Analisis Nuansa Makna Verba “Mawaru” Dan “Meguru” Dalam Kalimat Bahasa Jepang

(1)

ANALISIS NUANSA MAKNA VERBA “MAWARU” DAN “MEGURU” DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

NIHONGGO BUNSHOU DE NO ‘MAWARU’ TO “MEGURU” NO NYUANSA NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang

Sastra Jepang

Oleh:

Windy Natasia Febrina Hsb

070708037

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

ANALISIS NUANSA MAKNA VERBA “MAWARU” DAN “MEGURU” DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

NIHONGGO BUNSHOU DE NO ‘MAWARU’ TO “MEGURU” NO NYUANSA NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian

sarjana dalam bidang Sastra Jepang

Oleh:

Windy Natasia Febrina Hsb

070708037

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A

NIP: 196008271991031004 NIP: 196106282006042001 Siti Muharami Malayu,SS.M.Hum

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Disetujui Oleh:

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Departemen Sastra Jepang Ketua,

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum NIP. 19600919 1988 03 1 001


(4)

PENGESAHAN

Diterima Oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Pada : Tanggal : Hari :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP. 19511013 197603 1 001 Dr. Syahron Lubis, M.A

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum (………)

2. Drs. H.Yuddi Adrian Muliadi, M.A (...……...……)


(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

KATA PENGANTAR ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Permasalahan ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 6

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitaian... 9

1.6 Metode Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA BAHASA JEPANG, PENGERTIAN VERBA MAWARU DAN MEGURU DAN STUDI SEMANTIK ... 13

2.1 Pengertian Verba ... 13

2.2 Jenis-jenis Verba ... 15

2.3 Fungsi Verba ... 21

2.4 Pengertian Verba Mawaru dan Meguru ... 22

... 2.4.1 Pengertian Verba Mawaru ... 22

2.4.2 Pengertian Verba Meguru ... 23

2.5 Studi Kajian Semantik ... 25


(6)

2.5.2 Sinonim dan Permasalahannya ... 28

2.5.3 Pilihan Kata ... 37

BAB III ANALISIS NUANSA MAKNA VERBA MAWARU DAN MEGURU DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG ... 39

3.1 Verba Mawaru ... 39

3.2 Verba Meguru ... 47

3.3 Analisis Perbedaan Nuansa Makna Verba Mawaru dan Meguru dalam Kalimat Bahasa Jepang ... 54

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

4.1 Kesimpulan ... 63

4.2 Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, hanya atas berkat dan izinNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Nuansa Makna Verba Mawaru dan Meguru dalam Kalimat Bahasa Jepang”. Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana pada jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemui kesulitan-kesulitan, Namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Program Studi Sastra Jepang fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara; 3. Bapak Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A, selaku Dosen Pembimbing I

yang telah demikian besar memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dan memberikan banyak pengarahan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

4. Ibu Siti Muharami Malayu, SS, M.Hum, selaku Dosen pembimbing II yang telah begitu banyak memberikan masukan dan arahan yang sangat bermanfaat.


(8)

5. Bapak/ Ibu Dosen Program Studi Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak ilmu selama penulis menempuh pendidikan disini.

6. Orangtua penulis dan seluruh keluarga papa dan mama H. Dame Hasibuan dan Hj. Nurhaida Pasaribu yang telah banyak memberikan bantuan moral dan materi terhadap penulis.

7. Teman-teman penulis di Departemen Sastra Jepang, Ica, Debya, Wahyu, Giovani, dan juga buat keluarga besar Oriflame, kak Sri, kak Junita, pak Karya, Lina, Cory, Anisa, Deby, Tika, Ana, Gelis dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Mengingat keterbatasan penulis sendiri, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk memperbaikinya sehingga akhirnya skripsi ini dapat berguna dengan baik untuk penulis maupun pembelajar Bahasa Jepang atau pihak-pihak yang memerlukan.

Medan, Oktober 2012 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

KATA PENGANTAR ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.7 Latar Belakang Permasalahan ... 1

1.8 Perumusan Masalah ... 4

1.9 Ruang Lingkup Pembahasan ... 6

1.10 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 6

1.11 Tujuan dan Manfaat Penelitaian... 9

1.12 Metode Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA BAHASA JEPANG, PENGERTIAN VERBA MAWARU DAN MEGURU DAN STUDI SEMANTIK ... 13

2.5 Pengertian Verba ... 13

2.6 Jenis-jenis Verba ... 15

2.7 Fungsi Verba ... 21

2.8 Pengertian Verba Mawaru dan Meguru ... 22

... 2.4.1 Pengertian Verba Mawaru ... 22

2.4.2 Pengertian Verba Meguru ... 23


(10)

2.5.1 Jenis-jenis Makna Dalam Semantik ... 25

2.5.2 Sinonim dan Permasalahannya ... 28

2.5.3 Pilihan Kata ... 37

BAB III ANALISIS NUANSA MAKNA VERBA MAWARU DAN MEGURU DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG ... 39

3.1 Verba Mawaru ... 39

3.2 Verba Meguru ... 47

3.3 Analisis Perbedaan Nuansa Makna Verba Mawaru dan Meguru dalam Kalimat Bahasa Jepang ... 54

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

4.1 Kesimpulan ... 63

4.2 Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA


(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, hanya atas berkat dan izinNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Nuansa Makna Verba Mawaru dan Meguru dalam Kalimat Bahasa Jepang”. Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sastra, Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemui kesulitan-kesulitan, Namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A, selaku Dosen Pembimbing I yang telah demikian besar memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dan memberikan banyak pengarahan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

4. Ibu Siti Muharami Malayu, SS, M.Hum, selaku Dosen pembimbing II yang telah begitu banyak memberikan masukan dan arahan yang sangat bermanfaat.


(12)

5. Bapak/ Ibu Dosen Program Studi Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak ilmu selama penulis menempuh pendidikan disini.

6. Orangtua penulis dan seluruh keluarga papa dan mama H. Dame Hasibuan dan Hj. Nurhaida Pasaribu yang telah banyak memberikan bantuan moral dan materi terhadap penulis.

7. Teman-teman penulis di Program Studi Sastra Jepang, Ica, Debya, Wahyu, Giovani, dan juga buat keluarga besar Oriflame, kak Sri, kak Junita, pak Karya, Lina, Cory, Anisa, Deby, Tika, Ana, Gelis dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Mengingat keterbatasan penulis sendiri, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk memperbaikinya sehingga akhirnya skripsi ini dapat berguna dengan baik untuk penulis maupun pembelajar bahasa Jepang atau pihak-pihak yang memerlukan.

Medan, September 2012 Penulis


(13)

ABSTRAK

Bahasa adalah sarana komunikasi yang memiliki peranan penting dalam menyampaikan suatu informasi. Namun dalam berkomunikasi sering memiliki kendala.Salah satu diantaranya adalah sinonim atau perasamaan makna dalam sebuah bahasa baik berupa kata, pola kalimat, ungkapan ataupun bunyi-bunyi bahasa.

Dua buah kata atau lebih yang memiliki salah satu imitokuchou ( semantic feature) yang sama, dapat dikatakan sebagai kata yang bersinonim. Akan tetapi walaupun beberapa kata tersebut memiliki makna yang hampir sama, hanya terjadi pada konteks-konteks tertentu saja. Sinonim terbagi atas 3 jenis yaitu:

1. Housetsu kankei (包摂関係 )

Sinonim ini menunjukan bahwa suatu arti kata termasuk kedalam arti lain secara sempit (khusus).

2. Shisateki Tokuchoo (示唆的特徴 )

Sinonim ini merupakan kata-kata yang sepadan /mirip dalam arti, namun memiliki perbedaan.

3. Dougigo (同義語 )

Sinonim ini menunjukan arti yang sama / sepadan .

Dalam penelitian ini penulis memilih verba mawaru (回る) dan meguru (巡る) sebagai tema dalam penelitian ini .Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan :

1. Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang pemakaian verba mawaru dan meguru yang bermakna berputar atau berkeliling;

2. Untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan verba mawaru dan meguru. 3. Untuk mengetahui sejauh mana batasan fungsi mawaru dan meguru dalam


(14)

Hasil penelitian ini diketahui bahwa Verba mawaru dan meguru termasuk dalam shisateki tokuchoo dalam klasifikasi sinonim.

verba mawaru dan meguru memiliki beberapa persamaan dan perbedaan yang dijadikan acuan ketika menggunakan kedua verba tersebut dalam konteks kalimat. Verba mawaru digunakan untuk menyatakan makna berputar seperti melukiskan bentuk lingkaran, juga digunakan untuk meyatakan keuntungan atau laba, sedangkan verba meguru berputar kesana kemari tanpa menujukan arah pastinya, dan digunakan untuk menyatakan perputaran atau pergantian musim. Digunakan pula untuk menyatakan tentang, atau suatu hal yang berhubungan dengan hal tertentu.

Dalam kalimat- kalimat tertentu verba meguru maupun mawaru dapat saling menggantikan. Seperti pada penggunaan kata berkeliling, maka dilihat nuansa yang ditimbulkan saat subjek melakukan aktifitas, apakah dalam konteks tersebut subjek berkeliling berputar membentuk seperti lingkaran, atau dari satu titik kembali ketitik semula, atau subjek bergerak mengitari sesuatu secara acak atau kesana kemari.

Penulis berharap semoga penelitian ini dapat digunakan bagi dunia pendidikan bahasa Jepang pada umumnya dan khususnya bagi pembelajar bahasa Jepang beserta penulis sendiri.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa dapat diartikan sebagai suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh masyarakat tutur untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri Chaer, Abdul (1998:1).

Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah ataupun aturan masing-masing yang baik dan benar. Artinya dalam pemakaian bahasa itu harus sesuai dengan situasi pemakainya dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Untuk menghindari masalah dalam berbahasa , seseorang perlu mempelajari tata bahasa yang baik dan benar, terutama saat hendak berbicara dengan orang yang tidak sebahasa dengan kita, atau saat hendak menterjemahkan bahasa asing.

Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang banyak dipelajari oleh masyarakat Indonesia saat ini. Bahasa merupakan kunci penentu menuju keberhasilan dan memilik peran sentral khususnya dalam perkembangan pengetahuan, sosial dan emosional seseorang serta dalam mempelajari semua bidang studi. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk menyampaikan dan menyerap gagasan, fikiran, pendapat, serta perasaan. Dengan bahasa juga, diharapkan dapat membantu seseorang untuk mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain serta berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Agar fungsi komunikasi bahasa dapat tersampaikan dengan baik, maka pembicara dan lawan bicara harus memiliki pemahaman makna yang sama. Bahasa Jepang merupakan bahasa yang unik, karena selain memiliki jenis huruf yang


(16)

beragam, bahasa Jepang juga memiliki keunikan dalam aspek bunyi, intonasi, pola kalimat dan lain sebagainya. Hal lain yang menjadi keunikan dalam bahasa Jepang adalah sinonim ( ruigigo). Sinonim merupakan salah satu masalah dalam penggunaan bahasa asing termasuk bahasa Jepang. Sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “onoma” yang berarti “nama” dan “syn” yang berarti “dengan”. Maka secara harafiah kata sinonim berarti nama lain untuk benda atau hal yang sama.

