BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MAKNA SINONIMRUIGIGO, KATA “TOUTOU DAN YATTO” 2.1 Pengertian Makna - Analisis Perbedaan Nuansa Makna Kata Toutou Dan Yatto Dalam Kalimat Bahasa Jepang

  BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MAKNA SINONIM/RUIGIGO, KATA “TOUTOU DAN YATTO”

2.1 Pengertian Makna

  Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan pengertian makna 1. Arti: ia memperhatikan setiap kata yang terdapat di tulisan kuno itu; 2. Maksud pembicara atau penulis ; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Dalam hal ini Abdul Chaer, (2002:29) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.

  Dalam Kridalaksana (2008:132), pengertian makna dijabarkan menjadi :

  1. Maksud pembicara;

  2. Pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;

  3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjuknya,dan

  4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

  Aminuddin (1988:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti.

  Dari pengertian para ahli bahasa di atas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.

2.2 Jenis – Jenis Makna

   Menurut Chaer (2002:59), sesungguhnya jenis atau tipe makna itu

  memang dapat dibedakan berdasarkan kriteria dan sudut pandang, yakni: a.

  Berdasarkan jenis semantiknya, dapat dibedakan menjadi makna leksikal dan makna gramatikal.

  b.

  Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata/leksem, dapat dibedakan menjadi makna referensial dan makna nonreferensial.

  c.

  Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem, dapat dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif.

  d.

  Berdasarkan ketepatan maknanya, dapat dibedakan menjadi makna istilah atau makna umum dan makna khusus.

  e.

  Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain, dapat dibedakan menjadi makna konseptual, asosiatif, idiomatik, dan sebagainya. Berikut akan dibahas pengertian makna-makna tersebut satu persatu.

1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

  Menurut Chaer (2002:60) makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Sedangkan menurut Sutedi (2003:106), makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indera dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Makna leksikal dalam bahasa Jepang disebut dengan [辞書的意味 ‘jishoteki imi’] atau [語彙的意味 ‘goiteki imi’]. Dalam bahasa jepang misalnya kata [猫 ‘neko’] dan [学校 ‘gakkou’]. Makna leksikal dari kata kucing adalah hewan berkaki empat, berkumis, dan suka mencuri ikan. Sedangkan makna leksikal dari kata sekolah adalah bangunan tempat pada siswa belajar.

  Makna gramatikal menurut Chaer (2002:63) adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat. Sedangkan menurut Djajasudarma (1999:13) makna gramatikal (bhs.Inggris – grammatical meaning,

  

functional meaning, structural meaning, internal meaning ) adalah makna yang

  menyangkut hubungan intra bahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat dan dalam bahasa Jepang disebut [文法的意味 ‘bunpouteki imi’]. Dalam bahasa Jepang, [助詞 ‘joshi’] (partikel) dan [助動詞 ‘jodoushi’] (kopula) tidak memiliki makna leksikal, tetapi memiliki makna gramatikal, sebab baru akan jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat.

  2. Makna Referensial dan Makna Nonreferensial

  Menurut Chaer (2002:63), perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu, maka kata tersebut disebut kata bermakna referensial. Namun jika kata-kata itu tidak mempunyai referen, maka kata tersebut merupakan kata bermakna nonreferensial. Kata “meja” dan “kursi” termasuk kata yang bermakna referensial karena keduanya mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut “meja” dan “kursi”. Sebaliknya kata “karena” dan “tetapi” tidak mempunyai referen, sehingga kedua kata tersebut termasuk ke dalam kelompok kata yang bermakna nonreferensial.

  3. Makna Denotatif dan Makna Konotatif

  Chaer (2002:65) menyebutkan pengertian makna denotatif adalah pada dasarnya sama dengan makna leksikal dan referensial, sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, penasaran, atau pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif, dan sering disebut dengan istilah ‘makna sebenarnya’. Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:149), makna denotatif adalah makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa (objek atau gagasan), dan dapat dijelaskan oleh analisis komponen. Makna denotatif dalam bahasa Jepang disebut dengan [明示的意味 ‘meijiteki imi’] atau [外延 ‘gaien’].

  Sedangkan makna konotatif menurut Chaer (2002:67) adalah makna tambahan yang sifatnya memberi nilai rasa, baik positif maupun negatif. Selanjutnya menurut Sutedi (2003:107), makna konotatif disebut [暗示的意味 ‘anjiteki imi’] atau [内包 ‘naiyou’] , yaitu makna yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran pembicaraan dan lawan bicaranya. Misalnya, pada kata [父 ‘chichi’] dan [親父 ‘oyaji’] kedua-duanya memiliki makna denotatif yang sama, yaitu ayah, akan tetapi memiliki nilai rasa yang berbeda. Kata ‘chichi’ terkesan lebih formal dan lebih halus, sedangkan kata ‘oyaji’ terkesan lebih dekat dan akrab. Contoh lainnya adalah kata [化粧屋 ‘keshou-shitsu’] dan [便所 ‘benjo’].

  Kedua kata tersebut juga merujuk pada hal yang sama, yaitu kamar kecil, tetapi kesan dan nilai rasanya berbeda. ‘keshou-shitsu’ terkesan bersih, sedangkan ‘benjoi’ terkesan kotor dan bau.

