69 | P a g e WANITA PERAJIN TENUN TRADISIONAL DI NAGARI HALABAN, KECAMATAN LAREH SAGO HALABAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA, SUMATERA BARAT
1 Hendrawati 2 , Ermayanti
Received Article: 26 April 2017 Accepted Article: 27 Mei 2017
Abstract
Article based on field research in Halaban Village, Lareh Sago Halaban Subdistrict, Lima Puluh Kota District. This village is one of center of weaving traditional craft in West Sumatra, beside that Pandai Sikek and Silungkang, which is the most women activity in this village. The aim of research is described of daily life, work as handicrafts workers woven traditional . The research found that women in this village has two role, besides the housewives, they also breadwinner second after her husband, economically a woman has a high position and an important role in household . This activity very need to overcome in the economy household.
Keywords: Minangkabau, Women Role, Household Economy, West Sumatra
Abstrak
Artikel ini berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Nagari Halaban, Kecamatan Lareh Sago Halaban. Nagari ini merupakan salah satu sentra kerajinan tenun tradisional di Sumatera Barat selain Pandai Sikek dan Silungkang yang digeluti oleh wanita di nagari tersebut. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan keseharian wanita di nagari Nagari Halaban, Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Lima Puluh Kota yang bekerja sebagai perajin tenun tradisional. Dari hasil penelitian pada wanita perajin tenun tradisional dapat di ketahui bahwa para perempuan di nagari tersebut mempunyai peranan ganda dalam kehidupan sehari-hari, selain ibu rumah tangga ia juga sebagai pencari nafkah kedua setelah suaminya, secara ekonomis seorang perempuan mempunyai kedudukan dan peranan penting dalam rumah tangganya. Ikut sertanya perempuan sangat di butuhkan untuk mengatasi kesukaran hidup dan kemelaratan yang menimpa keluarganya
Kata Kunci: Minangkabau, Peran wanita, Ekonomi Rumah Tangga, Sumatera Barat
A. Pendahuluan
Kecil dan Menengah yang dilakukan wanita eran wanita di sektor Usaha Kecil
P industri pengolahan seperti: warung tetapi dapat menjadi sumber pendapatan
lebih banyak sebagai pekerjaan sampingan dan Menengah umumnya terkait
suami dan untuk dengan bidang perdagangan dan
untuk
membantu
menambah pendapatan rumah tangga,
makan, toko kecil, pengolahan makanan rumah tangga utama apabila dikelola dan industri kerajinan, karena usaha ini
secara sungguh-sungguh. (Priminingtyas, dapat dilakukan di rumah sehingga tidak
melupakan peran wanita sebagai ibu Hasil penelitian yang dilakukan rumah tangga. Meskipun awalnya Usaha
Agus Mansur dkk (2008) di Kabupaten
1 Penulis adalah dosen tetap Jurusan Antropologi FISIP Universitas Andalas
2 Penulis adalah dosen tetap Jurusan Antropologi FISIP Universitas Andalas
Wanita Pengrajin Tenun Tradisional
69 | P a g e
Sleman bahwa kunci sukses wanita dalam kurang 42% dari jumlah penduduk. Pada Usaha Kecil dan Menengah menunjukkan
beberapa daerah ini bergerak di bidang bahwa faktor-faktor perencanaan yang
usaha industri sulaman. Hasil produk meliputi layanan informasi, konsultasi,
kerajinan bordir/sulaman dan bimbingan dan ketersediaan lapangan
industri
pertenunan tidak hanya di pasarkan di kerja
semata, seperti kota pelaksanaan pelaksanaan yang meliputi
bagi perempuan
Bukittinggi, Padang dan kota-kota lainnya layanan pelatihan, fasilitas pengembangan
di Sumatera Barat, tetapi juga sudah organisasi dan manajemen, dan juga faktor
tersebar pada pasar nasional maupun pengembangan yang terdiri penyeleng
(Malaysia, Singapura, garaan kontak bisnis, fasilitas dalam
pasar
ASEAN
Brunai) (Yasnidawati, 2011). memperluas
dan kenyataan yang teknologi dan yang terakhir faktor motivasi
demikian menunjukkan bahwa pengemba yang
ngan industri kecil ini, terutama industri aktualisasi diri dan berprestasi ternyata
meliputi kebutuhan
fisiologis,
sulaman di daerah ini memiliki prospek memiliki hubungan yang simultan dan
masa mendatang, signifikan. Faktor-faktor tersebut berpenga
terutama untuk mendukung pengemba ruh sebesar 71.6 % terhadap kinerja,
ngan ekonomi kerakyatan. Usaha ini tidak sedangkan 28.4 % dipengaruhi oleh faktor
hanya mampu untuk meningkatkan pen lain.
dapatan rumah tangga pengrajin tetapi Propinsi Sumatera Barat telah
menyerap tenaga kerja memiliki beberapa dokumen dan profil
juga
dapat
terutama untuk para wanita. Pengemba industri menurut cabang industri yang ada.
ngan industri bordir/sulaman dan perte Menurut database pendataan industri kecil
nunan telah menjadi prioritas utama dalam dan menengah tahun 2009 terdapat di
melestarikan kerajinan rumah tangga, dalamnya beberapa cabang industri yang
terutama bagi para wanita di Provinsi merupakan subsektor dalam klasifikasi
Sumatera Barat. Sasaran pembangunan sektor industri kreatif. Industri tersebut
industri sulaman adalah untuk mengem telah digolongkan menurut KBLI (Klasifi
bangkan industri kreatif, me mengem kasi Baku Lapangan Industri) oleh Dinas
bangkan industri kreatif, mening katkan Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan
nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, Propinsi Sumatera Barat: industri bordir/
sehingga diharapkan dapat meningkatkan sulaman
pendapatan masyarakat. Hal ini sejalan pertenunan (kode KBLI:17114). Kedua
(kode KBLI:
dan
Setiawati (2001): cabang industri tersebut termasuk dalam
dengan
pendapat
"pengembangan pembangunan industri kelompok sektor industri kreatif yaitu
kecil/rumah tangga di berbagai daerah, ‘kerajinan’. Mengingat saat ini dunia in
pada terciptanya dustri telah berada pada era ekonomi
lebih
diarahkan
peningkatan kualitas produk dan nilai gelombang keempat untuk itu sangat
tambah hasil produksi serta penyerapan diperlukan perumusan strategi pengemba
tenaga kerja, sehingga diharapkan dapat ngan yang tepat agar industri kreatif dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat" berkembang dan Sumatera Barat dapat
(Yasnidawati, 2011).
menciptakan daerah sentra industri kreatif Hasil penelitian Pusparini (2011) potensial yang dapat bergeliat dalam era
yang dilakukan di beberapa wilayah ekonomi kreatif gelombang keempat pada
Sumatera Barat menjelaskan bahwa Di masa sekarang ini (Pusparini, 2011).