Sinonim (Ruigigo) adalah beberapa kata yang memiliki bunyi ucapan yang berbeda namun memiliki makna yang sangat mirip. (Sutedi, 2004: 114). Kesalahan berbahasa pada pembelajar, umumnya terjadi karena adanya transfer negatif bahasa ibu dengan bahasa Jepang. Kesalahan yang muncul bisa berupa penggunaan kosakata, penggunaan pola kalimat, dan lain sebagainya. ( Sutedi, 2008: 1). Maka pemahaman kosakata dianggap salah satu bagian penting dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai.

Hal ini dipertegas oleh Tarigan (1985 :2) bahwa : “ Kualitas keterampilan berbahasa seseorang tergantung pada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimiliki. Semakin banyak kosakata yang kita miliki, semakin besar pula kemungkinan kita terampil dalam berbahasa”.

Sinonim dalam bahasa Jepang banyak kita jumpai dalam bentuk kata kerja atau verba. Salah satu contoh kata dalam bahasa Jepang yang memiliki sinonim adalah 勉強する (benkyousuru) ‘belajar’, 習う(narau) ‘belajar’ dan 学ぶ (manabu ) ‘belajar’ yang ketiganya sama-sama memiliki makna “belajar”,思う (omou) ‘bermaksud’ dan 考える(kangaeru) ‘berfikir/bermaksud’ dimana kedua kata tersebut memiliki makna”berfikir/bermaksud”. Kata-kata tersebut kerap muncul dalam buku


(17)

pelajaran maupun dalam percakapan sehari-hari, Tetapi dalam pemakaiannya pada kalimat, kosakata-kosakata tersebut tidak dapat sepenuhnya saling menggantikan, disebabkan dua atau tiga kata kata yang bersinonim maknanya tidak akan persis sama Chaer, Abdul (1994: 298). tetapi masih banyak pembelajar bahasa Jepang yang melakukan kesalahan dalam menggunakan kata-kata tersebut dalam sebuah kalimat yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mereka tentang kata-kata yang bersinonim.

Dalam penelitian ini penulis memilih verba mawaru dan meguru sebagai tema dalam penelitian ini. Berikut adalah contoh dari kedua verba tersebut:

1. 東京から小坂に行くのに金沢を回って行った. (Nihon Go Kihon Doushi Jiten, 1996:485)

Tokyo kara Osaka ni iku noni kanazawa wo mawatte itta.

Walaupun dari Tokyo mau pergi ke Osaka tetapi perjalanan mengelilingi Kanazawa.

2. 諸国を巡る. Nihongo Daijiten 2 Edition (1995 :145)

Shoukoku wo meguru.

Berkeliling ke berbagai negara.

Dari kedua contoh diatas kedua verba mawaru dan meguru bila di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia memiliki makna yang hampir sama yaitu “berkeliling atau berputar” tetapi dari persamaan dan perbedaan serta penggunaannya dalam kalimat belum jelas, sehingga pembelajar bahasa Jepang


(18)

memiliki kesulitan dalam menangkap maknanya maupun pada saat akan digunakannya.

Alasan lain dipilihnya verba tersebut adalah sebagai berikut:

• Sering digunakan dalam percakapan bahasa Jepang sehari-hari; • Sering muncul dalam buku pelajaran ataupun media lainnya;

• Sulit dipahami oleh pembelajar bahasa Jepang, sehingga sering terjadi kesalahan dalam penggunaannya.

Dengan dilatarbelakangi hal-hal tersebut diatas, makan penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut dengan menganalisis doushi tersebut dalam sebuah penelitian yang berjudul : Analisis Nuansa Makna Verba “ Mawaru dan Meguru” Dalam Kalimat Bahasa Jepang.

1.2 Perumusan Masalah

A. Chaer ( 1998: 44) Bahasa merupakan sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujar. Sebagai lambang tentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan itu adalah pengertian, suatu konsep, suatu ide, dan suatu pikiran yang ingin disampaikaan dalam wujud bunyi itu, oleh karena itu lambang-lambang itu mengacu pada suatu konsep, ide, atau fikiran, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna.

Munculnya perbedaan makna diinterprestasikan dan akhirnya menimbulkan kesalahpahaman antar individu yang berkomunikasi atau terjemahan yang tidak sesuai dengan bahasa Jepang yang mengakibatkan adanya kesalahan dalam pengertian kata tersebut dalam kalimat bahasa Jepang.


(19)

Seperti halnya dengan sinonim (ruigigo) yang terdapat dalam bahasa Jepang. Salah satu contoh adalah verba mawaru dan meguru yang akan diteliti oleh penulis.

Sebagai contoh :

1. 新社長は得意先を挨拶に回った

Shinshachou wa tokuisaki wo aisatsu ni

. (Nihon Go Kihon Doushi Jiten, 1996:486)

mawatta Direktur baru itu

. berkeliling menyapa para pelanggan.

2. 諸国を巡る. (Nihongo Daijiten 2 Edition, 1995 :145)

Shoukoku wo meguru.

Berkeliling ke berbagai negara

Pada kalimat (1) dan (2) makna dari pada kedua verba diatas sama-sama “berkeliling” namun apabila verba tersebut ditukar dalam kalimat maka akan mengubah makna dari kalimat itu sendiri, dan tidak selamanya verba mawaru dan meguru dapat saling menggantikan dalam kalimat, ada kalimat-kalimat tertentu yang hanya dapat digunakan oleh masing-masing verba yang akan kita bahas di bab selanjutnya.

Dalam bentuk pertanyaan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apa fungsi dan makna verba mawaru dan meguru dari segi makna?

2. Bagaimana nuansa verba mawaru dan meguru yang disesuaikan dengan makna kontekstual dalam bahasa Jepang?


(20)

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penulis skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup pembahasannya mengenai penggunaan kata yang bersinonim seperti mawaru dan meguru. Pembahasannya lebih difokuskan kepada analisis perbedaan nuansa dan makna dari kedua kata yang bersinonim diatas. Dan juga tidak menutup kemungkinan melihat persamaan-persamaan pemakaian kedua kata tersebut dalam struktur kalimat.

Untuk masing-masing verba mawaru dan verba meguru akan dibahas dalam contoh kalimat yang diambil dari kalimat-kalimat bahasa Jepang yang diambil dari internet, buku-buku bacaan bahasa Jepang, seperti buku Japanese For Today, Intermediate Japanese An Intergrated course, tabloid bahasa Jepang seperti Nipponia, lagu bahasa Jepang dan berbagai artikel bahasa Jepang lainnya yang mendukung penelitian ini.

Sebelum Bab pembahasan, Penulis menjelaskan juga tentang pengertian verba, jenis-jenis verba, fungsi verba, pengertian verba mawaru dan meguru jenis-jenis makna dalam semantik, sinonim dan permasalahanya serta pemilihan kata.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori a. Tinjauan Pustaka

Menurut Abdul Chaer (1994: 1) menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang mengkaji tentang bahasa sebagai objek kajian.

Untuk itu penulis menggunakan konsep atau defenisi yang berkaitan dengan linguistik, terutama dalam bidang semantik atau makna.


(21)

Bahasa terdiri dari kosakata-kosakata yang membentuk kalimat. Dalam setiap kosakata mengandung makna. Salah satu jenis kosakata adalah sinonim. Sinonim menurut Zgusta dalam buku Linguistik Umum Chaer, Abdul (1998: 2 ) merupakan kata-kata yang memiliki bentuk berbeda tetapi arti yang hampir sama.

Dalam bahasa Jepang juga terdapat sinonim. Menurut Akimoto (2004: 112) dalam bukunya yang berjudul Yoku Wakaru Goi bahwa sinonim terbagi atas 3 jenis yaitu:

1. Housetsu kankei (suatu arti kata termasuk kedalam arti lain)

2. Sisateki Tokuchoo (sepadan dalam arti namun memiliki perbedaan) 3. Dougigo ( Arti dan makna yang sama atau sepadan)

Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan tentang verba mawaru dan

meguru yang memiliki makna yang berbeda namun terkadang bisa saling

menggantikan pada kalimat-kalimat tertentu. Mawaru adalah sesuatu yang bergerak dari suatu poros seperti gambar sebuah lingkaran atau berpindah ke tempat khusus, dan dapat juga bermakna bekerja keras atau bekerja dengan cukup sampai mendapatkan tujuan Umesoa, Tadao (1995 : 144). Meguru adalah adalah bergeraknya suatu hal atau materi yang berpusat dari satu tempat bergerak mengitari tempat lain dan kembali ke tempat asal atau berbentuk lingkaran dan bermakna berpindah kesana kemari Shibata, Takeshi dkk (2002: 373). Baik mawaru ataupun meguru sama-sama berarti melakukan pergerakan berkeliling namun pada struktur kalimat tertentu tidak dapat saling menggantikan.


(22)

Sesuai dengan pembahasan skripsi ini, teori atau pendekatan yang digunakan untuk menganalisis makna verba mawaru dan meguru adalah pendekatan linguistik dalam kajian semantik.

Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk-beluk bahasa pada umumnya. Sebagai ilmu linguistik beberapa bidang kajian yang menyangkut struktur-struktur dasar tertentu salah satunya yaitu bidang kajian makna (semantik). Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani yaitu sema (kata benda) yang berarti ”tanda” dan ”lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti ”menandai” atau ”melambangkan”.

Menurut Koizumi dalam buku Kihon Doushi yohoo Jiten (1989: 2) semantik ( imiron) adalah mengungkapkan makna dari sebuah kata. Sedangkan menurut Sutedi (2004:103) semantik adalah salah satu cabang linguistik (genggogaku) yang mengkaji tentang makna. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan ilmu tentang makna atau arti Ferdinand De Saussure dalam Chaer, (1961:2).

Selanjutnya menurut Parera (2004:16) secara umum teori makna dibedakan atas:

1. Teori Refrensial atau Korespondensi 2. Teori Kontekstual

3. Teori Mentalisme 4. Teori Formalitas


(23)

Dari beberapa makna yang termasuk dalam kajian semantik salah satu makna yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas adalah Teori Kontekstual.Teori makna Kontekstual adalah sebuah makna leksem atau kata kata yang berbeda dalam suatu konteks, termasuk juga dapat berkenaan dengan situasinya Abdul Chaer, (1994:2001).

Teori kontekstual merupakan teori yang digunakan dalam penulisan skripsi dengan cara menganalisis verba berdasarkan konteks kalimat dalam satu paragraf agar menemukan makna atau nuansa yang ditimbulkan dengan menggunakan verba mawaru atau meguru.

