Analisis Perbedaan Nuansa Makna Kata Toutou Dan Yatto Dalam Kalimat Bahasa Jepang

(1)

ANALISIS PERBEDAAN NUANSA MAKNA KATA

“TOUTOU DAN YATTO” DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

TOUTOU TO YATTO NO IMI NO NYUANSU NO SOUI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu persyaratan mengikuti

ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang

OLEH : IMELDA NIM : 110722007

PROGRAM STUDI S1 EKSTENSI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ANALISIS PERBEDAAN NUANSA MAKNA KATA

“TOUTOU DAN YATTO” DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG TOUTOU TO YATTO NO IMI NO NYUANSU NO SOUI NO

BUNSEKI SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu persyaratan mengikuti

ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang OLEH :

IMELDA NIM : 110722007

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Nandi S. Adriana Hasibuan, S.S.,M.Hum NIP. 19600822 1988 03 1 002 NIP.19620727 1987 03 2 005

PROGRAM STUDI S1 EKSTENSI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Disetujui oleh:

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi Sastra Jepang Ekstensi Ketua Program Studi

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum NIP. 19600919 1988 03 1 001


(4)

PENGESAHAN Diterima Oleh

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana sastra dalam bidang ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

Pada : Tanggal : Hari :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

NIP. 19511013 1976 03 1 001 Dr. Syahron Lubis, M.A

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. ……….. (……….)

2. ……….. (.………)


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Yesus Kristus yang telah melimpahkan kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS PERBEDAAN NUANSA MAKNA KATA TOUTOU DAN YATTO DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan, baik dari segi penyajian kalimat, penguraian materi dan pembahasan masalah. Oleh karena itu demi kesempurnaanya penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca ke arah perbaikan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang cukup bernilai harganya. Maka dari itu,pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Nandi S, selaku dosen pembimbing I yang telah demikian besar meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dengan sabar kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.


(6)

4. Ibu Adriana Hasibuan, S.S, M. Hum, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu dosen pengajar Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya yang telah memberikan pendidikan dan bimbingan kepada penulis.

6. Teristimewa kepada orang tua penulis Ayahanda Rahman Tarigan dan Ibunda Lydia Br. Kaban yang senantiasa memberikan dukungan moril maupun materil tak terhingga selama ini. Support dan doa yang senantiasa mengiringi langkah di hidupku. Kakakku Verawaty Tarigan S.S, thx for everything, adikku Ralita Azaria Tarigan.

Akhir kata semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan mereka yang ingin mengetahui tentang sinonim kata dalam bahasa Jepang, khususnya kata toutou dan yatto.

Medan, Oktober 2013 Penulis,

IMELDA Nim : 110722007


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori... 7

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1.6 Metode Penelitian ... 12

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MAKNA SINONIM/RUIGIGO KATA TOUTOU DAN YATTO 2.1 Pengertian Makna ... 13

2. 2 Jenis-Jenis Makna ... 14

2.3 Relasi Makna ... 18

2.4 Adverbia/Kata Keterangan Toutou dan Yatto ... 22

2.4.1 Adverbia/Kata Keterangan ... 22

2.4.2 Toutou ... 31


(8)

BAB III ANALISIS PERBEDAAN NUANSA MAKNA KATA “TOUTOU DAN YATTO” DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

3.1 Analisis Perbedaan Nuansa Makna Kata Toutou ... 52 3.2 Analisis Perbedaan Nuansa Makna Kata Yatto ... 59 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan ... 77 4.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK


(9)

ABSTRAK

Bahasa merupakan sarana penting dalam berkomunikasi guna menjalin hubungan baik dengan orang lain. Bahasa merupakan saluran maksud seseorang yang melahirkan perasaan dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Dalam mempelajari suatu bahasa, tidak pernah terlepas dari kaidah-kaidah yang terdapat dalam bahasa, yang biasa disebut dengan tata bahasa. Seseorang perlu mempelajari tata bahasa yang baik dan benar, terutama pada saat kita hendak berbicara dengan orang yang tidak sebahasa dengan kita. Linguistik adalah ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.Salah satu bidang kajian linguistik adalah Semantik atau kajian makna. Demikian halnya dengan bahasa Jepang. Bahasa Jepang merupakan bahasa yang mempunyai banyak sekali kata yang memiliki arti sama(sinonim), namun sulit untuk mencari padanannya dalam bahasa Indonesia.Dalam bahasa Jepang sering menjumpai atau menemukan kata-kata yang memiliki arti yang sama seperti kata-kata toutou dan yatto. Adapun judul skripsi ini adalah "Analisis Perbedaan Nuansa Makna Kata Toutou dan Yatto Dalam Kalimat Bahasa Jepang". Kata toutou dan yatto termasuk ke dalam kelas kata keterangan atau disebut fukushi dalam bahasa Jepang. Kata toutou dan yatto adalah kata yang bersinonim karena keduanya mempunyai makna yang sama yaitu "akhirnya". Namun keduanya mempunyai perbedaan dalam penggunaannya. Pembahasan ini lebih memfokuskan pada analisis makna dari kata toutou dan yatto yang diambil berdasarkan cuplikan-cuplikan kalimat dari buku Jiji Monday no Kiso Chisiki “(basis data and information topics), Chikyu no Arukikata


(10)

Indonesia (travel guide book Indonesia), Chikyu no Arukikata Bari Shima (travel guide book Bali), Chikyu no Arukikata Maresia, Burunei (travel guide book Malaysia, Brunei Darussalam). Dalam Teori kontekstual dinyatakan bahwa makna terikat pada lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa. Teori ini juga mengisyaratkan bahwa sebuah kata atau simbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif (descriptive research) yang berupa penjelasan atau pemaparan. Penulis juga menggunakan metode kepustakaan (library research).

Dalam hal ini penulis mengumpulkan buku-buku yang relevan dengan topik permasalahan yang akan diangkat, khususnya buku-buku yang berhubungan dengan kesinoniman (ruigigo). Kemudian mencari kalimat-kalimat berbahasa Jepang yang menggunakan kata toutou dan yatto.

Kata toutou dan yatto yang bermakna sama yaitu akhirnya, di dalam bahasa Jepang masuk ke dalam kelas kata bahasa Jepang yaitu fukushi. Ciri – ciri fukushi dapat berdiri sendiri, tidak berkonjugasi, tidak menjadi subjek, tidak menjadi predikat, dan tidak menjadi objek, menerangkan doushi dan keiyoushi. Dibagi menjadi 3 jenis yaitu joutai no fukushi, teido no fukushi dan jojutsu no fukushi/chinjutsu no fukushi. Toutou adalah kata keterangan yang biasanya digunakan untuk mengekspresikan situasi yang diharapkan akhirnya terjadi, toutou menyatakan situasi yang dihasilkan seringkali bersifat negative, toutou yang mana bersifat menunjukkan emosional si pembicara, toutou memaparkan


(11)

rangkaian peristiwa dan waktu yang panjang ketika hal tersebut sudah melampaui langkah akhir seperti yang diharapkan, toutou yang menerangkan ketika melewati hasil akhir dari suatu proses walaupun memakan waktu panjang tetap tetap diusahakan, toutou menerangkan untuk menyatakan sesuatu baru selesai setelah berlalu waktu yang cukup lama.Yatto adalah untuk menyatakan sesuatu yang diinginkan akhirnya tercapai meskipun dengan kesulitan yang besar, yatto cenderung menunjukkan hal yang bersifat positif. Yatto dapat menyatakan keadaan yang hampir tidak/nyaris, baru dapat, yatto menunjukkan pada hal yang telah diharap-harapkan oleh si pembicara, yatto menyatakan pas-pasan, baru dapat, akhirnya keburu juga. Setelah dilakukan analisis diketahui bahwa walaupun kata toutou dan yatto keduanya termasuk dalam kata yang bersinonim karena memiliki makna yang sama yaitu akhirnya, tetapi pemakaian dari kedua kata tersebut dalam kalimat berbeda, tergantung pada nuansa makna dan konteks kalimatnya. Sehingga kata toutou dan yatto belum tentu dapat saling menggantikan kedudukannya dalam sebuah kalimat. Artinya ada yang bisa dan ada juga yang tidak bisa saling menggantikan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari buku Jiji Monday no Kiso Chisiki “(basis data and information topics), Chikyu no Arukikata Indonesia (travel guide book Indonesia), Chikyu no Arukikata Bari Shima (travel guide book Bali), Chikyu no Arukikata Maresia, Burunei (travel guide book Malaysia, Brunei Darussalam) kata yattolah yang paling sering dipakai dan ditemukan, karena makna yatto mewakili makna akhirnya secara umum yaitu yang menyatakan/menunjukkan sesuatu yang diinginkan akhirnya tercapai meskipun


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Bahasa merupakan sarana penting dalam berkomunikasi guna menjalin hubungan baik dengan orang lain. Bahasa bersifat dinamis yaitu berkembang sesuai dengan perubahan yang mengikuti perkembangan sosial budaya masyarakat pemakainya. Dengan mengenal bahasa dapat diketahui budaya dan kebiasaan sehari-hari pada bangsa tersebut.

Sesuai dengan pendapat Samsuri (1980:4) bahwa bahasa adalah alat yang dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan-keinginan dan perbuatan-perbuatan; alat yang dipakainya untuk mempengaruhi dan dipengaruhi, dan bahasa adalah dasar pertama-tama dan paling berurat-berakar dari pada masyarakat manusia. Bahasa adalah tanda yang jelas dari pada kepribadian, yang baik maupun yang buruk; tanda yang jelas dari pada keluarga dan bangsa; tanda yang jelas dari pada budi kemanusiaan.

Maksudnya bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, gagasan, maksud dan tujuan dalam mencapai hasrat dan keinginannya kepada orang lain demi kelancaran hidupnya, baik dilakukan secara lisan maupun secara tertulis.

Bahasa merupakan saluran maksud seseorang yang melahirkan perasaan dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Pada saat menggunakan bahasa sebagai


(13)

komunikasi, berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Bahasa dikatakan komunikatif karena bersifat umum. Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat / media bahasa (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi secara non verbal dilakukan menggunakan media berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu lintas sirene, setelah itu diterjemahkan ke dalam bahasa manusia. Bahasa sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial. Pada saat beradaptasi di lingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa yang non standar pada saat berbicara dengan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa memudahkan seseorang untuk berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa lain. Demikian halnya dengan bahasa Jepang. Untuk mengenal lebih jauh tentang masyarakat Jepang kita menggunakan bahasa Jepang sebagai alat berkomunikasi yang baik. Untuk memahami jalan pikiran orang Jepang salah satunya dengan cara berkomunikasi menggunakan Bahasa Jepang. Tetapi tidak mudah memahami tatanan bahasa Jepang karena banyak sekali ungkapan untuk menyatakan suatu kondisi yang sama.