Sumatera Barat daya kreasi masyarakat Bordir/sulaman dan pertenunan
dalam industri kerajinan yang tinggi sudah merupakan bagian dari seni budaya yang
terbukti dari zaman nenek moyang dahulu dilahirkan secara turun-temurun dalam ma
kala. Pembuatan songket Pandai Sikek syarakat
dari 500 tahun yang dan hasil tenun dari khususnya daerah Kabupaten Agam, Ka
dari tahun 1930 bupaten Lima Puluh Kota dan Kota
Silungkang bahwa
masyarakat merupakan orang-orang yang Bukittinggi. Usaha kerajinan sulaman ini
memiliki jiwa seni yang tinggi, terutama merupakan sumber mata pencaharian
kaum wanita yang memang memiliki utama bagi masyarakat, di mana lebih
keahlian
menenun. Dengan semakin
70 | P a g e
Wanita Pengrajin Tenun Tradisional Wanita Pengrajin Tenun Tradisional
B. Perumusan Masalah
tentunya pola pikir kreatif menjadi lebih alah satu dampak positif wanita tinggi. Pada pertenunan modern tingkat
dap pemilikan sumber-sumber ekono mi, S
bekerja adalah dari segi ekonomi inovatifnya mencapai 100% dan perte
akan memberikan kekuatan terha nunan tradisional sebesar 68.75%, dimana
Silungkang dan Pandai Sikek telah
pengetehuan serta mampu membuat songket menjadi ringan
penguasaan
ilmu
norma dan nilai yang berlaku dalam dan nyaman dipakai. Pada bidang usaha
masyarakat setempat. Peranan wanita sulaman
yang bekerja di usaha industri kecil dan Pariaman tingkat kepercayaan diri para
benang emas,
di
daerah
industri rumah tangga, bahwa pekerjaan pelaku usaha sedikit rendah (49%).
tersebut sudah lama di lakukan dan Sedangkan pada pertenunan tradisional
merupakan pekerjaan mereka sehari-hari, dan modern para pelaku unit usaha
seperti banyak perempuan yang terjun ke memiliki kepercayaan diri yang tinggi
usaha bordir/sulaman dan pertenunan (68.75% dan 100%).
sudah merupakan suatu keterampilan yang cycle) indutri bordir/sulaman dan perte
Daur hidup (life
harus di miliki oleh para perempuan nunan pada umumnya memiliki daur hidup
minang, sehingga untuk menekuni usaha (life cycle) yang relatif singkat. Hal ini
tersebut tidak menyulitkan mereka. terlihat pada hampir seluruh Kabupa
Fenomena tingginya partisipasi ten/Kota yang ada di Sumatera Barat,
tenaga kerja wanita dapat dilihat sebagai kecuali Kabupaten Sawahlunto dan Tanah
dalam pemenuhan Datar (sebesar 25%) yang melakukan
aktifitas
alternatif
ekonomi rumah tangga, usaha dalam bidang pertenunan. Contoh
kebutuhan
disamping pekerjaan di sektor lain yang nya tenun songket, songket digunakan
dilakukan oleh laki-laki. Keadaan ini oleh masyarakat pada acara adat dan
memperlihatkan bahwa andil wanita cukup untuk acara-acara resmi lainnya.
besar dalam pemenuhan ekonomi rumah Salah satu wilayah di Sumatera
tangga, kendati dalam banyak hal sering Barat,
disebut sebagai penghasil sampingan Kecamatan
tepatnya di Nagari
Halaban
rumah tangga (Miko, 1991:13; Leovarintos, Kabupaten Lima Puluh Kota dianggap
sebagai nagari penghasil tenunan tradisi Penelitian yang mengkaji tentang onal/songket. Nagari yang berada di
keterlibatan wanita di sektor publik telah kawasan perbatasan Kabupaten Lima
banyak dilakukan, seperti yang telah Puluh Kota dengan Kabupaten Tanah
dilakukan oleh Given dan Chatra (1990) Datar itu terletak pada ketinggian 400
menyimpulkan bahwa peranan hingga 1.000 meter dari permukaan laut,
yang
sangat penting sebagai sekitar 28 km dari ibu kota kabupaten.
perempuan
pedagang di pasar-pasar lokal yang ada di Data terakhir menunjukkan, nagari ini
Sumatra Barat, hasil penelitian yang dihuni oleh 4.956 jiwa yang terhimpun
pasar-pasar tersebut dalam 1.289 kepala keluarga. Umumnya,
dilakukan
di
menunjukkan bahwa wanita di samping atau
bekerja di bidang pertanian, banyak dari berprofesi sebagai petani atau peternak,
sekitar 25,7%
penduduknya
mereka juga berdagang di pasar – pasar sekitar 9,6% pengrajin, 2,3% di bidang
lokal. Hal ini memperlihatkan bahwa pertukangan,
1% pedagang, masing- curahan waktu wanita untuk bekerja relatif masingnya 0,5% PNS dan pensiunan serta
lebih besar dari pada laki – laki. sekitar 0,2% bidan (http://www.limapuluh
Sedangkan penelitian yang di lakukan oleh kota
kab.go.id/ berita-halaban-miliki- Elfina (1987) menunjukkan bahwa peranan berbagai-potensi-.html). Khusus di bidang
wanita pedesaan dalam ekonomi rumah kerajinan, hampir setiap kaum wanitanya
tangga sangat besar dalam menunjang menggeluti tenun songket secara tradisi
perekonomian keluarganya. onal. Tak hanya ibu rumah tangga,
Wanita Minangkabau sebagaimana umumnya remaja puteri di nagari ini juga
halnya dengan wanita indonesia lainnya, mengisi waktu luangnya sepulang sekolah
karena rentetan peristiwa sejarah yang dengan bertenun songket
hampir sama juga menerima dampak sejarah sosial yang sama. Sewaktu belum
Wanita Pengrajin Tenun Tradisional
71 | Page 71 | Page
Parsons dalam Budiman (1986), salah pertanian, bertukang dan berdagang,
seorang penganut teori Nurture disebab pekerjaan dan lapangan kerja wanita
kan oleh proses belajar mengajar dan minang yaitu dirumah gadang. Sampai-
keadaan lingkungan. Sementara itu teori sampai wanita dikatakan sebagai limpa
Nature yang antara lain didukung oleh peh , amban puruak, san sumarak rumah
Sigmund Freud, menyatakan bahwa nan gadang (Mochtar naim 2006: 14-15).
pembagian kerja menurut jenis kelamin Dengan adanya pendidikan yang
disebabkan oleh perbedaan biologis layak bagi kaum wanita tidak saja
antara wanita dan laki-laki. Pembagian membuat wanita Minangkabau sekarang
kerja secara seksual yang membedakan sudah bisa bekerja diluar rumah sampai ke
wanita dan laki-laki sudah berlangsung kota-kota.