Sesuai dengan Teori Kontekstual penulis juga menggunakan pemilihan kata yang disesuaikan dengan kaidah yang sudah ditetapkan oleh pemakai bahasa pertama atau bahasa ibu. Seperti yang diutarakan oleh Robert Lado dalam buku Pengajaran Analisis Kontrasitif yang ditulis oleh Tarigan: "Unsur-unsur yang sama didalam bahasa ibu dengan bahasa asing yang sedang dipelajari sangat menunjang pengajaran untuk bahasa yang sedang dipelajari; sebaliknya unsur-unsur yang berbeda menyebabkan timbulnya kesulitan belajar". Tarigan, Hendri Guntur (1985 : 23).

Berdasarkan teori makna diatas, maka penulis akan menginterpretasikan makna verba mawaru dan meguru sesuai dengan konteks kalimatnya

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk seluruh permasalahan yang dirumuskan diatas. Tujuan khusus penulis rumuskan sebagai berikut:


(24)

1. Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang pemakaian verba mawaru dan meguru yang bermakna berputar atau berkeliling; 2. Untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan verba mawaru dan

meguru.

3. Untuk mengetahui sejauh mana batasan fungsi mawaru dan meguru dalam kalimat bahasa Jepang.

b. Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh berdasarkan tujuan penelitian diatas adalah:

1. Untuk dapat lebih memahami makna verba mawaru dan meguru;

2. Dapat menjadi bahan refrensi bagi para pembelajar bahasa Jepang khususnya mengenai persamaan dan perbedaan mawaru

dan meguru. Hal ini diperlukan untuk menghindari

kesalahpahaman yang timbul akibat penggunaan mawaru dan meguru ini pada konteks yang tidak seharusnya.

3. Dengan diadakannya penelitian ini selain dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya, dapat pula dijadikan sebagai masukan bagi para pembelajar bahasa Jepang.


(25)

1.6 Metode Penelitian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode peneltian adalah cara mencari kebenaran dengan asas-asas gejala alam, masyarakat atau kemanusiaan, berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan.

Penelitian deskriptif (deskriftive research) adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan ( menjabarkan) suatu keadaan atau fenomena yang ada secara apa adanya

Sutedi (2008 :18).

Penelitian adalah suatu kegiatan mengkaji (study) secara teliti dan teratur dalam suatu bidang ilmu menurut kaidah tertentu. Kaidah yang dianut ialah kaidah metode. Metode adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan tindakan,atau suatu kerangka berfikir menyusun gagasan, yang beraturan, terarah dan terkonteks, yang relevan dengan maksud tujuan. Secara ringkas, metode ialah suatu sistem untuk melakukan suatu tindakan.

Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (liberary research) yaitu dengan mengumpulkan data dan membaca refrensi yang berkaitan dengan topik permasalahan yang dipilih penulis. Serta merangkainya menjadi sebuah informasi yang mendukung penyusunan skripsi ini.

Adapun teknik analisis data yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah menggunakan teori dari buku Metode dan Aneka Analisis Bahasa Sudaryanto (1993: 48-50) antara lain:


(26)

1. Pengumpulan Data

Mencakup pengumpulan contoh-contoh kalimat yang digunakan dalam tulisan ilmiah, buku bacaan umum maupun data yang akurat dari internet (jitsurei),

2. Analisis Data

Mencakup pengajian setiap contoh kalimat mengenai kondisi atau situasi yang muncul dalam kalimat tersebut, pengelompokan contoh-contoh kalimat berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap sebelumnya, mencari persamaan dan perbedaan yang terjadi berdasarkan pengelompokan yang telah dilakukan, menganalisis data dengan melihat konteks dimana ungkapan-ungkapan tersebut dapat atau tidaknya digunakan, maupun dapat tidaknya saling menggantikan dalam kalimat.

3. Memberi Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka akan diperoleh kesimpulan berdasarkan atas penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Sehingga dalam skripsi ini akan mendeskripsikan hasil penelitian yang dilakukan mengenai verba mawaru dan meguru dengan cara memberikan (menjabarkan) hasil analisis tentang makna dan fungsi kedua doushi tersebut dalam prosedur ilmiah dan apa adanya.


(27)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA BAHASA JEPANG,

PENGERTIAN VERBA MAWARU DAN MEGURU DAN STUDI SEMANTIK

2.1 Pengertian Verba

Terhadap beberapa defenisi verba antara lain menerangkan tentang pemakaiannya di dalam konteks kalimat dan mengkasifikasikannya.

Penulis mencoba menggunakan defenisi bahasa Jepang, sebelum menelaah fungsi bahasa Jepang secara umum dan pemakaian verba meguru dan verba mawaru . Penulis akan menerangkan pengertian verba yang diambil dari beberapa sumber yang di temukan oleh beberapa ahli linguistik.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan atau keadaan yang juga disebut kata kerja Poerwadarmita, (2005: 1260).

Dalam bahasa Jepang Verba disebut dengan doushi. Makna dilihat dari kanjinya:

動く= ugoku = bergerak 詞= shi = kata

動詞= doushi = kata yang bermakna gerak

Doushi adalah kata kerja yang berfungsi menjadi predikat dalam

kalimat, mengalami perubahan bentuk (katsuyou) dan biasanya berdiri sendiri Sutedi, (2003:42).


(28)

Doushi adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang , sama dengan adjektiva-i dan adjektiva-na menjadi salh satu yoogen. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan sesuatu. Doushi termasuk jiritsugo, dapat membentuk bunsetsu walau tanpa bantuan kelas kata lain, dan dapat menjadi predikat bahkan dengan sendirinya memiliki potensi untuk menjadi sebuah kalimat. (Sudjianto, 2007: 149).

Dalam kokugo hyakka Jiten ( 1979 : 32) defenisi doushi adalah : 動詞は品詞の一つ(書く),(聞く),(読む),(話す)などのように,人や物事の 動きやようすを表す言葉,言切るときはう段(う,く,す,つ,ぬ,ふ,む,ゆ,る). また (書かない), (書きます), (書くとき), (書けば), (書け),(書こう)のように,下につずく言葉によって,あるきまりにしたが って形が変わる.

Doushi wa hinsin no hitotsu. (kaku), ( kiku), (yomu), (hanasu) nado no youni,hito ya monogoto no ugoki ya yousu wo awarasu kotoba. Iikiru toki ha u-dan (u, ku, su,tsu,nu, fu,mu,yu,ru). Mata (kakanai), (kakimasu), (kakutoki), (kakeba), (kake), (kakou) no youni. Shita ni tsuzuku kotoba ni yotte. Arakimari ni shitagatte kei ga kawaru.

Verba adalah salah satu jenis kata yang menunjukan tingkah laku, perbuatan manusia atau gerak suatu benda seperti menulis, mendengar,membaca,berbicara dan lain sebagainya. Pada akhir kata diakhiri oleh suara “u” (u, ku, su, tsu, nu, fu, mu, yu, ru) Selanjutnya kata tersebut berubah sesuai dengan ketentuan berdasarkan pada kata yang mengikuti seperti : kakimasu, kaku, kakeba, kake, kakou.


(29)

私たちの行動動作や気持感情,私たちの周りにあるものの動き変化や嬢

きょなどを表す単語を動詞と言います.

Watashitachi no kondou dousa ya kimochi kanjyou. Watashitachi no mawari ni aru mono no ugoki henka ya jyoukyo nado wo arawasu tango wo doushi to uimasu.

Doushi disebut juga kata-kata yang menggambarkan aktivitas. Pergerakan dan perasaan kita. Serta menggambarkan pergerakan. Perubahan keadaan benda-benda disekeliling kita.

Dari defenisi-defenisi doushi di atas bisa disimpulkan bahwa doushi menunjukan gambaran tentang:

1. Aktifitas gerakan, perbuatan manusia dan benda 2. Perasaan dan emosi manusia

3. Perubahan keadaan 4. Keberadaan suatu benda

2.2 Jenis-jenis verba

Dalam buku Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang Dedi Sutedi (2003:47) menyatakan bahwa verba dalam bahasa Jepang digolongkan kedalam tiga kelompok berdasarkan pada bentuk konjugasinya.

a. Kelompok I

Kelompok I disebut dengan 五段動詞 (godan-doushi) karena kelompok ini mengalami perubahan dalam kalimat deretan bunyi bahasa Jepang yaitu:


(30)

あ、 い、 う、 え、 お (a,i,u,e,o), cirinya yaitu verba yang berakhiran (gobi) huruf う、 つ、 る、 く 、 す、 む、 ぬ、 ぶ (u,tsu,ru,ku,su,mu,nu,bu).

Contoh:

1. 買う ka-u (membeli) 2. 立つ ta-tsu (berdiri) 3. 売るu-ru (menjual) 4. 書くka-ku (menulis) 5. 泳ぐoyo-gu (berenang) 6. 読む yo-mu (membaca) 7. 死ぬ Shi-nu (mati) 8. 遊ぶ aso-bu (bermain) 9. 話すhana-su (berbicara)

b. Kelompok II

kelompok II disebut dengan 一段動詞 (ichidan-doushi) karena prubahannya hanya pada satu deretan bunyi saja. Ciri umum dari verba ini adalah yang berakhiran suara え、 る (e, ru) yang disebut kami ichidan-doushi atau yang berakhiran い、 る (i, ru) yang disebut shimo-ichidan-doushi. Contoh :

1. 見る mi-ru (melihat) 2. 起きる oki-ru (bangun) 3. 寝る ne-ru (tidur)


(31)

4. 食べる tabe-ru (makan) c. Kelompok III

Verba kelompok III ini merupakan verba yang perubahannya tidak beraturan, sehingga disebut 変格動詞 (henkaku-doushi) diantaranya terdiri dari dua verba yaitu:

1. する suru (melakukan) 2. 来る kuru (datang)

Dalam buku A Dictionary Of Basic Japanese Grammar Seiiichimakino dan Tsutsui (1997:582-584) mengklasifikasi verba secara semantik menjadi lima jenis yaitu:

1. Verba Stative (yang menyatakan diam/tetap)

Verba ini menunjukan keberadaan. Biasanya verba ini tidak muncul bersamaan dengan verba bantu iru.

Contoh :

1. いる iru (ada)

2. できる dekiru (dapat) 3. いる iru (membutuhkan)

2. Verba Continual ( yang menyatakan selalu, terus-menerus)

Verba ini berkonjugasi dengan verba bantu –iru untuk menunjukan aspek pergerakan.

Contoh:


(32)

2. 飲むnomu (minum) -- 飲んでいる nonde iru (sedang minum)

3. Verba Punctual (yang menyatakan tepat pada waktunya)

Verba ini berkonjugasi degan verba bantu –iru untuk menunjukan tindakan atau perbuatan yang berulang-ulang atau suatu tingkatan/ posisi setelah melakukan suatu tindakan atau penempatan suatu benda.

Contoh:

1. 知るshiru- (tahu) --知ている shiteiru (mengetahui) 2. 打つutsu- (memukul) --打つているutte iru (memukuli)

4. Verba Non-Volitional (yang menyatakan bukan suatu kemauan)

Verba ini biasanya tidak memiliki bentuk ingin,bentuk perintah, dan bentuk kesanggupan. Diklasifikasikan menjadi verba yang berkenaan dengan emosi atau perasaan dan verba yang tidak berkenaan dengan emosi atau perasaan.