Seiring dengan perkembangan dunia teknologi dan pendidikan diseluruh dunia, dan kuatnya kedudukan negara Jepang di dunia, baik dalam bidang ekonomi maupun ilmu pengetahuan secara tidak langsung hal ini mendukung


(14)

perkembangan pendidikan bahasa Jepang.

Perkembangan pembelajaran bahasa Jepang di Indonesia secara kuantitatif sangat pesat, namun secara kualitatif masih menghadapi banyak kendala. Hal ini berkaitan dengan banyak faktor, termasuk posisi bahasa Jepang diantara bahasa ibu, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Pendidikan bahasa Jepang di Indonesia, diselenggarakan pada sekolah menengah, perguruan tinggi (PT), dan pada kursus-kursus. Minat pembelajar bahasa Jepang dari tahun ke tahun terus bertambah, baik dari jumlah pembelajarnya maupun lembaga penyelenggaranya. Data Japan

foundation (2004) yang mencatat perkembangan pendidikan bahasa Jepang dari

tahun 1998 sampai 2003, menyatakan ditataran pendidikan menengah terdapat 432 lembaga, di PT terdapat 78 lembaga, dan di kursus-kursus tercatat 98 lembaga. Oleh karena itu, banyak masyarakat dunia yang tertarik mempelajari bahasa Jepang sebagai bahasa asing dan bahasa pergaulan dalam situasi dan kesempatan.

Berdasarkan fungsinya sebagai bahasa pergaulan dan percakapan sehari-hari dalam berbagai situasi atau kesempatan informal, bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang sangat diminati dewasa ini. Bahasa Jepang memiliki penggunaan yang berbeda sekali dengan bahasa lain.

Setiap bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan masing-masing. Artinya dalam pemakaian bahasa tersebut harus sesuai dengan kaidah yang berlaku. Seperti pengunaan kata yang memiliki arti yang sama, sehingga para pembelajar kurang memahami makna yang sebenarnya dalam kalimat yang menggunakan kata tesebut.


(15)

Seseorang perlu mempelajari tata bahasa yang baik dan benar, terutama pada saat kita hendak berbicara dengan orang yang tidak sebahasa dengan kita. Hal ini sama halnya apabila ingin berkomunikasi dengan masyarakat Jepang, kita harus menguasai bahasa tersebut.

Dalam bahasa Jepang kita sering menggunakan atau menemukan bermacam-macam ekspresi pada sebuah kata atau kalimat bersinonim. Seperti

toutou dan yatto mempunyai makna sama yaitu akhirnya (Kamus Pemakaian

Bahasa Jepang Dasar edisi Bahasa Indonesia) tetapi jika digunakan dalam kalimat harus disesuaikan dengan situasi dan kondisinya, jika tidak maka akan terjadi kerancuan atau kesalahpahaman.

Contoh :

1. 三時間待ったがとうとう彼は来なかった。

(Kikuo Nomoto, 1988:1234)

Sudah 3 jam saya tunggu tapi akhirnya dia tidak datang.

2. 5 時間かかってやっと仕事が終わった。

(Kikuo Nomoto, 1988:1349)

Akhirnya selesai juga pekerjaan setelah makan waktu 5 jam.

Dari contoh diatas dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut mengandung makna “akhirnya” tetapi nuansa perbedaan makna “akhirnya” dapat diketahui dari kata-kata yang digunakannya. Untuk mengetahui lebih jauh perbedaan nuansa makna dari kata “toutou dan yatto” penulis akan menganalisis dalam skripsi yang


(16)

berjudul “ANALISIS PERBEDAAN NUANSA MAKNA KATA TOUTOU DAN YATTO DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG”.

A. Perumusan Masalah

Dalam bahasa Jepang mengenal kata keterangan atau kata tambahan yang disebut fukushi. Dalam fukushi terdapat kata toutou dan yatto, kedua kata tersebut mempunyai makna “akhirnya”. Tetapi masing-masing kata berbeda penggunaannya dalam kalimat. Untuk itu dalam penelitian ini penulis mencoba menjelaskan masalah kata yang bersinonim serta perbedaan nuansa makna yang terkandung didalamnya, yang dalam kesehariannya membuat para pembelajar bahasa Jepang kesulitan dalam mengartikan menurut konteks kalimatnya baik lisan maupun tulisan. Sinonim adalah salah satu masalah kompleks yang ada dalam satu bahasa termasuk dalam bahasa Jepang. Terdapat banyak sekali kata yang bersinonim dalam bahasa Jepang, hal ini cukup membuat pembelajarnya kesulitan dalam mempelajari bahasa Jepang terutama bagi pembelajar bahasa Jepang tingkat pemula.

Untuk membahas masalah yang mempunyai makna yang sama, tetapi nuansanya berbeda dalam kalimat seperti toutou dan yatto maka penulis merumuskan masalah penelitian ini dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Seperti apa perbedaan nuansa makna adverbia/kata keterangan toutou

dan yatto secara umum?

2. Apakah makna adverbia/kata keterangan toutou dan yatto dalam kalimat berbahasa Jepang dapat saling menggantikan?


(17)

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam pembahasannya penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup permasalahan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga masalah yang akan dibahas dapat lebih terarah dalam penulisan nantinya. Pada penulisan skripsi ini penulis hanya akan membahas mengenai analisis perbedaan nuansa makna kata toutou dan yatto dalam kalimat bahasa Jepang. Sebelum membahas inti permasalahan, penulis juga membahas tentang ruigigo/sinonim secara umum serta akan memfokuskan teori tentang

toutou, dan yatto dengan tujuan memudahkan dalam pembahasannya. Adapun

sebagai bahan penelitian penulis untuk menganalisis adverbia toutou, dan yatto tersebut adalah dari buku Jiji Monday no Kiso Chisiki “(basis data and information topics), Chikyu no Arukikata Indonesia (travel guide book Indonesia),

Chikyu no Arukikata Bari Shima (travel guide book Bali), Chikyu no Arukikata

Maresia, Burunei (travel guide book Malaysia, Brunei Darussalam) yang

menggunakan adverbia/kata keterangan toutou, dan yatto. Dalam penulisannya akan dibahas 3 cuplikan kalimat yang mengandung adverbia/kata keterangan

toutou dan 5 cuplikan kalimat yang mengandung adverbia/kata keterangan yatto,

dan selain itu lebih jelas, maka sebagai pendukung penulis akan memaparkan mengenai pengertian adverbia/kata keterangan toutou dan yatto dan jenis - jenis adverbia/kata keterangan.


(18)

C. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan pustaka

Kridalaksana (2008:216) mengemukakan dua pengertian tentang semantik : (1) bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna juga dengan struktur makna suatu wicara; (2) sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya.

Semantik (imiron/意味論) merupakan salah satu cabang linguistik (gengogaku/言語学) yang mengkaji tentang makna (Sutedi, 2004:111).

Kridalaksana (2008:148) menjelaskan makna adalah (1) maksud pembicara; (2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; (3) hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjuknya; (4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

Chaer (1994:59) juga mengatakan bahwa makna terbagi atas dua, yaitu makna leksikal dan makna gramatikal.

Dalam bahasa Jepang makna leksikal disebut makna kamus (jishoteki imi) atau makna kata (goiteki imi). Makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata, sedangkan makna gramatikal yang dalam bahasa Jepang disebut makna kalimat (bunpoteki imi) yaitu makna yang muncul akibat dari proses gramatikalnya (Sutedi, 2004:115).


(19)

Dalam bahasa Jepang, tata bahasa baku kata diklasifikasikan menjadi sepuluh kelas kata. Menurut Motojiro dalam Sudjianto, (1996:27) menjelaskan bahwa terdapat 10 kelas kata dalam bahasa Jepang, yakni :

1. kata benda (meishi=名刺) 2. kata kerja (doushi=動詞)

3. kata sifat 1 ( I keiyoushi=形容詞) 4. kata sifat 2 ( Na keiyoushi=な形容詞) 5. kata keterangan (fukushi=福祉)

6. kata petunjuk (rentaisi=連体詞) 7. kata sambung(setsuzokushi=接続詞) 8. kata seru (kandoushi=感動詞) 9. kata kerja bantu (jodoshi=助動詞) 10. kata bantu/ partikel (joshi=助詞)

Menurut Seiichi Makino dan Michio Tsutsui (1995:528) disebutkan “toutou adv, an adverb that is used to express the eventual arrival of an expected

situation”toutou sebagai adverbia/kata keterangan, kata keterangan toutou adalah

sebuah kata keterangan yang biasanya digunakan untuk mengekspresikan situasi yang diharapkan akhirnya terjadi. Dalam Seiichi Makino dan Michio Tsutsui (1995:593) disebutkan pula “yatto adv, an adverb to indicate that s.t. desirable has been finally achieved or will be eventually achieved though with great


(20)

menunjukkan bahwa sesuatu yang diinginkan akhirnya telah tercapai atau akan akhirnya dicapai melalui dengan susah payah".

2. Kerangka Teori

Menurut Sutedi (2004:121), untuk menganalisis makna suatu kata dapat dilakukan dengan metode: (1) analisis komponen makna (seibun-bunseki); (2) analisis imitokuchou dalam isigo (semantic feature dalam semantem); (3) hubungan antar makna ( go to go no imi kankei). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode yang ketiga, yaitu hubungan antar makna.

Menurut Abdul Chaer (1995:60) makna gramatikal (gramatical meaning), makna fungsional (fungsional meaning; structural meaning) adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat, sedangkan menurut Djajasudarma (1999:13) makna gramatikal adalah makna yang menyangkut hubungan intra bahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat.

Hubungan antar makna (go to go no imi kankei) terdiri dari; (1) ruigi

kankei (hubungan kesinoniman); (2) han-gi kankei (antonim) dan (3) jouge kankei

(hubungan hiponimi dan hipernimi). Dari ketiga hubungan antar makna tersebut,

penulis menggunakan metode ruigi kankei.

Di dalam bahasa Jepang, beberapa kata memiliki bunyi ucapan yang berbeda namun memiliki makna yang sangat mirip, disebut dengan istilah ruigigo.