kala, sehingga orang masyarakat
menganggapnya sebagai masalah jika pendidikan wanita hanya
sesuatu yang alamiah. Banyak orang menengah ke bawah dan juga tidak
percaya bahwa wanita sudah sewajarnya masalah
hidup dalam lingkungan rumah tangga. madrasah, karena pendidikan madrasah
jika pendidikannya
hanya
Tugas wanita adalah tugas yang diberikan apalagi yang memiliki asrama fungsinya
oleh alam kepadanya, yaitu melahirkan malah untuk tempat pameraman, penanti
anak, membesarkan anak, melayani suami pinang masak. Nilai seorang gadis yang
dan lain-lain. Sedangkan suami pergi disekolahkan di madrasah akan naik
mencari nafkah bagi nilainya dimata orang kampung karena
keluar
rumah
keluarganya. Tidak perlu dipertanyakan selama sekolah selain mendapat pelajaran
apakah pembagian kerja sepeti itu adil juga
pengajaran bukan
saja
untuk
atau tidak.
memperhalus budi pekerti tetapi juga Dalam masyarakat sering adanya memperkenalkan dan dipelajarinya berma
anggapan bahwa, pekerjaan wanita di cam-macam kerajinan dan keterampilan
rumah tangga cenderung dilihat sebagai rumah
pekerjaan yang kurang berharga dibansing memasak, berhias dan lain sebagainya
tangga dari
jahit
menjahit,
laki-laki yang bisa dan semuanya adalah untuk persiapan
kan
dengan
uang. Harga sosial memasuki jenjang rumah tangga. (Mochtar
menghasilkan
seseorang cenderung untuk dihubungkan Naim 2006:24)
kesanggupan mencari uang. Berdasarkan latar belakang di
dengan
Pekerjaan wanita di rumah tangga sering atas, maka perumusan masalah adalah
dianggap tidak mempunyai nilai pasar, bagaimana keseharian wanita perajin
tidak mempunyai nilai tukar meskipun tenun tradisional di nagari Nagari Halaban,
pekerjaan itu jelas berguna. Dalam suatu Kecamatan
masyarakat dengan kondisi seperti itu, Kabupaten Lima
tampaknya bahwa keterlibatan wanita di meningkatkan ekonomi rumah tangga?
Puluh
Kota dalam
ranah produktif perlu ditingkatkan, karena kemandiriannya secara ekonomi bisa
C. Tinjauan pustaka mempengaruhi atau dapat meningkatkan
A menjelaskan sebab-sebab terpusatnya nilai-nilai budaya dalam masyarakat yang
da dua teori utama tentang peran statusnya baik dalam rumah tangga atau wanita dan laki-laki dalam masya
dalam masyarakat. Meskipun demikian, rakat
masih ada faktor lain, misalnya pendidikan,
kegiatan wanita di ranah domestik dan bersangkutan dan lain-lain yang mempe kegiatan laki-laki yang terpusat di luar
ngaruhi status wanita. ranah domestik, yaitu: (1) Teori Nature,
sampai saat ini yang beranggapan bahwa peran laki-laki
Meskipun
Indonesia belum menempatkan diri dalam dan wanita ditentukan oleh faktor biologis;
suatu keadaan final dalam hal-hal yang dan (2). Teori Nurture, yang beranggapan
telah dicapai oleh wanita, namun dapat bahwa perbedaan peran antara wanita dan
dikatakan bahwa kedudukan dan peran laki-laki tercipta melalui proses belajar dari
wanita di ranah sosial semakin diakui. lingkungan. Adanya pembagian kerja
Walaupun Tingkat Partisipasi Angkatan
72 | P a g e
Wanita Pengrajin Tenun Tradisional
Kerja (TPAK) wanita di Indonesia lebih ilmu agama di surau dan mencari nafkah. rendah dibandingkan laki-laki (karena
Dia mempunyai tanggung jawab untuk factor social, budaya dan agama), bila
membimbing kemenakannya. dicermati lebih lanjut ada kecenderungan
Penjabaran diatas dapat disimpul bahwa TPAK wanita terus meningkat dari
kan bahwa tugas wanita dan laki-laki tahun ke tahun, sedangkan TPAK laki-laki
orientasi yang berbeda. justru cenderung menurun (Ken Suratiyah
mempunyai
Orientasi tugas wanita adalah memperta dalam Irwan Abdullah, 2003). Semakin
budaya Minangkabau meningkatnya TPAK wanita mengandung
hankan
siklus
sedangkan laki-laki menjalankan siklus dua
tersebut sesuai dengan perannya. Oleh diperhatikan, yaitu : pertama, kecende
arti yang sangat perlu
untuk
sebab itu, peran wanita penting dalam rungan itu menunjukkan suatu pernyataan
kehidupan masyarakat Minangkabau. semakin banyak wanita yang bekerja;
masyarakat khususnya kedua, menimbulkan pertanyaan: apakah
Dalam
masyarakat Minangkabau pada zaman semakin banyak wanita yang bekerja itu
modern ini kecenderungan pembagian menjadi tanda meningkatnya status wanita,
kerja yang cukup jelas berdasarkan jenis apakah mereka bekerja pada pekerjaan
kelamin. Dalam rumah tangga Minang, yang statusnya lebih tinggi atau justru
terutama berkewajiban pekerjaan rendahan saja.
seorang isteri
mengurus rumah tangganya, walaupun Kedudukan gender dalam suatu
suami sebagai kepala rumah tangga, kebudayaan tertentu dapat dipelajari dari
suami lebih mengutamakan hal-hal yang hubungan antara kedua kelompok kelamin
berada di luar rumah tangga dan jarang yang berbeda, yaitu laki-laki dan wanita.
perhatian terhadap Rogers
sekali
menaruh
masalah sehari-hari dalam rumah tangga kedua kelompok ini dapat dimengerti
nya. Suami memberikan uang belanjanya dengan dua pendekatan. Pendekatan
pada waktu-waktu tertentu kepada isteri, tersebut adalah distribusi kekuasaan dan
sedangkan isteri harus mengelola uang itu perbedaan perilaku (pandangan ideologi).
sedemikian rupa sehingga cukup. Namun Pendekatan pertama tidak bisa menjadi
demikian konsep mengenai status wanita alat untuk menganalisa kedudukan dari
masyarakat Minangkabau wanita karena di Minangkabau nilai etika
dalam
nampaknya juga ditentukan oleh kekuasa lebih diutamakan. Pendekatan kedua,
annya dalam bidang ekonomi. Dalam hal perbedaan
ini, status wanita Minangkabau tergolong ideologi, bisa menjabarkan suatu panda
tinggi. Wanita bisa memiliki tanah dan ngan individu tehadap nilai, norma, dan
penggarapnya. Dengan tujuannya (Boestami, 1992: 85).
mengawasi
memiliki tanah ia memiliki kesempatan Di Minangkabau, wanita mempu
yang lebih besar untuk menguasai sumber- nyai peran berbeda dalam kelompok-
strategis dalam kelompok tertentu. Dalam rumah tangga,
sumber
ekonomi
masyarakat tersebut. Selain itu, wanita wanita menggunakan harta pusaka untuk
ke sebagian besar penghidupan. Wanita Minangakabau ditun
memiliki
akses
pekerjaan termasuk berbagai corak kerja tut untuk bisa menjaga keseimbangan dan
seperti kerja sawah ladang, dagang kecil, hubungan baik dengan seluruh laki-laki
jual beli borongan, usaha kecil membantu dalam kerabatnya. Wanita juga yang
rumah tangga dan mengajar. melaksanakan segala kegiatan upacara-
saja ada beberapa upacara adat di lingkungan kerabat.