Contoh :

1. 愛する aisuru (mencintai, berkenaan dengan perasaan ) 2. 聞 こえる kikoeru (kedengaran/berkenaan dengan perasaan)

5. Verba Movement (yang menyatakan pergerakan) Verba ini menunjukan pergerakan.

Contoh:


(33)

2. 行くiku (pergi)

Menurut Yoshikawa (1989:56-57) doushi bisa dibagi secara garis besar berdasarkan makna gramatikalnya menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut: 1. Jidoushi dan Tadoushi

Jidoushi ialah verba yang tidak memerlukan kata bantu (を) untuk menunjukan objeknya. Misalnya:

いる、 ある、 おきる、 ねる、 歩く 、 見える。salah satu contoh adalah dalam verba 歩く- aruku yang bermakna berjalan pada kalimat 道を歩 くmichi o aruku yang bermakna berjalan-jalan, karena sebenarnya kata bantu (を) dalam kalimat tersebut tidak diperlukan, maka verba 歩 くtermasuk dalam jidoushi.

Tadoushi ialah verba yang memerlukan kata bantu (を) dalam menunjukan objeknya. Verba yang termasuk kedalam jenis tadoushi adalah 読む、 食べる、 見る、 集める、 起こす。

2. Keizokudoushi dan Shukandoushi

Keizokudoushi pada kalimat seperti (本を読んでいる) , bentuk -ている disini

merupakan bentuk verba yang menunjukan keadaan berlangsungnya suatu kegiatan. Verba yang termasuk dalam jenis Keizokudoushi adalah verba-verba seperti 詠む、書く、歌う雨が降る。

Shukandoushi pada kalimat merupakan bentuk yang menunjukan keadaan

akhir.Contoh verba yang termasuk dalam jenis Shukandoushi yaitu 開く、壊れる、知る。


(34)

3. Ishidoushi dan Muishidoushi

Ishidoushi adalah verba yang menunjukan perbuatan yang dikehendaki

manusia. Contoh verba ishidoushi adalah verba-verba seperti 勉強する、 読む。 Muishidoushi adalah verba yang menyatakan suatu hal yang tidak dapat di kontrol menurut keinginan manusia. Contoh verba yang termasuk muishidoushi adalah seperti びっく りする、 落ちる。

Dalam buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang Sudjianto (2007: 149) menambahkan jenis-jenis doushi sebagai berikut:

1. Fukugo Doushi

Fukigo doushi ‘verba majemuk’ adalah doushi yang terbentuk dari dua buah kata atau lebih. Gabungan kata tersebut secara keseluruhan dianggap sebagai satu kata.

Hanashiau ‘berunding’ (doushi + doushi )

Choosa suru ‘Menyelidiki’ (meishi + doushi)

2. Haseigo

Haseigo toshite no doushi. Diantara doushi ada juga doushi yang

memakai prefiks attau doushi yang terbentuk dari kelas kata lain dengan cara menambahkan sufiks. Kata-kata tersebut sebagai keseluruhan dianggap sebagai satu kata.


(35)

Gakusaburu ‘sok berjiwa sarjana’ (meishi---)

Asebamu ‘berkeringat’ (meishi---)

Harumeku ‘mulai bersuasana musim semi’ (meishi---) 3. Hojo Doushi

Hojo doushi adalah doushi yang menjadi bunsetsu tambahannya.

Tsukue no ue ni hon ga aru ‘diatas meja ada buku’

Kare wa asoko ni iru ‘ dia ada di sana’

Ane ni kawaii ningyo o morau ‘mendapat buku dari kakak

saya’

Tori ga sora o tondeiru ‘burung terbang di udara’

Verba-verba aru, iru, morau yang dipakai pada kalimat-kalimat sebelah kiri dengan sendirinya dapat menjadi predikat, dan merupakan verba dasar yang menyatakan aktivitas atau eksistensi. Sebaliknya, bagian penting predikat pada kalimat-kalimat sebelah kanan adalah verba-verba tonde, sedangkan verba-verba aru dan iru dalam kalimat tersebut berfungsi membantu verba-verba yang ada pada bagian sebelumnya itu dan menjadi bagian predikat sebagaimana halnya fuzokugo. Dengan kata lain, predikat pada masing-masingkalimat tersebut adalah tondeiru, kata-kata yang berfungsi seperti aru dan iru inilah yang disebut hojodoushi.


(36)

2.3 Fungsi Verba

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab 2.1 (pengertian verba), pada umumnya verba berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat, dan terletak diakhir kalimat.

Contoh :

私 は漢 字 を書 く Watashi wa kanji o

Saya

kaku. menulis kanji.

Verba berfungsi untuk membantu verba-verba yang ada pada bagian sebelumnya dan menjadi bagian dari predikat sebagaimana halnya fuzukugo Sudjianto (2004:159)

Contoh :

壁 に地 図 が 張 ってあ る Kabe ni chizu ga hatte

aru Di dinding

. ada

Verba berfungsi sebagai keterangan bagi kelas kata lainnya pada sebuah kalimat, dalam bentuk kamus selalu diakhiri dengan vokal /u/ Sudjianto (2004:149)

peta tergantung.

Contoh :

1. これはイカさん が書 く Kore wa Ika san ga

絵 で す。 kaku

Ini adalah gambar

e desu. yang digambar 私 は エアコンが

oleh Nona Ika. あ る自 動 車 が星 いです。


(37)

Watashi wa eakon ga aru Saya ingin mobil

jidousha ga hoshiidesu. yang memiliki AC.

2.4 Pengertian Verba Mawaru dan Meguru

2.4.1 Pengertian Verba Mawaru

Pengertian Verba Mawaru menurut Umesao, Tadao dalam buku Nihonggo Daijiten 2 Edition ( 1995: 2075) adalah :

1. Sesuatu yang berpusat pada suatu poros dan bergerak seperti menggambar sebuah lingkaran,berputar

風車が回る. (fuusha ga mawaru) Kincir angin berputar.

2. Berpindah seperti berkeliling melukis sebuah lingkaran 月が地球を回る. (tsuki ga chikyuu o mawaru)

Bulan mengelilingi bumi. 3. Berpindah ketempat khusus

得意先を回る. ( tokuisaki o mawaru) Menghampiri pelanggan.

4. Menebus keberbagai sudut, menyebar 酒が回る. ( sake ga mawaru)


(38)

5. Mengikuti jalan yang berputar kemudian mampir dipertengahan jalan

友達の所へ回る. ( tomodachi no tokoro e mawaru) Mampir ketempat teman.

6. Investasi yang dikeluarkan menghasilkan untung 一割で回る.( ichiwari de mawaru)

Untung 10 % 7. Melewati waktu

九時にを回る. ( ku ji o mawaru) Lewat dari jam 9.

8. Berkeliling

探し回る. (sagashi mawaru) Berkeliling mencari.

2.4.2 Pengertian Verba Meguru

Pengertian Verba Mawaru menurut Umesao, Tadao dalam buku Nihonggo Daijiten 2 Edition ( 1995: 2075) adalah :

1. Melakukan kegiatan berputar/ mengelilingi suatu wadah atau tempat

堀が巡る. (hori ga meguru) Mengelilingi parit.

2. Berjalan kesana kemari

諸国を巡る. (shokoku o meguru) Berkeliling berbagai negara.


(39)

3. Menyatakan perputaran musim 季節が巡る. (kisetsu ga meguru) Musim bergulir.

4. Suatu hal yang berhubungan dengan... 教育を巡る諸問題.

Berbagai masalah tentang pendidikan

Dalam buku Ruigigo Daijiten (2002 : 373) menyatakan bahwa mawaru digunakan untuk menyatakan suatu aktifitas bergerak bolak-balik secara berurutan.

Contoh :

タクシ- を使うと,見所を半日で回ることができる.

Takushii o tsukau to, midokoro o hannichi de mawaru koto ga dekiru. Dengan menggunakan taksi kita bisa mengelilingitempat yang kita inginkan dalam setengah hari.

Verba mawaru juga memiliki makna bergerak dengan badan/tubuhnya sendiri.

Contoh : 水車が回る.(suisha ga mawaru) Kincir angin berputar.

Sedangkan meguru menyatakan bergeraknya / berangkat dari suatu tempat, kemudian melewati berbagai tempat dan kembali ketempat semula.


(40)

瀬戸内海の島を巡る旅.

Sentonaikai no shima o meguruu tabi.

Perjalanan /tour keliling laut pedalaman pulau.

T. Shibata juga menjelaskan dalam buku Ruigigo Daijiten (2002 : 373) bahwa verba mawaru memiliki makna lebih luas dari verba meguru. Verba meguru tidak dapat bermakna bergerak dengan tubuhnya sendiri, seperti gasing berputar, kincir angin berputar, bumi berputar. Sebaliknya verba mawaru tidak dapat bermakna siklus atau rotasi seperti musim.

2.5 Studi Kajian Semantik

2.5.1 Jenis – jenis Makna Dalam Semantik

Menurut Chaer (1994:54) jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan kriteria atau sudut pandang , yaitu:

a. Berdasarkan jenis makna semantik , makna dapat dibedakan menjadi makna leksikal dan gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan refrensinya, makna yang sesuai dengan observasi indera, atau makna sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.Sebagai contoh adalah kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang pengerat yang dapat menimbulkan banyak penyakit seperti tifus. Makna itu juga muncul pada kalimat : Tikus mati diterkam kucing, Panen gagal akibat serangan tikus. Pada kalimat ini makna tikus merujuk pada binatang, bukan kepada makna yang lain.Sedangkan makna Gramatikal adalah makna yang hadir akibat proses gramatikal atau proses afikasi, proses reduplikasi,dan proses


(41)

komposisi.Contoh dari proses afiksasi adalah /ter/pada kata/angkat/dalam kalimat: Koper seberat itu terangkat juga oleh adik.awalan ter pada kata angkat melahirkan makna ‘dapat’. Sedangkan pada kalimat : ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat keatas. melahirkan makna ‘tidak sengaja’. Contoh proses reduplikasi dapat dilihat pada kata buku yang bermakna ‘sebuah buku’ menjadi buku-buku yang berarti ‘banyak buku’. Sedangkan contoh dalam proses komposisi dapat dilihat pada kata sate ayam tidak sama dengan sate Padang. Sate ayam menyatakan asal bahan sedangkan sate Padang menyatakan asal tempat. b. Berdasarkan ada tidaknya pada sebuah kata atau leksem dapat dibedakan

menjadi makna refensial dan makna non-refrensial. Makna refrensial ialah makna dari kata-kata yang memiliki refren, seperti meja, lemari yang kedua kata itu merupakan sejenis prabot rumah tangga. Sedangkan makna non-refrensial adalah kata yang tidak memiliki refren seperti karena atau tetapi yang merupakan konjugasi, proposisi.

c. Berdasarkan ada tidaknya nilai pada sebuah kata atau lesem maka dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif.Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna refrensial, sebab makna denotatif ini lazim diberikan penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut pengelihatan, penciuman, pendengaran, perasaan atau pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objek, oleh karena itu sering disebut sebagai makna sebenarnya. Contoh kata wanita dan perempuan. Karena kata-kata ini memiliki denotatif yang sama, yaitu manusia dewasa dan bukan laki-laki.