4. Makna Umum dan Makna Khusus

  Chaer (2002:71) mengemukakan bahwa kata dengan makna umum memiliki pengertian dan pemakaian yang lebih luas, sedangkan kata dengan makna khusus mempunyai pegertian dan pemakaian yang lebih terbatas. Misalnya dengan deretan sinonim besar, agung, akbar, raya, dan kolosal. Kata besar adalah kata yang bermakna umum dan pemakaiannya lebih luas dibandingkan dengan kata yang lainnya. Kita dapat mengganti kata agung, akbar, raya, dan kolosal dengan kata besar secara bebas. Frase ‘Tuhan yang maha Agung’ dapat diganti dengan ‘Tuhan yang maha Besar ’ ; frase ‘rapat akbar’ dapat diganti dengan ‘rapat besar’ ; frase ‘hari raya’ dapat diganti dengan ‘hari besar’ ; dan ‘film

  

kolosal ’ dapat diganti dengan ‘film besar’. Sebaliknya, frase ‘rumah besar’ tidak

dapat diganti dengan ‘rumah agung’, ‘rumah raya’, ataupun ‘rumah kolosal’.

5. Makna Konseptual, Asosiatif dan Idiomatik

  Menurut Chaer (2002:72), makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa sebenarnya makna konseptual ini sama dengan makna leksikal, referensial, dan makna denotatif. Selanjutnya, makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan diluar bahasa.

  Misalnya, kata melati berasosiasi dengan makna ‘suci’ atau ‘kesucian’ ; kata

  

merah berasosiasi dengan makna ‘berani’ ; kata cendrawasih berasosiasi dengan

makna ‘indah’.

  Sedangkan makna idiomatik menurut Chaer (2002:75) adalah makna sebuah satuan bahasa (kata, frase, atau kalimat) yang “menyimpang” dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Contohnya adalah sebuah frase ‘membanting tulang’ dan ‘meja hijau’. ‘Membanting tulang’ adalah sebuah leksem dengan makna ‘bekerja keras’, dan ‘meja hijau’ adalah sebuah leksem dengan makna ‘pengadilan’.

2.3 Relasi Makna

  Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, sering kali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya. Menurut Chaer (2002:88). Hubungan atau relasi kemaknaan ini yaitu menyangkut hal kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), kelebihan makna (redundansi), dan sebagainya. Berikut akan dijelaskan masing- masing.

  1. Sinonim

  Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu

  onoma yang berarti ‘nama’ dan ‘syn’ yang berarti ‘dengan’ . Maka secara harfiah kata sinonimi berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’.

  Umpamanya kata buruk dan jelek adalah 2 buah kata bersinonim; bunga,

  kembang , dan puspa adalah tiga buah kata yang bersinonim; mati, wafat, meninggal , dan mampus adalah empat buah kata yang bersinonim. Sutedi

  (2008:113) sinonim(類義関係 ‘ruigikankei’・度技官系 ‘tabigikankei’): hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya.

  Contoh : 話す’hanasu’ (berbicara) = 言う’iu’ (berkata)

  2. Antonim

  Kata antonimi berasal dari kata Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti “Nama”, dan anti yang berarti “Melawan”. Maka secara harfiah antonim berarti ‘nama lain untuk benda lain pula’. Kata antonim atau sering disebut lawan kata dapat diartikan sebagai dua kata yang memiliki makna yang berlawanan atau bertentangan. Misalnya, hidup-mati, diam-gerak dan sebagainya. Sutedi (2008:113) Antonim (版木関係 ‘hangikankei’ ) : hubungan semantik dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan dengan ujaran yang lain.

  Contoh : 高い’takai’ (tinggi) >< 低い ‘hikui’ (rendah)

  3. Homonimi, Homofon, Homografi

  Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani kuno onoma yang berarti “Nama” dan homo yang artinya “Sama”. Secara harfiah homonimi dapat diartikan sebagai “Nama sama untuk benda atau hal lain”. Homonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki ejaan dan lafal yang sama namun memiliki makna yang berbeda. Misalnya, kata “Bisa” dapat diartikan dua makna, yakni “Bisa” yang berarti “Dapat” dan “Bisa” yang berarti “Racun”.

  Homofoni (homo berarti sama, fon berarti bunyi ) adalah dua kata atau lebih yang memiliki lafal yang sama walaupun ejaan dan maknanya berbeda.

  Misalnya, kata “Bang” dan “Bank”. Homograf (homo berarti sama, grafi berarti tulisan) adalah dua kata atau lebih yang memiliki ejaan yang sama namun memiliki lafal dan maka yang berbeda. Misalnya, “Tahu” (baca “Tahu”) bermakna salah satu produk makanan yang berasal dari kedelai, sedangkan kata “Tahu” (baca “Tau”) bermakna mengetahui.

  4. Hiponimi dan Hipernimi

  Kata hiponimi berasal dari bahasa Yunani kuno , yaitu onoma berarti “Nama” dan hypo berarti “Di bawah”. Jadi, secara harfiah berarti “Nama yang termasuk di bawah nama lain”. Hiponimi dan hipernim berhubungan satu sama lain, hiponimi merujuk pada kata yang lebih khusus yang merupakan subordinat dari hipernimi. Misalnya, kata “Tongkol” dan “Ikan”, kata “Tongkol” merupakan hiponim dari kata “Ikan” sedangkan kata “Ikan” merupakan hipernim dari kata “Tongkol”.