Tentu
pekerjaan yang tertutup bagi wanita, Bahkan wanita Minangkabau mempunyai
khususnya yang menuntut kekuatan fisik peran seperti laki-laki masa kini dalam
yang besar. Ketentuan mengenai pemba keluarganya.
gian kerja berdasarkan jenis kelamin pada anggota rumah gadang bermusawarah,
Minangkabau, khususnya yang
masyarakat
dalam keluarga, sedikit banyak tergantung gadang.Laki-laki
dengan limpapeh
rumah nan
pada tipe masyarakatnya. Secara umum untuk menjadi seorang yang dibutuhkan
Minangkabau
dituntut
ada lima pola kerja sama antara isteri dan oleh rumah tangga, keluarga induk, dan
suami di dalam rumah tangga keluarga masyarakat. Untuk itu, laki-laki menuntut
Minangkabau, yaitu: (1). Pola yang lazim di
Wanita Pengrajin Tenun Tradisional
73 | Page 73 | Page
kedudukan ekonomi pekerjaan
data
mengenai
wanita Minangkabau yang bekerja dalam kadang-kadang
rumah tangganya
sendiri,
upaya membantu ekonomi rumah tangga, yang melakukan segala pekerjaan rumah
mengawasi
pembantu
yang berhubungan dengan adat istiadat di tangga. (2). Pola yang berlaku pada
Minangkabau itu sendiri. keluarga petani: suami dan isteri bekerja bersama-sama. Disini tidak terdapaat garis pemisah yang tajam antara dunia laki-laki
E. Metode Penelitian
dan wanita, walaupun pada umumnya okasi penelitian dilaksanakan di terdapat
L Lokasi tersebut merupakan salah satu
Nagari Halaban, Kecamatan Lareh tradisional, misalnya laki-laki membajak
Sago Halaban Kabupaten 50 Kota. sawah dan wanita menyiangi. (3). Suami
melakukan pekerjaan produktif utama, daerah yang tergolong sukses menja isteri melakukan pekerjaan ringan di rumah
lankan usaha kerajinan tenun tradisional seperti menjahit, beternak ayam atau
melalui peran para wanita ru mah tangga berjualan sembako untuk keluarga. (4).
9.6% perajin tenun Suami dan isteri melakukan dua pekerjaan
yang mencapai
upaya peningkatan yang berbeda, kemudian pendapatannya
tradisional
dalam
ekonomi rumah tangga. Dalam penelitian dijadikan satu. (5). Mitra usaha: baik suami
ini menggunakan pendekatan penelitian atau isteri bekerja bersama. Bentuk yang
kualitatif. Penelitian kualitatif memusatkan paling umum dari pola pekerjaan ini
perhatian pada prinsip-prinsip umum yang ditentukan di kalangan perajin tenun
perwujudan satuan-satuan tradisional. Uraian di atas memperlihatkan
mendasari
gejala yang ada dalam kehidupan sosial. bahwa konsepsi Minangkabau mengenai
Dalam penelitian kualitatif yang dianalisis kedudukan dan peran wanita dalam
variabel-variabel tetapi yang masyarakat relatif lentur dan kontekstual,
bukan
dianalisis dalam kaitan hubungan dengan tergantung pada kebudayaan yang berlaku
prinsip-prinsip umum dari satuan-satuan di dalam golongan-golongan masyarakat
dengan menggunakan tertentu (atas, menengah, bawah) maupun
gejala
lainnya
budaya masyarakat yang diteliti dan dari tipe-tipe masyarakat tertentu (perkotaan
hasil analisis tersebut dianalisis lagi dan pedesaan). Selain itu wanita pun
dengan menggunakan seperangkat teori memiliki
yang berlaku (Neuman, 2006:149; Rudito, kedudukan sosialnya, antara lain melalui
akses untuk
meningkatkan
peningkatan perekonomiannya. Keadaan Dalam penelitian kualitatif yang ini dapat saja ditafsirkan sebagai suatu
menjadi sasaran kajian adalah kehidupan lahan yang baik guna menyemaikan
sosial atau masyarakat sebagai satu program peningkatan wanita.
kesatuan atau sebuah kesatuan yang menyeluruh. Karena itu, penelitian kualitatif
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
juga biasanya dikaitkan dengan pengertian ujuan yang telah dicapai dalam
T Halaban, Kecamatan Lareh Sago Halaban kualitatif tidak dikenal sampel tetapi
yang sama dengan pendekatan yang penelitian ini adalah mendeskripsikan
dikenal dalam antropologi yang dinamakan keseharian wanita di nagari Nagari
pendekatan holistik. Dalam penelitian
Kabupaten Lima Puluh Kota yang bekerja penelitian kasus yang ditelitinya secara sebagai perajin tenun tradisional.
mendalam dan menyeluruh untuk mempe Hal yang menjadi manfaat dalam
roleh gambaran mengenai prinsip-prinsip temuan dalam penelitian ini adalah kajian-
umum atau pola-pola yang berlaku umum kajian
berkenaan dengan gejala-gejala yang ada menggambarkan sosok wanita Minangka
dalam kehidupan sosial (Rudito, 2008:79). bau yang bekerja sebagai perajin tenun
Penelitian ini berbentuk studi kasus tradisional, melalui gambaran keluarga,
mengutamakan penelitian yang motivasi, keseharian dalam keluarga
yang
menyelidiki fenomena dan konteksnya dalam meningkatkan ekonomi dalam
saling terkait dan memanfaatkan banyak keluarga. Hal yang menjadi temuan
bukti atau informasi untuk mencari data.
74 | P a g e
Wanita Pengrajin Tenun Tradisional
Dalam penelitian studi kasus, keutuhan pertimbangan di antaranya: orang yang dari objek perlu dipertahankan. Teknik
bersangkutan memiliki pengalaman pribadi pengumpulan data yang telah dilakukan
sesuai dengan permasalahan yang diteliti, adalah menggunakan teknik observasi
usia orang yang bersangkutan telah partisipasi, wawancara bebas dan menda
dewasa, orang yang bersangkutan sehat lam dan studi kepustakaan. Pemili han
jasmani dan rohani, bersifat netral dan informan
memiliki pengetahuan yang luas mengenai (sengaja), dimana pengambilan informan
yang diteliti (Bungin, yang bersifat tidak acak dan juga
permasalahan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dapat memberikan informasi
Informan kunci yang telah dipilih adalah 5 wanita yang menggeluti aktivitas
sesuai dengan masalah yang diteliti. Saat penelitian berlangsung, pemilihan informan
tenun tradisional dalam keluarga mereka. Sedangkan informan biasa adalah pejabat
dibagi ke dalam dua, yaitu informan kunci dan informan biasa. Menurut Bungin
pemerintahan nagari dan tokoh-tokoh masyarakat. Berikut ini daftar informan
bahwa penentuan siapa yang harus menjadi informan kunci melalui beberapa
yang berhasil diwawancarai.
