorong perkembangan pasar
modal syariah.
2) Perlu keaktifan dari pelaku bisnis
(pengusaha)
muslim
untuk
membentuk kehidupan ekonomi
yang islami. Hal ini guna
memotivasi meningkatkan image
pelaku
pasar
terhadap
keberadaan instrumen
pasar
modal yang sesuai dengan
syariah
3) Diperlukan
rencana
jangka
pendek dan jangka panjang oleh
Bapepam untuk mengakomodir
perkembangan
instrumeninstrumen syariah dalam pasar
modal. Sekaligus merencanakan
keberadaan pasar modal syariah
di tanah air.
4) Perlu
kajian-kajian
ilmiah
mengenai pasar modal syariah,
oleh karena itu dukungan
akadmisi sangat diperlukan guna
memahamkan
perlunya
keberadaan pasar modal syariah.
ISSN 1411 – 0776
76
Dikta
Jurnal Ekonomi Yarsi
KESIMPULAN
Berdasarkan pada uraian di
atas maka beberapa kesimpulan
dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.
2.
3.
kinerja produk pasar modal
berbasis
syariah
cukup
menggembirakan.
Saham
perusahaan yang tercatat pada
Jakarta
Islamic
Index
(JII)
menunjukkan kinerja baik dan
meningkat 20,9 persen dari 164
poin menjadi 198,2 poin pada
akhir Juli lalu. Kapitalisasi
pasarnya juga naik 47,9 persen
dari Rp 263,8 triliun di 2004
menjadi Rp 390,2 triliun, Juli 2005
Sedangkan
'Obligasi
syariah
tumbuh 23 persen dan nilai
emisinya tumbuh 143 persen jika
dibanding akhir tahun lalu,.
Sedangkan di sisi reksa dana,
telah ada tiga reksa dana syariah
yang diluncurkan sejak awal
Januari sampai Juli 2005. Secara
kumulatif telah terdaftar 12 reksa
dana syariah, di mana telah
terjadi peningkatan 20 persen
dari tahun lalu.
pengaturan pada pasar modal
syariah Indonesia belum terlihat
adanya progres yang cukup
berarti. Hukum positip khusus
pasar modal syariah Indonesia
belum ada, yang ada bar sebatas
Fatwa dari DSN
Mekanisme pasar modal masih
perlu terus disempurnakan untuk
mencegah
terbukanya
pintu
praktek riba, maysir dan gharar
Volume 3 Nomor 2, Agustus 06 / Rajab 1427 H
DAFTAR PUSTAKA
Achsien
, Iggi (2000), Investasi
Syariah di Pasar Modal,
Menggagas
Konsep
dan
Praktek Manajemen Portfolio
Syariah, Gramedia , Jakarta
Darmadji Tjipto, Hendry (2001), Pasar
Modal di Indonesia, Salemba Empat,
Jakarta
Gunawan, Mohammad Yasni, (2002)
Pasar Modal Syariah, Modal
No. I/I November, Jakarta
Hamidi, Luthfi,(2003), Jejak-Jejak
Ekonomi Syariah, Senayan Abadi
Publishing, Jakarta
Herwidyatmono, (2003), PrinsipPrinsip Pengaturan Pasar
Modal Syariah di Indonesia
(makalah), Peluncuran Pasar
Modal Syariah, Jakarta
Metwally (1995), Teori dan Praktek
Ekonomi Islam, Bangkita Daya Insani,
Jakarta
Sudarsono, Heri (2003), Bank dan
Lembaga Keuangan Syariah,
edisi 2 , Ekonisia, FE-UII,
Yogyakarta
Vogel,
Frank and Samue Hayes
(1998), Islamic Law and
Finance : Religion, Risk and
Return,
Kluwer
Law
International, The Hague,
New York.
ISSN 1411 – 0776
77