  5. Polisemi

  Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, bisa juga frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Umpamanya, kata kepala dalam bahasa Indonesia memiliki makna (1) bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan; (2) bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan dan merupakan hal yang penting atau ter utama seperti kepala

  

susu, kepala meja, dan kepala kereta api; (3) bagian dari suatu yang berbentuk

  bulat seperti kepala, seperti pada kepala paku dan kepala jarum; (4) pemimpin atau ketua seperti pada kepala sekolah, kepala kantor, dan kepala stasiun; (5) jiwa atau orang seperti pada kalimat setiap kepala menerima bantuan Rp. 5000 ; dan (6) akal budi seperti dalam kalimat, badannya besar tetapi kepalanya kosong.

  6. Ambiguitas

  Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua arti, kegandaan makna dalam ambiguitas berasal dari satuan gramatikal yang lebih besar, yaitu frase atau kalimat, dan terjadi sebagai akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda. Umpamanya, frase buku sejarah dapat ditafsirkan sebagai (1) buku sejarah itu baru terbit, atau (2) buku itu berisi sejarah zaman baru.

7. Redundansi

  Istilah redundansi biasanya diartikan sebagai berlebih-lebihannya pemakaian unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran. Umpamanya kalimat

  

Bola di tendang Si Udin, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan Bola

ditendang oleh si Udin. Pemakaian kata oleh pada kalimat kedua dianggap

  sebagai sesuatu yang redundansi, yang berlebih-lebihan, dan yang sebenarnya tidak perlu.

2.4 Adverbia/ Kata Keterangan Toutou dan Yatto

2.4.1 Adverbia/Kata Keterangan

  Dalam bahasa Jepang terdapat adverbia/kata keterangan/kata tambahan yang disebut dengan fukushi. Situmorang Hamzon (2007:40) mengemukakan

  fukushi bila dilihat dari makna kanjinya

  副 : fuku = tambahan, wakil, dukung 詞 : shi, kotoba = kata 副詞 : fukushi = kata tambahan, kata keterangan.

  Ciri – ciri fukushi : dapat berdiri sendiri, tidak berkonjugasi, tidak menjadi subjek, tidak menjadi predikat, dan tidak menjadi objek, menerangkan doushi,

  keiyoushi , dan menerangkan fukushi lagi.

  Menurut Sudjianto dan Ahmad Dahidi (2007:165) pengertian fukushi adalah kelas kata yang tidak mengalami perubahan bentuk dan dengan sendirinya dapat menjadi keterangan bagi yoogen walaupun tanpa mendapat bantuan dari kata-kata yang lain. (Matsuoka 2000:344), Fukushi adalah kata-kata yang menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia yang lainnya, tidak dapat berubah,dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas, suasana, atau perasaan pembicara. Namun selain menerangkan verba, adjektiva-i, adjektiva-na, dan adverbia yang lain, fukushi pun dapat menerangkan nomina. Dalam buku Masuoka Takashi (1999:41) adverbia dalam Bahasa Jepang dibagi menjadi 3 jenis:

1. Joutai no Fukushi

  Joutai no Fukushi adalah kata keterangan yang menerangkan kata kerja,

  menerangkan secara jelas keadaan tersebut. Joutai no Fukushi juga banyak terdapat pada kata-kata giongo yaitu kata yang mengungkapkan bunyi suatu gerakan/tindakan. Contoh: Bunyi sesuatu yang jatuh (dosunto) Dan gitaigo yaitu kata yang diungkapkan secara simbolis dengan bunyi menyerupai keadaan orang atau benda atau gerakan sesuatu.

  Contoh:

  Gussuri to (keadaan tidur dengan nyenyak)

  Didalam joutai no fukushi terdapat kata yang mengungkapkan ada tidaknya kemauan dari subjek yang bergerak. Ungkapan untuk menyatakan suatu perilaku/kegiatan atas kesadaran, seperti:

  • Waza to
  • Wazawaza (susah payah, repot-repot, jauh-jauh) dan sebagainya

  Dalam buku Nihongo Bunpou (1990:1987) dijelaskan bahwa joutai no

  fukushi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

  a. Joutai no Fukushi yang menunjukkan keadaan

  1. ゆっくりと歩く。 Yukkurito aruku.

  (Berjalan dengan perlahan). 2. はっきりと見える。 Hakkiri to mieru.

  (Kelihatan dengan jelas) 3. おもむろに話す。 Omomuro ni hanasu.

  (Berbicara dengan pelan). 4. ずっと休んでいる。 Zutto yasunde iru.

  (terus menerus istirahat).

  b. Joutai no Fukushi yang menunjukkan Waktu

  1. じきに帰る。 Jikini kaeru.

  (Pulang dengan segera).

  2. とうとう夜があけた。 Toutou yoru ga aketa.

  (Akhirnya malampun tiba).

  3. しばらく待った。 Shibaraku matta.

  (sudah lama menunggu). 4. さっそく読んだ。

  Sassoku yonda

  (Membaca dengan segera) 5. いそいそ働く。 Isoiso hataraku.