(42)

Sedangkan makna konotatif ialah makna tambahan pada suatu kata yang sifatnya memberi rasa positif atau negatif atau yang disebut sebagai makna tidak sebenarnya.

d. Berdasarkan ketetapan maknanya, makna dapat dibedakan menjadi makna kata atau makna istilah.Makna kata sering disebut sebagai makna bersifat umum, sedangkan makna istilah memiliki makna yang tepat dan pasti. Hal ini dapat dilihat dari contoh dalam bidang kedokteran seperti kata tangan dan lengan digunakan sebagai istilah untuk pengertian yang berbeda. Makna tangan adalah ‘pergelangan sampai ke pangkal bahu’, sebaliknya dalam bahasa umum tangan dan lengan dianggap bersinonim (sama maknanya).

e. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain,dibedakan menjadi makna asosiatif, idiomatif,kolokatif dan sebagainya.

Makna asosiatif sesungguhnya sama dengan perlambangan-perlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain. Contohnya seperti melati yang digunakan sebagai lambang kesucian, kata merah sebagai lambang keberanian dan Srikandi sebagai lambang kepahlawanan wanita.

Berbeda dengan makna idiomatik,kata idiom berarti satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsur nya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Sebagai contoh menjual rumah yang bermakna ‘sipembeli menerima rumah dan sipenjual menerima uang’, tetapi menjual gigi bukan berarti ‘sipembeli menerima gigi dan sipenjual


(43)

menerima uang’, melainkan bermakan ‘tertawa keras-keras’. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna idiomatik adalah makna sebuah satuan bahasa (kata, frase atau kalimat) leksikal atau gramatikal unsur-unsur pembentukannya.

Makna kolotatif berkenaan dengan makna kata dalam kaitannya, sedangkan makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah frase . Contoh gadis itu cantik dan pemuda itu ganteng. Kita tidak dapat menyatakan gadis itu tampan dan pemuda itu cantik karena pada kedua kalimat tersebut maknanya tidak sama walaupun informasinya sama.

2.5.2 Sinonim Dan Permasalahannya

Semantik ( imiron/意味論) merupakan salah satu cabang linguistik (gengogaku/言語学) yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata (go no imi), relasi makna antara satu kata dengan kata yang lainnya (go no imi kankei), makna frase ( ku no imi) dan makna kalimat ( bun no imi). ( Sutedi, 2004: 111). Go no imi kankei ada berbagai jenis, salah satunya adalah ruigigo (sinonim). Menurut Sudjiianto (2004: 114)

Ruigigo adalah bebrapa kata yang memiliki bunyi ucapan yang berbeda

namum memiliki makna yang sangat mirip.

Sebagai sebuah sistem, bahasa mempunyai komponen pokok yaitu sistem bunyi, sistem tata bahasa dan kosakata. Oleh karena itu, untuk dapat menguasai sebuah bahasa dengan baik, seorang pembelajar harus mampu memiliki keterampilan yang mencakup ketiga komponen kebahasaan


(44)

tersebut. Asano (1981:3) menyebutkan bahwa tujuan akhir pengajaraan bahasa Jepang adalah agar para pembelajar dapat menyampaikan ide atau gagasannya dengan menggunakan bahasa Jepang baik dengan tulisan maupun lisan.

Dalam setiap kosakata mengandung sebuah makna. Komunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama misalnya bahasa Jepang akan berjalan dengan lancar jika setiap kata yang digunakan oleh pembicara dalam komunikasi tersebut makna atau maksudnya sama dengan yang digunakan oleh lawan bicaranya.

Salah satu jenis kosakata yaitu sinonim yang menurut Zgusta (1971:89) merupakan kata-kata yang memiiliki bentuk berbeda tetapi arti yang hampir sama. Verhaar (1983:132) mengatakan bahwa ‘sinonim adalah ungkapan (biasanya sebuah kata akan tetapi bisa juga frasa atau kalimat) yang kurang lebih sama maknanya dengan suatu ungkapan lain.

Pateda (2001:222-223) menyatakan bahwa ada tiga batasan yang dapat dikemukakan yaitu:

a. Kata–kata dengan acuan ekstra linguistik yang sama, misalnya kata mati dan mampus;

b. Kata-kata yang mengandung makna yang sama , misalnya kata memberitahukan dengan kata menyampaikan;

c. Kata-kata yang dapat disubtitusikan dalam konteks yang sama, misalnya “kami berusaha agar pembangunan berjalan terus.”, “kami berupaya agar pembangunan berjalan terus.” Kata berusaha bersinonim dengan kata berupaya.


(45)

Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan kesamaan makna antara satu ujaran dengan satu ujaran lainnya. Meskipun demikian dua buah ujaran yang bersinonim maknanya tidak akan sama persis dan tidak akan selalu dapat dipertukarkan atau di distribusikan Chaer (2003: 297-299).

Senada dengan itu Alwasilah (1993: 164) mengungkapkan bahwa beberapa kata (leksim) yang berbeda mempunyai arti yang sama. Dengan kata lain beberapa leksim mengacu pada satu unit semantik yang sama. Relasi ini disebut sinonim, sedangkan sinonim sendiri diajukan pada kata-kata yang bersamaan arti. Kamus yang lengkap biasanya memuat sinonim-sinonim tetapi tidak berarti sinonim-sinonim itu bisa dipakai bergantian dengan makna yang sama persis. ( Alwasilah 1993: 164).

Kemudian menurut Tarigan ( 1995: 17) kata sinonim terdiri dari sin ( “sama”atau “serupa”) dan akar kata onim “nama” yang bermakna “ sebuah kata yang dikelompokkan dengan kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkan makna umum”. Dengan kata lain sinonim adalah kata-kata yang mengandung makna pusat yang sama tetapi berbeda dalam nilai rasa.

Dalam buku yoku wakaru goi (Akimoto 2004: 43) membagi jenis-jeniis sinonim berdasarkan hubungan kesinoniman seperti berikut ini :

a. Dougigo (同義語)

Dougigo merupakan jenis sinonim yang memiliki kesamaan ruang lingkup atau memiliki arti sepadan seperti pada kata ふたご (futago) dan


(46)

そうせじ (souseji) serta pada kata たきゅう (takyuu) danピンポン ( pinpon).

Sinonim ini biasanya digunakan pada kata serapan dan kata terjemahan bahasa asing seperti pada kata エアコン ( eakon) dan kata 駆虫( kuchuu) yang berarti AC atu pendingin ruangan.

Hubungan kesinoniman pada douigigo dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Pada gambar diatas, hubungan kesinoniman antara A dan B dijelaskan seperti pada kata (futago/ふたご) dan (souseji/そうせじ) yang masih berada dalam ruang lingkup yang sama yang berarti kembar atau mirip.

b. Housetsu kankei (包摂関係 )

Housetsu Kankei merupakan jenis sinonim dimana suatu makna kata masih termasuk kedalam makna kata yang lain secara sempit, seperti terlihat pada gambar dibawah ini:

A B


(47)

Pada gambar di atas, A memiliki makna lebih luas dan B memiliki makna lebih sempit dari A. Misalnya pada kata (chichi/ 父) dan (oya/ 親) dimana selain itu terdapat pada kata sensei (A) dan kyoushi (B). Maka kata kyoushi dan sensei merupakan sinonim.Maka kata sensei merupakan makna luas dan kyoushi sebagai makna sempit (khusus).

c. Jisateki Tokuchoo (示唆的特徴)

Jisateki Tokuchoo merupakan jenis sinonim dimana kedua kata A dan B memiliki persamaan makna namun memiliki sedikit perbedaan dan merupakan jenis sinonim yang memiliki hubungan kesinoniman paling tinggi. Misalnya pada kata 美しい (utsukushii ) dan きれいだ(kirei da) yang sama – sama memiliki makna cantik, indah. Serta pada kata のぼる(noboru) dan あがる ( agaru ) yang sama-sama memiliki makna naik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

A


(48)

Pada gambar diatas , hubungan kesinoniman antara A dan B dijelaskan seperti pada kata mori (森) dan hayashi (林) dan keduanya memiliki kesamaan arti yaitu hutan.

Dari berbagai pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama, tetapi makna kata terrsebut tiidak akkann sama persis. Didalam bahasa Jepang banyak sekali terdapat kata-kata yang bersinonim, kemudian kamus atau buku berbahasa Indonesia yang secara terperinci menjelaskan tentang persamaan dan perbedaan kata-kata yang bersinonim sangat minim sekali. Maka dari pada itu penelitian mengenai sinonim sangat diperlukan. Hal ini sangat bermanfaat bagi pembelajar bahasa Jepang agar tidak terjadi kesalahan pengertian dan ketidaklancaran dalam berkomunikasi karena adanya perbedaan maksud yang hendak disampaikan.

Setiap kata yang bersinonim pasti ada perbedaannya, karena tidak mungkin dua kata atau lebih yang sama sekalitidak memiliki perbedaan. Momiyama (1998) dalam Sutedi (2004:129) memberikan beberapa pemikiran tentang cara mengidentifikasi suatu sinonim, seperti berikut:

A B


(49)

a. Chokkanteki ( secara intuitif langsung) bagi para penutur asli dengan berdasarkan pengalaman hidupnya. Bagi penutur asli jika mendengar suatu kata, maka akan langsung dapat merasakan bahwa kata tersebut bersinonim atau tidak.

b. Beberapa kata jika diterjemahkan dalam bahasa asing akan menjadi satu kata, misalnya kata oriru,kudaru,sagaru,dan furu dalam bahasa Indonesia bisa dipadankan dengan kata turun.

c. Dapat menduduki posisi yang sama dalam suatu kalimat dengan perbedaan makna yang kecil. Misalnya pada kalimat 階段を上がる kaidan o agaru dengan 階段を上るkaidan o noboru sama-sama berarti menaiki tangga.

d. Sutedi ( 2003: 120) Dalam menegaskan suatu makna, kedua-duanya bisa digunakan bersamaan (sekaligus). Misalnya kata ‘hikaru’ (光‘) dan ‘kagayaku’ (輝く) yang keduanya berarti bersinar., bisa digunakan secara bersamaan seperti pada ‘hoshi ga hikari-kagayaite iru’ (星が光り輝いている) berarti bintang bersinar cemerlang.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam meneliti sinonim menurut Sutedi (2003: 121-123) yaitu :

a. Menentukan objek yang akan diteliti

Hal ini bergantung pada minat peneliti sendiri untuk meneliti apa yang akan ditelitinya dan apa latar belakangnya serta untuk apa manfaatnya.