Dalam bahasa Jepang sinonim disebut ruigigo. Pengertian ruigigo adalah

“katachi wa chigau ga, arawasu imi ga daitai nikayotteiru tango. Tatoeba jikan


(21)

adalah kata yang memiliki bentuk berbeda tetapi mengandung pengertian atau makna yang hampir sama. Misalnya kata jikan, jikoku dan lain-lain.

Dalam Kikuo Nomoto (1988:1234) Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Edisi Bahasa Indonesia, definisi toutou adalah 1. akhirnya, kesudahannya, untuk menyatakan sesuatu baru selesai setelah berlalu waktu yang cukup lama (terutama, menyatakan apa yang sudah lama diduga akhirnya betul-betul menjadi kenyataan). Contoh: 三時間待ったがとうとう彼は来なかった. Sudah 3 jam saya tunggu tapi akhirnya dia tidak datang. 2. Akhirnya, akibatnya, untuk menyatakan meningginya taraf sesuatu sehingga mencapai batas tertentu. Contoh: 彼は勉強しすぎてとうとう病気になった. Dia belajar begitu keras sehingga akhirnya jatuh sakit. Kikuo Nomoto (1988:1349) definisi yatto 1.akhirnya, baru setelah…setelah lama dinanti-nantikan.

Contoh: 5 時間もかかってやっと仕事が終わった. Akhirnya selesai juga

pekerjaan setelah makan waktu 5 jam.2.pas-pasan,baru dapat…, akhirnya keburu juga. Contoh : まだ 簡単な 計算 が やっと できる 程度だ。Tingkat kemampuannya baru dapat menghitung yang mudah-mudah saja.

Menurut Parera (2004:46), secara umum teori makna dapat dibedakan atas:

1. Teori Refrensial/Korespondensi 2. Teori Kontekstual

3. Teori Mentalisme/Konseptual 4. Teori Formalisme


(22)

Dari keempat teori tersebut yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas adalah teori Kontekstual. Teori Kontekstual mengisyaratkan bahwa sebuah kata/simbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks (Parera, 2004:47).

Makna kontekstual adalah pertama, makna penggunaan sebuah kata (atau gabungan kata) dalam konteks kalimat tertentu; kedua, makna

keseluruhan kalimat (ujaran) dalam konteks situasi tertentu (Chaer, 1995:81). Untuk menganalisis perbedaan nuansa makna kata toutou dan yatto dalam kalimat bahasa Jepang, penulis menggunakan teori makna gramatikal, makna kontekstual dan teori kesinoniman.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan skripsi adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan nuansa makna adverbia/kata keterangan

toutou dan yatto dalam bahasa Jepang.

2. Untuk mengetahui makna adverbia/kata keterangan toutou dan yatto dalam kalimat berbahasa Jepang.

b. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah:

1. Menambah referensi yang berkaitan dengan linguistik khususnya mengenai adverbia/kata keterangan toutou dan yatto.


(23)

2. Menambah wawasan penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya, terutama mengenai perbedaan nuansa makna kata toutou dan yatto.

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Menurut Nawawi (1993:63) metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaiman adanya.

Digunakan juga metode kepustakaan (library research), yaitu metode yang menggunakan pengumpulan data-data atau berbagi informasi dengan cara pengumpulan data dari beberapa buku atau informasi atau referensi yang berkaitan dengan pembahasan (Isyandi, 2003:13). Dalam hal ini, penulis mengumpulkan dan membaca buku-buku dan data-data yang berhubungan, khususnya buku-buku yang berhubungan dengan sinonim dalam bahasa Jepang dan buku-buku relevan dengan pembahasan


(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG MAKNA SINONIM/RUIGIGO, KATA “TOUTOU DAN YATTO”

2.1 Pengertian Makna

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan pengertian makna 1. Arti: ia memperhatikan setiap kata yang terdapat di tulisan kuno itu; 2. Maksud pembicara atau penulis ; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Dalam hal ini Abdul Chaer, (2002:29) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.

Dalam Kridalaksana (2008:132), pengertian makna dijabarkan menjadi : 1. Maksud pembicara;

2. Pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;

3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjuknya,dan


(25)

Aminuddin (1988:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti.

Dari pengertian para ahli bahasa di atas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.

2.2 Jenis – Jenis Makna

Menurut Chaer (2002:59), sesungguhnya jenis atau tipe makna itu memang dapat dibedakan berdasarkan kriteria dan sudut pandang, yakni:

a. Berdasarkan jenis semantiknya, dapat dibedakan menjadi makna leksikal dan makna gramatikal.

b. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata/leksem, dapat dibedakan menjadi makna referensial dan makna nonreferensial.

c. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem, dapat dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif.

d. Berdasarkan ketepatan maknanya, dapat dibedakan menjadi makna istilah atau makna umum dan makna khusus.

e. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain, dapat dibedakan menjadi makna konseptual, asosiatif, idiomatik, dan sebagainya. Berikut akan dibahas pengertian makna-makna tersebut satu persatu.


(26)

1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

Menurut Chaer (2002:60) makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Sedangkan menurut Sutedi (2003:106), makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indera dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Makna leksikal dalam bahasa Jepang disebut dengan [辞書的意味 ‘jishoteki imi’] atau [語彙的意味 ‘goiteki imi’]. Dalam bahasa jepang misalnya kata [猫 ‘neko’] dan [学校 ‘gakkou’]. Makna leksikal dari kata kucing adalah hewan berkaki empat, berkumis, dan suka mencuri ikan. Sedangkan makna leksikal dari kata sekolah adalah bangunan tempat pada siswa belajar.

Makna gramatikal menurut Chaer (2002:63) adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat. Sedangkan menurut Djajasudarma (1999:13) makna gramatikal (bhs.Inggris – grammatical meaning,

functional meaning, structural meaning, internal meaning) adalah makna yang

menyangkut hubungan intra bahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat dan dalam bahasa Jepang disebut [文法的意味 ‘bunpouteki imi’]. Dalam bahasa Jepang, [助詞 ‘joshi’] (partikel) dan [助動詞 ‘jodoushi’] (kopula) tidak memiliki makna leksikal, tetapi memiliki makna gramatikal, sebab baru akan jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat.


(27)

2. Makna Referensial dan Makna Nonreferensial

Menurut Chaer (2002:63), perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu, maka kata tersebut disebut kata bermakna referensial. Namun jika kata-kata itu tidak mempunyai referen, maka kata tersebut merupakan kata bermakna nonreferensial. Kata “meja” dan “kursi” termasuk kata yang bermakna referensial karena keduanya mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut “meja” dan “kursi”. Sebaliknya kata “karena” dan “tetapi” tidak mempunyai referen, sehingga kedua kata tersebut termasuk ke dalam kelompok kata yang bermakna nonreferensial.

3. Makna Denotatif dan Makna Konotatif

Chaer (2002:65) menyebutkan pengertian makna denotatif adalah pada dasarnya sama dengan makna leksikal dan referensial, sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, penasaran, atau pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif, dan sering disebut dengan istilah ‘makna sebenarnya’. Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:149), makna denotatif adalah makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa (objek atau gagasan), dan dapat dijelaskan oleh analisis komponen. Makna denotatif dalam bahasa Jepang disebut dengan [明示的意味 ‘meijiteki imi’] atau [外延 ‘gaien’].


(28)

tambahan yang sifatnya memberi nilai rasa, baik positif maupun negatif. Selanjutnya menurut Sutedi (2003:107), makna konotatif disebut [暗示的意味

anjiteki imi’] atau [内包 ‘naiyou’] , yaitu makna yang ditimbulkan karena

perasaan atau pikiran pembicaraan dan lawan bicaranya. Misalnya, pada kata [父

chichi’] dan [親父 ‘oyaji’] kedua-duanya memiliki makna denotatif yang sama,

yaitu ayah, akan tetapi memiliki nilai rasa yang berbeda. Kata ‘chichi’ terkesan lebih formal dan lebih halus, sedangkan kata ‘oyaji’ terkesan lebih dekat dan akrab. Contoh lainnya adalah kata [化粧屋 ‘keshou-shitsu’] dan [便所 ‘benjo’]. Kedua kata tersebut juga merujuk pada hal yang sama, yaitu kamar kecil, tetapi kesan dan nilai rasanya berbeda. ‘keshou-shitsu’ terkesan bersih, sedangkan

benjoi’ terkesan kotor dan bau.

4. Makna Umum dan Makna Khusus

Chaer (2002:71) mengemukakan bahwa kata dengan makna umum memiliki pengertian dan pemakaian yang lebih luas, sedangkan kata dengan makna khusus mempunyai pegertian dan pemakaian yang lebih terbatas. Misalnya dengan deretan sinonim besar, agung, akbar, raya, dan kolosal. Kata besar adalah kata yang bermakna umum dan pemakaiannya lebih luas dibandingkan dengan kata yang lainnya. Kita dapat mengganti kata agung, akbar, raya, dan kolosal dengan kata besar secara bebas. Frase ‘Tuhan yang maha Agung’ dapat diganti dengan ‘Tuhan yang maha Besar ’ ; frase ‘rapat akbar’ dapat diganti dengan

rapat besar’ ; frase ‘hari raya’ dapat diganti dengan ‘hari besar’ ; dan ‘film

kolosal’ dapat diganti dengan ‘film besar’. Sebaliknya, frase ‘rumah besar’ tidak


(29)

5. Makna Konseptual, Asosiatif dan Idiomatik

Menurut Chaer (2002:72), makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa sebenarnya makna konseptual ini sama dengan makna leksikal, referensial, dan makna denotatif. Selanjutnya, makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan diluar bahasa. Misalnya, kata melati berasosiasi dengan makna ‘suci’ atau ‘kesucian’ ; kata

merah berasosiasi dengan makna ‘berani’ ; kata cendrawasih berasosiasi dengan

makna ‘indah’.

Sedangkan makna idiomatik menurut Chaer (2002:75) adalah makna sebuah satuan bahasa (kata, frase, atau kalimat) yang “menyimpang” dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Contohnya adalah sebuah frase ‘membanting tulang’ dan ‘meja hijau’. ‘Membanting tulang’ adalah sebuah leksem dengan makna ‘bekerja keras’, dan ‘meja hijau’ adalah sebuah leksem dengan makna ‘pengadilan’.

2.3 Relasi Makna

Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, sering kali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya. Menurut Chaer (2002:88). Hubungan atau relasi kemaknaan ini yaitu menyangkut hal kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi dan


(30)

ambiguitas), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), kelebihan makna (redundansi), dan sebagainya. Berikut akan dijelaskan masing-masing.