  (Bekerja dengan senang hati).

c. Joutai no Fukushi yang menyatakan petunjuk

  1.こう書く。 Kou kaku.

  (Tulislah seperti ini). 2. そう言う。 Sou iu.

  (Katakan seperti itu). 3. どう泳ぐ? Dou oyogu.

  (Bagaimana caranya berenang).

2. Teido no Fukushi

  

Teido no Fukushi adalah adverbia yang digunakan untuk menyatakan

tingkat/derajat dan keadaan suatu kata yang diterangkannya.

  Berikut adalah contoh Teido no Fukushi: 1. もっと安いのはありませんか。 Motto yasui no wa arimasenka.

  (apakah ada yang lebih murah?) 2. きゅうよがあるからすぐ来てください。 Kyuuyo ga arukara sugu kite kudasai.

  (Karena ada urusan yang penting segeralah datang). 3. 前よりだいぶから大丈夫になった。 Mae yori daibu karada go daijoobu ni natta.

  (Dibanding sebelumnya, badannya menjadi lebih sehat.

3. Jojutsu no Fukushi/Chinjutsu no Fukushi

  Jojutsu no Fukushi/Chinjutsu no Fukushi adalah adverbia yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan pembicara. Selalu dipergunakan dengan cara pengucapan tertentu. Jojutsu no Fukushi ini juga merupakan fukushi yang berpasangan dengan predikat dan menerangkan predikat itu sendiri.

  Contoh: あしたはたぶんあめだろう。

  Ashita wa tabun ame darou

  (Besok kemungkinan hujan) Berikut ini Jojutsu no Fukushi lainnya:

  a. Jojutsu no Fukushi yang menyatakan penegasan

  1. 明日はきっと晴れる。

  Ashita wa kitto hareru

  (Besok pasti cuacanya cerah) 2. 必ず5時に起きる。

  Kanarazu goji ni okiru

  (Selalu bangun pagi pukul 05.00)

  b. Jojutsu no Fukushi yang menyatakan Sangkalan

  1. さっぱりわからない。

  Sappari wakaranai

  (Sama sekali tidak mengerti) 2. だんじてしあわせない。

  Danjite shiawasenai

  (Tidak pernah merasa bahagia)

  c. Jojutsu no Fukushi yang menyatakan larangan

  ぜったい怠けるな。 Zettai namakeru na.

  (Jangan malas, ya!)

  d. Jojutsu no Fukushi yang menyatakan perkiraan negatif

  1. まさかそんなことはしないだろう。

  Masaka sonna koto wa shinai darou

  (Masa iya hal seperti itu tidak dilakukan) 2. 決して失敗しない。 Kesshite shippai shinai.

  (sama sekali tidak gagal)

  e. Jojutsu no Fukushi yang menyatakan perkiraan/sangkalan

  1. 明日はたぶん晴れるだろう。

  Ashita wa tabun hareru darou

  (Besok kemungkinan cuaca cerah) 2. おそらく帰らないでしょう。

  Osoraku kaeranai deshou

  (Mungkin saya tidak pulang) 3. さぞうおわせるでしょう。

  Sazoo owasure deshou

  (Barangkali sudah lupa, ya)

  f. Jojutsu no Fukushi yang menyatakan pernyataan/pertanyaan

  1. どうして働かないのでしょうか。 Doushite hatarakanai no deshouka.

  (Kenapa kamu tidak bekerja) 2. なぜ笑わないのか。

  Naze warawanai no ka

  (Mengapa kamu tertawa)

  g. Jojutsu no Fukushi yang menyatakan pengandaian

  1. たとえ雨が降っても、まいります。

  Tatoe ame ga futtemo, mairimasu

  (Sekalipun hujan turun, saya tetap berkunjung) 2. もし休むようなら連絡します。

  Moshi yasumu you nara renrakushimasu

  (Kalau ada waktu luang saya akan hubungi)

  h. Jojutsu no Fukushi yang menyatakan perumpamaan

  1. まるで夢のようだ。

  Marude yume no youda

  (Seperti dalam mimpi)

i. Jojutsu no Fukushi yang menyatakan permohonan

  1. ぜひ遊びにきてください。

  Zehi asobi ni kite kudasai

  (Datanglah bermain ke sini!) 2. どうぞ召し上がってください。

  Douzo meshiagatte kudasai

  (Silahkan dimakan) Masuoka dan Takuobo (1992:41-47) membagi fukushi menjadi 7 yaitu :

  1.Yootai no fukushi, fukushi yang menerangkan verba yang ada pada bagian

  「ゆっくり」, berikutnya. Contoh : yukkuri jitto 「じっと」, hakkiri「はっきり」.

  2. Teido Fukushi, berfungsi terutama menerangkan tingkat, taraf, kualitas atau derajat keadaan verba, adjektiva-I, dan adjektiva Na, yang ada pada bagian berikutnya. Contoh sukoshi 「少し」, taihen 「たいへん」, totemo 「とても」.

  3. Ryo no fukushi, yaitu fukushi yang berfungsi untuk menunjukkan jumlah orang atau benda. Contoh takusan「たくさん」, ippai「いっぱい」.