Tabel Daftar Informan yang Berhasil Diwawancarai Dalam Penelitian No. Nama Informan
Umur
Pekerjaan
1 Fachrurazi, S.H
45 Tahun
Wali Nagari
3 Bu Neli
33 Tahun
Menenun
4 Bu Chandra
35 Tahun
Menenun
5 Bu Ernita
39 Tahun
Menenun
Pengusaha Tenun Sumber: Data Primer Penelitian, 2016.
6 Bu Irawati
46 Tahun
Data-data yang telah dikumpulkan yang telah berhasil dikumpulkan dianggap oleh peneliti termasuk juga catatan
sesuai dengan tujuan penelitian. Temuan lapangan dikelompokkan oleh peneliti atas
di lapangan akan diolah dengan data yang dasar aktivitas khusus yang ada dan
didapat dari literatur dan akan disajikan diteliti. Kemudian dari pengelompokkan
dalam suatu karya etnografi deskriptif. data tersebut, data-data itu kemudian diabstraksikan dan dikaitkan satu dengan
F. HASIL
DAN
LUARAN YANG
lainnya sebagai satu kesatuan kejadian
DICAPAI
dan fakta yang terintegrasi. Dari abstraksi
1. Gambaran Umum Lokasi Pene
tersebut maka akan tampak pranata sosial
litian: Kondisi Geografis
yang berlaku di wilayah atau komuniti agari Halaban termasuk dalam tersebut (Bungin, 2004:60).
Nagari N yang berada di perbatasan
wilayah Kecamatan Lareh Sago Dalam
sekaligus merupakan selalu terkait dengan konsep yang telah
dipelajari sebelumnya. Sehingga dari hasil Kabupaten Lima Puluh Kota dengan analisis akan tampak kesesuaian dari data
Kabupaten Tanah Datar. Wilayahnya terle yang diperolehnya dengan konsep yang
tak pada 6° - 11° Lintang Utara serta dipelajarinya atau akan berbeda dengan
berada pada keinggian 400 s/d 1000 meter konsep yang dipelajarinya karena masalah
dari permukaan laut. Jarak dari ibu kota sosial akan selalu berbeda antara satu
Kecamatan 7 Km, dari Ibu kota Kabupaten masyarakat dengan masyarakat lainnya.
28 Km, Setelah itu disusun sesuai dengan
Lima
Puluh
Kota adalah
Ibu Kota Propinsi kategori-kategori dan kemudian disimpul
sedangkan
dari
Sumatera Barat lk 140 Km. Luas Nagari kan. Apabila dalam kesimpulan masih
Halaban lk. 63 Km2, dengan batas – batas menimbulkan keraguan maka dilakukan
sebagai berikut :
pengkategorian ulang hingga seluruh data
Wanita Pengrajin Tenun Tradisional
75 | Page
Sebelah Timur:
meneruskan perjalan mereka ke Tabek Nagari Ampalu / Kab. Sijunjung
Berbatas
dengan
yaitu suatu tempat masuk Sebelah
Panjang
Kenagarian Lubuk Jantan melintasi Gunung Sago
Batang Sinamar dan sampai di Tanjung Sebelah Selatan: Berbatas dengan
Lansek serta Pamasian. Kemudian setelah Kab. Tanah Datar
mereka tinggal di Sebelah
beberapa
lama
Pamasian ini, maka mereka melanjutkan Nagari Tanjung Gadang
perjalanan mereka kearah utara sambil Bentuk
Batang sinamar, setelah Halaban merupakan daerah perbukitan
sampai pada suatu anak sungai yaitu anak dan dataran yang bervariasi tingkat
batang sinamar dikaki sebuah bukit kemiringannya. Secara umum kemiringan
(bagian dari bukit barisan) berhentilah wilayah Nagari Halaban dibagi atas
mereka untuk melepaskan lelah. Ada yang kemiringan 8-15%, kemiringan 15-30%,
ingin menyeberang Batang sinamar untuk kemiringan 30-45% dan kemiringan >45%.
menuju sebuah bukit (Gunung Sago Dengan ketinggian 617 diatas permukaan
sekarang), ada yang ingin menelusuri laut. Daerah ini mempunyai type A
untuk melanjutkan (Achmidt Ferguson), dengan curah hujan
batang
sinamar
perjalanan dan ada pula yang ingin 3870 mm/tahun. Jumlah bulan basah 10
kembali ketempat asal mereka yaitu buan/tahun
daerah Pamasian.
pertahun. Daerah ini mempunyai awal Setelah terjadi musyawarah dan musim
mufakat maka perselisihan ini bisa diatasi, Keadaan iklim pada Nagari Halaban
hujan pada
bulan
Agustus.
sehingga diambil suatu keputusan yaitu beriklim tropis, dimana suhu udara pada 0 satu rombongan akan memudiki batang
kawasan ini berkisar antara 32
sinamar menuju utara dan satu rombongan curah hujan 14,93 mm/hari.
C dengan
akan meyebera angi batang sinamar menuju gunung sago dan serombongan
2. Sejarah dan
Asal
Usul
Pembentukan Nagari
lagi kembali ke Pamasian. Namun untuk sementara waktu mereka tetap tinggal
H Halaban. Menurutnya, pada permulaaan sebuah taratak tempat tinggal, oleh karena
asil penelitian berupa sejarah asal- bersama dilokasi ini yaitu dilereng bukit usul
dipinggir anak sungai tersebut. Dipinggang wawancara dengan Wali Nagari
nagari berdasarkan
hasil
bukit ini mereka pertama kali membuat
abad ke 7, nenek moyang meninggalkan tempat ini terletak di ketinggian, maka Nagari Limo Kaum di Daerah Pariangan
akhirnya taratak ini dinamakan dengan Padang Panjang. Nenek kami tersebut
Taratak Tinggi, jadi Taratak inilah yang terdiri dari dua rombongan. Rombongan
mula mula dibuat oleh nenek moyang pertama terdiri dari Nenek Ganti Nan
kami. Berhubung karena tempat ini terletak Mudo, Nenek Lompong, Nenek Juaro,
pada tanah yang ketinggian, sehingga Nenek Jonang, Nenek Untung, Nenek
tidak memungkinkan untuk membuat Mandai
persawahan, maka akhirnya tempat ini (Wanita). Rombongan kedua terdiri dari Dt.
(Wanita), dan
Nenek
Mola
ditinggalkan oleh rombongan nenek kami Rajo Bosa, Dt. Rajo Nan Panjang, Dt.
menuju tempat yang telah disepakati Paduko Alam, Dt. Rajo Bilang, Dt. Sinaro
dahulu.