1. Sinonim

Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu

onoma yang berarti ‘nama’ dan ‘syn’ yang berarti ‘dengan’ . Maka secara harfiah

kata sinonimi berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’.

Umpamanya kata buruk dan jelek adalah 2 buah kata bersinonim; bunga,

kembang, dan puspa adalah tiga buah kata yang bersinonim; mati, wafat,

meninggal, dan mampus adalah empat buah kata yang bersinonim. Sutedi

(2008:113) sinonim(類義関係 ‘ruigikankei’・度技官系 ‘tabigikankei’): hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya.

Contoh : 話す’hanasu’ (berbicara) = 言う’iu’ (berkata)

2. Antonim

Kata antonimi berasal dari kata Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti “Nama”, dan anti yang berarti “Melawan”. Maka secara harfiah antonim berarti ‘nama lain untuk benda lain pula’. Kata antonim atau sering disebut lawan kata dapat diartikan sebagai dua kata yang memiliki makna yang berlawanan atau bertentangan. Misalnya, hidup-mati, diam-gerak dan sebagainya. Sutedi (2008:113) Antonim (版木関係 ‘hangikankei’ ) : hubungan semantik dua


(31)

buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan dengan ujaran yang lain.

Contoh : 高い’takai’ (tinggi) >< 低い ‘hikui’ (rendah)

3. Homonimi, Homofon, Homografi

Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani kuno onoma yang berarti “Nama” dan homo yang artinya “Sama”. Secara harfiah homonimi dapat diartikan sebagai “Nama sama untuk benda atau hal lain”. Homonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki ejaan dan lafal yang sama namun memiliki makna yang berbeda. Misalnya, kata “Bisa” dapat diartikan dua makna, yakni “Bisa” yang berarti “Dapat” dan “Bisa” yang berarti “Racun”.

Homofoni (homo berarti sama, fon berarti bunyi ) adalah dua kata atau lebih yang memiliki lafal yang sama walaupun ejaan dan maknanya berbeda. Misalnya, kata “Bang” dan “Bank”. Homograf (homo berarti sama, grafi berarti tulisan) adalah dua kata atau lebih yang memiliki ejaan yang sama namun memiliki lafal dan maka yang berbeda. Misalnya, “Tahu” (baca “Tahu”) bermakna salah satu produk makanan yang berasal dari kedelai, sedangkan kata “Tahu” (baca “Tau”) bermakna mengetahui.

4. Hiponimi dan Hipernimi

Kata hiponimi berasal dari bahasa Yunani kuno , yaitu onoma berarti “Nama” dan hypo berarti “Di bawah”. Jadi, secara harfiah berarti “Nama yang termasuk di bawah nama lain”. Hiponimi dan hipernim berhubungan satu sama lain, hiponimi merujuk pada kata yang lebih khusus yang merupakan subordinat


(32)

dari hipernimi. Misalnya, kata “Tongkol” dan “Ikan”, kata “Tongkol” merupakan hiponim dari kata “Ikan” sedangkan kata “Ikan” merupakan hipernim dari kata “Tongkol”.

5. Polisemi

Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, bisa juga frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Umpamanya, kata kepala dalam bahasa Indonesia memiliki makna (1) bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan; (2) bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan dan merupakan hal yang penting atau ter utama seperti kepala

susu, kepala meja, dan kepala kereta api; (3) bagian dari suatu yang berbentuk

bulat seperti kepala, seperti pada kepala paku dan kepala jarum; (4) pemimpin atau ketua seperti pada kepala sekolah, kepala kantor, dan kepala stasiun; (5) jiwa atau orang seperti pada kalimat setiap kepala menerima bantuan Rp. 5000 ; dan (6) akal budi seperti dalam kalimat, badannya besar tetapi kepalanya kosong.

6. Ambiguitas

Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua arti, kegandaan makna dalam ambiguitas berasal dari satuan gramatikal yang lebih besar, yaitu frase atau kalimat, dan terjadi sebagai akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda. Umpamanya, frase buku sejarah dapat ditafsirkan sebagai (1) buku sejarah itu baru terbit, atau (2) buku itu berisi sejarah zaman baru.


(33)

7. Redundansi

Istilah redundansi biasanya diartikan sebagai berlebih-lebihannya pemakaian unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran. Umpamanya kalimat

Bola di tendang Si Udin, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan Bola

ditendang oleh si Udin. Pemakaian kata oleh pada kalimat kedua dianggap

sebagai sesuatu yang redundansi, yang berlebih-lebihan, dan yang sebenarnya tidak perlu.

2.4 Adverbia/ Kata Keterangan Toutou dan Yatto 2.4.1 Adverbia/Kata Keterangan

Dalam bahasa Jepang terdapat adverbia/kata keterangan/kata tambahan yang disebut dengan fukushi. Situmorang Hamzon (2007:40) mengemukakan

fukushi bila dilihat dari makna kanjinya

副 : fuku = tambahan, wakil, dukung 詞 : shi, kotoba = kata

副詞 : fukushi = kata tambahan, kata keterangan.

Ciri – ciri fukushi : dapat berdiri sendiri, tidak berkonjugasi, tidak menjadi subjek, tidak menjadi predikat, dan tidak menjadi objek, menerangkan doushi,

keiyoushi, dan menerangkan fukushi lagi.

Menurut Sudjianto dan Ahmad Dahidi (2007:165) pengertian fukushi adalah kelas kata yang tidak mengalami perubahan bentuk dan dengan sendirinya dapat menjadi keterangan bagi yoogen walaupun tanpa mendapat bantuan dari kata-kata yang lain. (Matsuoka 2000:344), Fukushi adalah kata-kata yang menerangkan


(34)

verba, adjektiva, dan adverbia yang lainnya, tidak dapat berubah,dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas, suasana, atau perasaan pembicara. Namun selain menerangkan verba, adjektiva-i, adjektiva-na, dan adverbia yang lain, fukushi pun dapat menerangkan nomina. Dalam buku Masuoka Takashi (1999:41) adverbia dalam Bahasa Jepang dibagi menjadi 3 jenis:

1. Joutai no Fukushi

Joutai no Fukushi adalah kata keterangan yang menerangkan kata kerja,

menerangkan secara jelas keadaan tersebut. Joutai no Fukushi juga banyak terdapat pada kata-kata giongo yaitu kata yang mengungkapkan bunyi suatu gerakan/tindakan.

Contoh:

Bunyi sesuatu yang jatuh (dosunto)

Dan gitaigo yaitu kata yang diungkapkan secara simbolis dengan bunyi

menyerupai keadaan orang atau benda atau gerakan sesuatu. Contoh:

Gussuri to (keadaan tidur dengan nyenyak)

Didalam joutai no fukushi terdapat kata yang mengungkapkan ada tidaknya kemauan dari subjek yang bergerak. Ungkapan untuk menyatakan suatu perilaku/kegiatan atas kesadaran, seperti:

- Waza to


(35)

Dalam buku Nihongo Bunpou (1990:1987) dijelaskan bahwa joutai no

fukushi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Joutai no Fukushi yang menunjukkan keadaan 1. ゆっくりと歩く。

Yukkurito aruku.

(Berjalan dengan perlahan). 2. はっきりと見える。 Hakkiri to mieru.

(Kelihatan dengan jelas) 3. おもむろに話す。 Omomuro ni hanasu. (Berbicara dengan pelan). 4. ずっと休んでいる。 Zutto yasunde iru.

(terus menerus istirahat).

b. Joutai no Fukushi yang menunjukkan Waktu 1. じきに帰る。

Jikini kaeru.

(Pulang dengan segera). 2. とうとう夜があけた。 Toutou yoru ga aketa. (Akhirnya malampun tiba).


(36)

3. しばらく待った。

Shibaraku matta.

(sudah lama menunggu). 4. さっそく読んだ。 Sassoku yonda

(Membaca dengan segera) 5. いそいそ働く。 Isoiso hataraku.

(Bekerja dengan senang hati).

c. Joutai no Fukushi yang menyatakan petunjuk

1.こう書く。

Kou kaku.

(Tulislah seperti ini).

2. そう言う。 Sou iu.

(Katakan seperti itu). 3. どう泳ぐ? Dou oyogu.

(Bagaimana caranya berenang). 2. Teido no Fukushi

Teido no Fukushi adalah adverbia yang digunakan untuk menyatakan


(37)

Berikut adalah contoh Teido no Fukushi: 1. もっと安いのはありませんか。 Motto yasui no wa arimasenka.

(apakah ada yang lebih murah?)

2. きゅうよがあるからすぐ来てください。 Kyuuyo ga arukara sugu kite kudasai.

(Karena ada urusan yang penting segeralah datang). 3. 前よりだいぶから大丈夫になった。

Mae yori daibu karada go daijoobu ni natta.

(Dibanding sebelumnya, badannya menjadi lebih sehat. 3. Jojutsu no Fukushi/Chinjutsu no Fukushi

Jojutsu no Fukushi/Chinjutsu no Fukushi adalah adverbia yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan pembicara. Selalu dipergunakan dengan cara pengucapan tertentu. Jojutsu no Fukushi ini juga merupakan fukushi yang berpasangan dengan predikat dan menerangkan predikat itu sendiri.

Contoh:

あしたはたぶんあめだろう。 Ashita wa tabun ame darou (Besok kemungkinan hujan)


(38)

a. Jojutsu no Fukushi yang menyatakan penegasan 1. 明日はきっと晴れる。

Ashita wa kitto hareru

(Besok pasti cuacanya cerah) 2. 必ず5時に起きる。 Kanarazu goji ni okiru

(Selalu bangun pagi pukul 05.00)

b. Jojutsu no Fukushi yang menyatakan Sangkalan 1. さっぱりわからない。

Sappari wakaranai

(Sama sekali tidak mengerti) 2. だんじてしあわせない。 Danjite shiawasenai

(Tidak pernah merasa bahagia)

c. Jojutsu no Fukushi yang menyatakan larangan ぜったい怠けるな。

Zettai namakeru na. (Jangan malas, ya!)

d. Jojutsu no Fukushi yang menyatakan perkiraan negatif 1. まさかそんなことはしないだろう。


(39)

(Masa iya hal seperti itu tidak dilakukan) 2. 決して失敗しない。

Kesshite shippai shinai.