  

4. Tensu asupekto no fukushi, yaitu berfungsi terutama untuk menerangkan

sesuatu yang terjadi berdasarkan waktu dan situasi. Contoh

imani「いまに」,youyaku「ようやく」,zutto「ずっと」,shibaraku「しばら く」dan yatto「やっと」.

  5. Chinjutsu Fukushi, yaitu fukushi yang memrlukan cara ucapan khusus disebut juga yuudou fukushi. Contoh doumo「どうも」, douzo「どうぞ」

  6. Hyouka no fukushi, fukushi yang berfungsi untuk menunjukkan penilaian terhadap sesuatu. Contoh ainiku 「あいにく」, mochiron 「もちろん」 .

  7. Hatsugen no Fukushi, merupakan jenis fukushi yang berfungsi untuk menyatakan pernyataan. Contoh ieba 「~言えば」.

2.4.2 Toutou

  Dalam A Dictionary Of Intermediate Japanese Grammar, Seiichi Makino dan Michio Tsutsui (1995:593) memaparkan toutou sebagai berikut: a.“toutou adv, an adverb that is used to express the eventual arrival of an

  

expected situation. Kata keterangan toutou adalah sebuah kata keterangan yang

  biasanya digunakan untuk mengekspresikan situasi yang diharapkan akhirnya terjadi. Dalam bahasa Inggris yaitu kata “finally : at (long) last ; eventually ; in

  the end ; dan after all.

  Contoh: - 朝から降りそうだった雨がとうとう降でした。 Asa kar a furi sōdatta ame ga toutou furideshita.

   Hujan yang kelihatan akan turun dari pagi akhirnya turun.

  b. The adverb toutou is used to express than an expected situation has come about

  

after an extended period of time. The resulted situation is often negative in nature,

but not always, as shown example. Adverbia/kata keterangan toutou digunakan

  kata keterangan toutou adalah sebuah kata keterangan yang biasanya digunakan untuk mengekspresikan situasi yang diharapkan akhirnya terjadi. Situasi yang dihasilkan sering kali bersifat negative, tetapi tidak selalu, seperti yang ditunjukkan pada contoh

  Contoh : - とうとう博士論文を書いてしまった。 Toutou hakushi ronbun wo kaiteshimatta.

   Akhirnya selesai menulis disertasi .

  • 私達の結婚の日がとうとうやって来た。

    Watashitachi no kekkon no hi ga toutou yatte kita.

Hari pernikahan kami akhirnya datang.

  c. The main verb that is used with toutou often takes Vte-shimau, and auxiliary

verb that indicates completion of something about which the speaker is emotive.

  Kata kerja utama yang digunakan dengan toutou sering menggunakan bentuk Vte- simau, dan kata kerja bantu yang menunjukkan penyelesaian sesuatu yang mana bersifat menunjukkan emosional si pembicara.

  Contoh :

  • ビルは妻との関係がだんだん悪し、とうとう別れてしまった。

    Bill wa tsuma to no kankei ga dandan akkashi, toutou wakareteshimatta.

    Hubungan Bill dengan istrinya lama kelamaan menjadi buruk dan akhirnya bercerai.
  • 十五年も飼っていた猫がとうとう老衰で死んでしまった.

  

Jyuugonen mo katte ita neko ga toutou ruusui de shinde shimatta. Kucing yang

sudah dipelihara 15 tahun akhirnya mati karena usianya sudah tua.

  • その 数学 の 問題 は 何時間 かけても 解けなかった ので、とうとう あきらめてしまった。

  

Sono suugaku no mondai wa nanjikan kaketemotokenakatta node, toutou

akirameteshimatta.

  Soal matematika itu karena memakan waktu mengerjakannya akhirnya saya menyerah.

  

d. Toutou is crucially different from yatto in that the former often indicates a

negative situation that came about spontaneously, but the letter indicates a

positive situation that has been realized with the greatest effort.

  Yang paling penting toutou adalah ungkapan yang berbeda dari yatto yang terlebih dahulu sering kali menunjukkan mengenai sebuah situasi negatif yang datang secara spontan, tetapi yang terakhir menunjukkan situasi/keadaan yang positif yang telah direalisasikan dengan usaha dan upaya yang besar.

  Contoh : 私達の結婚の日がとうとうやって来た。

  • Watashitachi no kekkon no hi toutou yatte kita.

  Hari pernikahan kami akhirnya datang.

e. Toutou tends to occur with a negative statement, so far example 1 the choice toutou indicates the speaker/writers dislike of the winter.

  Toutou cenderung terjadi dengan pernyataan negative, seperti pada contoh toutou menunjukkan ketidaksukaan pembicara pada musim dingin.

  Contoh : 冬がとうとうやって来た。

  • Fuyu ga toutou yattekita.

  Musim dingin akhirnya datang. Migotoko (1998:312), mengemukakan 2 bentuk toutou, yaitu :

  1. とうとう V

  

a. Toutou menggunakan waktu yang panjang/menunjuk pada proses panjang dan

  sebaliknya menunjukkan hal yang dilakukan sampai akhir. Toutou yang menunjukkan sesuatu dilalui dengan rangkaian peristiwa dan waktu yang panjang, dan menunjukkan ketika sesuatu hal tersebut sudah melampaui tingkat /langkah akhir seperti yang sudah diharapkan.