(50)

Literatur yang dimaksud bisa berupa teori-teori kebahasaan, atau berupa hasil penelitian terdahulu.

c. Mengumpulkan data (jitsurei dan sakurei)

Mengumpulkan data (jitsurei) yang dapat diperoleh dari tulisan ilmiah,buku cerita, novel-novel dan surat kabar. Sedangkan sakurei data yang dibuat sendiri oleh penulis dengan terlebih dahulu memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku dan dapat diterima oleh penutur aslinya. Salah satu cara untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan meminta native speaker yang berkompeten untuk memeriksa setiap sakurei yang dibuat.

d. Mengklasifikasikan data

Dalam proses ini, jitsurei dan sakurei dikelompokan kedalam beberapa kategori atau golongan. Misalnya, dilihat dari subjeknya, predikat, partikel atau situasinya.

e. Membuat pasangan kata yang akan dianalisis

Apabila kata yang dianalissi lebih dari dua maka akan lebih mudah menganalisisnya dengan membuat analisis pasangan, dua kata dibanding dengan beberapa kata secara sekaligus.

f. Melakukan analisis

Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menganalisis makna kata antara lain sebagai berikut:

1. Dengan membandingkan ruigigo (kata yang memiliki bunyi ucapan yang berbeda tapi memiliki kemiripan dalam makna) sebaiknya dengan kalimat yang sama, agar analisis terpusat pada objek tersebut.


(51)

2. Harus menyajikan kalimat yang benar (yang berpedoman pada jitsutei),jika ragu terhadap kalimat yang dibuat (sakurei), maka prlu meminta pendapat penutur asli. Lalu, melalui tehnik permutasi dan tehnik subtitusi akan dapat diketahui mengapa suatu kata bisa digunakan dalam kalimat, sedangkan kata yang lain tidak bisa. Dengan menelaah berbagai unsur yang terkait, maka perbedaan dan persamaan suatu sinonim akan bisa ditemukan.

g. Membuat kesimpulan/generalisasi

Kesimpulan atau generalisasi dapat dibuat secara induktif yang berdasarkan pada hasil analisis. Oleh karena itu, kelengkapan dan keakuratan data sangat diperlukan agar mampu membuat kesimpulan yang benar.

2.5.3 Pilihan Kata

Pilihan bahasa atau diksi berhubungan dengan bagaimana seorang pembicara atau penulis memilih kata atau istilah yang tepat digunakan dalam penuturan atau karangan yang disusunnya. Pilihan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna yang sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan yang menemukan bentuk sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki sipembicara/pendengar.

Sebagai contoh kata kini dan sekarang. Kelihatan persis sama maknanya sehingga seolah-olah keduanya dapat saling menggantikan, sebagaimana dapat dilihat dalam kalimat berikut: (1) karena dahulu para petani di daerah ini berpindah-pindah, sekarang banyak lahan yang rusak. Akan tetapi jika diamati kemungkinan pemunculan kata kini lebih terbatas dari pada sekarang. Kata kini mengandung nuansa yang lebih khusus,


(52)

penggunaan kata kini mengandalkan adanya kesinambungan antara apa yang terjadi pada waktu lampau dan terjadi pada saat awalnya dibicarakan, antara yang terjadi dulu dan yang terjadi sekarang (2) yang dulu dipandang remeh, kini disegani banyak orang (3) Dia yang di kenal sebagai peragawati kini mencoba nasib menjadi perancang busana. Meskipun kata kini selalu mengait ke peristiwa masa lampau itu sendiri tapi tidak selalu harus disebut secara eksplit. Peristiwa lampau yang terkena kaitan itu dapat saja hanya secara implisit tersingkap dari konteksnya. Sedangkan kata sekarang digunakan sebagai atribut untuk menerangkan nomina. Seperti (4) sekarang daerah itu telah dikosongkan ,(5) guru yang sekarang lebih pandai menyampaikan materi pelajaran.

(hhtp://id.wikisource.org/w/index.php?title=Buku_Praktis_Bahasa_Indonesi_ 1/kata&oldid=20904)

Sama halnya dengan kata meguru dan mawaru yang dalam beberapa konteks kalimat dapat saling menggantikan tetapi memiliki makna atau nuansa yang berbeda. Karena tidak ada dua kata yang memiliki makna yang sama persis Chaer, Abdul (1994: 298).


(53)

BAB III

ANALISIS NUANSA MAKNA VERBA MAWARU DAN MEGURU DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

4.1 Verba Mawaru

Contoh Verba Mawaru :

1. 鉄製のコマをぶつけ合う男の子の遊び。コマは昔、バイ貝(巻貝 の一種)から作られていた。男の子たちは、ベイゴマの底を削っ て低くしたり、まわりをギザギザに削ったり、蝋をつけて重くし たりして、強いコマを作り競い合う。

【遊び方】

樽や大きなバケツの上に、ござやテント地を張って「床」を作り

、その上で回す。

Tetsusei no koma o butsuke au otokonokno asobi. Koma wa mukashi, baikai ( makigai no isshu) kara tsukura rete ita. Otokonoko tachi wa, beigoma no soko o tsu te hikukushi tari, mawari, o gizagiza ni kezu-tsu tari, rou o kezu-tsukete omoku shitari shite, kezu-tsuyoui koma o kezu-tsukuri kisoiau( asobikata) taru ya ookina baketsu no ue ni, go zaya tentochi o hatte ‘yuka’ o tsukuri, sonoude mawasu.


(54)

Terjemahan :

Anak-anak bermain gasing dengan mengadukannya. Dahulu gasing terbuat dari sejenis kulit kerang. Para anak laki-laki tersebut memotong bagian bawah beigoma hingga rendah, berputar lalu dengan lilin berat, gasing yang kuat dibuat untuk beradu sesama gasing. (Cara bermain) diatas ember besar , bentang tikar atau kanvas lalu letakan diatas lantai sambil berputar.

Analisis:

Pada wacana diatas penggunaan verba mawaru sudah tepat. Karena menurut buku Nihonggo Daijiten Second Edition disebutkan bahwa verba mawaru digunakan untuk menyatakan sesuatu yang berpusat pada

porosnya dan bergerak seperti membentuk lingkaran. (Umesoa, Tadao. 1995 : 2075). Dalam buku Ruigigo Jiten dikatakan bahwa Verba mawaru juga memiliki makna bergerak dengan badan/tubuhnya sendiri. Shibata, Takeshi dkk (2002: 373). Gasing berputar membentuk lingkaran dan dapat berputar lama tanpa bantuan yang lain (berputar sendiri). Dengan demikian maka verba mawaru sudah tepat digunakan dalam wacana diatas.

2. 小さく自動遮断しなかった地区ガバナが1カ所でも残っていると 、その地域にガスが供給され続けてしまう。地震発生時、手動で


(55)

遮断して回るのは時間がかかりすぎると懸念されていたが、この

SUPRIMEの稼働で、どの地域でも地震発生・ガス漏れ検知後40分 から1時間以内で遮断できるようになった。

Chisaku jidoo shadan shinakatta chiku gabana ga 1-kasho demo nokotte iru to, sono chiiki ni gasu ga kyookyu sa re tsuzukete shimau. Jishin hassae-ji, shudoo de shadan shite mawaru no wa jikan ga kakari sugiru to kenen sarete itaga, kono suprime no kadoo de, dono chiiki demo jishin hassei gasu more kenchi go 40 bu kara 1-jikan inai de shadan dekiru youni natta.

Terjemahan:

Kalau ada salah satu wilayah gabana yang tersisa, pemutusan gas kecil secara otomatis. Maka di wilayah itu akan terus mengalir gas. Pada saat terjadi gempa pemadaman gas dengan memutar sendiri atau dengan tangan dikhawatirkan akan memakan waktu. Dengan sistem seperti ini di wilayah manapun apabila ada kebocoran gas maka akan diketahui dalam waktu 40 sampai 1 jam dan aliran gas dapat di hentikan.


(56)

Analisis:

Pada wacana diatas penggunaan verba mawaru sudah tepat. Dimana mawaru berarti pergerakan/pemutaran gas yang dilakukan secara manusal atau sendiri. Menurut Ruigigo Daijiten bahwa mawaru mengindikasikan

kepada suatu gerakan memutar yang dilakukan dengan gerakan sendiri. T.shibata (2002 : 373)

3. ことしの夏休みには北海道へ行く.北海道では,札幌の町や知床半島 などを回る.私は北海道のことはあまり知らない.時々ガイド.ブッ クを開いて,旅行のことを考えている. (Yosuo, Yoshida. 1996 : 94)

Kotoshi no natsu yasumi ni wa hokkaido e iku. Hokkaido de wa, sapporo no machi ya mashuu ko ya shiretokohan touna do o mawaru.watashi wa hokkaidouno koto wa amari shiranai. Toki doki Gaido-bukku o hiraite, ryoukou no koto o kangaeteiru.

Terjemahan:

Pada libur musim panas tahun ini, saya akan pergi ke Hokkaido. Di hokkaido saya akan mengunjungi sapporo,danau Mashu, semenanjung shiretoko dan mengelilingi tempat lainnya. Saya tidak tahu banyak


(57)

tentang Hokkaido. Kadang-kadang, sambil membaca buku petunjuk saya saya memikirkan tentang liburan.

Analisis:

Pada wacana diatas, kalimat yang menggunakan verba mawaru kurang tepat. Sebab verba mawaru mengindikasikan tentang mengelilingi sebuah tempat dan bergerak berkeliling membentuk sebuah lingkaran. Dalam konteks wacana diatas subjek melakukan perjalanan mengelilingi suatu daerah atau tempat yang tidak bergerak membentuk sebuah lingkaran. Sedangkan verba meguru lebih mengindikasikan pergerakan atau berkeliling kesana-kemari tanpa membatasi membentuk sebuah lingkaran Umesoa, Tadao (1995: 2075). Sehingga verba mawaru kurang tepat digunakan dalam kontek wacana diatas.

4. こうした雪のおそこしさを最近の都会人に教えたのは,三年前の寒 い冬であった.雪かきの道具さえ持たないマンションの住眠は,建物 の前の雪を放置したまま.人々はこおった雪道で次ところび,救急車 が一日中けが人の収容に走り回った.

( Mizutani,Nobuko 1987:184)

Koushita yuki no osokoshisa o saikin no tokajinni oshieta no wa, san nen mae no samui fuyu de attta. Yuki kaki no dougusae motanai mansyon no jyuumin ha, tatemono no mae no yuki o houchi shita mama. Hito bito hako otta yuki michi de sugi tokorobi, kyukyusya ichi nichi jyuu ke ga hito


(58)

no syuyou ni hasiri mawatta.

Terjemahan:

Akhir-akhir ini mempelajari tentang aspek salju dari musim di 3 tahun yang lalu. Tanpa alat bantu untuk menyekop salju penduduk cenderung meninggalkan salju di depan bangunan mereka. Satu demi satu orang jatuh di jalanan yang membeku, ambulans berkeliling sepanjang hari untuk mengangkut orang yang terluka. Lalu pengalam pahit itu berubah menjadi rasa kesulitan yang dialami para penduduk kecil di negara bersalju. Dan itu mungkin berharga untuk membuat orang di kota besar memahami kesulitan mereka yang mengakibatkan sebuah bencana. Analisis:

Penggunaan verba mawaru dalam wacana diatas sudah tepat. Verba mawaru yang bermakna keliling dalam konteks wacana diatas menyatakan bahwa mobil ambulans berkeliling di jalan untuk

mengangkat orang yang terluka. Saat mengelilingi jalan, mobil ambulans tersebut akan ‘mampir/singgah’ untuk mengangkut orang yang terluka. Menurut buku Nihonggo Daijiten Second Edition bahwa mawaru juga bermakna mampir /singgah Umesoa, Tadao ( 1995: 2075 ) Sehingga verba yang paling tepat digunakan dalam konteks wacana diatas adalah verba mawaru.