(sama sekali tidak gagal)

e. Jojutsu no Fukushi yang menyatakan perkiraan/sangkalan

1. 明日はたぶん晴れるだろう。

Ashita wa tabun hareru darou (Besok kemungkinan cuaca cerah) 2. おそらく帰らないでしょう。 Osoraku kaeranai deshou

(Mungkin saya tidak pulang) 3. さぞうおわせるでしょう。 Sazoo owasure deshou

(Barangkali sudah lupa, ya)

f. Jojutsu no Fukushi yang menyatakan pernyataan/pertanyaan 1. どうして働かないのでしょうか。

Doushite hatarakanai no deshouka. (Kenapa kamu tidak bekerja) 2. なぜ笑わないのか。 Naze warawanai no ka (Mengapa kamu tertawa)


(40)

g. Jojutsu no Fukushi yang menyatakan pengandaian 1. たとえ雨が降っても、まいります。

Tatoe ame ga futtemo, mairimasu

(Sekalipun hujan turun, saya tetap berkunjung) 2. もし休むようなら連絡します。

Moshi yasumu you nara renrakushimasu (Kalau ada waktu luang saya akan hubungi)

h. Jojutsu no Fukushi yang menyatakan perumpamaan 1. まるで夢のようだ。

Marude yume no youda (Seperti dalam mimpi)

i. Jojutsu no Fukushi yang menyatakan permohonan 1. ぜひ遊びにきてください。

Zehi asobi ni kite kudasai (Datanglah bermain ke sini!)

2. どうぞ召し上がってください。 Douzo meshiagatte kudasai

(Silahkan dimakan)

Masuoka dan Takuobo (1992:41-47) membagi fukushi menjadi 7 yaitu :


(41)

berikutnya. Contoh : yukkuri 「ゆっくり」, jitto 「じっと」,

hakkiri「はっきり」.

2. Teido Fukushi, berfungsi terutama menerangkan tingkat, taraf, kualitas atau

derajat keadaan verba, adjektiva-I, dan adjektiva Na, yang ada pada bagian berikutnya. Contoh sukoshi 「少し」, taihen 「たいへん」, totemo

「とても」.

3. Ryo no fukushi, yaitu fukushi yang berfungsi untuk menunjukkan jumlah orang

atau benda. Contoh takusan「たくさん」, ippai「いっぱい」. 4. Tensu asupekto no fukushi, yaitu berfungsi terutama untuk menerangkan sesuatu yang terjadi berdasarkan waktu dan situasi. Contoh imani「いまに」,youyaku「ようやく」,zutto「ずっと」,shibaraku「しばら

く」dan yatto「やっと」.

5. Chinjutsu Fukushi, yaitu fukushi yang memrlukan cara ucapan khusus disebut juga yuudou fukushi. Contoh doumo「どうも」, douzo「どうぞ」 6. Hyouka no fukushi, fukushi yang berfungsi untuk menunjukkan penilaian terhadap sesuatu. Contoh ainiku 「あいにく」, mochiron 「もちろん」 . 7. Hatsugen no Fukushi, merupakan jenis fukushi yang berfungsi untuk menyatakan pernyataan. Contoh ieba 「~言えば」.


(42)

2.4.2 Toutou

Dalam A Dictionary Of Intermediate Japanese Grammar, Seiichi Makino dan Michio Tsutsui (1995:593) memaparkan toutou sebagai berikut:

a.“toutou adv, an adverb that is used to express the eventual arrival of an

expected situation. Kata keterangan toutou adalah sebuah kata keterangan yang

biasanya digunakan untuk mengekspresikan situasi yang diharapkan akhirnya terjadi. Dalam bahasa Inggris yaitu kata “finally : at (long) last ; eventually ; in the end ; dan after all.

Contoh: - 朝から降りそうだった雨がとうとう降でした。

Asa kara furi sōdatta ame ga toutou furideshita.

Hujan yang kelihatan akan turun dari pagi akhirnya turun.

b. The adverb toutou is used to express than an expected situation has come about

after an extended period of time. The resulted situation is often negative in nature,

but not always, as shown example. Adverbia/kata keterangan toutou digunakan

kata keterangan toutou adalah sebuah kata keterangan yang biasanya digunakan untuk mengekspresikan situasi yang diharapkan akhirnya terjadi. Situasi yang dihasilkan sering kali bersifat negative, tetapi tidak selalu, seperti yang ditunjukkan pada contoh

Contoh : - とうとう博士論文を書いてしまった。 Toutou hakushi ronbun wo kaiteshimatta.

Akhirnya selesai menulis disertasi .

- 私達の結婚の日がとうとうやって来た。


(43)

Hari pernikahan kami akhirnya datang.

c. The main verb that is used with toutou often takes Vte-shimau, and auxiliary

verb that indicates completion of something about which the speaker is emotive. Kata kerja utama yang digunakan dengan toutou sering menggunakan bentuk Vte-simau, dan kata kerja bantu yang menunjukkan penyelesaian sesuatu yang mana bersifat menunjukkan emosional si pembicara.

Contoh :

- ビルは妻との関係がだんだん悪し、とうとう別れてしまった。

Bill wa tsuma to no kankei ga dandan akkashi, toutou wakareteshimatta. Hubungan Bill dengan istrinya lama kelamaan menjadi buruk dan akhirnya bercerai.

- 十五年も飼っていた猫がとうとう老衰で死んでしまった.

Jyuugonen mo katte ita neko ga toutou ruusui de shinde shimatta.Kucing yang

sudah dipelihara 15 tahun akhirnya mati karena usianya sudah tua. - その 数学 の 問題 は 何時間 かけても 解けなかった ので、とうとう

あきらめてしまった。

Sono suugaku no mondai wa nanjikan kaketemotokenakatta node, toutou

akirameteshimatta.

Soal matematika itu karena memakan waktu mengerjakannya akhirnya saya menyerah.


(44)

d. Toutou is crucially different from yatto in that the former often indicates a negative situation that came about spontaneously, but the letter indicates a positive situation that has been realized with the greatest effort.

Yang paling penting toutou adalah ungkapan yang berbeda dari yatto yang terlebih dahulu sering kali menunjukkan mengenai sebuah situasi negatif yang datang secara spontan, tetapi yang terakhir menunjukkan situasi/keadaan yang positif yang telah direalisasikan dengan usaha dan upaya yang besar.

Contoh :

- 私達の結婚の日がとうとうやって来た。

Watashitachi no kekkon no hi toutou yatte kita. Hari pernikahan kami akhirnya datang.

e. Toutou tends to occur with a negative statement, so far example 1 the choice toutou indicates the speaker/writers dislike of the winter.

Toutou cenderung terjadi dengan pernyataan negative, seperti pada contoh

toutou menunjukkan ketidaksukaan pembicara pada musim dingin.

Contoh :

- 冬がとうとうやって来た。

Fuyu ga toutou yattekita. Musim dingin akhirnya datang.


(45)

Migotoko (1998:312), mengemukakan 2 bentuk toutou, yaitu :

1. とうとう V−

a. Toutou menggunakan waktu yang panjang/menunjuk pada proses panjang dan

sebaliknya menunjukkan hal yang dilakukan sampai akhir. Toutou yang menunjukkan sesuatu dilalui dengan rangkaian peristiwa dan waktu yang panjang, dan menunjukkan ketika sesuatu hal tersebut sudah melampaui tingkat /langkah akhir seperti yang sudah diharapkan.

Contoh:

- 夏休みも、とうとう終わってしまった。

Natsuyasumi mo, toutou owatteshimatta. Libur musim panas pun akhirnya sudah selesai

- 卒業式も無事に終わって、とうとう国に帰る日になった。

Sotsugyou shiki mo buji ni owatte, toutou kuni ni kaeru hi natta.

Upacara kelulusan pun selesai dengan baik, akhirnya tiba hari

pulang/kembali ke negara.

b. Toutou yang digunakan pada saat sudah/telah melewati hasil akhir dari suatu

proses dan menunjukkan walaupun terdapat proses/waktu yang panjang tetapi hal tersebut tetap diusahakan.

Contoh :


(46)

20 nen no saigetsu wo kakete, kenkyuu wa toutou kanseishita. Penelitian yang memakan waktu 20 tahun akhirnya terselesaikan

c. Toutou yang menunjukkan didalamnya terdapat/terkandung unsur emosi si

pembicara terhadap masa dan hal yang dilakukan sampai melewati beberapa hal, dan juga digunakan pada saat tercampurnya batas kondisi yang telah dijaga sampai hal tersebut terjadi.

Contoh :

1. 相手があまりにしつこいので、温厚な彼もとうとう怒ってしまった

Aite ga amari ni shitsu koi no de, onkouna kare mo toutou okotteshimatta. Karena lawan bicaranya sangat menyusahkan dia yang ramah pun akhirnya marah.

2. 朝から曇っていたが、夕方にはとうとう雨になった。

Asa kara kumotte ita ga, yuugata ni wa toutou ame ni natta. Dari pagi berawan tapi pada sore hari akhirnya hujan turun. 2. Toutou + kata kerja –Nakatta / とうとう…V−なかった

Toutou bentuk ini digunakan pada saat tidak melakukan suatu hal sampai akhir tapi keadaan telah diduga.

Contoh :

1. 二時間も待ったが、とうとう彼は来なかった。


(47)

Sudah 2 jam menunggu akhirnya dia tidak datang.

2. 何週間も捜索続けられたが、遺体はとうとう発見されなかった。

Nan shuukan mo sousaku ga tsudzukerareta ga, itai wa toutou hakken sarenakatta.

Pencarian sudah berlanjut selama beberapa minggu tapi mayatnya akhirnya tidak ditemukan.

3. 全力を上げて調査が行われたが、事故の源因はとうとう分からなか

った。

Zenryoku wo agete chousa ga okonawareta ga, jiko no gen’in wa toutou wakaranakatta.

Diadakan pemeriksaan dengan segenap tenaga tetapi penyebab kecelakaan itu akhirnya tetap tidak dimengerti.

Dalam Kikuo Nomoto (1988:1234) Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Edisi Bahasa Indonesia, menjelaskan toutou adalah

1. Akhirnya, kesudahannya, untuk menyatakan sesuatu baru selesai setelah berlalu waktu yang cukup lama (terutama, menyatakan apa yang sudah lama diduga akhirnya betul-betul menjadi kenyataan).

Contoh :

1. 三時間待ったがとうとう彼は来なかった.


(48)

2. フランスへ行きたいという夢がとうとう実現した。

Furansu e ikitai to iu yume ga toutou jitsugen shita.

Cita-citaku mau ke Perancis akhirnya terwujud.

3. この夏休みはとうとうどこへも行かずじまいだった。

Kono natsuyasumi wa toutou doko e mo ikazu jimai data.