  Contoh:

  • 夏休みも、とうとう終わってしまった。 Natsuyasumi mo, toutou owatteshimatta. Libur musim panas pun akhirnya sudah selesai
  • 卒業式も無事に終わって、とうとう国に帰る日になった。 Sotsugyou shiki mo buji ni owatte, toutou kuni ni kaeru hi natta. Upacara kelulusan pun selesai dengan baik, akhirnya tiba hari pulang/kembali ke negara.

  

b. Toutou yang digunakan pada saat sudah/telah melewati hasil akhir dari suatu

  proses dan menunjukkan walaupun terdapat proses/waktu yang panjang tetapi hal tersebut tetap diusahakan.

  Contoh :

  • 20 年の歳月をかけて、研究はとうとう完成した。

  20 nen no saigetsu wo kakete, kenkyuu wa toutou kanseishita.

  Penelitian yang memakan waktu 20 tahun akhirnya terselesaikan

c. Toutou yang menunjukkan didalamnya terdapat/terkandung unsur emosi si

  pembicara terhadap masa dan hal yang dilakukan sampai melewati beberapa hal, dan juga digunakan pada saat tercampurnya batas kondisi yang telah dijaga sampai hal tersebut terjadi. Contoh : 1.

  相手があまりにしつこいので、温厚な彼もとうとう怒ってしまった Aite ga amari ni shitsu koi no de, onkouna kare mo toutou okotteshimatta.

  Karena lawan bicaranya sangat menyusahkan dia yang ramah pun akhirnya marah.

  2.

  朝から曇っていたが、夕方にはとうとう雨になった。 Asa kara kumotte ita ga, yuugata ni wa toutou ame ni natta.

  Dari pagi berawan tapi pada sore hari akhirnya hujan turun.

2. Toutou + kata kerja –Nakatta / とうとう…V −なかった

  Toutou bentuk ini digunakan pada saat tidak melakukan suatu hal sampai akhir tapi keadaan telah diduga.

  Contoh : 1.

  二時間も待ったが、とうとう彼は来なかった。 Ni ji kan mo matta ga, toutou kare wa konakatta.

  Sudah 2 jam menunggu akhirnya dia tidak datang.

  2.

  何週間も捜索続けられたが、遺体はとうとう発見されなかった。

  Nan shuukan mo sousaku ga tsudzukerareta ga, itai wa toutou hakken sarenakatta.

  Pencarian sudah berlanjut selama beberapa minggu tapi mayatnya akhirnya tidak ditemukan.

  3.

  全力を上げて調査が行われたが、事故の源因はとうとう分からなか った。

  Zenryoku wo agete chousa ga okonawareta ga, jiko no gen’in wa toutou wakaranakatta.

  Diadakan pemeriksaan dengan segenap tenaga tetapi penyebab kecelakaan itu akhirnya tetap tidak dimengerti.

  Dalam Kikuo Nomoto (1988:1234) Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Edisi Bahasa Indonesia, menjelaskan toutou adalah

  1. Akhirnya, kesudahannya, untuk menyatakan sesuatu baru selesai setelah berlalu waktu yang cukup lama (terutama, menyatakan apa yang sudah lama diduga akhirnya betul-betul menjadi kenyataan). Contoh : 1.

  三時間待ったがとうとう彼は来なかった.

  San jikan matta ga toutou kare wa konakatta.

  Sudah 3 jam saya tunggu tapi akhirnya dia tidak datang.

  2.

  フランスへ行きたいという夢がとうとう実現した。 Furansu e ikitai to iu yume ga toutou jitsugen shita.

  Cita-citaku mau ke Perancis akhirnya terwujud.

  3.

  この夏休みはとうとうどこへも行かずじまいだった。 Kono natsuyasumi wa toutou doko e mo ikazu jimai data.

  Akhirnya pada liburan musim panas ini tidak jadi bepergian kemana- mana.

  2. Akhirnya, akibatnya, untuk menyatakan meningginya taraf sesuatu sehingga mencapai batas tertentu.

  Contoh kalimat: 1.

  水はとうとう堤防を超えるところまで来た。 Mizu wa toutou teiboo wo koeru tokoto made kita.

  Akhirnya air mencapai ketinggian yang melebihi tanggul.

  2.

  彼は勉強しすぎてとうとう病気になった.

  Kare wa benkyou shisugite toutou byooki ni natta.

  Dia belajar begitu keras sehinggaakhirnya jatuh sakit

  Toutou merupakan tata bahasa yang dipakai bersama dengan predikat yang berbentuk < taた /daだ> yang menyatakan waktu lewat dan selesai.

2.4.3 Yatto

  Dalam buku A Dictionary of Intermediate Japanese Grammar, Seiichi Makino dan Michio Tsutsui (1995:593), memaparkan yatto sebagai berikut:

  

a. Yatto adv, An adverb to indicates that something desirable has been finally

achieved or will be eventually achieved though with great difficulty. Yatto adalah

  kata keterangan untuk menyatakan bahwa sesuatu yang diinginkan akhirnya telah tercapai atau akhirnya keinginan tersebut akan tercapai meskipun dengan kesulitan yang besar/dengan susah payah. Dalam bahasa Inggris yaitu kata finally; at last ; barely.

  Contoh: 日本史の期末レポートをやっと書き終えた。

  • Nihon shi no kimatsu repoto wo yatto kaki oeta.