(59)

金が同じように,売り上げも先が読める.より多くの利益を求めよう とすれば,社外(県外進出)マジゃンしかない.伸びている企業はすべ て県外まで進出し売り上げを増やしている.

( Fukumo,Kazutoshi 1997 : 108 )

Syouken to uri age wa ma-zyan ni niteiru. Syanai (kennai) ma-zyan wa mawaru kane ga onaji youni, uri age mo saki ga yomeru. Youri ooku no rieki o motome sureba, syagai ( kengaishinsyutsu) ma-zyan shikanai.no biteiru kigyou hasubete kengai made shinsyutsu shi uri age o fu yashiteiru

Terjemahan:

Luasnya lingkungan dagang dan usaha penjualan, seperti permainan mah yong. Jika bermain mah Yong di perusahaan akan mengetahui perputaran uang, jika ingi memperoleh laba besar , pergi ke perusahaan besar dan memainkannya. Beberapa perusahaan mencoba melakukan usaha diluar daerah provinsinya dan berhasil.

Analisis :

Penggunaan verba mawaru dalam wacana diatas sudah tepat. Sebab selain bermakna berkeliling dengan pergerakan subjek, mawaru juga memiliki makna sebagai keuntungan atau laba dimana uang berputar dan

menghasilkan keuntungan. Umesao, Tadao (1995: 2075) . Sehingga verba mawaru sudah tepat digunakan dalam wacana diatas dalam menyatakan perputaran uang.


(60)

6. その町の本屋をすべて回り数十冊購入する.一冊目は初めて知るこ とが多い,二さつ目には一冊目と同じ内容のテマがいくつかでてく る.これをすずければ,最後の本は目次だけでも判断できるようにな る.これが私の速読法である.斜め読みも,目次読みもすぐにできる ようになる. ( Fukumo, Kazutoshi 1997 : 74 )

Sono machi no honya o subete mawari suujyuusatsukou niyuusuru. Issatsu me ha hajimete shiru koto ga ooi, ni satsu ni niwa issatsu me to onaji naiyou no tema ga ikutsukatetekuru. Kore o suzukereba saigo no hon moku ji dake demo handan dekiru youni naru. Kore ga watashi no sokudokuhou de aru. Nana me yomimo, moku ji yomi mosugu ni dekiru youni naru.

Terjemahan:

Pada mulanya kita harus membaca sekeliling (keseluruhan) buku dari awal hingga akhir tanpa melewati satu bagian pun. Pada buku kedua, mengenai tema yang sama dengan buku pertama. Sehingga pada buku terakhir cukup dapat memahami buku tersebut dengan hanya memperhatikan judulnya. Ini adalah pengalaman untuk dapat membaca buku dengan cepat.

Analisis:

Pada wacana diatas, verba mawaru kurang tepat digunakan. Sebab verba mawaru tidak bermakna ‘tentang’. Dalam buku Nihonggo Daijiten


(61)

Second Edition dikatakan bahwa verba meguru digunakan untuk menyatakan suatu hal yg berhubungan tentang hal. Umesao, Tadao (1995: 2075). Dalam wacana diatas makna sekeliling berarti keseluruhan isi buku atau tentang seputaran isi buku. Maka verba yang tepat digunakan adalah verba meguru dan verba mawaru kurang tepat digunakan dalam wacana diatas.

7. 雪の季近ついてきた.雪は月や花と並ぶ代表的な時の題材である.音 もなく降りつもる雪,豪壮に舞う吹雪,一面の銀世界,犬や子供の駆 け回る雪の庭など,雪についての連想は快いものである.

Mizutani,Nobuko (1987:184)

Yuki no kisetsu ga chikatsuitekita. Yuki wa tsuki ya hana to narabu daibyouteki na shi no daizai de aru. Oto mona ku furitsumoru yuki, gousou ni mau fuyoki, ichi nen no zan sekai, inu ya kodomo no kake mawaru yuki no niwa nado, yuki ni tsuite no rensou wa kokoroyo imo no de aru.

Terjemahan:

Musim salju sekarang dekat dengan munculnya bulan dan bunga sakura, salju khas dengan puisi Jepang. Salju jatuh tanpa suara dan berkumpul di tanah, dunia dipenuhi warna silver, anjing dan anak-anak berlari di sekeliling taman salju adalah sangat menyenangkan.


(62)

Pada wacana diatas penggunaan mawaru sudah tepat. Dalam konteks wacana anak-anak bermain hanya disekeliling taman (berputar-putar disekeliling taman) tidak mengelilingi tempat lain. Dimana verba mawaru bermakna suatu yang berpusat pada suatu poros dan bergerak seperti membentuk sebuah lingkaran. Umesao, Tadao (1995 : 2075). Namum tidak menutup kemungkinan verba meguru dapat digunakan dalam konteks kalimat diatas.

4.2 Verba Meguru

1. 私達は先週の土曜日,お弁当をもって.公園へ行きました.花壇の美 しい花を見てから,池を巡って,ベンチで休みました.私は本を読み ました.妹は写生をしました. それからこかべで歌を歌ったり,ハ-モニカをふいたりしまた.小学生ボルを投げたり,すもうをとったり して遊んでいました.私達はうしろの丘に上って,まちを見おろしま た.汽車が走っていました.遠くに川が光っていました. (Yosuo, Yoshida. 1996 : 82)

Watashitachi wa sensyuu no douyoubi obentou o motte,koen e ikimashita. Kadan no utshukushii hana o mitekara, ike o megatte, benchi de yasumimashita.watashi wa hon o yomimashita. Imouto ha syasei o shimashita. Sorekara kokabe de uta o utattari, hamonika o fuitarishimashita.shougakusei booru o nagetari,sumou o tottarishite asondeimashita.watashitachi ha ushiro no okani, nobotte, machi o mi


(63)

oroshimashita. Kisya ga hashitte imashita.Tooku ni kawa ga hikatteimashita.

Terjemahan:

Pada hari sabtu yang lalu kami pergi ke taman dengan membawa bekal. Setelah kami melihat bunga-bunga yang indah ditaman bunga, serta mengelilingi kolam, kami beristirahat di bangku-bangku panjang di taman. Saya membaca sebuah buku, sedangkan adik perempuan saya menggambar beberapa sketsa. Kemudian kami bernyanyi dan memainkan harmonika dibawah pohon yang rindang. Anak-anak SD sedang melempar bola, bermain sumo dan sebagainya. Kami juga mendaki bukit di belakang taman dan memandang kota dibawahnya. Kereta terlihat sedang berjalan. Di kejauhan terlihat sungai yang berkilau.

Analisis:

Pada wacana diatas penggunaan verba meguru kurang tepat. Saat mengelilingi kolam maka mengelilingi suatu wadah tertentu yang akan berawal dari satu titik mengitari wadah dan kembali ketitik semula. Verba yang mengelilingi suatu tempat yng berasal dari saatu titik dan berputar seperti lingkaran maka menggunakan verba mawaru Umesao, Tadao (1995 : 2075). Sehingga pada wacana diatas penggunaan verba meguru kurang tepat.


(64)

2. このニュースは世界中を駆け巡った。「私自身は、4回転はすごい ことだと思っていません。ただ大きな舞台で成功させてくれた神 様にお礼を言いたいです。それから先生や家族、応援してくれた 人たちに感謝しています」

Kono nyūsu wa sekaijū o kake megutta. `Watakushijishin wa, 4 kaiten wa sugoi kotoda to omotte imasen. Tada ōkina butai de seikō sa sete kureta kamisama ni orei o iitaidesu. Sorekara sensei ya kazoku, ōen shite kureta hito-tachi ni kansha shite i Masu'.

Terjemahan :

Berita ini tersebar kesekeliling dunia. Aku berkata pada diriku ‘ saya sangat bersyukur kepada Tuhan dan bukan karena atau kekuatanku. Aku membuatnya sukses dalam panggung yang besar. Keluarga, guru, mereka semua memberikanku dukungan untuk meghadapi semua ini.

Analisis:

Pada wacana diatas penggunaan verba meguru kurang tepat. Dunia berputar membentuk lingkaran atau berpusat pada satu poros dan bergerak seperti gambar sebuah putaran /melukis sebuah lingkaran, sedangkan verba meguru lebih mengindikasikan pergerakan kesana kemari atau


(65)

mengelilingi sesuatu tanpa harus berputar membentuk lingkaran. Sehingga verba yang tepat digunakan adalah verba mawaru Umesao,Tadao ( 1995: 2075),

3. 巡る季節恋の季節 夏が好きな僕らだから どんな時も前向きだよ 輝ている巡る恋の季節

Meguru kisetsu koi no kisetsu Natsu ga suki na bokura dakara Donna toki mo maemuki da yo meguru koi no kisetsu

Terjemahan :

Musim bergulir, musim cinta Karena kita menyukai musim panas Dimana waktu tidak terbatas

Bergulir musim cinta Analisis:

Pada kutipan lagu diatas penggunaan verba meguru sudah tepat. Karena verba meguru dalam buku Nihonggo Daijiten 2 Edition digunakan untuk


(66)

menyatakan perputaran atau perubahan musim. Umesao,Tadao ( 1995: 2075), dimana dalam lirik lagu diatas dikatakan bahwa musim bergulir ( perputaran musim). Sehingga verba meguru tepat digunakan dalam konteks lirik tersebut.

4. 情報(書店)あるところに人は集まる.情報を大く知ることは説得力 につながる,説得力は売り上げにつながる,売り上げ向上

は生活向上へとなる.

このように情報を拾集すること,良質の情量があれば,将来の生活を 変えることができる.さまざまな情報のあるところが書店である.極 端に言えば,書店は日本のゆめいな人々会える場でもある.例えば住 宅誌コ-ナ

-の巡るには,どのような家を建てるべきか,住宅購入を目目指す人. ( Fukumo, Kazutoshi 1997 : 134 )

Jyouhou (syoten) aru tokoro ni hito wa atsumaru.jyouhou o ooku shiru koto ha settokuryouku ni tsunagaru, settokuryouku wa uri age ni

tsunagaru uri age kojyou seikatsukoujyou e tonaru. Kono youni jyouhou o syusyu suru koto, ryoushitsu no jyouhouryou ga areba, syourai no seikatsu o kaeru koto ga dekiru. Sama zama na jyouhou no aru koto ga syouten de aru. Kyoukutan ni ieba, syoten ha nihon no yumei na hitobito aeru ba de mo aru. Tatoeba wa jyuutakushi ko-na- no meguru ni wa ,dono you na ie o tateru besaki ka, jyuutakukounyuu o me zasu hito.