Akhirnya pada liburan musim panas ini tidak jadi bepergian kemana-mana.

2. Akhirnya, akibatnya, untuk menyatakan meningginya taraf sesuatu sehingga mencapai batas tertentu.

Contoh kalimat:

1. 水はとうとう堤防を超えるところまで来た。

Mizu wa toutou teiboo wo koeru tokoto made kita.

Akhirnya air mencapai ketinggian yang melebihi tanggul.

2. 彼は勉強しすぎてとうとう病気になった.

Kare wa benkyou shisugite toutou byooki ni natta. Dia belajar begitu keras sehinggaakhirnya jatuh sakit

Toutou merupakan tata bahasa yang dipakai bersama dengan predikat yang


(49)

2.4.3 Yatto

Dalam buku A Dictionary of Intermediate Japanese Grammar, Seiichi Makino dan Michio Tsutsui (1995:593), memaparkan yatto sebagai berikut:

a. Yatto adv, An adverb to indicates that something desirable has been finally

achieved or will be eventually achieved though with great difficulty. Yatto adalah

kata keterangan untuk menyatakan bahwa sesuatu yang diinginkan akhirnya telah tercapai atau akhirnya keinginan tersebut akan tercapai meskipun dengan kesulitan yang besar/dengan susah payah. Dalam bahasa Inggris yaitu kata finally; at last ; barely.

Contoh:

- 日本史の期末レポートをやっと書き終えた。

Nihon shi no kimatsu repoto wo yatto kaki oeta. Akhirnya selesai menulis makalah sejarah Jepang.

b. The adverb yatto can be used with Vinf when something desirable has been

finally achieved, as exemplified. If something negative has been brought about the

adverb can not be used.Kata keterangan yatto dapat digunakan dengan Vinf ketika

sesuatu yang diinginkan akhirnya telah tercapai. Jika sesuatu negative maka kata keterangan yatto tidak dapat digunakan.

Contoh :


(50)

Han toshi nagai fuyu ga owatte, yatto atatakai natsu ni natta.

Karena musim dingin yang panjang selama setengah tahun berakhir akhirnya musim semi yang hangat datang.

- 日本で一年間日本語を勉強したら、やっと日本語が通じるよう

になった。

Nihon de ichi nenkan nihongoo benkyoushitara, yatto nihongo ga tsuujiru youni natta.

Setelah saya belajar bahasa Jepang selama satu tahun di Jepang saya akhirnya memahami bahasa Jepang.

c. The adverb yatto can also mean “barely” as in example.

Kata keterangan yatto dapat juga menyatakan keadaan yang “hampir tidak/nyaris, baru dapat”, seperti contoh :

Contoh :

- この道は車がやっと一台通る通ねるくらい狭さです.

Kono michi wa kuruma ga yatto ichidai tooneru kurai semasa desu. Jalan ini sempitnya kira-kira hanya bisa dilewati oleh 1 unit kendaraan.

- 私の日本語の力ではあいさつをするのがやっとです。

Watashino nihon no chikara dewa aisatsu wo suru no ga yatto desu. Di dalam kemampuan bahasa Jepang saya hanya sebatas melakukan perkenalan salam.


(51)

Uchi kara eki made hashite, yatto, shichi ji han no densha ni mani atta.

Karena saya berlari dari rumah sampai stasiun akhirnya tepat waktu pada kereta 7.30.

- 家族四人がやっと住めるような小さいアパートに入った。

Kazoku yonin ga yatto sumeru youna chiisai apa-to ni haitta.

Kami tinggal di apartemen yang kecilnya bisa masuk 4 orang anggota keluarga

- 父は腰痛めているので、家の周りを散歩するがやっとです。

Chichi wa koshi itamete irunode, uchi no mawari o sanpo suru ga yatto desu.

Ayah menderita sakit di punggung akhirnya hanya bisa berjalan di sekitar rumah.

d. Yatto no koto de is a set phrase that emphasizes the time and efforts it takes for

something positive to come about, as exemplified example. The English translations are ‘at long last’, ‘with the greatest effort’, ‘with the greatest

trouble’.

Yatto no koto de adalah sebuah frase sebuah susunan kata-kata / ungkapan yang menekankan/menegaskan waktu dan upaya yang mengambil bentuk positif mengenai sesuatu yang akan datang. Dalam bahasa Inggris ‘at long last’, ‘dengan usaha besar’, ‘dengan kesulitan yang besar’.


(52)

Contoh:

- やっとのことで家買えた。

Yatto no koto de uchi kaeta.

Akhirnya bisa membeli rumah.

- やっとのことで、富士山の頂上に着いた。

Yatto no koto de, fuji san no choujyou ni tsuita.

Akhirnya dengan usaha besar, tiba di puncak gunung fuji.

Dalam Nihongo Bunkei Jiten (1998:603) disebutkan beberapa pengertian yatto, yaitu:

1. Yatto yang merupakan perwujudan dari harapan/pemikiran.

a. Yatto menunjukkan sikap yang melaksanakan/mengimplementasikan hal

yang sudah diharapkan oleh si pembicara dengan adanya kesusahan. Banyak digunakan dalam bentuk やっとV-た. Menunjukkan perasaan bebas dan bahagia si pembicara, dan menunjukkan perasaan yang “dalam waktu lama” “sudah mengalami/merasakan kesusahan. Yatto juga merupakan hal yang hanya digunakan pada hal yang telah diharap-harapkan oleh si pembicara.

Contoh :

- 三回試験を受けて、やっと合格した。

San-kai shiken o ukete, yatto gōkaku shita. Menempuh ujian 3 kali dan akhirnya lulus.


(53)

- テストもやっと終わった。 Tesuto mo yatto owatta. Ujian pun akhirnya selesai.

- 何日も練習してやっとできるようになった。

Nan'nichi mo renshū shite yatto dekiru yō ni natta. Beberapa hari latihan dan akhirnya bisa selesai.

- やっと、退院できるところまで快復した。

Yatto, taiin dekiru tokoro made kaifuku shita. Akhirnya, sembuh sampai keluar dari rumah sakit.

- 1995年にトソネルはやっと完成した。

1995-Nen ni tosoneru wa yatto kansei shita. Di tahun 1995 terowongan akhirnya rampung.

- きびしく注意したので、予後もやっといたずらをしなくなった

Kibishiku chūi shitanode, yogo mo yatto itazura o shinakunatta.

Karena perhatian yang ketat, cucu pun akhirnya tidak melakukan kenakalan.

- 明日でやっと試験も終わる。

Ashita de yatto shiken mo owaru. Besok, akhirnya ujian pun selesai.

- 貯金もかなりできた。これでやっと独立できる。


(54)

Sedang sungguh-sungguh menabung. Oleh karena itu akhirnya bisa berdikari.

- 娘も来年はやっと卒業だ。

Musume mo rainen wa yatto shotshugyou da. Anak perempuan pun tahun depan akhirnya lulus.

2.Yatto <Keadaan yang hampir saja/nyaris >

Digunakan pada kalimat percakapan dan kalimat tulisan. Dibagi menjadi:

a. やっと+V−

a. Yatto yang pada saat menyatakan adanya kesulitan dan akhirnya hal

tersebut menjadi menyenangkan.

Contoh kalimat:

1. タクシーをとばして、やっと約束の時間に間に合った。

Takushi wo tobashite, yatto yakusoku no jikan ni mani atta. Karena naik taksi, akhirnya tepat waktu pada waktu janji

2. 試合は延長戦にもつれこんだが、全力を振り絞ってやっと勝っ

た。

Shiai wa enchousen ni wo tsurekonda ga, zenryoku wo furishibotte yatto katta.

Di pertandingan di babak tambahan, karena mengumpulkan seluruh kekuatan akhirnya menang.


(55)

Yatto bisa digunakan bersamaan dengan ekspresi yang menunjukkan kualitas, menunjukkan hal karena banyaknya jumlah prestasi dan tidak lebih dari itu atau prestasi itu sedikit, seperti pada contoh :

Contoh :

1. うちの子は先月やっと二才になったばかりだ。

Uchi no ko wa sengetsu yatto ni-sai ni natta bakarida Anak saya bulan lalu akhirnya sudah berumur 2 tahun.

2. 彼が出発してから、まだやっと三日しかたっていない。

Kare ga shuppatsu shite kara, mada yatto mikka shikata tte inai Akhirnya masih 3 hari saja, setelah keberangkatannya.

b.Yatto + kata kerja-Te iru / やっと+Vている

Yatto bentuk ini menyatakan terus menjaga kondisi yang sekarang dan

terdapat adanya kesedihan, seperti pada contoh.

Contoh :

1. 退職してからは、国から支払われる年金で、やっと生活してい

る。

Taishoku shite kara wa,-koku kara shiharawa reru nenkin de, yatto seikatsu shite iru.

Setelah mengundurkan diri, dan uang pinjaman dari negara dibayar akhirnya menjalani kehidupan ini.


(56)

2. 私は太りやすい体質で、ダイエットおして現在の体重を維持し ている。

Watashi wa futori yasui taishitsu de, daietto oshite genzai no taijū o iji shite iru.

Saya karena mudah gemuk, melakukan diet, akhirnya sekarang menjaga berat badan.

Yatto yang digunakan di saat terus menjaga kondisi sekarang sebelum 1

langkah hilang dari kondisi terburuk “mati atau tumbang” seperti kalimat di bawah ini:

1. 人工呼吸鎖を使って、やっと生きている状態だ。

Jinkō kokyū kusari o tsukatte, yatto ikiteiru jōtaida.

Membuat pernafasan buatan dan akhirnya kondisinya lebih baik.

2. 一面焼け野原で、焼け残った家も、燃え残った柱のおかげで、

やっと立っているというありさまだった。

Ichimen yakenohara de, yake nokotta ie mo, moe nokotta hashira no okage de, yatto tatte iru to iuari samadatta.

Di padang rumput yang terbakar, tersisa juga rumah yang terbakar, akhirnya tersisa hanya tinggal tiang yang berdiri.


(57)

c.やっと+V−る N

Yatto yang menggunakan V-ru + Noun/kt.benda menunjukkan arti yang

menyatakan suatu benda yang memiliki “taraf kemampuan”, menunjukkan arti yang menyatakan “akhirnya mampu meskipun sulit”, bisa digunakan bersama dengan ekspresi yang menunjukkan terdapat ”adanya kemungkinan”. Contoh kalimat:

1. 私の家は、家族5人がやっと暮らせる広さしかない。

Watashi no ie wa, kazoku 5-nin ga yatto kuraseru hiro-sa shika nai. Rumah saya, luasnya, akhirnya bisa ditinggali 5 keluarga.