  Akhirnya selesai menulis makalah sejarah Jepang.

  b. The adverb yatto can be used with Vinf when something desirable has been

  finally achieved, as exemplified. If something negative has been brought about the adverb can not be used. Kata keterangan yatto dapat digunakan dengan Vinf ketika

  sesuatu yang diinginkan akhirnya telah tercapai. Jika sesuatu negative maka kata keterangan yatto tidak dapat digunakan.

  Contoh : 半年の長い冬が終わって、やっと暖かい春になった。

  

Han toshi nagai fuyu ga owatte, yatto atatakai natsu ni natta.

  Karena musim dingin yang panjang selama setengah tahun berakhir akhirnya musim semi yang hangat datang.

  • になった。

  日本で一年間日本語を勉強したら、やっと日本語が通じるよう

  Nihon de ichi nenkan nihongoo benkyoushitara, yatto nihongo ga tsuujiru youni natta.

  Setelah saya belajar bahasa Jepang selama satu tahun di Jepang saya akhirnya memahami bahasa Jepang.

  c. The adverb yatto can also mean “barely” as in example.

  Kata keterangan yatto dapat juga menyatakan keadaan yang “hampir

  tidak/nyaris, baru dapat”, seperti contoh :

  Contoh : この道は車がやっと一台通る通ねるくらい狭さです.

  • Kono michi wa kuruma ga yatto ichidai tooneru kurai semasa desu.

  Jalan ini sempitnya kira-kira hanya bisa dilewati oleh 1 unit kendaraan. 私の日本語の力ではあいさつをするのがやっとです。

  • Watashino nihon no chikara dewa aisatsu wo suru no ga yatto desu.

  Di dalam kemampuan bahasa Jepang saya hanya sebatas melakukan perkenalan salam.

  家から駅まで走って、やっと、七時半の電車に間に合った。

  Uchi kara eki made hashite, yatto, shichi ji han no densha ni mani atta.

  Karena saya berlari dari rumah sampai stasiun akhirnya tepat waktu pada kereta 7.30.

  • 家族四人がやっと住めるような小さいアパートに入った。

    Kazoku yonin ga yatto sumeru youna chiisai apa-to ni haitta.

    Kami tinggal di apartemen yang kecilnya bisa masuk 4 orang anggota keluarga
  • 父は腰痛めているので、家の周りを散歩するがやっとです。

  Chichi wa koshi itamete irunode, uchi no mawari o sanpo suru ga yatto desu.

  Ayah menderita sakit di punggung akhirnya hanya bisa berjalan di sekitar rumah.

  d. Yatto no koto de is a set phrase that emphasizes the time and efforts it takes for

  

something positive to come about, as exemplified example. The English

translations are ‘at long last’, ‘with the greatest effort’, ‘with the greatest

trouble’ .

  Yatto no koto de adalah sebuah frase sebuah susunan kata-kata / ungkapan yang menekankan/menegaskan waktu dan upaya yang mengambil bentuk positif mengenai sesuatu yang akan datang. Dalam bahasa Inggris ‘at long last’, ‘dengan usaha besar’, ‘dengan kesulitan yang besar’.

  Contoh: やっとのことで家買えた。

  • Yatto no koto de uchi kaeta.

  Akhirnya bisa membeli rumah. やっとのことで、富士山の頂上に着いた。

  • Yatto no koto de, fuji san no choujyou ni tsuita.

  Akhirnya dengan usaha besar, tiba di puncak gunung fuji. Dalam Nihongo Bunkei Jiten (1998:603) disebutkan beberapa pengertian

  yatto, yaitu: 1.

   Yatto yang merupakan perwujudan dari harapan/pemikiran.

  a.

   Yatto menunjukkan sikap yang melaksanakan/mengimplementasikan hal yang sudah diharapkan oleh si pembicara dengan adanya kesusahan.

  Banyak digunakan dalam bentuk やっとV-た. Menunjukkan perasaan bebas dan bahagia si pembicara, dan menunjukkan perasaan yang “dalam waktu lama” “sudah mengalami/merasakan kesusahan. Yatto juga merupakan hal yang hanya digunakan pada hal yang telah diharap- harapkan oleh si pembicara. Contoh :

  三回試験を受けて、やっと合格した。

  • San- kai shiken o ukete, yatto gōkaku shita.

  Menempuh ujian 3 kali dan akhirnya lulus.

  • Tesuto mo yatto owatta.

  テストもやっと終わった。

  Ujian pun akhirnya selesai. 何日も練習してやっとできるようになった。

  • Nan'nichi mo renshū shite yatto dekiru yō ni natta.

  Beberapa hari latihan dan akhirnya bisa selesai. やっと、退院できるところまで快復した。

  • Yatto, taiin dekiru tokoro made kaifuku shita.

  Akhirnya, sembuh sampai keluar dari rumah sakit. 1995年にトソネルはやっと完成した。

  • 1995-Nen ni tosoneru wa yatto kansei shita.

  Di tahun 1995 terowongan akhirnya rampung. きびしく注意したので、予後もやっといたずらをしなくなった

  • Kibishiku chūi shitanode, yogo mo yatto itazura o shinakunatta.