(67)

Terjemahan:

Kita mungkin sesekali pergi ketempat dimana kita dapat memperoleh informasi. Ketika mempunyai banyak informasi kita mendapatkan kemampuan bernegosiasi.ketika kemampuan bernegosiasi digunakan, kita dapat menjual dengan baik. Kamu dapat mengubah hidup dengan informasi yang baik. Banyak informasi di toko buku. Kita dapat melihat banyak orang ketika kita pergi ke toko buku. Contohnya di seputar majalah arsitektur saya melihat orang yang berencana untuk membangun sebuah rumah baru demi meningkatkan kualitas hidup.

Analisis :

Penggunaan verba meguru dalam konteks wacana diatas sudah tepat. Verba meguru mengindikasikan makna tentang seputar hal yang berhubungan (tentang). Dalam kontek wacana diatas meguru digunakan untuk menyatakan tentang seputar majalah aristektur. Umesao, Tadao (1995). Sehingga verba meguru sudah tepat digunakan dalam konteks wacana diatas.

5. 私は毎週書店へ行く.その時四つの行動をする.先ず人々の読書内容 ,どうのような雑誌が読まれているか見て巡る,次明日訪問する業種 の書籍を探す.つぎ私の仕事分野と関連分野の新刊を探し5冊ほど まとめて購入する.そしてテジの支払い時に担当者に問いかける,( いま,どのような週刊誌,雑誌が売れていますか).


(68)

( Fukumo, Kazutoshi 1997 : 132 )

Watashi wa maisyuusyouten e iku. Sono toki yottsu koudou o suru. Mazu hitobito dokushyonaiyou, donoyouna zasshi ga yomareteiru ka mi te meguru, sugi ni asuhoumon suru gyousyuu no syouseki o sagasu. Tusgi watashi no shigoto bun ya to kanrenbunya no shinkan o sagashi 5satsu houdo matomete kouniyuu suru. Soshite, rezi no shiharai ji ni tantousya ni toikakeru ( ima, do no youna syuukanshi , zasshi ga ureteimasuka).

Terjemahan:

Saya memiliki kebiasaan berkunjung ketoko buku setiap minggu dan pada saat itu saya selalu melakukan keempat kebiasaan berikut ini. Pertama saya akan mengelilingi toko buku hanya untuk mengetahui apa yang menjadi bacaan pengunjung toko.

Kemudian saya akan mencari buku yang kira-kira berkaitan dengan jenis usaha yang yang menjadi topik dalam pertemuan dengan pelanggan saya. Kemudian saya akan membeli buku mengenai bidang yang merupakan usaha saya sebanyak 5 buah dan saya akan menanyakan kepada kasir mengenai bacaan apa yang saat ini sedang di senangi orang.

Analisis :

Pada wacana diatas penggunaan verba meguru kurang tepat. Pada saat mengelilingi sebuah toko untuk melihat keadaan maka aka terfokus pada satu wadah atau ruangan yang biasanya saat mengelilingsuatu tempat tersebut, bergerak dari satu titik dan berputar atau mengelilingi


(69)

pengunjung dan kembali ke tempat asal untuk melihat atau mengamati keadaan yang ada. Menurut buku Nihonggo Daijiten Second Edition suatu yang berpusat pada satu poros dan bergerak seperti gambar sebuah lingkaran menggunakan verba mawaru Umesao, Tadao (1995: 2075). Sehingga verba meguru kurang tepat dalam konteks kalimat diatas.

4.3 Analisis Perbedaan Nuansa Makna Verba Mawaru dan Meguru Dalam Kalimat Bahasa Jepang

(1) 鉄製のコマをぶつけ合う男の子の遊び。コマは昔、バイ貝(巻 貝の一種)から作られていた。男の子たちは、ベイゴマの底を 削って低くしたり、まわりをギザギザに削ったり、蝋をつけて 重くしたりして、強いコマを作り競い合う。

【遊び方】

樽や大きなバケツの上に、ござやテント地を張って「床」を作

り、その上で回す。

Tetsusei no koma o butsuke au otokonokno asobi. Koma wa mukashi, baikai ( makigai no isshu) kara tsukura rete ita. Otokonoko tachi wa, beigoma no soko o kezu-tsu te hikukushi tari, mawari, o gizagiza ni kezu-tsu tari, rou o tsukete omoku shitari shite, tsuyoui koma o tsukuri kisoiau( asobikata) taru ya ookina baketsu no ue ni, go zaya tentochi o hatte ‘yuka’ o tsukuri, sonoude mawasu.


(70)

Terjemahan :

Anak-anak bermain gasing dengan mengadukannya. Dahulu gasing terbuat dari sejenis kulit kerang. Para anak laki-laki tersebut memotong bagian bawah beigoma hingga rendah, berputar lalu dengan lilin berat, gasing yang kuat dibuat untuk beradu sesama gasing. (Cara bermain) diatas ember besar , bentang tikar atau kanvas lalu letakan diatas lantai sambil berputar.

(2) 巡る季節恋の季節 夏が好きな僕らだから どんな時も前向きだよ 輝ている巡る恋の季節

Meguru kisetsu koi no kisetsu Natsu ga suki na bokura dakara Donna toki mo maemuki da yo meguru koi no kisetsu

Terjemahan :

Musim bergulir, musim cinta Karena kita menyukai musim panas Dimana waktu tidak terbatas


(1)

Sono machi no honya o subete mawari suujyuusatsukou niyuusuru. Issatsu me ha hajimete shiru koto ga ooi, ni satsu ni niwa issatsu me to onaji naiyou no tema ga ikutsukatetekuru. Kore o suzukereba saigo no hon moku ji dake demo handan dekiru youni naru. Kore ga watashi no sokudokuhou de aru. Nana me yomimo, moku ji yomi mosugu ni dekiru youni naru.

Terjemahan:

Pada mulanya kita harus membaca sekeliling (keseluruhan) buku dari awal hingga akhir tanpa melewati satu bagian pun. Pada buku kedua, mengenai tema yang sama dengan buku pertama. Sehingga pada buku terakhir cukup dapat memahami buku tersebut dengan hanya memperhatikan judulnya. Ini adalah pengalaman untuk dapat membaca buku dengan cepat.

Analisis:

Pada wacana (5) menyatakan tentang seputar majalah arsitek, yang secara gramatikal bahwa verba meguru digunakan untuk menyatakan tentang suatu hal yang berhubungan dengan suatu ruang lingkup yang besar. Seperti buku tentang buku arsitektur. Dalam wacana (6) menyatakan tentang membaca sebuah buku dari awal hingga akhir. Yang menyatakan keseluruhan dari atau tentang isi buku tersebut. Sehingga lebih tepat menggunakan verba meguru. Baik wacana (5) dan (6) hanya dapat digunakan oleh verba meguru, tidak dapat digantikan dengan verba mawaru. Sebab verba mawaru tidak dapat


(2)

mengindikasikan tentang suatu hal yang berhubungan dengan ruang lingkup yang besar. Maka dapat ditarik kesimpulan dari wacana (5) dan (6) hanya dapat digunakan oleh verba meguru.


(3)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah menganalisis verba mawaru dan meguru, maka dapat ditarik kesimpulan baik dari berbagai data maka dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Persamaan verba mawaru dengan verba meguru:

a. Sama-sama digunakan untuk menyatakan makna keliling atau berputar;

b. Verba mawaru dan meguru termasuk dalam shisateki tokuchoo dalam klasifikasi sinonim;

c. Sama – sama dapat digunakan dalam kalimat tertentu namun akan megubah nuansa makna kalimat tersebut;

d. Dalam kalimat tertentu kedua verba tersebut saling tidak dapat menggantikan.

2. Perbedaan verba mawaru dengan verba meguru:

a. Verba mawaru memiliki makna berputar seperti melukiskan bentuk lingkaran, sedangkan verba meguru berputar kesana kemari tanpa menujukan arah pastinya;

b. Verba mawaru digunakan untuk menunjukan laba atau keuntungan sedangkan verba meguru tidak dapat di gunakan dalam konteks tersebut;


(4)

c. Verba meguru digunakan untuk menyatakan perputaran atau pertukaran musim, sedangkan verba mawaru tidak dapat digunakan dalam pertukaran musim;

d. Verba meguru digunakan untuk menyatakan tentang, atau suatu hal yang berhubungan dengan hal tertentu, sedangkan verba mawaru tidak dapat digunakan dalam konteks tersebut.

4.2 Saran

1. Agar penelitian terhadap makna kata khususnya sinonim dalam bahasa Jepang terus dilakukan agar penjelasan tentang makna kata bahasa Jepang dalam bahasa Indonesia menjadi semakin baik. Hal ini diperlukan agar pembelajar bahasa Jepang dimasa yang akan datang dapat lebih baik lagi dalam mempelajari bahasa Jepang. 2. Penulis menyarankan agar penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan penelitian ini dapat dilakukan misalnya tentang sistem pola kalimat yang terdapat dalam kalimat yang menggunakan verba mawaru dan meguru


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Akimoto Mihara. 2004.Yokuwakaru Goi.Tokyo: Toshoinsatsuseikaisha Chaer, Abdul . 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

—————. 1998. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka

Depdikbud.1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka

Fukumoto, Kazutoshi. 1997.Naze Nihonjin wa Kinben, Kiyou,Yuufuku nano. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Hirota Noriko, Nagara Susumu, Nakanishi Yaeko. 1987. Gaikokujin no tame

Nihongo Reibun Mondai Serizu 2.Tokyo: Aratake Shuppan

Koizumi, T.1996. Nihongo Kiso Doushi Jiten. Taishukan Shoten Keraf, Gorys. 1980.Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah

Mizutani,Nobuko. 1987. Intermediate Japanese An Intergrated course. Japan :Bonjinsha

Parera,JD.2004. Teori Semantik ( edisi ke dua). Jakarta: PT Erlangga

Poerwadarminta, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka

Shibata, Takeshi dkk.2002.Ruigo Daijiten.Tokyo: Kondansha

Sudjianto.2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blane

Surakhmad, Wirnarno. 1985. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Tehnik. Bandung: Tarsito

Sutedi, Dedi. 2004. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: humaniora Utama press


(6)

Sudaryanto.1993. Metode dan Aneka Teknik Analisa Bahasa.Yogyakarta : Duta Wacana University Press

Suzuki.1979.kokugo hyakka Jiten. Daishuukanshoten Saussure, Ferdinand. 1961. Cours de Linguistique Generale

Tarigan, Hendri Guntur. 1985.Pengajaran Analisis Kontrasitif. Bandung : Angkasa Umesoa, Tadao. 1995. Nihongo Daijiten Second. Tokyo: Kodansha

Verhaar, J.W.M. 1983. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: UGM Press Yosuo, Yoshida. 1996. Japanese For Today. Jakarta: Grasindo

(hhtp://id.wikisource.org/w/index.php?title=Buku_Praktis_Bahasa_Indonesi_1/kata& oldid=20904)