2. かさの実は、大人が背伸びをしてやっと届くところにあった。

Kasa no jitsuwa, otona ga senobi o shite ya~tsu to todoku tokoro ni atta. Buah kesemek, akhirnya sampai untuk menguak kondisi tubuh orang dewasa.

d.やっと+Noun-

Yatto bentuk ini digunakan bersamaan dengan ekspresi yang menunjukkan

jumlah, menunjukkan pula hal yang telah dicapai pada jumlah itu karena telah mengalami suatu penderitaan, pembicara akan menggunakan di saat sedang berfikir “jumlah tersebut sedikit menguras tenaga, seperti kalimat:

Contoh:


(58)

Shukudai wa nakanaka owaranai. Mada yatto hanbunda. PR sama sekali tidak selesai. Masih setengah.

2. この本はすごく難しくて、なかなか進まない。三時間かかって

、やっと5ページだ。

Kono Moto wa sugoku muzukashikute, nakanaka susumanai. San-jikan

kakatte, yatto 5 pējida.

Buku ini karena cukup sulit sama sekali tidak diteruskan, makan waktu 3 jam masih halaman 5.

3. 私の収入は、何もかも全部含めても、やっと10万円だ。

Watashi no shūnyū wa, nanimokamo zenbu fukumete mo, yatto 10 man-enda.

Pendapatan saya, apapun termasuk semuanya hanya 100.000 yen.

Yatto yang digunakan bersamaan dengan ekspresi yang menunjukkan usia,

kelas di sekolah, seperti contoh kalimat di bawah, yatto menunjukkan arti yang mengatakan “tidak terlalu” “sangat muda/masih kecil”.

1. 娘は、まだやっと18才だ。結婚なんかとんでもない。

Musume wa, mada yatto 18-saida. Kekkon nanka tondemonai. Anak perempuan saya masih 18 tahun. Tidak mungkin menikah.

2. うちの子は、まだやっと幼稚園だ。

Uchinoko wa, mada yatto yōchienda. Anak saya masih TK.


(59)

e. やっとの N

Yatto bentuk ini digunakan dalam bentuk "… するのがやっとの N”,

menunjukkan arti yang menyatakan kondisi pada saat melakukan suatu hal dengan sekuat tenaga dan tidak ada kelebihan , selain itu dan lagi pada contoh kalimat 3,4 “やっとの思いで” “やっとのことで” ekspresi yang biasa dan artinya menyatakan sangat menderita dan sudah berusaha keras.

Contoh :

- 戦争中は毎日食べていくのがやっとの生活だった。

Sensō-chū wa mainichi tabete iku no ga yatto no seikatsudatta.

Itu adalah sebuah kehidupan selama masa perang hampir tidak akan makan setiap harinya.

- 日常会話ががやっとの語学力では、授業を受けるのは難しいだ

ろう。

Nichijō kaiwa ga ga yatto no gogaku-ryokude wa, jugyō o ukeru no wa muzukashīdarou

Dalam kemampuan berbahasa dalam percakapan sehari-hari, mungkin akan mengalami kesulitan melewati pelajaran di universitas.

- やっとの思いで、彼女に秘密を家明けた。

Yatto no omoi de, kanojo ni himitsu o ie aketa. Nyaris berfikir, membuka rahasia kepadanya.


(60)

Yatto no koto de, ikkodate no ie o te ni ireta.

Hal akhirnya, membangun rumah dengan jerih payah sendiri.

f. N が/…のがやっとだ

Yatto bentuk ini menunjukkan arti yang menyatakan tidak ada kelebihan di

atas suatu hal yang dilakukan dan situasi yang amat sangat berusaha melakukan hal tersebut. Contoh kalimat:

1. 家の前の道は、車一台が通るのがやっとだ。

Ie no mae no michi wa,-sha ittai ga tōru no ga yattoda.

Jalan di depan rumah, hanya 1 unit mobil yang bisa lewat.

2. 私の給料では、食べていくのがやっとだ。

Watashi no kyūryōde wa, tabete iku no ga yattoda. Gaji saya hanya bisa untuk pergi makan.

3. 子供の頃は体力がなくて、毎日学校に通うのがやっとだった。

Kodomo no koro wa tairyoku ga nakute, Mainichi gakkō ni kayou no

ga yattodatta.

Di waktu anak-anak tidak berolahraga setiap hari hanya bisa pergi ke sekolah.

4. この本はすごく難しくて、なかなか進まない。一日に5ページが

やっとだ。

Kono Moto wa sugoku muzukashikute, nakanaka susumanai. Tsuitachi ni 5 pēji ga yattoda.


(61)

Buku ini sungguh sulit, sama sekali tidak dilanjutkan, seharian hanya bisa sampai halaman

Dalam Kikuo Nomoto (1988:1349) Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Edisi Bahasa Indonesia, menjelaskan yatto adalah:

1. <ragam lisan>

[Akhirnya, baru setelah…..]setelah lama dinanti-nantikan. Contoh :

1. 5 時間もかかってやっと仕事が終わった.

5-Jikan mo kakatte yatto shigoto ga owatta.

Akhirnya selesai juga pekerjaan setelah makan waktu 5 jam.

2. 何軒もの店まわってやっと見つけた。

Nan-ken mo no mise mawatte ya~tsu to mitsuketa.

Baru didapat setelah mencari di beberapa toko.

3. やっとのこと/思いで向こう岸へ泳ぎ着いた。

Yatto no koto/ omoi de mukōgishi e oyogitsuita.

Setelah dengan susah payah berenang, akhirnyasampai juga di seberang.

2. <agak bersifat ragam lisan>

[pas-pasan, baru dapat…, akhirnya keburu juga]. Contoh :

1. まだ簡単な計算がやっとできる程度だ。


(62)

Tingkat kemampuannya baru dapat menghitung yang mudah-mudah saja.

2. 給料が安いので食べていくのがやっとだ。

Kyūryō ga yasuinode tabete iku no ga yattoda.

Karena gajinya kecil, pas-pas hanya untuk makan saja.

3. 発車時間にやっと間に合った.

Hassha jikan ni yatto maniatta.


(63)

BAB III

ANALISIS PERBEDAAN NUANSA MAKNA

KATA “TOUTOU DAN YATTO” DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

Pada bab II sebelumnya penulis telah memaparkan mengenai adverbia/kata keterangan toutou dan yatto. Dalam bab ini, penulis mencoba menganalisis perbedaan nuansa makna kata keterangan toutou dan yatto yang diambil dari cuplikan kalimat-kalimat berbahasa Jepang yang terdapat pada buku

Chikyuu no Arukikata Bari Shima, Indonesia, Mareshia, Burunei, dan JijiMonday

no Kiso Chisiki, sesuai dengan pendapat beberapa ahli linguistik yang telah

dipaparkan sebelumnya.

3.1 Analisis Perbedaan Nuansa Makna Kata Toutou Cuplikan 1:

2005 年 に リノベーション を 終え、全 20 室 の 新 リゾート

として 再 オープン。かつて の 面影 が漂う バンがローやスイート

ルームを残しつつ、敷地の奥に新たに7つのビィラ建てられた。アユンリ バー.ビィラと名付けられたのビィラは、ひときわ眺めのよい場所に建つ 。セミオープンスタイルのビングスペースや各部屋に付いたプランジ.プ ール、そしてベッドルームの大きな窓からは、あぶれんばかりの緑が見渡 せ、眼下にはとうとうと流れるアユン川も望める。大きなマンゴーの木の 上に立てられたツリーハウス風の「マンゴー。スパ」は、空中にいるよう


(64)

な不思議な感覚をもたらすユニークなスパだ。(Chikyu no Arukikata Bari, hal 95)

2005-Nen ni rinobēshon o oe, zen 20-shitsu no shin rīzoto to shite sai ō

pun. Katsute no omokage ga tadayou ban ga ro ya suīto rūmu o nokoshitsutsu,

shikichi no oku ni shinta ni 7tsu no biira ga taiterareta. Ayun riba- biira to nazukerareta no shin biira wa hitokiwa nagame no yoi basho ni tatsu. Semi ōpunsutairu no ribingusupēsu ya kaku heya nitsuita puranji. Pūru, soshite beddo rūmu no ōkina mado kara wa aburen bakari no midori ga miwatase, ganka ni wa

tōtō to nagareru Ayun-gawa mo nozomeru. Ōkina mangō no ki no ue ni tate

rareta tsurīhausu-fū no `mangō. Supa' wa, kūchū ni iru yōna fushigina kankaku o motarasu yunīkuna supada.

Setelah di renovasi pada tahun 2005, resort ini dibuka kembali sebagai resort baru berkapasitas 20 kamar. Dengan menyisakan bungalow dan sweet room, resort ini berdiri di lokasi yang indah ditambah dengan kolam renang, selanjutnya dari jendela besar ruang tempat tidur akhirnya kita dapat menikmati pepohonan yang asri, serta sungai ayun yang mengalir dari jendela besar ruang tempat tidur. Spa mangga dengan style tree house yang terletak di atas pohon mangga besar merupakan spa unik yang menimbulkan sensasi luar biasa seolah kita berada di awang-awang.

Analisis :

Makna kata toutou pada cuplikan kalimat tersebut adalah akhirnya. Pada wacana tersebut dijelaskan bahwa resort yang selesai direnovasi pada tahun 2005


(65)

akhirnya di buka kembali dengan berbagai macam pembaharuan dan penambahan fasilitas. Resort ini berkapasitas 20 kamar, berdiri di lokasi yang indah dengan 7 villa baru di belakangnya. Setiap kamar dilengkapi dengan kolam renang, resort ini pun menyisakan bungalow dan sweet room. Dengan adanya spa mangga dengan ciri khasnya yang unik yang terletak di atas pohon dengan style tree house yang lebih membangkitkan sensasi luar biasa, sehingga kita pun “akhirnya” dapat menikmati pepohonan yang asri dan sungai ayun yang mengalir dapat terlihat di jendela besar ruang tempat tidur. Dengan memakan waktu yang panjang, resort yang selesai di renovasi pada tahun 2005 dengan proses panjang tersebut, resort ini menjadi sangat menarik dengan penambahan fasilitasnya. Meskipun butuh waktu yang panjang pada tahap perenovasiannya, resort ini tetap diusahakan sedemikian rupa kelengkapannya sehingga setelah melewati berbagai proses panjang setiap pengunjung yang datang dapat menikmati resort ini, pengunjung pun akhirnya dapat menikmati pepohonan yang asri dan sungai ayun yang mengalir dapat terlihat di jendela besar ruang tempat tidur. Pemakaian kata toutou di atas sudah tepat, pada cuplikan kalimat tersebut dijelaskan mengenai tahap perenovasian resort yang selesai di tahun 2005, resort tersebut mengalami pembaharuan dan penambahan berbagai fasilitas, pengunjung dimanjakan pula dengan spa nya yang unik yang membuat kita seolah-olah berada di awang-awang, sehingga “akhirnya” pengunjung pun dapat menikmati pepohonannya yang asri dan sungai ayun yang mengalir dapat terlihat di jendela besar ruang tempat tidur. Pemakaian kata toutou di atas sesuai dengan pendapat Migotoko (1998:312) yang menyebutkan toutou digunakan pada saat sudah/telah melewati


(66)

suatu proses dan menunjukkan hasil akhir dari proses tersebut dan walaupun terdapat proses/waktu yang panjang tetapi hal tersebut tetap diusahakan.