  Karena perhatian yang ketat, cucu pun akhirnya tidak melakukan kenakalan.

  • Ashita de yatto shiken mo owaru.

  明日でやっと試験も終わる。

  Besok, akhirnya ujian pun selesai. 貯金もかなりできた。これでやっと独立できる。

  • Chokin mo kanaride kita.Kore de yatto dokuritsu dekiru.

  Sedang sungguh-sungguh menabung. Oleh karena itu akhirnya bisa berdikari.

  • Musume mo rainen wa yatto shotshugyou da.

  娘も来年はやっと卒業だ。

  Anak perempuan pun tahun depan akhirnya lulus.

2.Yatto <Keadaan yang hampir saja/nyaris >

  Digunakan pada kalimat percakapan dan kalimat tulisan. Dibagi menjadi:

  a. やっと+V a.

   Yatto yang pada saat menyatakan adanya kesulitan dan akhirnya hal tersebut menjadi menyenangkan.

  Contoh kalimat: 1.

  タクシーをとばして、やっと約束の時間に間に合った。 Takushi wo tobashite, yatto yakusoku no jikan ni mani atta.

  Karena naik taksi, akhirnya tepat waktu pada waktu janji 2. 試合は延長戦にもつれこんだが、全力を振り絞ってやっと勝っ

  た。

  Shiai wa enchousen ni wo tsurekonda ga, zenryoku wo furishibotte yatto katta.

  Di pertandingan di babak tambahan, karena mengumpulkan seluruh kekuatan akhirnya menang.

  Yatto bisa digunakan bersamaan dengan ekspresi yang menunjukkan

  kualitas, menunjukkan hal karena banyaknya jumlah prestasi dan tidak lebih dari itu atau prestasi itu sedikit, seperti pada contoh : Contoh : 1.

  うちの子は先月やっと二才になったばかりだ。

  Uchi no ko wa sengetsu yatto ni-sai ni natta bakarida Anak saya bulan lalu akhirnya sudah berumur 2 tahun.

  2.

  彼が出発してから、まだやっと三日しかたっていない。

  

Kare ga shuppatsu shite kara, mada yatto mikka shikata tte inai

Akhirnya masih 3 hari saja, setelah keberangkatannya. b.Yatto + kata kerja-Te iru / やっと+V

  ている Yatto bentuk ini menyatakan terus menjaga kondisi yang sekarang dan terdapat adanya kesedihan, seperti pada contoh.

  Contoh : 1.

  退職してからは、国から支払われる年金で、やっと生活してい る。

  Taishoku shite kara wa,-koku kara shiharawa reru nenkin de, yatto seikatsu shite iru.

  Setelah mengundurkan diri, dan uang pinjaman dari negara dibayar akhirnya menjalani kehidupan ini.

  2.

  私は太りやすい体質で、ダイエットおして現在の体重を維持し ている。

  Watashi wa futori yasui taishitsu de, daietto oshite genzai no taijū o iji shite iru.

  Saya karena mudah gemuk, melakukan diet, akhirnya sekarang menjaga berat badan.

  Yatto yang digunakan di saat terus menjaga kondisi sekarang sebelum 1

  langkah hilang dari kondisi terburuk “mati atau tumbang” seperti kalimat di bawah ini:

  1.

  人工呼吸鎖を使って、やっと生きている状態だ。 Jinkō kokyū kusari o tsukatte, yatto ikite iru jōtaida.

  Membuat pernafasan buatan dan akhirnya kondisinya lebih baik.

  2.

  一面焼け野原で、焼け残った家も、燃え残った柱のおかげで、 やっと立っているというありさまだった。

  Ichimen yakenohara de, yake nokotta ie mo, moe nokotta hashira no okage de, yatto tatte iru to iuari samadatta.

  Di padang rumput yang terbakar, tersisa juga rumah yang terbakar, akhirnya tersisa hanya tinggal tiang yang berdiri.

  c.やっと+V N Yatto yang menggunakan V-ru + Noun/kt.benda menunjukkan arti yang

  menyatakan suatu benda yang memiliki “taraf kemampuan”, menunjukkan arti yang menyatakan “akhirnya mampu meskipun sulit”, bisa digunakan bersama dengan ekspresi yang menunjukkan terdapat ”adanya kemungkinan”. Contoh kalimat:

  1.

  私の家は、家族5人がやっと暮らせる広さしかない。

Watashi no ie wa, kazoku 5-nin ga yatto kuraseru hiro-sa shika nai.

  Rumah saya, luasnya, akhirnya bisa ditinggali 5 keluarga.

  2.

  かさの実は、大人が背伸びをしてやっと届くところにあった。 Kasa no jitsuwa, otona ga senobi o shite ya~tsu to todoku tokoro ni atta.

  Buah kesemek, akhirnya sampai untuk menguak kondisi tubuh orang dewasa.

  d.やっと+Noun- Yatto bentuk ini digunakan bersamaan dengan ekspresi yang menunjukkan

  jumlah, menunjukkan pula hal yang telah dicapai pada jumlah itu karena telah mengalami suatu penderitaan, pembicara akan menggunakan di saat sedang berfikir “jumlah tersebut sedikit menguras tenaga, seperti kalimat:

  Contoh: 1.

  宿題はなかなか終わらない。まだやっと半分だ。