Nan Bagak, Dt. Rajo Dindo dan Dt. Rajo Satu rombongan Nenek Ganti Nan Mangkuto. Dari Limo kaum rombongan
Mudo, Nenek Lompong memudiki batang pertama terus ke Tabek sawah tangah
sinamar arah ke utara, satu rombongan (yang masih dalam kenagarian Limo
Nenek Jobang Kaum). Dari sinilah dimulai perjalan
Nenek
Juaro,
menyeberangi batang sinamar menuju panjang oleh Nenek moyang kami tersebut
gunung sago dan rombongan nenek yaitu menuju ke Koto Lalang yang terletak
Untung kembali ke Pamasian. Nenek dipinggir timur Nagari Tanjuang Bonai
Untung sesampai di Pamasian kemudian (Kec. Lintau Buo sekarang).
bergelar Dt. Sati yang ditunjuk sebagai Tidak
Pucuk Bulat di Pamasian. Sedangkan moyang kami melanjutkan perjalan mereka
sebagian kecil rombongan Nenek Untung ke Kalo Kalo. Dari Kalo Kalo Nenek kami
melanjutkan perjalan ke arah utara
76 | P a g e
Wanita Pengrajin Tenun Tradisional Wanita Pengrajin Tenun Tradisional
semoga mereka dapat bertemu kembali memudiki batang sinamar sesampai di
dengan Nenek nenek yang telah berangkat pinggiran Batang sinamar ( saat ini
lebih dahulu. Setelah rombongan ini bernama Lubuk Lompek), salah seorang
sampai di Batu Bulat, maka mereka dari rombongan yaitu nenek Lompong
beristirahat sejenak untuk melepaskan menyeberangi Batang sinamar, setelah
lelah, kemudian melanjutkan perjalanan sampai
menuju Balai Tangah. Disini rombongan membuat sebuah koto yaitu Lakuak Koto.
menetap untuk sementara waktu guna Setelah
mencari perbekalan. Tak lama kemudian menyeberang, maka teman temannya
Nenek
Lompong
rombongan berangkat lagi menuju Tanjung Nenek
Bonai. Di Tanjung Bonai rombongan melanjutkan perjalanan mudik batang
Juaro dan
Nenek
Ompang
menetap pula untuk sebentar. Dari sinamar, tak lama kemudian mereka
mereka melanjutkan melihat
Tanjung
Bonai
perjalanan menuju utara yaitu ke Pauh mereka, lalu mereka berjalan menuju bukit
sebuah bukit disebelah
kiri
Tinggi dan terus ke suatu tempat yang tersebut. Setelah sampai dipuncak bukit
bernama Banio Tarang. Di Banio Torang tersebut ternyata bukit tersebut merupakan
ini menetap pula untuk sementara waktu sebuah dataran yang luas, lalu mereka
Panjang ,Dt, Rajo sepakat untuk membuat sebuah koto di
Mangkuto.dan Dt. Rajo Bilang dan Dt. tempat ini.sehingga tempat ini diberi nama
Sinaro Nan Bagak berhenti pula diarah dengan Lambuk Tuo. Sedangkan Nenek
utara Banio Tarang, sedangkan Dt. Rajo Ganti nan mudo, Nenek Jonang, Nenek
Basa dan Dt. Paduko Alam (Dt. Indo Mandai dan Nenek Mola yang akan
Marajo) dan Dt. Rajo Dindo meneruskan melanjutkan
perjalanannya kearah utara lagi, sehingga Batang sinamar menuju Gunung sago
perjalanan
menyeberangi
waktu itu masing masing nenek kami telah sesampai disuatu tempat yang datar juga
berusaha untuk mencari penghidupan membuat sebuah koto yang diberi nama
mereka masing masing dengan membuat dengan Atas koto. Setelah beberapa lama
sawah dan peladangan. kemudian maka nenek nenek kami
Beberapa waktu kemudian dari tersebut berkumpul kembali di Koto
Banio Tarang Dt. Rajo Nan Panjang Lambuak Tuo, karena disinilah tempat
melihat asap orang berkebun di lereng yang
gunung sago arah utara, melihat asap perkampungan. Lalu mereka membuat
mereka anggap
baik
untuk
tersebut, maka timbul niat dari Dt. Rajo rumah, menetap dan berketurunan sampai
untuk meninjau asap mereka beranak pinak.
Nan
Panjang
tersebut, maka langsung beliau menelusuri Disamping Nenek kami yang
jalan ke arah asap tersebut. Sesampai masuk dari arah timur, juga ada Nenek
beliau disana ternyata Dt. Rajo Bosa kami yang masuk dari arah barat yaitu
membuat unggun untuk Nenek kami yang menelusuri Lereng
sedang
persawahan dan peladangan sehingga Gunung Sago. Diantara Nenek kami yang
kemudian tempat ini diberi nama dengan menelusuri lereng gunung sago yaitu Dt.
Oleh karena rasa Rajo Bosa, Dt. Rajo Nan Panjnag, Dt.
Dusun
Kabun.
persaudaraan antara nenek kami tersebut Paduko Alam (Dt. Indo Marajo), Dt. Rajo
sangat tinggi maka diantara mereka selalu Bilang, Dt. Sinaro Nan Bagak, Dt. Rajo
saling mengunjungi, sehingga jalan antara Dindo dan Dt. Rajo Mangkuto. Rombongan
Banio tarang dengan Kabun menjadi Nenek kami ini berasal dari Limo Kaum
lanyah karena saban hari dan saban waktu Pariangan Padang Panjang. Dari Limo
mereka lalui, sehingga daerah tersebut kaum mereka meneruskan perjalanan ke
dinamakan silanyah.
Tabek sawah Tangah dan sesampai di sini Setelah Nenek kami yang datang mereka menetap untuk sementara waktu,
dari arah timur dan yang datang dari arah sementara rombongan Dt. Ganti Nan
barat telah mendapatkan penghidupan, Mudo
kembali mengadakan meninggalkan Tabek Tangah Sawah.
telah jauh
kekeluargaan. Pertemuan Untuk
hubungan
mereka dilaksanakan di Lambuak Tuo rombongan dari barat ini, maka mereka
sehingga baik Nenek kami yang datang membuat jalan pintas dengan menelusuri
dari Timur maupun yang datang dari barat
Wanita Pengrajin Tenun Tradisional
77 | Page 77 | Page
lancarnya sistem pemerintahan, maka sebagai pusat perkampungan. Walaupun
dengan dasar tersebut disetiap daerah Lambuk Tuo telah dijadikan sebagai pusat
melaksanakan musyawarah penbentukan perkampungan, namun mereka tetap
Raja raja kecil di masing masing daerah mengulangi tempat tempat dimana mula
atau nagari, maka dengan adanya perintah mula mereka tempati.