Cuplikan 2 :

古都の市街地を抜け、歌でも有名なソロ川を越えて、山岳地帯を目 指す。「ブンがワン.ソロ」の歌は、グサん.マルトハルトノという竹笛 奏者によって、1940年に作られた曲。以後、ジャワ人だけでなく、世 界各地の人々の心をとらえて愛想されている。きれいなメロデイから、済

み切ったせせらぎをイメージしていたのだが、雨季のソロ川 は 大地 の

異 かさ を 象 徴するような濃い茶色の水がとうとう流れていた.

(Chikyuu no Arukikata Indonesia, hal 25)

Koto no shigaichi o nuke, uta demo yūmeina soro kawa o koete, sangaku chitai o mezasu. `Bun ga wan. Soro' no uta wa, gusan. Marutoharutono to iu takefue sōsha ni yotte, 1940-nen ni tsukura reta kyoku. Igo, Jawa hito dakedenaku, sekai kakuchi no hitobito no kokoro o toraete aiso sa rete iru.

Kireina Merodei kara,-zumi kitta seseragi o imēji shite ita nodaga, uki no soro

kawa wa daichi no i kasa o shōchō suru yōna koi chairo no mizu ga tōtō nagarete ita.

Melakukan perjalanan di ruang yang berbeda melalui wilayah urban kota kuno, menuju daerah pegunungan, melewati sungai Solo yang terkenal dalam lagu. Lagu (Bengawan Solo), oleh Gesang. Oleh pemain suling bambu bernama Marto Hartono, lagu itu dibuat pada tahun 1940. Setelah itu, bukan hanya orang


(67)

Jawa, namun juga mampu menaklukkan hati orang di seluruh dunia. Tergambar dari indahnya melodi, meskipun terkesan adanya image mengoceh pada lagu, namun aliran air berwarna cokelat gelap yang melambangkan sesuatu yang berbeda di bumi sehingga akhirnya disebutlah sungai Solo di musim hujan.

Analisis :

Makna kata toutou pada cuplikan kalimat tersebut adalah akhirnya. Pada wacana tersebut dijelaskan mengenai sungai Solo yang terkenal dalam lagu Bengawan Solo, lagu tersebut diciptakan oleh Gesang pada tahun 1940 dan oleh pemain suling bambu Marto Hartono. Lagu tersebut bukan hanya disukai orang Jawa melainkan orang-orang di seluruh dunia pun menyukai lagu tersebut, alunan melodinya yang indah walaupun terdapat image mengoceh pada lagu tersebut tetap saja mampu menaklukkan hati orang di seluruh dunia. Aliran sungai Solo yang berwarna cokelat gelap sehingga menggambarkan sesuatu yang berbeda di muka bumi, sehingga “akhirnya” menjadi disebutlah sungai Solo di musim hujan. Pemakaian kata toutou di atas sudah tepat, pada cuplikan kalimat tersebut dijelaskan mengenai sungai Solo dan bagaiman tercipta lagu Bengawan Solo yang terkenal dan disukai bukan hanya orang Jawa melainkan orang di seluruh dunia pun menyukainya, aliran sungai Solo yang berwarna cokelat gelap melambangkan sesuatu yang berbeda di muka bumi sehingga “akhirnya” menjadi disebutlah sungai Solo di musim hujan. Pemakaian kata toutou di atas sesuai dengan teori Migotoko (1998:312) yang menyatakan toutou menunjukkan sesuatu dilalui dengan rangkaian peristiwa dan waktu yang panjang, ketika suatu hal tersebut


(1)

Berdasarkan tabel (2) di atas, dapat diketahui bahwa semua kalimat (1)-(5) kata yatto tidak dapat digantikan dengan kata toutou dikarenakan terdapat unsur kesulitan, adanya batasan, dan penderitaan.


(2)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kata toutou dan yatto termasuk dalam kata yang bersinonim karena memiliki makna yang sama yaitu akhirnya. Akan tetapi walaupun makna nya sama, pemakaian dari kata tersebut dalam kalimat berbeda, tergantung pada nuansa makna dan konteks kalimatnya. Sehingga kata toutou dan yatto belum tentu dapat saling menggantikan kedudukannya dalam sebuah kalimat. Artinya ada yang bisa dan ada juga yang tidak bisa saling menggantikan.

2. Kata toutou memiliki makna akhirnya, dipergunakan untuk mengekspresikan situasi yang diharapkan akhirnya terjadi, toutou sering kali menunjukkan hal-hal yang bersifat negatif, toutou menunjuk pada proses panjang dan menunjukkan hal yang dilakukan sampai akhir, menunjukkan pada saat sudah/telah melewati hasil akhir dari suatu proses dimana walaupun terdapat proses/waktu yang panjang untuk mencapai hasil akhir tetapi hal tersebut tetap diusahakan.

3. Kata yatto memiliki makna akhirnya, dipergunakan untuk menyatakan sesuatu yang diinginkan akhirnya tercapai meskipun dengan kesulitan yang besar/dengan susah payah, yatto menunjukkan hal-hal yang bersifat


(3)

positif, menyatakan keadaan yang “hampir tidak / nyaris, terdapat adanya batasan, yatto cenderung menunjukkan arti yang menyatakan “akhirnya mampu meskipun sulit”.

4. Berdasarkan data yang diperoleh dari buku Chikyu no Arukikata Mareshia, Burunei, Indonesia, dan Bari Shima, kata yatto lah yang paling sering dipakai dan ditemukan, karena makna yatto mewakili makna akhirnya secara umum yaitu yang menyatakan/menunjukkan sesuatu yang diinginkan akhirnya tercapai meskipun terdapat beberapa kesulitan akhirnya keinginan tersebut tercapai meskipun dengan kesulitan yang besar. Dan juga karena merupakan kata keterangan/adverbia sehingga dapat dipakai secara fleksible, sedangkan fungsi toutou yang terbanyak yaitu menunjukkan sesuatu yang dilalui dengan rangkaian peristiwa dan waktu yang panjang menunjukkan ketika suatu hal sudah melampaui tingkat/langkah akhir seperti yang diharapkan.

4.2 Saran

Dengan penulisan skripsi ini, diharapkan para pembelajar bahasa Jepang dapat lebih memahami mengenai kata toutou dan yatto, serta sebaiknya lebih mengerti situasi ataupun konteks kalimat yang berhubungan dengan kalimat tersebut, karena dengan mengetahui konteks atau situasi kalimat kita dapat memahami makna kata yang bersinonim tersebut dengan tepat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penginterpretasikan maknanya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1988. Semantik : Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung : Sinar Baru

Chaer, Abdul. 1994. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Bhratara Niaga Media.

_________. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

_________. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Baku Takahashi dkk. 2000. Chikyu no Aruki kata Maressia, Burunei edisi tahun 2001-2002. Tokyo : DiamondBigCo., Ltd.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta

: Balai Pustaka.

Djajasudarma, T.Fatimah. 1999. Analisis Bahasa : Sintaksis dan Semantik.

Jakarta : Universitas Indonesia.

_______. 1999. Semantik 1 Pengantar ke arah Ilmu Makna. Bandung : PT.Refika Aditama.

_______. 2008. Semantik 2 Pengantar ke arah Ilmu Makna. Bandung : PT.Refika Aditama

Hirai, Masao. 1989. Nandemo Wakaru Shinkokugo Handobukku. Tokyo : Sanseido.

Isyandi. 2003. Strategi Penyusunan Rencana Penelitian Berdaya Saing Tinggi. Pekan Baru : Universitas Riau.


(5)

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Matsuoka, Hiroshi. 2000. Shokyuu o Oshieru Hito no Tame no Nihongo Bunpoo Handobukku. Tokyo : Suriie Nettowaaku.

Migotoko. 1998. Nihon go Bunkei Jiten. Tokyo : Kenkyuusha.

Murakami, Motojiro. 1986. Shoho no Kokubunpoo. Tokyo : Shoryuudo. Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada.

Nomoto, Kikuo. 1988. Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Edisi Bahasa Indonesia.Tokyo : Kokuritsu Kokugo Kenkyuusho. Odaka, Masahiko. 2006. Chikyu no Aruki kata Indonesia. Tokyo : Diamond

BigCo., Ltd.

________. 2007. Chikyu no Aruki kata Bari. Tokyo : Diamond BigCo. Co., Ltd.

________. 2009. Chikyu no Aruki kata edisi tahun ‘08-09’.Tokyo : Diamond Big Co., Ltd.

Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta : Erlangga.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Ende Flores : Nusa Indah. Samsuri. 1980. Analisis Bahasa. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Seiichi Makino, Michio Tsutsui. 1995. A Dictionary of Intermediate Japanese Grammar. Japan : The Japan Times, Ltd.

Situmorang, Hamzon. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan : USU Press.


(6)

Shiro, Hayashi et.Al. 1984. Reikai Shinkokugo Jiten. Japan : Sanseido Co. Sudjianto 1996. Gramatika Bahasa Jepang Modern. Jakarta : Kesaint Blanc.

Sudjianto, Ahmad Dahidi. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta : KBI.

Sutedi , Dedi. 2004. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora Utama Press.

Terada, Takano. 1984. Chuugakusei no Kokubunpoo. Tokyo : Shoryudo.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22780/3/Chapter%20II.pdf

http://file.upi.edu/...BAHASA_JEPANG/.../adverbia.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/Chapter%20II.pdf