tersebut maka Nenek kami melaksanakan Dibukit Lambuk Tuo inilah Nenek
musyawarah untuk pembentukan raja raja kami lama sekali untuk menetap, karena
kecil sebagaimana yang dimaksud oleh disinilah mereka berketurunan (berkem
tersebut. Pertama yang bang biak). Pada saat itulah mereka
Raja
adat
dipikirkan oleh Nenek kami yaitu masalah mencari tempat atau daerah daerah untuk
nama Nagari yang akan didirikan, maka dijadikan sawah atau tanah ulayat. Setiap
suatu ketika datanglah utusan dari Syehk hari mereka berjalan kesetiap pelosok
Bantan yang bernama Pakiah Badang dengan tidak lupa membawa kapas. Setiap
kiang. Beliau adalah teman akrab dari ada tempat yang mereka anggap baik
Syehk Bantan. Dahulu ketika di Tabek untuk dijadikan sawah atau ladang, maka
Panjang Syehk Bantan sudah pernah mereka tinggalkan kapas yang dibawa
mengajarkan Bismillahirrohmanirrohim ke tersebut sebagai tanda dan bahkan ada
pada Nenek kami dan bahkan telah diantara mereka menggunakan baju dari
dipasihkan pada saat berada di Pamasian. kapas. Apabila kapas baju tersebut
Pada saat itu didapati oleh Pakiah tersangkut pada salah satu ranting kayu,
Nenek Juaro sedang maka
Badangkiang
susu sapi. Lantas beliau tersangkut tersebut sudah menjadi hak
tanah sekitar
mengatakan HALAL LABAN. Halal artinya bagi mereka
baik/boleh, Laban artinya Susu. Jadi Halal tersebut. Apabila ada diantara mereka
Laban artinya Susu yang baik/halal. Dari yang melewati daerah yang telah ada
sinilah nama Halaban yang semula berasal tanda tersebut, maka berarti daerah
dari kata Halal Laban, sehingga saat itu tersebut telah dikuasai oleh mereka yang
ditetapkanlah Halaban sebagai nama dari telah dahulu menemukan daerah tersebut,
nagari Halaban.
selesai menyusun mencari tempat yang lain lagi yang belum
maka dengan demikian maka mereka akan
Setelah
sturuktur adat di Nagari Halaban, maka ada yang menguasai.
beberapa waktu kemudian datanglah Dek langik basentak naik bumi
Datuk dari daerah basentak turun, maka orang bertambah
beberapa orang
seberang Batang Sinamar diantaranya Dt. ramai juga , maka dengan niat baik Nenek
Kondo menemui Dt. Rajo Mudo dan Ganti Nan Mudo membuat koto di Koto
maksud kedatangannya Baru, dan Nenek Juaro membuat koto di
menyapaikan
kepada Dt. Rajo Mudo dan Nenek Juaro. Koto Tinggi. Tidak lama setelah itu Nenek
Adapun maksud kedatangan beberapa Ganti Nan Mudo membuat sebuah lagi
orang datuk dari daerah seberang Sinamar koto di Kapalo Koto. Setelah Koto koto ini
adalah untuk menjemput Raja yang akan selesai dibuat, maka sepakatlah mereka
dijadikan sebagai Pucuak adat di daerah untuk membuat sebuah Balai pertemuan
setelah dilaksanakan yang digunakan untuk tempat bermusya
tersebut.
Dan
musyawarah antara Datuk dari daerah warah, lalu dipilih salah satu tempat yang
seberang Batang Sinamar dengan Datuk baik yaitu di Atas laban. Lalu dengan
datuk yang ada di Nagari Halaban, maka bekerja sama dan semangat gotong
diputuskan bahwa yang akan dijadikan royong dibuatlah balai tersebut yang
Pucuak adat di daerah seberang Batang merupakan sebuah tempat yang terdiri dari
Sinamar adalah kaum dari Dt. Paduko dinding tanah, atap langit dan dinding
Alam (Dt. Indo Marajo). Dengan sangat tanah, sehingga balai ini dinamakan
rela dan senang hati sebagian dari kaum dengan Balai Tanah.
Dt. Paduko Alam (Dt. Indo Marajo) Pada awal abad ke 14 Raja Adat
bersama Datuk Datuk yang lain melepas di
kepergian sebagian dari kaum Dt. Paduko kepada Raja Ibadat supaya disetiap
Pagaruyung memberikan
perintah
alam (Dt. Indo Marajo). Dan sesampai di daerah dibentuk Raja Raja kecil. Hal ini
daerah seberang Batang Sinamar tersebut
78 | P a g e
Wanita Pengrajin Tenun Tradisional Wanita Pengrajin Tenun Tradisional
sekolah negeri, sedangkan MTS adalah Alam dijadikan sebagai Pucuak Adat di
sekolah swasta yang dimiliki oleh Yayasan daerah
Pengembangan Halaban. SMP 2 terletak tersebut.
di Jorong Alang Laweh yang bearti berada pada perbatasan dengan Nagari Tanjung
Gadang. Siswa pada sekolah ini tidak agari Halaban dihuni oleh 4.956
3. Kondisi Demografi
N Kesemuanya ini terhimpun dalam 1.289 kan MTS Halaban ini terletak di Jorong
hanya berasal dari Nagari Halaban tapi jiwa, yang terdiri dari 2.519 laki –
juga berasal dari nagari lain seperti Nagari laki
dan 2.437
perempuan.
Tanjung Gadang dan sekitarnya. Sedang
Kepala Keluarga. Pekerjaan yang digeluti Atas Laban yang juga berdekatan dengan oleh Penduduk Halaban adalah 25,7 %
dimiliki yayasan Petani/Peternak, 1 % Pedagang, 0,9 %
pengembangan Halaban. PNS, 0,5 % Pegawai Swasta, 0 %
Untuk sarana peribadatan pada TNI/Polri, 2,3 % Tukang, 0,2 % Bidan, 0,5
kawasan rencana peribadatan berupa 8 % Pensiunan, 9,6 % Pengrajin dan
unit mesjid, 24 unit mushalla. Masjid dan Sisanya adalah Pelajar/Mahasiswa serta
mushalla yang ada di nagari ini sudah Pengangguran.
terdapat disetiap jorong sehingga perseba Pada Nagari Halaban, sarana
rannya cukup baik dan dapat melayani pendidikan yang tersedia terdiri dari TK
masyarakat dengan baik. (Taman
kesehatan merupakan Dasar), dan tingkat SLTP (Sekolah
Kanak-Kanak),
SD (Sekolah
Sarana
salah satu faktor penunjang yang sangat Lanjutan Tingkat Pertama).
menunjang kegiatan Untuk sarana pendidikan pada
penting
dalam
ada. Untuk sarana tingkat nagari, sarana pendidikan yang ada
aktifitas
yang
kesehatan pada kawasan Nagari Halaban telah
ini terdapat sarana kesehatan berupa pendidikan. Dapat dilihat pada tabel,
tersedia pada
setiap
jenjang
Puskesmas, Polindes dan Posyandu. sarana pendidikan paling banyak yaitu
Puskesmas pada Nagari Halaban pada tingkat SD sebanyak lima buah,
ini hanya ada satu yang terletak di Jorong sedangkan yang paling sedikit yaitu TK.
Alang Laweh. Sebagai Puskesmas yang Hal ini menunjukkan sangat minimnya
melayani untuk Kecamatan Lareh sago ketersediaan fasilitas TK pada nagari ini.
Halaban, adanya kegiatan pelayanan Sarana pendidikan pada jenjang TK dapat
kesehatan yang relatif tinggi setiap dilihat pada tabel di atas, hanya tersedia
waktunya. Namun, juga telah dibangun satu buah TK yang menampung 60 siswa.
puskesmas baru di Nagari Labuh Gunuang TK yang ada saat ini juga dapat
yang juga dapat melayani penduduk menampung siswa Playgroup, sehingga
kecamatan. Puskesmas ini dibantu oleh kegiatan TK dan Playgroup bersamaan.
dua buah Pustu dan beberapa Poskesri TK ini berstatus swasta yang dimiliki oleh
yang
Yayasan Pengembangan Halaban. Untuk Pembangunan sarana perumahan sarana pendidikan pada jenjang SD dapat
untuk memenuhi dilihat pada tabel bahwa dengan adanya
merupakan
upaya
kebutuhan salah satu kebutuhan manusia, lima buah SD pada nagari ini dinilai sudah
meningkatkan suatu mencukupi
sekaligus
untuk
lingkungan kehidupan dan pergerakan Namun dapat dilihat pada beberapa
kegiatan ekonomi dalam rangka mening sekolah, jumlah siswa dinilai sangat sedikit
katkan kesejahteraan masyarakat. sekali. Hal ini bisa saja disebabkan lokasi sekolah yang cukup jauh dari pemukiman,
4. Kondisi Sosial Budaya
dan keinginan dari anak-anak untuk
kultur dan budaya bersekolah
yang sama dengan wilayah administrasi K
eadaaan
masyarakat di Nagari Halaban pada mendorong anak-anaknya turut berse
dan orang
tua
untuk
memiliki karakteristik kolah. Untuk sarana pendidikan pada
umumnya
kehidupan masyara bahwa adanya dua sekolah yang berbeda,
jenjang SLTP dapat dilihat pada tabel
lainnya,
tatanan
masyarakat Nagari Halaban yaitu pendidikan pada sekolah biasa dan
katnya,
sistem kekerabatan berda sekolah keagamaan. Status kedua sekolah
Matrilineal. Yakni
Wanita Pengrajin Tenun Tradisional
79 | Page 79 | Page
terpaksa melangsungkan kegiatan tersebut pemeluk agama islam kecuali beberapa
dengan menggunakan modal sendiri. pendatang. Masyarakat disini bisa diktakan
Pada sektor perkebunan pada dengan pemeluk agama yang cukup
yang ada hanya fanatik yang memegang erat aturan-aturan
Nagari
Halaban
perkebunan rakyat. Sedangkan untuk yang
perkebunan swasta terdapat perkebunan mengamalkan dalam kehidupan sehari-
ditetapkan oleh
Islam
dan
teh yang sudah tidak beroperasi lagi. Jenis hari. Walaupun adat-istiadat masyara
produksi perkebunan tersebut tersebut katnya masih kental, masyarakat di
komoditas yang di hasilkan kelapa, gambir, kecamatan ini selalu bersikap ramah dan
kakao dan karet. Daerah pemasaran untuk terbuka. Pada kegiatan-kegiatan ini, para
hasil perkebunan di Nagari Halaban di anak nagari selalu diberikan bimbingan
pasarkan melalui pedagang pengumpul serta krgiatan yang sifatnya positif agar
kemudian di salurkan ke pasar Alang budaya asli nagari tidak akan terlupakan
Laweh, pasar Payakumbuh dan untuk dan terhapuskan akibat dari budaya luar.
Gambir di Pasarkan sampai ke India dan Singapura.
Untuk sektor peternakan, jenis
5. Kondisi Perekonomian Masyara
produksi ternak yang terdapat pada Nagari
Halaban berupa ternak besar dan ternak ada umumnya masyarakat Halaban
kat
P ekonomi masyarakat berangsur membaik. industri, yang terdapat pada Nagari
kecil. Untuk ternak besar yaitu peternakan bergerak disektor pertanian/ peterna
sapi sedangkan untuk ternak kecil yaitu kan dan kerajinan. Dewasa ini
peternakan ayam potong. Pada sektor
Hal ini disokong oleh adanya irigasi yang Halaban berupa industri penambangan baik serta bantuan – bantuan permodalan
mineral calcium dan beberapa industri dari Pemerintah dan Lembaga Keuangan
rumah tangga berupa industri pembuatan lainnya. Disektor kerajinan,
Songket. Pada tabel berikut ini akan dikerajinan songket merupakan primadona
terutama
dijelaskan mengenai jenis kegiatan industri peoduksi kerajinan di Nagari Halaban. Hal
batu kalsium dan industri songket yang ini tampak dari kegiatan pemuda pemudi
ada di Nagari Halaban. Nahgari Halaban disektor ini. Sokongan
Industri Songket pada Nagari permodalan dari pemerintah dan Bank
Halaban merupakan jenis industri rumah Dunia melalui PNPM-MPd pun telah
tangga yang dilakukan oleh wanita di berhasil mendongkrak usaha ekonomi
nagari ini. Kegiatan industri Songket yang kerajinan ini.
ada di Nagari Halaban ini rata-rata Kegiatan perekonomian di Nagari
modalnya berasal dari modal sendiri. Halaban ini berupa pasar. Pasar mingguan
Sedangkan untuk yang sifatnya bantuan, yang dilakukan pada setiap hari selasa ini
disalurkan melalui kelompok tenun. Bahan menjual segala jenis kebutuhan sehari-hari
baku Pembuatan Songket di dapatkan dari dan hail bumi lainnya. Pasar ini merupakan
Kota Bukittinggi, bahan yang di butuhkan pasar tradisional yang para penjual dan
antara lain: Suri, Karok, Turak, Palapoh, pembelinya berasal dari Nagari Halaban
Lidi, Benang, antara lain makau dan suto. sendiri dari Nagari Tanjung Gadang.
Dalam pembuatan satu paket kain Songket Karena pasar ini hanya satu kali dalam
di Nagari Halaban di butuhkan waktu seminggu, jadi kesempatan ini sangat
selama 15 hari. Alat-alat yang di butuhkan dimanfaatkan
untuk membuat songket di datangkan dari membeli kebutuhan dan keperluan hidup
Bukittinggi, dengan harga Rp.1.120.000 mereka.
per paketnya sedangkan untuk benang Kegiatan pertanian yang ada di
seharga Rp.300.000 untuk 2 pak makao Nagari Halaban ini rata-rata modalnya
dan Rp.24.000 untuk kain suto. Harga jual berasal dari swadaya para pelaku kegiatan
songket yaitu Rp.950.000 per helai. ekonomi sektor pertanian itu sendiri.
Songket di Nagari Halaban di pasarkan ke Sedangkan untuk yang sifatnya bantuan,
melalui pedagang jarang di terima oleh para pelaku kegiatan
Kota
Bukittinggi,
berupa kelompok aspek ekonomi sektor pertanian di Nagari
pengumpul
yang
Songket. Selain itu, pemasaran Songket
80 | P a g e
Wanita Pengrajin Tenun Tradisional Wanita Pengrajin Tenun Tradisional
Minangkabau. Ragam hias khas Sumatera ada di Kota Bukittinggi.
Barat kemungkinan berasal dari Halaban, karena perajin tenun tradisional rata-rata
6. Deskripsi Umum Tentang Keraji-
mengenal hampir sejumlah 90 corak dasar
nan Tenun Songket Halaban
songket beserta makna simbolisnya.